ileus obstruktif
DESCRIPTION
Ileus ObstruktifTRANSCRIPT
![Page 1: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah
abdominalis yang sering dijumpai dan merupakan 60% - 70%
dari seluruh kasus akut abdomen. Akut abdomen dapat
disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi
dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan.
Sebagian kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung atau
tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna
atau perdarahan.
Istilah akut abdomen atau gawat perut menggambarkan
keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan
ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau
perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna.
Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan
pertolongan dokter. . Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan
ileus paralitik. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
adanya obstruksi lumen usus atau oleh adanya gangguan
peristaltik. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan
oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering
![Page 2: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/2.jpg)
disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan
operatif. Obstruksi usus atau disebut juga ileus obstruksi
(obstruksi mekanik) misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau
adanya sumbatan dalam lumen usus. Ileus dinamik dapat
disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti spasme.
Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di
usus halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik dapat
disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar
usus maupun di dalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut
atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya
mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma. Sebagian
besar obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus
halus merupakan kegawatan yang memerlukan diagnosa dini
dan tindakan bedah darurat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Markogiannakis et al (pada tahun 2001 – 2002), ditemukan 60%
penderita yang dirawat di Hippokration Hospital, Athens
mengalami ileus obstruksi dan rata – rata berumur sekitar 16 –
98 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada laki – laki.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif
dan konservatif, maka hal ini sangat berpengaruh pada
mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh
ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh
pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola
manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada
mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh
![Page 3: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/3.jpg)
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah
lainnya sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada
pasien yang mengalami operasi dengan pasien yang ditangani
secara konservatif.
![Page 4: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau
anus karena ada sumbatan atau hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen
usus tersebut. Ileus sering di definisikan sebagai
hilangnya pasase usus.
Ileus obstruktif = ileus mekanik = ileus dinamik.
Suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus
B. Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat
yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan
penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver mencatat
44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia
eksterna yang mengalami strangulasi. Di RSCM, pada
tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan
58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh
hernia.
![Page 5: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/5.jpg)
Adhesi, hernia inkarserata dan keganasan usus besar
paling sering menyebabkan obstruksi. Pada adhesi,
onsetnya terjadi secara tiba – tiba dengan keluhan perut
membesar dan nyeri perut Dari 60% kasus ileus obstruksi
di USA, penyebab terbanyak adhesi yaitu pada operasi
ginekologik, appendektomi dan reseksi kolorektal
Sutjipto (1990) dalam penelitiannya mengungkapkan
indikasi relaparatomi karena obstruksi usus akibat adhesi
sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti
di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama
terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi
usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah hernia,
baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun
obstruksi usus strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera
pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi,
kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya
sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi
satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus
merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di
negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab
terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif
yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan
obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus,
proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
C. Klasifikasi
![Page 6: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/6.jpg)
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan :
1) Kecepatan timbul (speed of onset)
a. Akut
b. Kronik
c. Kronik dengan serangan akut
2) Letak sumbatan
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
(dari gaster sampai ileum terminal)
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
(dari ileum terminal sampai anus)
3) Stadium sumbatan
a. Sumbatan parsial: menyumbat lumen sebagian
b. Sumbatan total/komplit: menyumbat lumen
total
4) Sifat sumbatan
a. Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai
gangguan aliran darah
b. Strangulated obstruction : sumbatan disertai
gangguan aliran darah sehingga timbul
nekrosis, gangren dan perforasi
5) Etiologi
a. Kelainan dalam lumen
b. Kelainan di dalam dinding usus
c. Kelainan di luar dinding usus
D. Anatomi
![Page 7: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/7.jpg)
Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum
dengan panjang 270 cm sampai 290 cm. Usus halus dibagi
menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai
jejenum. Panjang jejenum 100 – 110 cm dan panjang ileum
150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai
oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium. Kira – kira dua per lima dari
sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga per lima bagian
terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai
vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari ileum.
Apendiks vermiformis merupakan tabung buntu berukuran
sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal,
yaitu pada apeks sekum
Secara mikroskopik, dinding usus halus dibagi atas
empat lapisan yaitu lapisan serosa, muskularis propria,
lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan serosa
merupakan lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum
visceralis dan parietal dan ruang yang terletak antara
lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga
peritoneum. Lapisan muscularis propria terdiri dari dua
lapisan otot yaitu lapisan otot longitudinal yang tipis dan
lapisan otot sirkular yang tebal. Ganglion sel berasal dari
pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di antara
lapisan otot dan mengirimkan rangsangan pada kedua
lapisan tersebut. Lapisan submucosa terdiri dari lapisan
jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah
dan saraf. Lapisan mukosa dibagi menjadi 3 lapisan yaitu
mukosa muscularis, lamina propria dan lapisan epitel.
Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan
![Page 8: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/8.jpg)
sirkular yang dinamakan valvula koniventes
(Lig.Kerckringi) yang menonjol ke dalam sekitar 3 mm.
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang
lebar, menyerupai kipas yang menggantung jejenum dan
ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum mayus
merupakan lapisanganda peritoneum yang mengantung
dari curvatura mayor lambung dan berjalan turun di
depan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung
banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu
melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum
minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang
dari curvatura minor lambung dan bagian atas duodenum
menuju ke hati, membentuk Ligamentum
Hepatogastrikum dan Ligamentum hepatoduodenale.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta
tepat di bawah arteri celiaca. Arteri ini mendarahi seluruh
usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri
gastroduodenalis dan cabangnya arteri
pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan
lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan
vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem
saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang
aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan
simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut saraf
sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan
serabut saraf parasimpatis mengatur refleks usus.
![Page 9: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/9.jpg)
Usus besar dibagi menjadi caecum, colon dan rektum.
Pada caecum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung caecum. Caecum menempati sekitar
dua atau tiga inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi
lagi menjadi colon ascenden, colon transversum,
descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk
belokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas
berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura
lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan
berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian
bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu
dengan rektum. Usus besar memiliki empat lapisan
morfologik seperti bagian usus lainnya.
Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon
transversum diperdarahi oleh cabang a.mesenterika
superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika
media. Kolon transversum bagian kiri, kolon descendens,
kolon sigmoid dan sebagian besar rektum perdarahi oleh
a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid
dan a.hemoroidalis superior. Pembuluh vena kolon
berjalan paralel dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh
oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan
pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang
berasal dari N.vagus.
E. Etiologi
Penyebab obstruksi pada usus halus dapat dibagi
menjadi 3 yaitu obstruksi pada ekstraluminal, obstruksi
![Page 10: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/10.jpg)
intrinsik dan obstruksi intraluminal. Obstruksi
ekstraluminal misalnya adhesi, hernia, karsinoma dan
abses. Obstruksi intrinsik pada dinding usus seperti tumor
primer. Dan obstruksi intraluminal seperti enteroliths,
gallstones dan adanya benda asing. Penyebab tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1) Lesi ekstrinsik pada dinding usus
a. Adhesi (postoperative)
b. Hernia (inguinal, femoral, umbilical)
c. Neoplasma
d. Abses intraabdominal
2) Lesi intrinsic
a. Kongenital (Malrotasi, kista)
b. Inflamasi (Chron’s Disease, Divertikulitis)
c. Neoplasma
d. Traumatik
e. Intusepsi
3) Obstruksi intraluminal
a. Gallstone
b. Enterolith
Adhesi, hernia inkarserata dan keganasan usus besar
paling sering menyebabkan obstruksi.4 pada adhesi,
onsetnya terjadi secara tiba – tiba dengan keluhan perut
membesar dan nyeri perut.10 Dari 60% kasus ileus
obstruksi di USA, penyebab terbanyak adhesi yaitu pada
operasi ginekologik, appendektomi dan reseksi kolorektal.
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi.
Adhesi umumnya berasal dari rongga peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi.
![Page 11: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/11.jpg)
Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk
tunggal atau multipel.
F. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi
usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi
tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik maupun
fungsional. Perbedaan utama adalah pada obstruksi
mekanik (ileus obstruksi) yaitu peristaltik mula – mula
kuat kemudian intermittent dan kemudian menghilang.
Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik dari awal sudah
tidak ada. Perubahan patofisiologik pada obstruksi usus
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus
berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus, dimana
terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi
obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami
distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan
meningkat pada saat kemampuan absorbsi usus menurun,
sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar
dan progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal
usus meningkat untuk melawan adanya hambatan.
Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya
pecah, dimana frekuensinya tergantung pada lokasi
obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal
dari usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising
usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan
tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan
![Page 12: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/12.jpg)
gangguan vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus
menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh
darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya
translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah iskemik
akibat nekrosis disertai absorpsi toksin -toksin bakteri ke
dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan
teregang oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan)
akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus
ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi
kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi
dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai
merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit
adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang
mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi
ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan
kematian bila tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan
lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal
peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium
dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi
![Page 13: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/13.jpg)
yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat
terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis.
Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat
terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran
balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung,
dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah
yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila
segmen usus yang terlibat cukup panjang.
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian
proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan
penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai
darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi.
Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi
menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh
berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi
kuman. Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas
yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh
karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi
dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak
timbul distensi berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar
tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi
ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus
halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula
Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari
kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.
![Page 14: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/14.jpg)
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh
pada obstruksi usus halus karena pada obstruksi kolon,
kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses
sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap
sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan
elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase
muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik.
Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan udara
akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika
obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus
mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi
sekresi dan absorpsi membran mukosa usus menurun dan
dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus –
menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan
fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko
terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi,
peritonitis dan kematian.
Pada obstruksi strangulata, biasanya berawal dari
obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri,
menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus
menjadi udem dan nekrosis, memacu usus menjadi
gangrene dan perforasi.
G. Manifestasi Klinis
Obstruksi sederhana
![Page 15: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/15.jpg)
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran
cerna tinggi, artinya disertai dengan pengeluaran banyak
cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan
usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala
muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal
walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat
dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan
berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada
pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat
dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih
nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu
diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau
hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan
tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera
untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
![Page 16: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/16.jpg)
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan
dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di
epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis.
Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri.
Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan
tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah
refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam
usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan
sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya
paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada
pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen
dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi.
Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan
adanya strangulasi.
Nyeri kolik
Pada obtruksi usus halus biasanya kolik
dirasakan di sekitar umbilicus sedangkan pada
obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar
regio suprapubik
![Page 17: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/17.jpg)
Muntah
Ada perbedaan dari isi muntah bergantung dari
pemicu muntah tersebut, pada stenosis pylorus
biasanya muntah berkonsistensi encer dan
cenderung asam. Sedangkan pada obstruksi
dengan letak obstruksi pada usus halus muntah
tampak berwarna kehijauan. Dan pada
obstruksi yang letaknya rendah, atau pada
obstruksi kolon muntah onsetnya lebih lama,
sehingga tidak dominan menyertai awal gejala
yang ada.
Distensi abdomen
Biasanya distensi abdomen lebih cepat tampak
pada penderita obstruksi letak rendah dari pada
pada obstruksi letak tinggi.
Darm countour dan darm staifung
Darm countour adalah tampaknya bentukan
usus pada permukaan abdomen yang dapat
dilihat saaat inspeksi, darm countour biasanya
lebih tampak pada penderita yang kurus.
Edangkan darma staifung adalah tampaknya
gerakan peristaltic usus pada permukaan
abdomen, darm satifung ini juga dapat dilihat
pada pemeriksan inspeksi. Darm countour dan
darm staifung tidak selalu ada pada semua
penderita ileus obstrukstif tapi lebih tamak
pada penderita yang kurus.
Defans muscular
Nyeri tekan dan nyeri lepas
![Page 18: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/18.jpg)
Bising usus menghilang
Perkusi hipertimpani
Obstipasi
BAB (-)
Flatus (-)
Rectal toucher: nyeri disegala arah
H. Diagnosis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri
kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak
bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya
terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di
bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri
abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus
berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat
dilatasi.
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala
seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian
epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa
mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari usus
dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai
gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada
usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang
berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah
jarang terjadi.
pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya
muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat
intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika
obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari
usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka
nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda
![Page 19: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/19.jpg)
vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi
klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh
biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat meningkat.
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada
perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan
“metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya
nyeri pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum berupa
syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang
usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,
hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian
proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan
penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai
darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus
dengan multiple air fluid level, distensi usus bagian
proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus
halus.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam,
takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat.
Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak
distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi).
Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces
![Page 20: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/20.jpg)
bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat
dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat
ditemukan penyebab misalnya berupa adhesi dalam perut
karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala
umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.
Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan
di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai
mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi
perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis
kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah
satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi.
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan
untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan
atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada
obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air
besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang
kadang disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada
inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada
tempatnya misalnya pembesaran setempat karena
peristaltis yang hebat sehingga terlihat gelombang usus
ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi
terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena
bagian ini mudah membesar.
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus
yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini, bising
usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi,
atau tidak terdengar sama sekali
![Page 21: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/21.jpg)
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang
tidak dapat kembali menandakan adanya hernia
inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang
air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c.
peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan
bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat
menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang
berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak
tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus
letak rendah.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian
akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan
elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi
tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan
gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami
dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan
menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk
melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon
(dengan colok dubur dan barium in loop) untuk mencari
penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.
Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal
peritonitis seperti di bawah ini:
§ Takikardia
§ Pireksia (demam)
§ Lokal tenderness dan guarding
§ Rebound tenderness
§ Nyeri lokal
§ Hilangnya suara usus lokal
![Page 22: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/22.jpg)
Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan
laparotomi.
Sedangkan pada pemeriksaan Rectal Toucher, ada
berbagai intrepretasi dari berbagai keadaan etiologi dari
ileus obstruktif, yaitu sebagai berikut:
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi,
neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
1.Obstruksi Usus Halus : Diagnosa didasarkan pada
gejala yang digambarkan diatas serta pemeriksaan
sinar-X. Sinar-X terhadap abdomen akan
menunjukkan kuantitas dari gas atau cairan dalam
usus. Pemeriksaan laboratorium (misalnya
pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap)
akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi
2.Obstruksi Usus Besar : Diagnosa didasarkan pada
pemeriksaan simtoma-tologi dan sinar-X. Sinar-X
abdomen (datar dan tinggi) akan menunjukkan
distensi abdomen. Pemeriksaan barium
dikontraindikasikan
I. Diagnosis Banding
Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam
intraabdominal dan retroperitoneal, termasuk iskemik
![Page 23: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/23.jpg)
usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi
abdomen. Jika terjadi ileus paralitik, nyeri biasanya tidak
terlalu berat dan lebih konstan.
Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya
obstruksi usus besar. Muntah jarang terjadi dan nyeri
tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan
berdasarkan adanya hasil foto roentgen yang
menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian
proksimal.
Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan
gastroenteritis akut, apendisitis akut dan pankreatitis
akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang
mirip dengan pankreatitis akut, enteritis iskemik atau
penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan
dengan trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan
dengan ileus paralitik.
J. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai
dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu
memberikan penilaian berat ringannya dan membantu
dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil
laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang
abnormal. Peningkatan serum amilase sering
didapatkan.10 Leukositosis menunjukkan adanya iskemik
atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50%
![Page 24: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/24.jpg)
obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada
obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat
dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan
adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat,
dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock,
dehidrasi dan ketosis.
Radiologik
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step
ladder” dan “air fluid level” pada foto polos abdomen
dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto
polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada
obstruksi kolon.
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran
”step ladder dan air fluid level” terutama pada obstruksi
bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika
terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan
adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto
thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus.
Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.
CT scan kadang – kadang digunakan untuk
menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus untuk
mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit
dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya
abses maupun keganasan.
![Page 25: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/25.jpg)
K. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada
sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga
terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis
umum Komplikasi yang dapat timbul antara lain:
sepsis
abses
pneumonia aspirasi dari proses muntah
Peritonitis septikemia
Syok hipovolemia
Perforasi usus
Meninggal
L. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi
bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah
perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan
oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di
rawat di rumah sakit.
Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi
muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi
abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum
![Page 26: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/26.jpg)
tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan
dan konservatif.
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi
keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi
untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah
mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien
yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan
cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap
terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital
dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan
intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
Farmakologis
Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat
diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan
untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
![Page 27: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/27.jpg)
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi
nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi
diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi
selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi:
Situations necessitating emergent operation
Incarcerated, strangulated hernias
Peritonitis
Pneumatosis cystoides intestinalis
Pneumoperitoneum
Suspected or proven intestinal strangulation
Closed-loop obstruction
Nonsigmoid colonic volvulus
Sigmoid volvulus associated with toxicity or
peritoneal signs
Complete bowel obstruction
Situations necessitating urgent operation
Progressive bowel obstruction at any time after
nonoperative measures are started
Failure to improve with conservative therapy
within 24–48 hr
Early postoperative technical complications
Situations in which delayed operation is usually
safe
Immediate postoperative obstruction
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
![Page 28: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/28.jpg)
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan
bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini
merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus
baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian
proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium
lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan
membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya
sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.
![Page 29: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/29.jpg)
Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama
dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah
terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang
cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien
masih dalam keadaan paralitik.
M. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak
faktor seperti umur, etiologi, tempat dan lamanya
obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua
maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan
operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga
meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus
halus.Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5%
sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan
meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau
40%.Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
dilakukan dengan cepat. Angka kematian keseluruhan
untuk obstruksi usus halus kira-kira 10 %. sedangkan pada
obstruksi strangulata telah dilaporkan 20-75 %. Angka
mortalitas untuk obstruksi kolon kira-kira 20 %.
DAFTAR PUSTAKA
![Page 30: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/30.jpg)
Anonymous. Ileus. [Online].2007 September 13 [cited 2008 May
19];[6 screens]. Available
from:URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited
2008 May 21];[4 screens]. Available from:
URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.
Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD,
Evers BM, Mttox KL,editors. Sabiston textbook of surgery. The
biological basis of modern surgical practice. 17th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders;2004. p.1323 – 1342.
Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N,
Tzertzemelis D, Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel
obstruction:clinical presentation, etiology, management and
outcome. World Journal of gastroenterology. 2007 January
21;13(3):432-437. Available from:URL:http://www.wjgnet.com
Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2008 May
21];[7 screens]. Available from:
URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.
Naude GP. Gastrointestinal failure in the ICU. In: Bongard FS,
Sue DY, editors. A lange medical book Current critical care
diagnosis and treatment. 2nd ed. New York : McGraw-Hill;2003.
p. 383-88.
Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17
[cited 2008 June 2];[6 screens]. Available from:
URL:http://www.emedicine.com
Simeone DM. Anatomy and physiology of the small intestine. In :
Greenfield LJ, Mulholland MW, Oldham KT, Zelenock GB,
![Page 31: Ileus Obstruktif](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061609/563dbba8550346aa9aaf1abb/html5/thumbnails/31.jpg)
Lillimoe KD, editors. Essentials of surgery : scientific principles
and practice. [Book on CD-ROM]. 2nd ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkin publishers;1997.
Siregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrp-
intestinal. Ed.1. Ujung Pandang: Fak. Kedokteran Unhas;1995.
Sjamsuhidajat r, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC,2003.
Suyono YJ,editor. Disunting oleh R.Putz & R. Pabst. Atlas
Anatomi manusia Sobotta. Ed.21. Jakarta: EGC,2003.
Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price
SA, Wilson LM,editor. Patofisiologi konsep klinis proses- proses
penyakit. Alih bahasa: dr.Peter Anugerah. Jakarta: EGC;1995.
Hal.389 – 412.
Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM,
Murray L, Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult
emergency medicine. 2nd ed. New York: Churchill
Livingstone;2004. p.306-9.