senayanperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/bab ii revisian.docx · web viewsehingga tidak merusak...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Teluk Banten merupakan bagian dari Laut Jawa dan luas wilayah permukaan
totalnya 150 km² dan kedalaman rata-rata 10 m, memiliki ekosistem bawah laut
seperti ladang rumput laut, terumbu karang, dan cagar alam burung internasional
utama. Daerah pesisirnya, termasuk Kota Serang di dekatnya, dan Pelabuhan
Merak, sedang mengalami industrialisasi yang cepat (DKPEDSM, 2010).
Tunda adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa, yakni di sebelah
utara Teluk Banten. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah
Kabupaten Serang, Banten. Luas Pulau Tunda adalah sekitar 300 hektare. Pada
Tahun 2007, jumlah penduduk Pulau Tunda mencapai 3000 jiwa.
Secara administratif, di Pulau Tunda terdapat 1 desa yaitu Desa Wargasara.
Desa ini terdiri atas 2 dusun yakni Kampung Barat dan Kampung Timur.
Pekerjaan penduduk desa umumnya adalah nelayan, bercocok tanam palawija, dan
sebagian kecil sebagai pedagang perantara. Namun nelayan di Pulau Tunda, pada
umumnya tidak menggunakan jarring atau pukat untuk mendapatkan ikan,
melainkan menggunakan alat pancing untuk memancing ikan setiap berlayar.
Sehingga tidak merusak ekosistem terumbu karang yang ada. (DKPEDSM,
2009).
2.2 Terumbu Karang (Coral Reef)
Hewan karang tersusun atas unit – unit organisme yang sangat kecil yang
disebut dengan polyp. Polyp sendiri tersusun atas dua lapis jaringan (tissues),
yakni: lapisan epidermis dan lapisan gastrodermis yang menempel pada suatu
rangka, sedangkan antara dua lapisan tersebut dibatasi oleh lapisan mesoglea.
Hewan polyp juga mempunyai senjata untuk menangkap mangsa berupa benang
(mesener filaments) yang mengandung nematosis. Sistem saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorok (pharynx) dan kolumela (bagian tengah dari koralit
di bawah mulut). Koralit merupakan bagian rangka (corallum) yang diendapkan
oleh satu hewan polyp (Diektorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2006).
5
Terumbu karang merupakan endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang
di hasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu dari Filum Cnidaria, Ordo
Scleratina. Binatang karang ini dalam hidupnya bersimbiosis dengan
zooxanthellae pada proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini adalah endapan
masif kalsium karbonat (Supriharyono, 2000).
Terumbu karang di bedakan antara hewan karang (reef coral) sebagai
individu organisme dan terumbu karang (coral reef) sebagai satu ekosistem
termasuk organisme karang. Terdapat dua kelompok terumbu karang yaitu karang
yang membentuk terumbu (hermatific corals) dan karang yang tidak dapat
membentuk terumbu (ahermatific corals). Kelompok pertama dalam prosesnya
bersimbiosis dengan zooxanthellae dan membutuhkan sinar matahari untuk
membentuk bangunan dari kapur yang kemudian di kenal reef building corals,
sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk bangunan kapur di kenal
dengan non-reef buildingcorals di mana secara normalnya tidak tergantung pada
sinar matahari (Muzahar 2003).
Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap
individu karang disebut polip menempati mangkuk kecil yang di namakan koralit.
Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun
yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar
penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit
luar dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari
kulit dalamnya disebut gastrodermis. Pada gastrodermis terdapat tumbuhan renik
bersel tunggal yang di namankan zooxanthellae sampai saat ini zooxanthellae
yang bersimbiosis dan terdapat dikarang adalah jenis Symbiodinium
microadriaticum (Lesser, 2004).
Zooxanthellae dapat berada dalam tubuh polip melalui proses reproduksi
polip. Pada reproduksi seksual, karang mendapatkan zooxanthellae secara
langsung dari induk, atau secara tidak langsung dari perairan. Pada reproduksi
aseksual, zooxanthellae akan langsung dipindahkan ke koloni baru atau ikut
bersama fragmen-fragmen karang yang terpisah dari koloni. Keberadaan
6
zooxanthellae pada polip karang dapat mencapai lebih dari 1 juta sel per cm2
permukaan karang (Timotius, 2003).
Dalam lapisan endoderm (Gambar 1.) hidup simbion alga bersel satu
zooxanthellae, yang dapat menghasilkan zat organik, melalui proses fotosintesis.
Selain bersimbiosis dengan zooxanthellae yang menghasilkan bahan organik,
disamping itu karang juga memakan plankton untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (DKP, 2006).
Gambar 1. Anatomi Terumbu Karang ( Suharsono, 2004)
2.2.1 Morfologi
Menurut Supriyono (2000) karang atau disebut polip memiliki bagian –
bagian tubuh terdiri dari :
1. Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari
perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan
(gastrvascular).
3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut
gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara kedua
lapisn terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut juga mesoglea. Jaringan
ini terdiri dari sel – sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian
besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka
luar karang, material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).
7
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Direktorat Jendral DKP (2006), hewan karang dapat diklasifikasikan
ke dalam filum Coelenterata,Sub Filum Cnidaria,Kelas Anthozoa,Ordo Scleratina,
termasuk dalam beberapa Famili.
2.2.3 Tipe Terumbu Karang
Dapat dikenal beberapa tipe terumbu karang yang berlainan (Gambar 2.),
Umumnya mereka dikelompokkan menjadi tiga katgori. Nybakken (1992)
mengelompokkan formasi terumbu karang dalam tiga kategori (Gambar 2.) yaitu:
1. Terumbu karang tepi (fringing reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di
sepanjang pantai dan kedalamannya tidak lebih dari 40meter. Terumbu ini
tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka.
2. Terumbu karang penghalang (barrier reef), berada jauh dari pantai yang
dipisahkan oleh lagoon dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu
karang ini memanjang menyusuri pantai.
3. Atoll, yang merupakan berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari
perairan yang dalam, jauh dari daratan dan melingkari lagoon yang memiliki
terumbu lagoon atau terumbu petak.
a. b. c.
Gambar 2. Formasi terumbu karang (Sukmara et al., 2003)
2.2.4 Tipe Pertumbuhan Karang
Karang mempunyai variasi bentuk pertumbuhan individu ataupun koloninya
yang berkaitan erat dengan tata air dan pencahayaan dari sinar matahari pada
masing – masing lokasi. Menurut (Suharsono, 1996), tipe pertumbuhan karang
dapat dibedakan menjadi :
8
1. Tipe Karang Bercabang (branching)
Suatu koloni karang disebut berbentuk bercabang apabila koloni
tersebut mempunyai percabangan sekunder (Gambar 3.). Koloni karang akan
berbentuk bercabang apabila koloni tersebut tidak mengalami tekanan yang besar
dari lingkungannya (Supriharyono, 2000).
Gambar 3. Tipe karang Bercabang ( Rahman, 2007)
2. Tipe Karang Padat (massive)
Bentuk massive merupakan koloni yang tumbuh membulat. Koloni
tersebut terlihat seperti batu kali. Bentuk koloni massive dapat berukuran kecil
hingga sangat besar (kira – kira sebesar rumah). Dapat dilihat pada (Gambar. 4),
bentuk tersebut dapat terjadi apabila koloni karang berada di lingkungan yang
kurang cahaya, terkena tekanan berupa arus dan gelombang yang kuat dan
tereskpos oleh udara ketika air laut pasang (Supriharyono, 2000).
Gambar 4. Tipe Karang Padat (Rahman, 2007)
3. Tipe Karang Kerak (encrusthing)
Karang seperti ini tumbuh menutupi permukaan dasar terumbu. Karang
ini memiliki permukaan yang kasar dan keras serta lubang – lubang kecil. Bentuk
mengerak terlihat seperti lumut kerak (Gambar 5). Karang tumbuh berupa
9
lembaran yang menjalar di atas substratnya. Hal tersebut bisa terjadi karena
mengalami tekanan hidrodiamis (arus dan gelombang) yang sangat besar atau
karena sangat sering terekspos oleh udara (Supriharyono, 2000).
Gambar 5. Tipe Karang Kerak (Rahman, 2007)
4. Tipe Karang Meja (tabulate)
Karang seperti ini tumbuh menutupi permukaan dasar terumbu. Karang
ini memiliki permukaan yang kasar dan keras serta adanya benjolan – benjolan
kecil pada permukaanya (Gambar 6). Bentuk seperti meja dan luasnya bisa
mencapai beberapa meter persegi. Berbentuk seperti lempengan dan pipih.
(Supriharyono, 2000).
Gambar 6. Tipe Karang Meja (Rahman,2007)
5. Tipe Karang Daun (folliose)
Bentuk koloni lembaran terlihat seperti lembaran – lembaran tipis
kelopak bunga. Diketahui bahwa karang yang teradaptasi di perairan yang
sedimentasinya tinggi akan membentuk lembaran (Gambar 7.) (Supriharyono,
2000).
10
Gambar 7. Tipe Karang Daun (Rahman, 2007)
6. Tipe Karang Jamur (mushroom)
Karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur (Gambar 8.),
memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat
mulut. (Supriharyono, 2000)
Gambar 8. Tipe Karang Jamur (Rahman, 2007)
7. Tipe Karang Submasif (submassive)
Karang ini berbentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-
kolom kecil pada permukaanya (Gambar 9.) (Supriharyono, 2000).
Gambar 9. Tipe Karang submasif ( Rahman, 2007)
11
8. Tipe Karang Api milepora)
Semua jenis karang api yang dapat dikenali dengan adanya warna
kuning di ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar bila disentuh.
(Gambar 10.) (Supriharyono, 2000).
Gambar 10. Tipe Karang Api (Rahman, 2007)
10. Tipe Karang Biru (heliopora)
Karang ini berbentuk seperti lengkungan – lengkungan dan berwarna
biru pada bagiang rangkanya. (Gambar 11.) (Supriharyono, 2000).
Gambar 11. Tipe Karang Biru (Rahman, 2007)
11. Tipe Karang Berjari (digitate)
Karang ini memiliki bentuk pertumbuhannya bercabang, dengan
cabang-cabang yang jaraknya berdekatan seperti jari-jari tangan. (Gambar 12.)
(Supriharyono, 2000).
12
Gambar 12. Tipe Karang Berjari (Rahman, 2007)
2.3 Faktor Pembatas Terumbu karang
Keanekaragaman, penyebaran dan pertumbuhan terumbu karang tergantung
pada kondisi lingkungan. Kenyataannya, kondisi ini tidak statis, tetapi mengalami
suatu fluktuasi karena adanya gangguan. Beberapa faktor lingkungan pembatas
bagi kehidupan terumbu karang, yaitu :
1. Cahaya
Karang hermatific pada perkembangannya bersimbiosisdengan zooxanthellae
dan membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis. Menurut Supriharyono
(2000), titik kompensasi binatang karang terhadap cahaya adalah pada intesitas
cahaya antara 200 – 700 cm, sedangkan intesitas cahaya pada umumnya di
permukaan laut 2500 – 5000 cm,. Kondisi ini menerangkan bahwa penyebaran
karang hermatific umumnya terjadi di daerah tropis.
Terkait dengan pengaruh cahaya, kedalaman suatu perairan dapat
memperngaruhi kehidupan terumbu karang. Pada kedalaman tertentu setelah
melewati kolom perairan intesitas cahaya akan menurun. Secara umum dengan
kondisi perairan jernih, terumbu karang dapat hidup pada kedalaman 20 m
(Supriharyono, 2000).
2. Suhu
Suhu terutama membatasi sebaran karang secara geografis. Suhu paling baik
untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25oC – 30oC (Sukarno et al., 1983).
Nybakken (1992) mengatakan bahwa terumbu karang masih dapat mentoleransi
suhu sampai kira – kira 36oC – 40oC. Perkembangan terumbu karang paling
optimal terjadi diperairan yang suhu rata – rata tahunannya 23oC – 25oC.
Supriharyono (2000), mengatakan bahwa perbubahan suhu secara mendadak
sekitar 4oC – 6oC di bawah atau diatas ambient level dpat mengurangi
pertumbuhan karang bahkan dapat mematikannya.
13
3. Salinitas
Salinitas rata – rata di perairan tropis adalah 35%o dimana masih dalam
kisaran optimum untuk pertumbuhan karang yaitu 34 – 36 %o (Kinsman, 1964
dalam Supriharyono , 2000). Kondisi ini menerangkan bahwa disekitar muara
sungai jarang ditemukan ekosistem terumbu karang . Lebih lanjut diterangkan
bahwa terumbu karang tidak dapat bertahan hidup pada salinitas yang
menyimpang dari salinitas normal air laun (32 – 35 %o) (Nybakken, 1992).
4.Arus
Pergerakan arus berperan dalam proses aliran makanan dan oksigen serta
membantu membersihkan timbunan kotoran dan endapan yang mnempel pada
polip karang (Sukarno et al., 1981). Arus dibutuhkan untuk mendatangkan
makanan berupa plankton. Pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih
baik dibandingkan dengan perairan tenang (Nontji, 2003).
Pergerakan air merupakan faktor penting dalam menentukan bentuk dan
pertumbuhan dari terumbu karang. Bagian terumbu karang yang tereskpos
(berhadapan) dengan arus adalah yang pertama masuknya air dan bersamanya
terbawa zat hara yang bersifat planktonis (Naamin, 2001). Perairan dengan
kecepatan arusnya tidak lebih dari 0,5 m/s dan tinggi gelombangnya tidak lebih
dari 2 meter merupakan keadaan yang ideal bagi pertumbuhan dan kehidupan
karang
Gambar 13. Faktor – faktor fisik yang berpengaruh pada polip dan terumbu
karang (Nybakken, 1992)
14
2.4 Manfaat Terumbu Karang
Terumbu karang memiliki peranan yang sangat penting lingkungan kawasan
pesisir dan lautan, baik ditinjau dari segi biologi, ekologi, social ekonomi maupun
budaya, Supriharyono (2000) menerangkan bahwa ekosistem terumbu karang
mempunyai menfaat yang bermacam – macam yaitu sebagai berikut :
1). Sumber makanan
Ikan karang, penyu, udang, octopus, conches, kerang oyster dan rumput laut
merupakan sumber makanan bagi manusia yang banyak terdapat di ekosistem
terumbu karang, dan banyak dimanfaatkan oleh para nelayan.
2). Bahan obat – obatan
Hasil pembentukan karang banyak digunakan untuk bahan penebalan dan
penyeimbang (stabilizer). Pada industry pharmaucetical dan penelitian
mikrobiologis digunakan sebgai bahan dasar untuk cream, lotion, sabun, dan
miyak. Disamping ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan additive pada
beberapa proses industri.
3) Objek wisata bahari
Wisata bahari merupakan salah satu sector andalan untuk menghasilkan
devisa negara di luar migas. Menurut Murdiyanto (2003), sector wisata bahari
menyumbangkan devisa cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 864 milyar pada tahun
1990. Andalan utama kegiatan wisata bahari yang banyak diminati wisatawan
adalah aspek keindahan dan keunikan terumbu karang.
4). Ornamental dan aquarium ikan laut
Banyak produk laut yang saat ini diperdagangkan, baik untuk hiasan
(ornament) ataupun untuk aquarium. Ornamen tersebut biasanya dibuat dari
cangkang moluska, akar bahar, karang mati, atau langsung dari bahan tersebut di
atas yang telah diawetkan.
5). Bahan bangunan
Batu – batu karang mati banyak ditambang dari terumbu karang untuk bahan
produksi kapur, bahan bangunan sebagai pengganti batu bata, untuk konstruksi,
untuk produksi kalsium karbonat dan untuk pengisian daerah reklamasi pantai.
6). Penahan gelombang dan pelabuhan
15
Secara alami keberadaan terumbu karang dapat melindungi pantai dari bahaya
abrasi. Demikian pula breakwater alami ini juga berfungsi untuk melindungi back
reef dari gelombang besar.
2.5 Fakor Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
(Supriharyono, 2000) mengatakan bahwa kegiatan – kegiatan yang merusak
terumbu karang, yaitu:
1). Pengembangan wilayah pesisir
Kegiatan pengerukan untuk mendapatkan lahan industry, perumahan,
rekreasi, dan lapangan udara ataupun pengerukan untuk memperdalam alur
pelayan bagi pelabuhan ataupun marina memberikan dampak yang sangat besar
karena menyebabkan kekeruhan air dan juga dapat mengubah pola sirkulasi air.
Kekeruhan akibat sedimentasi dapat terbawa arus cukup jauh, tergantung dari
besar kecilnya partikel sedimen, sehingga dapat mengganggu kehidupan terumbu
kayang yang letaknya jauh dari lokasi aktivitas.
2). Penambangan karang batu
Sejumlah besar karang batu dan pasir diambil setiap tahunnya utnuk
kebutuhan pembuatan kapur, bahan pembuatan jalan dan bangunan, dan juga
untuk pembangunan pondasi rumah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya erosi
dan juga berpindahnya pasir ke lokasi lain sebagai akibat dari perubahan pola
sirkulasi. Penambangan karang batu di Indonesia merupakan kegiatan yang
penting untuk dikaji karena selain merupakan kegiatan yang dilarang juga
menimbulkan dampak berat terhadap kawasan pesisir dan peruntukkannya.
3). Cara penangkapan yang merusak
Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak ataupunbahan kimia
beracun dinyatakan terlarang namun kegiatan penangkapan dengan cara ini masih
terus berlangsung secara meluas di seluruh perairan Indonesia. Cara penangkapan
dengan bahan kimia beracun dan bahan peledak merupakan kegiatan yang sangat
merusak atau menghancurkan terumbu karang. Cara penangkapan ikan lainnya
yang dikategorikan dapat merusak terumbu karang adalah pukat dasar (trawl)
yang dioperasikan berdekatan dengan terumbu karang. Penangkapan dengan
menggunakan
16
tombak tau panah (spearfishing) juga banyak dilakukan dan dampaknnya terhadap
kelestarian terumbu karang masih banyak diperdebatkan.
4). Pemanfaatan rekreasi intensif
Walaupun sekarang ini wisata bahari belum menyebar luas di Indonesia
namun gejala-gejala peningkatan rekreasi ini menujukkan peningkatan yang
cukup tajam. Wisata bahari merupakan salah satu rekreasi yang dapat
menimbulkan kerusakan pada terumbu karang terutama berkenaan dengan
aktifitas rekreasi penyelaman. Dampak negative lainnya yang dapat ditimbulkan
oleh wisata bahari diantaranya kerusakan terumbu karang akibat membuang
jangkar diatas terumbu, perahu mendaratkan wisatawan diatas terumbu,
wisatawan berjalan diatas terumbu, limbah dari kemasan (plastik, kaleng
minuman) dan pengambilan biota sebagai cinderamata.
Kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan wisata bahari pada umumnya
bersifat local. Tampaknya dampak yang berat tidak berasal dari kegiatan di dalam
airnya tetapi lenih sebagai akibat dari pengembangan wilayah pesisir untuk wisata
dan pencemaran di wilayah – wilayah yang sempit berupa teluk-teluk kecil
dengan system sirkulasi agak tertutup. Pemecah ombak atau dermaga dibangun
untuk melindungi pantai namun hal ini menyebabkan berubahnya pola arus yang
menyebabkan timbulnya erosi pantai.
2.6 Pengertian Metode Transek Garis (LIT)
Metode LIT digunakan untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu
karang berdasarkan bentuk pertumbuhan dalam satuan persen, dan mencatat
jumlah biota bentik yang ada sepanjang garis transek. Komunitas dicirikan dengan
menggunakan kategori "Lifeform" yang memberikan gambaran deskriptif
morfologi komunitas karang.
Data yang diambil adalah kategori bentuk pertumbuhan karang (lifeform) serta
kategori lainnya, genus karang, dan tipe substrat. Hasil yang didapat dari data ini
adalah persen penutupan karang keras (percent coverage of hard coral) beserta
tipe substrat dasar lainnya, dan kelimpahan genus karang keras (hard coral) dan
karang lunak (soft coral) yang ditemukan.(Tabel 1).
17
Tabel 1. Kategori Bentuk Pertumbuhan Karang serta Substrat Lainnya (English
et al., 1994)
Kategori Kode KeteranganDead Coral DC Karang yang baru mati, berwarna putih
Dead Coral with Algae DCA Karang mati yang ditumbuhi alga
Hard Coral:Acropora Branching ACB Bercabang seperti ranting.
contoh: A. formosa, A. Palmata
Encrusting ACE Bentuk merayap, seperti Acropora yang belum sempurna. Contoh: A. cuneata
Submassive ACS Bercabang lempeng dan kokoh.Contoh: A. Palifera
Digitate ACD Percabangan rapat seperti jari tangan. Contoh: A. digitifera, A. Humilis
Tabulate ACT Percabangan arah mendatar.Contoh: A. Hyacinthus
Non Acropora Branching CB Bercabang seperti ranting pohon. Contoh: Seriatopora hystrix
Encrusting CE Bentuk merayap, menempel pada substrat. Contoh: Montipora undata
Foliose CF Bentuk menyerupai lembaran.Contoh: Merulina ampliata
Massive CM Bentuk seperti batu besar.Contoh: Platygyra daedalea
Submassive CS Bentuk kokoh dengan tonjolan.Contoh: Porites lichen
Mushroom CMR Bentuk seperti jamur, soliter.Contoh: Fungia repanda
Millepora CME Semua jenis karang api, warna kuning diujung koloni.
Heliopora CHL Karang biru, adanya warna biru pada skeleton.
Other Fauna:Soft Coral SC Karang dengan tubuh lunak
Sponge SP Contoh: Aaptos aaptosZoanthids ZO Contoh: Palythoa tuberculosa
Others: OT Anemon, teripang, gorgonian, kimaAlgae Algae Assemblage AA Terdiri lebih dari satu jenis alga
Coralline Algae CA Alga yang mempunyai struktur kapurHalimeda HA Alga dari genus Halimeda
18
Kategori Kode KeteranganMacroalgae MA Alga berukuran besarTurf Algae TA Menyerupai rumput-rumput halus
Abiotic Sand S PasirRubble R Patahan karang yang berserakanSilt SI LumpurWater WA Kolom air /celah dengan kedalaman lebih
dari 50 cm
Rock RCK Tapakan karang termasuk batu kapurOther DDD Data tidak tercatat atau hilang