idiom dalam novel sang pemimpi - usd repository1].pdf · novel sang pemimpi karya andrea hirata...
TRANSCRIPT
IDIOM DALAM NOVEL SANG PEMIMPI
KARYA ANDREA HIRATA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Ina Wita Krisna Sari
NIM: 064114025
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Maret 2010
ii
IDIOM DALAM NOVEL SANG PEMIMPI
KARYA ANDREA HIRATA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Ina Wita Krisna Sari
NIM: 064114025
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Maret 2010
iii
iv
v
Skripsi ini kupersembahkan
Kepada Kedua orang tuaku,
Bapak Widodo dan Ibu Yulita Sutarmi sebagai tanda baktiku
atas segala ketulusan cinta, kasih sayang dan pengorbanannya selama ini.
vi
Life is too short to wake up in the morning with regret.
So love the people who treat you right and forget about the ones who
don’t and believe that everything happens for a reason.
If it get changes your life, let it. Nobody said that it would be easy,
they just promise it would be worth it.
There are many people That we meet in few, will make a lasting impression
On our mind and hearts. It is these people
That we will think of often And who will always remain
Important for us as, True friends…
vii
ABSTRAK
Sari, Ina Wita Krisna. 2009. “Idiom dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata.” Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas tentang idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Alasan topik ini didasarkan pada beberapa hal berikut. Pertama, sebagai novel terbitan mutakhir ternyata novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata tetap mempertahankan penggunaan idiom dalam berbagai satuan gramatikal yang secara umum sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Novel ini merupakan novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang mengalami beberapa cetak ulang hingga cetakan kedua puluh empat November 2008. Untuk itulah, penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa walaupun novel ini adalah novel terbitan mutakhir tetapi tetap mempertahankan penggunaan idiom-idiom yang secara umum sudah lama digunakan dalam bahasa Indonesia. Kedua, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata termasuk dalam beberapa satuan gramatikal. Ketiga, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan menurut kategorinya. Keempat, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan berdasarkan kepenuhan makna idiomnya.
Ada tiga permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apa saja satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Kedua, apa saja kategori idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Ketiga, apa saja jenis idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata berdasarkan kepenuhan maknanya?
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang dilihat dari sisi satuan garamatikal, kategori, dan jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang mendeskripsikan penelitian berdasarkan fakta yang ada dengan menggunakan sumber data berupa idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data dan (iii) tahap penyajian data. Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu metode pangumpulan data dengan menyimak langsung satuan gramatikal yang mengandung idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Teknik yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyimak dan mencatat data dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, kemudian mencatat sumber datanya. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah sebuah konstruksi termasuk idiom atau bukan. Metode agih diterapkan dengan teknik perluas dan
viii
teknik ganti. Teknik perluas digunakan untuk membuktikan kategori idiom. Teknik ganti digunakan untuk membuktikan jenis kepenuhan maknanya. Metode yang dipergunakan dalam penyajian hasil analisis data adalah metode formal dan informal. Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan tanda dan lambang. Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan kata-kata biasa, tidak menggunakan penggunaan rumus. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, berdasarkan satuan gramatikalnya idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dibedakan menjadi empat yaitu, (i) kata (termasuk juga kata berimbuhan, kata majemuk, dan kata ulang), (ii) frase, (iii) klausa, dan (iv) kalimat. Kedua, kategori idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, dapat dibedakan menjadi, (i) kategori idiom bertataran kata (kata berimbuhan, kata majemuk dan kata ulang) (ii) kategori idiom bertataran frase, (iii) kategori idiom bertataran klausa dan (iv) kategori idiom bertataran kalimat. Ketiga, jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) jenis idiom penuh dan (ii) jenis idiom sebagian. Pertama, idiom penuh meliputi (i) idiom penuh berbentuk kata (kata berimbuhan, kata majemuk dan kata ulang) (ii) idiom penuh berbentuk frase (iii) idiom penuh berbentuk klausa dan (iv) idiom penuh berbentuk kalimat. Kedua, idiom sebagian meliputi (i) idiom sebagian berbentuk kata majemuk dan (ii) idiom sebagian berbentuk klausa.
ix
ABSTRACT
Sari, Ina Wita Krisna. 2010. ” The Idiom in the Novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata.” A Thesis of S1 Degree. Indonesian Letters Study Program, Indonesian Letters Departement, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.
This thesis discussed about the idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata. This topic is based on several things. First of all, as a newst publishing novel which have a direct language. But, in fact the researcher finding many of idiom which this used in some of gramatical unit. So, this is meaning as the properly as letters occup, the expression which this used in this novel is undirectly so that problems needed to researched. Second, the idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata included in some of gramatical unit. Third, idiom in this novel id divide based on the categories. Fourth, idiom in this novel can be divided based on the meaning of fullness idiom. There are three problems which are discussed in this research. First, what are the unit of gramatical idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata ? Second, what are the categories of idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata ? Third, what are the kinds of idiom based on the meaning of fulness in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata ? The aim of this research is to describe the using of idiom in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata which is focused on the side of gramatical unit, the categories, and the kinds of idiom based on the meaning of fullness. This research is describes the research object based on the existing the real fact. This research involves three procedure, namely (i) data gathering, (ii) data analysis, and (iii) presentation of data analysis result. The method of data gathering is observation method, that is a method of data gathering by observing and reading the sentences wich contain of idiom. The methods employed is the non participant technigue or free, interview observation technigue by reading and note taking the data from the novel of Sang Pemipi by Andrea Hirata which takes note from the data sources. The method which used to analyze whether a contruction is included in an idiomatic construction or not. The distributional method is applied using the extending technique (teknik perluas) and the substituting technigue (teknik ganti). The extending technigue is applied with the extending technique and the substituting technique. The extending technique is used to prove the categories of idiom. The substituting is used to prove the meaning of fullness. The method which used in this result of analysis data is formal and informal methods. The formal method is the result of analysis data by using sign and symbol. Informal method is the result of analysis data with the commonwords and doesn’t use pattern. The result of this research are below. First, base on the gramatical unit of idom in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata it is divided into four aspects, (i) word (included affixation word, compound word and reduplication word), (ii) phrase, (iii) clause, and (iv) sentence. Second, the category of idiom in this novel can be
x
divided, (i) the category idiom of word (included affixation word, compound word and reduplication word), (ii) the category of idiom in the form of phrase, (iii) the category of idiom in the form of clause, and (iv) the category of idiom in the form of sentence. Third, the kinds of idiom which based on the meaning of fullness idiom in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata, it can divided into two types, that are (i) the type of full idiom and (ii) the type of part idiom. First, full idiom contains of (i) full idiom in the form of word (included (included affixation word, compound word and reduplication word) (ii) full idiom in the form of phrase, (iii) full iidom in the form of clausa, and (iv) full idiom in the form of sentence. Second, the part idiom consist of (i) the part idiom in the form of compound word and (ii) the part idiom in the form of clause.
xi
xii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Idiom dalam Novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia,
Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan serta dukungan yang diberikan
kepada penulis. Semua bantuan serta dukungan tersebut senantiasa mengiringi
langkah penulis selama menempuh ilmu di kampus Universitas Sanata Dharma.
Oleh karena itu, perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu serta memperlancar penulis dalam
proses penulisan skripsi ini.
1. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I
dalam memberikan semangat dan perhatian dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Hery Antono M Hum., selaku dosen pembimbing II yang
membagikan ilmunya kepada penulis, membimbing, dan memberi
masukan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
xiii
3. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto M.Hum.,
Ibu S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum
M.Hum., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Bapak Drs. FX.
Santosa, M.S atas ilmu serta bimbingannya selama penulis menuntut ilmu
di Universitas Sanata Dharma.
4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang dengan ramah memberikan
pelayanan administratif sejak awal perkulihan hingga penulisan tugas
akhir ini.
5. Staf Pepustakaan Universitas Sanata Dharma yang dengan ramah
melayani peminjaman buku yang diperlukan penulis.
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Widodo dan Ibu Yulita Sutarmi atas doa,
kasih sayang, semangat, dan usaha yang dikerahkan dengan segenap jiwa
dalam memenuhi segala kebutuhan penulis selama menuntut ilmu di
Universitas Sanata Dharma. Terima kasih, Bapak dan Ibuku orangtua
juara satu seluruh dunia.
7. Alm. Kakung Kromoharjo dan Kakung Ngadenan, atas kasih sayang, doa
serta semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.
8. Sr. Carolina Cendrakasih Suryati, OSU atas doa dan semangat yang
diberikan kepada penulis
9. Teman-teman KKN: Dini Lukasmini, Kristian Bayu Kuncoro, Maria
Christy, Kusumo Wardani, dan I.Gusti Arya Asmarantana Astina, Yenny
Paruang dan Agatha Dyah Ayu Tyasari terima kasih atas kebersamaan
serta motivasi yang diberikan kepada penulis.
xiv
10. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2006
Erik Caesario, Febriani, Septina, Maryono, Sr. Syrilla Keka, SPC , Maria
Sulastri, dan Yupita atas kebersamaannya selama ini yang akan menjadi
kenangan yang terindah yang tak terlupakan, masa-masa kita kuliah
bersama di Universitas Sanata Dharma.
Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang
bersifat membangun demi memperbaiki skripsi ini. Semoga karya ini dapat
bermanfaat.
Yogyakarta,
Penulis
xv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
A. Daftar Singkatan
N : nomina V : verba Adj : adjektiva S : subjek P : predikat
B. Daftar Lambang
* : Untuk menyatakan bahwa ujaran tersebut tidak gramatikal
(‘…’) : Untuk menyatakan makna idiom
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. ….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………....... v
ABSTRAK........................................................................................................ vii
ABSTRACT............................................……………………………………… ix
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………. xi
KATA PENGANTAR…………………………………………………......... xii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. . xv
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………….. xvi
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 7
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 7
1.5 Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 8
1.6 Landasan Teori…………………………………………………. 12
1.6.1 Pengertian Idiom…………………………………………. 13
1.6.2 Pengertian Satuan Gramatikal…………………………... 13
1.6.2.1 Kata…………………………………………….... 13
1.6.2.2 Frase……………………………………………... 14
1.6.2.3 Klausa………………………………………….. 14
xviii
1.6.2.4 Kalimat………………………………………… 15
1.6.3 Kategori ……………………………………………....... 15
1.6.3.1 Kata....................................................................... 15
1.6.3.2 Frase..................................................................... 17
1.6.3.3 Klausa................................................................... 18
1.6.3.4 Kalimat................................................................. 19
1.6.4 Jenis Idiom Berdasarkan Kepenuhan Makna Idiom……... 20
1.7 Metode dan Teknik Penelitian………………………………….. 21
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………………... 21
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data…………………….. 22
1.7.3 Metode Hasil Penyajian Analisis Data……………….. 25
1.8 Sistematika Penyajian………………………………………… 25
BAB II SATUAN GRAMATIKAL YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SANG
PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA
2.1 Pengantar………………………………………………………. 27
2.2 Idiom yang Bertataran Kata......……………………………..... 27
2.2.1 Idiom yang Bertataran Kata Berimbuhan......………….... 27
2.2.2 Idiom yang Bertataran Kata Majemuk…......……........... 29
2.2.3 Idiom yang Bertataran Kata Ulang……….........……........ 33
2.3 Idiom yang Bertataran Frasa…......…………………………….. 33
2.4 Idiom yang Bertataran Klausa……………......………………... 34
2.5 Idiom yang Bertataran Kalimat….......………………………….. 35
BAB III KATEGORI IDIOM YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SANG
PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA
3.1 Pengantar………………………………………………………. 36
3.2 Kategori Kata Unsur Idiom Berbentuk Kata…………............. 36
xix
3.2.1 Kategori Idiom Bertataran Kata Berimbuhan................... 36
3.2.2 Kategori Idiom Bertataran Kata Majemuk........................ 38
3.3.3 Kategori Idiom Bertataran Kata Ulang.............................. 43
3.3 Kategori Idiom Bertataran Frasa.................................................. 44
3.4 Kategori Idiom Bertataran Klausa.............................................. 44
3.5 Kategori Idiom Bertataran Kalimat.............................................. 45
BAB IV JENIS IDIOM BERDASARKAN KEPENUHAN MAKNANYA YANG
TERDAPAT DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA
HIRATA
4.1 Pengantar.................................................................................... 47
4.2 Idiom Penuh.............................................................................. 47
4.2.1 Idiom Penuh Bertataran Kata........................................... 47
4.2.1.1 Idiom Penuh Bertataran Kata Berimbuhan......... 48
4.2.1.2 Idiom Penuh Berbentuk Kata Majemuk............. 50
4.2.1.3 Idiom Penuh Berbentuk Kata Ulang.................. 57
4.2.2 Idiom Penuh Bertataran Frasa........................................ 57
4.2.3 Idiom Penuh Bertataran Klausa..................................... 59
4.2.4 Idiom Penuh Bertatarank Kalimat................................ 59
4.3 Idiom Sebagian........................................................................ 60
4.3.1 Idiom Sebagian Bertataran Kata Majemuk................... 60
4.3.2 Idiom Sebagian Bertataran Klausa................................ 66
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................. 67
5.2 Saran....................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 71
BIOGRAFI PENULIS............................................................................. 73
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata. Idiom adalah satuan bahasa (kata, frase, maupun kalimat) yang
maknanya tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah gramatikal yang berlaku dalam bahasa
tertentu (Chaer, 1986:7). Berikut ini contoh idiom yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata.
(1) Aku menyesal telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu
itu aku demam panggung. (Sang Pemimpi, hlm.35)
(2) Nasib kami di ujung tanduk. (Sang Pemimpi, hlm.18)
Idiom demam panggung dan ujung tanduk yang terdapat pada contoh (1) dan
(2) maknanya tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah gramatikal yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Makna gramatikal demam panggung (1) adalah ‘panas badannya ketika
berada di panggung’, sedangkan makna idiomnya adalah ‘rasa takut atau gentar
(untuk naik ke atas panggung)’ (Chaer, 1986: 54). Makna gramatikal ujung tanduk
(2) adalah ‘bagian yang tajam dari tanduk binatang’, sedangkan makna idiomnya
adalah ‘keadaan yang membahayakan (mengkhawatirkan, gawat)’ (KBBI,
2008:1238).
1
2
Idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dipilih
sebagai topik dalam penelitian ini berdasarkan alasan berikut. Pertama, Pertama,
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata merupakan novel kedua dari tetralogi
Laskar Pelangi yang mengalami beberapa cetak ulang hingga cetakan kedua puluh
empat November 2008. Sebagai novel terbitan mutakhir ternyata, novel ini tetap
mempertahankan penggunaan idiom dalam berbagai satuan gramatikal yang secara
umum sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Untuk itulah, penelitian ini
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa walaupun novel ini adalah novel terbitan
mutakhir tetapi tetap mempertahankan penggunaan idiom-idiom yang secara umum
sudah lama digunakan dalam bahasa Indonesia. Kedua, idiom yang terdapat dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata termasuk dalam beberapa satuan
gramatikal. Ketiga, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata juga dapat dibedakan menurut kategorinya. Keempat, idiom yang terdapat
dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan berdasarkan
kepenuhan makna idiomnya.
Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah satuan gramatikal
idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Perhatikan
contoh berikut.
(3) Ayah ibunya merupakan anak-anak tunggal dan kakek neneknya dari kedua pihak orangtua juga telah tiada. (Sang Pemimpi, hlm.26)
(4) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti sampai jauh malam , demikian di kota pelabuhan kecil Magai.
di Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan. (Sang Pemimpi, hlm.4)
3
(5) Arai adalah sebatang pohon kara di tengah padang karena hanya tinggal sendiri dari satu garis keturunannya. (Sang Pemimpi, hlm.26)
(6) Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan. Pepatah lama yang dianut semua bangsa di muka bumi, benar adanya. Sungguh benar adanya. (Sang Pemimpi, hlm. 104)
Idiom orangtua, hujan akan tumpah, sebatang pohon kara di tengah padang
dan di mana ada kemauan di situ ada jalan pada contoh (3), (4), (5) dan (6) termasuk
dalam idiom yang berbeda satuan gramatikalnya. Idiom orangtua pada contoh (3)
makna idiomnya adalah ‘ayah ibu (sekandung)’ (Chaer, 1986:128) termasuk satuan
gramatikal kata. Idiom hujan akan tumpah pada contoh (4) makna idiomnya adalah ‘
hujan akan turun’ termasuk satuan gramatikal klausa. Idiom sebatang pohon kara di
tengah padang pada contoh (5) makan idiomnya adalah ‘tidak mempunyai sanak
saudara’. Idiom di mana ada kemauan di situ ada jalan pada contoh (6) makna
idiomnya adalah ‘selama ada tekad dan usaha segala sesuatu tentu dapat dikerjakan’
termasuk satuan gramatikal kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa idiom
dapat dibedakan berdasarkan satuan gramatikalnya. Oleh sebab itu, masalahnya
adalah apa saja satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata.
Masalah kedua yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kategori unsur
idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, seperti terdapat
dalam contoh berikut:
(7) Hebat sekali teorimu, Rai!! Masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!! (Sang Pemimpi, hal.3)
4
(8) Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan lapang dada. .(Sang Pemimpi, hlm.189)
Idiom masuk akal (7) mempunyai makna ‘dapat diterima oleh akal (Chaer,
1986:177) dan lapang dada (8) yang mempunyai makna ‘sabar’ (Chaer, 1986:103)
termasuk dalam kategori yang berbeda. Idiom masuk akal terbentuk dari verba
masuk dan nomina akal termasuk dalam kategori verba karena dapat dinegatifkan
menggunakan kata tidak, tetapi tidak dapat dinegatifkan dengan kata bukan.
Perhatikan pembuktian berikut.
(7a) Hebat sekali teorimu, Rai!! Tidak Masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!
(7b) * Hebat sekali teorimu, Rai!! Bukan masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!
Idiom lapang dada (8) terbentuk dari adjektiva lapang dan nomina dada
termasuk kategori adjektiva karena dapat didahuli oleh kata sangat. Perhatikan
pembuktian berikut.
(8a) Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan sangat lapang dada
(8b) *Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan tidak lapang dada.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa idiom memiliki kategori kata unsur
idiom tertentu. Permasalahannya, apa saja kategori unsur idiom yang terdapat dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Hal tersebut menjadi permasalahan kedua
dalam penelitian ini.
5
Masalah ketiga yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis idiom
berdasarkan kepenuhan maknanya yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata, seperti terlihat dalam contoh berikut.
(9) Aku, Arai, dan Jimbron tak menghiraukan penonton pria dan wanita yang gaduh dalam pertentangan. Beberapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut. (Sang Pemimpi, hlm.111)
(10) Namun, kini yang tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanyalah sebaris pesan dari orangtua. (Samg Pemimpi, hlm.234)
Idiom perang mulut dalam contoh (9) yang mempunyai makna ‘bertengkar’
(Chaer, 1986:138) dan idiom malam buta dalam contoh (10) yang mempunyai
makna ‘malam yang gelap sekali; tanpa bintang dan bulan’ (Chaer, 1986:144)
termasuk dalam jenis idiom yang berbeda berdasarkan kepenuhan maknanya. Idiom
perang mulut termasuk jenis idiom penuh. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
mengganti secara keseluruhan idiom perang mulut dengan ungkapan maknanya, yaitu
‘bertengkar’. Perhatikan contoh berikut:
(9a) Aku, Arai, dan Jimbron tak menghiraukan penonton pria dan wanita yang gaduh dalam pertentangan. Beberapa di antara mereka sampai berdiri bertengkar.
Idiom malam buta dalam contoh (10) termasuk jenis idiom sebagian. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan mengganti salah satu unsur yang mengandung
makna idiom, yaitu kata buta, dengan ungkapan maknanya ‘yang gelap sekali’.
Perhatikan contoh berikut.
(10a) Namun, kini yang tertinggal untuk kami di tengah malam yang gelap sekali ini hanyalah sebaris pesan dari orangtua.
6
Uraian tersebut membuktikan bahwa buta merupakan unsur idiomnya,
sedangkan malam masih mempertahankan makna leksikalnya. Berdasarkan contoh
(9) dan (10), jenis idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata merupakan permasalahan ketiga yang akan dibahas dalam penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa saja satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata ?
1.2.2 Apa saja kategori unsur idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata ?
1.2.3 Apa saja jenis idiom berdasarkan kepenuhan makna yang terdapat dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan
idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Secara khusus tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata.
7
1.3.2 Mendeskripsikan kategori yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata.
1.3.3 Mendeskripsikan jenis idiom berdasarkan kepenuhan makna yang terdapat
dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi satuan gramatikal, kategori, dan jenis
kepenuhan makna yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Deskripsi tersebut memberikan manfaat teoritis bagi pengembangan linguistik,
khususnya semantik. Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis, yaitu
membantu pemakai bahasa menentukan satuan gramatikal, kategori idiom dan jenis
kepenuhan makna idiom. Hasil penelitian mengenai jenis kepenuhan makna idiom
dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian
yang ternyata memiliki keterkaitan makna antara satu dan lainnya sehingga
mempermudah pengguna bahasa yang masih awam dalam membedakannya. Hal ini
juga melengkapi khazanah idiom dalam kamus idiom bahasa Indonesia.
1.5 Tinjauan Pustaka
Idiom dalam bahasa Indonesia telah dibahas dalam berbagai tulisan, antara
lain oleh Keraf (1984:109-110), Sudaryanto (1983:207), Badudu (1989:29),
Chaer(1986:76), Moeliono (1984:102), Soedjito (1988:101), Kridalaksana (1993:80)
Kristiana (2006) dan Kurniawati (2005). Keraf (1984:109-110) dalam bukunya yang
8
berjudul Diksi dan Gaya Bahasa, menyebutkan bahwa idiom adalah pola-pola
struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya
berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara
gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Menurut
Keraf, idiom itu bersifat tradisional (setiap orang harus mempelajarinya sebagai
penutur asli) dan bukan bersifat logis maka untuk mengetahui makna sebuah idiom,
tidak mungkin hanya dari kata-kata yang membentuknya. Misalnya, frase makan
garam yang mempunyai makna idiom ‘berpengalaman’ , begitu pula dengan frase
makan hati, makan tangan, dan makan korban yang maknanya adalah ‘bersusah hati
(karena perbuatan orang lain)’, ‘kena tinju’, dan ‘merenggut korban’. Kata-kata di
atas tidak bisa diartikan berdasarkan kata-kata yang membentuknya tetapi hanya bisa
diartikan secara idiomatis.
Sudaryanto (1983:207), dalam Linguistik: Esai tentang Bahasa dan
Pengantar ke dalam Ilmu Bahasa, mengatakan bahwa sebuah idiom itu ada karena
adanya proses persubtansian peranan, yaitu adanya hubungan antara lambang dengan
yang terlambangkan secara tidak wajar. Maksudnya, ketidakwajaran itu tercipta
akibat adanya suatu unsur situasi yang berupa peristiwa. Misalnya idiom mengadu
domba tidak mendeskripsikan situasi ‘mengadu terhadap domba’ atau ‘domba
terhadap mengadu’ dari unsur situasi yang berupa peristiwa “mengadu domba”, tetapi
mengidentifikasi unsur situasi yang biasa dilambangkan dengan perkataan membuat
bertengkar.
9
Badudu (1989:29), dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II,
menyebutkan idiom ialah ungkapan bahasa yang artinya tidak dapat dijabarkan dari
jumlah arti tiap unsurnya-unsurnya. Idiom itu telah membentuk satu kesatuan yang
padu sehingga harus muncul seperti itu, tidak boleh salah satu unsurnya dihilangkan.
Menurut Badudu, batasan idiom mencakup semua ungkapan teradat yang pemakaian
unsurnya tidak dapat diterangkan secara logis juga dianggap sebagai idiom seperti:
terdiri atas. Idiom terdiri atas terdiri atas kata terdiri dan diikuti kata atas. Setiap
unsur yang ada dalam idiom tersebut sudah membentuk satu kesatuan yang padu dan
salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan.
Dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III dijelaskan bahwa seringkali
orang tidak dapat menemukan hubungan logis antara makna tiap unsurnya dengan
makna idiomatisnya. Karena sudah teradat dan biasa dipakai, bentuk dan makna
idiom itu tidak terasa aneh. Sebagai contoh idiom gaji buta ‘upah yang diterima tanpa
bekerja’ tidak mempunyai hubungan logis antara makna kata gaji maupun buta -
dengan makna ‘upah yang diterima tanpa bekerja’. Contoh idiom seperti gaji buta
tidak terasa aneh bentuk dan maknanya karena sudah teradat dan biasa dipakai.
Chaer (1989:76), dalam Pengantar Semantik Bahasa Indonesia,
mengemukakan bahwa idiom adalah satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun
kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya
maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Chaer juga mengatakan bahwa
makna idiom itu sudah tidak berkaitan dengan makna leksikal atau makna gramatikal
10
unsur-unsurnya. Chaer membagi idiom menjadi dua jenis, yaitu idiom penuh dan
idiom sebagian.
Moeliono (1989:177), dalam bukunya yang berjudul Kembara Bahasa:
Kumpulan Karangan Tersebar, menyatakan bahwa idiom adalah ungkapan bahasa
yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari arti unsur-unsurnya.
Moeliono menjelaskan bahwa tidak ada alasan logis antara bentuk dengan makna
idiomatisnya sehingga untuk lebih memahaminya idiom harus dipelajari dan
dihafalkan. Misalnya bentuk salah lidah, tangan pertama dan uang muka tidak ada
alasan yang logis untuk memaknai bentuk idiom tersebut.
Soedjito (1988:101), dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa
Indonesia, menyatakan idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata atau
frasa yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna
unsur-unsur yang membentuknya. Soedjito juga menjelaskan bahwa idiom terbentuk
atas kata yang digunakan untuk gabungan kata yang akan membentuk idiom.
Kridalaksana (1993:80), dalam Kamus Linguistik, menyatakan bahwa idiom
adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-
anggotanya. Misalnya, makan garam dalam kalimat Orang itu sudah banyak makan
garam dalam hidupnya. Disini makna makan garam secara keseluruhan tidak sama
dengan makan maupun dengan garam. Makan garam memiliki makna yang tidak
sama dengan konstruksinya, yaitu ‘berpengalaman’.
Kristiana (2006), dalam skripsinya yang berjudul “Idiom Berunsur Nama
Binatang Dalam Bahasa Indonesia,” memaparkan nama binatang apa saja yang dapat
11
membentuk idiom, kategori kata yang dapat bergabung dengan nama benda sehingga
membentuk idiom, serta kategori dan pola idiom nama binatang.
Kurniawati (2005), dalam skripsinya yang berjudul “Kata Majemuk Idiomatis
dalam Tabloid Fantasi Tahun 2003,” menyatakan bahwa kata majemuk idiomatis
adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki makna idiom. Dalam skripsi
tersebut juga dipaparkan tentang kategori kata majemuk idiomatis yang dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu kata majemuk idiomatis yang berkategori verba yang
berstruktur V + N dan V + Adj. kata majemuk idiomatis yang berkategori nomina
yang berstruktur N + N dan N + Adj. dan kata majemuk idiomatis yang berkategori
adjektiva yang berstruktur A + N. Dalam skripsi ini juga dibahas tentang jenis kata
majemuk idiomatis yang terdapat dalam tabloid Fantasi tahun 2003.
Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari kajian Keraf (1984), Sudaryanto
(1983), Badudu (1989), Chaer (1986), Moeliono (1984), Soedjito (1988),
Kridalaksana (1993), Kristiana (2006) dan Kurniawati (2005) dapat dicatat bahwa
sudah pernah dilakukan kajian mengenai idiom yang berupa pengetahuan idiom
secara umum. Penelitian ini membahas tentang idiom yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam novel
terbitan mutakhir seperti Sang Pemimpi ternyata masih mempertahankan penggunaan
idiom-idiom yang secara umum sering digunakan dalam bahasa Indonesia.
Kekhususan penelitian ini terletak pada idiom itu termasuk satuan gramatikal,
kategori kata berunsur idiom dan juga jenis kepenuhan makna idiomnya. Oleh sebab
itu penelitian ini layak untuk diteliti.
12
1.6 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dipaparkan tentang pengertian idiom, pengertian
satuan gramatikal, kategori dan jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya.
1.6.1 Pengertian Idiom
Menurut Chaer (1986:7), idiom adalah satuan bahasa (bisa berupa kata,
frasa maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah umum
gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut atau tidak dapat diramalkan dari
makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Dari definisi tersebut, dapat
dikemukakan bahwa idiom memiliki ciri yaitu, (i) idiom bisa berupa satuan bahasa
(kata, frasa, klausa dan kalimat), (ii) makna sebuah idiom tidak dapat ‘ditarik’ dari
kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia dan (iii) makna sebuah idiom tidak
dapat hanya dilihat dari kata-kata yang membentuknya. Misalnya, idiom kambing
hitam yang bermakna ‘orang yang dipersalahkan’ dan makan garam yang bermakna
‘berpengalaman’ kedua idiom tersebut mempunyai makna yang tidak bisa ‘ditarik’
dari kaidah bahasa Indonesia jika dilihat dari kata-kata yang menyusun idiom
tersebut.
1.6.2 Satuan Gramatikal
Satuan gramatikal adalah satuan kebahasaan yang bermakna. Satuan
kebahasaan meliputi fona, fonem, silabel, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf dan wacana. Dari satuan kebahasaan tersebut, yang termasuk satuan
kebahasaan yang bermakna adalah morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf dan
13
wacana. Sesuai dengan definisi idiom di atas, yaitu bahwa idiom itu berupa satuan
kata, frasa, klausa dan kalimat, maka dalam bagian ini dijelaskan tentang satuan
gramatikal kata, frasa, klausa dan kalimat.
1.6.2.1 Kata
Menurut Wijana (2009:33), kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak
dapat dibagi lagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi. Bentuk bebas berupa
kata memiliki ciri dapat digabungkan dengan bentuk bebas yang lain. Misalnya dalam
kalimat berikut ini, Ibu akan pergi berbelanja kalimat tersebut terdiri dari 4 buah
kata, yakni ibu, akan, pergi dan berbelanja. Sebagai bentuk yang bebas ke empat kata
ini dapat digabungkan dengan menyisipkan bentuk bebas yang lain sehingga
didapatkan kalimat berikut, Pagi ini ibu akan pergi berbelanja sayuran. Kata dapat
dibedakan berdasarkan bentuknya. Pertama, kata berimbuhan adalah kata yang sudah
mendapat imbuhan atau afiks (prefiks, infiks, sufiks atau konfiks), misalnya
mendarah daging idiom tersebut mempunyai makna ‘sesuatu hal yang menjadi
kebiasaan’ , idiom darah daging ‘anak atau keturunan’ sudah mempunyai makna
yang berbeda bila pada kata darah tidak terdapat imbuhan ( me-).
Menurut Keraf (1980:123) kata majemuk adalah gabungan dua kata atau
lebih yang membentuk suatu kesatuan arti. Struktur kata majemuk tidak bisa
disisipkan dengan unsur lain karena gabungan itu sudah merupakan sebuah kesatuan.
Misalnya, kaki lima ‘pedagang yang menjajakan dagangannya dipinggir jalan’,
bentuk kaki lima merupakan kata majemuk karena tidak dapat disisipi oleh unsur lain
14
seperti kata dan. Jika bentuk kaki lima digunakan dalam sebuah kalimat disisipi kata
dan maka kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. Berdasarkan jenis maknanya
kata majemuk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata majemuk idiomatis dan
kata majemuk non-idiomatis (Kridalaksana, 1988:182). Kata majemuk idiomatis
adalah kata majemuk yang menyatakan makna idiom, sebagai contoh ‘naik darah ‘
marah sekali’ (Chaer,1986:124). Kata majemuk non-idiomatis adalah kata majemuk
yang mengandung makna leksikal, sebagai contoh ketua adat ‘orang yang dituakan
dalam suatu adat’.
Ketiga, kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi atau
pengulangan, misalnya bentuk idiom mata-mata yang mempunyai makna
‘penyelidik’ (Chaer, 1986:118).
1.6.2.2 Frase
Menurut Wijana (2009:46), frasa adalah gabungan kata yang tidak melewati
batas fungsi. Adapun yang dimaksud dengan fungsi adalah Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), pelengkap (pel), dan keterangan (K). Misalnya dalam kalimat Arab Saudi
dikenal sebagai negara padang pasir, bentuk idiom negara padang pasir yang
bermakna ‘negara di kawasan Timur Tengah’ (Chaer, 1986:125) terdiri dari satu kata
dan satu frase, yaitu kata negara dan frase padang pasir.
1.6.2.3 Klausa
Menurut Wijana (2009:54), klausa adalah satuan gramatikal yang bersifat
predikatif dan melibatkan predikat sebagai unsur intinya. Misalnya dalam kalimat
jangan kau disesalkan lagi, peristiwa itu sudah nasi jadi bubur bentuk nasi jadi
15
bubur yang bermakna ‘sesuatu yang tidak bisa diubah lagi’ (Chaer, 1986:125) terdiri
atas nasi berfungsi sebagai subjek dan jadi bubur berfungsi sebagai predikat.
1.6.2.4 Kalimat
Menurut Wijana (2009:57) kalimat adalah satuan lingual yang diakhiri oleh
nada akhir selesai turun maupun nada akhir selesai naik. Berdasarkan jumlah
klausanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tak berklausa, kalimat tunggal
dan kalimat majemuk. Idiom yang berbentuk kalimat contohnya adalah berupa
ungkapan, misalnya, kalau langkah sudah terlangkahkan, maka pantang dihela surut
yang bermakna ‘bila pekerjaan sudah dimulai, jangan mundur bila menemui
kesukaran atau rintangan’ (Badudu, 1975:164) terdiri atas 2 klausa yaitu, klausa kalau
langkah sudah terlangkahkan dan klausa maka pantang dihela surut.
1.6.3 Kategori
1.6.3.1 Katergori Kata
Kategori kata atau kelas kata adalah golongan kata yang sedikit banyak
prilaku formalnya sama dan diperlukan untuk mengungkapkan kaidah gramatikal
secara lebih sederhana (Kridalaksana, 1993:104).
Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang memiliki fungsi utama sebagai
predikat. Kelas kata ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan adanya
kemungkinan dapat didampingi dengan kata tidak dan tidak dapat didampingi
dengan kata seperti sangat, lebih atau agak (Kridalaksana, 2007:51). Misalnya,
bentuk verba tidur dalam kalimat kakak tidur di ruang tamu contoh tersebut bila
16
didampingi dengan kata tidak menjadi kakak tidak tidur di ruang tamu tetapi bila
didampingi dengan partikel agak menjadi *kakak agak tidur di ruang tamu.
Nomina atau kata benda dapat dilihat dari tiga segi, yaitu segi semantis, segi
sintaktis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, nomina mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan pengertian. Dari segi sintaktis, nomina mempunyai kedudukan
fungsi sebagai subjek, objek atau pelengkap. Nomina tidak dapat dinegatifkan dengan
menggunakan kata pengingkar tidak (Alwi dkk, 2003:213) nomina juga mempunyai
potensi untuk didahului oleh partikel dari. Misalnya, bentuk nomina kertas dalam
kalimat layang-layang itu terbuat dari bahan kertas contoh tersebut bila didampingi
dengan kata bukan menjadi layang-layang itu terbuat bukan dari bahan kertas.
Adjektiva adalah kategori kata yang menerangkan nomina, dapat ditandai oleh
kemungkinannya untuk bergabung dengan partikel tidak dan didampingi dengan
partikel seperti lebih, sangat dan agak. Misalnya, bentuk adjektiva aman dalam
kalimat Daerah lingkungan tempat tinggal Bayu cukup aman contoh tersebut bila
dinegatifkan dengan kata tidak menjadi Daerah lingkungan tempat tinggal Bayu
cukup tidak aman lalu jika didampingi dengan partikel sangat menjadi Daerah
lingkungan tempat tinggal Bayu cukup sangat tidak aman.
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau
preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 2007:81). Bentuk adverbia,
sangat, lebih, sudah, telah dsb. Misalnya, bentuk adverbia sudah dalam kalimat Ia
sudah pergi.
17
Kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak
memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara
lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat. Misalnya,
bentuk kata tugas seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai
dengan kata lain seperti dalam kalimat berikut kakek dan nenek gemar berkebun dan
Adik sudah pergi ke sekolah.
1.6.3.2 Kategori Frase
Frase verba adalah kelompok kata yang unsur pusatnya verba misalnya frase
akan pergi, belum makan, tidak datang, dsb. (Wijana, 2009:48). Dalam kalimat Yulia
akan pergi berbelanja dalam contoh kalimat tersebut akan pergi merupakan frase
verba.
Frase nomina adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina, bentuk
struktur kategorinya dapat bermacam-macam, misalnya (N + N), (N + V), (N + Adj),
dsb (Wijana, 2009:47). Misalnya, dalam kalimat ayah saya pergi membeli meja jati
contoh terdiri dari frase ayah saya dan frase meja jati tersebut unsur pusat frase
tersebut adalah nomina ayah dan meja.
Frase adjektiva adalah kelompok kata yang unsur pusatnya adjektiva. Unsur-
unsur yang menyertai unsur pusat itu adalah kata-kata yang menyatakan tingkatan,
seperti sangat, kurang, lebih, agak, sekali, amat, dsb (Wijana, 2009:49). Misalnya,
dalam kalimat Kain ini terbuat dari bahan yang sangat tipis frase verba dalam contoh
tesebut adalah sangat tipis.
18
Frase numeralia atau frase bilangan adalah kelompok kata yang unsur
pusatnya adalah numeralia dan unsur penyertanya adalah satuan (Wijana, 2009:50)
seperti, empat meter, seratus ekor, sebelas buah, sepuluh liter, dsb. Misalnya dalam
kalimat Ayah membeli sepuluh liter bensin di SPBU frase numeralia dalam contoh
tersebut adalah sepuluh liter.
Frase preposisional adalah kelompok kata yang ditandai dengan pereposisi.
Dalam hal ini, preposisi bukan sebagai unsur pusat, tetapi bersama-sama unsur yang
menyertainya saling melengkapi dalam bentuk frase itu. Adapun yang termasuk
dalam golongan kata preposisi di, dari, kepada, untuk, dsb (Wijana, 2009:51).
Misalnya, dalam contoh Pak pos memberikan surat itu kepada saya frase preposisi
dalam contoh tersebut adalah kepada saya.
Frase keterangan adalah kelompok kata yang unsur pusatnya adalah kata
keterangan (Wijana, 2009:52) misalnya, kata besok, tadi, kemarin, lusa, dsb. Bila
diikutii oleh atribut seperti siang, malam, petang, dsb akan membentuk frase
keterangan. Contoh, besok malam ayah mendapat undangan rapat RT frase
keterangan dalam contoh tersebt adalah besok malam.
1.6.3.3 Kategori Klausa
Klausa adalah satuan kebahasaan yang bersifat predikatif. Jadi, satuan lingual
ini melibatkan predikat sebagai unsur intinya. Kelas klausa dapat dibagi menjadi (a)
klausa verba, (b) klausa nomina (c) klausa. Masing-masing kategori klausa ini
ditentukan oleh kategori predikatnya.
1.6.3.4 Kategori Kalimat
19
Kategori pada kalimat didasarkan pada jumlah klausanya, yakni kalimat tak
berklausa kalimat, kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat tak berklausa adalah kalimat yang tidak terbangun dari klausa.
Kalimat-kalimat seruan yang hanya terbentuk dari kata seru, misalnya Wah! , Aduh! ,
Eh , Ssst, dsb.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Subjek dan
predikat adalah unsur intinya (Wijana, 2009:59). Misalnya, Ayah akan membeli
(sebuah mobil bekas) (di Jalan Magelang), dalam situasi informal atau bila bagian-
bagian tertentu sudah diasumsikan diketahui, bagian-bagian kalimat itu dapat
dihilangkan sehinga bentuknya dapats seperti tuturan berikut ini, Yang membeli
mobil ayah. (Bukannya paman).
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih dan
yang ditandai dengan adanya hubungan misalnya ditandai dengan dan, tetapi,
sedangkan, namun, bahkan, kemudian dsb. Misalnya kalimat Kami akan pergi ke
rumah sakit karena nenek sedang dirawat disana kalimat tersebut terdiri atas dua
klausa, yakni klausa kami akan pergi ke rumah sakit dan klausa nenek sedang
dirawat disana.
1.6.4 Jenis Idiom Berdasarkan Kepenuhan Maknanya
Idiom dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan kepenuhan maknanya,
yaitu (i) idiom penuh dan (ii) idiom sebagian (Chaer, 1989:8). Idiom penuh adalah
20
idiom yang unsur-unsurnya sudah menjadi sebuah kesatuan makna. Perhatikan
contoh berikut.
(11) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan jiwanya. (Sang Pemimpi, hlm.201)
Idiom belahan jiwa yang mempunyai makna ‘kekasih’, termasuk dalam
bentuk idiom penuh. Hal tersebut terbukti karena kata belahan jiwa dapat diganti
secara keseluruhan dengan ungkapan maknanya. Perhatikan contoh berikut ini.
(11a) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada kekasihnya.
Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna
leksikal yang sebenarnya. Perhatikan contoh berikut.
(12) “Kiramu aku berdusta, Boi? Aku dengar sendiri dari Nyonya Pho, itu sudah berita basi”. (Sang Pemimpi, hlm:166)
Idiom berita basi yang mempunyai makna ’berita yang lama’ termasuk dalam bentuk
idiom sebagian karena kata basi dapat diganti salah dengan ungkapan ‘yang lama’.
Perhatikan contoh berikut
(12a) “Kiramu aku berdusta, Boi? Aku dengar sendiri dari Nyonya Pho , itu sudah berita yang lama”.
21
1.7 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis
data, dan penyajian analisis data. Pelaksaan pada setiap tahap digunakan metode dan
teknik tertentu sehingga ada metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik
pada tahap analisis data dan metode penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek dalam penelitian adalah idiom yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata. Data penelitian ini adalah kalimat atau gugus kalimat
yang mengandung idiom. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata. Novel ini merupakan buku kedua dari tetralogi Laskar
Pelangi. Novel ini diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka Yogyakarta, memiliki tebal
buku 288, dan mengalami beberapa cetak ulang hingga cetakan kedua puluh empat
November 2008. Novel ini merupakan novel best seller baik dalam skala nasional
hingga ke negeri tetangga seperti Malaysia.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik
simak bebas cakap. Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa, sedangkan teknik simak
bebas cakap adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyimak dan mencatat
data berupa kalimat-kalimat dan gugus kalimat yang mengandung idiom yang
terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata pada kartu data
(Sudaryanto, 1993:132-133). Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan
berdasarkan satuan gramatikal, kategori dan juga jenisnya.
22
1.7.2 Metode dan Tahap Analisis Data
Langkah berikutnya adalah menganalisis data. Data yang sudah
diklasifikasikan kemudian dianalis dengan menggunakan metode padan, yaitu metode
yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue)
yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Alat penentunya berupa referen bahasa
atau kenyataan yang ditunjuk oleh satuan kebahasaan. Metode padan merupakan
metode yang tepat digunakan karena idiom menyangkut permasalahan perbedaan
antara makna dengan unsur-unsur idiomatisnya. Metode padan digunakan untuk
menganalisis apakah bentuk suatu konstruksi merupakan sebuah idiom atau bukan.
Jika unsur-unsur satuan lingual memiliki makna yang berbeda maka itu merupakan
idiom. Metode padan yang dipergunakan adalah metode padan referensial.
(13) Sifat keras kepala arai tak bisa hilang. (Sang Pemimpi, 72)
Keras dalam keras kepala (13) tidak menunjuk pada referen tidak mudah
pecah tapi sudah membentuk makna baru karena sudah bergabung dengan kata
kepala yang bermakna ’tidak mau menuruti nasehat’. Dengan demikian keras kepala
termasuk dalam idiom.
Penelitian juga ini dilakukan dengan metode agih, yaitu metode penelitian
yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa langue itu sendiri (Sudaryanto,
1993:15). Teknik yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung. Misalnya,
kambing hitam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata kambing yang berkategori
nomina dan kata hitam yang berkategori adjektiva. Teknik lanjutan dari metode
23
agih, yaitu teknik perluas dan teknik ganti. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik
analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau
unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur
yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31).
Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan
kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu
(Kesuma, 2007:59). Perhatikan contoh berikut ini.
(14) Jimbron bolos sekolah. Usai salat lohor dia sudah hilir mudik di dermaga. (Sang Pemimpi, hlm.169)
(15) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang jinak-jinak merpati di dapur. (Sang Pemimpi, hlm.107)
(16) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit akan tumpah, ia selalu senang. (Sang Pemimpi, hlm.159)
Bentuk idiom hilir mudik (14) ‘menganggur; tidak mempunyai pekerjaan’
(Chaer, 1986:71) merupakan idiom yang berkategori verba,. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan menambahkan kata tidak untuk menjadikan ke dalam bentuk
negatifnya tetapi tidak bisa menggunakan kata bukan. Perhatikan contoh berikut.
(14a) Jimbron bolos sekolah. Usai salat lohor dia sudah tidak hilir mudik di dermaga.
(14b) * Jimbron bolos sekolah. Usai salat lohor dia sudah bukan hilir mudik di dermaga.
Bentuk idiom jinak-jinak merpati (15) ‘perempuan yang nampaknya mudah
didapat, tetapi sebenarnya sangat sukar’ (Chaer, 1986:80) merupakan idiom yang
berkategori nomina. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menambahkan kata bukan
24
untuk menjadikan ke dalam bentuk negatifnya tetapi tidak bisa menggunakan kata
tidak. Perhatikan contoh berikut.
(14a) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang bukan jinak-jinak merpati di dapur.
(14b) * Ia mengejar-ngejar pembantunya yang tidak jinak-jinak merpati di dapur.
Bentuk idiom langit akan tumpah (16) ‘mendung’ merupakan idiom yang
berkategori verba. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menambahakan kata tidak
untuk menjadikan ke dalam bentuk negatifnya dengan mennyisipkannya sebelum
frase akan tumpah. Perhatikan contoh berikut.
(16a) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit tidak akan tumpah, ia selalu senang.
(16b) * “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit belum akan tumpah, ia selalu senang.
Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan
kebahasaan tertentu di dalam suatu konstruksi yang bersangkutan (Kesuma, 2007:58).
Teknik ini digunakan untuk membuktikan jenis idiom berdasarkan kepenuhan makna
idiom unsur-unsurnya. Perhatikan contoh berikut.
(17) Ia kenyang pengalaman asam garam. (Sang Pemimpi, hlm.164)
(18) Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah. (Sang Prmimpi, hlm.226)
Bentuk idiom asam garam (17) merupakan jenis idiom penuh. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan mengganti secara keseluruhan bentuk idiom asam garam
dengan menggunakan ungkapan maknanya ‘susah senang’ (Chaer, 1986:22).
Perhatikan contoh berikut.
25
(17a) Ia kenyang pengalaman susah senang.
Bentuk idiom bibir dermaga (18) merupakan jenis idiom sebagian. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan mengganti salah satu unsur yang mengandung
unsure idiom, yaitu kata bibir dangan maknanya ‘tepi’.
Perhatikan contoh berikut.
(18a) Kapal merapat ke tepi dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah.
1.7.2 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini hasil analisis data disajikan dengan menggunakan
metode informal dan metode formal. Penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan metode informal adalah suatu penyajian hasil analisis dengan
menggunakan kata-kata biasa. Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan
metode formal adalah suatu penyajian hasil analisis dengan menggunakan kaidah
bahasa dengan memanfaatkan pengunaan rumus, lambang, tabel, tanda, bagan, dsb
(Sudaryanto, 1993:145). Tanda yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda
bintang (*) dipakai untuk menandai bahwa suatu ujaran yang disebutkan tidak
gramatikal dan tanda petik tunggal (’...’) dipakai untuk menandai makna idiom.
1.9 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian
ini dibagi menjadi empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar
26
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan masalah,
landasan teori, metode penelitian dan sistematika penelitian. Latar belakang
menguraikan tentang alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan
masalah menguraikan tentang msalah-masalah yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan penelitian ini. Manfaat
penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan
pustaka membahas tentang pustaka yang mempunyai kaitan tentang idiom. Landasan
teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan teori. Metode penelitian
menjelaskan tentang teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan
teknikpenyajian hasil analisis. Sistematika penyajian menguraikan tentang urutan
hasil penelitian terhadap penelitian ini. Bab II berisi tentang satuan gramatikal idiom
yang mencakup kata, frase, klausa dan kalimat. Bab III berisi tentang kategori idiom
yang mencakup apakah idiom itu termasuk verba, nomina, dan adjektiva. Bab IV
berisi tentang jenis idiom berdasarkan kepenuhan makna idiomnya. Bab V
merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data dan saran untuk
peneliti terhadap hal-hal yang belum dikaji dalam penelitian ini.
BAB II
SATUAN GRAMATIKAL IDIOM YANG TERDAPAT DALAM
NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA
2.1 Pengantar
Dalam bab II dibahas tentang satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Pembahasan mengenai satuan gramatikal
ini meliputi (i) idiom yang bertataran kata, (ii) idiom yang bertataran frasa, (iii)
idiom yang bertataran klausa, dan (iv) idiom yang bertataran kalimat.
2.2 Idiom yang Bertataran Kata
Idiom yang bertataran kata dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
dapat bedakan menjadi tiga, yaitu (i) idiom yang bertataran kata berimbuhan, (ii)
idiom yang bertataran kata majemuk, dan (iii) idiom yang bertataran kata ulang.
2.2.1 Idiom yang Bertataran Kata Berimbuhan
Idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat
digolongkan ke dalam bentuk kata berimbuhan, jika mendapat imbuhan berupa
prefiks. Berikut ini adalah contohnya.
27
28
(19) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah mendarah daging. (Sang Pemimpi, hlm.41)
(20) Kami memutar otak dengan keras. (Sang Pemimpi, hlm.102) (21) Kebiasaan asalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang
pembunuh berdarah dingin. (Sang Pemimpi, hlm.215) (22) Setelah kejadian itu, Pak Mustar berubah menjadi seorang
guru bertangan besi. (Sang Pemimpi, hal.10) (23) Sesungguhnya, aku dan Arai masih bertalian darah.
(Sang Pemimpi, hlm.24) (24) Anehnya puteri kecil Mei-Mei justru senang bukan main
melihat kami beradu otot. (Sang Pemimpi, hlm.46) (25) “Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat tertangkap
tangan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!” (Sang Pemimpi, hlm.96)
(26) Berhati-hatilah Ikal, sebab tentunya dia mengambil berat perkara itu. (Sang Pemimpi, hlm.133)
(27) Kami seperti pesakitan di ruang sidang, seperti maling tertangkap basah membongkar kandang ayam. (Sang Pemimpi, hlm.116)
(28) “Kau habiskan waktu mudamu hanya untuk membanting tulang? Aiiiih…mengapa keras sekali pada dirimu sendiri…??
(Sang Pemimpi, hlm.99)
Idiom mendarah daging (19) ‘menjadi kebiasaan; meresap benar dalam hati’
memutar otak (20) ‘memikirkan dengan susah payah dan sungguh-sungguh’ (Chaer,
1986:143), berdarah dingin (21) ‘kejam’ (Chaer, 1986:53), bertangan besi (22)
‘bertindak dengan keras dan kejam’ (Chaer, 1986:167), bertalian darah (23)
‘berkerabat; seketurunan’ (Chaer, 1986:165), beradu otot (24) ‘berkelahi’ (Chaer,
1986:16), tertangkap tangan (25) ‘ketahuan; kedapatan’ (Badudu, 1975:291),
mengambil berat (26) ‘terlalu mengacuhkan (mengindahkan,memperhatikan,) (Chaer,
1986:17), tertangkap basah (27) ‘ketahuan dan ditangkap ketika sedang melakukan
kejahatan’ (Chaer,1986:169),), membanting tulang (28) ‘bekerja keras’ (Chaer,
1986:26) merupakan idiom yang berbentuk kata berimbuhan.
29
2.2.2 Idiom yang Bertataran Kata Majemuk
Idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat
digolongkan ke dalam bentuk kata majemuk jika gabungan dari dua kata atau lebih
yang menyusunnya membentuk suatu kesatuan arti. Berikut ini dipaparkan
contohnya.
(29) Hebat sekali teorimu, Rai! Tak masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!! (Sang Pemimpi, hlm.3)
(30) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga. (Sang Pemimpi, hlm.57)
(31) Di sampingnya, Arai, biang keladi seluruh kejadian ini, lebih menyedihkan. (Sang Pemimpi, hlm.2)
(32) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga. (Sang Pemimpi, hlm.57)
(33) “Jangan, Bron. Kau kerja keras untuk tabungan itu?” (Sang Pemimpi, hlm.218) (34) Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA
Arai telah jatuh hati pada Nurmala. (Sang Pemimpi, hlm.187) (35) “Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan
pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima. (Sang Pemimpi, hlm.20)
(36) Nasib kami di ujung tanduk. (Sang Pemimpi, hlm.18) (37) Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang
dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik. (Sang Pemimpi, hlm.1)
(38) Dan di sini, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang asing, aku terkurung terperangkap, mati kutu. (Sang Pemimpi, hlm.1)
(39) Ratusan tahun mereka menanggungkan sakit hati sebab kalah bertikai. (Sang Pemimpi, hlm. 3)
(40) Bayangan tiga orang pria berkelebat, memutus sinar stainless tadi dan sekarang pemisah kami dengan nasib buruk hanya beberapa keping papan tipis. (Sang Pemimpi, hlm. 4)
(41) Ayahku, yang mengantarku saat pendaftaran itu, berusaha membekap telingaku dan telinga Arai, anak angkat keluarga kami, agar tak mendengar pertengkaran yang sungguh tak patut ini. (Sang Pemimpi, hlm.8)
30
(42) Dalam sandiwara memerangi kaum Quraish pada acara di balai desa, aku berperan selaku Khalifah Abu Bakar, Arai berkeras ingin menjadi panglima besar Hamzah. (Sang Pemimpi, hlm.31)
(43) Aku menyesal telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu itu aku demam panggung. (Sang Pemimpi, hlm.35)
(44) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati. (Sang Pemimpi, hlm.39)
(45) Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi rencana Arai kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik daun pintu. (Sang Pemimpi, hlm.51)
(46) Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak asuh sang pendeta. (Sang Pemimpi, hlm.60)
(47) Ia berusaha sekuat tenaga, panik, dan jatuh bangun terseok-seok membonceng ayahnya yang sesak napas sembil kesusahan memeganginya. (Sang Pemimpi, hlm.61)
(48) Kami tak bisa menahan cekikikan sampai perut kaku. (Sang Pemimpi, hlm.65) (49) Sehebat muslihat Casanova, kenyataannya, setiap melirik Arai,
Nurmala tampak seperti orang terserang penyakit angin duduk. (Sang Pemimpi, hlm. 76)
(50) Di televisi balai desa kami menyimak ulasan Ibu Toeti Adhitama tentang sepak terjang seorang patriot muda Mujahiddin yang baru saja menumbangkan komandan resien utara Tentara Merah Rusia. (Sang Pemimpi, hlm.83)
(51) Arai sudah tak bisa lagi merasakan sakit, ia mati rasa. (Sang Pemimpi, hlm.98)
(52) Lalu suatu pagi buta, kami merasa lelah setelah pontang-panting memikul ikan. (Sang Pemimpi, hlm.99)
(53) Ia memang tidak dilahirkan ke muka bumi ini untuk banyak-banyak mengunakan akal. (Sang Pemimpi, hlm.100)
(54) Berapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut. (Sang Pemimpi, hlm.111) (55) Aku juga sakit hati pada pak Mustar yang ketet mengawasi
pekerjaan kami. (Sang Pemimpi, hlm.129) (56) Setiap ia angkat bicara , para pedagang ikan di stanplat
melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan. (Sang Pemimpi, hlm.164)
(57) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati. (Sang Pemimpi, hlm.201)
31
(58) Istrinya itu hitam manis, bergelora, masih seperti anak SMP, dan sibuk mengunyah permen lolly pop. (hlm.190)
(59) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati. (Sang Pemimpi, hlm.201)
(60) Salut juga ia dengan kami yang tahan banting. (Sang Pemimpi, hlm.223)
(61) Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah. (Sang Pemimpi, hlm.226)
(62) Namun, kini hanya tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanya sebaris pesan dari orang tua. (Sang Pemimpi, hlm.234)
(63) .Aku menjadi kurus tapi keras berisi, hitam legam seperti aspal. (Sang Pemimpi, hlm.242)
(64) Aku merasa besar hati pada kekuatan mental Arai. (Sang Pemimpi, hlm. 209)
(65) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara lemah iman itu
menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu. (Sang Pemimpi, hlm.110)
Idiom masuk akal (29) ‘dapat diterima oleh akal; tidak aneh; wajar’ (Chaer,
1986:117), ilmu hitam (30) ‘pengetahuan / kepandaian yang dipakai untuk berbuat
kejahatan’ (Chaer, 1986:74), campur tangan (31) ‘ikut memasuki perkara atau
urusan orang lain’ (keikutsertaan) (Chaer, 1986:45), biang keladi (32) ‘orang yang
menjadi pemimpin (penganjur, dsb) suatu tindakan kejahatan (keributan, keonaran,
dsb) (Chaer, 1986:34), kerja keras (33) ‘melakukan suatu pekerjaan dengan
bersungguh-sungguh’ (susah payah) (Badudu, 1975:145), jatuh hati (34) ‘menaruh
cinta kasih’ (Chaer, 1986:79), kaki lima (35) ‘ pedagang yang menjajakan
dagangannya di tepi jalan’ (Chaer, 1986:83), ujung tanduk (36) ‘keadaan yang
32
membahayakan (mengkhawatirkan, gawat) (KBBI, 2008:1519), perut bumi (37)
‘bagian bumi yang di tengah-tengah (di dalam)’ (Badudu, 1975:138), mati kutu (38)
‘tidak dapat berbuat apa-apa lagi (karena malu, takut tidak mempunyai kekuatan lagi,
dsb)’ (Chaer, 1986:119), sakit hati (39) ‘merasa tidak senang, dendam, benci, dsb’
(Chaer, 1986:151), nasib buruk (40) ‘kemalangan’ (Chaer, 1986:125), anak angkat
(41) ‘anak orang lain yang diambil (dipelihara) serta disahkan secara hukum sebagai
anak sendiri’ (KBBI, 2008:56), panglima besar (42) ‘pemimpin dalam kemiliteran
yang tinggi’ (Chaer, 1986:132), demam panggung (43) ‘rasa takut atau gentar
untuk naik ke atas panggung’ (Chaer, 1986:54), berat hati (44) ‘merasa segan’
(Chaer, 1986:32), daun pintu (45) ‘papan penutup pintu’ (KBBI, 2008:298), anak
asuh (46) ‘anak yang diberi biaya pendidikan (oleh seseorang)’ (KBBI, 2008:56),
jatuh bangun (47) ‘susah payah’ (Chaer, 1986:78), perut kaku (48) ‘sakit perut’ ,
angin duduk (49) ‘penyakit masuk angin yang tetap’ (Chaer, 1986:20), sepak terjang
(50) ‘tingkah laku; perbuatan’ (Chaer, 1986:157), mati rasa (51) ‘tidak mempunyai
perasaan lagi’ (Chaer, 1986:119), pagi buta (52) ‘pagi-pagi sekali’ (Chaer,
1986:129), muka bumi (53) ‘alam tempat tinggal manusia’ (Chaer, 1986:121),
perang mulut (54) ‘berbantah dengan kata-kata yang kasar dan keras’ (Chaer,
1986:138), sakit hati (55) ‘merasa tidak senang (dendam, benci, dsb) karena
dihinakan, dsb’ (Chaer, 1986:151), angkat bicara (56) ‘mulai berbicara’ (Chaer,
1986:20), buta nada (57) ‘tidak tahu sedikit pun tentang nada musik’ hitam manis
(58) ‘hitam tetapi bersih dan elok’ (Chaer, 1986:72), belahan hati (59) ‘kekasih;
kesayangan’ (Chaer, 1986:31), tahan banting (60) ‘kuat’ (Chaer, 1986:165), bibir
33
dermaga (61) ‘tepi dermaga’ (KBBI, 2008:187), malam buta (62) ‘malam yang
gelap sekali tanpa bulan dan bintang’ (Chaer, 1986:115), hitam legam (63) ‘hitam
sekali’ (Chaer, 1986:72), besar hati (64) ‘merasa bangga’ (Chaer, 1986:34), lemah
iman (65) ‘mudah tergiur (tergoda) dengan bujuk rayu’ (Chaer, 1986:107) merupakan
idiom yang berbentuk kata majemuk.
2.2.3 Idiom yang Bertataran Kata Ulang
Idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga ada yang
berbentuk kata ulang yaitu, idiom yang terjadi dari pengulangan kata. Berikut ini
contohnya.
(66) “Pak Mustar punya mata-mata di mana-mana. Jangan coba-coba. Kalian tak’kan bisa masuk!!” (Sang Pemimpi, hlm.102)
Idiom mata-mata dalam contoh (66) ‘penyidik’ (dalam hal ini ‘orang yang
dipercaya’) (Chaer, 1986:118) termasuk kata ulang seluruh, artinya pengulangan
seluruh bentuk dasarnya tanpa proses perubahan bunyi ataupun pembubuhan afiks.
2.3 Idiom yang Bertataran Frasa
Idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata termasuk satuan
gramatikal frasa jika tidak melampaui batas fungsi.
(67) Arai adalah sebatang pohon kara di tengah padang karena hanya tinggal sendiri satu garis keturunannya. (Sang Pemimpi, hlm.26)
(68) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang jinak-jinak merpati di dapur. (Sang Pemimpi, hlm.107)
(69) Permasalahan itu harus cepat diselesaikan dengan gunting yang tajam. (Sang Pemimpi, hlm.10)
34
Idiom sebatang pohon kara di tengah padang (67) ‘tidak mempunyai sanak
saudara’ (Chaer, 1986:155), di ambang pintu (68) ‘ketika berlangsung’ (Chaer,
1986:16), jinak-jinak merpati (69) ‘perempuan yang nampaknya mudah didapat,
tetapi sebenarnya sangat sukar’ (Chaer, 1986:80), dan gunting yang tajam (70) ‘solusi
yang tepat’ (Badudu, 1975:321) termasuk frasa karena tidak melewati batas dari pada
fungsi, yaitu hanya mengisi satu fungsi.
2.4 Idiom yang Bertataran Klausa
Idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat digolongkan
sebagai klausa jika sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Berikut iini
contohnya.
(70) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti sampai jauh malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan. (Sang Pemimpi, hal. 4)
(71) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit akan tumpah, ia selalu senang. (Sang Pemimpi, hlm.159)
Berikut ini dikemukakan struktur idiom yang berbentuk klausa pada contoh (70a) dan
(71a).
(70a) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti sampai jauh
S P
malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di Pulau Belitong,
sampai Maret tahun depan.
35
(71a) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupu langit akan tumpah,
S P
ia selalu senang.
Idiom hujan akan tumpah pada contoh (70) ‘hujan akan turun’ dan langit
akan tumpah pada contoh (71) ‘mendung’ merupakan idiom yang berbentuk klausa
karena terdiri atas subjek dan predikat.
2.5 Idiom yang Bertataran Kalimat
Idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang berbentuk
kalimat adalah sebagai berikut.
(72) Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan. Pepatah lama yang dianut semua bangsa di muka bumi, benar adanya. Sungguh benar adanya. (Sang Pemimpi, hlm.104)
Idiom di mana ada kemaunan, di situ ada jalan ‘selama ada tekad dan usaha
segala sesuatu tentu dapat dikerjakan’ (Badudu, 1975:551) pada contoh (72)
merupakan idiom yang berbentuk kalimat.
BAB III
KATEGORI IDIOM YANG TERDAPAT DALAM
NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA
3.1 Pengantar
Dalam BAB III dibahas tentang kategori idiom yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Pembahasan kategori idiom ini meliputi (i)
kategori idiom bertataran kata, (ii) kategori idiom bertataran frasa, dan (iii) kategori
idiom bertataran kalimat.
3.2 Kategori Idiom Bertataran Kata
Kategori idiom yang bertataran kata dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) kategori idiom bertataran kata
berimbuhan, (ii) kategori idiom bertataran kata majemuk, dan (iii) kategori idiom
bertataran kata ulang.
3.2.1 Kategori Idiom Bertataran Kata Berimbuhan
Kategori idiom yang bertataran kata berimbuhan yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang berkategori verba adalah sebagai berikut.
(73) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah mendarah daging.
36
37
(74) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah mendarah daging.
(75) Kami memutar otak dengan keras. (76) Kebiasaan asalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang
pembunuh berdarah dingin. (76) Setelah kejadian itu, Pak Mustar berubah menjadi seorang guru
bertangan besi. (77) Sesungguhnya, aku dan Arai masih bertalian darah.
(78) Anehnya puteri kecil Mei-Mei justru senang bukan main melihat kami beradu otot. (79) “Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat tertangkap tangan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!” (80) Berhati-hatilah Ikal, sebab tentunya dia mengambil berat perkara itu. (81) Kami seperti pesakitan di ruang sidang, seperti maling
tertangkap nbasah membongkar kandang ayam. (82) Aku tercekat menahan napas. Sebelah punggungku basah karena berkeringat dingin (83) “Kau habiskan waktu mudamu hanya untuk membanting tulang? Aiiiih…mengapa keras sekali pada dirimu sendiri…??
Idiom mendarah daging (73), memutar otak (74), berdarah dingin (75),
bertangan besi (76), bertalian darah (77), beradu otot (78), tertangkap tangan (79),
mengambil berat (80), tertangkap basah (81), berkeringat dingin (82), dan
membanting tulang (83) merupakan kata berimbuhan verba.
Berdasarkan strukturnya, kategori idiom yang bertataran kata berimbuhan
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu (i) idiom verba berstruktur verba dan
nomina (V + N) dan (ii) idiom verba berstruktur verba dan adjektiva (V + Adj.)
Idiom verba yang berbentuk kata berimbuhan yang berstruktur V + N adalah sebagai
berikut.
(84) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah mendarah daging.
(85) Kami memutar otak dengan keras.
38
(86) Setelah kejadian itu, Pak Mustar berubah menjadi seorang guru bertangan besi.
(87) Sesungguhnya, aku dan Arai masih bertalian darah. (88) Anehnya puteri kecil Mei-Mei justru senang bukan main
melihat kami beradu otot. (89) “Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat tertangkap
tangan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!” (90) “Kau habiskan waktu mudamu hanya untuk membanting
tulang? Aiiiih…mengapa keras sekali pada dirimu sendiri…??
Idiom mendarah daging (84), memutar otak (85), bertangan besi (86),
bertalian darah (87), beradu otot (88), tertangkap tangan (89) dan membanting
tulang (90) merupakan idiom yang berkategori verba yang berstruktur V + N.
Sedangkan idiom verba yang berbentuk kata berimbuhan berstruktur V + Adj adalah
sebagai berikut.
(91) Kebiasaan asalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh berdarah dingin. (92) Berhati-hatilah Ikal, sebab tentunya dia mengambil berat
perkara itu. (93) Kami seperti pesakitan di ruang sidang, seperti maling
tertangkap basah membongkar kandang ayam. (94) Aku tercekat menahan napas. Sebelah punggungku basah
karena berkeringat dingin.
Idiom berdarah dingin (91), mengambil berat (92), tertangkap basah (93) dan
berkeringat dingin (94) merupakan idiom yang berkategori verba yang bersturktur V
+ Adj.
3.2.2 Kategori Idiom Bertataran Kata Majemuk
Kategori idiom yang bertataran kata majemuk yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat digolongkan ke dalam idiom yang
berkategori verba. Berikut ini contohnya.
39
(95) Hebat sekali teorimu, Rai! Masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!
(96) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga.
(97) “Jangan, Bron. Kau kerja keras untuk tabungan itu?” (98) Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA
Arai telah jatuh hati pada Nurmala. (99) Dan di sini, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang
asing, aku terkurung terperangkap, mati kutu. (100) Ratusan tahun mereka menanggungkan sakit hati sebab kalah
bertikai. (101) Ia berusaha sekuat tenaga, panik, dan jatuh bangun terseok-
seok membonceng ayahnya yang sesak napas sembil kesusahan memeganginya.
(102) Arai sudah tak bisa lagi merasakan sakit, ia mati rasa. (103) Berapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut. (104) Aku juga sakit hati pada pak Mustar yang ketet mengawasi pekerjaan kami. (105) Setiap ia angkat bicara, para pedagang ikan di stanplat
melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan. (106) Kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah
bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisamembawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
(107) Salut juga ia dengan kami yang tahan banting.
Idiom yang terbentuk dari gabungan V + V adalah sebagai berikut contohnya.
(108) Ia berusaha sekuat tenaga, panik, dan jatuh bangun terseok-seok membonceng ayahnya yang sesak napas sembil kesusahan memeganginya.
(110) Setiap ia angkat bicara, para pedagang ikan di stanplat melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan.
(111) Salut juga ia dengan kami yang tahan banting.
Idiom jatuh bangun (109), angkat bicara (110) dan tahan banting (111)
merupakan idiom yang berkategori verba.
40
Idiom yang terbentuk dari gabungan V + N adalah sebagai berikut contohnya.
(112) Hebat sekali teorimu, Rai! Tak masuk akal sama sekali! Jimbron mau kau apakan??!!
(113) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga.
(114) Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah jatuh hati pada Nurmala.
(115) Dan di sini, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang asing, aku terkurung terperangkap, mati kutu.
(116) Arai sudah tak bisa lagi merasakan sakit, ia mati rasa. (117) Berapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut. (118) Aku juga sakit hati pada pak Mustar yang ketet mengawasi
pekerjaan kami.
Idiom masuk akal (112), campur tangan (113), jatuh hati (114), mati kutu
(115), mati rasa (116), perang mulut (117) dan sakit hati (118) merupakan idiom
yang berkategori verba.
Idiom yang terbentuk dari gabungan V + Adj. adalah sebagai berikut
contohnya.
(119) Jangan, Bron. Kau kerja keras untuk tabungan itu?”
Idiom kerja keras (119) merupakan idiom yang berkategori verba.
Idiom yang berbentuk kata majemuk yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat digolongkan ke dalam idiom yang
berkategori nomina. Berikut ini contohnya.
(120) “Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima.”
(121) Di sampingnya, Arai, biang keladi seluruh kejadian ini, lebih menyedihkan. (122) Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik. (123) Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi
41
Rencana Arai kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik daun pintu.
(124) Lalu suatu pagi buta, kami merasa lelah setelah pontang- panting memikul ikan.
(125) Ia memang tidak dilahirkan ke muka bumi ini untuk banyak-banyak mengunakan akal.
(126) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
(127) Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah.
(128) Namun, kini hanya tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanya sebaris pesan dari orang tua.
Idiom yang terbentuk dari gabungan N + N adalah sebagai berikut.
(129) “Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima.”
(130) Di sampingnya, Arai, biang keladi seluruh kejadian ini, lebih menyedihkan. (131) Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi
rencana Arai kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik daun pintu.
(132) Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik.
(133) Lalu suatu pagi buta, kami merasa lelah setelah pontang-panting memikul ikan.
(134) Ia memang tidak dilahirkan ke muka bumi ini untuk banyak-banyak mengunakan akal.
(135) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
(136) Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah.
(137) Namun, kini hanya tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanya sebaris pesan dari orang tua.
42
Idiom kaki lima (129), biang keladi (130), perut bumi (131), daun pintu (132),
pagi buta (133), muka bumi (134), buta nada (135), bibir dermaga (136), dan malam
buta (137) merupakan idiom yang berkategori nomina.
Idiom yang terbentuk dari gabungan N + Adj. adalah sebagai berikut.
(138) Dalam sandiwara memerangi kaum Quraish pada acara di balai desa, aku berperan selaku Khalifah Abu Bakar, Arai berkeras ingin menjadi panglima besar Hamzah.
(139) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga.
Idiom panglima besar (138) dan ilmu hitam (139) merupakan idiom yang
berkategori nomina.
Idiom yang bertataran kata majemuk yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata dapat digolongkan ke dalam idiom yang berkategori
adjektiva. Berikut ini dipaparkan contohnya.
(140) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati (141) Istrinya itu hitam manis, bergelora, masih seperti anak SMP,
dan sibuk mengunyah permen lolly pop. (142) Aku menjadi kurus tapi keras berisi, hitam legam seperti aspal.
(143) Aku merasa besar hati pada kekuatan mental Arai. (144) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir
babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara lemah iman itu menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu.
Idiom bertataran kata majemuk yang berkategori adjektiva dapat dibuktikan
dengan memperluas idiom tersebut dengan kata sangat atau lebih. Berikut ini
contohnya.
(140a) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan sangat berat hati
43
(141a) Istrinya itu sangat hitam manis, bergelora, masih seperti anak SMP, dan sibuk mengunyah permen lolly pop.
(142a) Aku menjadi kurus tapi keras berisi, lebih hitam legam seperti aspal.
(143a) Aku merasa lebih besar hati pada kekuatan mental Arai. (144a) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir
babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara sangat lemah iman itu menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu.
Idiom ini terbentuk dari gabungan Adj + Adj adalah sebagai berikut.
(145) Istrinya itu hitam manis, bergelora, masih seperti anak SMP, dan sibuk mengunyah permen lolly pop.
Idiom hitam manis (163) merupakan idiom bertataran kata majemuk yang
berkategori adjektiva yang berstruktur Adj. + Adj.
Idiom yang terbentuk dari gabungan Adj + N adalah sebagai berikut.
(146) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati (147) Aku menjadi kurus tapi keras berisi, hitam legam seperti aspal.
(148) Aku merasa besar hati pada kekuatan mental Arai. (149) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir
babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara lemah iman itu menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu.
Idiom berat hati (146), hitam legam (147), besar hati (148) dan lemah iman
(149) merupakan idiom yang berkategori adjektiva.
3.2.3 Kategori Idiom Bertataraan Kata Ulang
Kategori idiom yang bertataran kata ulang yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata yang berkategori nomina adalah sebagai berikut.
44
(150) “Pak Mustar punya mata-mata di mana-mana. Jangan coba-coba. Kalian tak’kan bisa masuk!!”
Idiom mata-mata pada contoh (150) merupakan hasil pengulangan bentuk
dasar mata yang berkategori nomina.
3.3 Kategori Idiom Bertataran Frase
Kategori idiom yang bertataran frase yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata dapat digolongkan ke dalam frase nomina Perhatikan
contoh berikut ini.
(151) Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara. (Sang Pemimpi, hlm.24)
(152) “Jika dibiarkan, pasti berlarut-larut. Harus cepat diselesaikan dengan gunting yang tajam!!” (Sang Pemimpi, hlm.10)
(153) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang jinak-jinak merpati di dapur. (Sang Pemimpi, hlm.107)
Idiom sebatang kara (151), gunting yang tajam (152), dan jinak-jinak merpati
(153) termasuk dalam kategori idiom berbentuk frase yang semua unsurnya berupa
frase nomina N diikuti N.
3.4 Kategori Idiom Bertataran Klausa
Kategori idiom yang bertataran klausa yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata dapat digolongkan dalam klausa verbal. Berikut ini
contohnya.
45
(154) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti sampai jauh malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan.
(155) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit akan tumpah, ia selalu senang.
Idiom bertataran klausa yang berkategori verbal dapat dibuktikan dengan
melihat struktur dari idiom tersebut. Berikut ini contohnya.
(154a) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti
S P
sampai jauh malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di
Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan.
(155a) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit
S
akan tumpah, ia selalu senang.
P
Idiom hujan akan tumpah (154) dan langit akan tumpah (155) merupakan
idiom yang termasuk klausa verbal karena predikatnya diisi oleh verba.
3.5 Kategori Idiom Bertataran Kalimat
Kategori idiom yang bertataran kalimat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata adalah sebagai berikut.
(156) Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan. Pepatah lama yang
dianut semua bangsa di muka bumi, benar adanya. Sungguh
benar adanya.
46
Idiom di mana ada kemauan, di situ ada jalan contoh (174) termasuk dalam
kalimat majemuk yang memiliki dua klausa.
(156a) Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan. Pepatah lama
Ket P S Ket P S
yang dianut semua bangsa di muka bumi, benar adanya.
Sungguh benar adanya
Idiom pada contoh (156a) terdiri atas dua klausa, yaitu di mana ada kemauan
dan di situ ada jalan. Kedua Klausa tersebut merupakan klausa verbal karena
predikatnya diisi oleh verba.
BAB IV
JENIS IDIOM BERDASARKAN KEPENUHAN MAKNANYA
YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SANG PEMIMPI
KARYA ANDREA HIRATA
4.1 Pengantar
Dalam BAB IV ini dibahas tentang jenis idiom yang terdapat dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang didasarkan pada kepenuhan maknanya.
Berdasarkan kepenuhan maknanya, jenis idiom dapat dibagi menjadi dua, yaitu (i)
idiom penuh dan (ii) idiom sebagian.
4.2 Idiom Penuh
Idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat
dimasukkan ke dalam jenis idiom penuh jika unsur-unsurnya mempunyai kesatuan
makna. Dalam hal ini, jenis idiom tersebut terbagi atas, (i) idiom penuh bertataran
kata, (ii) idiom penuh bertataran frase, (iii) idiom penuh bertataran klausa, dan (iv)
idiom penuh bertataran kalimat.
4.2.1 Idiom Penuh Bertataran Kata
Idiom penuh yang bertataran kata dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) idiom bertataran kata berimbuhan, (ii)
47
48
idiom bertataran kata majemuk, dan (iii) idiom bertataran kata ulang.
4.2.1.1 Idiom Penuh Bertataran Kata Berimbuhan
Idiom yang bertataran kata berimbuhan yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata yang termasuk idiom penuh adalah sebagai berikut..
(157) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah mendarah daging.
(158) Kebiasaan asalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh berdarah dingin.
(159) Setelah kejadian itu, Pak Mustar berubah menjadi seorang guru bertangan besi.
(160) Sesungguhnya, aku dan Arai masih bertalian darah. (161) Anehnya puteri kecil Mei-Mei justru senang bukan main
melihat kami beradu otot. (162) “Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat tertangkap
tangan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!” (163) Berhati-hatilah Ikal, sebab tentunya dia mengambil berat
perkara itu. (164) “Kau habiskan waktu mudamu hanya untuk membanting
tulang? Aiiiih…mengapa keras sekali pada dirimu sendiri…??
Idiom penuh pada contoh mendarah daging (157), berdarah dingin (158),
bertangan besi (159), bertalian darah (160), beradu otot (161), tertangkap tangan
(162), mengambil berat (163), dan membanting tulang (164) merupakan idiom
penuh bertataran kata berimbuhan. Hal ini dapat dibuktikan melalui cara mengganti
secara keseluruhan dengan mengunakan ungkapan maknanya. Berikut ini contohnya.
(157a) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah sudah menjadi kebiasaan.
(158a) Kebiasaan asalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh kejam.
(159a) Setelah kejadian itu, Pak Mustar berubah menjadi seorang guru yang bertindak dengan keras dan kejam.
(160a) Sesungguhnya, aku dan Arai masih seketurunan. (161a) Anehnya puteri kecil Mei-Mei justru senang bukan main
melihat kami berkelahi.
49
(162a) “Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat ketahuan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!”
(163a) Berhati-hatilah Ikal, sebab tentunya dia mempermasalahkan perkara itu.
(164a) “Kau habiskan waktu mudamu hanya untuk bekerja keras ? Aiiiih…mengapa keras sekali pada dirimu sendiri…??
Pembuktian contoh (157a), (158a), (159a), (160a), (161a), (162a), (163a) dan
(164a) menunjukan bahwa kata berimbuhan mendarah daging, berdarah dingin,
bertangan besi, bertalian darah, beradu otot, tertangkap tangan, mengambil berat,
dan membanting tulang termasuk idiom penuh karena dapat diganti secara
keseluruhan dengan ungkapan maknanya, yaitu sudah menjadi kebiasaan, kejam,
bertindak dengan keras dan kejam, seketurunan, berkelahi, ketahuan,
mempermasalahkan, dan bekerja keras.
Berdasarkan strukturnya, idiom penuh yang bertataran kata berimbuhan dapat
diklasifikasikan menjadi (i) jenis idiom penuh bertataran kata berimbuhan berstruktur
V + N dan (ii) jenis idiom penuh bertataran kata berimbuhan berstruktur V + Adj.
Idiom penuh yang bertataran kata berimbuhan yang terbentuk dari gabungan
V + N adalah sebagai berikut.
(165) Atau mungkin juga aku bertindak tolol karena persekongkolan kami sudah mendarah daging.
(166) Kami memutar otak dengan keras. (167) Setelah kejadian itu, Pak Mustar berubah menjadi seorang guru
bertangan besi. (168) Sesungguhnya, aku dan Arai masih bertalian darah. (169) Anehnya puteri kecil Mei-Mei justru senang bukan main
melihat kami beradu otot. (170) “Pakai waktumu untuk belajar!! Awas!! Sempat tertangkap
tangan kau nonton di situ, rasakan akibatnya!!” (171) “Kau habiskan waktu mudamu hanya untuk membanting
tulang? Aiiiih…mengapa keras sekali pada dirimu sendiri…??
50
Idiom kata berimbuhan mendarah daging (165) terdiri dari mendarah dan
daging, memutar otak (166) terdiri dari memutar dan otak, bertangan besi (167)
terdiri dari bertangan dan besi, bertalian darah (168) terdiri dari bertalian dan darah,
beradu otot (169) terdiri dari beradu dan otot, tertangkap tangan (170) terdiri dari
tertangkap dan tangan dan membanting tulang (171) terdiri dari membanting dan
tulang.
Idiom penuh yang bertataran kata berimbuhan yang terbentuk dari gabungan
V + Adj adalah sebagai berikut.
(172) Kebiasaan asalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh berdarah dingin.
(173) Berhati-hatilah Ikal, sebab tentunya dia mengambil berat perkara itu.
Idiom yang bertataran kata berimbuhan seperti, berdarah dingin (172) terdiri
dari berdarah dan dingin dan mengambil berat (173) terdiri dari mengambil dan
berat.
4.2.1.2 Idiom Penuh Bertataran Kata Majemuk
Idiom yang bertataran kata majemuk yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata yang termasuk jenis idiom penuh adalah sebagai
berikut contohnya.
(174) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga.
(175) “Jangan, Bron. Kau kerja keras untuk tabungan itu?”
51
(176) Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah jatuh hati pada Nurmala
(177) Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima.
(178) Nasib kami di ujung tanduk. (179) Dan di sinii, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang
asing, aku terkurung terperangkap, mati kutu. (180) Ratusan tahun mereka menanggungkan sakit hati sebab kalah
bertikai. (181) Bayangan tiga orang pria berkelebat, memutus sinar stainless
tadi dan sekarang pemisah kami dengan nasib buruk hanya beberapa keping papan tipis.
(182) Dalam sandiwara memerangi kaum Quraish pada acara di balai desa, aku berperan selaku Khalifah Abu Bakar, Arai berkeras ingin menjadi panglima besar Hamzah.
(183) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati. (184) Ia berusaha sekuat tenaga, panik, dan jatuh bangun terseok-
seok membonceng ayahnya yang sesak napas sembil kesusahan memeganginya
(185) Di televisi balai desa kami menyimak ulasan Ibu Toeti Adhitama tentang sepak terjang seorang patriot muda Mujahiddin yang baru saja menumbangkan komandan resien utara Tentara Merah Rusia.
(186) Arai sudah tak bisa lagi merasakan sakit, ia mati rasa. (187) Ia memang tidak dilahirkan ke muka bumi ini untuk banyak-
banyak mengunakan akal. (188) Berapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut. (189) Aku juga sakit hati pada pak Mustar yang ketet mengawasi
pekerjaan kami. (190) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan
pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
(191) Salut juga ia dengan kami yang tahan banting (192) Aku merasa besar hati pada kekuatan mental Arai. (193) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir
babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara lemah iman itu menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu.
52
Idiom penuh pada contoh campur tangan (174), kerja keras (175), jatuh hati
(176), kaki lima (177), di ujung tanduk (178), mati kutu (179), sakit hati (180),
nasib buruk (181), panglima besar (182), berat hati (183), jatuh bangun (184), sepak
terjang (185), mati rasa (186), muka bumi (187), perang mulut (188), sakit hati
pada (189), belahan hati (190), tahan banting (191), besar hati (192), dan lemah iman
(193) merupakan idiom penuh bertataran kata majemuk. Hal tersebut dapat dibuktkan
dengan mengganti secara keseluruhan menggunakan ungkapan maknanya. Berikut ini
contohnya.
(174a) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena bantuan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga
(175a) “Jangan, Bron. Kau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tabungan itu?”
(176a) Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah menaruh cinta kasih pada Nurmala
(177a) Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan pedagang Minang yang menjual baju di pinggir jalan.
(178a) Nasib kami dalam keadaan yang membahayakan. (179a) Dan di sini, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang
asing, aku terkurung terperangkap, tak dapat berbuat apa-apa lagi.
(180a) Ratusan tahun mereka menanggungkan merasa dendam sebab kalah bertikai.
(181a) Bayangan tiga orang pria berkelebat, memutus sinar stainless tadi dan sekarang pemisah kami dengan kemalangan hanya beberapa keping papan tipis.
(182a) Dalam sandiwara memerangi kaum Quraish pada acara di balai desa, aku berperan selaku Khalifah Abu Bakar, Arai berkeras ingin menjadi pemimpin dalam kemiliteran yang tinggi Hamzah.
(183a) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan merasa segan. (184a) Ia berusaha sekuat tenaga, panik, dan susah payah terseok-seok
membonceng ayahnya yang sesak napas sembil kesusahan memeganginya.
53
(185a) Di televisi balai desa kami menyimak ulasan Ibu Toeti Adhitama tentang tingkah laku seorang patriot muda Mujahiddin yang baru saja menumbangkan komandan resien utara Tentara Merah Rusia.
(186a) Arai sudah tak bisa lagi merasakan sakit, ia tidak mempunyai perasaan lagi.
(187a) Ia memang tidak dilahirkan ke alam tempat manusia tinggal ini untuk banyak-banyak mengunakan akal.
(188a) Berapa di antara mereka sampai berdiri berbantah dengan kata-kata kasar dan keras..
(189a) Aku juga merasa tidak senang pada pak Mustar yang ketat mengawasi pekerjaan kami.
(190a) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada kekasihnya.
(191a) Salut juga ia dengan kami yang kuat. (192a) Aku merasa bangga pada kekuatan mental Arai. (193a) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir
babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara mudah tergoda itu menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu.
Pembuktian (174a), (175a), (176a), (177a), (178a), (179a), (180a), (181a),
(182a), (183a), (184a), (185a), (186a), (187a), (188a), (189a), (190a), (191a), (192a),
(193a) dan (194a) menunjukan bahwa kata majemuk campur tangan, kerja keras,
jatuh hati, kaki lima, ujung tanduk, mati kutu, sakit hati, nasib buruk, panglima
besar, berat hati, jatuh bangun, sepak terjang, mati rasa, muka bumi, perang mulut,
sakit hati, belahan hati, tahan banting, besar hati dan lemah iman termasuk idiom
penuh. al tersebIdiom tersebut dapat diganti secara keseluruhan dengan ungkapan,
yaitu bantuan, berusaha dengan bersungguh-sungguh, menaruh cinta kasih,
berjualan dipinggir jalan, dalam keadaan yang membahayakan, tidak dapat berbuat
apa-apa lagi, merasa dendam, kemalangan, pemimpin dalam kemiliteran yang tinggi,
54
susah payah, tingkah laku, tidak mempunyai perasaan lagi, alam tempat manusia
tinggal, berbantah dengan kata-kata kasar dan keras, merasa tidak senang,
kekasihnya, kuat, bangga dan mudah tergoda.
Berdasarkan strukturnya, idiom penuh yang berbentuk kata majemuk yang
terdapat dalam novel Sang Pemimpi dapat diklasifikasikan lagi menjadi (i) idiom
penuh bertataran kata majemuk berstruktur V + V, (ii) idiom penuh bertataran kata
majemuk berstruktur V + N, (iii) idiom penuh bertataran kata majemuk berstruktur
V + Adj. , (iv) idiom penuh bertataran kata majemuk berstruktur N + N, (v) idiom
penuh bertataran kata majemuk berstruktur N + Adj., (vi) idiom penuh bertataran
kata majemuk berstruktur Adj. + N.
Idiom penuh yang bertataran kata majemuk yang terbentuk dari gabungan V +
V adalah sebagai berikut.
(194) Ia berusaha sekuat tenaga, panik, dan jatuh bangun terseok-seok membonceng ayahnya yang sesak napas sembil kesusahan memeganginya.
(195) Di televisi balai desa kami menyimak ulasan Ibu Toeti Adhitama tentang sepak terjang seorang patriot muda Mujahiddin yang baru saja menumbangkan komandan resien utara Tentara Merah Rusia.
(196) Salut juga ia dengan kami yang tahan banting
Idiom kata majemuk jatuh bangun (194) terdiri dari jatuh dan bangun,
sepak terjang (195) terdiri dari sepak dan terjang, tahan banting (196) terdiri dari
tahan dan banting.
Idiom penuh yang bertataran kata majemuk yang terdiri dari gabungan V + N
adalah sebagai berikut.
55
(197) Abrakadabara! Sim salabim! Tak tau karena campur tangan jin, ilmu hitam, berkah sajen pada raja setan atau sugesti rasa sakit pada gigi itu lenyap saat itu juga.
(198) Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah jatuh hati pada Nurmala
(199) Berapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut.
Idiom bertataran kata majemuk seperti, campur tangan (197) terdiri dari
campur dan tangan, jatuh hati (198) terdiri dari jatuh dan hati, dan perang mulut
(199) terdiri dari perang dan mulut.
Idiom penuh yang bertataran kata majemuk yang terdiri dari gabungan V +
Adj adalah sebagai berikut.
(200) “Jangan, Bron. Kau kerja keras untuk tabungan itu?”
Idiom bertataran kata majemuk kerja keras (218) terdiri dari kerja dan keras.
Idiom penuh yang bertataran kata majemuk yang terdiri dari gabungan N + N
adalah sebagai berikut.
(201) Di sekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima.
(202) Nasib kami di ujung tanduk. (203) Dan di sinii, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang
asing, aku terkurung terperangkap, mati kutu (204) Arai sudah tak bisa lagi merasakan sakit, ia mati rasa. (205) Ia memang tidak dilahirkan ke muka bumi ini untuk banyak-
banyak mengunakan akal. (206) Aku juga sakit hati pada pak Mustar yang ketat mengawasi
pekerjaan kami. (207) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan
pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
56
Idiom bertataran kata majemuk seperti, kaki lima (201) terdiri dari kaki dan
lima, ujung tanduk (202) terdiri dari ujung dan tanduk, mati kutu (203) terdiri dari
mati dan kutu, mati rasa (204) terdiri dari mati dan rasa, muka bumi (205) terdiri
dari muka dan bumi, sakit hati (206) terdiri dari sakit dan hati, belahan hati (207)
terdiri dari belahan dan hati.
Idiom penuh yang bertataran kata majemuk yang terbentuk dari gabungan N +
Adj adalah sebagai berikut.
(208) Bayangan tiga orang pria berkelebat, memutus sinar stainless tadi dan sekarang pemisah kami dengan nasib buruk hanya beberapa
(209) Dalam sandiwara memerangi kaum Quraish pada acara di balai desa, aku berperan selaku Khalifah Abu Bakar, Arai berkeras ingin menjadi panglima besar Hamzah.
Idiom bertataran kata majemuk nasib buruk (208) terdiri dari nasib dan buruk
dan panglima besar (209) terdiri dari penglima dan besar
Idiom penuh yang bertataran kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
Adj + N adalah sebagai berikut.
(210) Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati. (211) Aku merasa besar hati pada kekuatan mental Arai. (212) Dengan mudah, ia merengut carik-carik pertahanan terakhir
babunya itu dan saat itu pula dengan amat jeli menghindari gunting tajam Badan Sensor, sang sutradara lemah iman itu menalihkan kamera dari adegan yang tidak pantas itu.
Idiom bertataran kata majemuk berat hati (210) terdiri dari berat dan hati,
besar hati (211) terdiri dari besar dan hati dan lemah iman (212) terdiri dari lemah
dan iman.
57
4.2.1.3 Idiom Penuh Bertataran Kata Ulang
Idiom yang bertataran kata ulang yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata yang termasuk idiom penuh adalah sebagai berikut.
(213) “Pak Mustar punya mata-mata di mana-mana. Jangan coba- coba. Kalian tak’kan bisa masuk!!” Idiom penuh mata-mata pada contoh (213) mempunyai ungkapan makna
‘penyidik’ (dalam hal ini ‘orang yang dipercaya’). Hal ini dapat dibuktikan melalui
cara mengganti secara keseluruhan dengan mengunakan ungkapan maknanya.
Berikut ini contohnya.
(213a) “Pak Mustar punya orang yang dipercaya di mana-mana. Jangan coba-coba. Kalian tak’kan bisa masuk!!”
4.2.1.4 Idiom Penuh Bertataran Frase
Idiom yang bertataran frasa yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata yang termasuk idiom penuh adalah sebagai berikut.
(214) Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara. (215) “Jika dibiarkan, pasti berlarut-larut. Harus cepat diselesaikan
dengan gunting yang tajam!!” (216) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang jinak-jinak merpati itu
di dapur.
Idiom penuh dapat dibuktikan dengan cara menggantikannya dengan
ungkapan maknanya. Berikut ini adalah contohnya.
(214a) Arai menjadi yatim piatu, tidak mempunyai sanak saudara. (215a) “Jika dibiarkan, pasti berlarut-larut. Harus cepat diselesaikan
dengan solusi yang tepat!!” (216a) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang nampaknya mudah
didapat tetapi sebenarnya sangat sukar itu di dapur.
58
Pembuktian contoh (214a), (215a) dan (216a) menunjukan bahwa sebatang
kara, gunting yang tajam, jinak-jinak merpati termasuk idiom penuh bertataran frase
karena dapat diganti secara keseluruhan dengan ungkapan maknanya yaitu tidak
mempunyai sanak saudara, solusi yang tepat, nampaknya mudah didapat, tapi
sebenarnya sangat sukar.
Berdasarkan strukturnya, idiom penuh yang bertataran frase yang terdapat
dalam novel Sang Pemimpi dapat diklasifikasikan lagi menjadi (i) jenis idiom penuh
frasa berstruktur N + N, (ii) jenis idiom penuh frasa berstruktur N + Adj. (iii) jenis
idiom penuh frasa berstruktur Adj. + N.
Idiom penuh yang bertataran frase yang terbentuk dari gabungan N + N
adalah sebagai berikut contohnya.
(217) Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara.
Idiom bertataran frase sebatang kara (217) terdiri dari sebatang dan kara.
Idiom penuh yang bertataran frase yang terbentuk dari gabungan N + Adj
adalah sebagai berikut.
(218) “Jika dibiarkan, pasti berlarut-larut. Harus cepat diselesaikan dengan gunting yang tajam!!”
Idiom bertataran frase gunting yang tajam (218) terdiri dari kata gunting
dan frase yang tajam.
Idiom penuh yang bertataran frase yang terbentuk dari gabungan Adj + N
adalah sebagai berikut contohnya.
59
(219) Ia mengejar-ngejar pembantunya yang jinak-jinak merpati di dapur.
Idiom bertataran frase jinak-jinak merpati (219) terdiri dari frase jinak-
janak dan diikuti dengan kata merpati.
4.2.1.5 Idiom Penuh Bertataran Klausa
Idiom yang bertataran klausa yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata yang termasuk idiom penuh adalah sebagai berikut.
(220) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun langit akan tumpah, ia selalu senang.
Idiom penuh dapat dibuktikan dengan cara menggantikannya dengan
ungkapan maknanya. Berikut ini adalah contohnya.
(220a) “Kabar apa, Ikal...?“ jawabnya lembut. Walaupun mendung, ia selalu senang.
Idiom langit akan tumpah (221) termasuk dalam kategori idiom penuh yang
memiliki struktur langit sebagai subjek dan akan tumpah sebagai predikat.
4.2.1.6 Idiom Penuh Bertataran Kalimat
Idiom yang bertataran kalimat yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata yang termasuk idiom penuh adalah sebagai berikut.
(221) Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan. Pepatah lama yang dianut semua bangsa di muka bumi, benar adanya. Sungguh benar adanya.
60
Idiom Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan contoh (221) ‘selama ada
tekad dan usaha, segala sesuatu tentu dapat dikerjakan’ termasuk dalam jenis idiom
penuh karena dapat diganti secara keseluruhan dengan ungkapan maknanya.
(221a) Selama ada tekad dan usaha, segala sesuatu tentu dapat
dikerjakan. Pepatah lama yang dianut semua bangsa di muka
bumi, benar adanya. Sungguh benar adanya.
4.3 Idiom Sebagian
Idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat
dimasukkan ke dalam jenis idiom sebagian jika salah satu unsurnya masih tetap
mengandung makna leksikal.. Dalam hal ini, idiom tersebut terbagi atas, (i) idiom
sebagian bertataran kata majemuk dan (ii) idiom sebagian bertataran klausa.
4.3.1 Idiom Sebagian Bertataran Kata Majemuk
Idiom yang bertataran kata majemuk yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata yang termasuk dalam idiom sebagian adalah sebagai
berikut.
(222) Hebat sekali teorimu, Rai! Tak masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!
(223) Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik.
(224) Ayahku, yang mengantarku saat pendaftaran itu, berusaha membekap telingaku dan telinga Arai, anak angkat keluarga kami, agar tak mendengar pertengkaran yang sungguh tak patut ini.
61
(225) Aku menyesal telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu itu aku demam panggung.
(226) Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi rencana Arai kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik daun pintu.
(227) Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak asuh sang pendeta.
(228) Kami tak bisa menahan cekikikan sampai perut kaku. (229) Sehebat muslihat Casanova, kenyataannya, setiap melirik Arai,
Nurmala tampak seperti orang terserang penyakit angin duduk. (230) Lalu suatu pagi buta, kami merasa lelah setelah pontang-
panting memikul ikan. (231) Setiap ia angkat bicara , para pedagang ikan di stanplat
melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan (232) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan
pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati
(233) Istrinya itu hitam manis, bergelora, masih seperti anak SMP, dan sibuk mengunyah permen lolly pop.
(234) Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah.
(235) Namun, kini hanya tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanya sebaris pesan dari orang tua.
(236) Aku menjadi kurus tapi keras berisi, hitam legam seperti aspal. (237) Di sampingnya, Arai, biang keladi seluruh kejadian ini, lebih
menyedihkan.
Idiom sebagian dapat dibuktikan dengan cara menggantikan salah satu
unsurnya yang masih dalam bentuk leksikal. Berikut ini adalah contohnya
(222a) Hebat sekali teorimu, Rai! Tak dapat diterima dengan akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!
(223a) Daratan ini mencuat dari bagian dalam bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik.
(224a) Ayahku, yang mengantarku saat pendaftaran itu, berusaha membekap telingaku dan telinga Arai, anak orang lain yang diambil (dipelihara) serta disahkan secara hukum sebagai keluarga kami, agar tak mendengar pertengkaran yang sungguh tak patut ini.
62
(225a) Aku menyesal telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu itu aku merasa takut atau gentar untuk naik ke atas panggung.
(226a) Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi rencana Arai kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik papan penutup pintu.
(227a) Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak yang diberi biaya pendidikan sang pendeta.
(228a) Kami tak bisa menahan cekikikan sampai perut sakit (229a) Sehebat muslihat Casanova, kenyataannya, setiap melirik
Arai, Nurmala tampak seperti orang terserang penyakit masuk angin.
(230a) Lalu suatu pagi-pagi sekali, kami merasa lelah setelah pontang-panting memikul ikan.
(231a) Setiap ia mulai bicara para pedagang ikan di stanplat melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan.
(232a) Seorang kuli yang tidak tahu sedikit pun tentang nada yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
(233a) Istrinya itu hitam tetapi bersih dan elok, bergelora, masih seperti anak SMP, dan sibuk mengunyah permen lolly pop.
(234a) Kapal merapat ke pinggir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah.
(235a) Namun, kini hanya tertinggal untuk kami di tengah malam yang gelap tanpa bintang dan bulan ini hanya sebaris pesan dari orang tua.
(236a) Aku menjadi kurus tapi keras berisi, hitam sekali seperti aspal.
(237a) Di sampingnya, Arai, biang keonaran seluruh kejadian ini, lebih menyedihkan
Pembuktian contoh (222a), (223a), (224a), (225a), (226a), (227a), (228a),
(229a), (230a), (231a), (232a), (233a), (234a), (235a), (236a) dan (237a) menunjukan
bahwa kata majemuk masuk akal, anak angkat, demam panggung, berat hati, daun
pintu, anak asuh, perut kaku, angin duduk, pagi buta, angkat bicara, buta nada,
hitam manis, bibir dermaga, malam buta, hitam legam dan biang keladi termasuk
63
idiom sebagian yang bertataran kata majemuk karena salah satu unsurnya masih
dalam bentuk leksikal, yaitu dapat diterima dengan akal, bagian dalam bumi, anak
orang lain yang dipelihara dan disahkan secara hukum, merasa takut atau gentar
untuk naik ke atas panggung, papan penutup pintu, anak yang diberi biaya
pendidikan, perut sakit, masuk angin, pagi-pagi sekali, mulai bicara, tidak tahu
sedikit pun tentang nada, hitam tetapi bersih dan elok, pinggir dermaga, malam
yang gelap tanpa bulan dan bintang, hitam sekali dan biang keonaran.
Berdasarkan strukturnya, idiom penuh yang berbentuk kata majemuk dapat
diklasifikasikan menjadi (i) idiom penuh kata majemuk berstruktur V + V, (ii)
idiom penuh kata majemuk berstruktur V + N, (iii) idiom penuh kata majemuk
berstruktur N + N, (iv) idiom penuh kata majemuk berstruktur N + V, (v) idiom
penuh kata majemuk berstruktur N + Adj., (vi) idiom penuh kata majemuk
berstruktur Adj. + Adj. (vii) idiom penuh kata majemuk berstruktur Adj. + N.
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
V + V adalah sebagai berikut.
(238) Setiap ia angkat bicara, para pedagang ikan di stanplat melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan.
Idiom kata majemuk angkat bicara (238) terdiri dari angkat dan bicara.
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
V + N adalah sebagai berikut.
(239) Hebat sekali teorimu, Rai! Tak masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!
Idiom kata majemuk masuk akal (239) terdiri dari masuk dan akal.
64
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
N + N adalah sebagai berikut.
(240) Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik.
(241) Aku menyesal telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu itu aku demam panggung.
(242) Tubuhku yang dari tadi kaku karena tegang mengantisipasi rencana Arai kini pelan-pelan merosot sehingga aku terduduk di balik daun pintu.
(243) Lalu suatu pagi buta, kami merasa lelah setelah pontang- panting memikul ikan.
(244) Seorang kuli yang buta nada, yang sadar betul dirinya tak’kan pernah bisa main gitar, ternyata mampu mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada musik hanya untuk bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hati.
(245) Kapal merapat ke bibir dermaga lalu kelasi tadi menebar jalinan jala yang disambut dua orang di bawah.
(246) Namun, kini hanya tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanya sebaris pesan dari orang tua.
Idiom kata majemuk perut bumi (240) terdiri dari perut dan bumi, demam
panggung (241) terdiri dari demam dan panggung, daun pintu (242) terdiri dari
daun dan pintu, pagi buta (243) terdiri dari pagi dan buta, buta nada (244) terdiri
dari buta dan nada, bibir dermaga (245) terdiri dari bibir dan dermaga, malam
buta (246) terdiri dari malam dan buta.
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
N + V adalah sebagai berikut.
(247) Ayahku, yang mengantarku saat pendaftaran itu, berusaha membekap telingaku dan telinga Arai, anak angkat keluarga kami, agar tak mendengar pertengkaran yang sungguh tak patut ini.
65
(248) Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak asuh sang pendeta.
Idiom kata majemuk anak angkat (247) terdiri dari anak dan angkat dan
anak asuh (248) terdiri dari anak dan asuh.
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
nomina dan adjektiva adalah sebagai berikut.
(249) Kami tak bisa menahan cekikikan sampai perut kaku.
Idiom kata majemuk perut kaku (249) terdiri dari perut dan kaku.
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
Adj + Adj adalah sebagai berikut.
(250) Istrinya itu hitam manis, bergelora, masih seperti anak SMP, dan sibuk mengunyah permen lolly pop.
Idiom kata majemuk hitam manis (250) terdiri dari hitam dan manis.
Idiom sebagian yang berbentuk kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
Adj + N adalah sebagai berikut.
(251) Aku menjadi kurus tapi keras berisi, hitam legam seperti aspal.
(252) Di sampingnya, Arai, biang keladi seluruh kejadian ini, lebih menyedihkan.
Idiom kata majemuk hitam legam (251) terdiri dari hitam dan legam dan
biang keladi (252) terdiri dari biang dan keladi.
4.3.2 Idiom Sebagian Bertataran Klausa
66
Idiom yang bertataran klausa yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata yang termasuk idiom sebagian adalah sebagai berikut.
(253) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti sampai jauh malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan.
Idiom hujan akan tumpah contoh (253) ‘hujan akan turun’ termasuk dalam
jenis idiom sebagian karena salah satu unsurnya masih tetap dalam bentuk makna
leksikal. Perhatikan contoh (253a) berikut ini.
(253a) Pukul empat sore nanti hujan akan turun, tak berhenti sampai
jauh malam, demikian di kota pelabuhan kecil Magai di Pulau
Belitong, sampai Maret tahun depan.
Contoh hujan akan tumpah pada (253) termasuk dalam idiom sebagian
berbentuk klausa terdiri dari hujan sebagai S dan akan tunpah sebagai P.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Pertama, berdasarkan satuan gramatikalnya idiom dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata dibedakan menjadi empat, (i) kata (termasuk juga kata
berimbuhan, kata majemuk, dan kata ulang), (ii) frase, (iii) klausa, dan (iv) kalimat.
Penggolongan satuan gramatikal dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
didasarkan pada cirinya masing-masing. Pertama, idiom bertataran kata dapat
dibedakan menjadi (i) idiom bertataran kata berimbuhan yaitu jika mendapat
imbuhan atau (afiks), (ii) idiom bertataran kata majemuk apabila gabungan dari dua
kata atau lebih yang menyusunnya membentuk suatu kesatuan arti (iii) idiom
bertataran kata ulang yaitu idiom yang terjadi berdasarkan hasil reduplikasi atau
pengulangan kata. Kedua, idiom bertataran frasa jika tidak melewati batas fungsi.
Adapun yang dimaksud dengan fungsi di sini adalah Subjek (S), Predikat (P), Objek
(O), pelengkap (pel), dan keterangan (K). Ketiga, idiom bertataran klausa jika
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Keempat, sebuah idiom yang -
digolongkan dalam kalimat jika tediri atas dua klausa atau lebih dan mempunyai
makna idiom biasanya berbentuk ungkapan
67
68
Kedua, kategori idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata, dapat dibedakan menjadi, (i) kategori idiom bertataran kata, (ii)
kategori idiom bertataran frase, (iii) kategori idiom bertataran klausa dan (iv)
kategori idiom bertataran kalimat. Kategori idiom bertataran kata dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu (i) idiom yang bertataran kata berimbuhan, (ii) idiom yang
bertataran kata majemuk dan (iii) idiom yang bertataran kata ulang. Pertama, Idiom
yang bertataran kata berimbuhan dapat digolongkan ke dalam verba yang berstruktur
V + N dan V + Adj. Idiom yang berbentuk kata majemuk dapat digolongkan ke
dalam struktur V + V, V + N, V + Adj. , N + N, dan N + Adj. , Adj. + Adj dan Adj.
+ N. Idiom yang bertataran kata ulang dapat digolongkan ke dalam struktur N + N.
Kedua, idiom yang bertataran frase dapat digolongkan ke dalam frasa berstruktur N
+ N, N + Adj dan Adj. + N. Ketiga, idiom bertataran klausa dapat digolongkan ke
dalam klausa yang unsur S dan P yang membentuknya terdiri dari nomina dan
verba.Keempat, idiom bertataran kalimat dapat digolongkan dalam kalimat majemuk
yang memiliki dua klausa yang masing-masing klausanya terdiri dari frase
preposisional, frase verbal dan frase nomina.
Ketiga, jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya yang terdapat dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i)
jenis idiom penuh dan (ii) jenis idiom sebagian. Berdasarkan strukturnya, idiom
penuh meliputi (i) idiom penuh bertataran kata, yaitu (i) idiom penuh bertataran kata
berimbuhan berstruktur V + N dan V + Adj, (ii) idiom penuh bertataran kata
69
majemuk berstruktur V + V, V + N, V + Adj., N + N, N + Adj. dan Adj. + N, (iii)
idiom penuh bertataran kata ulang yang berstruktur N + N , (ii) idiom penuh
bertataran frase memiliki struktur frase nominal N diikuti N, N diikuti Adj. dan Adj.
diikuti N, (iii) idiom penuh bertataran klausa yang mempunyai struktur N + V, dan
(iv) idiom penuh bertataran kalimat yang mempunyai dua klausa yang masing-masing
terdiri dari frase preposisional, frase verbal dan frase nomina. Berdasarkan
strukturnya, jenis idiom sebagian meliputi (i) idiom sebagian bertataran kata
majemuk berstruktur V + V, V + N, N + N, N + V, N + Adj. , Adj + Adj dan Adj +
N. (ii) idiom sebagian bertataran klausa yang memiliki struktur nomina diikuti verba.
5.2 SARAN
Dalam skripsi ini idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata baru
diteliti dari aspek kebahasaanya, yaitu dari satuan gramatikal, kategori dan jenis
kepenuhan maknanya. Penelitian ini masih dapat dilanjutkan pada fungsi idiom
dalam penciptaan keindahan dalam karya sastra.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan dan juga kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya.
70
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: Gramedia
-------------- 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: Gramedia
-------------- 1975. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima
Chaer, Abdul. 1986. Kamus Idiom Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah
---------------- 1989. Pengantar Semantik Bahasa Imdonesia. Jakarta: Rieke Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
-----------------. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Hirata, Andrea. 2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Carasvatibooks
Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
----------------1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia
---------------- 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Kristina, Novi. 2006. ”Idiom Berunsur Nama Binatang Dalam Bahasa Indonesia”.
(Skripsi S1): Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma
71
Kurniawati, Tesi. 2005. ”Kata Majemuk Idiomatis dalam Tabloid Fantasi Tahun
2003”. (Skripsi S1): Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma
Moeliono, Anton .M. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar.
Jakarta: Gramedia
Soedjito. 1988. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Sudaryanto. 1983. Linguistik: Esai tentang Bahasa dan Pengantar ke dalam Ilmu
Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
-----------------1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University
72
BIOGRAFI PENULIS
Ina Wita Krisna Sari, lahir di Semarang, 9 November 1988.
Penulis saat ini tinggal di Kadirojo 1 5/2 Purwomartani, Kalasan,
Sleman, Yogyakarta. Nomor dan email penulis yang dapat
dihubungi 0818166194 dan [email protected]
Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh penulis Taman
Kanak-Kanak (TK) Putra Bakti Jakarta (1994), Sekolah Dasar Negeri Gondrong I
Tangerang (1995-2000), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 17 Tangerang
(2001-2003) Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Tangerang ( 2004-2006). Masuk
Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma pada tahun 2006, skripsinya
yang berjudul Idiom Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
mengantarkan penulis mendapatkan gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma.