iii. protista prokariotik

Upload: roberto-marbun

Post on 17-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

III: PROTISTA PROKARIOTIK

A. BAKTERI1. Morfologi Bakteri

Terdapat 3 macam bentuk dasar bakteri yaitu (Jutono dkk, 1972) :1. Bentuk bulat atau coccus (jamak : cocci)1. Bentuk batang atau silindris (bacillus)1. Bentuk lengkung atau vibrio

1. Bentuk Bulat (Coccus)

Sebetulnya tidak ada bakteri yang benar-benar berbentuk bulat tetapi spheroid.Bentuk bulat atau coccus dapat dibedakan lagi ke dalam :1. Micrococcus: bulat, satu-satu.1. Diplococcus: bulat, bergandengan dua-dua.1. Streptococcus: bulat, bergandengan seperti rantai.1. Tetracoccus (gaffkya): bulat, terdiri dari empat sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar.1. Sarcina: bulat, terdiri dari 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus.1. Staphylococcus: bulat, tersusun seperti sekumpulan buah anggur.

1. Bentuk Batang (Bacillus)

Bakteri bentuk batang dapat dibedakan lagi menjadi bentuk batang panjang dan bentuk batang pendek. Bakteri bentuk batang juga dapat dibedakan lagi menjadi bentuk batang bergaris tengah sama dan bentuk batang bergaris tengah tidak sama. Bakteri bentuk batang dapat terdiri dari satu sel; terdiri dari dua sel yang bergandengan disebut diplobacilli; terdiri dari beberapa sel yang bergandengan seperti rantai disebut streptobacilli; atau terdiri dari beberapa sel yang tersusun seperti jaringan tiang disebut palisade.

1. Bentuk Lengkung (Vibrio)

Bakteri bentuk lengkung pada dasarnya dapat dibedakan lagi menjadi bentuk comma dan spiral. Bentuk comma, apabila lengkungan kurang dari setengah lingkaran, sedangkan bentuk spiral apabila lengkungan lebih dari setengah lingkaran. Bila spiralnya halus dan lentur disebut spirochaeta, bila spiralnya tebal dan kaku disebut spirillum.

1. Bentuk lain

Bentuk bakteri dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan. Karena itu dikenal bentuk involusi, yang terbentuk karena factor-faktor keadaan sekitar yang tidak menguntungkan antara lain factor makanan dan temperatur. Misalnya bakteri asam cuka (Acetobacter sp.), yakni adanya bentuk seperti gada, bentuk tidak teratur dan bentuk seperti benang. Selain itu dikenal juga pleomorphi, yaitu bentuk beraneka macam tetapi teratur, walupun ditumbuhakan pada media pertumbuhan yang sesuai. Misalnya Corynebacterium diphteriae, yang berubah bentuknya pada syarat pertumbuhan tertentu (Jutono dkk, 1972).

2. Struktur Sel Bakteri

Bagian bagian yang menyusun struktur sel bakteri antara lain ialah (Jutono dkk, 1972): a. Kapsula b. Flagella c. Pili d. Dinding sel e. Membran cytoplasma f. Cytoplasma g. Ribosom h. Nucleus i. mesosom j. granula metamosfat k. granula poli-beta-hidroksi asam butirat l. spora bakteri m. mitochondria.

a. Kapsula

Kapsula adalah bagian sel yang berbentuk lapisan lendir yang menyelubungi sel bakteri ; kapsula berbeda dengan bahan lendir hasil metabolisme yang merupakan ekskresi. Susunan kimia kapsula sangat kompleks tergantung pada genus dan spesies bakteri umumnya polysaccharide yang terdiri dari senyawa gula sederhana , senyawa gula amino, senyawa asam-gula sugar acids atau berupa campuran bahan- bahan tersebut. Bahan kapsula pada beberapa bakteri gram positif ada yang terdiri dari polypeptide sederhana yang dirangkaikan dengan D-glutamat pada gugusan karboksil terminal, disamping gugusan alfa-karboksil seperti pada protein.

Fungsi kapsula bagi mikrobia (bakteri) selain untuk melindungi sel terhadap factor factor environment, dan juga bekerja sebagai pengikat antara sel sel misalnya zoogloea pada Acetobacter sp. Beberapa bakteri ada yang membentuk lendir apa bila di tumbuhkan pada medium yang mengandung gula tertentu. Misalnya Leuconostoc mesenteroides sel sel nya diselubungi oleh dekstran yang tebal seperti lendir sebagai hasil sekresi. Kapsula mempunyai arti penting karena erat hubungannya dengan virulensi bakteri bakteri pathogen. Suatu pathogen apabila kehilangan kapsulanya akan turun virulensinya. Hal ini di sebabkan karena bahan tersebut mengurangi pengaruh fagosit-fagosit. Kapsula dan lendir dapat dibedakan dari segi morfologi dan biokimianya ; kapsula adalah bagian dari sel, sedangkan lendir adalah hasil sekresi sel (Jutono dkk, 1972).

b. Flagela

Flagela ialah alat untuk bergerak pada bakteri. Semua bakteribakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian bakteri bakteri yang berbentuk batang mempunyai flagella. Bakteri-bakteri berbentuk coccus jarang sekali yang mempunyai flagella. Ukuran flagella sangat kecil dan tidak terlihat dengan mikrosop tanpa pengecatan. Tebal flagella antara 0,02 0,1 mikron, tergantung dari species bakteri, sedang panjang nya biasanya melebihi panjang sel-sel bakteri.

Flagela terdiri atas bahan protein yang elastic, yaitu flagellin yang mirip myosin (suatu protein pada otot). Berdasarkan letak dan jumlah flagelanya bakteri dapat di bagi menjadi 5 golongan yaitu:1) Bakteri yang atrik, yaitu bakteri yang tidak mempunyai flagella.2) Bakteri yang monotrik, yaitu bakteri yang mempunyai flagellum tunggal pada ujungnya.3) Bakteri yang lophotrik, yaitu bakteri yang mempunyai seberkas flagella yang terletak pada salah satu ujungnya.4) Bakteri yang amphitrik, yaitu bakteri yang mempunyai masing masing seberkas flagella atau flagellum yang yang terletak pada kedua ujung nya.5) Bakteri yang peritrik, yaitu bakteri yang mempunyai flagella yang terletak di seluruh permukaan sel (Jutono dkk, 1972).

c. Pili ( fimbriae )

Pili atau fimbriae adalah benda benda yang berupa benang benang halus yang menunjol keluar pada dinding sel bakteri seperti hal nya flagella. Sampai sebegitu jauh pili baru diketemukan pada bakteri berbentuk batang yang bersifat gram negative. Pili ada yang tebal ( 85 ), ada yang tipis ( 30 ); panjang nya berkisar antara 0,5 mikron sampai 20 mikron atau lebih. Pili tersusun peritrik; jumlahnya kurang lebih 150 tiap sel.

Seperti halnya flagella, pili berpangkal pada cytoplasma, dan dari sini menerobos membrane cytoplasma,dan dari sini menerobos membrane cytoplasma , dinding sel dan kapsula. Pili, flagella maupun kapsula dapat dilepaskan secara mekanik, tanpa merusak pertumbuhan ataupun ketahanan hidup bakterinya. Menurut analisa kimia pili terdiri atas suatu protein yang disebut pilin. Pilin adalah suatu heteropolimer dari 18 asam-asam amino. Pilin juga bersifat antigenic (Jutono dkk, 1972).

d. Dinding sel

Dinding sel bakteri memberikan bentuk tertentu pada sel bakteri. Dinding sel bakteri bersifat elastik. Dinding sel terletak diantara kapsula dan membrane cytoplasma. Susunan kimia dinding sel sangat kompleks. Dengan cara-cara tertentu dinding sel dapat dipisahkan dan dapat di analisa secara fisiko kimia. Hasil analisa menunjukan adanya perbedaan susunan makro molekul dinding sel bakteri gram positif dan gram negative. Umumnya senyawa makro molekul dinding sel terdiri atas bahan mukokompleks (mucocomplex); bahan ini merupakan bahan utama penyusun dinding sel.

Bahan mukokompleks mempunyai susunan kimia tertentu yaitu berupa heteropolimer yang terdiri atas zat-zat gula amino (asetil glukosamin dan asam asetil muramat) dan asam-asam amino. Asam-asam amino yang spesifik pada bahan mukokompleks ialah asam glutamate, alanin, glysin dan asam diaminopimelat) atau lysine, asam glutamate dan alanin; dalam mukokompleks kebanyakan terdapat dalam bentuk D-isomer (Jutono dkk, 1972).

Tulang punggung bahan mukokompleks ialah polysaccharide yang terdiri atas asetil glukosamin (AG) dan asam asetil muramat (AMA), yang dihubungkan satu sama lain sebagai ikatan glukoside. Asam asetil muramat mempunyai gugusan karboksil bebas. Didalam molekul primer, masing-masing asam amino dapat terikat sendiri-sendiri atau dalam bentuk rantaian peptide pada gugusan karboksil ini (lihat seksama dalam gambar).

Lisosimlisosim

AGAMA AG AMA AG AMAAGAMA

PeptidepeptideGambar: skema struktur bahan mukokompleksAG = asetil glukosaminAMA = asam asetil muramat

Dinding sel gram positif bahan mukokompleksnya disertai oleh polisaccaride sederhana dan kadang-kadang juya oleh suatu jenis polimer lainnya yang dikenal sebagai asam teichoat (teichoic acid), yang terdiri atas ester fosfat gula alcohol yang dibangun menjadi suatu polimer bersama-sama dengan glucose dan satu asam amino yaitu alanin. Sebagai gula-alkoholnya ialah ribitol (alcohol C-5) ) atau gliserol ( alcohol C-3). Dinding sel bakteri bakteri gram negative selalu mengandung sejumlah besar protein, lipid dan polysaccharide disamping bahan mukokompleks, tetapi sejauh yang diketahui tidak mengandung teichoat (Jutono dkk, 1972).

Pada pengamatan dengan mikroskop electron ditunjukan adanya beberapa lapisan dalam dinding sel bakteri gram negative, misalnya pada Escherichia coli telah diketahui bahwa bahan mukokompleks merupakan lapisan yang paling dalam dari dinding selnya, sedangkan lapisan luarnya terdiri atas kompleks lipo-protein-poli-saccaride. Suatu enzim yang dikenal sebagai lisosim(lysozyme) dapat menghidrolisa mukokompleks menjadi bahn-bahan yang berat molekulnya lebih kecil. Enzim tersebut bekerja pada ikatan antara glukosamin dan asam muramat yang mengikat rantai peptide.

Pada bakteri gram positif sederhana sebagian besar dari dinding sel tersebut terdiri darimukokompleks yang mudah dilarutkan oleh lisosim, tetapi lisosim tidak dapat melarutkan dengan sempurna dinding sel bakteri yang mengandung mukokomplekssedikit (misalnya dinding sel bakteri gram negatif). Jika bakteri dihidrolise oleh lisosim dalam medium hipotonis, dinding sel akan rusak dan diikuti dengan penggelembungan pecahnya sel (Jutono dkk, 1972).

Jika lisosim diberikan dalam medium yang isotonikatau hipertonis, pelarut dinding sel tidak diikuti oleh penggelembungan sel, tetapi protoplasma akan dibebaskan dalam bentuk bulat yang dikenal sebagai spheroplast. Dalam keadaan ini protoplasma masih tetap dapat menjalankan fungsi fisiologinya. Dari peristiwa tersebut jelas bahwa dinding sel berfungsi sebagai pelindung protoplasma.

Hasil pemisahan protoplasma dari dinding sel dapat membuktikan bahwa protoplasma mempunyai kemampuan membentuk protein, asam nuklein dan enzim-enzim adaktif tetapi belum diketahui kemampuannya membentuk dinding sel. Dengan demikian dapat diduga bahwa system yang mensitese dinding sel terletak didalam dinding sel itu sendiri (Jutono dkk, 1972).

Dinding sel berfungsi :1) Memberi perlindungan (proteksi) terhadap protoplasma.2) Berperan penting dalam perkembangbiakan sel.3) Turut mengatur pertukaran zat dari dalam dan dari luar sel (karena sifat semipermeabel dari dari dinding sel). Karena dinding sel mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi protoplasma terhadap pengaruh zat-zat racun.

Sifat permeabilitas dinding sel dapat ditunjukan antara lain dengan cat-cat basis, yang mempunyai afinitas yang besar terhadap membrane cytoplasma; cara lain ialah dengan peristiwa plasmolise (Jutono dkk, 1972).

Daftar : susunan kimia dinding sel bakteri sejati.Bahan mukokompleksAsam teichoatpolisacharideproteinLipid

Glukosamin asam glutamateRibitol fosfat atau gliserol fosfat glucose alaninGula amino dan atau monosaccharide sederhanaAsam aminoSusunannya belum diketahui

StrukturAsam muramat alanin glysinAsam diamino pimelat atau lysin

Eubacteria gram positifAdaAda atau tidak adaAda atau tidak adaTidak adaTidak ada

Eubacteria gram negatifAdaTidak adaAdaadaAda

e. Membrane cytoplasma

Membrane cytoplasma terletak dibawah dinding sel. Membrane ini tidak terikat erat dengan dinding sel. Berdasarkan pengujian- pengujian cytokimia, membrane cytoplasma menunjukan adanya protein, lipid dan asam-asam nuklein. Membrane ini menyerap cat-cat basis lebih kuat daripada cytoplasma, karena mengandung asam ribonukleat (RNA). Membrane cytoplasma ini dapat dilihat dengan mikroskop-fase-kontras, apabila sel ini diplasmolisakan dan diwarnai. Membrane ini berfungsi sangat penting didalam pengaturan masuknya zat-zat makanan dan keluarnya sisa-sisa metabolism. Membrane ini bersifat selektif permeable.

Selain itu membrane ini berperan pula dalam proses pembelahan cytoplassma menjadi dua bagian, diikuti dengan pembentukan dinding pemisah. Mekanisme pengangkutan zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolism memerlukan tenaga dan sifat selektif dari membrane tadi. Pengaturan itu dikerjakan oleh enzim permease yang terdapat didalam membrane cytoplasma. Untuk setiap zat diperlukan permease spesifik. Bekerjanya permease bergabung (berhubungan ) dengan donor energi (Jutono dkk, 1972).

f. Cytoplasma

Cytoplasma merupakan bahan sel dan merupakan zat kehidupan vital dari bakteri. Di dalam cytoplasma terdapat granula-granula, spora, struktur yang menyerupaivakuola, benda-benda lain tertentu dan inti. Cytoplasma bakteri merupakan suatu ekosistem koloidal. Cytoplasma yang telah dihilangkan dinding selnya akan mudaah rusak oleh gonccangan, tekanan osmose, dan sentrifugal dan aerasi. Meskipun tanpa dinding sel , struktur dan fungsi dari protoplasma tidak berubah, asal saja diberi zat stabilisator yang isotonis atau hipertonis misalnya larutan sucrose 0,2 M (Jutono dkk, 1972).

g. Ribosom

Ribosom adalah partikel yang terdapat didalam sel yang berperan penting dalam sintese protein. Jika dalam bentuk suatu kelompokan disebut poliribosom. Ribosom mengandung RNA. RNA yang melekat pada ribosom atau poliribosom ini berfungsi sebagai alat cetakan untuk merangkaikan asam-asam amino menjadi rantaian polypeptide protein-protein.

Ribosom terdapat mulai dari sel bakteri hingga sel-sel mammalian. Sering ribosom terikat pada unsure-unsur sel yang berbentuk membrane-membran ( misalnya pada endoplamic reticulum) atau sebagai benda bebas didalam cytoplasma. Garis tengah ribosom berkisar diantara 150-200. Susunan kimia ribosom terdiri atas RNA (40-60 persen) dan selebihnya adalah protein (Jutono dkk, 1972).

h. Nukleus

Pada jasad jasad tingkat tinggi struktur dan morfologi nucleus mudah diamati. Inti jasad jasad tadi sebagian besar terdiri dari deoksiribonukleo-protein. Adanya inti pada bakteri dapat dibuktikan dengan mikroskop electron pada electron micrograph) . inti merupakn daerah yang electro dense).ternyata bagian elecro dense mengandung asam deosiribonukleat (DNA).

Pengecatan secara GIEMSA pada pengujian cytokimia menunjukan daerah hitam yang merupakan reaksi DNA dengan cat GIEMSA, sesuai dengan daerah electrodense. Dengan bukti bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa bakteri mempunyai bahan inti, tetapi intinya tidak berdinding inti , seperti halnya pada jasad lain. DNA pada bakteri juga sebagai pembawa sifat (Jutono dkk, 1972).

i. Mesosom

Pada sel sel eukaryotic di dalam cytoplasmanya terdapat suatu system yang disebut Endoplasmic reticulum. Endoplasmic reticulum merupakan struktur yang terdiri atas membrane rangkap (membrane berlapis). Membrane ini menyebabkan luas permukaan bagian dalam menjadi luas dan selain itu juga merupakan system saluran2 yang berhubungan. Gambar irisan saluran saluran ini pipih (tidak bulat);lihat gambar 29b dan 29c. permukaan membrannya kelihatankasar karena adanya ribosom ribosom.

Sel-sel prokaryotic misalnya bakteri tidakmempunyai endoplasmic reticulum, tetapi sering pada selnya terdapat invaginasi (pelipatan-pelipatan ke dalam) pada membrane cytoplasmanya yang mungkin juga berfungsi untuk memperluas permukaan dalam. Invaginasi ini dikenal sebagai mesosom (Jutono dkk, 1972).

j. Granulasi Metafosfat (Volutin)

Volutin merupakan granula yang sangat kaya akan fosfat organic. Volutin sebagian besar terdiri atas metafosfat yang berpolimerisasi (polimetafosfat2), yang tidak larut dan ada dalam asosiasi dengan asam-asm nuklein dan lipid lipid ( perbandingannya tergantung species bakterinya ). Volutin bersifat chomofil: mempunyai afinitas yang besar terhadap cat-cat basis. Sering pula bersifat metachromatic yaitu menghasilkan warna yang berbeda dengan warna yang dipakai untuk mengecat. Misalnya jika dicat dengan methylene blue atau toluidine blue, granula volutin sering berwarna merah berbintik-bintik(ruby red); hal itu mungkin disebabkan karena adanya zat zat warna merah yang mungkin merupakan bahan bahan pengotor (impurities) didalam cat yang dipakai itu. Karena afinitasnya yang sangat besar terhadap cat cat basis, butir-butir volutin dahulu sering dikacaukan dengan nuklein bakteri (Jutono dkk, 1972).

k. Granula poli-beta-hidroksi asam butirat

Granula poli-beta-hidroksi asam butirat mudah dicat dengan cat-cat yang dapat larut dalam lemak, seperti halnya lemak lemak,dahulu butiran-butiran lemak (beta-hidroksi asam butirat) yang terpolimerisasi. Jika diperlukan oleh sel, granula poli-beta- hidroksi asam butirat ini dihidroksi menjadi beta-hidroksi asam butirat (Jutono dkk, 1972).

l. Spora bakteri

Beberapa bakteri dapat membentuk endospora(spora). Endospora adalah suatu bentukan yang berbentukbulat atau bulat lonjong, bersifat sangat membias cahaya, sukar dicaat dan sangat resisten terhadap factor- factor luar yang jelek. Spora dapat dianggap sebagai bentuk istirahat (latent) sesuatu bakteri. Bakteri yang membentuk spora adalah dari genera Bacillus dan Clostridium; selain itu juga beberapa species dari Sarcina (Sporosarcina) dan Vibrio. Pada umumnya tiap sel bakteri hanya terbentuk satu spora. Fungsi spora pada bakteri bukan sebagai alat reproduksi seperti halnya fungi.

Telah disebutkan bahwa spora bakteri sangat resisten, sehingga dapat dipahami bahwa bakteri yang dapat membentuk spora relative lebih sukar dibunuh dari pada bakteri bakteri yang tidak membentuk spora. Bakteri yang membentuk spora dapat tumbuh dan memperbanyak diri dalam bentuk sel-sel vegetative sampai beberapa generasi . pada suatu tingkat perkembangan kultur , dan pada saat suasana yang cocok beberapa sel mulai sporulasi dan kemudian disusul oleh sel-sel lainnya. Proses ini dicirikan dengan akumulasi setempat hasil sintese berupa bahan bahan cytoplasma yang bersifat sangat membias cahaya. Bahan-bahan ini kemudian diselubungi dengan suatu dinding atau membrane.

Tingkatan-tingkatan yang dapat diamati selama sporulasi dari Clostridium perfringens dapat dilihat pada gambar 32. Pada gambar 33 dilukiskan pula kedudukan spora, ukuran serta bentuk spora pada stadia mendekati stadia pemasakan(mature). Pada gambar 34 dilukiskan secara diagramatik pertumbuhan vegetative dan siklus sporulasi suatu bakteri yang dapat membentuk spora. Electron micrograph dari irisan yang ultra tipis (ultrathin sections) spora, dapatdiketahui bahwa dinding spora terdiri atas beberapa lapis membrane atau coats. Analisa kimia spora bakteri menunjukan adanya dipikolinat (dipicolinic acids) dengan kadar 5-10% dari kering spora dan asam ini tidak terdapat pada sel-sel vegetative. Di samping ini terdapat juga sejumlah besar kalsium.diduga bahwa sintese asam dipikolinat dan penyerapan kalsium terjadi pada perkembangan yang lanjut dari spora. Spora akan berkecambah apabila mendapatkan medium dan environment yang cocok (Jutono dkk, 1972).

m. Mitochondria

Pada sel tumbuhan dan hewan endoenzim yang bekerja pada proses penghasilan enersi jasad tersussun didalam struktur struktur tertentu yang disebut mitochondria. Mitochondria berbentuk butiran yang tersusun atas membrane membrane. Pada tumbuhan hijau endoenzim yang berhubungan dengan penghasilan tenaga ini terdapat di dalam chloroplast (Jutono dkk, 1972).

Mitochondria mengandung partikel-partikel ribosom dan suatu cairan yang mengandung bermacam-macam molekul. Pada sel bakteri mekanisme yang menjadi pelantar energy (energy mediating mechanisms) terdapat pada membrane cytoplasma yang dikenal sebagai mesosom. Kenyataan ini dapat dianggap sebagai tingkatan permulaan perkembangan dari endoplasmic reticulum yang terdapat pada jasad tingkat tinggi.

Pada gambar 29 a; b dan c digambarkan struktur sel, bakteri, sel hewan dan sel tumbuh tumbuhan tingkat tinggi. Pada gambar gambar tersebut dapat di bandingkan bagian bagian yang menyusun struktur masing masing jasad dan perbedaan- perbedaan nya.

3. Susunan Kimia BakteriHasil analisa kimia suatu bakteri menunjukan adanya unsure unsure C, H, O, N,S dan P sejumlah kurang lebih 99% dari berat keringnya ; disamping itu terdapat pula unsure unsure seperti Fe, K, Mg dan lain-lain (Jutono dkk, 1972).

Daftar : susunan kimia suatu bakteri (berdasarkan % berat keringnya).Karbon 50

Oksigen20

Nitrogen15

Hydrogen8

Sulfur3

Fosfor1

Susunan molekul suatu bakteri rata rata menunjukan angka angka seperti tersubut dalam daftar berikut (Jutono dkk, 1972):

Daftar : susunan molekul suatu bakteriBahan

Berat kali 10 mikrogramBerat molekulJumlah molekul tiap-tiap selJumlah molekul- molekul

Berat keseluruhan50---

Air40181,3x10105x106

Berat kering10---

Protein:

Protein ribosom11x1040,6x106250

Protein lainnya41x1042,4x106950

Protein seluruhnya53,2x1061000

Asam ribonukleat :

Ribosom 1,21x1068x10432

Yang dapat larut0,31x1062x1048

Seluruhnya1,510x10440

Asam deoksiribonukleat0,25x1062.5x1031

Karbohidrat ( polysaccharide )15x1023x1081,2x10

Lipid 11x1081,5x1080,6x10

B. ACTINOMYCETES

Actinomycetes membentuk hife yang sangat halus. Hife bercabang dan beberapa species membentuk uliran-uliran atau spiral. Hife yang masih muda pada umumnya tampak homogen, pada hife yang telah tua tampak adanya granula dan vacuola. Struktur inti actinomycetes mirip seperti struktur inti bakteri.

Pada actinomycetes terdapat dua jenis miselium, yaitu miselium vegetatif dan miselium udara (Jutono dkk, 1972).

1. Miselium vegetatif.

Miselium jenis ini tumbuh ke arah dalam medium. Untuk beberapa spesies memiliki miselium vegetaif yang panjang dan lurus, sedangkan untuk beberapa spesies lainnya memiliki miselium vegetatif pendek dan bercabang atau bengkok. Pada miselium ini dapat terbentuk pigmen. Miselium ini bergaris tengah antara 0,2 0,8 mikron.

2. Miselium udara.

Miselium jenis ini tumbuh pada permukaan medium dan pada bagian miselium ini terbentuk konidia. Miselium udara pada umumnya berukuran pendek dan berbentuk lurus, bercabang, atau berulir dan dapat membentuk pigmen. Miselium ini dapat membentuk sporofor yang berbentuk lurus atau benbentuk spiral. Sporofor spiral pada umumnya terdiri dari 5 10 uliran, panjang atau pendek, kompak atau agak jarang, berulir ke kanan (dextrose) atau berulir ke kiri (sinistrose). Miselium ini bergaris tengah antara 1 1,4 mikron.

Morfologi actinomycetes yang cukup penting untuk diketahui antara lain yaitu Streptomyces griseus. S. griseus dapat membentuk miselium vegetatif dan miselium udara. Miselium vegetatif bersepta sedang pada miselium vegetatif yang muda tidak bersepta. Hife yang membentuk spora bersepta. Miselium udara keputih-putihan kemudian hijau kekuning-kuningan atau abu-abu kecoklat-coklatan tergantung pada strain dan mediumnya. Hife sporogen tumbuh langsung dari miselium vegetatif. Spora merupakan rantai yang dibentuk pada miselum udara. Spora berbentuk bulat atau silinder.

S. griseus dibagi menjadi 4 strain berdasarkan atas daya untuk menghasilkan antibiotik.1. Strain yang menghasilkan streptomycin dan peka terhadap actinophage1. Strain yang hanya menghasilkan grisein atau zat seperti grisein dan tahan aktinophage.1. Strain yang menghasilkan antibiotik lain yang susunannya belum diketahui, yang hanya aktif pada bakteri gram positif.1. Strain yang tidak menghasilkan antibiotik (Jutono dkk, 1972)..