ii - balitbanglamteng.com · aspek geografi dan demografi 7 2.2. aspek perekonomian 10 2.3. aspek...

104

Upload: ngoque

Post on 30-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi
Page 2: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

ii

KATA PENGANTAR

Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Lampung Tengah akan dihadapkanpada berbagai masalah kompleks terkait isu ketahanan pangan, efisiensi proses produksidalam pasar global, peningkatan kesejahteraan petani, penyediaan lapangan kerja,penurunan kualitas sumber daya lahan, produk pertanian ramah lingkungan yang perludipertimbangkan dalam membangun sektor pertanian. Berdasarkan hal-hal tersebut makadibutuhkan suatu kajian yang ditujukan untuk menciptakan dan membangun inovasipertanian dalam setiap kegiatan pembangunan sektor pertanian dalam rangkamenghadapi inflasi di Kabupaten Lampung Tengah.

Laporan Pendahuluan Kajian Inovasi Pertanian dalam rangka menghadapi Inflasi diKabupaten Lampung Tengah disusun atas kerjasama antara Fakultas PertanianUniversitas Lampung dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah KabupatenLampung Tengah.

Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi pada BadanPenelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Lampung Tengah yang telah memberikepercayaan kepada Fakultas Pertanian Universitas Lampung untuk mengelola kegiatanini. Semoga luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini dapat menjadi dasarpertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam rangka perencanaandan pembangunan bidang pertanian serta memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Bandar Lampung, Juni 2017

Dekan Fakultas PertanianUniversitas Lampung

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.NIP. 196110201986031002

Page 3: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan, Sasaran dan Manfaat 6

1.2.1. Tujuan 61.2.2. Sasaran 61.2.3. Manfaat 6

BAB II. GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH 72.1. Aspek geografi dan Demografi 72.2. Aspek Perekonomian 102.3. Aspek Pertanian 19

BAB III. METODOLOGI 233.1. Metode Pengumpulan Data 233.2. Metode Analisis 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 274.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja Produk Domestik Regional

Bruto Pertanian dan Inflasi Kabupaten Lampung Tengah 274.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Inflasi per komoditas di

Kabupaten Lampung Tengah 31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 985.1. Kesimpulan 985.2. Saran 99

DAFTAR PUSTAKA 101

Page 4: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 km yang terdiridari 28 kecamatan, 301 kampung dan 10 kelurahan yang terletak antara 104o 35’ sampai105o 50’ Bujur Timur dan 4o 30’ sampai 4o 15’ Lintang Selatan. Kabupaten LampungTengah merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Lampung (13,57% daritotal luas wilayah Provinsi Lampung). Kecamatan dengan wilayah terluas di KabupatenLampung Tengah adalah Kecamatan Bandar Mataram dengan luas 1055,28 km2 danwilayah terkecil adalah Kecamatan Bumi Ratu Nuban seluas 65,14 Km2. (BPS Lamteng,2016).

Berdasarkan data BPS Lamteng1 (2016), penggunaan lahan di Kabupaten LampungTengah didominasi oleh lahan bukan sawah atau lahan kering yang terdiri dari ladang,tegal, perkebunan, padang penggembalaan, hutan rakyat dan lahan sementara tidakdiusahakan sebesar 309.988 hektar (65,75%) serta lahan sawah sebesar 80.763 hektar(16,02%) (Gambar 1), sehingga sektor pertanian merupakan sektor yang memegangperanan penting dalam perekonomian wilayah Kabupaten Lampung Tengah. Hal ini berartibahwa pengembangan pertanian pada lahan sawah dan bukan sawah akan sangat berartiuntuk peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Lampung Tengah.

Page 5: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

2

Gambar 1. Persentase penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruhbarang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yangtimbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu. Penyusunan PDRBdapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, danpendapatan yang disajikan atas dasar harga konstan (riil) dan harga berlaku (nominal).Harga konstan adalah penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yangdihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tetap di satu tahun dasar, sedangkanpenilaian harga berlaku pada harga tahun sedang berjalan. Tahun Dasar adalah tahunterpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar penghitungan tahun-tahun yang lain, dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri data denganindikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi. Harga berlaku menunjukkankemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah, nilai yang besarmenunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknyasedangkan harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomisecara keseluruhan atau setiap kategori dan tahun ke tahun (BPS Lamteng2, 2016).

Harga konstan PDRB Kabupaten Lampung Tengah pada pendapatan per sektorusaha sebesar Rp. 30,9 triliun (tahun 2011) dan Rp. 36,7 triliun (tahun 2014), ataumeningkat Rp. 5,8 triliun (15,83%). Berdasarkan harga berlaku PDRB sebesar Rp. 44.3

65,75%16,02%

18,23%

Penggunaan Lahan di KabupatenLampung Tengah (%)

lahan bukan sawah lahan sawah lain-lain

Page 6: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

3

triliun (tahun 2014) atau meningkat 35,22% dari tahun 2011 sebesar Rp. 32,7 triliun(Gambar 2).

Gambar 2. Perbandingan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten LampungTengah

Struktur perekonomian Kabupaten Lampung Tengah didukung oleh sektor pertaniansebagai basis perekonomian wilayah yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB,terbukti dari tahun 2011 hingga 2014 cukup dominan dalam memberikan kontribusiterhadap perekonomian wilayah dibandingkan sektor lainnya. Berdasarkan data BPSLamteng2 (2016), kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlakuberturut-turut dari tahun 2011 - 2014 adalah 38,97% (tahun 2011), 37,87% (tahun 2012),37,35% (tahun 2013) dan 37,09% (tahun 2014) (Gambar 3)

tahun 2011 tahun 2014

Rp30.867.149,8Rp36.673.948,1Rp32.731.169,4

Rp44.261.494,1

Perbandingan Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Lampung Tengah

(Juta)

Harga Konstan Harga Berlaku

Page 7: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

4

Gambar 3. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Lampung Tengah daritahun 2011 – 2014 (BPS Lamteng2, 2016)

Berdasarkan Teori Ekonomi Wilayah “The Law Diminishing of Return” yangdikemukakan oleh David Ricardo (1772-1823) yang menyatakan bahwa jika kitamenambah terus menerus salah satu unit input dalam jumlah yang sama, sedangkan inputyang lain tetap maka mula-mula akan terjadi tambahan output yang lebih dari proporsional(increasing return) tapi pada titik tertentu hasil lebih yang kita peroleh akan semakinberkurang (diminishing return) (Stannado, 2015). Gambaran kurva teori ini dapat dilihatpada Gambar 3. Dalam arti bahwa sektor pertanian memiliki ambang batas dalampertumbuhannya, sehingga jika telah melewati atau mendekati ambang bataspertumbuhan maka sektor tersebut cenderung mengalami penurunan seperti yang terjadipada kontribusi sektor pertanian Kabupaten Lampung Tengah, akan tetapi kontribusisektor pertanian masih dominan dalam perkembangan ekonomi wilayah KabupatenLampung Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah masihmerupakan daerah agraris berbasis sektor primer.

3636,5

3737,5

3838,5

3939,5

2011 2012 2013 2014

Pers

enta

se (%

)

Tahun

Kontribusi Sektor Pertanianterhadap PDRB Kabupaten

Lampung Tengah

Kontribusi SektorPertanian

Page 8: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

5

Gambar 4. Kurva Teori Ekonomi Wilayah “The Law of Diminishing Return”

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,yaitu meningkatnya permintaan melebihi penawaran atau diatas kemampuan berproduksi(Demand Pull Inflation), seperti peningkatan konsumsi masyarakat, berlebihnya likuiditaspasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat ketidaklancarandistribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secarakontinyu. Tingkat inflasi di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 9,22% (tahun 2014) lebihtinggi dari tahun 2013 sebesar 7,60%.

Pembangunan sektor pertanian akan dihadapkan pada berbagai masalah yangsemakin kompleks terkait isu ketahanan pangan, efisiensi proses produksi dalam pasarglobal, peningkatan kesejahteraan petani, penyediaan lapangan kerja, penurunan kualitassumber daya lahan, produk-produk pertanian yang ramah lingkungan perludipertimbangkan dalam membangun sektor pertanian. Oleh karena itu, penelitian dankajian perlu diarahkan untuk menciptakan dan membangun inovasi pertanian atauagribisnis yang harus menjadi sasaran dalam setiap kegiatan pembangunan sektorpertanian dalam rangka menghadapi inflasi di Kabupaten Lampung Tengah.

Page 9: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

6

1.2. TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT1.2.1. Tujuan

Tujuan pelaksanaan Kajian Inovasi Pertanian dalam rangka menghadapi Inflasi diKabupaten Lampung Tengah adalah :

A. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja Produk Domestik RegionalBruto dan perananya terhadap wilayah Kabupaten Lampung Tengah.

B. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi di KabupatenLampung Tengah.

C. Menetapkan strategi dan menemukenali inovasi pertanian untuk meningkatkanProduk Domestik Regional Bruto dan menghadapi inflasi di Kabupaten LampungTengah.

1.2.2. SasaranSasaran pelaksanaan Kajian Inovasi Pertanian dalam rangka menghadapi Inflasi

di Kabupaten Lampung Tengah adalah :1. Tersedia faktor – faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto

pada sektor pertanian.2. Tersedia faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi di Kabupaten Lampung

Tengah.3. Tersedia rekomendasi kebijakan strategi dan inovasi pertanian dalam rangka

meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto dan menghadapi inflasi diKabupaten Lampung Tengah.

1.2.3. ManfaatSecara umum manfaat dari kajian ini adalah sebagai bahan pertimbangan

pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam rangka perencanaan pembangunanbidang pertanian.

Page 10: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

7

BAB IIGAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi2.1.1. Aspek Geografi

Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah 4789,82 Km2. KabupatenLampung Tengah terdiri dari 28 kecamatan, 10 kelurahan dan 297 desa dengan Ibu KotaKabupaten ditetapkan di Kecamatan Gunung Sugih. Kecamatan terluas adalahKecamatan Bandar Mataram dengan luas 1055,28 Km2 dan kecamatan tersempit adalahKecamatan Bumi Ratu Nuban seluas 65,14 Km2. Luas wilayah Kabupaten LampungTengah menurut Kecamatan disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Lampung TengahNo Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah

KelurahanJumlah

Desa1. Bandar Mataram 1055,28 - 122. Selagai Lingga 308,52 - 133. Terusan Nunyai 302,05 - 74. Way Pengubuan 210,72 - 75. Terbanggi Besar 208,65 3 76. Padang Ratu 204,44 - 157. Pubian 173,88 - 208. Anak Tuha 161,64 - 129. Seputih Raman 146,65 - 14

10. Seputih Banyak 145,92 - 1311. Seputih Surabaya 144,6 - 1312. Bandar Surabaya 142,39 - 1013. Bangun Rejo 132,63 - 1614. Seputih Agung 122,27 - 915. Seputih Mataram 120,01 - 1216. Punggur 118,45 - 917. Bumi Nabung 108,94 - 618. Sendang Agung 108,89 - 919. Rumbia 106,09 - 820. Gunung Sugih 130,12 4 1121. Kali Rejo 101,31 - 1622. Putra Rumbia 95,02 - 1023. Bekri 93,51 - 824. Way Seputih 77,84 - 625. Trimurjo 68,43 3 1126. Anak Ratu Aji 68,39 - 627. Kota Gajah 68,05 - 728. Bumi Ratu Nuban 65,14 - 10

TOTAL 4.789,82 10 297Sumber: Kabupaten Lampung Tengah dalam Angka 2016

Page 11: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

8

Secara geografis batas wilayah administrasi Kabupaten Lampung Tengah (Gambar5) adalah berbatasan dengan :1) Utara : Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung Utara;2) Selatan : Kabupaten Pesawaran;3) Timur : Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro;4) Barat : Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat.

Letak Kabupaten Lampung Tengah dilihat dari posisi garis lintang dan garis bujurterletak terletak di antara 1040 35’ sampai 1050 50’ Bujur Timur dan 4030’ sampai 4015’Lintang Selatan. Lampung Tengah merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata± 46 meter.

Gambar 5. Peta Kabupaten Lampung Tengah

Page 12: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

9

2.1.2. Aspek DemografiPenduduk Lampung Tengah menurut data tahun 2015 sebanyak 1.239.096 jiwa

menurun sebesar 38.089 jiwa dibandingkan tahun 2014 . Penduduk Kabupaten LampungTengah tersebar di dua puluh delapan Kecamatan. Tahun 2015, Penduduk paling sedikitterdapat di Kecamatan Anak Ratu Aji dengan jumlah penduduk 15.936 jiwa, sementarapenduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Terbanggi Besar dengan jumlah penduduk117.317 jiwa (Tabel 2.2.).

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk (jiwa) dan Rasio Jenis Kelamin (%) Menurut Kecamatandi Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Rasio Jenis Kelamin1 Terbanggi Besar 117.317 100,852 Bandar Mataram 76.793 109,363 Gunung Sugih 66.661 102,904 Kalirejo 66.342 104,415 Bangun Rejo 57.046 103,156 Trimurjo 51.068 103,747 Padang Ratu 49.214 104,508 Seputih Agung 49.208 102,549 Seputih Raman 48.336 101,15

10 Seputih Mataram 47.711 103,4311 Seputih Surabaya 46.397 103,8912 Seputih Banyak 44.552 102,5613 Terusan Nunyai 44.429 103,3514 Pubian 41.927 104,2515 Way Pengubuan 41.835 101,5016 Punggur 38.510 103,6817 Sendang Agung 37.392 105,4618 Anak Tuha 37.244 103,1119 Rumbia 35.341 105,8520 Bandar Surabaya 33.930 105,2521 Kota Gajah 33.352 102,3822 Selagai Lingga 33.035 106,0423 Bumi Nabung 31.929 105,1324 Bumi Ratu Nuban 30.653 104,7425 Bekri 26.639 102,3026 Way Seputih 18.168 103,1127 Putra Rumbia 18.131 106,3428 Anak Ratu Aji 15.936 105,26

Jumlah 1.239.096 103,75Sumber : Kabupaten Lampung Tengah dalam Angka 2016

Page 13: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

10

Ditinjau dari jenis kelamin terlihat bahwa rasio jenis kelamin sebesar 103,75 yangberarti untuk 100 penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki (Tabel 2.3.).Menurut data Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016 selama 3 tahun terakhir,komposisi penduduk didominasi oleh penduduk usia produktif di mana persentasenyamencapai sekitar 54,22 persen. Sedangkan persentase penduduk usia muda sekitar 27,31persen. Sisanya ialah penduduk usia tua yakni sekitar 18,47 persen. Jika komposisipenduduk usia kerja terus meningkat, maka angka ketergantungan akan semakin menurunsehingga berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang.

Tabel 2.3. Statistik Demografi Lampung Tengah Tahun 2015No Uraian 20151. Laju Pertumbuhan Penduduk 2014-2015 (%) 0,972. Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 258,693. Rasio Jenis Kelamin (%) 103,75

Sumber : Kabupaten Lampung Tengah dalam Angka 2016

2.2. Aspek Perekonomian2.2.1. Realisasi APBD

Realisasi belanja pemerintah di tahun 2015 mencapai 2.023,62 milyar rupiah ataunaik 10,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sekitar 61,22 persen dari total belanjatersebut digunakan untuk membiayai belanja pegawai. Sedangkan belanja modal dan jasayang dialokasikan oleh pemerintah sekitar 13,81 persen. Sementara itu, sumberpembiayaan masih bergantung pada DAU di mana porsi DAU terhadap total pendapatanpemerintah mencapai 60,32 persen. Dana Alokasi Umum ini termasuk ke dalam danaperimbangan pemerintah sebesar 1.377,67 milyar rupiah. Di tahun 2013 dan 2014persentase DAU terhadap belanja pemerintah masing-masing ialah 67,31 persen dan65,81 persen. Sedangkan sumber penerimaan yang berasal dari PAD masih sangat kecilkontribusinya, yakni hanya sekitar 0,61 persen (Statistik Daerah Kabupaten LampungTengah 2016).

Page 14: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

11

Tabel 2.4. APBD Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013-2015 (milyar Rp)

No Uraian 2013 2014 20151. PAD 8,18 10,82 11,632. Dana 1.251,07 1.329,27 1.377,673. Pendapatan 281,10 351,79 529,614. Jumlah 1.540,35 1.691,87 1.918,925. Total Belanja 1.612,49 1.724,09 1.898,88

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016

2.2.2. Pembangunan Manusia dan KemiskinanSalah satu tolok ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian

pembangunan manusia pada tingkat regional ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).IPM merupakan indikator komposit yang disusun dari 3 komponen yaitu lamanya hidup,tingkat pendidikan dan tingkat kehidupan yang layak. Semakin tinggi angka IPM, makasemakin tinggi kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduknya.

Ditinjau dari angka IPM terlihat bahwa kualitas penduduk Kabupaten LampungTengah semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2013, angka IPM KabupatenLampung Tengah sebesar 66,57 naik menjadi 67,07 di tahun 2014. Selanjutnya, di tahun2015 angka IPM Kabupaten Lampung Tengah naik kembali menjadi 67,61. Peningkatanangka IPM ini disebabkan pengaruh dari investasi sumber daya manusia melaluipendidikan dan kesehatan yang semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya.

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016Gambar 6. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lampung Tengah

Tahun 2013 - 2015

Page 15: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

12

Seiring dengan meningkatnya angka IPM (Gambar 6), tingkat kemiskinanberangsur-angsur turun (Tabel 2.5.). Selama kurun waktu 2012-2014, persentase jumlahpenduduk miskin mengalami penurunan dari 13,76 persen turun menjadi 13,13 persen.Penduduk miskin ini ialah penduduk yang rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah 326,61 ribu rupiah di tahun 2014. Besaran itu setara dengan 2100 kilokalorikebutuhan makanan ditambah kebutuhan minimum bukan makanan yang meliputiperumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Tabel 2.5. Statistik Kemiskinan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 -2014

Uraian 2012 2013 2014Garis kemiskinan(ribu Rp)

291,44 313,94 326,61

Penduduk Miskin(%)

14,96 13,37 13,13

Jumlah PendudukMiskin

180,23 162,81 161,60

Sumber : Kabupaten Lampung Tengah dalam Angka 2016

2.2.3. Perkembangan Usaha Dagang dan IndustriPerkembangan usaha dagang berbadan hukum selama 2013-2015 selalu

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Total usaha dagang tahun 2013 adalah11.774 usaha, tahun 2014 semakin meningkat menjadi 12.010 usaha atau meningkatsebesar 2 persen dan tahun 2015, usaha dagang meingkat kembali menjadi 13.221 usahaatau meningkat sebesar 10,08 persen. Perkembangan usaha dagang yang paling banyakterjadi pada klasifikasi usaha perdagangan yang memberikan share sekitar 84,36 persen.Sementara untuk usaha dengan klasifikasi yang paling rendah adalah firma dan koperasidengan share tidak lebih dari 3,15 persen. Perkembangan usaha ini sangat mendukungpengembangan sektor industri di Kabupaten Lampung Tengah.

Page 16: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

13

Tabel 2.6. Perkembangan Usaha Dagang Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013-2015

Klasifikasi 2013 2014 2015Perseroan Terbatas 386 394 494Koperasi 382 389 417CV 932 951 1.038Firma - - -Perdagangan 10.073 10.274 11.153Badan Usaha Lainnya 1 2 119Total 11.774 12.010 13.221Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016

2.2.4. Perbankan dan InvestasiPada sektor perbankan dan investasi, posisi penghimpunan dana sampai akhir

Desember 2015 mencapai 2.525,31 milyar rupiah, atau mengalami kenaikan sekitar 25,32persen dibandingkan tahun 2014. Meningkatnya penghimpunan dana ternyata diikuti jugaoleh kenaikan penyaluran kredit usaha kecil (KUK). Posisi dana kredit perbankanmeningkat dari yang sebelumnya 1.553,25 milyar rupiah pada tahun 2014 menjadi1.752,28 milyar rupiah atau sebesar 12,81 persen. Hal yang sama terjadi pada kreditusaha kecil yang mengalami kenaikan dari 539 milyar rupiah menjadi 642 milyar rupiahatau sebesar 19,11 persen. Kemudian bila dilihat dari posisi simpanan berjangkamengalami kenaikan sekitar 39,23 persen, yakni dari 338,35 milyar naik menjadi 471,09milyar rupiah. Di sisi lain, posisi tabungan juga meningkat 253,74 milyar rupiah atausebesar 18,15 persen. Kondisi ini menunjukan bahwa masyarakat cenderung lebihmenyukai untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan dibandingkan simpananberjangka.

Kondisi investasi di Kabupaten Lampung Tengah mengalami peningkatanditunjukkan oleh naiknya nilai investasi dan nilai produksi dari tahun 2013 hingga 2015.Pada tahun 2014 nilai investasi dan nilai produksi meningkat tajam menjadi Rp. 164.399milyar dan Rp. 265.674 milyar rupiah. Sementara di tahun 2015 juga mengalami kenaikanmeskipun tidak signifikan seperti di tahun sebelumnya sebesar 0,05 persen dan 0,06persen.

Page 17: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

14

Tabel 2.7. Statistik Dana Perbankan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013-2015

No Klasifikasi 2013 2014 20151. Posisi Penghimpunan Dana 1.764 2.015 2.5252. Posisi Kredit Perbankan 1.511 1.553 1.7533. Posisi Kredit Usaha Kecil 449 539 6424. Posisi Simpanan Berjangka 277 338 4715. Posisi Tabungan 1.241 1.398 1.651

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016

2.2.5. Laju InflasiInflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-

menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan olehberbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditasdi pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibatadanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan prosesmenurunnya nilai mata uang secara kontinyu.

Perkembangan harga rata-rata sembako di Lampung Tengah memperlihatkanadanya kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2013, harga beras sebesar 7.830 rupiahkemudian naik menjadi 8.498 rupiah di tahun 2014 atau sebesar 8,53 persen dan di tahun2015 ini naik kembali sebesar 4,05 persen. Sama halnya dengan beras, minyak gorengjuga mengalami kenaikan di tahun ini kenaikannya sebesar 3,92 persen. Sementara untukgula pasir sempat mengalami penurunan di tahun 2014, namun naik kembali di tahun2015. Lonjakan harga yang tinggi terjadi pada daging sapi, dimana kenaikan harga rata-ratanya mencapai 26,01 persen. Sementara untuk daging ayam relatif menurun di tahun2015. Naik turunnya harga barang dan jasa yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakatditunjukkan melalui inflasi atau deflasi. Inflasi atau deflasi dibutuhkan untuk melumasiperekonomian, akan tetapi inflasi yang menembus dua digit justru menyebabkaninstabilitas ekonomi suatu daerah. Kondisi inflasi di Lampung Tengah. Pada tahun 2015,inflasi terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar –0,13 persen. Sedangkan inflasitertinggi terjadi di penghujung tahun 2015 yaitu sebesar 0,81 persen. Inflasi ini dipicu olehperilaku konsumtif masyarakat dalam menyambut pergantian tahun baru sehinggamenyebabkan naiknya harga bahan.

Page 18: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

15

2.2.6. Pengeluaran Penduduk dan Konsumsi MakananPola pengeluaran penduduk dapat dilihat dengan cara membedakan pengeluaran

menurut kelompok makanan dan bukan makanan. Pada tahun 2014, persentasepengeluaran makanan di tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan bukan makanan atausebesar 54,45 persen. Hal yang sama terjadi pada tahun 2015 dimana persentasepengeluaran makanan dibandingkan totalnya sebesar 50,97 persen. Selama 3 tahunterakhir terlihat bahwa pengeluaran penduduk makanan dan bukan makanan di KabupatenLampung Tengah relatif mengalami peningkatan, meskipun sempat turun di tahun 2014sebesar 0,13 persen. Namun, di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 113,38 riburupiah atau sebesar 18,11 persen. Bila dilihat dari pengeluaran menurut kelompokmakanan di tahun 2015, terlihat bahwa pengeluaran rata-rata per kapita terbesar beradapada kelompok makanan dan minuman jadi, kemudian kelompok padi dan umbi-umbian,serta tembakau dan sirih. Komposisi untuk tembakau dan sirih ternyata cukupmendominasi dalam pengeluaran makanan sekitar 15,33 persen. Sementara kelompokmakanan dengan pengeluaran per kapita terendah yaitu konsumsi lainnya seperti: minyakdan lemak, bumbu-bumbuan, serta bahan minuman yang hanya sebesar 12,39 persen dariseluruh total pengeluaran kelompok makanan.

2.2.7. Pendapatan RegionalNilai PDRB nominal Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015 telah mencapai

48.106 milyar rupiah. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, nilai PDRB ini mengalamikenaikan 3.845 milyar rupiah atau sekitar 8,69 persen. Secara riil, nilai PDRB meningkatdari 36.674 milyar rupiah naik menjadi 38.627 milyar rupiah. Artinya, selama tahun 2015ekonomi Lampung Tengah tumbuh sekitar 5,33 persen. Sumber pertumbuhan ekonomitersebut sebagian besar berasal dari sektor pertanian yakni sekitar 36,89 persen. Setelahitu, industri pengolahan sebesar 22,81 persen dan perdagangan besar dan eceran sebesar10,37 persen. Sedangkan kontribusi sektor yang lainnya terhadap pertumbuhan ekonomidibawah 5 persen.

Page 19: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

16

Ditinjau dari struktur ekonomi terlihat bahwa perekonomian Lampung Tengah masihbergantung pada sektor pertanian. Kontribusi sektor ini dalam perekonomian mencapai36,89 persen. Sektor lain yang mempunyai sumbangan relatif tinggi ialah sektor industripengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sementara itu, pertumbuhanekonomi Lampung Tengah relatif mengalami penurunan dari tahun 2013 hingga 2015,meskipun tidak terlalu signifikan di tahun 2015. Sedangkan, bila dilihat nilai PDRB perkapita di tahun 2015 sebesar 39,20 juta rupiah sementara di tahun 2014 sebesar 31,47juta rupiah. Angka PDRB per kapita ini meningkat sekitar 7,73 juta rupiah atau sebesar24,56 persen. Kenaikan ini mengindikasikan naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat dikabupaten Lampung Tengah.

2.2.8. Perbandingan RegionalPerbandingan regional merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja

pembangunan ekonomi suatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya dalam satuProvinsi. Ditinjau dari nilai PDRB nominal, Lampung Tengah merupakan kabupaten yangpenciptaan nilai tambahnya tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di ProvinsiLampung. Kabupaten lainnya yang mampu menghasilkan nilai tambah relatif besarberikutnya adalah Kota Bandar Lampung dan Lampung Selatan. Sementara itu, bila dilihatdari nilai pengeluaran per kapita Kabupaten Lampung Tengah, di tahun 2015 telahmencapai 10,30 juta rupiah atau menempati ranking 3 di Lampung setelah Kota BandarLampung dan Metro. Di tahun 2015, seluruh kabupaten kota di Provinsi Lampungmengalami pertumbuhan ekonomi lebih dari 4 persen. Kabupaten Lampung Tengahmemiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi ke-3 di Lampung yang mencapai 5,33 persen.Kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar adalah Kota BandarLampung dan Kabupaten Way Kanan yang masing-masing mencapai 6,28 persen dan5,46 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang paling rendah adalah KabupatenPesawaran sekitar 4,07 persen. Di sisi lain, kualitas sumber daya manusia LampungTengah masih relatif baik. Angka IPM Kabupaten Lampung Tengah sebesar 67,61 beradadi peringkat ke-3 setelah Kota Metro dan Bandar Lampung. Sementara kabupaten denganangka IPM terendah di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Mesuji dengan angka IPMsebesar 59,79 .

Page 20: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

17

2.2.9. Pertumbuhan Produk Domestik Regional BrutoProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah besarnya produk domestik

bruto (PDB) suatu daerah propinsi atau kabupaten/kota. PDRB dapatdigunakan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap pembangunan yang telahdilaksanakan serta dapat dipakai sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) digunakan untuk mengukur tingkatkesejahteraan masyarakat secara umum. Produk Domestik Regional Bruto per kapitaKabupaten Lampung Tengah berdasarkan harga berlaku dan konstan tahun 2012 – 2015disajikan dalam Tabel 2.8., dapat dilihat perkembangan PDRB yang selalu meningkatterutama pada Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), yang menggambarkan pendapatanyang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk. Pertumbuhan tersebutmenggambarkan pendapatan yang diterima oleh penduduk semakin meningkat pula.

Page 21: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

18

Tabel 2.8. PDRB Sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 s.d. 2015

(dalam ribu rupiah)

No Sektor2012 2013 2014* 2015**

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb HkPertanian, Peternakan, Perburuandan Jasa Pertanian

12.203.978 10911159 13.120.764 11383640 14.615.381 11851269 15.853.980 12.362.424

a. Tanaman Pangan 6.013.188 5121667 6380.176 5.240.643 6.891.360 5.344.809 7.494.910 5.565.837b. Tanaman Hortikultura 20.209 18901 24.114 21.839 24.733 22.049 25.955 22.481c. Perkebunan Semusim 248.436 230773 275.833 244.853 310.880 261.323 350.544 278.9045 Tanaman Hortikultura 967.540 937942 1.094.180 1.008.791 1.226.907 1.055.727 1.335.824 1.106.745

6 Perkebunan Tahunan 2.260.033 2087545 2.395.276 2.189.886 2.761.859 2.316.415 2.935.630 2.412.2767 Peternakan 2.415.498 2263182 2.643.528 2.413.100 3.050.235 2.576.255 3.308.868 2.678.4728 Jasa Pertanian dan Perburuan 279.073 251148 307.656 264.529 349.406 247.692 402.249 297.710

Keterangan : * Angka revisi ; ** Angka SementaraSumber : Kabupaten Lampung Tengah dalam Angka 2016

Page 22: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

19

2.3. Aspek Pertanian2.3.1. Statistik Tanaman Pangan

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu lumbung padi di ProvinsiLampung. Total produksi padi Lampung Tengah menyumbang lebih dari seperlima totalproduksi padi Provinsi Lampung. Di tahun 2015, produksi padi Kabupaten LampungTengah telah mencapai 855,96 ribu ton atau mengalami kenaikan sekitar 14,24 persendibandingkan dengan tahun 2014. Selain lumbung padi, Kabupaten Lampung Tengah jugamerupakan salah satu sentra produksi jagung. Dapat dilihat pada tahun 2015 produksijagung mengalami kenaikan sebesar 494 ton. Meskipun luas panen jagung mengalamipenurunan. Pada tahun 2013 hingga 2015, produksi jagung selalu mengalami peningkatanmeskipun tidak terlalu signifikan.

Komoditas unggulan lainnya yang menjadi unggulan Kabupaten Lampung Tengahialah ubi kayu. Produksi ubi kayu pada tahun 2015 mengalami penurunan dari 2,31 juta tonturun menjadi 2,24 juta ton. Meskipun demikian produksi ini masih yang terbesar diProvinsi Lampung dan menyokong sepertiga dari total produksi ubi kayu ProvinsiLampung. Komoditas tanaman pangan lainnya yang dihasilkan dari Kabupaten LampungTengah juga memiliki arti strategis bagi produksi tanaman pangan di Provinsi Lampung.Sumbangan produksi kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan ubi jalar tahun 2015berkisar antara 15 persen hingga 25 persen.

Page 23: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

20

Tabel 2.9. Statistik Tanaman Pangan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013-2015

Uraian 2013 2014 2015Padi Sawah

a. Luas Panen (Ha) 127.325 138.690 140.462b. Produksi (Ton) 688.153 749.265 855.961

Jagunga. Luas Panen (Ha) 56.872 51.805 45.528b. Produksi (Ton) 293.706 300.050 300.544

Kedelaia. Luas Panen (Ha) 777 2.036 1.042b. Produksi (Ton) 880 2.679 2.575

Kacang Tanaha. Luas Panen (Ha) - 1.511 735b. Produksi (Ton) - 1.663 743

Kacang Hijaua. Luas Panen (Ha) - 349 229b. Produksi (Ton) - 362 208

Ubi Kayua. Luas Panen (Ha) 123.516 91.908 95.292b. Produksi (Ton) 3.244.519 2.310.814 2.243.832

Ubi Jalara. Luas Panen (Ha) 838 615 375b. Produksi (Ton) 8.922 6.702 7.262

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016

2.3.2. Dominasi Agroindustri pada Sektor IndustriJumlah perusahaan industri pengolahan yang berskala besar di Lampung Tengah

(Tabel...) tahun 2015 tidak mengalami perubahan yang signifikan terutama untukperusahaan berskala besar, yakni 74 Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) dan14 Industri Logam, Mesin, Elektronika, Kimia dan Aneka (ILMEKA). Penambahan jumlahindustri pada skala kecil dan menengah IHPK dan ILMEKA yakni 4819 usaha IHPK dan685 usaha ILMEKA. Dari sisi tenaga kerja, penambahan jumlah industri ini menyebabkannaiknya jumlah tenaga kerja di kedua jenis industri tersebut. Jumlah tenaga kerja yangbekerja di IHPK berskala kecil dan menengah bertambah sebanyak 194 orang. Sedangkankenaikan tenaga kerja di ILMEKA berskala kecil dan menengah hanya sebanyak 5 orang.

Page 24: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

21

Tabel 2.10. Statistik Industri Pengolahan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013-2015

Uraian 2013 2014 2015Unit Usaha

1. IHPKa. Besar 74 74 74b. Kecil 4.682 4.736 4.8192. ILMEKAa. Besar 11 13 14b. Kecil 676 683 685

Tenaga Kerja1. IHPK

a. Besar 10.279 10.279 10.279b. Kecil 20.544 20.878 21.072

2. ILMEKAa. Besar 1.562 1.577 1.579b. Kecil 3.469 3.503 3.508

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016

Nilai investasi dari tahun 2013 hingga 2015 terlihat nilai investasi IHPK 4 kali nilaiinvestasi ILMEKA. Nilai investasi IHPK tahun 2015 meningkat dari tahun 2014 sebesar Rp.434,41 milyar mencapai Rp. 434.50 milyar, sedangkan nilai investasi ILMEKA hanya Rp.99,85 milyar. Persentase kenaikan nilai investasi selama 3 tahun terakhir, ILMEKA lebihtinggi dibandingkan dengan nilai investasi IHPK. Bila dibandingkan dengan tahun 2014,nilai investasi ILMEKA tahun 2015 mengalami kenaikan sekitar 0,23 persen, sementaranilai investasi IHPK hanya meningkat sekitar 0,02 persen (Gambar 7).

Page 25: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

22

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Lampung Tengah 2016Gambar 7. Perkembangan Nilai Investasi Sektor Industri Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2013-2015 (milyar Rp)

2.3.3. Nilai Tukar PetaniNilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio indeks harga yang diterima petani dengan

indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Secarakonsepsional NTP mengukur kemampuan tukar komoditas produk pertanian yangdihasilkan petani dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petanidan keperluan mereka dalam menghasilkan produk pertanian. Jika nilai NTP pada waktutertentu lebih besar dari 100 persen, berarti kesejahteraan petani pada saat itu lebih baikdibandingkan dengan tahun dasar dan sebaliknya (Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung,2015). Rasio NTP diketahui dari indeks yang diterima petani berbanding indeks yangdibayar petani. Rasio NTP dari tahun 2013 hingga 2015 berada diatas 1 berturut-turutyaitu 1,02 ; 1,04 dan 1,03. Nilai Tukar Petani di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel2.11.Tabel 2.11. Nilai Tukar Petani Tahun 2011 s.d. 2015 Provinsi Lampung

No Uraian 2013 2014 20151 Indeks yang diterima Petani (It) 106,7 115,62 121,352 Indeks yang dibayar Petani (Ib) 104,82 110,98 117,593 Rasio 1,02 1,04 1,03

Sumber : Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung, 2015

Page 26: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

23

BAB IIIMETODOLOGI

3.1. Metode Pengumpulan DataLokasi Kajian Inovasi Pertanian dalam rangka menghadapi Inflasi di Kabupaten

Lampung Tengah. Waktu pelaksanaan pada bulaun Mei – Agustus 2017. Pengumpulandata dilakukan dengan cara survey, wawancara, dan kepustakaan. Data mencakup datapertanian regional Kabupaten Lampung Tengah. Data komoditas produk unggulanmengacu pada Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor830/Kpts/Rc.040/12/2016, yaitu tanaman pangan (Ubi kayu, jagung, kedelai, padi),tanaman hortikultura (bawang merah, dan cabe merah), tanaman perkebunan (karet, tebu,dan sawit), dan peternakan (sapi dan ayam ras pedaging).

Data primer yang digunakan adalah data yang dikumpulkan secara langsungmelalui FGD (Forum group discussion) yaitu hasil kuisioner. Data sekunder yaitu data yangdiperoleh dari literatur/dokumen yang berasal dari instansi terkait berupa gambaran umum,kondisi wilayah, data produksi, harga, ekspor, dan import data komoditas pertanianLampung Tengah.

3.2. Metode Analisis3.2.1. Sumber Inflasi1. Tarikan permintaan (Demand pull inflation)

Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa yang menyebabkan terjadinyakenaikan Harga

Page 27: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

24

Keterangan:P = Price (harga)Q= Quantity (jumlah barang)E = Equilibrium (keseimbangan pasar)

2. Cost Push Inflation

Keterangan:P = Price (harga)Q= Quantity (jumlah barang)E = Equilibrium (keseimbangan pasar)

3.2.2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)Kajian ini akan dimulai melalui analisis PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

secara runtut waktu (time series).PDRB = C + I + G + (x - m) = f (T, L, K, N)

C : pengeluaran konsumsi rumah tanggaI : pembentukan modal (investasi swasta (ip) dan investasi pemerintah (ig))G : pengeluaran pemerintah(x - m) : selisih nilai ekspor dan imporT : TeknologiL : LahanK : KapitalN : Tenaga Kerja

Page 28: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

25

Kajian ini menekankan pada aspek sisi penawaran, dimana PDRB ditentukan olehTeknologi (Inovasi), Lahan, Kapital, dan Tenaga Kerja. Oleh sebab itu inovasi pertaniansangat penting untuk meningkatkan PDRB sehingga inflasi dapat terkendali.

PDRB akan dianalisis terutama sumbangan dari sektor pertanian. PerkembanganPDRB dan ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkanoleh adanya perubahan dalam tingkat volume produksi barang dan jasa yang dihasilkandan perubahan dalam tingkat harganya. Pengukuran perubahan volume produksi atauperkembangan produktivitas secara nyata, faktor pegaruh atas perubahan harga perludihilangkan dengan cara menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRBper kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masingpenduduk akibat dari adanya aktivitas produksi.

Nilai PDRB per kapita = total PDRB / jumlah penduduk

PDRB per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatudaerah. Apabila data tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanyaperubahan kemakmuran.

3.2.3. Indeks Harga Konsumen (IHK)Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga

yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan. IHK mengukur rata-rata perubahan harga dari suatu paket komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat/rumahtangga di suatu daerah (urban) dalam kurun waktu tertentu.

3.2.4. Laju InflasiKegiatan PDRB sektor pertanian juga diikuti dengan kajian inflasi yang terjadi di

wilayah yang bersangkutan. Rumus yang dipakai untuk menentukan laju inflasi adalahsebagai berikut:

Laju Inflasi = IHK t – IHK t-1 x 100IHK t-1

IHK t : Indeks harga konsumen periode ke tIHK t-1 : Indeks harga konsumen periode ke t-1 (periode lalu)

Page 29: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

26

Kajian-kajian tersebut akan dilakukan secara deskriptif kuantitatif berdasarkan datasekunder. Adapun bentuk inovasi sektor pertanian akan dikreasi dari hasil FGD dandiskusi terstruktur yang melibatkan berbagai pakar dan stakeholders. Tujuan satu, dua,dan tiga kajian ini dijelaskan secara sinergi per komoditi.

Page 30: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja Produk Domestik RegionalBruto Pertanian dan Inflasi Kabupaten Lampung Tengah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barangdan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibatberbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku(ADHB) atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlakupada periode penghitungan dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. PDRBADHB menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatuwilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yangbesar, begitu juga sebaliknya (BPS Lampung Tengah, 2017).

PDRB Kabupaten Lampung Tengah menurut lapangan usaha dirinci menjadi 17kategori lapangan usaha, sebagian besar kategori dirinci menjadi sub kategori. Kategoriyang memiliki peran terbesar pada nilai PDRB Kabupaten Lampung Tengah dari tahun2012 hingga tahun 2016 adalah kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan denganpersentase sebesar 35,88 persen pada tahun 2016, diikuti oleh kategori IndustriPengolahan sebesar 23,36 persen. Peranan PDRB menurut lapangan usaha di KabupatenLampung Tengah dari tahun 2012 hingga tahun 2016 disajikan pada Tabel 4.1.

Page 31: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

28

Tabel 4.1. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kabupaten LampungTengah tahun 2012-2016

NoLapangan

Usaha/Industry 2012 2013 2014 2015* 2016**1

Pertanian, Kehutanan, danPerikanan/Agriculture,Forestry and Fishing

Rp. 13.669,22(juta)

Rp. 14.783,49(juta)

Rp. 16.519,37(juta)

Rp. 17.766,94(juta)

Rp. 19.796,42(juta)

37,87 37,35 37,24 36,35 35,88

2 Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying

4,25 4,35 4,37 4,56 4,90

3 IndustriPengolahan/Manufacturing

22,78 22,97 23,05 23,99 23,36

4 Pengadaan Listrik andGas/Electricity and Gas

0,05 0,05 0,05 0,06 0,08

5 Pengadaan Air, PengelolaanSampah, Limbah dan DaurUlang/Water Supply, Sewerage,Waste Management

0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

6 Konstruksi/Construction 10,32 10,16 10,03 9,50 9,947 Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan SepedaMotor/ Wholesale and RetailTrade, Repair of Motor Vehiclesand Motorcycles

10,55 10,45 10,17 10,21 10,16

8 Transportasi dan Pergudangan/Transportation and Storage

2,14 2,31 2,54 2,80 2,75

9 Penyediaan Akomodasi danMakan Minum/Accomodationand Food Services Activities

0,98 1,00 1,05 1,11 1,12

10 Informasi dan Komunikasi/Information and Communication

2,64 2,70 2,67 2,72 3,02

11 Jasa Keuangan dan Asuransi/Financial and InsuranceActivities

1,62 1,71 1,74 1,61 1,64

12 Real Estat/Real Estate Activities 1,78 1,81 1,83 1,78 1,8713 Jasa Perusahaan/Business

Activities0,10 0,10 0,12 0,12 0,12

14 Administrasi Pemerintahan,Pertahanan and Jaminan SosialWajib/Public Administration andDefence, Compulsory SocialSecurity

1,65 1,71 1,79 1,77 1,75

15 Jasa Pendidikan/Education 2,21 2,28 2,27 2,27 2,2716 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial/Human Health and SocialWork Activities

0,48 0,49 0,51 0,53 0,53

17 Jasa Lainnya/Other ServicesActivities

0,54 0,53 0,53 0,57 0,56

Produk Domestik Regional Bruto/GrossRegional Domestic Product

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Tengah (2017)* Angka sementara** Angka sangat Sementara

Share sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan semakin turun pada tahun2012 sebesar 37,87 persen menjadi 35,88 persen pada tahun 2016. Namun nilai

Page 32: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

29

PDRBnya semakin meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp 13.669,22 juta menjadi Rp19.796,42 juta pada tahun 2016, menunjukkan terjadinya transformasi struktural diKabupaten Lampung Tengah dari sektor pertanian ke arah sektor industri, perdagangan,dan jasa. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Lampung Tengah mengalami kemajuan dankeberhasilan dalam pembangunan ekonominya.

Tabel 4.2. Peranan lapangan usaha terhadap PDRB kategori pertanian, peternakan,perburuan dan jasa pertanian (persen), 2012-2016

NoLapangan Usaha/Industry Tahun

2012 2013 2014 2015* 2016**1 Pertanian, Peternakan, Perburuan

dan Jasa Pertanian/Agriculture,Livestock, Hunting and AgricultureServices

89,28 88,29 87,90 88,14 88,80

a. Tanaman Pangan/Food Crops 43,99 42,69 41,13 41,40 41,69b. Tanaman Hortikultura/Horticultural

Crops7,23 7,56 0,15 0,15 0,15

c. Tanaman Perkebunan/PlantationCrops

18,35 18,07 1,88 1,90 2,00

d. Peternakan/Livestock 17,67 17,88 7,29 7,25 7,42e. Jasa Pertanian dan

Perburuan/Agriculture Servicesand Hunting

2,04 2,08 16,72 16,72 15,40

2 Kehutanan dan PenebanganKayu/Forestry and Logging

0,04 0,01 18,61 18,61 19,82

3 Perikanan/Fishery 10,67 11,67 2,12 2,12 2,31Pertanian, Peternakan, Perburuan danJasa Pertanian/Agriculture, Livestock,Hunting and Agriculture Services

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Tengah (2017)* Angka sementara** Angka sangat sementara

Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mencakup berbagai sub kategori yaitu(1) sub kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yang terdiri darigolongan tanaman pangan, golongan tanaman hortikultura, golongan tanamanperkebunan, golongan peternakan, dan golongan jasa pertanian dan perburuan ; (2) subkategori Usaha Kehutanan dan Penebangan Kayu ; dan (3) sub kategori Perikanan.

Page 33: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

30

Golongan tanaman pangan memiliki persentase terbesar dalam sub kategori Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian pada tahun 2016 dan golongan tanamanhortikultura menyumbang nilai tambah paling sedikit pada tahun 2016. Golongan tanamanperkebunan, golongan peternakan, dan golongan jasa pertanian dan perburuan memilikipersentase nilai tambah terhadap PDRB pada sub kategori Pertanian, Peternakan,Perburuan dan Jasa Pertanian tahun 2016 berturut-turut sebesar 2,00 persen ; 7,42persen ; dan 15,40 persen.

Nilai PDRB dari golongan tanaman pangan dari tahun 2012 hingga 2016 fluktuatif tiaptahunnya, yaitu berada pada kisaran 41 - 44 persen. Pada golongan tanaman hortikultura,mengalami penurunan kontribusi nilai yang signifikan dari tahun 2012 pada angka 7,23persen kemudian pada tahun 2014 sangat menurun menjadi 0,15 persen dan terus samahingga tahun 2016. Penurunan kontribusi pada tahun 2014 juga terjadi pada golongantanaman perkebunan dan golongan peternakan kemudian persentase pada tahunselanjutnya relatif stabil hingga tahun 2016. Golongan tanaman perkebunan mengalamipenurunan kontribusi nilai dari 18,07 persen pada tahun 2013 menjadi 1,88 persen padatahun 2014, kemudian golongan peternakan dari 17,67 persen pada tahun 2013 menjadi7,29 persen pada tahun 2014. Tetapi penurunan ketiga golongan tersebut diimbangi olehpeningkatan kontribusi nilai PDRB dari golongan jasa pertanian dan perkebunan sebesar2,08 persen pada tahun 2013 menjadi 16,72 persen pada tahun 2014 dan selanjutnyarelatif stabil hingga tahun 2016 (Tabel 4.2).

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yangberlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa didalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebutmenyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikansebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. IHKmerupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Indeks Hargakonsumen (IHK) adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatupaket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktutertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa (BPS, 2017).

Page 34: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

31

Inflasi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu (Boediono, 1998) :a. Inflasi Ringan : < 10 % per tahunb. Inflasi Sedang : 10 – 30 % per tahunc. Inflasi Berat : 30 -100 % per tahund. Hiperinflasi : ≥100 % per tahun

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,yaitu meningkatnya permintaan melebihi penawaran atau diatas kemampuan berproduksi(Demand Pull Inflation), seperti peningkatan konsumsi masyarakat, berlebihnya likuiditaspasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat ketidaklancarandistribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secarakontinyu. Tingkat inflasi di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 9,22% (tahun 2014) lebihtinggi dari tahun 2013 sebesar 7,60%. Khusus untuk sektor pertanian, ada beberapasubsektor yang memiliki peran besar untuk memicunya terjadinya inflasi yaitu subsektortanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Inflasi per komoditas di KabupatenLampung Tengah

a. PDRB dan Inflasi Tanaman Pangan

Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu kabupaten penting dalam penyediaanproduk tanaman pangan baik bagi Propinsi Lampung maupun Nasional. Komoditastanaman pangan utama di Kabupaten Lampung Tengah adalah padi, ubi kayu, jagung dankedelai. Menurut BPS Provinsi Lampung tahun 2017, Kabupaten Lampung Tengahmerupakan penghasil terbesar untuk komoditas padi dan jagung di Provinsi Lampungdengan produksi padi sebanyak 805.261 ton dan produksi ubi kayu sebanyak 1.770.156ton. Produksi tanaman jagung dan kedelai di Kabupaten Lampung Tengah masing- masingadalah 241.512 ton dan 431 ton.

Page 35: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

32

Petani di Kabupaten Lampung Tengah masih sangat menggantungkan hidupnya darikomoditas tanaman pangan. Hal ini terlihat dari data PDRB komoditas tanaman panganyang sangat tinggi khususnya komoditas padi dan ubi kayu. Penyebab tingginya inflasididominasi oleh tekanan bahan pangan yang antara lain disebabkan terkendalanyapencapaian target produksi pangan akibat anomali cuaca. Tingginya laju inflasi pastiberdampak pada kesejahteraan masyarakat karena daya beli yang terus menurun.Tingginya harga bahan pangan pokok pasti akan berpengaruh terhadap ketahananpangan nasional. Karena indikator ketahanan pangan salah satunya adalah aksesibilitasterhadap pangan dari sisi keterjangkauan harga. Komoditas tanaman pangan seperti padi,ubi kayu, jagung dan kedelai menjadi langka pada musim-musim tertentu yang berdampakpada inflasi (kenaikan harga).

1) PDRB dan Inflasi Komoditas Padi

Gambar 8. Perkembangan PDRB dari komoditas padi tahun 2012-2016

Perkembangan PDRB komoditas padi di Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2012hingga tahun 2016 selalu terjadi peningkatan (Gambar 8). PDRB yang disumbangkan olehkomoditas padi meningkat dari 3,035 triliun pada tahun 2012 menjadi 3,1 triliun pada tahun2013; meningkat menjadi 3,967 triliun pada tahun 2014; meningkat menjadi 4,047 triliunpada tahun 2015, tetapi terjadi sedikit penurunan pada tahun 2016 yaitu menjadi 3,918triliun. Pada tahun 2012 Kabupaten Lampung Tengah mampu menghasilkan 707.596 ton

3.035.792 3.100.063

3.967.078

4.047.4423.918.659

- 500.000

1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000

2012 2013 2014 2015 2016

PDRB

(Dal

am Ju

ta R

upia

h)

Tahun

Perkembangan PDRB Padi

Series1

Page 36: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

33

gabah kering panen, dan terus meningkat hingga 837.322 ton pada tahun 2016, meskipundemikian PDRB tahun 2014 hingga 2016 tidak banyak mengalami perubahan karenaharga yang sedikit mengalami penurunan. Sebagai contoh pada tahun 2014 produksi padidi Kabupaten Lampung Tengah sebesar 807.569 ton dengan harga Rp 4.912 per kilogrammaka dihasilkan PDRB yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 dengan produksisebesar 837.322 ton tetapi terjadi penurunan harga menjadi Rp 4.680 per kilogram gabahkering panen.

Tingkat inflasi beras yang tinggi akan mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakanberas merupakan makanan pokok masyarakat. Laju inflasi pada komoditas padi diKabupaten Lampung Tengah tahun 2013-2016 disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Laju inflasi pada komoditas padi di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2013-2016

Pada tahun 2013, komoditas padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP)mengalami inflasi sebesar 0,47 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan harga padi(GKP) dari Rp 4.290 per kilogram pada tahun 2012 menjadi Rp 4.310 per kilogramnyapada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014, komoditas padi mengalami inflasi tertinggiselama 5 tahun terahir yaitu sebesar 13,9 persen. Hal ini disebabkan karena adanyapeningkatan harga padi (GKP) pada tahun 2014 menjadi Rp 4.912 per kilogramnya.

Pada tahun 2015 dan 2016, komoditas padi (GKP) terjadi deflasi berturut-turut sebesar0,55 % dan 4,2%. Hal ini disebabkan karena melimpahnya beras impor yang masuk ke

0,47

13,96

-0,55

-4,20

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

2013 2014 2015 2016

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Padi (%)

Page 37: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

34

Kabupaten Lampung Tengah yang mengakibatkan harga padi (GKP) menurun (Datamana). Menurut BPS, telah terjadi peningkatan impor beras Nasional yang cukup tinggidari sebelumnya sebesar 472.664,7 ton pada tahun 2013 meningkat menjadi 844.163,7ton pada tahun 2014 dan meningkat kembali 861.601,0 ton pada tahun 2015. Meskipunjumlah produksi padi di Kabupaten Lampung Tengah terus meningkat, tetapi kebutuhanberas Provinsi Lampung dan Nasional belum tercukupi dari produksi gabah dalam negeri.Menurut Boediono (1998), angka inflasi padi (GKP) pada tahun 2014 dapat digolongkan kedalam kriteria inflasi sedang karena berada pada selang 10 -30 % per tahun.

Produksi komoditas padi di Kabupaten Lampung Tengah terus mengalami peningkatandalam periode tahun 2012-2016, harga komoditas padi lebih stabil dibandingkan dengankomoditas yang lain dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,4% pada periode tahun2012-2016. PDRB yang dihasilkan oleh komoditas padi di kabupaten Lampung Tengahcenderng stabil dan meningkat. Meskipun demikian ada beberapa hal yang bisa dilakukanuntuk memaksimalkan PDRB dari komoditas padi dengan beberapa langkah berikut:

a. EkstensifikasiKementerian Pertanian (Kementan) dalam mencapai swasembada pangan telah

menjalankan beberapa program Upaya Khusus (Upsus) salah satunya adalah percepatanpeningkatan produksi pangan. Untuk mendukung peningkatan produksi pangan tersebut,Kementan melakukan program cetak sawah. Cetak sawah dilakukan mengingat saat inilahan sawah yang semakin berkurang dengan adanya alih fungsi lahan pertanian keperumahan dan lain lain. Cetak sawah baru ditujukan untuk memaksimalkan lahan-lahanmati yang kurang produktif. Di Propinsi lampung saja realisasi cetak sawah tahun 2015-2016 sudah mencapai 11.874 ha dan akan terus ditambah hingga mencapai 1 juta hektarakumulasi total sawah baru di Indonesia, sedangkan dalam rangka meningkatkan produksipertanian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Tengah membuka lahan sawahbaru seluas 445 hektar di Kampung Restubuana, Kecamatan Rumbia Lamteng. Cetaklahan sawah baru ditandai dengan acara tanam perdana yang dilakukan oleh Bupatilampung Tengah DR. Ir. Mustafa bersama Kodim 0411/Lampung tengah, Senin, 5/9/2016dan dapat ditingkatkan lagi luasan cetak sawah baru hingga seluruh lahan potensial di

Page 38: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

35

Kabupaten Lampung tengah yang selama ini tidak produktif menjadi lahan sawah yangproduktif untuk mendukung program swasembada pangan.

Dalam periode tahun 2012-2017 luas panen padi di Kabupaten Lampung Tengahmeningkat sebanyak 15.551 Ha, dari seluas 142.322 Ha pada tahun 2012 menjadi157.873 Ha pada tahun 2016. Luas panen di Kabupaten Lampung Tengah harus dipertahankan dan di tingkatkan agar cita cita swasembada beras dapat terwujud. Untukmempertahankan luasan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah PemerintahDaerah telah mengesahkan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Perlindungan lahanpertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Lampung Tengah dan menetapkan 53.206 haluas lahan pertanian berkelanjutan (LP2B) dan 18.585 ha sebagai lahan cadangan di 28Kecamatan.

b. Meningkatkan indeks pertanamanSecara umum peningkatan produksi padi dapat dilaksanakan melalui penambahan

baku lahan (PBL) yang erat hubungannya dengan pencetakan sawah baru danpeningkatan mutu intensifikasi dalam peningkatan produktivitas dan peningkatan luastanam atau indeks pertanaman (IP). Secara matematik, tingkat produksi padi merupakanhasil perkalian luas panen dan produktivitas, sementara luas tanam belum tentu samadengan luas panen, karena masih ada pengurangan luas akibat gangguan pertanamanseperti serangan hama dan penyakit, banjir dan kekeringan. Syarat utama agar indekspertanaman meningkat menjadi IP 200 adalah tersedianya air yang cukup sepanjangtahun. Oleh karena itu jaringan irigasi berupa bendungan, bendung, saluran primer dansekunder, box bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkatusaha tani (TUT) yang memadai sangat dibutuhkan.

Indeks Pertanaman (IP) Padi 200-300 dalam implementasinya dapat diwujudkanmelalui dua strategi yaitu rekayasa teknologi dan rekayasa sosial, ditujukan untukoptimalisasi ruang dan waktu sehingga indeks pertanaman dapat dimaksimalkan sehinggaproduksi dan pendapatan petani juga meningkat. Ada empat polatanam alternatif IP Padi>300 yaitu: (1) Pola A. dua kali Varietas Unggul Genjah (VUG) dan dua kali VarietasUnggul Sangat Genjah (VUSG); (2) Pola B. satukali VUG dan tiga kali VUSG; (3) Pola C.empat kali VUSG; dan (4) Pola D. tiga kali VUG. Semua Pola tanam menerapkan sistem

Page 39: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

36

persemaian culikan yang dibuat 15 hari sebelum panen, lama pengolahan tanah 7 hari danumur persemaian sekitar 22. Beberapa persyaratan lokasi pengembangan IP Padi 400meliputi: (a) waktu yang tersedia untuk pertanaman harus sama atau kurang dari 12 bulanuntuk empat musim tanam atau 3bulan/musim; (b) persediaan air ada sepanjang tahun; (c)semua kegiatan perlu dilaksanakan secara cepat bahkan ada kegiatan yang bersifattumpang tindih misalnya persemaian benih sebelum tanaman dipanen; dan (d) padiditanam dalam satu hamparan secara serentak.

Untuk memenuhi kebutuhan benih unggul, Balai Besar Tanaman Padi KementerianPertanian menghasilkan beberapa produk riset berupa (a) varietas unggul padi irigasi(Inpari 23, Inpari 24, Inpari 30, Ciherang Sub 1, Inpari 31, Inpari 32, Inpari 33, Inpari 42Agritan, Inpari 43 Agritan), (b) varietas unggul padi rawa pasang surut (Inpara 8, Inpara 9),(c) varietas padi gogo (Inpago 8, Inpago 9), (d) padi hibrida (Hipa 8, Hipa 18, Hipa 19), (e)varietas unggul padi sawah tadah hujan (Inpari 39 Agritan), dan (f) varietas unggul padisawah dataran tinggi (Inpari 28 kerinci, Inpari 27).

Sedangkan untuk meningkatkan efektifitas penggunaan input pupuk pada tanaman padidigunakan beberapa perangat uji cepat sehingga status hara N, P, K, dan pH tanah dapatdiketahui dengan cepat dan akurat untuk menghitung rekomendasi dosis pemupukan lebihtepat dan efisien. Sekaligus dapat membantu pelaku pasar dan pengawas pupuk untukmemonitor kualitas pupuk yang beredar di pasaran, agar dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan, dengan menetapkan/menganalisis kadar N, P, K, pH, dan C didalam pupuk. Perangkat uji cepat tersebut diantaranya adalah:a) Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)- alat bantu analisis hara tanah sawah secara

cepat dan mudah yang bisa dikerjakan di lapangan, Perangkat Uji Tanah Keringb) (PUTK)- alat bantu analisis hara tanah kering secara cepat dan mudah, yang bisa

dikerjakan di lapangan,c) Perangkat Uji Pupuk (PUP) alat bantu analisis kadar N, P, K dalam pupuk an-organik

padat secara cepat dan mudah, yang bisa dikerjakan di lapangan.d) Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR)- alat bantu analisis tingkat kemasaman tanah ,

kebutuhan kapur, dan kadar hara tanah sulfat masam potensial tipe luapan A dan Bsecara cepat dan mudah yang bisa dikerjakan di lapangan.

Page 40: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

37

e) Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO) alat bantu analisis kadar N, P, K dalam pupukorganik padat secara cepat, dan mudah, yang bisa dikerjakan di lapangan

Untuk meningkatkan efektifitas biaya dan waktu, serta meningkatkan kualitas dankeseragaman hasil tanam dan panen, maka dibutuhkan penggunaan mesin untukmembantu beberapa proses dalam budidaya tanaman padi, diantaranya adalah:

a.Penggunaan Mesin penyiang gulma bermotorMesin penyiang gulma bermotor (power weeder) untuk padi sawah adalah mesinpenyiang gulma padi sawah dengan dua baris tanaman sejajar. Spesifikasi mesinpenyiang adalah tipe berjalan/walking, menggunakan bahan bakar bensin, mesin 2 takdengan tenaga 2 PK. Lebar kerja 2 baris untuk jarak tanam 20 cm atau 25 cm, dapatdigunakan untuk kegiatan penyianngan padi sawah sampai umur 40 hari.Keunggulan mesin penyiang ini adalah 3 kali lebih cepat dibandingkan alat penyiangmanual/gasrok, sehingga dapat menekan biaya penyiangan. Kemampuan kerja adalah15 jam/ha untuk satu arah atau 27 jam/ha untuk 2 arah. Kehadiran penyiang bermotor inimerupakan solusi dari aspek tenaga kerja, menekan ongkos kerja penyiangan, danmempercepat kerja. Alat penyiang ini sangat prospektif untuk dikembangkan olehkalangan industri alsin pertanian dalam rangka pencapaian swasembada beras.

b.Penggunaan transplanter untuk tanam padiUsaha Pemerintah melalui Kementrian Pertanian untuk mewujudkan programpenyediaan padi sebesar 75,7 juta ton GKG pada tahun 2010-2014 menghadapiberbagai kendala antara lain : (i) menurunnya luas areal sawah akibat laju konversilahan sawah ke non-sawah; (ii) ancaman perubahan iklim global; (iii) terbatasnya airirigasi dan menurunnya kinerja sebagian besar sistem irigasi; (iv) masih tingginya susutpanen padi; (v) kelangkaan tenaga kerja di bidang pertanian; (vi) menurutnya minatgenerasi muda pada usaha sektor pertanian.Salah satu strategi untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan penerapan mesintanam bibit padi dan pemanen padi. Penerapan mesin-mesin tersebut diperlukan untuk:(i) meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga kerja; (ii) mempercepat danmengefesienkan proses; dan sekaligus (ii) menekan biaya produksi.Salah satu metode untuk meningkatkan produktivitas padi yang telah direkomendasikanoleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah jajar legowo 2:1. Rata-rata

Page 41: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

38

peningkatan produktivitas yang dicapai dengan penerapan jajar legowo tersebut adalah21,53% - 33,69% dibanding dengan metode tanam manual. Dengan pertimbanganberbagai hal, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merancang mesin tanampadi jajar legowo 2:1 yang diberi nama Indo Jarwo Transplanter.Mesin tanam padi sistem jajar legowo 2:1 yang digunakan untuk menanam bibit padisetelah disemai pada tempat khusus yaitu tray/baki/ dapok pada umur tertentu. Mesintanam digunakan di areal sawah pada kondisi siap tanam. Mesin tanam dirancangbuntuk bekerja pada lahan berlumpur. Penggunaan Indo Jarwo Transplanter dapatmenghemat waktu tanam 10 kali lebih singkat dibandingkan cara manual (tenagamanusia).Penggunaan mesin pada sawah seluas 1 hektar membutuhkan 2-3 orangtenaga kerja selama 5-6 jam dan memerlukan bahan bakar lebih kurang 4 liter.

c.Penggunaan combain untuk pemanenan hasilProses panen memegang peranan yang sangat penting dalam alur proses pertanamanpadi, keterbatasan kepemilikan lahan petani tingginya tingkat kehilangan hasilmerupakan permasalahan yang timbul di lapangan dalam proses panen. Untukmengatasi hal tersebut Balitbangtan dan Kementerian Pertanian meluncurkan produkunggulan hasil Inovasi teknologi mekanisasi pertanian untuk penanganan panen padi dilahan marjinal dengan nama Mini Indo Combine Harvester (MICO) hasil perekayasaanBalai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.MICO mempunyai spesifikasi berbobot total 800 kg, berkapasitas kerja 7-8 jam/ha,dengan ground pressure 0,11 kg/cm2, serta menekan kehilangan hasil hingga <2%.

c. Penerapan budidaya padi menggunakan metode SRI dan sistem penanamanJajar Legowo

SRI merupakan singkatan dari System of Rice Intensification, suatu sistem pertanianyang berdasarkan pada prinsip Process Intensification (PI) dan Production on Demand(POD). SRI mengandalkan optimasi untuk mencapai delapan tujuan PI, yaitu cheaperprocess (proses lebih murah), smaller equipment (bahan lebih sedikit), safer process(proses yang lebih aman), less energy consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebihsedikit), shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran yang lebih singkat),

Page 42: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

39

less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih sedikit), more productivity (produktifitaslebih besar), and better image (memberi kesan lebih baik).

Teknik Budidaya dengan Metode SRI antara lain:

1. Penyemaian

Pada tahap menyemai benih, kegiatan pertama adalah melakukan seleksi benih untukmemilih dan menanam benih yang benar-benar baik. Pengecekkan kualitas benih dapatdilakukan dengan menguji dalam air, benih yang baik adalah benih yang tenggelam,sementara itu benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik, biasanya benihyang mengapung adalah benih yang kopong ataupun benih yang telah tumbuh.Selanjutnya untuk memastikan benih yang tenggelam tersebut benar benar baik, maka ujikembali benih tersebut dengan memasukannya kedalam air yang sudah diberi garam.Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabiladimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalahbenih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Benih yang telah diuji lalu direndam dalamair biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2-3 hari ditempat yang lembabhingga keluar calon tunas dan kemudian disemaikan pada media tanah dan kemudianpupuk kompos sekitar sebanyak 10 kg. Setelah umur semai 7-12 hari benih padi sudahsiap ditanam.

2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara dibajak dandicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 kali pembajakan yakni pembajakan kasar danpembajakan halus yang diikuti dengan pencangkulan. Total pengolahan lahan ini bisamencapai 2-3 hari. Setelah selasai, aliri dan rendam dengan air lahan sawah tersebutselama 1 hari. Perlu dipastikan keesokan harinya benih yang telah disemai sudah siapditanam, yakni sudah mencapai umur 7-12 harian, jika terlalu tua maka tanaman akan sulitberadaptasi dan tumbuh ditempat baru (sawah) karena akarnya sudah terlalu besar.

3. Penanaman

Page 43: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

40

Sebelum ditanam, lakukan pembuatan jarak tanam untuk tanaman padi. Jarak tanamyang baik sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu rapat, biasanya 25 x 25 cm atau30 x 30 cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan satu bibit pada satu lubangtanam. Penanaman tidak boleh terlalau dalam supaya akar bias leluasa bergerak.

4. Perawatan

Pada budidaya padi dengan metode SRI yang paling penting adalah menjaga aliran airsupaya sawah tidak tergenang terus menerus namun lebih pada pengaliran air saja. Setiaphari petani biasanya melakukan control dan menutup serta membuka pintu air secarateratur. Pengairan metode SRI adalah sebagai berikut:

Penanaman dangkal, tanpa digenangi air hanya saja lahan harus basah hingga anakansekitar 10-14 hari

Setelah itu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk pemenuhankebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai tanah tidak tersinari matahari,stelah itu dilairi air saja.

Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan pemupukan,ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup

Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika akan panendikeringkan

Pemupukan biasanya dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk yang digunakanadalah kompos sekitar 175-200 kg. Ketika dilakukan pemupukan sawah dikeringkan danpintu air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah secara bergilir antara kering danbasah. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman padi diantaranya burung, walangsangit, wereng dan penyakit ganjuran atau daun menguning. Cara penanganannyabisanya dengan cara manual, membuat orang-orangan sawah untuk hama burung,penyemprotan dengan pestisida hayati seperti nanas, bawang putih dan kipait ataugadung, serta untuk penyakit biasanya dengan cara mencabut dan membakar tanaamnayang sudah terkena penyakit daun menguning. Untuk pencegahan harus dilakukanpenanaman secara serentak supaya hama dan penyakit tidak datang, penggunaan bibit

Page 44: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

41

yang sehat, pengaturan air yang baik, dan dengan melakukan sistem budidaya tanamansehat yang cukup nutrisi dan vitamin sehingga kekebalannya tinggi.

5. Panen

Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan bulan dan bisa dipanen rata-rata pada umursekitar 3,5 sampai 6 bulan bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan lahan 200meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya diperoleh 2 kwintalgabah basah, setara dengan 1, 5 kuintal gabah kering atau 90 kg beras. Setelah dipanen,padi bisa dijual langsung, atau juga dijemur dulu sekitar 1-2 hari baru kemudian dijual, atausetelah dijemur digiling baru dijual berupa beras ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.

Selain menggunakan metode tanam SRI, Sistem tanam Jajar Legowo merupakan carayang tepat agar produksi padi semakin tinggi. Manfaat yang dirasakan ketika Tanam Padidengan Sistem Jajar Legowo adalah bertambahnya jumlah tanaman padi, meningkatkanproduksi tanaman padi secara signifikan,memperbaiki kualitas gabah karena akansemakin banyaknya tanaman pinggir, dapat mengurangi serangan penyakit pada tanamanpadi, dapat mengurangi tingkat serangan hama tanaman padi, mempermudah dalamperawatan tanaman padi baik dalam proses pemupukan maupun penyemprotan pestisida,menghemat pupuk, karena yang dipupuk hanya di bagian dalam baris tanaman saja.

“Legowo” di ambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti Luasdan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari Tanam Padi dengan Sistem JajarLegowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam danmemanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir(tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada di pinggir.

Tipe sistem jajar Legowo antara lain adalah sebagai berikut:

a. Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebardua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang diperpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.

b. Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu bariskosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padiyang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya

Page 45: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

42

c. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu bariskosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padiyang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya

d. Mengembangkan system pengelolaan supply-chainSistem pemasaran merupakan bagian yang penting dari mata rantai barang sejak

diproduksi sampai ke konsumen. Sistem pemasaran juga menentukan efisiensi pasarsuatu tata niaga barang termasuk pangan. Dalam sistem agribisnis ini, padi pasca panenmerupakan salah satu subsistem mencakup kegiatan mulai dari panen sampai denganmenghasilkan beras dan hasil sampingannya. Penanganan pasca panen padi yang kurangbaik akan mengakibatkan sedikitnya hasil produksi padi yang dihasilkan, hal ini akanberdampak bukan hanya pada petani, namun juga semua lembaga yang terkait denganperberasan.

Agar terjadi kestabilan antara supply dan demand padi maka rantai pasok (supplychain) dari arah hulu (upstream sourching) dan ke arah hilir (downstream) dan sebaliknyaharus lancar. Dalam rantai pasok terdapat tiga aliran yang harus dikelola yaitu aliranproduk, aliran uang dan informasi. Pengelolaan rantai pasok melibatkan berbagai pihak,dari dalam maupun dari luar. Hasil pertama kegiatan pasca panen tanaman padi adalahberas yang memalui proses penggilingan, sehingga penggilingan padi merupakan titiksentral dari agroindustri padi. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vitaldalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untukdisimpan sebagai cadangan. Penggilingan padi merupakan titik sentral dalam agribisnispadi. Oleh karena itu Kabupaten Lampung Tengah harus menyiapkan tempat penggilinganyang memadahi untuk menggiling seluruh hasil panen padi yang dihasilkan dari dalamKabupaten Lampung Tengah.

Page 46: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

43

2) PDRB dan Inflasi Komoditas Ubi Kayu

Gambar 10. Perkembangan PDRB dari komoditas ubi kayu tahun 2013-2016

Penerimaan PDRB dari komoditas ubi kayu dari tahun 2013 hingga 2016 mengalamipeningkatan yang cukup signifikan. PDRB dari komoditas ubi kayu pada tahun 2013tercatat sejumlah 1,581 triliun meningkat menjadi 2,123 triliyun pada tahun 2014, dan2,962 triliun pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena harga rata –rata dalam tiga tahuntersebut terus melonjak naik dari Rp. 650 per kilogram pada tahun 2013 menjadi Rp.884per kilogram pada tahun 2014, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015menjadi Rp 1.067 per kilogram. Peningkatan harga yang cukup signifikan pada ketigatahun tersebut menstimulir petani untuk mengkonversi tanaman yang biasa mereka tanammenjadi tanaman ubi kayu, sehingga juga PDRB terus meningkat. Tetapi pada tahun 2016bulan Agustus-September harga anjlok sehingga harga rata-rata pada tahun tersebuthanya sebesar Rp. 962 per kilogram ubi kayu basah. Hal ini menjadikan komoditas ubikayu tidak lagi menggairahkan seperti tahun - tahun sebelumnya dan petani engganmenanam komoditas ini. Tidak heran jika PDRB dari komoditas ubi kayu pada tahun 2016turun sebesar 1,027 triliun bahkan diperkirakan terus turun sepanjang tahun 2017.

1.581.169

2.123.524

2.692.286

1.664.981

0500.000

1.000.0001.500.0002.000.0002.500.0003.000.000

2013 2014 2015 2016PDRB

(Dal

am Ju

ta R

upia

h)

Tahun

Perkembangan PDRB Ubi Kayu

Page 47: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

44

Kabupaten Lampung Tengah sebagai sentra produksi ubi kayu terbesar di ProvinsiLampung mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian Kabupaten LampungTengah. Ubi kayu adalah tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh petani diKabupaten Lampung Tengah. Sebagian besar ubi kayu digunakan untuk bahan bakuindustri makanan dan pakan ternak. Harga ubi kayu setiap tahunnya berfluktuatif. Lajuinflasi pada komoditas ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014-2015 disajikanpada Gambar 11.

Gambar 11. Laju inflasi pada komoditas ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2014-2016

Pada tahun 2014, ubi kayu mengalami inflasi sebesar 36,06 persen, kemudian padatahun 2015 menurun menjadi 20,65 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan harga ubikayu dari Rp 650 per kilogram pada tahun 2013 menjadi Rp 884 per kilogramnya padatahun 2014. Harga ubi kayu naik menjadi Rp 1.067 per kilogram pada tahun 2015.Kenaikan harga dikarenakan jumlah produksi ubi kayu tahun 2015 menurun. Selain itu,naiknya harga ubi kayu juga dipicu oleh makin banyaknya pabrik pengolahan tepung ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah dan adanya program pemerintah Provinsi Lampungyang akan menggalakkan produksi energi biogas dengan bahan baku dari ubi kayu.Tetapi pada bulan September tahun 2016 harga ubi kayu di Provinsi Lampung mengalamipenurunan yang signifikan hingga Rp 500 per kilogram. Hal inilah yang mempengaruhiharga rata-rata tahun 2016 dan mengalami deflasi sebesar 9,8 persen Hal ini jugamengakibatkan penurunan PDRB yang cukup besar dari komoditas ubi kayu karena

36,06

20,65

-9,81-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

2014 2015 2016

Laju

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Ubi Kayu (%)

Page 48: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

45

penurunan harga yang signifikan akan diikuti penurunan luas tanam yang besar juga.Menurut Boediono (1998), angka inflasi ubi kayu pada tahun 2014 dan 2015 dapatdigolongkan ke dalam kriteria inflasi sedang (10 – 30 persen per tahun).

Provinsi Lampung merupakan penghasil ubi kayu utama di Indonesia, sedangkanKabupaten Lampung Tengah adalah kabupaten penghasil ubi kayu terbesar di ProvinsiLampung. Dengan luas tanam yang sangat besar yaitu 97.422 hektar dan produktivitas25,9 ton per hektar, produksi ubi kayu pada tahun 2015 di Kabupaten Lampung Tengahmencapai 2.523.230 ton dan merupakan produksi tahunan terbesar dalam 5 tahun terahir.Tetapi di akhir bulan Agustus tahun 2016 harga komoditas ubi kayu turun drastis. Parapetani ubi kayu di Provinsi Lampung pun mengeluhkan kondisi harga ubi kayu yang makinterpuruk dan terus anjlok, sehingga berakibat hasil panen yang diperoleh tak lagi mampumenutupi semua biaya produksi yang telah dikeluarkan.

Harga ubi kayu di Lampung saat ini mencapai harga terendah Rp. 500 per kilogram,sedangkan pendapatan minimal yang harus diterima petani adalah Rp. 800 per kilogramuntuk mengembalikan modal budi daya dan biaya lain-lain telah dikeluarkan olehpetani. Salah satu penyebab terjadinya penurunan harga ubi kayu adalah terjadinyapanen serentak dengan produksi tinggi sehingga pabrik kelebihan pasokan. Hal inidiperburuk dengan dibukanya keran impor ubi kayu ke Indonesia. (BPS) mencatat secaranasional, Indonesia masih mengimpor ubi kayu. Impor ubi kayu pada Maret 2016mencapai 987,5 ton atau senilai 191.093 dolar AS. Impor ubi kayu mayoritas didatangkandari Vietnam.

Untuk mengatasi hal ini pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan harga yangmenguntungkan petani dengan penetapan harga dasar ubi kayu seperti yang telahditerapkan pada komoditas padi dan komoditas jagung. Untuk mengurangi kerugianpetani, maka salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu petani tidak hanya menjual ubikayu mentah yang harganya selalu fluktuatif, tetapi mampu mengubah ubi kayu menjadibahan olahan yang bernilai ekonomis lebih tinggi, seperti cassava chip, modification

cassava flour (mocaf), keripik, chip gaplek, tiwul, opak, dan produk olahan lainnya. Selainitu, petani ubi kayu juga dapat melakukan budidaya di areal dengan metode tumpangsari

Page 49: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

46

dengan tanaman lainnya, seperti jagung, kunir/kunyit atau tanaman produktif bernilaiekonomis tinggi lainnya. Strategi lain yang perlu ditingkatkan dalam jangka panjangadalah kelembagaan petani ubi kayu. Saat ini masih sedikit petani ubi kayu yangtergabung dalam kelompok tani sehingga posisi tawar ubi kayu terhadap pabrik/ industrimasih rendah.

Dari sisi budidaya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan petani untukmeningkatkan produktivitas ubi kayu. Saat ini produktivitas ubi kayu baerada pada kisara20-26 ton per hektar. Nilai produktivitas ini masih tergolong rendah jika dibandingkandengan potensi hasil dari klon ubi kayu yang dapat mencapai 60-80 ton per hektar. Untukmemaksimalkan hasil panen ubi kayu tersebut yang paling utama harus diperhatikanadalah teknik pemupukan. Petani secara umum lebih senang menaburkan pupukdipermukaan tanah daripada diberikan dengan cara ditajuk. Padahal dengan pemberianpupuk secara tabur mengakibatkan lebih banyak pupuk yang hilang menguap dan tercucidibandingkan dengan jumlah yang diserap oleh tanaman. Selain itu penggunaan pupukorganik juga diharapkan dilakukan oleh petani ubi kayu untuk meningkatkan kesehatantanah.

Penggunaan varietas yang unggul untuk tanaman ubi kayu juga sangat penting dalamupaya meningkatkan hasil panen ubi kayu. Beberapa varietas unggulan komoditas ubikayu diantaranya adalah:a. Cimanggu SuperJenis singkong ini berasal dari dusun Cimanggu Kecamatan Cikembar dengan usia panen8 – 10 bulan dan memiliki potensi hasil sebesar 40 – 80 ton/hektar umbi kering dan 80 –100 ton/ha umbi basah. Jarak tanam: 1×1 m, dengan populasi : 10.000 pkk/ha.b. Singkong Darul HidayahSingkong darul hidayah merupakan singkong raksasa varietas unggul. Disebut singkongraksasa karena per batangnya bisa menghasilkan bobot umbi 10 kali lipat dari singkongbiasa. Setiap satu hektare lahan bisa menghasilkan ubi kayu hingga 100 ton.c. Malang 1Produksi mencapai 49 ton/ ha umbi basah dengan umur panen 9 – 10 bulan.Memiliki dayaadaptasi yang luas. Daging umbi berwarna putih kekuningan, kualitas rebus baik, enak dan

Page 50: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

47

manis ( kadar HCN <40 mg/kg. Dengan kadar tepung 32 – 36 %, varietas ini sesuai untukbahan baku industry tepung/pati. Malang 1 toleran terhadap hama tungau merah dantoleran terhadap penyakit becak daun.d. UJ-5Dilepas tahun; 2000, nama daerah; kasetsart-50, asal; introduksi dari Thailand, umurpanen; 9–10 bulan, tinggi tanaman; >2,5 m, Daun berbentuk menjari, warna pucuk daun;coklat, warna petiole; hijau muda kekuningan, warna kulit batang; wijau perak, warnabatang dalam, kuning, warna umbi; putih, warna kulit umbi; kuning keputihan, ukurantangkai umbi; pendek, tipe tajuk; >1 m bentuk umbi; mencengkeram, rasa umbi; pahit.Singkong ini punya potensi hasil 25–38 t/ha umbi segar dengan kadar pati 19,0–30,0%,kadar air 60,06%, kadar abu 0,11%, kadar serat 0,07%. Jenis ini agak tahan dari penyakitCBB.

Salah satu syarat agar bibit unggul dapat menghasilkan hasil panen yang sesuaidengan potensi hasil yang tinggi adalah menggunakan bibit yang memenuhi beberapakeriteria antara lain:,

a) Bibit berasal dari tanaman induk yang cukup tua (8-12 bulan), dan stek diambil daribatang bagian tengah tanaman ubi kayu.

b) Pertumbuhan induk harus normal, sehat, serta seragam.c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter > 5 cm, dan lurus.d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.e) Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya kurang dari

30 hari setelah panen.Selain itu, dibutuhkan juga kelembagaan seperti simpan pinjam atau koperasi

komoditas ubi kayu agar perguliran ekonomi masyarakat yang hanya menggantungkanperekonomian dari budidaya ubi kayu dapat memperoleh pinjaman sementara, sehinggapara anggota koperasi dapat melakukan pemanenan pada saat tanaman telah memasukikualitas yang baik untuk dipanen (cukup umur panen)

Page 51: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

48

3) PDRB dan Inflasi Komoditas Jagung

Gambar 12. Perkembangan PDRB dari komoditas jagung tahun 2013-2016

Perkembangan PDRB jagung Kabupaten Lampung Tengah terus mengalamipenurunan dari tahun 2013-2015 (Gambar 12). Hal ini dikarenakan harga jagung diKabupaten Lampung Tengah terus mengalami penurunan harga dari sebelumnya Rp2.509 per kilogram jagung pipilan pada tahun 2013, menjadi Rp 2.338 per kilogram jagungpipilan pada tahun 2014 dan Rp 2.217 per kilogram jagung pipilan pada tahun 2015.Penurunan harga tersebut diduga merupakan salah satu penyebab turunnya produksijagung pada periode tahun 2013-2015. Tetapi pada tahun 2016 terjadi peningkatan hargajagung menjadi Rp 2.456 per kilogram, sehingga PDRB dari komoditas jagung jugameningkat pada tahun 2016.

Perkembangan PDRB jagung sangat dipengaruhi oleh produksi dan harga yang berlakudi Kabupaten Lampung Tengah. Produksi jagung di Kabupaten Lampung Tengah terusmenurun. Penurunan produksi jagung ini menunjukkan bahwa ada pengurangan luastanam jagung oleh petani, dikarenakan harga yang terus menurun pada tahun 2013 -2015. Jagung di Kabupaten Lampung Tengah merupakan komoditas strategis sebagai

737.059

628.743547.085

593.180

0100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000

2013 2014 2015 2016

PDRB

(Dal

am Ju

ta R

upia

h)

Tahun

Perkembangan PDRB Jagung

Page 52: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

49

sumber karbohidrat, bahan baku pakan ternak, dan untuk pembuatan tepung maizena.Pada tahun 2014, komoditas jagung mengalami deflasi sebesar 12,55 persen, kemudianpada tahun 2015 naik menjadi -9,39 persen. Hal ini disebabkan oleh semakin turunnyaharga jagung dalam tiga tahun terakhir. Harga jagung pada tahun 2013 sebesar Rp 2.400per kilogram turun menjadi Rp 2.337 per kilogramnya pada tahun 2014, kemudian hargajagung kembali turun pada tahun 2015 menjadi Rp 2.216 per kilogramnya, tetapi padatahun 2016 harga jagung pipilan naik menjadi Rp 2.456 sehingga pada tahun 2016 inflasinaik sebesar 7,83 persen, inflasi ini masih tergolong pada inflasi rendah (Gambar 13).

Gambar 13. Laju inflasi pada komoditas jagung di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2014-2015

Tingkat inflasi sangat ditentukan oleh upaya stabilisasi harga jagung terutama di tingkatpetani. Petani jagung menderita kerugian karena harga yang berlaku dan harga konstanterus menurun. Turunnya harga jagung diduga disebabkan oleh melimpahnya produksijagung di Kabupaten Lampung Tengah serta tidak adanya ketetapan harga jual terendahdari pemerintah daerah.

Peningkatan produksi ditentukan upaya intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi.Karena karakteristik jagung yang tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lamamaka perlu dibangun sistem kemitraan antara petani dengan industri pakan ternak denganbimbingan dan pengawasan dari pemerintah dan pendampingan dari perguruan tinggi.Oleh karena itu, ditingkat petani perlu dilakukan penataan pembinaan dan penguatan

-12,55

-9,39

7,83

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

2014 2015 2016

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Jagung (%)

Page 53: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

50

kapasitas kelembagaan kelompok tani, gapoktan, koperasi pertanian, dan masyarakatagribisnis jagung Kabupaten Lampung Tengah.

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produktifitas tanamanjagungadalah menggunakan varietas jagung unggul, terdapat beberapa varietas yangtelah di release oleh pemerintah, diantaranya adalah:1. Varietas Bima 2 – BantimurungJagung hibrida varietas Bima 2 – Bantimurung memiliki penampilan tanaman yang kokoh,perakaran yang kuat sehingga tahan rebah. Penampilan tongkol seragam dan besar,kelobot menutup rapat, agak tahan terhadap penyakit bulai, karat, bercak daun. Kelebihanlain hibrida ini, selain potensi hasilnya sangat tinggi, juga mempunyai sifat stay green yaituwarna batang dan daun masih hijau saat jagung sudah siap untuk panen sehingga sangatbaik dintegrasikan dengan ternak seperti sapi. Tipe yang biji semi mutiara, dan berwarnakuning oranye sehingga sangat baik digunakan sebagai pakan ternak ayam.2. Varietas Bima 3 - Bantimurung:Jagung hibrida varietas Bima 3 – Bantimurung merupakan jagung hibrida unggul yangdihasilkan dari hasil persilangan galur Balitsereal dengan galur hasil kerjasama denganCIMMYT (AMBIONET = Asian Maize Bioteknology Network). Hibrida ini berumur agakgenjah, penampilan tanaman yang lebih pendek, perakaran yang kuat sehingga tahanrebah. Penampilan tongkol seragam dan besar, kelobot menutup rapat, sangat tahanterhadap penyakit bulai, karat, bercak daun. Selain berpotensi hasilnya tinggi, juga staygreen sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi dan domba. Tipe yang bijisemi mutiara, dan berwarna jingga sehingga sangat baik digunakan sebagai pakan ternakayam.3. Varietas Bima 4Seperti halnya dengan Bima 2 dan 3 Bantimurung, jagung hibrida varietas Bima 4 jugamemiliki penampilan tanaman yang kokoh, perakaran yang kuat, penampilan tongkolseragam dan besar, kelobot menutup rapat, namun agak peka terhadap penyakit bulai,toleran penyakit karat bercak bercak daun. Selain potensi hasilnya sangat tinggi dan staygreen varietas ini memiliki biomass yang tinggi sehingga selain dapat dipanen untukmenghasilkan biji sebagai pakan ternak ayam, juga dapat digunakan baik sebagai pakanhijauan maupun untuk silage melaui fermentasi.

Page 54: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

51

4. Varietas Bima 5Jagung hibrida varietas Bima 5 merupakan salah satu jagung hibrida unggul denganpotensi hasil mencapai 11,4 t.ha-1. Umur masak fisiologis tanaman adalah 104 hst,dengan tingkat rendemen mencapai 83 %, jumlah baris pertongkol 12 baris, stay green(bagian tanaman masih hijau saat biji sudah masak fisiologis) 92,63 %, agak pekaterhadap penyakit bulai, tahan karat daun, bercak daun, tipe biji semi mutiara, dan warnabiji jingga.5. Varietas Bima 6Jagung hibrida varietas Bima 6 merupakan salah satu jagung hibrida unggul denganpotensi hasil mencapai 11,4 t.ha-1. Umur masak fisiologis tanaman adalah 104 hst,dengan tingkat rendemen mencapai 83 %. jumlah baris pertongkol 12 baris, stay green(bagian tanaman masih hijau saat biji sudah masak fisiologis) 91.83 %, agak pekaterhadap penyakit bulai, tahan karat daun, bercak daun, tipe biji semi mutiara, dan warnabiji jingga.6. Varietas Bima 7Varietas Bima 7 merupakan hibrida silang tunggal berumur genjah (90 hst), memilikipotensi hasil 12.1 t/ha. Jagung hibrida ini toleran terhadap kekeringan, penyakit karat,hawar daun dan bulai. Dengan penampilan tanaman yang seragam, kokoh dan tidakterlalu tinggi, hibrida ini cukup prospektif untuk dikembangkan terutama oleh petani yangsudah berpengalaman menanam jagung. Varietas Bima 7 mampu beradaptasi baik dilingkungan yang lebih optimal dan hasilnya akan semakin meningkat dengan semakinoptimalnya lingkungan pertanaman.7. Varietas Bima 8Jagung hibrida varietas Bima 8 merupakan hibrida silang tunggal berumur genjah. Hibridaini memiliki potensi hasil 11.7 t/ha, tahan terhadap penyakit bulai, toleran kekeringan,penyakit karat, dan hawar daun. Dengan penampilan tanaman yang seragam, kokoh dantidak terlalu tinggi, serta berumur genjah hibrida ini cukup prospektif untuk dikembangkanbaik pada lahan marjinal maupun pada lahan optimal.8. Varietas Bima 9Jagung hibrida varietas Bima 9 memiliki potensi hasil pipilan kering mencapai 13.37 t ha-1.Hibrida ini memiliki rendemen biji sebesar 78.16%, biomass bagian tanaman di atasmencapai 7.80 t ha-1, kadar karbohidrat 74.237%, kadar protein hibrida 11.956%, kadar

Page 55: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

52

lemak 6.644% serta tahan terhadap penyakit helmintosporium dan karat daun serta agaktahan terhadap penyakit bulai.

9. Varietas Bima 10Jagung hibrida varietas Bima 10 mempunyai potensi hasil pipilan kering mencapai 13.09 tha-1. Hibrida ini memiliki umur masak fisiologis 100 hst, biomass bagian tanaman di atasmencapai 7.28 t ha-1, kadar karbohidrat 79.714%, kadar protein hibrida 10.981%, kadarlemak 5.272% serta tahan terhadap penyakit helmintosporium dan karat daun, namunpeka terhadap penyakiy bulai.10. Varietas Bima 11Jagung hibrida varietas Bima 11 mempunyai potensi hasil pipilan kering mencapai 13.24 tha-1. Hibrida ini memiliki biomass bagian tanaman di atas mencapai 8.95 t ha-1, kadarkarbohidrat 79.37%, kadar protein hibrida 12.3%, kadar lemak 5.76% serta tahan terhadappenyakit helmintosporium dan karat daun, namun sangat peka terhadap penyakit bulai.

Untuk menunjang pekerjaan petani dalam membudidayakan komoditas jagung, danmenanggulangi sulitnya mencari pekerja pertanian, penggunaan mesin-mesin pertanianjuga dapat digunakan untuk membantu lancarnya kegiatan petani. Penggunaan mesindapat dilakukan mulai dari proses penanaman jagung menggunakan mesin Corn SeederSAAM-CP12 (Sensor Biji) atau Crown CMS-036. Saat tanaman telah mencapai masapanen, penerapan pemanenan jagung menggunakan mesin untuk memamanen jagungmenggunakan maize harvester. Alat ini seperti traktor yang digunakan untuk mengambilbatang jagung secara luas, atau jumlah banyak.

Mesin panen jagung dapat dibedakan berdasarkan hasil akhir pemanenan. Panen yangberupa tongkol jagung yang terpisah dengan biomassa batang dan daun dinamakan cornharvester atau corn combine harvester, sedangkan hasil akhir berupa potongan-potongankecil (cacahan) seluruh biomassa jagung dinamakan ensilage harvester. Selain alatproses pemanen jagung , ada pula alat yang digunakan dalam pasca panen pemanenyaitu alat pemipil ( corn sheller) ang mempunyai fungsi untuk merontokkan/memipil bijijagung dari jagung yang sudah dikeringkan dan alat pengering (bed dryer).

Page 56: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

53

Harga acuan yang menjamin harga konstan jagung semakin meningkat. Pada tahun2017, pemerintah telah menetapkan harga acuan pembelian jagung di petani (PeraturanMenteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 27/M-Dag/Per/5/2017 TentangPenetapan Harga Acuan Pembelian Di Petani Dan Harga Acuan Penjualan Di Konsumen)sebesar Rp 3.150 per kilogram jagung (Kadar Air 15 persen). Hal yang perlu dikaji lebihdalam adalah apakah tingkat harga tersebut telah menjamin terjadinya peningkatankesejahteraan petani? Di samping itu, upaya-upaya untuk meningkatkan efektivitaskebijakan harga tersebut perlu diupayakan baik dari aspek kelembagaan, teknologi,maupun infrastruktur pertanian.

Strategi yang diperlukan untuk meningkatkan PDRB Jagung adalah melalui optimalisasipeningkatan produksi jagung melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi danrehabilitasi. Sehingga diharapkan terjadinya peningkatan luas areal tanam dan panen,peningkatan produktivitas per hektar, dan peningkatan indeks pertanaman dalam setahunmencapai IP 200 (program upsus pajale, alih fungsi lahan, irigasi pompa, demplot, pupuk,peremajaan kesuburan lahan)

Untuk mencegah terjadinya inflasi, diperlukan efektivitas kebijakan harga di tingkatpetani baik melalui upaya penetapan harga acuan maupun melalui pengembangankemitraan transaksi jagung antara kelompok tani/gapoktan dengan industri pakan ternak,kebutuhan konsumsi, konsumsi industri dan lainnya. Saat ini sudah ada kelembagaanmasyarakat agribisnis jagung di Provinsi Lampung, dalam lembaga inilah harga minimumregional jagung disepakati untuk ditetapkan pemerintah daerah (Gubernur). Penguatankelembagaan masyarakat agribisnis jagung pertlu ditngkatkan, terutama didalammenentukan tingkat harga minimum regional jagung yang menguntungkan berbagai pihakdan menanamkan loyalitas petani jagung terhadap pabrik, melalui pengembangan supply-chain yang efisien dan efektif.

Page 57: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

54

4) PDRB dan Inflasi Komoditas Kedelai

Gambar 14. Perkembangan PDRB dari komoditas kedelai tahun 2011-2015

Perkembangan PDRB komoditas kedelai pada periode 2011-2015 mengalami fluktuasiyang cukup tinggi, terjadi penurunan PDRB komoditas kedelai pada periode tahun 2011-2013 yaitu sebesar 11,24 milyar, tetapi terjadi lonjakan PDRB yang cukup tinggi tahun2014 meningkat menjadi Rp 31,98 milyar namun kembali turun pada tahun 2015 menjadiRp 11,9 milyar (Gambar 14). Hal ini menunjukkan luas tanam kedelai tiap tahunberfluktuasi karena sentimen pasar terhadap komoditas kedelai yang menyebabkan hargakedelai di pasaran sangat berfluktuasi, sehingga petani tidak ajeg membudidayakankedelai di lahan miliknya.

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan yang penting bagi industri olahantempe, tahu, maupun susu kedelai. Ketergantungan masyarakat atau industri rumahtangga yang besar terhadap impor kedelai memacu naiknya harga kedelai di KabupatenLampung Tengah. Laju inflasi pada komoditas kedelai di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2012-2015 disajikan pada Gambar 15.

23.13618.701

11.237

31.982

11.979

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB

(Dal

amJu

taRu

piah

)

Tahun

Perkembangan PDRB Kedelai

Series1

Page 58: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

55

Gambar 15. Laju inflasi pada komoditas kedelai di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2012-2015

Gambar 15 menunjukkan bahwa komoditas kedelai di Kabupaten Lampung tengahpada tahun 2012-2014 mengalami inflasi yang berfluktuatif. Pada tahun 2012, komoditaskedelai mengalami inflasi sebesar 6,23 persen, kemudian pada tahun 2013 naik menjadi11,03 persen dan kembali mengalami peningkatan menjadi 13,33 persen. Hal inidisebabkan oleh peningkatan harga kedelai dari sebesar Rp 9.652 per kilogram padatahun 2011 menjadi Rp 10.253 per kilogram pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2013kembali naik mencapai harga Rp. 11.384 per kilogram. Pada tahun 2014, harga kedelaimelonjak naik menyentuh harga Rp 12.901 per kilogramnya. Menurut Boediono (1998),angka inflasi kedelai pada tahun 2012 dapat digolongkan ke dalam kriteria inflasi ringan(<10 persen per tahun) dan pada tahun 2013-2014 dapat digolongkan ke dalam kriteriainflasi sedang (10-30 persen per tahun).

Pada tahun 2015, komoditas kedelai di Kabupaten Lampung tengah mengalami deflasisebesar 30,24 persen. Hal ini diduga disebabkan karena melimpahnya kedelai impor yangada di Kabuapten Lampung Tengah, sehingga harga kedelai produksi lokal merosot tajam.

Produksi kedelai di Kabupaten lampung Tengah terus merosot dalam kurun waktu limatahun terakhir. Salah satunya disebabkan karena pemerintah terlambat mengeluarkanregulasi terkait tata niaga kedelai dan tidak adanya regulasi yang menjamin harga ditingkat petani. Kondisi tersebut membuat harga kedelai menjadi tidak menentu. Sehingga

6,2311,03

13,33

-30,24

-40,00

-30,00

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

2012 2013 2014 2015La

ju In

flasi

(%)

Tahun

Laju Inflasi Kedelai (%)

Inflasi Kedelai (%)

Page 59: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

56

ketika harga komoditas ini turun cukup rendah, para petani tidak bergairah menanamkomoditas kacang kedelai dan memilih komoditas lain seperti jagung, kacang tanah, ubikayu dan komoditas lainnya.

Pada tahun periode 2013 – 2014, menurut BPS produksi kedelai di KabupatenLampung Tengah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 987 ton menjadi2.479 ton. Hal ini terjadi karena harga kedelai sedang meningkat dari Rp 11.384 perkilogram menjadi Rp.12.901 per kilogram sehingga petani berndong bonding menanamkedelai pada masa itu. Tetapi karena tidak ada perlindungan harga dan hanya mengikutiharga internasional, produksi kedelai Kabupaten Lampung Tengah kembali merosot padapanen tahun-tahun berikutnya.

Secara umum, kebutuhan kedelai di Indonesia dipasok oleh produksi lokal dan impor.Kedelai impor sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri akibatkurangnya produksi kedelai lokal. Selain untuk memenuhi kebutuhan kedelai, impor jugaberperan penting untuk menyeimbangkan supply dan demand agar harga kedelai dalamnegeri menjadi stabil. Peningkatan produksi dalam negeri dapat meningkatkan penawarankedelai dalam negeri sehingga dapat menjadi salah satu cara untuk menstabilkan hargakedelai dalam negeri, namun bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh karena itupemerintah memilih jalan impor yang dianggap lebih mudah dan cepat pelaksanaannya.Ketergantungan terhadap kedelai impor semakin besar dengan adanya kecenderunganindustri pengguna bahan baku kedelai seperti industri tempe yang memilih menggunakankedelai impor. Oleh karena itu selain dibutuhkan regulasi stabilisasi harga kedelai padawaktu yang tepat juga diperlukan perluasan areal tanam baru (PATB) komoditas kedelai.Dengan adanya perluasan areal tanam untuk tanaman kedelai maka diharapkan produksikedelai yang dihasilkan Kabupaten Lampung Tengah dapat meningkat.

Saat ini Balitkabi (Balai penelitian Kacang-kacangan dn Ubi) telah merilis beberapavarietas kedelai baru yang dapat digunakan sebgai pilihan petani, diantaranya adalah:a.Dega 1: VUB Kedelai Genjah, Biji Besar, Hasil Tinggi

Dega 1 adalah keturunan persilangan antara varietas Grobogan dan Malabar.Persilangan buatan dilakukan pada tahun 2009 dan selanjutnya dilakukan penggaluran

Page 60: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

57

tahun 2010‒2012 hingga diperoleh galur Dega 1. Varietas Dega 1 mampu menghasilkanbiji rata-rata > 2,5 ton/ha.

b.Varietas Dena 1 (Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Naungan)Dena 1 memiliki tipe tumbuh determinit dan tinggi tanaman sekitar 59 cm. Potensi hasilhingga 2,89 t/ha dengan rata-rata hasil 1,69 t/ha. Bentuk biji varietas Dena 1 adalahlonjong dan ukuran biji tergolong besar (bobot 100 biji antara 11,07 – 16,06g).Kandungan protein dan lemak berturut-turut adalah 36,67% dan 18,81% (basiskering). Umur masak varietas Dena 1 adalah 78 hari serta tahan terhadap penyakitkarat.

c.Varietas Dena 2Seperti varietas Dena 1, varietas Dena 2 juga memiliki tipe tumbuh determinit dengantinggi tanaman sekitar 40 cm. Potensi hasil Dena 2 adalah 2,82 t/ha dengan rata-ratahasil 1,34 t/ha. Bentuk biji varietas Dena 2 adalah bulat dengan ukuran biji sedang(bobot 100 biji antara 7,75 – 14,74 g). Varietas Dena 2 memiliki kandungan protein danlemak yang hampir sama dengan Dena 1, berturut-turut yaitu 36,48% dan 18,22% (basiskering). Umur masak varietas Dena 2 adalah 81 hari serta tahan terhadap penyakitkarat.

Untuk mengatasi permasalahan sulitnya mencari tenaga kerja di sektor pertanian untukmenanam kedelai, Joko Pitoyo, Harjono, dan Novi Sulistyosari mengembangkan mesintanam untuk biji bijian (Jagung, Kacang, Kedelai), Mesin penanam benih yangdikembangkan terbuat dari besi. Bentuknya seperti sepeda mini berukuran sekitar 1 m.Roda depan berupa piringan ganda yang berfungsi untuk membuat alur tanam.Sedangkan roda belakang, seperti roda pengeras jalan berukuran kecil, berdiameter 40cm, yang berfungsi sebagai roda penggerak. Untuk penggunaannya, mesin tersebutdikaitkan di bagian belakang traktor yang menarik mesin penanam biji. Biasanya, petanimenanam palawija setelah panen padi. Saat itu, traktor menganggur karena tak adasawah yang dibajak. Oleh karena itu dimanfaatkan untuk menarik mesin penanam biji.Selain itu, mesin penanam benih ini dilengkapi alat pembuka alur, kotak penampungberkapasitas 5 kg, penakar benih, dan penutup alur. Saat mesin dijalankan, pembuka alurberupa piringan ganda akan membuat lubang tanam sedalam 5 cm. Perputaran roda

Page 61: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

58

mesin secara otomatis menggerakkan alat penakar benih. Akibatnya, biji dalam kotakpenampung jatuh ke dalam lubang tanam.

Setelah itu, penutup alur menyapu bongkahan tanah bekas galian piringan pembukaalur untuk menutupi lubang tanam. Mesin penanam biji mengeluarkan benih seragamdalam jumlah maupun jarak tanam. Setiap lubang 2 biji dan jarak tanam 75 cm. Itu karenaalat penakar benih pada mesin hanya menjatuhkan benih sesuai gerakan putaran roda.Satu kali putar menjatuhkan 2 biji benih. Mesin penanam biji ini mampu bekerja di lahankering atau bergelombang akibat hasil pembajakan dan penggarukan. Dikarenakan, mesinberkontruksi lengan ayun fleksibel, sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi lahanyang tidak rata.

b. PDRB dan Inflasi Tanaman Hortikultura

Tanaman hortikultura merupakan tanaman yang umumnya berumur pendek ataukurang dari satu tahun. Data komoditas tanaman hortikultura yang utama dalammenyokong perkembangan PDRB dan inflasi Kabupaten Lampung Tengah adalahkomoditas bawang merah dan cabai merah.

1) Bawang Merah

Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah yang potensial bagi pengembangankomoditas bawang merah. Keinginan untuk menjadikan daerah ini menjadi salah satukabupaten yang mengembangkan bawang merah di Provinsi Lampung mulai terlihat sejaktahun 2015 di Kecamatan Kotagajah dan Kecamatan Pubian. Nilai Produk DomestikRegional Bruto (PDRB) bawang merah di Kabupaten Lampung Tengah mengalamipeningkatan dari tahun 2015 sebesar Rp.1,088 milyar ke tahun 2016 sebesar Rp. 51,503milyar, karena adanya program khusus pengembangan kawasan sentra bawang merah diProvinsi Lampung oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia bekerjasama denganPT Santosa Agrindo dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Gambar 16).

Page 62: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

59

Gambar 16. Perkembangan PDRB dari komoditas bawang merah tahun 2015-2016

Peningkatan PDRB bawang merah sangat dipengaruhi oleh produksi dan harga.Produksi bawang merah di Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2015 sampai tahun2016 terjadi peningkatan yang cukup tajam, akan tetapi jumlah produksi ini terbilangsangat rendah.

Rendahnya produksi bawang merah di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2015disebabkan oleh kecilnya areal tanam bawang merah, minimnya teknologi budidaya, danmenurunnya kesuburan tanah. Selain beberapa permasalahan di atas, petani jugamengalami kesulitan untuk memulai budidaya bawang merah karena membutuhkan biayayang besar kurang lebih dibutuhkan dana Rp 100.000.000 per hektar dalam satu musimtanam. Harga bawang merah meningkat cukup signifikan dari tahun 2015 sampai tahun2016 sebesar 60 persen.

Berdasarkan analisis produksi dan harga bawang merah, diketahui bahwa terjadipeningkatan produksi dan harga yang cukup signifikan di Kabupaten Lampung Tengah.Berdasarkan analisis diperoleh nilai inflasi sebesar 31,8 persen. Nilai ini menurut menurutBoediono (1998) termasuk dalam kategori inflasi berat.

Inflasi berat ini terjadi karena harga yang melonjak tajam pada tahun 2016, mencapai60 persen dari harga tahun 2015. Lonjakan harga ini terjadi karena menurunnya supply

1.088

51.503

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

2015 2016

PDRB

(Dal

am Ju

ta R

upia

h)

Tahun

PDRB Bawang Merah

PDRB BawangMerah

Page 63: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

60

bawang merah. Menurunnya suplai bawang merah ini terjadi karena faktor musimsehingga tidak dapat berproduksi dengan optimal atau jumlah impor bawang yangmenurun.

Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran bawang merah pada PDRBKabupaten Lampung Tengah dan untuk mengurangi inflasi sangat diperlukan upayapeningkatan produksi. Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan mengadopsiinovasi pertanian. Peningkatan produksi adalah dengan ekstensifikasi dan intensifikasi.Penambahan luas lahan budidaya bawang sangat diperlukan mengingat luasan arealbudidaya bawang saat ini masih sangat rendah.

Untuk meningkatkan produktifitas perlu upaya intensifikasi seperti peningkatan indekspertanaman, penggunaan bibit unggul tersertifikasi, penerapan Good Agriculture Practices

terutama dalam hal penanggulangan hama penyakit, penggunaan pupuk secara optimalserta penanganan panen dan pasca panen. Penggunaan benih/bibit unggul diharapkandapat memberikan kualitas komoditas yang baik, sehingga pada akirnya dapatmemberikan harga yang tinggi dan berdampak pada peningkatan pendapatan petani.

Selain peningkatan produksi perlu ada upaya untuk menjaga kestabilan harga dalamupaya menjaga inflasi. Inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah terjadinyaoligopsonistik pasar cabai merah, untuk itu diperlukan kebijakan perdagangan terkaitstabilitas harga dan pembatasan impor bawang merah terutama pada saat panen raya.Selain itu perlu adanya pembentukan atau penguatan kelembagaan kelompok tani bawangmerah agar memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam pasar yang oligopsonistik. Danuntuk mengatasi kekurangan modal maka perlu ada program kemitraan yang disertaidengan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh pertanian dan pengembangan risetdan development oleh perguruan tinggi.

Varietas Bawang Merah Pikatan memiliki umur Panen berkisar 55 hari. Potensi Hasildari bawang merah ini adalah sekitar antara 6,20 sampai dengan 23,31 ton/ha. Bawangmerah ini mampu bertahan sampai 6 bulan dalam keadaan normal. Dengan adanyakeunggulan bawang yang memiliki daya tahan yang lama, dapat meningkatkan produksipangan khususnya sebagai salah satu Sembilan bahan pokok pangan dalam masyarakat.

Page 64: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

61

2) Cabai Merah

Provinsi Lampung merupakan salah satu produsen cabai merah di Indonesia. Beberapakabupaten yang menjadi sentra produksi dan pengembangan cabai merah di ProvinsiLampung, antara lain Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Tengah,Lampung Timur, Lampung Selatan dan Pringsewu.

Gambar 17. Perkembangan PDRB dari komoditas cabai merah tahun 2011-2016

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) cabai merah di Kabupaten LampungTengah mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2016. PDRB tertinggidicapai pada tahun 2016 sebesar Rp 152,96 milyar (Gambar 17). Peningkatan nilai PDRBkomoditas cabai merah tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi cabaimerah. Peningkatan nilai PDRB cabai merah paling besar pada tahun 2015, dikarenakanada peningkatan produksi sebesar 50 persen. Peningkatan produksi cabai merahdisebabkan adanya program intensifikasi dan ekstensifikasi cabai merah yangdilaksanakan di Provinsi Lampung, khususnya di Kabupaten Lampung Tengah.

Cabai merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang memiliki nilaiekonomi tinggi di Kabupaten Lampung Tengah. Mengingat kebutuhan cabai merah dipasaran tidak mengenal pasang surut. Karakter cabai merah hanya dapat ditanam denganlahan yang tidak begitu basah. Tanaman cabai merah sangat sensitif dengan musim

69.63660.255

97.85175.063

144.432152.959

- 20.000 40.000 60.000 80.000

100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

PDRB

(Dal

am Ju

taRu

piah

)

Tahun

Perkembangan PDRB Cabai Merah

PDRB Cabai Merah

Page 65: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

62

penghujan. Jadi, cabai merah merupakan tanaman musiman yang akan tumbuh lebat jikaditanam pada musim kemarau, atau musim pancaroba di mana intensitas hujan rendah.Otomatis pasokan cabai merah tidak stabil setiap saat. Harga cabai merah di pasaran puncenderung mahal. Produksi tanaman cabai merah sudah dapat mencukupi kebutuhantahunan, namun fluktasi produksi sepanjang tahun menyebabkan terjadinya lonjakanharga yang berimbas pada inflasi di Kabupaten Lampung Tengah. Laju inflasi padakomoditas cabai merah di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012-2016 disajikan padaGambar 18.

Gambar 18. Laju inflasi pada komoditas cabai merah di Kabupaten LampungTengah tahun 2012-2016

Gambar 18 menunjukkan bahwa komoditas cabai merah di Kabupaten Lampungtengah pada tahun 2012-2016 mengalami inflasi yang berfluktuatif. Pada tahun 2012,komoditas cabai merah mengalami inflasi sebesar -12,83 persen, kemudian pada tahun2013 naik menjadi 46,46 persen dan kembali mengalami penurunan tahun 2014 menjadi –23,35 persen, kembali naik tahun 2015 sebesar 27,03 persen dan turun kembali tahun2016 sebesar -5,27 persen. Hal ini disebabkan oleh harga cabai yang terus naik turun daritahun 2011 hingga tahun 2016.

Indikator yang menentukan tingkat inflasi untuk komoditas cabai merah adalah fluktuasiharga cabai merah yang sangat besar terutama pada saat paceklik dan pada saat panenraya. Hal ini dikarenakan sistem pasar cabai merah belum terintegrasi secara sempurna,belum ada supply chain yang mampu menjaga stablititas harga cabai merah ditingkatpetani karena petani belum seluruhnya masuk ke dalam sistem supply chain yang ada.

-12,83

46,46

-23,35

27,03

-5,27

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

2012 2013 2014 2015 2016Infla

si (%

)

Tahun

Perkembangan Inflasi Cabai Merah (%)

Inflasi Cabai Merah(%)

Page 66: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

63

Struktur pasar cabai merah di tingkat petani cenderung oligopsonistik yangmenyebabkan terjadinya eksploitasi monopsonistik di tingkat petani sehingga harga jualcabai merah pada saat panen menjadi sangat rendah.

Untuk meningkatkan PDRB dan menjaga inflasi, pada komoditas cabai merah perluadanya upaya peningkatan produktivitas melalui peningkatan indeks pertanaman,intensifikasi dan rehabilitasi. Adopsi inovasi sangat diperlukan seperti, teknologi mulsaberwawasan lingkungan, agar dihasilkan produksi cabai merah yang berkualitas, sehatdan aman.

Karena peningkatan produksi dibutuhkan modal yang sangat besar diperkirakansebesar Rp. 50.000.000 per hektar maka diperlukan dukungan modal baik dari perbankanmaupun kemitraan yang disertai dengan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluhpertanian dan pengembangan riset dan development oleh perguruan tinggi. GoodAgriculture Practices terutama dalam hal penanggulangan hama penyakit. Cabai merahmemiliki karakteristik mudah rusak karena itu dibutuhkan sistem logistik dan pemasaranyang sesuai dengan karakteristik tersebut yakni tersedianya kapasitas cold storage,adanya pasar modern, dan olahan cabai didukung dengan sistem supply chain dan valuechain yang efisien dan menguntungkan.

Untuk mencegah terjadinya oligopsonistik pasar cabai merah, maka diperlukankebijakan perdagangan terkait stabilitas harga dan pembatasan impor cabai merah (dalambentuk pasta) terutama pada saat panen raya. Strategi dan inovasi yang diperlukan untukmeningkatkan PDRB cabai merah meliputi peningkatan produksi cabai merah melaluiusaha intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi. Usaha intensifikasi dilakukan melaluiupaya peningkatan kegiatan budidaya pertanian presisi melalui penerapan Good

Agriculture Practices meliputi penggunaan benih unggul tersertifikasi, penggunaan pupuksecara optimal, penanggulangan hama penyakit terpadu, penanganan panen dan pascapanen. Pada umumnya, petani cabai merah ini cenderung individualis yang tergolongpetani maju dan mampu, sehingga perlu pembentukan atau penguatan kelembagaankelompok tani cabai bagi petani agar memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam pasaryang oligopsonistik.

Page 67: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

64

Varietas cabe merah yang tergolong unggul diantaranya Prabu F.1, Maraton F.1,Kresna F.1, Adipati F.1, Sultan F.1, Senopati F.1, Provos F.1, Astina F.1, dan Wibawa F.1.

c. PDRB dan Inflasi Tanaman Perkebunan

Subsektor perkebunan pada tahun 2016 memberikan kontribusi sebesar 2,00 persenterhadap PDRB sektor pertanian di Kabupaten Lampung Tengah (BPS KabupatenLampung Tengah, 2017). Kecilnya kontribusi subsektor perkebunan di KabupatenLampung Tengah disebabkan oleh terbatasnya luas lahan yang dimiliki oleh rakyat denganmanajemen pengelolaan perkebunan yang masih konvensional. Kontribusi ini diperolehdari komoditas komoditas karet, tebu dan kelapa sawit.

1) KaretNilai PDRB karet rakyat di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2011-2014

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari Rp 2,6 milyar meningkat menjadi Rp31,3 milyar karena jumlah produksi karet rakyat terus mengalami peningkatan. Namunpada tahun 2015, PDRB karet mengalami penurunan menjadi Rp 27,2 milyar atau terjadipenurunan sebesar 13,20 persen. Penurunan nilai PDRB karet rakyat ini disebabkan olehterjadinya penurunan harga karet di tingkat petani. Secara rinci, perkembangan nilai PDRBkaret rakyat dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Perkembangan nilai PDRB karet rakyat di Kabupaten LampungTengah pada tahun 2011-2015

2.650 2.802

10.913

31.35127.200

- 5.000

10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB

(Dal

amju

ta R

upia

h)

Tahun

Perkembangan PDRB Karet

PDRB Karet

Page 68: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

65

Karet mempunyai peranan penting bagi masyarakat di Kabupaten Lampung Tengah.Karet merupakan komoditas ekspor, sehingga harga karet juga ditentukan oleh harga karetdi pasar internasional. Usaha perkebunan karet merupakan suatu kegiatan ekonomi yangbersifat padat karya dan padat modal. Output yang dihasilkan perkebunan karet adalahgetah karet (latex) yang menjadi bahan baku di sebagian besar industri, khususnya industriotomotif di Indonesia dan di dunia. Harga karet yang fluktuatif juga dapat memberikandampak positif bagi yang mengusahakannya. Laju inflasi karet di Kabupaten LampungTengah tahun 2012-2016 disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Laju inflasi pada komoditas karet di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2012-2016

Pada tahun 2013, komoditas karet mengalami inflasi sebesar 4,64 persen, kemudianpada tahun 2013 naik menjadi 5,66 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan hargakaret dari sebesar Rp 9.234 per kilogram pada tahun 2011 menjadi Rp 9.662 perkilogramnya pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2013 harga karet melonjak naikmencapai Rp. 10.209 per kilogram. Menurut Boediono (1998), angka inflasi karet padatahun 2012 dan 2013 dapat digolongkan ke dalam kriteria inflasi ringan (<10 persen pertahun).

4,64 5,66

-22,73

-15,00

-1,33

-25,00

-20,00

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

2012 2013 2014 2015 2016

Laju

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Karet (%)

Inflasi Karet (%)

Page 69: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

66

Namun, pada tahun 2014, karet mengalami deflasi sebesar -22,73 persen, kemudianpada tahun 2015 menjadi -15 persen, dan turun menjadi -1,33 persen. Hal ini terjadikarena turunnya harga karet pada tahun 2014 menjadi Rp 7.889, kemudian kembali turunpada tahun 2015 menjadi Rp 6.706 per kilogram, dan kembali mengalami penurunanharga menjadi Rp. 6.617 per kilogramnya. Turunnya harga karet di tingkat petanidisebabkan oleh turunnya harga karet di pasar internasional.

Strategi peningkatan PDRB karet di Kabupaten Lampung Tengah dapat ditempuhmelalui peningkatan harga karet petani, sehingga mendekati harga opportunitasnya.Perbaikan tingkat harga ini dengan cara intensifikasi pasar di pasar konvensional(Amerika, Tiongkok, Jepang, Singapura, Brazil, India, Korea, Canada, Jerman dan Turki)serta melakukan upaya ekstensifikasi pasar ke pasar-pasar baru di kawasan lain danpengembangan industri hilir pengolah karet di dalam negeri.

Sistem tataniaga karet rakyat juga memperlihatkan struktur pasar yang sangatkompleks dan mengarah pada pasar oligopsonistik. Pada sentra-sentra karet rakyat, polaswadaya murni sering ditemukan banyak petani karet yang melakukan transaksi karetdengan satu atau dua orang pedagang pengumpul karet. Pada kondisi demikian, petanikaret berada pada posisi yang lemah sehingga menerima berapapun tingkat harga yangditetapkan oleh pedagang pengumpul (petani sebagai price taker).

Hingga saat ini, produksi dan ekspor karet Indonesia termasuk Lampung Tengahdidominasi oleh jenis mutu SIR 20. Karena orientasi pemasaran karet adalah ekspor, makasistem tataniaga bahan olah karet berfungsi sebagai penghubung antara petani sebagaiprodusen bahan olah karet dengan ekportir yang pada umumnya juga sekaligus sebagaiprosesor/pengolah karet.

Kabupaten Lampung Tengah dapat mengaplikasikan klon unggul karet RRIC 100(Rubber Research Institute of Srilanka), klon unggul asal Srilanka yang juga cukupterkenal di Indonesia. Ditandai dengan performa pertumbuhan pesat selama 5 tahunpertama, klon ini juga mempunyai ketahanan terhadap penyakit umum tanaman karet.Walaupun produksinya tidak setinggi klon PB 260, tapi klon RRIC 100 merupakan jenisklon yang cukup tahan angin dan dapat dioptimalkan dengan pengobatan stimulan.

Page 70: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

67

Inovasi untuk meningkatkan produksi karet yaitu teknologi kultur jaringan yang mampumenghasilkan bibit karet dengan produksi getah karet jauh lebih tinggi dari cara pembibitanbiasa yakni dengan cara okulasi. Teknologi terbaru dalam kultur jaringan, yakni juvenilemicro cuttings (mikro kultur jaringan) yang dapat diproduksi pada skala besar dalamkondisi aseptik. Dengan teknologi ini, telah berhasil dikembangkan pohon yang memilikisistem akar tunggang, tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan yang dicangkokkan danhasil getah karet yang jauh lebih tinggi dapat diharapkan.

Selain itu, usaha untuk mengendalikan penyakit tanaman karet juga perlu dilakukan.Dua penyakit utama yang menyebabkan kerusakan dan kerugian paling besar padaperkebunan karet adalah penyakit jamur akar putih (JAP) dan gugurdaun (Colletotrichum).Pengendalian penyakit secara biologis serta ramah lingkungan dapatdilakukan dengan menggunakan agensia hayati. Deteksi dini terhadap penyakit padatanaman karet juga akan bermanfaat untuk meminimalisasi penurunan produktivitastanaman karet akibat serangan penyakit.

Inovasi lain di bidang pra panen yang banyak digunakan antara lain: bahan tanam karetunggul klon RRIC/IRR seri 100 dan 200, bio fungisida pengendali jamur akar putih,pembeku lateks yang ramah lingkungan, teknologi tanaman sela, sistem sadapberdasarkan tipologi klon, dan model peremajaan karet rakyat partisipatif. Inovasi teknologipada pasca panen yaitu kompon untuk seismic bearing, bridge bearing, seal gas LPG, seal

otomotif, masterbatch aspal karet, karet aspal emulsi.

Beragam produk bernilai tambah seharusnya dapat dilakukan melalui pengembanganindustri karet dan barang karet. Kelemahan utama untuk mengembangkan industri hilirkaret domestik, yaitu masalah infrastruktur. Kelemahan ini adalah tidak adanyainfrastruktur dan industri yang mendukung penghiliran ini. Pemerintah Daerah KabupatenLampung Tengah perlu membantu percepatan hilirasi komoditas karet denganmempermudah perizinan agar komoditas ini memiliki nilai tambah. Dukungan lainnyamencakup pengembangan dan pelayanan teknologi, informasi, sertifikasi di bidang karet,termasuk perumusan teknologi, inovasi dan transfer teknologi.

Page 71: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

68

2. Tebu

Gambar 21. Perkembangan nilai PDRB untuk tanaman tebu di KabupatenLampung Tengah tahun 2012-2015

Nilai PDRB tebu pada tahun 2012-2014 mengalami penurunan yang cukup signifikandari Rp410,9 milyar,- menurun menjadi Rp 355,4 milyar, namun pada tahun 2015mengalami peningkatan kembali menjadi Rp 389,7 milyar,- atau terjadi peningkatansebesar 9,6 persen. Peningkatan nilai PDRB tebu disebabkan adanya peningkatan hargagula pasir. Adapun nilai PDRB Tebu rakyat Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihatpada Gambar 22.

Gambar 22. Perkembangan nilai PDRB untuk tanaman tebu rakyat di KabupatenLampung Tengah tahun 2012-2015

410.947

391.827

355.490

389.731

320.000 330.000 340.000 350.000 360.000 370.000 380.000 390.000 400.000 410.000 420.000

2012 2013 2014 2015

PDRB

(Dal

am Ju

ta R

upia

h)

Tahun

Perkembangan PDRB Tebu

PDRB Tebu

7.465

24.99821.127

28.529

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

2012 2013 2014 2015PDRB

(Dal

am Ju

ta R

upia

h)

Tahun

Perkembangan PDRB Tebu Rakyat

PDRB Tebu (dalamJuta Rupiah)

Page 72: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

69

Gambar 22 menunjukkan bahwa nilai PDRB tebu dari perkebunan rakyat pada tahun2013 mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp 7,465 milyar pada tahun 2012menjadi Rp 24,998 milyar pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatanjumlah produksi karet rakyat pada tahun 2012 sebesar 6.221 ton menjadi 21.257 ton padatahun 2013 atau setara dengan peningkatan sebesar 242%. Namun, pada tahun 2014mengalami penurunan menjadi Rp 21,127 milyar karena terjadi penurunan jumlahproduksi karet rakyat menjadi 20.217 ton. Pada tahun 2015, PDRB karet kembalimeningkat menjadi Rp 28,529 milyar karena produksi karet meningkat menjadi 24.630 ton.

Strategi peningkatan PDRB tebu rakyat dapat ditempuh melalui upaya peningkatanproduksi dan produktivitas tebu dengan menggandeng industri gula untuk bekerjasamadalam hal pembinaan kepada petani melalui kelompok tani/gapoktan guna memberikaninformasi teknologi terkini yang dapat dipakai untuk meningkatkan hasil produksi tebu.Kebutuhan modal untuk usahatani tebu juga dapat diperoleh melalui program kemitraanantara kelompok tani/gapoktan dengan pihak industri/perusahaan gula yang beroperasi diKabupaten Lampung Tengah. Penyediaan sarana produksi pertanian dilakukan olehperusahaan. Pembelian hasil produksi tebu milik petani dilakukan oleh perusahaan yangdibayar pada saat panen tiba, sehingga petani memiliki kepastian pasar dan jaminan hargatebu yang saling menguntungkan.

Tebu merupakan salah satu tanaman perkebunan unggulan yang dihasilkan olehKabupaten Lampung Tengah. Tebu menghasilkan produk akhir gula pasir. Gula pasirmerupakan salah satu bahan pokok strategis, tidak hanya digunakan sebagai bahanmakanan tetapi juga bahan baku industri makanan dan minuman merupakan salah satuindikator pengukuran inflasi. Laju inflasi pada komoditas tebu di Kabupaten LampungTengah tahun 2013-2015 dapat dilihat pada Gambar 23.

Page 73: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

70

Gambar 23. Laju inflasi pada komoditas tebu di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2013-2015

Pada tahun 2013, komoditas tebu mengalami inflasi sebesar 8,91 persen karenaadanya kenaikan harga dari Rp 12.000 per kilogram menjadi Rp 13.069 per kilogram.Menurut Boediono (1998), angka inflasi gula pasir pada tahun 2013 dapat digolongkan kedalam kriteria inflasi ringan (≤10 persen per tahun).

Namun, pada tahun 2014 tebu mengalami deflasi sebesar -5,33 persen. Deflasi adalahkondisi penurunan pada harga secara terus menerus yang menyebar dengan cepatsehingga menyebabkan kesulitan pada pengeluaran konsumen dan bisnis terkaitpenundaan untuk penentuan harga (transaksi) yang terus menerus turun. Deflasi ini dapatterjadi dikarenakan oleh harga gula pasir per kilogram di tingkat konsumen pada tahun2013 sebesar Rp 13.069 per kilogram, kemudian menurun menjadi Rp 12.373 per kilogrampada tahun 2014.

Selain itu, banyaknya gula rafinasi yang membanjiri pasar di Kabupaten LampungTengah juga turut menjadi penyebabnya. Impor gula rafinasi sebenarnya diperuntukkanbagi kalangan industri yang memang kekurangan pasokan bahan baku gula untukpengolahan industrinya sehingga harus mengimpornya. Namun, produk gula rafinasi imporitu yang dijual di pasaran dan dikonsumsi kalangan rumah tangga. Hal ini diperkirakanakibat impor melebihi kuota atau kebutuhan kalangan industri di dalam negeri sehinggakelebihan impornya harus dilepas di pasaran. Peredaran gula rafinasi di pasar berdampak

8,91

-5,33

15,99

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

2013 2014 2015

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Tebu (%)

Inflasi Tebu (%)

Page 74: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

71

pada melimpahnya jumlah pasokan dan harga gula pasir yang dihasilkan menjadi murahdan cenderung terus menurun. Petani tebu harus menerima harga di bawah hargasebelumnya, kalangan industri gula pasir juga mengalami kerugian karena harus menjualgula pasir yang diproduksi dengan harga lebih rendah daripada sebelumnya. Pemerintahdiharapkan dapat mengendalikan impor gula rafinasi untuk kalangan industri secaraproporsional. Namun, pada tahun 2015 tebu mengalami inflasi menjadi 15,99 persenkarena adanya peningkatan harga menjadi Rp 11.583 per kilogram. Menurut Boediono(1998), angka inflasi gula pasir pada tahun 2015 dapat digolongkan ke dalam kriteria inflasisedang (10 – 30 persen per tahun).

2) Kelapa Sawit

Gambar 24. Perkembangan nilai PDRB minyak goreng di Kabupaten LampungTengah tahun 2013-2015

PDRB kelapa sawit diperoleh dari perhitungan nilai produk akhir sawit dalam bentukminyak goreng. Gambar 24 menunjukkan bahwa nilai PDRB minyak goreng pada tahun2013-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari Rp1,26 milyar,- meningkatmenjadi Rp 1,48 milyar. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan produksi dan hargakelapa sawit. Pada tahun 2015 PDRB sawit mengalami penurunan kembali menjadi Rp1,2 milyar,- atau terjadi penurunan sebesar 17,6 persen. Meskipun harga pada tahun2015 mengalami peningkatan, penurunan nilai PDRB pada tahun 2015 ini disebabkan olehterjadinya penurunan produksi sawit. Yang hanya mencapai 100.379 ton dari tahun

1.2641.484

1.221

- 200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600

2013 2014 2015

PDRB

(Dal

am J

uta

Rupi

ah)

Tahun

Perkembangan PDRB Kelapa Sawit

PDRB Kelapa Sawit

Page 75: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

72

sebelumnya sebesar 126.737 ton atau terjadi penurunan sebesar 21 persen. Secara rinciperkembangan nilai PDRB untuk tebu dapat dilihat pada Gambar 24.

Untuk meningkatkan nilai PDRB minyak goreng di Kabupaten Lampung Tengah adalahdengan meningkatkan produksi bahan baku (tandan buah segar kelapa sawit) danpeningkatan teknologi prosesing tandan buah segar menjadi minyak goreng secara lebihefektif dan efesien. Mengembangkan kelembagaan kemitraan pemasaran kelapa sawitantara petani sawit dengan pabrik CPO atau pabrik minyak goreng yang efisien diikutidengan upaya pengembangan pasar minyak goreng, baik di dalam maupun di luar negeri.

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit.Kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yangkontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut. Minyak gorengmerupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat, sehingga harganyaharus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Laju inflasi minyak goreng diKabupaten Lampung Tengah tahun 2014-2015 disajikan pada Gambar 25.

Gambar 25. Laju inflasi minyak goreng di Kabupaten Lampung Tengah tahun2014-2015

Pada tahun 2014, komoditas kelapa sawit mengalami inflasi sebesar 3,46 persen,kemudian pada tahun 2015 naik menjadi 3,92 persen. Inflasi ini terjadi dikarenakan hargaminyak goreng per kilogram di tingkat konsumen pada tahun 2014 sebesar Rp 11.708,

3,46

3,92

3,20 3,30 3,40 3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00

2014 2015

Laju

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Minyak Goreng (%)

Inflasi MinyakGoreng

Page 76: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

73

kemudian melonjak naik menjadi Rp 12.167 pada tahun 2015. Menurut Boediono (1998),angka inflasi minyak goreng pada tahun 2015 dapat digolongkan ke dalam kriteria inflasiringan karena < 10 % per tahun.

Inflasi ini terjadi juga karena disebabkan oleh menurunnya produksi kelapa sawit dari126.737 ton pada tahun 2014 menjadi 100.379 ton pada tahun 2015. Mengurangnyapasokan minyak goreng menyebabkan kelangkaan dan berdampak pada tingginya hargaminyak goreng. Tiga pendekatan yang dapat dijalankan untuk menstabilkan harga minyakgoreng. Pertama, melalui subsidi, kedua menaikkan pajak ekspor, dan ketiga stabilisasiharga melalui operasi pasar dan program stabilisasi harga dengan memanfaatkan jalurtradisional (distributor).

d. PDRB dan Inflasi Peternakan

Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitanserta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan,dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun olehperusahaan peternakan. PDRB peternakan merupakan salah satu subsektor dari sektorpertanian. Peternakan merupakan salah satu golongan dalam sub kategori Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yang dapat menjadi salah satu aspek yangberkontribusi terhadap perkembangan PDRB dan laju inflasi di Kabupaten LampungTengah. Komoditas peternakan yang utama dalam menyokong perkembangan PDRBPeternakan dan penyebab laju inflasi adalah sapi dan ayam ras pedaging.

1) PDRB dan Inflasi Daging Sapi

Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah sentra lumbung ternak di ProvinsiLampung. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Lampung (2016) bahwa populasi sapipotong di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2015 sebesar 259.802 ekor atau 39,76persen dari total keseluruhan populasi sapi potong di Provinsi Lampung sejumlah 653.357ekor. Kontribusi nilai PDRB daging sapi dapat dihitung dengan mengalikan persentasekarkas/daging sapi dengan jumlah populasi sapi potong di Kabupaten Lampung Tengah.

Page 77: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

74

Nilai PDRB komoditas daging sapi dari tahun 2011 hingga 2016 secara garis besarmengalami peningkatan. Hanya pada tahun 2014 terjadi sedikit penurunan. Nilai PDRBpada tahun 2011 sebesar Rp. 1.996,39 milyar kemudian mengalami peningkatan pesatsebesar 142,56 persen hingga tahun 2015 mencapai Rp. 4.842,33 milyar. PerkembanganPDRB pada komoditas daging sapi dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto pada KomoditasDaging Sapi di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011-2015

Peningkatan nilai PDRB komoditas daging sapi dari tahun 2011 hingga 2015 dapatdisebabkan oleh peningkatan harga per kilogram daging sapi pada rentang waktu tersebut.Harga pada tahun 2011 sebesar Rp. 65.806 per kilogram meningkat sebesar 67,39persen hingga Rp. 100.156 per kilogram.

Nilai PDRB daging sapi mengalami perkembangan sejak tahun 2011 hingga 2015.Namun demikian, pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan nilai PDRB,dikarenakan terbatasnya impor bakalan sapi dari Australia akibat adanya protes darimasyarakat kesejahteraan hewan internasional.

1.996.358

3.964.910

3.722.893

3.626.2224.842.328

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB

(dal

am ju

ta ru

piah

)

Tahun

Perkembangan PDRB Daging Sapi

PDRB Daging Sapi

Page 78: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

75

Laju inflasi daging sapi berfluktuatif dari tahun 2012 hingga 2016. Tingkat inflasitertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 22,32 persen. Peningkatan angka inflasi tersebutdikarenakan oleh meningkatnya harga daging sapi per kilogram sebesar Rp. 16.155 daritahun 2012 hingga 2013.

Menurut Boediono (1998), angka inflasi pada yang terjadi pada tahun 2013 tergolongke dalam kriteria inflasi sedang (antara 10 – 30 persen per tahun), sedangkan angkainflasi pada tahun lainnya tergolong ke dalam kriteria inflasi ringan (kurang dari 10 persenper tahun). Perkembangan laju inflasi pada komoditas daging sapi di Kabupaten LampungTengah tahun 2012 hingga 2016 disajikan pada Gambar 27.

Gambar 27. Laju Inflasi pada Komoditas Daging Sapi di Kabupaten LampungTengah Tahun 2012-2016

Berbagai program dapat dikembangkan sebagai inovasi dalam meningkatkan nilaiPDRB subsektor peternakan khususnya daging sapi melalui pengembangan village

breeding sapi di sentra-sentra ternak sapi di Kabupaten Lampung Tengah, pemanfaatanteknologi inseminasi buatan dari semen beku sapi dari pejantan terbaik, penguatankapasitas sumber daya manusia untuk memperkuat kelembagaan kelompok ternak melaluipenyuluhan dan pelatihan, peningkatan populasi ternak dengan mendukung programnasional pemerintah dalam upaya khusus Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB),pengembangan dan penambahan jumlah Rumah Potong Hewan moderen serta sarana

9,96

22,32

6,87 5,88

9,98

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

2012 2013 2014 2015 2016

Laju

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Daging Sapi (%)

Inflasi Daging Sapi

Page 79: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

76

prasarana pendukung yang terkoneksi dengan sistem logistik asional guna mewujudkanswasembada daging 2029. Program-program tersebut ditujukan untuk meningkatkanjumlah populasi sapi potong, harapan bahwa jika jumlah populasi sapi potong meningkatmaka jumlah daging sapi yang beredar di masyarakat juga semakin banyak.Bertambahnya jumlah daging sapi di pasaran diharapkan akan menjadikan harga dagingsapi pada tingkat konsumen hingga lapisan masyarakat terbawah dapat terjangkau.

Sumber daya manusia khususya peternak dapat ditingkatkan dengan programpenguatan sumber daya anggota kelompok ternak dalam hal pengetahuan danketerampilan pemeliharaan ternak dengan jalinan kerjasama kelembagaan kemitraanantara kelompok ternak dan perusahaan swasta, sehingga terjadi proses alihpengetahuan, teknologi dan keterampilan bagi peternak baik dalam bidang pembibitan(breeding) maupun penggemukan (feedlot).

Inovasi lainnya yang dapat dijadikan acuan adalah pengembangan pasar ternakmodern. Pasar ternak modern akan menjadi pusat kegiatan ekonomi bagi peternakmenggunakan sistem jual beli ternak secara transparan. Harga bobot hidup ternak dihitungbukan berdasarkan penaksiran ketampakan (performance) tetapi dari penimbangan bobotbadan menggunakan timbangan atau alat ukur lainnya. Alat ukur yang digunakan dapatmenggunakan timbangan konvensional atau timbangan digital dengan tingkat akurasitinggi.Dalam pemenuhan kebutuhan ternak untuk pertambahan bobot badan harian(average daily gain), dibutuhkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pengolahanpakan dengan memanfaatkan bahan lokal yang tersedia di Kabupaten Lampung Tengah.Bahan lokal dapat berasal dari limbah tanaman pangan dan perkebunan, sebagai contohfermentasi jerami padi, bonggol jagung, pelepah sawit. Fermentasi sebagai prosesmengawetkan limbah tanaman pangan dan perkebunan dan dapat meningkatkankandungan nutrisi dalam pakan olahan. Pakan hasil fermentasi ditujukan untuk memenuhikebutuhan asupan pakan ternak yang sulit diperoleh selama musim kemarau.

Page 80: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

77

1. Rumah Potong HewanRumah Pemotongan Hewan adalah kompleks bangunan dengan desain dankontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu sertadigunakan sebagai tempat memotong hewan potong bagi konsumsi masyarakatumum (SNI 01-6159-1999).

a. Syarat Lokasi

No Syarat Lokasi1 Tidak bertentangan dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR) dan

Rencana, Detail Tata Ruang (RDTR)2 Tidak berada dlm kota padat penduduk3 Lebih rendah dari pemukiman4 Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan5 Tidak berada dekat industri logam, kimia, tidak berada didaerah rawan banjir,

bebas dari asap, bau, debu dan kontaminan lain6 Mimiliki lahan yang cukup untuk pengembangan RPA7 Jalan menuju RPA dapat dilalui kendaraan pengangkut ayam hidup dan karkas

8 Sumber tenaga listrik cukup9 Persediaan air bertekanan dan air panas minimum 80oC10 Sumber air cukup11 Tersedia kendaraan pengangkut hewan hidup dan pengangkut karkas daging

b. Syarat Sarana

No Syarat Sarana1 Jalan menuju RPA dapat dilalui kendaraan pengangkut hewan hidup dan daging

2 Sumber air cukup, minimum 1000 liter/ekor/hari (sapi, kerbau) ; 100 liter/ekor/hari(kambing, domba) ; 450 liter/ekor/hari (babi) – memenuhi syarat mutu air minumSNI 01-0220-1987

3 Sumber tenaga listrik cukup4 Persediaan air bertekanan 15 psi (1,05 kg/cm3) dan air panas minimum 82oC

5 Tersedia kendaraan pengangkut daging

Page 81: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

78

c. Syarat Bangunan dan Tata Letak

No Syarat Bangunan dan Tata LetakKOMPLEKS RPH (minimal)

1 Bangunan utama2 Kandang penampungan dan istirahat hewan3 Kandang isolasi4 Kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan5 Tempat istirahat pegawai6 Tempat penyimpanan barang pribadi (locker )/ruang ganti pakanian7 Kamar mandi dan WC8 Sarana penanganan limbah9 Insenerator10 Tempat parkir11 Rumah jaga12 Menara air/penampungan air13 Gardu listrik

Seyogyanya dilengkapi :14 Ruang pendinginan (chilling room)15 Ruang pembekuan (cold storage)16 Ruang pembagian karkas (meat cutting room) dan pengemasan17 Laboratorium

Kompleks rumah pemotongan hewan harus dipagar sedemikian rupa sehingga dapatmencegah keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan dan hewan lain selainungags potong. Pintu masuk hewan hidup sebaiknya terpisah dari pintu keluar daging.

d. Syarat bangunan Utama

No Persyaratan Bangunan Utama(Daerah Kotor, Daerah Bersih)

DAERAH KOTOR1 Tempat pemingsanan (stunning), tempat penyembelihan (killing), tempat

pengeluaran darah2 Tempat penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala, empat

kaki sampai tarsus dan karpus, pengulitan, pengeluaran isi rongga dada danperut)

3 Ruang untuk jeroan4 Ruang untuk kepala dan kaki5 Ruang untuk kulit6 Tempat pemeriksaan postmortem

Page 82: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

79

No Persyaratan Bangunan Utama(Daerah Kotor, Daerah Bersih)

DAERAH BERSIH7 Tempat penimbangan karkas8 Tempat keluar karkas9 Ruang pendinginan/pelayuan10 Ruang pembeku11 Ruang pembagian karkas12 Ruang pengemasan daging

e. Syarat Peralatan, higiene karyawan dan perusahaan, pengawasan kesehatanmasyarakat veteriner, kendaraan pengangkut daging, persyaratan ruang pembekuancepat, ruang penyimpanan beku, ruang pengolahan daging, laboratorium disesuaikandengan Standar Nasional Indonesia No. 02-6159-1999 tentang Rumah PemotonganHewan.

2. SISTEM RANTAI DINGIN (COLD CHAIN SYSTEM)

Sistem rantai dingin adalah penerapan suhu dingin selama produksi, penyimpanan dantransportasi/distribusi daging dan produk olahannya (penyimpanan pada suhu dibawah4oC) untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menghambataktivitas enzim pada daging.

Daging dikenal sebagai bahan makanan yang mudah rusak (perishable food) danbahan makanan yang memiliki potensi mengandung bahaya (potentially hazardous

foods atau PHF). Bahaya yang mungkin dapat ditemukan dalam daging terdiri dari bahayabiologis (misalnya bakteri, kapang, kamir, virus dan parasit), bahaya kimia (misalnya residuantibiotika, residu hormon, cemaran logam berat), dan bahaya fisik (misalnya serpihantulang, serpihan pecahan kaca). Oleh sebab itu, penanganan daging harus dilakukansecara higienis. Penanganan daging yang higienis perlu diterapkan saat hewan di RPH,proses pemotongan, penyimpanan, distribusi dan penyajian.

Penanganan daging yang higienis merupakan penerapan Good Manufacturing

Practices (GMP) dan Good Hygienic Practices (GHP). GMP/GHP merupakan suatu

Page 83: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

80

pedoman atau acuan tentang penanganan atau penyediaan daging dalam rangkamenghasilkan daging yang aman (safe) dan layak (suitable). Dalam rangka penerapansistem jaminan keamanan pangan atau yang dikenal sebagai sistem Hazard Analysis

Critical Control Point (HACCP), GMP/GHP merupakan persyaratan dasar (prerequsite)untuk penerapan sistem HACCP di industri pangan.

Salah satu penerapan GMP/GHP dalam penanganan daging adalah penerapan sistemrantai dingin (cold chain system), artinya daging harus ditangani (disimpan) pada suhudingin di bawah < +4 oC.

Pendinginan DagingPendinginan daging dilakukan untuk menurunkan suhu karkas/daging menjadi di bawah

+7 oC dan di atas titik beku daging (-1,5 oC). Tujuan pendinginan daging adalah untukmempertahankan kesegaran daging, memperpanjang masa simpan daging, memberikanbentuk atau tekstur daging yang lebih baik, dan mengurangi kehilangan bobot daging.Dengan pendinginan, maka pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat pada dagingakan dihambat, serta aktivitas enzim-enzim dalam daging dan reaksi-reaksi kimia jugaakan dihambat.

Secara umum, karkas atau daging sebaiknya didinginkan hingga suhu bagian dalamdaging (internal temperature) mencapai suhu < +7 oC. Suhu internal karkas/daging sapisebaiknya dicapai < +7 oC dalam waktu <>< +3 oC secepat mungkin. Metode pendinginankarkas/daging sapi yang saat ini umum dilaksanakan adalah pendinginan cepat (quick

chilling) yang menggunakan suhu ruang pendingin -1 oC sampai +1 oC, kelembaban 85 -90%, kecepatan udara 1 - 4 m/detik dan lama pendinginan (untuk mencapai suhu internaldaging < +7 oC) 24 - 36 jam.

Hal yang perlu diperhatikan pada pendinginan karkas/daging sapi secara cepat adalahterjadinya kekakuan otot (rigor mortis) pada saat daging didinginkan, yang dikenal denganistilah cold shortening. Cold shortening terjadi akibat daging yang belum mengalami rigormortis (atau nilai pH daging > 5,9) telah mencapai suhu < +12 oC. Daging yang

Page 84: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

81

mengalami cold shortening memiliki kualitas yang rendah, karena keempukan dagingtersebut sangat menurun (liat atau alot).

Untuk mencegah terjadinya cold shortening pada metode pendinginan cepat tersebutdiperlukan perhatian agar rigor mortis (ditandai dengan nilai pH otot sekitar 5,9) terjadipada suhu internal daging > +15 oC. Suhu internal daging yang optimal untuk rigor mortisagar kualitas daging tetap baik adalah +20 oC sampai +25 oC. Hal ini dapat dilaksanakandengan mempercepat terjadinya rigor mortis dengan cara menerapkan stimulasi listrik(electrical stimulation) pada karkas dalam proses pemotongan. Stimulasi listrik adalahpemberian aliran listrik pada karkas setelah pengeluaran darah. Tujuan stimulasi listrik iniadalah membantu pengeluaran darah dan mempercepat terjadinya rigor mortis.

Pembekuan Daging

Pembekuan daging diperoleh dengan menurunkan suhu daging di bawah titik bekudaging (< -1,5 oC). Pembekuan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dagingtanpa mengubah susunan kimiawi daging. Pembekuan yang baik diperoleh denganmenurunkan suhu bagian dalam daging minimum sampai -12 oC. Saat ini pembekuandaging sapi diperoleh dengan membekukan daging pada suhu udara -25 oC sampai -45 oCdengan kecepatan udara antara 2 sampai 9 meter per detik. Sebelumnya daging tersebutharus didinginkan hingga suhu bagian dalam daging mencapai +10 oC. Sedangkan padapembekuan cepat (deep frozen) menggunakan blast freezerditerapkan suhu ruang < -18 oC dengan kecepatan udara > 1 cm per jam.

Kecepatan proses pembekuan didasarkan atas kecepatan udara di dalam ruangpembeku yang dinyatakan dalam cm per jam. Berdasarkan kecepatan pembekuantersebut, maka proses pembekuan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pembekuan lambat: kecepatan udara 0,1 – 0,2 cm/jam2. Pembekuan cepat: kecepatan udara 0,5 – 3,0 cm/jam3. Pembekuan ultra cepat: kecepatan udara 5,0 cm/jam.Di Jerman pembekuan untuk karkas seperempat sapi dilakukan dengan terlebih dahulu

mendinginkan karkas tersebut hingga mencapai suhu +7 oC kemudian membekukan

Page 85: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

82

karkas tersebut dengan suhu ruang -25 sampai -30 oC dengan kecepatan udara 2 – 3m/detik selama 24 jam. Setelah itu, karkas disimpan pada cold storage bersuhu -18 oC.

Pembekuan daging harus dilakukan setelah proses rigor mortis berlangsung. Jikadaging belum mengalami rigor mortis dan sudah dibekukan, maka rigor mortis akan terjadipada saat daging tersebut dicairkan (thawed). Proses tersebut dikenal dengan thaw rigor.Daging yang mengalami thaw rigor akan kehilangan cairan daging (jus daging) yang relatifbanyak dan relatif keras (liat atau alot). Agar daging/karkas dapat relatif segera dibekukansetelah proses pemotongan, maka perlu diterapkan stimulasi listrik (electrical stimulation)pada proses pemotongan.

Pendinginan KarkasCara Pendinginan Karkas (Chilling)

Fasilitas yang perlu disediakan dengan adanya fasilitas pendinginan adalah:1. Stimulasi listrik: penerapan stimulasi listrik setelah pengeluaran darah.2. Ruang pendingin (chilling room/chiller): suhu -1 oC sampai +1 oC, kelembaban 85

– 90%, kecepatan udara 1 – 4 m/detik, yang dilengkapi dengan termometer danhigrometer.

3. Pada pintu chiller dilengkapi dengan tirai plastik elastis atau tirai udara: berfungsiuntuk mempertahankan suhu ruang dan mencegah masuknya udara dari luar kedalam ruang chiller.

4. Termometer untuk mengukur suhu bagian dalam daging.5. Generator listrik (genset): untuk menjaga aliran listrik.6. Jaket untuk pekerja: melindungi pekerja yang bekerja pada chilling room.7. Alat angkut daging yang dilengkapi dengan pendingin.

Prosedur pendinginan karkas adalah sebagai berikut:1. Karkas setengah (half carcase) dari proses pemotongan yang menerapkan

stimulasi listrik dimasukkan segera ke chilling room/chiller.2. Di dalam chiller, karkas setengah digantung dengan jarak antar karkas untuk

sirkulasi udara.3. Pendinginan karkas berlangsung selama 24 – 36 jam.

Page 86: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

83

4. Pintu chiller dijaga agar tidak terbuka lama agar suhu ruang tetap terjaga < +5 oC.Pintu chiller harus segera ditutup apabila suhu di dalam chillermelebihi +5 oC.

5. Pemantauan suhu internal daging/karkas (menggunakan termometer yang dapatditusukkan ke dalam daging) dilakukan secara berkala, terjadwal dan acak(disusun dalam Standard Operating Procedures/SOP). Bagian daging yang biasadipakai untuk mengukur suhu adalah otot paha belakang (daerah Trochanter

major atau Topside).6. Jumlah karkas dalam ruang chiller disesuaikan dengan luas ruang.7. Karkas yang masuk pertama harus dikeluarkan pertama pula (penerapan

sistem First-In-First-Out/FIFO).8. Setelah pendinginan, karkas dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dan

selanjutnya dikemas, baik dengan vakum maupun tidak vakum.

3. PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI MENJADI PUPUK ORGANIK

Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoransapi tersusun dari feses, urine dan sisa pakan yang diberikan (terutama untuk ternak yangdikandangkan). Hasil sampingan ini merupakan bahan utama pembuatan kompos yangsangat balk dan cukup berpotensi untuk dijadikan pupuk organik serta memiliki nilai harayang cukup baik. Pemeliharaan ternak sapi umumnya dilakukan secara intensif dengan cara

dikandangkan dan penyediaan pakan dilakukan dengan sistem “potong angkut”. Jumlahpemilikannya pun sangat terbatas yakni antara 1 sampai 5 ekor. Dengan sistem demikian makahasil sampingan tersedia di sekitar kandang dan sangat mudah dalam pengumpulannya .

Apabila ternak sapi yang dipelihara memiliki bobot hidup rataan 250 kg maka setiappetani paling sedikit harus menyediakan pakan hijauan (tidak diberi konsentrat) 7,5 kgbahan kering (3% x 250 kg). Bila diasumsikan bahwa kandungan bahan kering pakanhijauan lapang sama dengan 20% maka jumlah tersebut setara dengan 37,5 kg (100 : 20 x7,5 kg). Angka tersebut harus ditingkatkan sebanyak 30% dari pemberian agar ternakmendapat kesempatan memilih pakan hijauan yang disenangi.

Page 87: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

84

Dengan demikian jumlah tersebut menjadi lebih kurang 50 kg. Selanjutnya apabilatingkat kecernaan bahan pakan tersebut adalah 50% maka jumlah yang dikeluarkankembali dalam bentuk feses segar adalah 25 kg. Dengan perkataan lain setiap tahunnyafeses yang dihasilkan setiap ekor ternak sapi dapat mencapai 9 ton dan jumlah ini lebihrendah dari yang dilaporkan Sihombing (1990).

Selanjutnya dikatakan bahwa ternak sapi dapat menghasilkan feses sejumlah 10 -15ton/ekor/tahun. Rendahnya jumlah yang diperoleh dalam perhitungan di atas kemungkinandisebabkan karena nilai sisa pakan belum diperhitungan . Dengan asumsi pengumpulanfeses dilakukan setiap empat bulan sekali maka setiap petani dengan jumlah pemilikanternak sapi sebanyak satu ekor dapat menyediakan bahan pupuk organik sebanyak 3 ton.Suatu jumlah yang cukup besar artinya bila dihubungkan dengan luas pemilikan lahanyang pada umumnya berkisar 0,2 – 0,5 Ha/petani (satu Ha membutuhkan pupuk kandangsejumlah 17,5 ton. Agar dapat memberikan manfaat yang maksimal maka hasil sampinganpemeliharaan ternak sapi tersebut harus diproses sebelum dipergunakan sebagai pupuk.Umumnya proses pengolahan dimaksud terdiri dari dua kelompok, yakni pengolahansecara terbuka dan tertutup1. Pengolahan secara terbuka dilakukan hanya dengan menumpukan kotoran ternak

sapi pada suatu area tertentu selama waktu yang tidak tentu. Namun pada umumnyadipergunakan menjelang musim tanam atau pada saat pengolahan tanah dilakukan.Cara ini tidak membutuhkan biaya yang terlalu banyak, karena biaya yangdikeluarkan hanya untuk tenaga kerja dan tidak diperhitungkan karena tenaga yangdipergunakan adalah tenaga keluarga.

2. Pengolahan yang kedua adalah dengan proses tertutup. Cara ini dilakukan denganmem benamkan kotoran ternak ke dalam sebuah lubang yang telah dipersiapkansebelumnya . Pembuatan lubang/silo disarankan untuk dilakukan di bawah naungandan areal yang tidak mudah tergenang air bila terjadi musim hujan. Di bawahnaungan dapat diartikan sebagai tempat di bawah pohon yang rindang atau pun dibawah naungan atap yang memang disiapkan untuk tujuan tersebut. Pembuatan silotersebut dapat dilakukan dengan kedalaman yang sesuai dengan volume yangdiinginkan dan sebaiknya dinding silo tersebut tahan terhadap rembesan air darisamping. Tujuannya adalah selain mencegah masuknya air ke dalam kotoran juga

Page 88: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

85

berfungsi agar unsur hara seperti nitrogen, yang ada dalam kotoran tidak hilangtercuci air yang dapat masuk/merembes .

Proses pengolahan pupuk yaitu :1. Untuk dapat menampung kotoran sapi sebanyak 3 ton maka ukuran yang dibutuhkan

adalah dua meter kali satu meter dengan kedalaman dua meter. Bila memungkinkanpembuatan silo dapat juga dilakukan dengan mempergunakan gorong-gorongberpenampang 1 meter dan disusun sebanyak tidak lebih dari 3 buah. Sesuai denganukuran gorong- gorong yang ada di pasaran maka, dua buah gorong-gorongditempatkan di bawah permukaan tanah (sedalam 90 cm) dan sebuahnya lagi dapatditumpuk di atas permukaan tanah (setinggi 100 cm).

2. Dengan ukuran silo dapat menampung tiga ton kotoran sapi. Kotoran sapi yangtersedia selanjutnya diaduk agar tercampur secara merata antara feses, urine dansisa pakan. Bila telah homogen maka kotoran sapi dapat dimasukan ke dalam silosecara baik agar cukup padat sampai hampir penuh.

3. Selanjutnya dapat ditutup dengan menggunakan tanah galian lubang yang adasetinggi lebih kurang 30cm . Timbunan tersebut selanjutnya dibiarkan untuk suatusatuan waktu tertentu, misalnya 3 bulan (Mathius, 1994), namun pada umumnyadisesuaikan dengan waktu penggunaannya, yakni disesuaikan dengan musim tanam

4. Setelah melewati waktu yang diinginkan diharapkan kotoran yang telah melewatiproses perombakan/dekomposisi, dapat menjadi kompos yang diharapkan dan siapdibongkar.Kompos tersebut selanjutnya dapat dipergunakan secara langsung ke lahan pertanianatau pun dapat dianginkan/dikeringkan di bawah sinar matahari .

5. Hasil pengeringan tersebut selanjutnya dihancurkan agar tidak menggumpal/padatdan dapat disaring dengan ayakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran yangdiinginkan. Untuk tujuan sebagai pupuk tanaman hias maka hasil ayakannya haruscukup kecil (2-3 mm), demikian juga bila ditujukan untuk tanaman rumput di lapangangolf. Sedangkan untuk tujuan pemupukan tanaman pangan setahun, maka hasilproses dekomposisasi tersebut dapat dipergunakan langsung ke lapang dandibenamkan pada saat persiapan lahan sedang dikerjakan/diolah

Page 89: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

86

2) PDRB dan Inflasi Komoditas Daging Ayam Ras Pedaging

Nilai PDRB komoditas daging ayam ras pedaging dari tahun 2011 hingga 2016 secaragaris besar mengalami peningkatan. Hanya pada tahun 2014 terjadi sedikit penurunan.Nilai PDRB pada tahun 2011 sebesar Rp. 630, 48 milyar kemudian mengalamipeningkatan sebesar 73,62 persen hingga tahun 2016 mencapai Rp. 1.094,64 milyar.Perkembangan PDRB pada komoditas daging ayam ras pedaging dapat dilihat padaGambar 28.

Gambar 28. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto pada KomoditasDaging Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011-2016

Nilai PDRB tertinggi pada tahun 2013 sebesar Rp. 1.129, 81 milyar, disebabkan olehpeningkatan jumlah produksi hingga 41,62 Juta kilogram daging ayam ras pedaging.Peningkatan nilai PDRB komoditas ayam ras pedaging dari tahun 2011 hingga 2016 dapatdiakibatkan oleh peningkatan jumlah produksi dan harga per kilogram daging ayam raspedaging pada rentang waktu tersebut.

630.481

806.895

1.129.815

892.210

972.2021.094.640

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

PDRB

(dal

am ju

ta ru

piah

)

Tahun

Perkembangan PDRB Daging AyamRas Pedaging

PDRB Daging AyamRas Pedaging

Page 90: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

87

Jumlah produksi daging ayam ras pedaging pada tahun 2011 sebesar 27,15 jutakilogram meningkat sebesar 27,61 persen menjadi 34,67 juta kilogram pada tahun 2016.Kemudian disertai peningkatan harga per kilogram daging ayam ras pedaging pada tahun2011 sebesar Rp. 23.223 per kilogram meningkat sebesar 36,05 persen hingga Rp. 31.595per kilogram. Peningkatan produksi dan harga ini berkontribusi terhadap peningkatan nilaiPDRB.

Laju inflasi daging ayam ras pedaging dari tahun 2012 hingga 2016 mengalamipenurunan dari tahun 2012 hingga 2014, kemudian angka meningkat kembali pada tahun2015 hingga 2016. Tingkat inflasi terendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 1,65 persen.Angka inflasi yang rendah pada tahun 2014 tersebut dikarenakan oleh stabilnya hargadaging ayam ras pedaging per kilogram sebesar Rp. 27.144 per kilogram tahun 2013,sedikit meningkat Rp. 447 pada tahun 2014 menjadi Rp. 27.591 per kilogram.

Menurut Boediono (1998), angka inflasi pada yang terjadi pada tahun 2012 tergolongke dalam kriteria inflasi sedang (antara 10 – 30 persen per tahun), sedangkan angkainflasi pada tahun lainnya tergolong ke dalam kriteria inflasi ringan (kurang dari 10 persenper tahun). Perkembangan laju inflasi pada komoditas daging ayam ras pedaging diKabupaten Lampung Tengah tahun 2012 hingga 2016 disajikan pada Gambar 29.

Gambar 29. Laju Inflasi pada Komoditas Daging Ayam Ras Pedaging diKabupaten Lampung Tengah Tahun 2012-2016

10,47

5,81

1,65

5,64

8,40

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2012 2013 2014 2015 2016

Laju

Infla

si (%

)

Tahun

Laju Inflasi Daging Ayam RasPedaging (%)

Inflasi Daging AyamRas Pedaging

Page 91: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

88

Strategi yang dapat diaplikasikan untuk pengembagan peternakan ayam pada lapisanpeternak rakyat yaitu melalui pengelolaan usaha peternakan yang intensif dengandukungan penerapan inovasi teknologi yang tepat sehingga tercapai efisiensi produksi danoptimalisasi produktivitas dengan menghasilkan ternak lokal yang memiliki adaptasi tinggisehingga dapat dijadikan bibit unggul, pemanfaatan teknologi lainnya adalah teknologisistem rantai dingin. Sistem rantai dingin (cold chain) memegang peran penting dalamindustri hilir produk peternakan. Pendinginan diperlukan untuk memperpanjang masasimpan atau masa pajang produk peternakan yang mudah rusak (perishable).Penampakan dari suatu produk menjadi segar sehingga memungkinkan untuk dipasarkandengan harga yang lebih tinggi dan meminimalkan persentase pembusukan. Sistem rantaidingin memberikan jaminan produk daging ayam kepada masyarakat dengan kualitasaman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Aman berarti daging ayam tidak mengandung bahanberbahaya atau beracun yang dapat membahayakan kesehatan. Sehat berarti tidak adakekhawatiran akan ada penularan penyakit dari daging ayam ke masyarakat. Utuh berartidaging ayam tidak dicampur dengan daging jenis lain. Halal berarti berasal dari hewanyang disembelih sesuai dengan syariat Islam.

Strategi lainnya adalah pengaturan regulasi dalam rangka peningkatan populasi ayamhidup yang seimbang dengan laju peningkatan konsumsi penduduk agar dicapai kondisiharga yang stabil dan menguntungkan, sehingga juga dibutuhkan koordinasi antarstakeholder ternak unggas (pelaku usaha, peternak dan pemerintah) untuk mengurangipersaingan tidak sehat.

RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS

DefinisiRumah Pemotongan Unggas adalah kompleks bangunan dengan desain dan kontruksi

khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagaitempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum (SNI 01-6160-1999). SyaratSesuai Standar Nasional Indonesia No. 01-6160-1999 tentang Rumah PemotonganUnggas.

Page 92: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

89

Syarat Lokasi

No Syarat Lokasi1 Tidak bertentangan dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR)

dan Rencana, Detail Tata Ruang (RDTR)2 Tidak berada dlm kota padat penduduk3 Lebih rendah dari pemukiman4 Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan5 Tidak berada dekat industri logam, kimia, tidak berada didaerah

rawan banjir, bebas dari asap, bau, debu dan kontaminan lain6 Mimiliki lahan yang cukup untuk pengembangan RPA7 Jalan menuju RPA dapat dilalui kendaraan pengangkut ayam hidup

dan karkas8 Sumber tenaga listrik cukup9 Persediaan air bertekanan 15 psi (1,05 kg/cm3) dan air panas

minimum 82oC10 Sumber air cukup, minimum 25-35 lt/ekor/hari – memenuhi syarat

mutu air minum SNI 01-0220-198711 Tersedia kendaraan pengangkut ayam hidup dan pengangkut karkas

daging

Syarat SaranaNo Syarat Sarana1 Jalan menuju RPA dapat dilalui kendaraan pengangkut ayam hidup dan

daging unggas2 Sumber air cukup, minimum 25-35 lt/ekor/hari – memenuhi syarat mutu air

minum SNI 01-0220-19873 Sumber tenaga listrik cukup4 Persediaan air bertekanan 15 psi (1,05 kg/cm3) dan air panas minimum 82oC

5 Tersedia kendaraan pengangkut daging unggas

Syarat Bangunan dan Tata LetakNo Syarat Bangunan dan Tata Letak

KOMPLEKS RPU (minimal)1 Bangunan utama2 tempat penurunan unggas hidup (Unloading)3 kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan4 tempat istirahat pegawai5 Tempat penyimpanan barang pribadi (locker )/ruang ganti pakanian6 kamar mandi dan WC7 sarana penanganan limbah8 Insenerator9 tempat parkir

Page 93: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

90

No Syarat Bangunan dan Tata Letak10 rumah jaga11 menara air/penampungan air12 gardu listrik

Seyogyanya dilengkapi :13 ruang pembekuan cepat (blast freezer)14 ruang penyimpanan beku (cold storage)15 ruang pengolahan daging unggas16 Laboratorium

Kompleks rumah pemotongan unggas harus dipagar sedemikian rupa sehingga dapatmencegah keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan dan hewan lain selainungags potong. Pintu masuk ungags hidup sebaiknya terpisah dari pintu keluar dagingunggas.

Syarat bangunan Utama

No Persyaratan Bangunan Utama(Daerah Kotor, Daerah Bersih)DAERAH KOTOR

1 Penurunan ayam, pemeriksaan antemortem dan penggantungan ayamhidup

2 Pemingsanan (stunning)3 Penyembelihan (killing)4 Pencelupan ke air panas (scalding tank)5 Pencabutan bulu (defeathering)6 Pencucian karkas7 Pengeluaran jeroan (evisceration) dan pemeriksaan post mortem8 Penanganan jeroan

DAERAH BERSIH9 Pencucian karkas10 Pendinginan karkas (chilling)11 Seleksi (grading)12 Penimbangan karkas13 Pemotongan karkas (cutting)14 Pemisahan daging dari tulang (deboning)15 Pengemasan16 Penyimpanan segar (chilling room)

Syarat Peralatan, higiene karyawan dan perusahaan, pengawasan kesehatanmasyarakat veteriner, kendaraan pengangkut daging unggas, persyaratan ruangpembekuan cepat, ruang penyimpanan beku, ruang pengolahan daging ungags,laboratorium disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia No. 01-6160-1999 tentangRumah Pemotongan Unggas.

Page 94: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

91

DENAH POSISI PERALATAN DI RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS

Page 95: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

92

DENAH BANGUNAN UTAMA RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS

Page 96: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

93

RUANG PENYEMBELIHAN DI RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS

Page 97: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

94

B. Peran Subsektor Pertanian dalam Menentukan PDRB

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan dengan menggunakan tingkatpertambahan PDRB, sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang dicapaimasyarakat seringkali sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-citauntuk menciptakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan PDRB tidak lepas dari peransetiap sektor-sektor ekonomi. Besar kecilnya kontribusi pendapatan setiap sektor ekonomimerupakan hasil perencanaan serta pertumbuhan yang dilaksanakan di daerah. Semakinbesar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap PDRB suatudaerah maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan BPS Lampung Tengah (2017), peranan lapangan usaha terhadap PDRB diKabupaten Lampung Tengah diketahui bahwa sub kategori Pertanian, Peternakan,Perburuan dan Jasa Pertanian berkontribusi paling besar dibandingkan sub kategorilainnya di dalam kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, yaitu dengan persentasenilai tambah sebesar 88,80 persen pada tahun 2016. Sub kategori Kehutanan danPenebangan Kayu dan sub kategori Perikanan di tahun yang sama masing-masingberkontribusi sebesar 19,82 persen dan 2,31 persen terhadap nilai PDRB kategoriPertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Nilai PDRB Pertanian dapat dilihat dari beberapa jenis komoditas baik dari tanamanpangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang memiliki kontribusi besar terhadapnilai tambah PDRB Pertanian secara keseluruhan, yaitu padi (tanaman pangan), cabaimerah (tanaman hortikultura), tebu (tanaman perkebunan), dan sapi (peternakan).

Page 98: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

95

Tabel 4.4. Kontribusi Inflasi per komoditas

Kontribusi inflasi per komoditas(persen per tahun)

Tahun2013 2014 2015 2016

Inflasi padi (%) 0,61 11,22 -0,63 -5,43Inflasi ubi kayu (%) N/A 15,51 15,64 -5,38Inflasi jagung (%) N/A -1,60 -1,45 1,53Inflasi kedelai (%) 0,05 0,09 -0,10 N/AInflasi Bawang Merah (%) N/A N/A N/A 1,00Inflasi cabai (%) 1,89 -0,36 1,10 -0,27Inflasi Karet (%) -0,10 -0,10 -0,01 N/AInflasi Tebu (%) 1,45 -0,38 1,75 N/AInflasi Kelapa sawit (%) N/A 0,16 0,21 N/AInflasi Daging Sapi (%) 24,71 3,60 5,72 N/AInflasi Daging Ayam Ras Pedaging (%) 0,09 0,02 0,09 N/ATotal 28,70 28,17 22,33 -8,54Catatan N/A : Data tidak tersedia

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 komoditas penyumbang inflasitertinggi di Kabupaten Lampung Tengah yaitu subsektor peternakan dari daging sapi.Tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2013 dikarenakan oleh meningkatnya harga dagingsapi per kilogram sebesar 22,32 persen. Kenaikan harga ini terjadi karena tingginya biayadistribusi daging sapi. Inflasi yang terjadi pada daging sapi ini termasuk ke dalam inflasisedang karena nilainya >10 persen. Kondisi ini belum membahayakan kegiatanperekonomian di Kabupaten Lampung Tengah, tetapi kemampuan daya beli masyarakatmenjadi menurun.

Pada tahun 2014, inflasi tertinggi mulai beralih dari subsektor peternakan kesubsektor tanaman pangan yaitu ubi kayu. Hal ini dikarenakan naiknya harga ubi kayuyang dipicu oleh makin banyaknya pabrik pengolahan tepung ubi kayu di KabupatenLampung Tengah dan adanya program pemerintah Provinsi Lampung yang menggalakkanproduksi energi biogas dengan bahan baku dari ubi kayu. Inflasi ubi kayu pada tahun2014 dan 2015 dapat digolongkan ke dalam kriteria inflasi sedang (10 – 30 persen pertahun). Kondisi ini membuat petani menjadi termotivasi untuk menanam ubi kayu karenaharganya yang tinggi. Sementara, industri pengolah ubi kayu jumlahnya tetap, sehinggatidak banyak industri yang mampu membeli ubi kayu milik petani dalam jumlah yang

Page 99: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

96

banyak karena terbatasnya permodalan yang dimiliki. Hal ini berdampak pada lesunyakegiatan industri pengolahan ubi kayu di kabupaten Lampung Tengah.

Tahun 2016, inflasi tertinggi di Kabupaten Lampung Tengah disumbang olehtanaman jagung yang tergolong ke dalam inflasi ringan. Hal ini menyebabkanpertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Tengah semakin baik. Ini dapat dilihatdengan terus meningkatnya PDRB Kabupaten Lampung Tengah. Selain itu, inflasi ringanberdampak pada termotivasinya petani atau industri untuk meningkatkan produksinyakarena harga-harga cenderung naik, sehingga petani berharap akan memperolehkeuntungan yang lebih besar. Selain itu, inflasi ringan ini juga akan berdampak padaterciptanya lapangan kerja baru di sektor pertanian.

Secara umum, pada tahun 2013 kontribusi dari 7 komoditas yang teliti ditelitimenunjukkan bahwa sektor pertanian menyumbang 28,70 persen ke PDRB KabupatenLampung Tengah. Namun, dari 10 komoditas yang diteliti pada tahun 2014 dan 2015 justrukontribusi sektor pertanian masing-masing menurun menjadi 28,17 persen dan 22,33persen. Hal ini disebabkan terjadi deflasi pada beberapa komoditas yaitu jagung, cabaimerah, karet dan tebu di Kabupaten Lampung Tengah. Penurunan PDRB sektor pertanianini disebabkan adanya kenaikan PDRB dari sektor industri, perdagangan, dan jasa.

Page 100: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Secara makro, transformasi struktur ekonomi di Kabupaten Lampung Tengahsudah mengambil track yang benar yaitu transformasi dari sektor primer menujuke sektor sekunder dan tersier. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja ProdukDomestik Regional Bruto dan peranannya terhadap wilayah Kabupaten LampungTengah adalah a). Produksi, tingkat produksi ditentukan oleh inovasi teknologi,lahan, tenaga kerja dan kapital, b) Stabilitas harga komoditas, c) kelembagaan;penguatan dan pemberdayaan lembaga penyuluh pertanian, koperasi pertanian,kelompok tani, gabungan kelompok tani, pasar tani, pasar ternak, d) infrastruktur,meliputi jalan pertanian, jaringan irigasi tingkat usahatani, sekunder dan primer; e)sistem pergudangan atau logistik dan harga berbasis ICT (Information

Communication Technology); f) ketersediaan dan akses sarana produksipertanian; dan g) peningkatan kapasitas sumber daya manusia agribisnis tanamanpangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi dari sisi produksi (penawaran) diKabupaten Lampung Tengah adalah a) tingginya biaya produksi, b) kenaikanharga-harga sarana produksi pertanian, c) kenaikan upah tenaga kerja, d) tinggibiaya distribusi produk pertanian, e) infrastruktur yang kurang memadai, f) cuacadan serangan hama penyakit tanaman, dan g) lambatnya inovasi di bidangpertanian.

3. Strategi untuk meningkatkan PDRB sektor pertanian di Kabupaten LampungTengah adalah melalui program intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi yangberfokus kepada kegiatan inovasi pertanian meliputi : a) menggunakan varietasunggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah, b) menggunakan sistem irigasi(SRI), c) mengembangkan sistem pengelolaan supply chain, d) adanya inovasirekayasa kelembagaan dan kemitraan, e) menetapkan harga acuan komoditasunggul pertanian, f) menggunakan mesin tanam khusus untuk biji-bijian, g)

Page 101: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

98

menggunakan teknologi kultur jaringan pada tanaman karet dan kelapa sawit, h)pengembangan pasar ternak modern, i) rumah potong hewan/unggas modern, j)sistem rantai dingin, k) pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik, l)upaya khusus peningkatan produksi dan penambahan luas tanam padi, jagung,kedelai, cabai merah, bawang merah, tebu dan daging sapi, m) program cetaksawah baru, dan n) penggunaan pupuk secara optimal.

5.2 Saran

Saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :1. Pemerintah harus meningkatkan kapasitas fiskal untuk melakukan percepatan

inovasi pertanian, melalui : a) peningkatan luas tanam komoditas pertaniandengan memanfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif, b) meningkatkanproduktivitas komoditas pertanian melalui penerapan inovasi pertanian, c)pemerintah harus meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan bidangpertanian, d) Optimalisasi UPTD dalam kegiatan distribusi produk pertanian, e)perlunya stabilisasi harga-harga untuk komoditas pertanian oleh pemerintah, danf) mengefektifkan kebijakan harga melalui Peraturan Menteri PerdaganganRepublik Indonesia nomor 27/m-dag/per/5/2017 tentang Penetapan Harga AcuanPembelian di Petani.

2. Pihak swasta dan stakeholders terkait diupayakan untuk : a) melakukan upaya-upaya peningkatan produksi pertanian, b) mengarahkan dana CSR perusahaanuntuk membantu masyarakat di dalam penyebarluasan inovasi pertanian danmengembangkan kegiatan riset dan development (R&D) untuk menghasilkanproduk pertanian dengan produktivitas dan nilai tambah tertinggi, c)mengembangkan sistem logistik daerah, gudang, pasar dengan dukungantransportasi yang efektif dan efisien, d) perlu adanya koordinasi antar pelakuusaha pertanian, dan e) Peningkatan kapasitas sumber daya petani melaluipenguatan dan pemberdayaan kelembagaan kelompok tani dan asosiasiagribisnis komoditas unggulan pertanian.

Page 102: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

99

3. Perguruan tinggi memfasilitasi produk segar asal Kabupaten Lampung Tengah keJakarta melalui sertifikasi Otoritas Ketahanan dan Keamanan Pangan Daerah(OKKPD) agar dapat bersaing dengan produk-produk dari daerah lain.

4. Disarankan perlu dilakukan kajian lanjutan tentang :a) Strategi pengembangan inovasi pertanian untuk pembangunan pertanian,b) Rekayasa model kelembagaan agribisnis mendukung percepatan inovasi

pertanian,c) Kajian kelayakan pengembangan Rumah Pemotongan Hewan/Unggas modern

berbasis Cold Chain System, dand) Kajian dampak pengembangan infrastruktur jalan tol terhadap produksi

pertanian dan pembangunan wilayah.

Page 103: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

100

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. EdisiPertama. BPFE. Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. 300 Teknologi Inovatif Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia Nomor 01/6159/1999tentang Rumah Pemotongan Hewan. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia Nomor 01/6160/1999tentang Rumah Pemotongan Unggas. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Boediono. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.

BPS Kabupaten Lampung Tengah1. 2016. Kabupaten Lampung Tengah dalam Angka.Katalog : 1102001.1805. Lampung Tengah.

BPS Kabupaten Lampung Tengah2. 2016. Produk Domestik Regional Bruto KabupatenLampung Tengah Menurut Lapangan Usaha 2011-2015. Katalog BPS :9302008.1805. Lampung Tengah.

BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2017. Produk Domestik Regional Bruto-MenurutLapangan Usaha Kabupaten Lampung Tengah 2012-2016. Katalog BPS :9302008.1805. Gunung Sugih. Lampung Tengah.

BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2017. Lampung Tengah dalam Angka tahun 2017.Gunung Sugih. Lampung Tengah.

BPS. 2017. Konsep Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha). https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11#subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1. [Diakses tanggal 10April 2017].

BPS. 2017. Konsep Inflasi. https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/3#subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1. [Diakses tanggal 10 April 2017].

Case, Karl E, dan Ray, C Fair. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi. Edisi Ke Delapan Jilid 1.Erlangga. Jakarta.

Pohan, A. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. PT. Raja Grafika. Jakarta.

Mardikanto, Totok. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan.Jakarta.

Meier, M.G. 1995. Leading Issues in Economics Development. Sixth Edition. Mc. Graw Hill,International Edition Finance Series, Singapore.

Page 104: ii - balitbanglamteng.com · Aspek geografi dan Demografi 7 2.2. Aspek Perekonomian 10 2.3. Aspek Pertanian 19 BAB III. ... 4.2.Produk Domestik Regional Bruto (P DRB) dan Inflasi

KAJIAN INOVASI PERTANIAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INFLASIDI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

101

Mosher, AT. 1966. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Terjemahan Krisnandhi.CV. Yasa Guna. Jakarta.

Nanga, Muana. 2001. Makro Ekonomi, Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Pertama.Rajawali Press. Jakarta.

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II Edisi ke 1 Cetakan Ke Sepuluh. BPFE.Yogyakarta.

Roger, Everett M. 2003. Diffusion of Innovation. 5 th Edition. Free Press. New York.

Soekartawi. 1994. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Rajawali Press.Jakarta.

Soeprodjo. 1994. Pengembangan Bidang Ilmu dalam Disiplin Teknologi Pertanian.Konsorsium Ilmu-Ilmu Pertanian, Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdikbud.Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Ke Empat Belas. Rajawali Press.Jakarta.

Stannado, Fiko. 2015. Teori Ekonomi Mikro : The Law of Diminishing Return.https://cyeberfu.blogspot.co.id/2015/04/the-law-of-diminishing-return.html. diaksespada 7 April 2017 14.58 W