iii haspeng dan pembahasan pembuatan minyak cara basah
TRANSCRIPT
![Page 1: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/1.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
1
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan untuk pembuatan minyak
dari kelapa dengan menggunakan metode ekstraksi basah dan metode enzimatis.
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses
pengempaan daging buah tanaman Elaeis guineensis Jacg. Minyak kelapa sawit
digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatera palm oil (Badan
Standar Nasional, 1992).
Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi.
Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam keperluyan karena keunggulan sifat
yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan
bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis
yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik
(Harold, 1983).
Bagian yang paling sering diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian
daging buah menghasilkan minyak sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten
yang tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin
Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar
dikenal dengan proses basah (wet process), karena pada proses ini ditambahkan
air untuk mengekstrak minyak.
Awal mula untuk memperoleh minyak dari buah kelapa adalah bukan dari
kopra. Kopra dibuat pada waktu itu untuk memenuhi kekurangan minyak yang
melanda dataran eropa. Daging buah kelapa merupakan bahan yang mudah
membusuk hal ini disebabkan oleh kandungan airnya yang tinggi. Agar dapat
tahan lama diperjalanan maka daging buah kelapa dikeringkan dengan maksud
memperoleh kopra. Menurut Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden (1986)
komposisi kimia daging buah kelapa adalah air (50%), minyak (34%), abu (2,2%),
serat (3%), protein (3,5%) dan karbohidrat (7,3%).
![Page 2: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/2.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
2
3.1 Ekstraksi Minyak Kelapa Dengan Metode Ekstraksi Basah
Hal yang pertama kali dilakukan dalam pembuatan minyak dengan
ekstraksi basah adalah memarut daging buah kelapa lalu ditambahkan air dengan
perbandingan 1:1 dan 1:2 lalu dilakukan pemerasan dan disaring setelah
dihasilkan santan maka santan dipanaskan dalam wajan hingga terbentuk minyak
dan ampasnya ( galendo/ blondo) lalu minyak dan ampasnya dipisahkan dan
dihitung jumlah rendemennya .
Pada saat daging buah kelapa di parut selain bertujuan untuk mengecilkan
ukuran juga agar sel-selnya mengalami kerusakan dan isi sel akan dengan mudah
dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna putih yang dikenal dengan santan.
Santan mengandung minyak sebesar 50%. Sisa minyak yang lainnya dapat
diperoleh dengan penambahan air.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Pembuatan Minyak Dengan Ekstraksi Basah
Kel W kelapa(g)
W minyak (g)
Rendemen (%)
Lama (menit)
Bau Warna W galendo ( g)
1,2,3 ( 1:1)
1200 199,5669
16,63 125 khas minyak
Kuning jernih
117,4135
4,5 (1:2)
800 100,7883
12,5985
130 Khas minyak
Kuning keruh
149,9591
Keterangan: Data Yang Diperoleh Berdasarkan Hasil Praktikum, 2012.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 1200 gram kelapa yang telah
diparut dihasilkan sekitar 199,5669 gram minyak dengan perbandingan
penambahan airnya 1:1 ( 1200 g kelapa : 1200 ml air) sementara dari 800 gram
kelapa parut dihasilkan 100,7883 gram dengan perbandingan penambahan air 1:2
( 800 g kelapa: 1600 g air). Dengan demikian dapat dikatehui bahwa rendemen
yang paling tinggi dihasilkan oleh pembuatan minyak dengan perbandingan
penambahan air 1:1 yaitu 16,63% sementara pada perbandingan 1:2 hanya sekitar
12,5985%. Hal ini menunjukan bahwa penambahan air turut mempengaruhi
rendemen yang dihasilkan dimana makin tinggi penambahan air maka
rendemennya semakin kecil. Selain mempengaruhi rendemen, penambahan air
juga berpengaruh terhadap lama ekstraksi, dapat dilihat pada tabel bahwa
pembuatan minyak dengan perbandingan penambahan air 1:1 memerlukan waktu
![Page 3: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/3.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
3
125 menit dari mulai pemanasan hingga diperoleh minyak sementara pada
perbandingan 1:2 diperlukan sekitar 130 menit. Hal ini dikarenakan dengan
penambahan banyak air maka komponen yang harus diuapkan semakin bertambah
sehingga waktu yang diperlukan pun bertambah. Dari segi aroma minyak yang
dihasilkan baik pada perbandingan 1:1 maupun 1:2 tidak menunjukan adanya
perbedaan dimana aroma minyak yang dihasilkan memiliki aroma khas minyak
sementara pada warnanya terdapat sedikit perbedaan dimana pada minyak dengan
perbandingan air 1:1 warnanya kuning jernih sementara pada minyak perbadingan
1:2 kuning keruh. Kekeruhan ini dapat terjadi karena pengaruh lama pemanasan
yang lebih lama.
3.2 Ekstraksi Minyak Kelapa Dengan Metode Ekstraksi Enzimatis
Pembuatan minyak kelapa secara tradisional dilakukan dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Pembuatan minyak kelapa secara tradisional ini banyak
menimbulkan kerugian. Sebagai contoh, pemanasan yang tinggi dapat mengubah
struktur minyak serta menghasilkan warna minyak kurang baik. Selain dari
ekstraksi minyak dengan cara basah yang pada akhirnya menggunakan
pemanasan, terdapat cara pembuatan minyak tanpa pemanasan (Utari, 1989).
Pembuatan minyak kelapa tanpa pemanasan memiliki beberapa keunggulan, yaitu
bahan baku mudah diperoleh dengan harga murah, pengolahan sederhana dan
tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi minimal (Sugiyono, 2007). Dewasa
ini telah ditemukan suatu metode pembuatan minyak kelapa yang dapat
mengurangi kerugian-kerugian tersebut diatas. Metode ini didasarkan pada
penemuan bioteknologi sederhana, yaitu penggunaan Saccharomyces sp untuk
memisahkan minyak dari karbohidrat dan protein yang terdapat dalam sel-sel
endosperm biji kelapa. Metode ini lebih dikenal dengan pembuatan minyak kelapa
dengan menggunakan ragi atau pembuatan minyak kelapa secara fermentasi
(Ariwianti dan Cahyani, 2007).
Ektraksi minyak secara enzimatis dilakukan dengan menggunakan starter
dan metode fermentasi. Hal yang pertama kali dilakukan dalam pembuatan
minyak dengan ekstraksi enzimatis adalah memarut daging buah kelapa lalu
![Page 4: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/4.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
4
ditambahkan air hangat dengan suhu sekitar 700C dengan perbandingan 1:1 dan
1:2 lalu dilakukan pemerasan dan disaring setelah dihasilkan santan. Kemudian
santan didiamkan hingga membentuk krim santan setelah itu krim santan diambil
dan ditambahkan starter. Sebagai pembanding digunakan ragi tape 2%, starter
tape 2%, starter tape 2,5%, ragi fermipan 0,5% dan ragi fermipan 1%. Kemudian
dilakukan fermentasi hingga dihasilkan minyak. Pada saat penambahan starter
sebelumnya starter yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu agar
mempermudah pencampuran starter dengan krim santan. Setelah fermentasi
selesai maka bibit dan minyak dipisahkan, minyak dan blondo dipanaskan dalam
wajan selama kurang lebih 5-10 menit hingga terbentuk minyak dan ampasnya
( galendo/ blondo) lalu minyak dan ampasnya dipisahkan dan dihitung jumlah
rendemennya .
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembuatan Minyak Dengan Ekstraksi Basah
Kel
Perbandingan air dan kelapa
Inokulum
Warna setelah fermentasi
Aroma
Jumlah fase
Rendemen (G)
Persentase (%)
1 1:2 Ragi tape 2%
Putih keruhMinyak kuning jernih
Bau menyengat, agak tengik
3 fase 58,1567g 11,63%
2 1:2 Starter tape 2%
Putih keruh Bau menyengat
2 fase 90,277g 18,05%
3 1:2 Starter tape 2,5%
Putih keruh Bau menyengat
2 fase 64,4591g 12,89%
4 1:1 Fermipan 0,5%
Putih keruh Minyak kuning jernih
Bau menyengat, agak tengik
3 fase 81,6844g 16,336%
5 1:1 Fermipan 1%
Putih keruh Minyak kuning jernih
Bau menyengat, agak tengik
3 fase 74,1499g 14,83$
Keterangan: Data Yang Diperoleh Berdasarkan Hasil Praktikum, 2012.
![Page 5: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/5.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
5
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2 dapat dilihat bahwa warna
santan setelah dilakukan fermentasi menunjukan warna yang putih keruh hal ini
menunjukan pada dasarnya fermentasi tidak menyebabkan adanya perubahan
warna karena pada proses ini sendiri enzim yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme lah yang berperan dalam pembuatan/pembentukan minyak,
enzim ini tidak berpengaruh pada warna awal media tumbuhnya ( santan ).
Pada aroma, setelah dilakukan fermentasi timbul bau yang sangat
menyengat hal ini disebabkan oleh adanya hasil metabolit yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme/starter sehingga aromanya sangat menyengat. Parameter jumlah
fase yang terbentuk setelah fermentasi menunjukan 2 hasil yang berbeda dimana
pada pembuatan/ekstraksi minyak dengan menggunakan inokulum ragi ( baik itu
ragi tape maupun fermipan) menunjukan terbentuknya 3 fase yaitu minyak, air
dan krim/ blondo) sementara sampel/ santan yang diinokulasi dengan
menggunakan starter menunjukan hanya terbentuk 2 fase yaitu blondo dan air. Hal
ini menunjukan bahwa bahan yang diinokulasi dengan ragi berhasil menghasilkan
minyak sementara yang diinokulasi dengan starter menunjukan kegagalan.
Kegagalan ini dapat terjadi karena faktor kesalahan dalam pembuatan starter.
Pada minyak yang berhasil minyak akhir yang dihasilkan berwarna kuning jernih
hal ini berbeda dengan metode basah yang berwarna kuning agak gelap. Warna
pada minyak ini dapat terjadi karena faktor pengaruh dari pemanasan, dimana
pada cara basah pemanasan yang dilakukannya lebih lama sehingga warnanya ada
yang menunjukan agak kecoklatan sementara pada cara enzimatis warna
minyaknya jernih karena pemanasan hanya dilakukan diakhir dan itupun hanya
memerlukan waktu yang sebentar. Untuk aroma minyak yang dihasilkan pada
ekstraksi enzimatis tercium aroma menyengat yang agak sedikit tengik dan asam.
Hal ini dapat terjadi diakibatkan karena didalam minyak terdapat air maka akan
mengakibatkan reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan kerusakan minyak.
Reaksi hidrolisis akan menyebabkan ketengikan hidrolisis yang menghasilkan
rasa dan bau tengik pada minyak. Asam lemak bebas yang mudah menguap
dengan jumlah C4, C6, C8 , dan C10, menghasilkan bau tengik karena dapat
berubah menjadi senyawa keton, selain itu Semakin tinggi kadar air dalam VCO
menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat mengubah minyak menjadi
![Page 6: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/6.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
6
asam lemak bebas dan gliserol yang dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini
dihasilkan oleh mikroba yang tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air tinggi.
Reaksi hidrolisi ini mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita rasa dan
bau tengik pada minyak tersebut (Alamsyah, 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai rendemen yang berbeda
dalam hal ini kelapa dengan perbandingan penggunaan air dan kelapa 1:1
menunjukan rendemen yang lebih besar 77,91g ( nilai rata-rata )daripada santan
dengan perbandingan kelapa dan air 1:2 yaitu 70,96g ( nilai rata-rata).
Sebagaimana pada ekstraksi cara basah pada ekastraksi enzimatis penambahan air
mempengaruhi rendemen akhir makin tinggi penambahan air maka rendemennya
semakin kecil.
![Page 7: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/7.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
7
IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
1. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar
dikenal dengan proses basah (wet process), karena pada proses ini
ditambahkan air untuk mengekstrak minyak
2. Dari 1200 gram kelapa yang telah diparut dihasilkan sekitar 199,5669
gram minyak dengan perbandingan penambahan airnya 1:1 ( 1200 g
kelapa : 1200 ml air)
3. Dari 800 gram kelapa parut dihasilkan 100,7883 gram dengan
perbandingan penambahan air 1:2 ( 800 g kelapa: 1600 g air).
4. Rendemen yang paling tinggi dihasilkan oleh pembuatan minyak dengan
perbandingan penambahan air 1:1 yaitu 16,63% sementara pada
perbandingan 1:2 hanya sekitar 12,5985%. Hal ini menunjukan bahwa
penambahan air turut mempengaruhi rendemen yang dihasilkan dimana
makin tinggi penambahan air maka rendemennya semakin kecil.
5. Pembuatan minyak dengan perbandingan penambahan air 1:1 memerlukan
waktu 125 menit dari mulai pemanasan hingga diperoleh minya sementara
pada perbandingan 1:2 diperlukan sekitar 130 menit. Hal ini dikarenakan
dengan penambahan banyak air maka komponen yang harus diuapkan
semakin bertambah sehingga waktu yang diperlukan pun bertambah.
6. Dari segi aroma minyak yang dihasilkan baik pada perbandingan 1:1
maupun 1:2 tidak menunjukan adanya perbedaan dimana aroma minyak
yang dihasilkan memiliki aroma khas minyak
7. Pada warnanya terdapat sedikit perbedaan dimana pada minyak dengan
perbandingan air 1:1 warnanya kuning jernih sementara pada minyak
perbadingan 1:2 kuning keruh. Kekeruhan ini dapat terjadi karena
pengaruh lama pemanasan yang lebih lama.
8. Pada ekstraksi cara enzimatis sifat fisik akhir ditunjukan dengan warna
putih keruh dengan warna minyak akhir kuning jernih, aroma yang
menyengat dan agak tengik, terbentu 3 fase pada santan yang diinokulasi
![Page 8: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/8.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
8
dengan ragi dan 2 fase pada santan yang diinokulasi dengan starter, rata-
rata rendemen 77,91g pada santan (1:1 antara kelapa dan air) dan 70,96g
pada santan (1:2 antara kelapa dan air).
4.2. Saran
Ketika proses pemanasan pada saat pembuatan minyak dengan cara basah,
besar kecilnya api harus sangat diperhatikan karena akan mempengaruhi
warna akhir minyak yang diperoleh selain itu pada ekstraksi minyak secara
enzimatis pembuatan starter harus sangat diperhatikan karena hal tersebut
sangat mempengaruhi hasil akhir
![Page 9: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/9.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
9
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah,N.A.2005. Pengenalan Virgin Coconut Oil. Jakarta.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Ariwianti ID, Cahyani KA, 2007. Pembuatan Minyak Kelapa dari Santan secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain engan Penambahan Ragi Tempe. Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Harold Hart,” Organic Chemistry”, a Short Course, Sixth Edition, Michigan State University, 1983, Houghton Mifflin Co.
Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,” Third Edition, University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc, Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA.
Sugiyono, 2007. Pembuatan Minyak Kelapa Hemat Energi Teknologi Alternatif untuk Rakyat, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Utari N dan Muchtadi D, 1989. Ekstraksi Minyak Kelapa secara Enzimatis: Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak serta Evaluasi Sifat Fungsional dan Nilai Gizi Residu Padatan, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
![Page 10: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/10.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
10
LAMPIRAN
Jawaban pertanyaan!
1. Mengapa dalam pembuatan santan harus menggunakan air hangat?
Jawab: karena dengan menggunakan air hangat santan akan keluar lebih
banyak dibandingkan menggunakan air dingin.
2. Menapa dalam fermentasi toples yang digunakan harus tertutup?
Jawab: hal ini agar tidak terjadi terkontaminasi mikroorganisme dari luar
3. Jelaskan mekanisme terbentuknya minyak melalui proses fermentasi?
Jawab: Proses fermentasi oleh bakteri asam laktat terbukti mampu
mengekstraksi minyak dari emulsi krim santan kelapa. Selama proses
fermentasi terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun emulsi krim santan.
Senyawa karbohidrat dalam krim santan merupakan sumber karbon bagi
bakteri asam laktat yang digunakan sebagai sumber energi dalam metabolisme
sel (Nazaruddin dan Yasa, 2001). Pembentukan asam laktat dari karbohidrat
menyebabkan penurunan pH substrat, sehingga dapat menyebabkan protein
yang juga sebagai emulsifier pada krim santan mengalami denaturasidan
penggumpalan. Penguraian protein juga berlangsung secara enzimatis oleh
enzim aminpeptidase yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang digunakan
sebagai bakteri starter.Aminopeptidase merupakan eksopeptidase yang
menguraikan peptide menjadi asam amino (Yahya dkk., 1997). Dengan
terurainya karbohodrat dan protein dalam emulsi krim santan, maka molekul
minyak akan dibebaskan dan membentuk lapisan tersendiri yang dapat
dipisahkan dari bagian lainnya.
4. Jelaskan perbedaan karakteristik minyak hasil ekstraksi basah dan enzimatis
Jawab: warna pada ekstraksi minyak cara basah terdapat beberapa minyak yang
warnanya agak gelap sementara pada minyak hasil ekstraksi enzimatis
warnanya lebih jernih hal ini dapat terjadi karena faktor pemanasan, untuk
aroma pada ekstraksi basah aromanya khas minyak sementara pada ekstraksi
enzimatis terdapat aroma yang menyengat dan agak tengik serta asam hal ini
karena didalam minyak terdapat air maka akan mengakibatkan reaksi hidrolisis
yang dapat menyebabkan kerusakan minyak.
![Page 11: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/11.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
11
Perhitungan Rendemen Minyak
1. Pembuatan Minyak Dengan Ekstraksi Cara Basah
Perbandingan air yang digunakan
Berat kelapa
W minyak (g) Perhitungan rendemen
R=W minyakW kelapa
x100 %
1 : 1 1200 gram 199,5669
R=199,56691200
x 100 %
= 16,63%
1 : 2 800 gram 100,7883
R=100,7883800
x100 %
= 12,5985%
2. Pembuatan Minyak Dengan Ekstraksi Enzimatis
Perbandingan air yang digunakan
Berat kelapa
W minyak (g) Perhitungan rendemen
R=W minyakW kelapa
x100 %
1 : 2 ragi tape 2%
500 gram 58,1561
R=58,1561500
x 100 %
= 11,63%1 : 2Starter tape 2%
500 gram 90,277
R=90,277500
x100 %
= 18,05%1 : 2 Starter tape 2,5%
500 gram 64,4591
R=64,4591500
x 100 %
= 12,89%1 : 1Fermipan 0,5%
500 gram 81,6844
R=81,6844500
x100 %
= 16,336%1 : 1 Fermipan 1%
500 gram 74,1499
R=74,1499500
x 100 %
= 14,83%
![Page 12: III Haspeng Dan Pembahasan Pembuatan Minyak Cara Basah](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022081803/5572137f497959fc0b926c01/html5/thumbnails/12.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
12