identifikasi potensi dan strategi pengembangan ......dan strategi pengembangan agroindustri tunggak...

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI TUNGGAK KAYU di KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Agribisnis Oleh : Carrine Irawan Kumalasari H 0808015 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Upload: tranthuan

Post on 20-May-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI TUNGGAK KAYU di KABUPATEN BOJONEGORO

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Carrine Irawan Kumalasari

H 0808015

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Page 2: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

2012

Page 3: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi Potensi

dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan

akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi ini. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian

UNS Surakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen

Pembimbing Pendamping Sripsi yang selalu memberikan pengarahan, nasehat,

semangat dan petunjuk.

5. Setyowati,SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi yang dengan kasih

selalu memberikan pengarahan, nasehat, semangat dan petunjuk kepada penulis.

6. Ibu Ir. Rina Uchyani F., MS. selaku selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis.

7. Ibu Wiwit Rahayu, SP., MP Selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan

memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.

Page 5: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama

menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

9. Badan Pemerintahan Daerah Bojonegoro, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Bojonegoro, Dinas Perhutanan dan Perkebunan, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bojonegoro, serta seluruh Camat dan pegawai kecamatan di

Kabupaten Bojoengoro yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan

data-data yang diperlukan penulis.

10. Papa dan Mamaku, Drs. H. Budi Irawanto Mpd dan dr. Endah Wahyu Utami

tercinta yang telah memberikan segenap doa, perhatian, dukungan, kasih sayang

dan semangat kepada penulis. Adekku Natasha Devianti, Kakak-kakakku Nila

Puspa, Anang, Ayah Idur yang telah memberikan doa dan semangat kepada

penulis. Alm. Bapakku HT. Samadun yang semasa hidupnya Beliau selalu

memberikan dukungan semangat dan doa terima kasih doanya, demi kesuksesan

penulis.

11. Edy Irawan yang senantiasa selalu mendampingi, memberikan semangat,

motivasi dan doa untuk segera menyelesaikan skripsi.

12. Keluarga Besar di Bojonegoro, Ngawi, Tuban serta semua Om dan Tanteku atas

Doa dan dukungan semangatnya.

13. Sahabat-sahabatku SPARROW Dilla, Nia, Bondan, Rizaldi, Mamad, Grace, Ida,

Sisca, Hapet, Cheng, Safar, Susila, Gita, Nunung, Fitri, Nursam, Gaza, Arfika,

Desy, Yeni, Weny, Deby, Santi, Anggi, Wawan, Yuangga, Iqbal Adi, Iqbal

Zamani, Radit, Wedha, Diandra, Medya, Andini, Andi, Mirza yang telah

memberikan semangat serta doa. Kalian luar biasa!! Jaga selalu kekompakan kita.

14. Sahabat-sahabatku Tami, Puput, Riri, Ifa, Riana, Anind, Aik, Mesty, Nyit-nyit,

Uli, Suryani, Mas Nanda, Mas Nur, Mas Abid, Mas Ragil, Indra, Heri dan

Hendro serta teman-teman Agribisnis 2008 atas doa, dukungan dan semangatnya.

Page 6: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

15. Sahabat Sasaeng Dyah Pepe, Anil Sumum, Ayu Abond, Riri Riana, Isni, Resti,

Abid Hercules atas doa dan dukungannya yang selalu setia menemani dalam suka

maupun galau.

16. Keluarga kecilku HERDITA Intan, Lia, Ernha, Tami, Dini, Fitri, Isma atas doa,

semangat serta dukungan selama ini.

17. Teman-teman magang P4S Tulung Karyo Nanda, Tami, Anita, Puput, Mesti,

Aryo, Mayang, Maryati, Dindit yang telah memberi kenangan indah selama

magang.

18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di

kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini berguna

bagi para pembaca.

Surakarta, 2012

Penulis

Page 7: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

DAFTAR TABEL ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................

RINGKASAN ......................................................................................................

SUMMARY .........................................................................................................

I. PENDAHULUAN ............................................................................................A. Latar Belakang.............................................................................................B. Perumusan Masalah ....................................................................................C. Tujuan Penelitian.........................................................................................D. Kegunaan Penelitian ...................................................................................

II. LANDASAN TEORI ......................................................................................A. Penelitian Terdahulu ...................................................................................B. Tinjauan Pustaka ........................................................................................

1. Pembangunan Pertanian .......................................................................2. Otonomi Daerah ....................................................................................3. Agroindustri ..........................................................................................4. Tunggak Kayu .......................................................................................5. Strategi Pengembangan Agroindustri ..................................................6. Metode Perbandingan Eksponensial ....................................................7. Metode Borda ........................................................................................8. Analisis SWOT .....................................................................................9. Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) ..................................................

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ........................................................D. Pembatasan Masalah ...................................................................................E. Asumsi-asumsi ............................................................................................F. Definisi Operasional Variabel ................................................................

III. METODE PENELITIAN ...............................................................................A. Metode Dasar Penelitian .............................................................................B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ....................................................C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................

i

ii

iii

vi

ix

xi

xii

xiii

xv

1 1 5 6 6

8 8

12 12 13 13 14 14 15 15 15 16 16 19 19 19

21 21 21 21

Page 8: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

1. Data Primer ...........................................................................................2. Data Sekunder .......................................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................1. Wawancara ...........................................................................................2. Observasi ...............................................................................................3. Pencatatan ..............................................................................................

E. Metode Analisis Data ..................................................................................1. Identifikasi Peta (Sebaran) Agroindustri Tunggak Kayu di

Kabupaten Bojonegoro .........................................................................2. Identifikasi Potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Tingkat

Kecamatan dengan Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) .............................................................................

3. Identifikasi Potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Tingkat Kabupaten dengan Analisis Metode Borda .........................................

4. Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro .........................................................................

5. Value Chain Map dari Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro .........................................................................

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN .............................................A. Keadaan Alam .............................................................................................

1. Letak Geografis ....................................................................................2. Topografi ..............................................................................................3. Pemanfataan Lahan ..............................................................................

B. Keadaan Penduduk ......................................................................................1. Pertumbuhan Penduduk ........................................................................2. Keadaan Penduduk Menurut Umur .....................................................3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin .......................................4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................................

C. Keadaan Perekonomian ..............................................................................1. Struktur Perekonomian .........................................................................2. Pendapatan Per Kapita ..........................................................................

D. Keadaan Pertanian .......................................................................................

V. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................A. Pemetaan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro ................................................................................................B. Posisi Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro................................................................................................C. Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di

Kabupaten Bojonegoro ...............................................................................D. Peta Rantai Usaha Agroindustri Tunggak Kayu di

Kabupaten Bojonegoro ..............................................................................

21 22 22 22 22 22 23

23

23

24

25

26

28 28 28 28 29 30 30 31 32 34 35 35 37 37

40

40

42

43

52

Page 9: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................A. Kesimpulan ................................................................................................B. Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

LAMPIRAN

56

56 56

58

Page 10: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR TABEL

No.

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.

Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Judul

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bojonegoro (Milyar/Milliard Rupiah) ................................................................

KPJu Unggulan di Kecamatan Taman, Kota Madiun................................

Matriks SWOT ................................................................................................

Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Bojonegoro ................................................................................................

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2010 ................................................................................................

Penduduk Kabupaten Bojonegoro menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ................................................................................................

Keadaan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010................................................................

Keadaan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Menurut Mata Pencaharian Tahun 2020 ................................................................

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bojonegoro (Milyar/Milliard Rupiah) ................................................................

Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010...............................................................

Luas Hutan Negara di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011 ................................................................................................

Luas Hutan Rakyat di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011. ................................................................................................

Peringkat Agroindustri Unggulan di Kecamatan Margomulyo ................................................................................................

Agroindustri Unggulan Kabupaten Bojonegoro

Halaman

3

8

26

28

29

30

32

33

35

37

38

38

42

Page 11: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

Tabel 15.

Tabel 16.

Berdasarkan Analisis Borda ................................................................

Matriks SWOT Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro ................................................................

Peta Rantai Nilai Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro ................................................................

49

43

51

Page 12: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR GAMBAR

No

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Judul

Value Chain Map Komoditas Pisang di Kabupaten Lumajang. ................................................................................................

Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian…………………...

Value Chain Map Agroindustri Tunggak Kayu………….

Halaman

11

18

50

Page 13: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Judul

Surat Ijin Penelitian................................................................

Kuesioner Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro ................................................................

Hasil Analisis MPE ................................................................

Dokumentasi Kegiatan Penelitian ................................................................

Data Usaha Industri Kabupaten Bojonegoro ................................

Halaman

59

60

71

87

88

Page 14: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

RINGKASAN

Carrine Irawan Kumalasari. H0808015. 2012. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro. Dibimbing oleh Setyowati,SP, MP dan Nuning Setyowati, SP,M.Sc.

Pembangunan nasional merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang sedang berupaya untuk membangun perekonomian wilayahnya. Kawasan hutan yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro yang tergolong luas yaitu 14,96 km2 memiliki potensi untuk dikembangkan salah satu pengembangannya adalah agroindustri tunggak kayu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peta (sebaran) agroindustri tunggak kayu, mengidentifikasi potensi agroindustri tunggak kayu disetiap kecamatan, mengidentifikasi potensi agroindustri tunggak kayu di tingkat kabupaten, merumuskan strategi pengembangan agroindustri tunggak kayu dan mengidentifikasi peta rantai usaha agroindustri tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, penentuan lokasi penelitian yaitu secara purposive dengan mewawancarai responden sebagai teknik pengumpulan data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, Matriks SWOT, dan Analisis Value Chain Map (Peta Rantai Nilai).

Hasil analisis dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) menunjukkan bahwa peta agroindustri tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro terdapat di 1 kecamatan dari 27 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro, yaitu Kecamatan Margomulyo. Berdasarkan analisis dengan Metode Borda, posisi agroindustri tunggak kayu di tingkat kabupaten yaitu berada pada peringkat kelima. Strategi yang perlu dilakukan untuk mengembangkan agroindustri tunggak kayu dengan menggunakan matriks SWOT yaitu mengembangkan produk dari segi jumlah dan bentuk produk yang akan dipasarkan, ikut bergabung dengan lembaga pinjaman modal yang sudah dibentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama), menerapkan hasil pembinaan dan pengembangan industry dari desperindag agar agroindustri berkembang, menjaga kestabilan produksi untuk memenuhi permintaan pasar dan melakukan promosi produk agroindustri tunggak kayu unggulan dan terus berinovatif. Peta rantai nilai agroindustri tunggak kayu yaitu terdiri dari tiga pelaku, yang pertama yaitu Perhutani sebagai pemasok, kemudian pengrajin sebagai produsen yang mengolah

Page 15: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

tunggak kayu menjadi kerajinan, pengrajin, agen lokal dan ekspor sebagai pemasar tunggak kayu.

Saran dari penelitian ini Strategi yang telah dirumuskan bisa dijadikan suatu referensi atau pertimbangan bagi pelaku dan pemilik agroindutri tunggak kayu dalam usaha meningkatkan potensi dari Agroindustri Tunggak Kayu mengingat bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki subsektor kehutanan yang berpotensi bila terus dikembangkan. Sebaiknya dilakukan perluasan usaha dengan menambah jumlah unit usaha agroindustri tunggak kayu di kecamatan lain dengan dilakukannya pelatihan karena bahan baku berupa akar kayu jati tersedia mengingat luasya kawasan hutan di Kabupaten Bojonegoro. Pemilik agroindustri tunggak kayu perlu memperkuat hubungan dengan stakeholder seperti pemerintah, lembaga keuangan, maupun LSM agar mampu mengatasi kendala-kendala yang dialami seperti terbatasnya modal.

.

Page 16: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

SUMMARY

Carrine Irawan Kumalasari. H0808015. 2012. Potential Identification and Development of Agro-Industry Strategy Tunggak Kayu in Bojonegoro. Guided by Setyowati, SP, MP and Nuning Setyowati, SP, M.Sc.

National development is an attempt to improve the quality of human life and the people of Indonesia are conducted on an ongoing basis, based on the national capacity to harness advances in science and technology and attention to the challenges of global development. Bojonegoro regency is one of regencies in East Java province which has been seeking to build the region's economy. Forest land owned by a relatively broad Bojonegoro ie 14.96 km2 has the potential to develop agro-industries development was one of the agroindustry tunggak kayu.

This study aimed to identify the map (distribution) agroindustry tunggak kayu, identify potential agroindustry tunggak kayu each district, to identify potential agroindustry tunggak kayu at the district level, formulating development strategies and identify agroindustry tunggak kayu chain maps tunggak kayu agroindustry business in Bojonegoro. The basic method used in this research is descriptive method, determining the location of the research by interviewing respondents purposively as data collection techniques. Data analysis method used in this study is comparison of Exponential method (MPE), Borda method, SWOT Matrix and Analysis Value Chain Map (Map Value Chain).

Comparison of the results of the analysis with method exponential (MPE) shows that the map agroindustry tunggak kayu in Bojonegoro contained in one district of 27 districts located in Bojonegoro, the District Margomulyo. Based on the analysis of the Borda method, the position of agroindustry tunggak kayu at the district level which ranks fifth. The strategy needs to be done to develop agroindustry tunggak kayu using SWOT matrix that is developing products in terms of number and shape of the product to be marketed, come join the institution that has been established capital loans KUB (Joint Business Group), applying the results of the training and development industry desperindag that agroindustry grow, maintain stable production to meet market demand and promoting agroindustry products featured stump and continued innovation. Map tunggak kayu agroindustry value chain is composed of three actors, the first is Perhutani as suppliers, and craftsmen as producers who cultivate tunggak into crafts, artisans, local agents and export as marketers tunggak kayu.

Suggestions from this study have been formulated strategies can be used as a reference or consideration for the offender and the owner agroindutry tunggak kayu in an attempt to enhance the potential of Agroindustry tunggak kayu given that forestry subsector Bojonegoro has potential if developed. Expansion should be done by adding unit of tunggak kayu agroindustry in other district by training because the raw materials are readily available in almost place of Bojonegoro Regency. Owners agroindustry tunggak kayu needs to strengthen ties with

Page 17: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

stakeholder such as government, financial institutions, financial institutions, and NGO in order to overcome obstacles such as limited capital experienced.

Page 18: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yaitu suatu usaha untuk meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara terus

menerus, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan

global. Oleh karena itu, pembangunan daerah merupakan kegiatan yang

berlandaskan pada kemapuan nasional dan berdasarkan perkembangan keadaan

daerah (mencakup daerah kabupaten atau kota, daerah propinsi, masing-masing

sebagai daerah otonom) dan nasional. Setiap pembangunan dilaksanakan

berdasarkan azas pemerataan dan keadilan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan yang tinggi, membina dan menjaga stabilitas nasional, baik

ekonomi, sosial budaya, politik, maupun keamanan serta menjaga dan

meningkatkan ketahanan nasional pada semua segi kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (Munji, 2012).

Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Mayoritas penduduk

Indonesia, yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih

menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian. Selain menyediakan

kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian

juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber

penghasil devisa (Dumairy, 1997). Pembangunan pertanian merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional, karenanya visi dan misi pembangunan

pertanian dirumuskan dalam kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan

misi pembangunan nasional. Visi pembangunan pertanian adalah terwujudnya

pertanian yang modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang

sejahtera. Misi pembangunan adalah : (1) menggerakkan berbagai upaya untuk

1

Page 19: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

memanfaatkan sumber daya pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi

tepat serta spesifik lokasi dalam rangka membangun pertanian yang berdaya saing

tinggi dan berkelanjutan, dan (2) memberdayakan masyarakat pertanian menuju

wiraswasta agribisnis yang mandiri, maju, dan sejahtera (Prakosa, 2002).

Kabupaten Bojonegoro adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur

yang sedang berupaya untuk membangun perekonomian wilayahnya. Kabupaten

Bojonegoro juga memiliki potensi sektor pertanian yang layak dikembangkan.

Pembangunan wilayah Kabupaten Bojonegoro ditopang oleh sembilan sektor

perekonomian, yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian;

sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor

perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga keuangan lainya; dan

sektor jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi

terbesar dari tahun 2007 hingga tahun 2010 (BPS Kabupaten Bojonegoro, 2011).

Untuk mengetahui bagaimana kinerja sektor perekonomian di Kabupaten

Bojonegoro dapat digunakan indikator data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Adapun nilai PDRB Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 20: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut lapangan Usaha Tahun 2007-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bojonegoro (Milyar)

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

Pertanian 1.828.07 1.901.81 2.032.71 2.148.86 1.977.86 Penggalian 1.800.64 1.450.96 1.808.36 2.317.25 1.844.3 Industri Pengolahan 290.60 503.42 531.37 587.33 478.18

Listrik dan Air Minum

45.83 48.08 50.89 53.29 49.52

Bangunan / Konstruksi 210.31 225.62 244.35 270.64 237.73

Perdagangan. Hotel dan Restoran

1.152.40 1.156.63 1.218.19 1.311.24 1.209.61

Angkutan dan Komunikasi

257.71 270.29 289.1 301.16 1.118.26

Keuangan. Persewaan. dan Jasa Perusahaan

283.73 346.73 363.41 383.08 344.23

Jasa-jasa 806.55 697.24 727.2 755.37 746.59

Total 6.675.87 6.600.78 7.265.58 8.128.22 8.006.28

Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa penopang pembangunan

ekonomi daerah di Bojonegoro berasal dari sektor pertanian. Hal ini terlihat dari

peningkatan nilai lapangan usaha sektor pertanian selama tahun 2007-2010

dimana sektor pertanian mempunyai nilai terbesar dibanding sektor perekonomian

lainnya. Tabel 1 menunjukkan produk domestic regional bruto lapangan usaha

pertanian selama kurun waktu empat tahun cenderung meningkat.

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas daratan 2.307,06 km2 dengan kawasan

hutan yang luas yaitu 14,96 km2 (BPS Kabupaten Bojonegoro, 2011). Kawasan

hutan yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro ini tergolong luas. Potensi

Page 21: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

subsektor pertanian yaitu kehutanan juga dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro

terlihat dari ukiran mebel, kerajinan bubut kayu, dan tunggak kayu.

Agroindustri merupakan titik sentral suatu agribisnis. Berbeda dengan bisnis

”on farm” proses agroindustri dapat lebih terkontrol dan dapat lebih pasti dalam

proses produksinya. Sebagai penggerak yang berposisi di tengah dalam

agrobisnis, agroindustri merupakan kunci suksesnya agrobisnis. Orientasi pasar

didorong oleh komponen industri, karena komponen ini sangat memegang teguh

target mutu produk akhir yang dikehendaki pasar. Kualitas demikian akhirnya

menjadi tuntutan pasar dan komponen dalam agrobisnis harus dapat memenuhi

standar mutu yang ditentukan dan bisnis ” on farm” harus dapat memproduksi

pada tingkat mutu tinggi (Sadjad, 2001).

Agroindustri Tunggak Kayu merupakan agroindustri dengan produk akhir

adalah kerajinan Tunggak Kayu. Kerajinan Tunggak Kayu banyak diminati

karena memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki keunikan dari segi bentuk dan

ukurannya. Tunggak kayu bisa dibentuk menjadi sofa, bola tunggak, tempat buah,

nampan, meja, kursi, almari dengan bentuk yang unik dan ukuran yang beragam.

Bagian pangkal tunggak atau sisa batang biasanya digunakan sebagai sandaran

kursi untuk yang bentuknya tegak biasa digunakan untuk penyekat ruangan.

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Kabupaten penghasil

kerajinan Tunggak Kayu selain Kabupaten Lainnya seperti Ngawi dan Blora,

namun tingkat persaingan yang ada mengharuskan Agroindustri Tunggak Kayu

mampu bersaing dengan agroindustri lainnya. Agroindustri tunggak kayu antar

Kabupaten yang juga menghasilkan kerajinan tunggak kayu memiliki keunggulan

masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat, terutama dalam

mengembangkan agroindustri Tunggak Kayu agar mampu bersaing dengan

agroindustri yang lainnya.

Page 22: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Perumusan Masalah

Agroindustri merupakan sebuah solusi untuk meningkatkan nilai tambah

komoditi pertanian yaitu dengan mengembangkan produk turunan dan komoditi

pertanian yang dimiliki sehingga terwujud pertanian yang lebih modern,

komersial dan memiliki keunggulan kompetitif. Pengembangan agroindustri

diarahkan pada industry yang berbasis sumberdaya lokal dan mampu

memberdayakan ekonomi rakyat.

Agroindustri Tunggak kayu menghasilkan kerajinan yang berbahan baku

akar pohon jati. Agroindustri tunggak kayu merupakan salah satu agroindustri

yang ada di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki peluang dan potensi sehingga

masih bisa bertahan hingga sekarang. Bahan baku agroindustri Tunggak kayu

cukup tersedia di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Selain tersedia bahan baku,

pelaku agroindustri atau pengerajin juga ada dalam jumlah yang banyak. Banyak

konsumen menginginkan kerajinan-kerajinan dari Tunggak kayu karena memiliki

bentuk yang unik kuat dan tahan lama, konsumen juga dapat memesan sendiri

bentuk sesuai dengan keinginan. Pemasaran produk agroindustri Tunggak kayu

ini sudah tergolong luas karena konsumennya sudah berasal dari luar negeri

seperti Jepang dan Jerman.

Berdasarkan latar belakang dan potensi yang ada tersebut, diperlukan upaya

pemetaan agroindustri yang ada di Kabupaten Bojonegoro sebagai dasar untuk

menentukan perencanaan pengembangan agroindustri dan penentuan agroindustri

unggulan untuk mengetahui prioritas pengembangan agroindustri. Upaya lebih

lanjut adalah dengan merumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri

Tunggak Kayu. Hal ini mengingat agroindustri Tunggak Kayu memiliki

karakteristik yang berbeda yaitu berbahan baku dari akar kayu jati sehingga juga

memiliki kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berbeda. Agroindustri

Tunggak Kayu selain memiliki banyak kelebihan dan potensi, juga dihadapkan

pada banyak kendala dan permasalahan. Kendala tersebut adalah pembiayaan,

Page 23: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

teknologi, pemasaran, SDM, dan manajemen. Berdasarkan latar belakang dan

potensi yang ada diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian

ini sebagai berikut :

1. Bagaimana peta (sebaran) agroindustri tunggak kayu di Kabupaten

Bojonegoro ?

2. Bagaimana potensi agroindustri tunggak kayu disetiap kecamatan di

Kabupaten Bojonegoro ?

3. Bagaimana potensi agroindustri tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro ?

4. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri tunggak kayu di Kabupaten

Bojonegoro ?

5. Bagaimana peta rantai usaha agroindustri tunggak kayu di Kabupaten

Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi peta (sebaran) agroindustri tunggak kayu di

Kabupaten Bojonegoro

2. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri tunggak kayu disetiap kecamatan

di Kabupaten Bojonegoro

3. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri tunggak kayu di Kabupaten

Bojonegoro

4. Untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri tunggak kayu di

Kabupaten Bojonegoro

5. Untuk mengidentifikasi peta rantai usaha agroindustri tunggak kayu di

Kabupaten Bojonegoro

D. Kegunaan penelitian

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahun terutama

yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat

Page 24: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro, diharapkan mampu

dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam mengambil

keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan pengembangan

ekonomi daerah khususnya terhadap agroindustri.

3. Bagi pelaku dan pemilik Agroindustri Tunggak Kayu, diharapkan mampu

dijadikan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan dan mengembangkan

potensi terhadap agroindustri Tunggak Kayu.

4. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna

menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya.

Page 25: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Bank Indonesia (2010) melakukan identifikasi potensi daerah di tingkat

kecamatan. Sebagai contoh, berdasarkan analisis Metode Pemeringkatan

Eksponensial (MPE) diketahui hasil identifikasi KPJu Unggulan di Kecamatan

Taman, Kota Madiun sebagai berikut :

Tabel 2. KPJu Unggulan di Kecamatan Taman, Kota Madiun

Sektor KPJu Unggulan Nilai MPE Pertanian Jeruk 198187,6 Industri Pengolahan Kayu Olahan dan Furniture 30863,51 Perdagangan, Hotel, dan Restoran Warung Makan 31224,86 Angkutan dan Komunikasi Bus Kota 281032,7 Pertambangan dan Penggalian Pasir 46.946 Listrik, Gas, dan Air Bersih - - Konstruksi dan Bangunan Pemborong, skala kecil 53.554 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Koperasi 1890,917

Jasa-jasa Penjahit 51055,42 Sumber : Bank Indonesia (2010)

Menurut penelitian Bank Indonesia (2009), yang berjudul Baseline

Economic Survey (BLS) di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Kajian

Ekonomi Regional Triwulan I adalah sebagai berikut :

a) Berdasarkan hasil analisis Metode Perbandingan Eksponensional KPJu

unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, KPJu unggulan per sektor

tingkat provinsi ranking pertama adalah sebagai berikut; usaha budidaya

padi sawah (padi dan palawija), cabe (sayuran), mangga (buah-buahan),

usaha perkebunan kelapa (perkebunan), usaha budidaya sapi (peternakan),

usaha rumput laut (perikanan), penggalian batu pecah (pertambangan),

industri tenun ikat (industri), perdagangan hasil pertanian (perdagangan),

jasa suku cadang kendaraan (jasa-jasa angkutan darat untuk penumpang

(angkutan), dan kolam renang Oeluam (pariwisata).

b) KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi

KPJu Lintas sektor pada setiap kabupaten/kota. Dengan metoda Borda,

8

Page 26: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJu unggulan lintas sektor

setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut, urutan 5 (lima) KPJu dengan

skor terbobot tertinggi Unggulan lintas sektor Provinsi Nusa Tenggara

Timur adalah kegiatan budidaya ternak sapi, budidaya rumput laut,

industri anyaman pandan dan lontar, budidaya ternak babi dan jasa

angkutan penumpang.

Berdasarkan hasil focus group discussion, analisis MPE, Borda dan AHP

diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara satu kabupaten/kota

dengan kabupaten/kota lainnya. Perbedaan terjadi hanya pada posisi atau

ranking masing-masing KPJu Unggulan di suatu kabupaten/kota dengan

kabupaten/kota lainnya.

Menurut Rahayu (2007) dalam penelitian yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usahatani Salak di Kabupaten Karanganyar” yang bertujuan

untuk mengetahui keragaaan usahatani salak di Kabupaten Karanganyar,

merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan

usahatani salak di Kabupaten Karanganyar, menentukan prioritas strategi yang

dapat diterapkan dalam mengembangkan Usahatani Salak di Kabupaten

Karanganyar. Dari hasil analisis SWOT diperoleh bahwa kekuatan dalam

mengembangkan usahatani salak yaitu kesuburan tanah dan kondisi

agroklimat yang mendukung usahatani, sedangkan untuk kelemahannya

adalah keterampilan petani masih rendah dalam membudidayakan Usahatani

Salak di Kabupaten Karanganyar. Adanya budaya masyarakat membawa oleh-

oleh merupakan peluang pengembangan usahatani salak tersebut. Sedangkan

tuntutan pembeli terhadap kualitas salak merupakan ancaman bagi

pengembangan Usahatani Salak di Kabupaten Karanganyar. Alternatif strategi

yang dapat diterapkan dalam mengembangkan Usahatani Salak di Kabupaten

Karanganyar yaitu mengembangkan budidaya salak sesuai pendekatan

wilayah dan sentra produksi, meningkatkan hubungan kerjasama antar petani

dalam kelompok tani pada kegiatan budidaya dan pemasaran hasil serta

perbaikan dan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani maupun

Page 27: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

pemerintah guna meningkatkan aksesbilitas petani pada sumberdaya modal,

produksi dan pemasaran.

Berdasarkan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis

Kedelai (Glicyne max L. Merril) di Kabupaten Sukoharjo oleh Handayani

tahun 2007 diperoleh kesimpulan bahwa alternatif strategi yang dapat

diterapkan adalah untuk strategi S-O yaitu mengoptimalkan pemanfaatan

SDA, Saprotan, dan infrastruktur yang didukung pengalaman berusahatani dan

SL untuk meningkatkan produksi dan kualitas kedelai sesuai permintaan

pasar; untuk strategi W-O yaitu memanfaatkan bantuan dana dari pemerintah

untuk modal usaha; untuk strategi S-T yaitu memperbaiki perumusan

implementasi kebijakan terkait bidang pertanian melalui perbaikan

manajemen, pembangunan pertanian; untuk strategi W-T yaitu meningkatkan

kualitas SDM dan kapasitas sumber daya pertanian untuk memperkuat

kelembagaan petani untuk meningkatkan kualitas produksi kedelai.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2011) dengan judul Strategi

Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen, SWOT, QSPM(Quantitative

Strategic Planning Matrix)) menyampaikan strategi pengembangan komoditi

pisang sebagai komoditi prima berdasarkan analisis SWOT terdiri dari 7

alternatif strategi pengembangan, yaitu :

1. Peningkatan diversifikasi produk olahan pisang

2. Pengoptimalan peran PPL untuk meningkatkan kualitas SDM petani

pisang

3. Peningkatan kinerja infrastruktur untuk mendukung pemasaran pisang dan

produk olahan pisang

4. Peningkatan efisiensi usahatani pisang

5. Pembinaan usahatani komoditi pisang

6. Peningkatan manajemen usahatani dan agroindustri pisang

7. Perluasan pangsa pasar pisang dan produk olahan pisang

Berdasarkan penelitian Permana (2011) yang berjudul “Simulasi

Koordinasi Value Chain Pisang” yang bertujuan untuk mengidentifikasi,

Page 28: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

memahami rantai nilai usaha pisang di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur

yang telah dilakukan. Adapun gambar rantai nilai pisang di Kabupaten

Lumajang bisa dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Value Chain Map Komoditas Pisang di Kabupaten Lumajang.

Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa Pisang telah diperlakukan

sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) di sepanjang value chain.

Salah satu hal penting yang menjadikan pisang mas di Lumajang berkualitas

tinggi adalah karena petani pisang di Lumajang sudah lebih maju dari petani

hortikultura lainnya dan telah terkoordinasi ke dalam kelompok-kelompok

petani yang merupakan hasil pembinaan Dinas Pertanian setempat, dengan

adanya Kelompok Tani tersebut maka pisang yang baru dipanen oleh petani

individu akan dibawa ke tempat processing Kelompok Tani sebelum pisang

tersebut didistribusikan.

Disamping petani dan Kelompok Tani, terdapat pedagang pengumpul

yang berperan sebagai penghubung antara Kelompok Tani dengan distributor

besar. Distributor besar selalu menyampaikan pesanannya ke pedagang

pengumpul tersebut, namun dalam proses pengiriman Kelompok Tani

melakukan pengiriman langsung ke distributor besar tanpa melalui pedagang

pengumpul terlebih dahulu. Sedangkan untuk distributor besar, hampir

seluruh pisang mas dari Lumajang didistribusikan melalui sebuah distributor

besar bernama PT Sewu Segar Nusantara (PT SSN). Oleh karena itu sebagian

Distributor Besar Pisang (PT SSN)

Ritel Modern

Grosir Buah Tradisional

Pengecer Tradisional

Petani Pisang

Kelompok Tani Pisang

Pedagang Pengumpul Pisang

Keterangan : Distribusi Pisang Distribusi Pembayaran

Page 29: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

besar pisang Mas Lumajang dikonsumsi oleh masyarakat yang berada di kota-

kota besar di Indonesia melalui ritel modern dan pasar tradisional yang

termasuk dalam jaringan pemasaran PT SSN tersebut.

Berbagai hasil penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya setiap

wilayah untuk menggali dan mengidentifikasi potensi perekonomian yang ada

dari sektor pertanian. Dalam penelitian ini, potensi yang dimaksudkan adalah

potensi agroindustri Tunggak Kayu. Hasil penelitian Bank Indonesia (2009)

dan penelitian Bank Indonesia (2010) dijadikan referensi karena memiliki

persamaan dalam penggunaan metode yaitu dengan analisis MPE (Metode

Perbandingan Eksponensial) dan Metode Borda. Analisis menggunakan

Metode Perbandingan Exponensial dan Metode Borda bisa digunakan untuk

memperoleh agroindustri unggulan di tingkat Kecamatan dan di tingkat

Kabupaten sebagai bahan untuk pemetaan dan identifikasi potensi agroindustri

Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro.

Hasil penelitian dari Handayani (2007), Rahayu (2007), dan Wardhani

(2011) juga dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini dengan

pertimbangan persamaan metode yang digunakan yaitu analisis SWOT.

Metode analisis SWOT dapat digunakan sebagai perumusan strategi

agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan hasil

penelitian Permana (2011) dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini

karena menggunakan metode analisis yang sama yaitu analisis Value Chain

Map. Dengan analisis Value Chain Map bisa diterapkan untuk mengetahui

rantai nilai agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro.

B. Tinjuan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan

strategis yang terus berkembang secara dinamis yang menjurus pada

liberalisasi perdagangan internasional dan investasi. Menghadapi

perubahan lingkungan strategis tersebut serta untuk memanfaatkan peluang

yang ditimbulkannya, maka pembangunan pertanian lebih difokuskan pada

Page 30: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

komoditas unggulan yang dapat bersaing di pasar domestik maupun

internasional (Daniel, 2002).

Menurut Syafaat et al., (2004) tujuan akhir pembangunan pertanian

ada enam, sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas produksi pertanian

2. Mengentaskan kemiskinan di sektor pertanian dan wilayah pedesaan

3. Meningkatkan pendapatan rumah tangga petani

4. Memantapkan ketahanan pangan baik di tingkat rumah tangga maupun

nasional

5. Meningkatkan kapasitas penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

6. Meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap devisa Negara.

2. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. pengertian lebih luas lagi adalah

wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan

mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai

dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk

pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat

istiadat daerah lingkungannya. Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan

dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, serta kemampuan dalam

berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu,

seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter,

fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan

pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip

demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman (Anonim, 2011).

3. Agroindustri

Agroindustri merupakan kegiatan dengan cirri meningkatkan nilai

tambah, menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau

Page 31: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dimakan, meningkatkan daya simpan, dan menambah pendapatan dan

keuntungan produsen. Sifat kegiatannya mampu menciptakan lapangan

pekerjaan, memperbaiki pemerataan pendapatan dan mempunyai kapasitas

yang cukup besar untuk menarik pembangunan sector pertanian

(Tarigan, 2007).

Agroindustri memiliki keunggulan karena (i) berbasis pada potensi

sumberdaya alam dalam negeri, sehingga dapat memulihkan dan memacu

pertumbuhan ekonomi, (ii) industrialisasi sector pertanian dalam rangka

meningkatkan nilai tambah dan daya saing, (iii) sebagai strategi

pemberdayaan ekonomi masyarakat, (iv) sifat sector pertanian bertumpu

pada proses biologis dengan memanfaatkan SDA di pedesaan, (v)

karakteristik sector pertanian sebagai bahan baku industry yakni mudah

rusak dan tergantung pada alam, dan (vi) karakteristik sector industry

memiliki fleksibilitas tinggi (Sadjad,2001).

4. Tunggak Kayu

Tunggak kayu merupakan salah satu limbah dari hasil tebangan

pohon jati. Sebagai bahan limbah, tunggak kayu sebenarnya masih

bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebagi

bahan baku untuk mebel, kerajinan tangan seperti jam dinding, vas bunga,

patung dan perabotan rumah tangga. Bahkan saat ini mebel dan kerajinan

gembol jati sudah diekspor, sehingga nilainya menjadi lebih tinggi.

Tunggak kayu yang diambil untuk mebel mempunyai ciri-ciri

khusus, antara lain: batangnya berukuran minimal tinggi 30 cm diatas

pernukaan tanah dan diameter lebih dari 40 cm, agak kering serta

bentuknya agak unik. Bagian batang yang mempunyai gembol, harganya

lebih tinggi. Akar, dipilih yang kuat, keras dan tak ada pelapukan, serta

bentuknya agak bulat bila untuk meja (Meidiana, 2000).

5. Strategi Pengembangan Agroindustri

Ada beberapa strategi yang digunakan dalam mengembangkan

agroindustri. Berikut ini adalah beberapa strategi yang digunakan dalam

mengembangkan agoindustri:

Page 32: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1. Mengembangkan pertanian yang berorientasi pasar

2. Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang

tinggi.

3. Peningkatan ilmu dan penguasaan teknologi yang bisa mendukung

inovasi.

4. Peningkatan system manajemen informasi dan perluasan pangsa pasar.

5. Kecukupan modal guna pengembangan usaha dan kelanjutan usaha.

6. Terbentuknya organisasi yang mampu menghadapi perubahan

lingkungan dengan cepat dan manajemen yang professional.

7. Adanya budaya cinta produk nasional.

8. Adanya keberpihakan pemerintah terhadap petani

(Anonima,2011).

6. Metode Perbandingan Eksponensial

Metode Perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode

untuk menentukan urutan priortas alternatif keputusan dengan

menggunakan kriteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu

individu dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang

bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.

Metode Perbandingan Eksponensial mempunyai keuntungan dalam

mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang

menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial)

sehingga mengakibatkan urutan prioritas keputusan lebih nyata

(Marimin,2004).

7. Metode Borda

Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan

peringkat (Marimin, 2004). Metode Borda dapat digunakan sebagai analisa

lanjutan dari Metode Perbandingan Eksponensial. Nilai Borda merupakan

akumulasi hasil perkalian antara nilai MPE suatu keputusan dengan nilai

rangking alternatif keputusan yang ada. Nilai Borda menunjukkan

peringkat keputusan yang nyata.

Page 33: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

8. Analisis SWOT

Analisis yang dipakai untuk menyusun factor-faktor strategis

perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Matrik ini data

menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis.

(Rangkuti,2001).

9. Peta Rantai Nilai (Value Chain Map)

Pendekatan Rantai Nilai (Value Chain Approach) merupakan sebuah

pendekatan sekaligius juga alat analisis untuk penguatan (upgrading) daya

saing sebuah sub-sektor atau komoditas unggulan daerah secara

komprehensif. Aplikasi dar instrument ini bersifat partisipasif yang

melibatkan para pelaku yang terkait dalam penciptaan nilai suatu

komoditas sejak dari input hingga tahap konsumsi. Melalui pendekatan

rantai nilai dapat diperoleh strategi dan rencana aksi yang lebih aplikatif

bagi penguat sebuah sub-sektor atau komoditas unggulan, melalui fasilitasi

pembuatan peta rantai nilai (Value Chain Map), analisis rantai nilai (Value

Chain Analysis), formulasi strategi dan rencana aksi upgrading rantai nilai,

serta ketrampilan fasilitas untuk aspek terkait dengan implementasi

penguatan rantai nilai (Fakultas Teknik Industri,2009).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Otonomi daerah merupakan suatu kewenangan yang dimiliki oleh

masing-masing daerah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

daerahnya dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya

otonomi daerah ini maka diharapakan pemerintah setempat menggunakan

kewenangannya untuk memaksimalkan potensi alam maupun sumber daya

yang dimiliki Kabupaten Bojonegoro terutama di sektor pertanian sebagai

sektor penopang perekonomian daerah. Apabila kewenangan itu sudah

dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan daerah dapat tumbuh dengan

mandiri dan tidak tergantung kepada pemerintah pusat. Agroindustri Tunggak

kayu merupakan agroindustri yang mengolah tungga kayu jati menjadi

Page 34: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

barang-barang seperti meja, kursi lemari dan lain sebagainya. Kabupaten

Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang banyak terdapat

agroindustri Tunggak Kayu.

Analisis MPE (Metode Perbandingan Eksponensial) untuk mengetahui

potensi agroindustri Tunggak Kayu setiap kecamatan di Kabupaten

Bojonegoro. Kemudian dilakukan analisis Borda untuk menentukan posisi

agroindustri Tunggak Kayu di tingkat Kabupaten. Analisis SWOT merupakan

analisis selanjutnya yang dilakukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi

kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki oleh agroindustri

Tunggak Kayu. Kemudian dilakukan analisis value chain map secara

derskriptif dengan mengolah data mengenai rantai nilai agroindustri tunggak

kayu kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif yang berisi peran

pemasok agroindustri, peran pengolah agroindutri, peran pemasar agroindutri,

pelaku agroindustri, bentuk produk agroindustri, daya tawar pelaku

agroindustri terhadap harga dan kualitas, harga produk agroindustri,

keuntungan agroindustri, sistem pembayaran agroindustri, metode

pembayaran agroindustri, keinginan atau standar yang disukai pembeli

produk agroindustri dan lembaga pendukung agroindustri.

Bagan kerangka teori pendekatan masalah penelitian ini sebagai

berikut :

Page 35: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

Otonomi Daerah

Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro

Pembangunan Sektor Pertanian

Agroindustri

Potensi AgroindustriTunggak Kayu

Posisi/potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro

Analisis SWOT Analisis Value Chain Map

Strategi pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu

di Kabupaten Bojonegoro Value Chain Map Agroindustri Tunggak Kayu

Pemetaan (Sebaran) Agroindustri ditingkat Kecamatan

Sebaran Agroindustri Tunggak Kayu

Analisis MPE

Posisi (potensi) Tunggak Kayu ditingkat Kecamatan

Analisis Borda

Page 36: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Pembatasan Masalah

1. Responden dalam penelitian ini terdiri dari mantri tani, mantri statistika

dan mantri ekonomi di setiap Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Untuk

memperoleh data Agroindustri dengan berbagai karakteristik

menggunakan criteria yang diadopsi dari Bank Indonesia (2010) yaitu

jumlah unit usaha pelaku agroindustri; jangkauan pemasaran produk

agroindustri; ketersediaan bahan baku/sarana produksi agroindustri; dan

kontribusi agroindustri terhadap perekonomian daerah.

2. Analisis yang dilakukan yaitu identifikasi peta (sebaran) agroindustri

tunggak kayu, analisis MPE, analisis Borda, analisis SWOT, dan analisis

Value Chain Map

E. Asumsi-asumsi

Responden yang terdiri dari mantri tani, mantri statistik dan mantri

ekonomi di setiap Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dianggap mengenali,

dan memiliki perhatian terhadap perkembangan Agroindustri yang ada di

wilayah kecamatannya.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Agroindustri merupakan industri berbahan baku dari hasil pertanian dan

memiliki kegiatan yang saling berhubungan antara produksi, pengolahan,

pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi

produk pertanian.

2. Agroindustri tunggak kayu merupakan usaha pengolahan tunggak kayu

yang merupakan akar dari pohon kayu Jati menjadi berbagai macam

barang seperti meja, kursi, nampan dan barang-barang yang lainnya.

3. Strategi pengembangan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan agroindustri Tunggak Kayu yang sudah ada agar lebih

berkembang

4. Potensi agroindustri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

agroindustri untuk berkembang ke arah yang lebih baik dengan kekuatan

yang ada.

Page 37: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

5. Analisis MPE (Metode Perbandingan Eksponensial) adalah metode yang

digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan

agroindustri ditingkat kecamatan dengan menggunakan beberapa kriteria.

6. Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan

peringkat atau posisi agroindustri tunggak kayu ditingkat Kabupaten

Bojonegoro.

7. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam usaha agroindustri

tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro dan merupakan keunggulan bagi

usaha pengembangan agroindustri.

8. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam usaha

agroindustri tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro dan merupakan

keterbatasan bagi upaya pengembangan agroindustri.

9. Peluang adalah faktor-faktor yang berasal dari luar usaha agroindustri

tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro yang dapat membantu

pelaksanaan pengembangan usaha.

10. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar usaha agroindustri

tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro yang dapat menganggu

pelaksanaan pengembangan usaha.

11. Analisis SWOT adalah suatu alat analisis situasi yang menguji kondisi

internal dan eksternal suatu agroindustri untuk mengidentifikasi kekuatan

(Stength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman

(Threath).

12. Analisis rantai nilai (value chain map) dilakukan secara derskriptif

dengan mengolah data mengenai rantai nilai agroindustri tunggak kayu

kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif yang berisi peran

pemasok agroindustri, peran pengolah agroindutri, peran pemasar

agroindutri, pelaku agroindustri, bentuk produk agroindustri, daya tawar

pelaku agroindustri terhadap harga dan kualitas, harga produk

agroindustri, keuntungan agroindustri, sistem pembayaran agroindustri,

metode pembayaran agroindustri, keinginan atau standar yang disukai

pembeli produk agroindustri dan lembaga pendukung agroindustri.

Page 38: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar adalah metode yang di gunakan sebagai acuan untuk

melaksanakan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu

metode yang memusatkan perhatian dan permasalahan yang ada pada masa

sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan

disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dari penelitian terdahulu.

Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk

penelitian analitis (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Metode pengambilan daerah dilakukan secara purposive, yaitu

pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui

dari daerah penelitian tersebut (Singarimbun, 1995). Daerah penelitian yang

diambil adalah Kabupaten Bojonegoro dengan pertimbangan Provinsi Jawa Timur

memiliki kawasan hutan seluas 1.363.719 ha (Anonimb, 2012). Kabupaten

Bojonegoro memiliki luas wilayah hutan yang luas yaitu 14,96 km2 sehingga

mampu menyediakan bahan baku Agroindustri Tunggak kayu (Anonimc,2012).

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara melakukan deep interview dengan

mantri tani, mantri statistik, dan mantri ekonomi di masing-masing kecamatan

di seluruh Kabupaten Bojonegoro. Data yang di dapatkan tentang agroindustri

dari masing-masing kecamatan berupa jumlah unit usaha, jangkauan atau

kondisi pemasaran, ketersedian bahan baku atau sarana produksi dan

kontribusi agroindustri terhadap perekonomian. Selain itu, dalam penelitian

21

Page 39: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

ini juga dilakukan wawancara dengan pemilik dan pelaku agroindustri

tunggak kayu serta melibatkan Staf Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bojonegoro, Dinas Perindustrian Perdagangan, Kepala BAPPEDA

Kabupaten Bojonegoro. Data yang diperoleh adalah tentang strength

(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan (ancaman)

threats dari agroindustri.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang dihimpun dalam bentuk yang sudah ada

atau sudah jadi serta dapat dipublikasikan data tersebut sudah dikumpulkan

dan diolah lembaga atau perusahaan. Data sekunder diperoleh dari instansi

atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder dari penelitian

ini berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bojonegoro

ADHK 2000 tahun 2007-2010, dan Bojonegoro Dalam Angka 2011. Data

sekunder ini didapat dari BPS Kabupaten Bojonegoro dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode sebagai berikut :

1. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan panduan

berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Data yang

didapat dari wawancara antara lain jenis agroindustri di Kabupaten

Bojonegoro , SWOT dari agroindustri dan peta rantai usaha agroindustri.

2. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan data-data yang

berhubungan dengan penelitian. Data yang diperoleh adalah proses produksi

tunggak kayu.

3. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara

pada daftar pertanyaan dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait

Page 40: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dengan penelitian. Data yang diperoleh adalah hasil wawancara dan data dari

BPS.

E. Metode Analisis Data

1. Identifikasi Peta (Sebaran) Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro

Untuk melakukan identifikasi potensi agroindustri tunggak kayu di

Kabupaten Bojonegoro dilakukan dengan melakukan survei langsung ke

semua kecamatan yang ada di Bojonegoro (27 kecamatan). Teknik survei

dilakukan dengan melakukan depth interview dengan 3 pihak (stake holder)

yang diasumsikan memahami kondisi dan potensi agroindustri disetiap

wilayah kecamatan yaitu mantri statistik, mantri tani dan mantri ekonomi.

Data agroindustri yang diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah sehingga

akan diperoleh peta (sebaran) agroindustri tunggak kayu diseluruh wilayah

Kabupaten Bojonegoro.

2. Identifikasi Potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Tingkat Kecamatan

Dengan Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Metode Perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode

untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan

criteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu individu dalam

pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang

telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Metode perbandingan

eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin

terjadi dalam analisis. Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas

menjadi besar (fungsi eksponensial) sehingga mengakibatkan urutan prioritas

keputusan lebih nyata (Marimin, 2004).

Pemilihan setiap alternatif agroindustri ditetapkan berdasarkan

penelitian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui pertemuan atau

kunjungan ke kecamatan dengan nara sumber yaitu mantri tani, mantri

Page 41: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

ekonomi dan mantri statistika. Kriteria dan bobot yang digunakan dalam

analisis agroindustri di setiap kecamatan yang digunakan untuk menentukan

posisi agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro menggunakan

ketentuan dari Bank Indonesia (2010) sebagai berikut:

a. Jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku agroindustri (nilai bobot 3)

b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditi/produk (nilai bobot

4)

c. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi agroindustri (nilai bobot 3)

d. Kontribusi agroindustri terhadap perekonomian daerah (nilai bobot 8)

Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksimal 5 (lima) agroindustri

unggulan untuk setiap kecamatan. Adapun formulasi analisis Metode

Perbandingan Eksponensial diadopsi dari Marimin (2004) yaitu sebagai

berikut :

Keterangan:

TNi = Total nilai alternatif ke (i)

RKij = Derajat kepentingan relatif criteria ke-j pada pilihan keputusan i

TKKij = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j, TKK > 0 ; bulat

i = 1,2,3…n ; n= Jumlah pilihan keputusan

m = Jumlah Kriteria keputusan

Berdasarkan hasil formulasi Metode Perbandingan Eksponensial di

seluruh kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, maka akan diketahui potensi

agroindustri Tunggak Kayu di setiap kecamatan.

3. Identifikasi potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Tingkat Kabupaten dengan

Analisis Metode Borda.

Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan

peringkat (Marimin, 2004). Metode Borda dapat digunakan sebagai analisa

Total Nilai (TNi) = ∑mj-1 (RKij)TKKj

Page 42: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

lanjutan dari Metode Perbandingan Eksponensial. Nilai Borda menunjukkan

peringkat keputusan yang nyata. Dengan Metode Borda maka akan diketahui

potensi agroindustri Tunggak Kayu tingkat Kabupaten di Kabupaten

Bojonegoro.

Adapun formulasi untuk perhitungan menggunakan metode Borda

adalah sebagai berikut:

Keterangan :

X = Agroindustri X

Nilai MPE = Metode Perbandingan Eksponensial

Nilai rangking = Nilai rangking agroindustri X

Berdasarkan formulasi analisis Metode Borda dapat diketahui potensi

agroindustri Tunggak Kayu ditingkat Kabupaten Bojonegoro.

4. Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro

Strategi pengembangan awal menggunakan analisis SWOT yang

berguna untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri

Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro. Matriks SWOT dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor

eksternal yang dihadapi oleh pelaku agroindustri yang dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Nilai Borda X = Σ (MPE X * Nilai ranking dari alternatif agroindustri)

Page 43: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 3. Matriks SWOT

Strenght (S)

Menentukan 5-10

faktor-faktor kekuatan

internal

Weakness (W)

Menentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan

internal

Opportunities (O)

Menentukan 5-10

faktor-faktor

peluang eksternal

Strategi S-O

Menciptakan strategi

yang menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Menciptakan strategi

yang meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threats (T)

Menentukan 5-10

faktor-faktor

ancaman eksternal

Strategi S-T

Menciptakan strategi

yang menggunakan

kekuatan untuk

mengatasi ancaman

Strategi W-T

Menciptakan strategi

yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2001

Untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri

Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro digunakan analisis Matriks SWOT.

Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu stategi

kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O

strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi

kelemahan-ancaman (W-T strategies).

5. Value Chain Map dari Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro

Untuk analisis rantai nilai (value chain map) dilakukan secara

derskriptif dengan mengolah data mengenai rantai nilai setiap agroindustri

tunggak kayu kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif. Adapun

Page 44: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

analisis value chain map Agroindustri Tunggak Kayu meliputi peran

pemasok, peran pengolah, peran pemasar, pelaku, bentuk produk, daya tawar

pelaku terhadap harga dan kualitas, harga produk, keuntungan, sistem

pembayaran, metode pembayaran, keinginan atau standar yang disukai

pembeli produk dan lembaga pendukung agroindustri.

Page 45: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas wilayah lebih dari 2000 km2.

Kabupaten Bojonegoro terletak pada 6o59’ sampai 7o37’ Lintang Selatan dan

112o25’ sampai 112o09’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten

Bojonegoro yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tuban

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang

Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lamongan

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora.

Kabupaten Bojonegoro memiliki iklim tropis yang hanya mengenal dua

musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk memonitor rata-

rata curah hujan yang jatuh, di Kabupaten Bojonegoro tersedia sebanyak 22

buah stasion penangkar hujan yang tersebar di 22 Kecamatan. Dari pantauan

tersebut, tercatat curah hujan rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 142

mm/tahun, pada tahun 2009 sebanyak 150 mm/tahun dan pada tahun 2010

sebanyak 221 mm/tahun. Dengan jumlah hari hujan rata-rata pada tahun 2008

tercatat 89 hari per tahun, pada tahun 2009 tercatat 92 hari per tahun dan pada

tahun 2010 tercatat 134 hari per tahun.

2. Topografi

Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang

daerah aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah,

sedangkan di bagian selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan

Gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Berdasarkan total keseluruhan wilayah

Kabupaten Bojonegoro, seluas 43.155 ha (18,71%) berada pada ketinggian

lebih kecil dari 25 m, 104.629 (45,35%) dari luas wilayah Kabupaten

28

Page 46: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Bojongoro berada pada ketinggian 25 sampai dengan 99,99 m, luas lahan

dengan ketinggian 100 sampai dengan 499,9 m yaitu seluas 82. 348 ha

(35,69%) dan luas wilayah 574 ha (0,25%) berada pada ketinggian lebih dari

500 m. Luas wilayah dengan kemiringan kurang dari 2% merupakan yang

terluas yaitu 127. 109 ha (55,10%), kemudian dengan kemiringan antara 2

sampai dengan 14,99% yaitu 83.829 ha (36,16%), dan lahan dengan luas

17.312 ha (7,50%) dengan kemiringan 15 sampai dengan 39,99% serta sisanya

2.856 ha (1,24%) kemiringan diatas 40%. Dari wilayah seluas diatas, sebanyak

40,15% merupakan hutan negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah

tercatat sekitar 32,58%.

3. Pemanfaatan Lahan

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga akan

berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan wilayah. Penggunaan

wilayah di Kabupaten Bojonegoro bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan

dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya

mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2010

Jenis Penggunaan Lahan

2008 Presentase (%)

2009 Presentase (%)

2010 Presentase (%)

Sawah Kering Hutan Negara Perkebunan Lain-lain

32,58 22,42 40,15 0,26 4,59

32,58 22,42 40,15 0,26 4,59

32,58 22,42 40,15 0,26 4,59

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011

Lahan di Kabupaten Bojonegoro sebagian besar merupakan hutan Negara.

Presentase luas lahan hutan Negara yang luas memiliki sumber daya kehutanan

yang potensial untuk dikembangkan. Pemanfaatan lahan sawah berada pada

Page 47: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

urutan kedua yaitu sebesar 32,58% pada tahun 2008-2010. Pemanfaatan lahan

kering yaitu sebesar 22,42%. Penggunaan lahan tersempit adalah perkebunan

yaitu hanya 0,26%. Sedangkan untuk lain-lain sebanyak 4,59% dari total

penggunaan lahan. Hutan Negara merupakan tempat bahan baku dari

Agroindustri Tunggak Kayu. Penyediaan bahan baku Agroindustri Tunggak

Kayu dinaungi oleh Perum Perhutani meliputi KPH (Kesatuan Pemangkuan

Hutan) Padangan, KPH Jatirogo, KPH Cepu dan KPH Nganjuk. Luas hutan

Negara di Kabupaten Bojonegoro sebesar 40,15% dari luas wilayah Kabupaten

Bojonegoro dikelola oleh tujuh KPH yaitu KPH Bojonegoro, KPH Padangan,

KPH Parengan, KPH Jatirogo, KPH Ngawi, KPH Saradan dan KPH Cepu

(Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan, 2011).

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun

selalu mengalami perubahan disebabkan adanya kelahiran, kematian, dan

migrasi penduduk. Berikut ini tabel yang menunjukkan perkembangan jumlah

penduduk dari tahun 2008-2010 :

Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2010

No. Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) % 1. 2008 1.241.541 2,39 2. 2009 1.204.664 -2,97 3. 2010 1.209.973 0,44

Rata-rata 1.218.726 -0,14

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2009, 2010, dan 2011

Tabel 5 mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Bojonegoro

menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bojonegoro dari

tahun 2008 sampai tahun 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 penduduk

di Kabupaten Bojonegoro sejumlah 1.241.541 jiwa, namun pada tahun 2009

mengalami penurunan menjadi 1.204.664 jiwa, dan pada tahun 2010 meningkat

menjadi 1.209.973 jiwa. Penduduk merupakan asset pembangunan bila mereka

Page 48: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dapat diberdayakan secara optimal. Pertumbuhan penduduk yang terus

meningkat memiliki dampak kebutuhan akan pekerjaan meningkat pula. Salah

satu peran dari agroindustri adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui perannya dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan

nilai jual suatu komoditas tertentu. Agroindustri Tunggak kayu merupakan

salah satu agroindustri yang menyerap penduduk untuk menjadi tenaga kerja.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk menurut umur dalam suatu masyarakat diperlukan

untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja atau

dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk dengan usia produktif dan

jumlah penduduk dengan usia non produktif. Keadaan penduduk berdasarkan

produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang dimiliki seseorang pada

saat itu, sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Bojonegoro

dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 6. Penduduk Kabupaten Bojonegoro menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Umur (thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT 1. 0-14 281.789 23,29

46 2. 15-64 828.965 68,51 3. ≥65 99.219 8,20

Jumlah 1.209.973 100,00

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011

Tabel 6 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan

(ABT) di Kabupaten Bojonegoro. Jumlah penduduk usia non produktif adalah

381.008 jiwa dan penduduk usia produktif adalah 828.965 jiwa. Angka Beban

Tanggungan penduduk Kabupaten Bojonegoro dapat diketahui melalui rumus

berikut ini :

Page 49: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

ABT = 100Xproduktifusiapenduduk

produktifnonusiapenduduk

SS

ABT = 100 828.965

008.381X

ABT = 45,96 ≈ 46

Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) pada Tabel 6,

dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar 46. Artinya

dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 46 penduduk usia non

produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok non produktif dan

jumlah kelompok produktif berarti semakin besar beban tanggungan bagi

kelompok yang produktif. Agroindustri Tunggak Kayu memerlukan tenaga

kerja dalam usia yang produktif. Sehingga jumlah penduduk produktif yang

tinggi memiliki peluang yang besar dalam pengembangan agroindutri Tunggak

Kayu. Jumlah usia produktifitas yang tinggi dianggap memiliki kemampuan

dan kreatifitas dalam usaha Agroindustri Tunggak Kayu. Agroindustri Tunggak

Kayu membutuhkan tenaga kerja dalam usia produktif yaitu 15-64 tahun

dengan meninjau dari segi tenaga, memiliki skill dan berpengalaman, kreatifitas

yang terus berkembang sehingga produk yang dihasilkan bisa lebih inovatif.

3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk

mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk

laki-kaki dan perempuan. Berikut ini data yang menunjukkan keadaan

penduduk di Kabupaten Bojonegoro menurut jenis kelamin.

Page 50: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Sex Ratio

1 Laki-laki 598.365 49,45 98 2 Perempuan 611.608 50,55

Jumlah 1.209.973 100,00

Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 7, penduduk Kabupaten Bojonegoro berjumlah

1.209.973 jiwa, yang terdiri dari 598.365 penduduk laki-laki dan 611.608

penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersebut, maka dapat dihitung sex

ratio. Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah

penduduk perempuan. Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah penduduk

laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio sama

dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk

perempuan dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki

lebih banyak dari penduduk perempuan. Adapun perhitungan sex ratio adalah

sebagai berikut :

83,97100611.608

598.365100 ==

-= xx

uanudukPerempJumlahPend

lakiudukLakiJumlahPendSexRatio ≈ 98

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar 98,

artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang

penduduk laki-laki. Pelaku agroindustri tidak membedakan antara perempuan

maupun laki-laki karena semuanya memiliki potensi dalam mengembangkan

agroindustri. Semuanya tergantung terhadap masing-masing kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki dari perempuan maupun laki-laki. Agroindustri

tunggak kayu membutuhkan tenaga kerja yang lebih utama berjenis kelamin

laki-laki ditinjau dari segi tenaga tetapi tidak menutup kemungkinan bagi

perempuan.

Page 51: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur

perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian

penduduk di Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro bersifat heterogen.

Adapun keadaan penduduk menurut mata pecaharian Kabupaten Bojonegoro

dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Table 8. Keadaan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010

No. Sektor Perekonomian Jumlah (orang) Persen (%) 1. Pertanian 332.665 47,21 2. Pertambangan 8.680 1,23 3. Industri 45.402 6,44 4. Listrik 9.720 1,38 5. Bangunan 43.790 6,22 6. Perdagangan 129.626 18,39 7. Perhubungan 11.188 1,59 8. Keuangan 9.155 1,30 9. Jasa dan lainnya 114.425 16,24

Jumlah 704.651 100,00

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk

Kabupaten Bojonegoro bekerja pada sektor pertanian yaitu sebesar 47,21%.

Penduduk yang bekerja di sektor pertambangan yaitu sebesar 1,23%, pada

sektor industri sebesar 6,44%, pada sektor listrik sebesar 1,38%, pada sektor

bangunan sebesar 6,22%, pada sektor perdagangan sebesar 18,39%, pada sektor

perhubungan 1,59%, pada sektor keuangan sebesar 1,30%, dan pada sektor jasa

dan lainnya sebesar 16,24%. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat

bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi masyarakat

untuk menggantungkan hidupnya dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-

hari karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kabupaten

Bojonegoro. Sector pertanian memiliki potensi yang bagus bila dikembangkan,

Page 52: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

salah satunya dengan agroindustri. Agroindustri sector pertanian juga bisa

menambah pendapatan masyarakat.

C. Keadaan Perekonomian

1. Struktur Perekonomian

Pemerintahan Daerah Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun terus

berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan

kesejahteraan penduduk Kabupaten Bojonegoro. PDRB merupakan salah satu

variabel untuk melihat kondisi ekonomi suatu wilayah. PDRB didefinisikan

sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga

berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

pada tahun tertentu sebagai dasar, di mana dalam perhitungan ini digunakan

harga tahun 2000.

Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan

untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah. Adapun nilai PDRB

Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 53: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 9. Produk Domestik Regional Bruto Menurut lapangan Usaha Tahun 2007-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bojonegoro (Milyar)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 Rata-rata

Pertanian 1.901.81 2.032.71 2.148.86 1.977.86

Penggalian 1.450.96 1.808.36 2.317.25 1.844.3

Industri Pengolahan 503.42 531.37 587.33 478.18 Listrik dan Air Minum 48.08 50.89 53.29 49.52 Bangunan / Konstruksi 225.62 244.35 270.64 237.73 Perdagangan. Hotel dan Restoran

1.156.63 1.218.19 1.311.24 1.209.61

Angkutan dan Komunikasi 270.29 289.1 301.16 1.118.26

Keuangan. Persewaan. dan Jasa Perusahaan

346.73 363.41 383.08 344.23

Jasa-jasa 697.24 727.2 755.37 746.59

Total 6.600.78 7.265.58 8.128.22 8.006.28

Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2011

Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari kesembilan sector perekonomian

Kabupaten Bojonegoro tersebut, ada tiga sector yang memberikan kontribusi

paling besar terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2008-2010,

yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor perekonomian yang

memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro adalah

sektor listrik dan air bersih. Agroindustri bisa menjadi nilai tambah pendapatan

apabila dikelola secara tepat. Keuntungan yang didapat dari mengelola

agroindustri disetiap sector yang memiliki potensi untuk dikembangkan bisa

menambah pendapatan dari pelaku agroindustri itu sendiri. Pendapatan yang

bertambah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 54: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di

suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian

pendapatan nasional suatu wilayah/negara dengan jumlah penduduk

wilayah/negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB

(Produk Domestic Bruto) per kapita. Pendapatan per kapita sering digunakan

sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara.

Semakin besar pendapatan per kapitanya semakin makmur negara tersebut.

Pendapatan per kapita Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 hingga 2010 atas

dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp. 5.488.749,00; Rp. 6.023.613 dan

Rp. 6.717.698. Pendapatan per kapita tersebut dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan.

D. Keadaan Pertanian

Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor

pertanian karena sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian

sebagai petani, selain itu pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk

menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada

pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah

lainnya. Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi

kebutuhan pangan. Berikut adalah keadaan luas panen dan produksi tanaman

padi dan palawija di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

Page 55: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010

No. Tanaman Luas Panen (Ha) Rata-Rata Produksi (Ton/Tahun)

1. Padi 147.411 888.315 2. Jagung 44.640 194.745 3. Ubi kayu 3.398 68.752 4. Ubi jalar 148 2.140 5. Kedelai 16.216 17.756 6. Kacang Tanah 2.104 2.447 7. Kacang Hijau 6.299 5.495

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui komoditas pertanian padi dan

palawija yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro adalah padi, jagung, ubi

kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Padi merupakan

komoditas pertanian dengan luasan panen terbesar pertama dengan luas

147.411 Ha dan rata-rata produksi sebesar 888.315 ton/tahun. Komoditas

dengan luasan panen terbesar kedua yaitu jagung dengan luas 44.640 Ha dan

rata-rata produksi sebesar 194.745 ton/tahun. Komoditas dengan luasan panen

terbesar ketiga yaitu kedelai dengan luas 16.216 Ha dan rata-rata produksi

17.756 ton/tahun. Komoditas dengan luasan panen terbesar berikutnya yaitu

ubi kayu, kacang hijau, kacang tanah, dan ubi jalar dengan luasan panen

masing-masing seluas 3.398 Ha, 6.299 Ha, 2.104 Ha, dan 148 Ha. Rata-rata

hasil produksi masing-masing komoditas yaitu ubi kayu sebanyak 68.752

ton/tahun, kacang hijau sebanyak 5.495 ton/tahun, kacang tanah sebanyak

2.447 ton/tahun, dan ubi jalar sebanyak 2.140 ton/tahun.

Wilayah hutan yang ada di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari hutan

Negara dengan luas 98.588,5 ha (42,73%) dari luas wilayah kabupaten

Bojonegoro dan hutan rakyat dengan luas 27.696,0 ha (12,00%). Hutan

Negara yang ada di kabupaten Bojonegoro dikelola oleh 7 (tujuh) KPH

(Kesatuan Pemangkuan Hutan) dan hutan rakyat dikelola oleh masyarakat.

Page 56: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berikut adalah rincian pengelola hutan Negara dan hutan rakyat di kabupaten

Bojonegoro.

Tabel 11. Luas Hutan Negara di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011.

No. Wilayah KPH Luas (Ha)

1. KPH Bojonegoro (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim)

50.145,4

2. KPH Padangan (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 27.830,6 3. KPH Parengan (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 2.763,3 4. KPH Jatirogo (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 1.573,0 5. KPH Ngawi (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 2.334,3 6. KPH Saradan (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 7.992,8 7. KPH Cepu (wilayah Perum Peruhutani Unit I Jateng) 5.949,1

Sumber: Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan 2011 Tabel 12. Luas Hutan Rakyat di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011.

No. Wilayah KPH Luas (Ha)

1. Swadana 1.069,0 2. Reboisasi Tahun 2002 61,0 3. Reboisasi Tahun 2003 8.070,0 4. Reboisasi Tahun 2004 2.000,0 5. Reboisasi Tahun 2005 1.000,0 6. Reboisasi Tahun 2006 750,0 7. 8. 9. 10. 11.

Reboisasi Tahun 2007 Reboisasi Tahun 2008 Reboisasi Tahun 2009 Reboisasi Tahun 2010 Reboisasi Tahun 2011

2.900,0 592,0

2.861,0 5.094,0 3.299,0

Sumber: Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan 2011

Page 57: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan Agroindustri Tunggak Kayu Di Kabupaten Bojonegoro

Pemetaan agroindustri merupakan peta yang menggambarkan

keberadaan suatu agroindustri pelaku agroindustri, bentuk dari produk

agroindustri, harga produk dan lembaga pendukung agroindustri. Pemetaan

dapat diartikan sebagai gambaran potensi dari suatu unit bisnis atau usaha

dalam suatu wilayah. Selain itu juga bisa menunjukkan produk komoditas

unggulan di wilayah bersangkutan. Dalam proses pemetaan, pengumpulan

data merupakan proses yang sangat menentukan keberhasilan proses

pemetaan.

Berdasarkan pengumpulan data dari seluruh Kecamatan yang ada di

Kabupaten Bojonegoro (27 kecamatan) didapatkan data bahwa Agroindustri

tunggak kayu berada di Kecamatan Margomulyo. Identifikasi posisi

agroindustri tunggak kayu tingkat kecamatan di Kabupaten Bojonegoro

melalui Metode Perbandingan Eksponensial adalah sebagai berikut :

Total Nilai (TNi) = ∑mj-1 (RKij)TKKij

Total Nilai (TNi) = (8)3 + (8,67)4 + (7)3 + (7,67)8

Total Nilai (TNi) = 11.942.327

Bobot yang diberikan untuk masing-masing agroindustri berbeda-beda

yaitu untuk kriteria tentang jumlah unit usaha atau rumah tangga pelaku

agroindustri diberi nilai bobot 3, kriteria tentang pasar tentang jangkauan

pemasaran komoditi atau produk diberi nilai bobot 4, kriteria tentang

ketersediaan bahan baku usaha atau sarana produksi agroindustri diberi nilai

bobot 3 dan criteria tentang kontribusi agroindustri terhadap perekonomian

daerah diberi nilai bobot 8. Kriteria dari masing-masing agroindustri diberi

nilai skor yang berbeda-beda dari setiap responden. Nilai yang didapat dari

ketiga responden untuk masing-masing kriteria akan diambil nilai rata-ratanya

40

Page 58: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kemudian dipangkatkan bobot yang berbeda-beda sesuai dengan kriterianya

dan dihasilkan nilai MPE. Dari nilai MPE inilah akan didapat posisi

agroindustri di masing-masing kecamatan.

Agroindustri yang ada di Kecamatan Margomulyo antara lain sebagai

berikut:

Tabel 13. Peringkat Agroindustri Unggulan di Kecamatan Margomulyo

No. Komoditas/Produk Peringkat Nilai MPE

1 Kerajinan Tunggak Kayu

1 11.942.327

2 Tempe/tahu 2 391.500 3 Olahan singkong 3 391.315 4 Walangan 4 225.908 5 Marning 5 225.733

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Produk agroindustri unggulan pertama di Kecamatan Margomulyo

yaitu kerajinan tunggak kayu karena meningkatkan perekonomian setempat,

sudah mempunyai pasar, tenaga kerja tersedia, namun modal yang dimiliki

pengrajin masih lemah. Urutan kedua yaitu tempe/tahu. Bahan baku

agroindustri tempe/tahu tersedia dan dibutuhkan masyarakat setiap hari.

Kelemahan dari usaha ini yaitu pemasarannya masih lokal, dan masih

menggunakan peralatan sederhana Urutan ketiga yaitu agroindustri olahan

singkong. Agroindustri olahan singkong bahan bakunya mudah didapat dan

berproduksi setiap hari, namun masih menggunakan peralatan sederhana.

Agroindustri urutan keempat yaitu walangan. Bahan baku agroindustri

walangan tersedia, pembuatan mudah, dan ada permintaan. Agroindustri

urutan kelima yaitu marning. Agroindustri marning bahan bakunya mudah

didapat dan pembuatannya mudah. Kelemahan dari kedua usaha ini yaitu

modal yang dimiliki pengrajin lemah.

Kecamatan Margomulyo merupakan sentra dari kerajinan Tunggak

Kayu yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan Margomulyo terdiri

Page 59: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dari enam desa yaitu desa Ngelo, Kalangan,Margomulyo, Sumberjo, Meduri

dan Geneng. Desa Geneng merupakan desa yang memiliki jumlah pelaku

ataupun pemilik agroindustri Tunggak kayu yaitu sebanyak 52 unit usaha

agroindustri tunggak kayu dengan jumlah tenaga kerja 217 orang. Desa

lainnya yaitu Desa Sumberjo memiliki unit agroindustri sebanyak 5 unit usaha

dengan jumlah tenaga kerjanya 26 orang, untuk Desa Meduri memiliki 6 unit

usaha agroindustri tunggak kayu dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 32

orang (Margomulyo Dalam Angka,2011).

Desa Geneng merupakan sentra kerajinan berbahan baku “gembol”

atau tunggak (akar kayu jati). Jumlah pengerajin yang ada di Desa Geneng

Kecamatan Margomulyo sebanyak 35 pengrajin dan 10 unit usaha yang telah

memasarkan secara ekspor. Kebutuhan bahan baku sebanyak 750 tunggak per

hari. Bahan baku berasal dari pembelian dari Perum Perhutani KPH (Kesatuan

Pemangkuan Hutan) Padangan, KPH Jatirogo, KPH Cepu dan KPH Nganjuk

melalui ijin pemanfaatan atau pengembalian yang ditetapkan dengan

memperhatikan azas kelestarian dan konservasi. Pasar utama kerajinan

Tunggak Kayu adalah Bali, Yogyakarta, Magelang, Bogor, Sukabumi.

Disamping itu juga diekspor ke USA, Kanada, Brunai Darusallam dan

Malaysia dengan rata-rata ekspor 350 buah per 3 (tiga) bulan (Selayang

Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan, 2011).

B. Posisi Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro

Posisi agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro dapat

diketahui dengan menggunakan Metode Borda. Adapun hasil dari analisis

Borda yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

NilaiBorda X = ∑ (MPE X * Nilai ranking dari alternatif agroindustri)

NilaiBorda X = ((11,942,327)*5 + (0)*5 + (0)*5 )

NilaiBorda X = 59711635

Page 60: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 14. Agroindustri Unggulan Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan Analisis Borda

No Komoditi Nilai Borda 1 Tempe/tahu 177.545.467 2 Mebel 78.445.472 3 Tampar pisang 69.725.645 4 Olahan singkong 64.866.912 5 Tunggak Kayu 59.711.635 6 Ledre 50.140.334 7 Tembakau rajangan 42.461.932 8 Kerajinan pelepah pisang 41.825.060 9 Bubut kayu 28.843.431

10 Keripik pisang 27.495.804

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan hasil analisis Borda teridentifikasi bahwa 10 besar

agroindustri unggulan di Bojonegoro adalah tempe/tahu, mebel, tampar

pisang, olahan singkong, tunggak kayu, ledre, tembakau rajangan, kerajinan

pelepah pisang, bubut kayu, dan keripik pisang. Pada Tabel 14, dapat

diketahui bahwa agroindustri Tunggak Kayu menduduki posisi atau peringkat

ke-5 dengan sentra agroindustri di Kecamatan Margomulyo. Meskipun tidak

merata di banyak kecamatan, namun nilai produksi Tunggak Kayu mampu

memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi perekonomian. Produk

tunggak Kayu antara lain seperti Bola, tempat buah, guci, meja kursi, almari

unik dan berbagai macam kerajinan dengan berbagai bentuk. Pasar Tunggak

Kayu telah meluas mulai dari lokal, Bali, Yogyakarta, Magelang, Bogor,

Sukabumi bahkan sampai keluar negeri seperti USA, Kanada, Brunai

Darusallam dan Malaysia.

C. Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro

Strategi pengembangan agorindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro dapat ditentukan dengan melakukan analisis SWOT dengan

menggunakan matriks SWOT. Beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan

Page 61: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

ancaman yang ada dijelaskan kemudian dianalisis sehingga tercipta strategi S-

O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T sebagaimana dijelaskan pada

tabel berikut.

Tabel 15. Matriks SWOT Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro

Strenghts/kekuatan

1) Kreatifitas pengrajin terus berkembang

2) Produk-produk yang dihasilkan inovatif

3) Kontinyuitas produksi 4) Kualitas produk baik 5) Tenaga kerja cukup

terampil dan jumlahnya cukup

Weakness/kelemahan

1) Kondisi permodalan yang lemah

2) Lokasi sentra jauh dari pusat kota dan kondisi jalan menuju lokasi tidak bagus

3) Manajemen keuangan yang kurang baik.

4) Teknologi yang dipakai masih manual.

Opportunities/ peluang

1) Jangkauan pasar yang luas (lokal dan ekspor)

2) Ada kegiatan pembinaan dan pengembangan industry dari Desperindag

3) Bahan baku tersedia. 4) Harga jual yang

menguntungkan. 5) Life style konsumen

terhadap kerajinan meningkat minatnya.

Strategi S-O a) Mengembangkan

produk dari segi jumlah dan bentuk produk yang akan dipasarkan. (S1,S2,S3,S4,O1,O3,O4,O5)

Strategi W-O a) Ikut bergabung dengan

lembaga pinjaman modal yang sudah dibentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama). (W1,O2)

b) Menerapkan hasil pembinaan dan pengembangan industry dari desperindag agar agroindustri berkembang. (W3,W4,O2,O4,O5)

Threats/ancaman

1) Ketidakstabilan situasi politik, keamanan dan ekonomi

2) Persaingan dengan wilayah lain luar kabupaten.

Strategi S-T a) Menjaga kestabilan

produksi untuk memenuhi permintaan pasar. (S2,S3,S4,T2)

Strategi W-T a) Melakukan promosi produk

agroindustri tunggak kayu unggulan dan terus berinovatif. (W2,T2)

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Page 62: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Berdasarkan matriks SWOT pada Tabel 13 tersebut terdapat kekuatan,

kelemahan peluang dan ancaman yang ada dalam agroindustri tunggak kayu.

Kekuatan dari agroindustri tunggak kayu meliputi kreatifitas pengrajin terus

berkembang hal ini terjadi karena perkembangan jaman yang semakin modern

sehingga kreatifitas harus terus dikembangkan. Produk-produk yang

dihasilkan harus inovatif agar sesuai dengan keinginan konsumen yang terus

berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman, konsumen juga

menginginkan produk yang beda dengan yang lain seperti yang unik dan yang

bermodel baru. Produksi agroindustri tunggak kayu terus menerus

berkelanjutan untuk jumlahnya saja yang berbeda-beda setiap bulannya

namun tetap selalu berproduksi. Produk agroindustri tunggak kayu yang

berasal dari Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro memang sudah

terkenal memiliki kualitas yang bagus dari segi bahan baku maupun dalam

proses pengerjaannya. Tenaga kerja berasal dari masyarakat Kecamatan

Margomulyo sendiri karena memiliki ketrampilan yang turun-temurun dan

jumlahnya cukup.

Kelemahan dari agroindustri tunggak kayu antara lain adalah kondisi

permodalan yang lemah, lokasi sentra yang jauh dari pusat kota dan kondisi

akses jalan menuju lokasi tidak bagus, manajemen keuangan yang kurang

baik dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Permodalan yang lemah

karena banyak pemilik agroindustri tunggak kayu yang tidak bergabung

dengan lembaga pinjaman modal yang sudah dibentuk karena masalah

pembayaran angsuran. Manajemen keuangan yang kurang baik juga membuat

kondisi permodalan semakin lemah. Para pelaku dan pemilik agroindustri

kurang bisa mengelola manajemen keuangan karena memang minimnya ilmu

tentang manajemen keuangan yang dimiliki. Lokasi sentra dari agroindustri

tunggak kayu berada di Kecamatan Margomulyo yang terletak disebalah

selatan pusat pemerintahan Kabupaten Bojonegoro.untuk menuju lokasi akses

jalan yang dilalui sebagian besar rusak dan bergelombang melewati daerah

Page 63: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

hutan. Jauh dari pusat kota karena memang secara geografis lebih dekat

dengan Kabupaten Ngawi. Teknologi yang digunakan masih sederhana karena

memang produk yang diproses tidak seperti produk pabrikan yang semuanya

dikerjakan oleh mesin.

Agroindustri tunggak kayu memiliki beberapa peluang yang ada

seperti jangkauan pasar yang dimiliki luas meliputi pasar lokal maupun pasar

ekspor, selain itu juga ada kegiatan pembinaan dan pengembangan industry

dari Desperindag, bahan baku agroindustri tunggak kayu di Kecamatan

Margomulyo tersedia ditinjau dari daerah kehutanan yang berada di

Kecamatan Margomulyo, dan harga jual dari produk agroindustri sangat

menguntungkan ditunjang dengan life style konsumen. Ada beberapa

berubahan perilaku konsumen seperti konsumen sekarang ini banyak yang

mementingkan nilai seni suatu barang jadi konsumen mau mengeluarkan

biaya lebih tinggi untuk memenuhinya. Selain nilai seni ada juga beberapa

pertimbangan yang dipakai konsumen dalam memilih produk yang diinginkan

seperti kualitas dan bentuk yang unik. Desperindag yang melakukan

pembinaan dan pengembangan industry memiliki tujuan untuk

mengembangkan agroindustri tunggak kayu. Pengembangan agroindutri

tunggak kayu untuk memenuhi permintaan pasar yang luas dari lokal hingga

ekspor. Ancaman yang ada dalam agroindustri tunggak kayu antara lain

ketidakstabilan situasi politik, keamanan dan ekonomi merupakan hal yang

tidak bisa diterawang kapan terjadinya sehingga diperlukan kesigapan apabila

hal tersebut terjadi dan persaingan dengan wilayah lain luar kabupaten.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang ada

dalam agroindustri tunggak kayu maka dapat dirumuskan lima strategi

alternative pengembangan agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten

Bojonegoro. Kelima strategi tersebut yaitu :

1. Mengembangkan produk dari segi jumlah dan bentuk produk yang akan

dipasarkan.

Page 64: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Kerajinan tunggak kayu merupakan kerajinan yang berbahan baku

akar pohon jati. Agroindustri ini banyak ditemui di Kecamatan Margomulyo

yang memiliki kawasan hutan yang luas yaitu 10,0894 Ha sehingga mampu

menyediakan bahan baku untuk agroindustri tunggak kayu ini. Kreatifitas

pengrajin harus terus berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga

jumlah dan bentuk produk bisa berkembang sesuai dengan permintaan pasar.

Produk yang sudah dihasilkan sudah inovatif karena pengrajin mau

mengembangkan kreatifitasnya. Kegiatan produksi yang dilakukan sudah

kontinyu dengan kualitas produk yang baik. Agroindustri tunggak kayu

sudah memiliki jangkauan pasar yang luas meliputi lokal dan ekspor

sehingga jumlah dan bentuk produk perlu dikembangkan oleh pemilik

agroindustri. Bahan baku yang tersedia merupakan peluang yang bisa

dimanfaatkan dalam memenuhi permintaan pasar dan harga jual dari

kerajinan tunggak kayu juga menguntungkan. Konsumen memiliki

permintaan produk yang beraneka ragam dengan kreatifitas dan produk-

produk yang inovatif maka pemilik dari agroindustri tunggak kayu bisa

memenuhi permintaan konsumen. Konsumen memiliki keinginan yang

beragam dalam pemilihan suatu produk kerajinan sehingga konsumen mau

mengeluarkan biaya yang lebih untuk mendapatkan produk kerajinan yang

diinginkan. Dengan kekuatan dan peluang yang dimiliki maka diperlukan

rumusan strategi alternative.

Strategi alternative yang dapat dirumuskan adalah mengembangkan

produk dari segi jumlah dan bentuk produk yang akan dipasarkan.

Pengembangan produk-produk juga menunjang pendapatan yang akan

diterima oleh pemilik agroindustri tunggak kayu. Pasar yang luas bisa

meningkatkan jumlah konsumen sehingga pendapatan dari pemilik

agroindustri tunggak kayu bisa bertambah. Pengembangan jumlah dan

bentuk produk diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dari

agroindustri tunggak kayu yang luas. Kreatifitas yang terus dikembangkan

Page 65: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

akan menghasilkan produk yang inovatif sehingga jumlah dan bentuk produk

yang dihasilkan juga akan berkembang. Produksi yang kontinyu dan

memiliki kualitas yang bagus ditunjang dengan ada kegiatan pembinaan dari

Desperindag, bahan baku tersedia, harga jual yang menguntungkan dan life

style konsumen yang meningkat terhadap kerajinan maka strategi yang

dirumuskan bisa untuk memenuhi permintaan konsumen. Strategi tersebut

diharapkan bisa memperkuat kekuatan yang sudah ada dan peluang yang ada

bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.

2. Ikut bergabung dengan lembaga pinjaman modal yang sudah dibentuk

KUB (Kelompok Usaha Bersama).

Kelemahan dari para pemilik dan pelaku agroindustri tunggak kayu

adalah kondisi permodalan yang lemah padahal agroindustri tunggak kayu ini

memiliki peluang dari Disperindag dengan adanya kegiatan pembinaan dan

pengembangan industry yang sudah membentuk KUB (Kelompok Usaha

Bersama). Anggota dari KUB hanya beberapa saja dari semua jumlah

pengrajin yang ada. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan

tentang manajemen keuangan, dan informasi tentang pembayaran angsuran

serta tata cara menjadi anggota KUB. Tanpa adanya modal maka proses

produksi akan terhambat sehingga pemilik agroindustri tunggak kayu tidak

bisa memenuhi permintaan pasar. Hal ini sangat disayangkan sekali apabila

agroindustri ini tidak bisa berjalan dan berproduksi lagi dengan peluang-

peluang yang sangat menguntungkan sehingga perlu strategi yaitu pemilik

agroindustri tunggak kayu ikut bergabung dengan lembaga pemberi pinjaman

modal yang sudah terbentuk (KUB). Lembaga pemberi pinjaman modal

(KUB) diharapkan bisa membantu mendapatkan modal sehingga pemilik

agroindustri bisa terus berproduksi memenuhi permintaan konsumen.

Peluang yang ada diharapkan bisa memberikan keuntungan yang maksimal

jika dikelola dengan baik pula. Pemilik agroindustri tunggak kayu harus

pandai-pandai dalam mengelola modal yang sudah didapatkan agar tetap

Page 66: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

terus bisa berproduksi, tidak kekurangan modal lagi dan dapat memenuhi

permintaan pasar.

3. Menerapkan hasil pembinaan dan pengembangan industry dari

Desperindag agar agroindustri berkembang.

Pelaku dan pemilik agroindustri tunggak kayu memiliki Kelemahan

yaitu manajemen keuangan yang dimiliki kurang baik dan teknologi yang

dipakai masih manual dan peluang yaitu ada kegiatan pembinaan dan

pengembangan industry dari Desperindag dan harga jual menguntungkan

ditunjang dengan life style konsumen. Dengan manajemen keuangan yang

kurang baik maka akan timbul masalah dalam pengelolaan keuangan di

agroindustri tunggak kayu. Teknologi yang masih manual membuat lambat

proses produksi dalam memenuhi permintaan pasar. Desperindag melakukan

pembinaan dengan mengadakan penyuluhan usaha dan pembentukan KUB

(Kelompok Usaha Bersama). Pembinaan yang dilakukan dari Desperindag

berupa pelatihan tentang pembukuan keuangan karena sebagian besar dari

pemilik agroindustri tunggak kayu tidak melakukan pembukuan keuangan

sehingga manajemen keuangan tidak tertata dengan baik. Strategi alternative

yang bisa dirumuskan berdasarkan kelemahan dan peluang yang dimiliki

agroindustri tunggak kayu adalah menerapkan hasil pembinaan dan

pengembangan industry dari Desperindag agar agroindustri berkembang.

Strategi alternative yang dirumuskan dapat membantu pelaku dan

pemilik agroindustri. Melalui pembinaan dan pengembangan dalam bidang

manajemen keuangan industry diharapkan pelaku dan pemilik agroindutri

lebih bisa mengatur manajemen keuangan agar lebih tertata menjadi lebih

baik dari sebelumnya. Pembinaan dan pengembangan industry yang

dilakukan oleh desperindag dalam bidang manajemen keuangan selain bisa

mengatasi masalah manajemen keuangan yang dialami oleh pemilik

agroindustri tunggak kayu juga dapat membantu pemilik agroindustri

tunggak kayu dalam mengelola keuangan agroindustri tunggak kayu seperti

Page 67: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dalam hal pembukuaan. Dengan tertatanya manajemen keuangan maka

diharapkan bisa memilih penggunaan teknologi yang tepat guna sehingga

memberikan kontribusi terhadap agroindustri tunggak kayu.

4. Menjaga kestabilan produksi untuk memenuhi permintaan pasar.

Produk-produk yang dihasilkan inovatif, kontinyuitas produksi dan

kualitas produksi baik merupakan kekuatan yang dimiliki oleh agroindustri

tunggak kayu. Sedangkan, ancaman agroindustri tunggak kayu adalah

persaingan dengan wilayah lain di luar kabupaten. Produksi tunggak kayu

kontinyu namun jumlah produksinya yang mengalami fluktuatif. Produk

yang dihasilkan tidak hanya dipasarkan secara lokal namun juga dipasarkan

secara ekspor ke luar negeri. Produksi dari agroindustri tunggak kayu setiap

bulannya dalam setiap tahun tidak sama namun ada perbedaan ketika ada

moment Hari Raya, natal dan tahun baru. Ketika hari raya, natal dan tahun

baru permintaan akan meningkat dari bulan-bulan biasanya. Oleh karena itu

dirumuskan strategi alternative yaitu menjaga kestabilan produksi untuk

memenuhi permintaan pasar.

Pesaing dari wilayah lain tentu terus melakukan proses produksi.

Agar tidak kehilangan konsumen karena tidak ada produk yang diproduksi

maka harus tetap menjaga kestabilan produksi sesuai permintaan pasar

sehingga konsumen tidak membeli produk dari wilayah lain yang merupakan

pesaing. Kestabilan jumlah produksi dirasa penting untuk dijaga agar

permintaan pasar tetap terpenuhi. Jika tidak berproduksi maka tidak ada

penghasilan yang didapatkan. Menjaga kestabilan produksi untuk memenuhi

permintaan pasar dengan cara menimbun produk atau bahan baku produk

untuk persediaan ketika permintaan meningkat. Penimbunan dilakukan

ketika pada bulan-bulan biasa permintaan masih bisa terpenuhi mengingat

bahan baku dan produk tidak mengalami kerusakan. Kekuatan yang dimiliki

harus bisa mengatasi ancaman yang ada dalam agroindustri tunggak kayu.

Page 68: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

5. Melakukan promosi produk agroindustri tunggak kayu unggulan dan terus

berinovatif.

Lokasi sentra yang jauh dari pusat kota dan kondisi akses jalan

menuju lokasi yang tidak bagus merupakan kelemahan yang dimiliki oleh

agroindustri tunggak kayu. Ancamannya adalah persaingan dengan wilayah

lain luar kabupaten. Pesaing dari luar kabupaten seperti dari Kabupaten

Ngawi memiliki lokasi penjualan produk agroindustri tunggak kayu yang

berada dipinggir jalan raya yang akses jalannya jauh lebih baik. Promosi

yang selama ini dilakukan hanya sebatas memajnag hasil kerajinan di rumah

tempat berjualan saja. Promosi yang dilakukan sangat minim sehingga

diperlukan inovasi dalam promosi produk agroindustri tunggak kayu.

Sehingga jika promosi yang dilakukan pemilik agroindustri kurang tepat

sasaran maka akan kehilangan konsumen. Promosi bisa dilakukan dengan

menggunakan media komunikasi internet. Namun, promosi melalui media

komunikasi seperti internet tidak dilakukan oleh pelaku dan pemilik

agroindustri tunggak kayu karena minimnya pengetahuan yang dimiliki.

Pemilik agroindustri tunggak kayu tidak memiliki media promosi berupa

website namun agen sudah memiliki website tentang penjualan produk

agroindustri tunggak kayu yang menjadi sasaran adalah konsumen dari

wilayah yang jauh dan konsumen dari luar negeri. Dengan kelemahan dan

ancaman tersebut dapat dirumuskan strategi alternative yaitu melakukan

promosi produk agroindustri tunggak kayu unggulan dan terus berinovatif.

Promosi merupakan suatu usaha agar produk yang dihasilkan bisa

dikenal secara luas kedaerah lainnya dan disisi lain agar konsumen juga bisa

mengenal produk dan asal produk tersebut. Dengan promosi maka konsumen

akan lebih mengenal tentang produk-produk yang diproduksi oleh pelaku dan

pemilik agroindustri tunggak kayu. Diharapkan dengan promosi bisa

meningkatkan minat konsumen untuk membeli produk agroindustri tunggak

kayu sehingga pendapatan pemilik dan pelaku agroindustri tunggak kayu

Page 69: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

akan meningkat. Inovasi dalam promosi bisa berupa mengikuti pameran-

pameran, penggunaan website, pembuatan katalog promosi dan brosur.

Promosi atau pengenalan produk bisa dilakukan dengan cara mengikuti

pameran-pameran tahunan dalam rangka HUT yang biasa diadakan oleh

Kabupaten setempat secara lokal maupun Nasional seperti pameran dalam

rangka HUT Republik Indonesia, HUT Kabupaten Bojonegoro, HUT

Provinsi Jawa Timur, Pameran Kerajinan Kabupaten Bojonegoro, Pameran

Kerajinan Provinsi Jawa Timur agar produk lebih dikenal dan bisa

berkembang. Kerjasama dengan toko-toko mebel juga merupakan sarana

promosi yang bisa membuat agroindustri lebih berkembang. Promosi melalui

media internet dengan memiliki website bisa membuat pelaku dan pemilik

agroindustri lebih dekat dengan konsumen. Komunikasi antara konsumen

bisa terjadi jika ada promosi yang dilakukan dengan media internet. Inovasi

dalam promosi bisa membantu pemilik agroindustri tunggak kayu dalam

meraih keuntungan yang lebih banyak lagi. Wilayah lain yang juga memiliki

agroindustri tunggak kayu merupakan salah satu pesaing maka dengan

promosi diharapkan bisa menonjolkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki

atau ciri-ciri khas dari Kabupaten Bojonegoro sehingga konsumen lebih

tertarik melalui promosi tersebut.

D. Peta Rantai Usaha Agroindustri Tunggak Kayu Di Kabupaten

Bojonegoro

Peta rantai usaha agroindustri tunggak kayu diperoleh dari data primer

hasil wawancara dengan responden. Data yang didapatkan adalah hubungan

antara pemasok, pengolah dan pemasar dari agroindutri tunggak kayu yang

tersaji dalam gambar berikut ini.

Perum perhutani

Pengrajin tunggak kayu

Agen lokal dan agen ekspor

konsumen

Page 70: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Keterangan:

: Alur pembayaran

: Alur tunggak kayu

Gambar 3. Value Chain Map Agroindustri Tunggak Kayu.

Rantai nilai pada agroindustri tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro

dimulai dari Perum perhutani yang merupakan pemasok bahan baku dari

agroindustri tunggak kayu. Pengrajin tunggak kayu berperan sebagai pengolah

tunggak kayu menjadi kerajinan dan pemasar dari hasil agroindustri tunggak

kayu. Selain dipasarkan sendiri oleh pemilik agroindustri tunggak kayu, hasil

dari agroindustri tunggak kayu juga diambil oleh agen lokal maupun agen

ekspor yang akhirnya sampai ke konsumen. Data lengkap dari value chain

map disajikan pada tabel berikut :

Page 71: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 16. Peta Rantai Nilai Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro

Peran Pemasok Pengolah Pemasar 1

Pemasar 2

Pelaku Perum Perhutani

pengrajin pengrajin Agen Lokal, agen ekspor

Bentuk Produk akar sofa, bola tunggak, meja, tempat buah, nampan

sofa, bola tunggak, meja, tempat buah, nampan

sofa, bola tunggak, meja, tempat buah, nampan

Kemudahan menjual produk

sangat mudah

sangat mudah

sangat mudah

sangat mudah

Daya tawar harga dan kualitas terhadap pembeli (lbh kuat, seimbang, lbh lemah)

lemah kuat kuat kuat

Harga produk (Rp.) 250.000-500.000/ tunggak

350.000-15.000.000/ kerajinan

350.000-15.000.000/ kerajinan

750.000-45.000.000/ kerajinan

Keuntungan 100% 100-200% 100-200% 100-200% Sistem Pembayaran (tunai, tempo, ijon)

tunai tunai tunai tunai

Metode pembayaran (konvensional, bank)

konvensional

konvensional

konvensional

konvensional

Keinginan/Standar yang disukai pembeli

tua unik unik unik

Lembaga Pendukung Usaha

KUB KUB

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012

Peta rantai usaha dari agroindustri Tunggak Kayu dimulai dari

pemasok yang menyediakan bahan baku berupa akar jati yaitu Perum

Perhutani. Dimana Perum Perhutani yang menjadi pemasoknya antara lain

KPH Padangan, KPH Jatirogo, KPH Cepu dan KPH Nganjuk. Daya tawar

harga dan kualitas antara Perum Perhutani terhadap pembeli adalah lemah.

Daya tawar yang lemah karena bahan baku dari agroindustri tunggak kayu ini

merupakan limbah sehingga harga yang diberikan oleh pemasok rendah.

Harga bahan baku produk yang berupa akar jati berkisar antara Rp 250.000

Page 72: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

hingga Rp 500.000/tunggak. Keuntungan yang diperoleh pemasok dari hasil

penjualan tunggak kayu yaitu 100%. Sistem pembayaran yang digunakan

adalah tunai dengan metode pembayaran secara konvensional. Keinginan/

standar yang disukai pembeli adalah kayu yang tua karena dengan kayu yang

tua akarnya lebih besar dan bentuknya unik. Pengolah tunggak kayu ini yaitu

pengrajin dengan produk yang dihasilkan berupa sofa, bola tunggak, meja,

kursi, tempat buah, nampan, dan lain-lain. Kemudahan menjual produk yaitu

sangat mudah karena sudah mempunyai pasar yang luas dan sudah memiliki

pelanggan. Daya tawar harga dan kualitas antara pengrajin terhadap pembeli

adalah kuat karena produk yang dihasilkan berbentu unik dan memiliki nilai

seni sehingga harga jualnya lebih tinggi. Harga produk berkisar antara

Rp.350.000 sampai dengan Rp15.000.000 per kerajinan tunggak. Keuntungan

yang diperoleh pengrajin dari hasil penjualan tunggak yaitu sekitar 100-200%.

Sistem pembayaran yang digunakan adalah tunai dengan metode pembayaran

secara konvensional. Keinginan/ standar yang disukai pembeli adalah bentuk

yang unik. Produk agroindustri tunggak kayu dipasarkan sendiri oleh

pengrajin dan dipasarkan oleh agen lokal maupun ekspor. Produk yang jual

berupa sofa, bola tunggak, meja, kursi, tempat buah, nampan, dan lain-lain.

Kemudahan menjual produk yaitu mudah karena sudah memiliki pelanggan.

Daya tawar harga dan kualitas antara pemasar terhadap pengrajin adalah kuat.

Harga produk yang dipasarkan pengrajin berkisar antara Rp 350.000 - Rp

15.000.000 per kerajinan tunggak dan yang dipasarkan agen berkisar antara

Rp 750.00 – Rp 45.000.000. Keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan

tunggak yaitu 100-200%. Sistem pembayaran yang digunakan adalah tunai

dengan metode pembayaran secara konvensional. Keinginan/ standar yang

disukai pembeli adalah bentuk yang unik. KUB atau Kelompok Usaha

Bersama merupakan lembaga pendukung usaha yang ada.

Page 73: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sentra agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro berada di

Kecamatan Margomulyo.

2. Potensi agroindustri Tunggak Kayu ditingkat Kecamatan di Kabupaten

Bojonegoro menduduki peringkat pertama di Kecamatan Margomulyo.

3. Potensi agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro menduduki

peringkat kelima.

4. Alternatif strategi pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu antara lain:

1) Mengembangkan produk dari segi jumlah dan bentuk produk yang akan

dipasarkan., 2) Ikut bergabung dengan lembaga pinjaman modal yang

sudah dibentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama), 3) Menerapkan hasil

pembinaan dan pengembangan industry dari desperindag agar agroindustri

berkembang, 4) Menjaga kestabilan produksi untuk memenuhi permintaan

pasar, 5) Melakukan promosi produk agroindustri tunggak kayu unggulan

dan terus berinovatif.

5. Peta Rantai Nilai Agroindustri Tunggak Kayu melibatkan Perum

Perhutani, dimana Perum Perhutani yang menjadi pemasoknya antara lain

KPH Padangan, KPH Jatirogo, KPH Cepu dan KPH Nganjuk yang biasa

menjual tunggak (akar), pengolahnya adalah pengrajin, dan sebagai

pemasarnya adalah pengrajin yang bekerjasama dengan agen lokal dan

agen ekspor.

B. Saran

1. Strategi yang telah dirumuskan bisa dijadikan suatu referensi atau

pertimbangan bagi pelaku dan pemilik agroindutri tunggak kayu dalam

usaha meningkatkan potensi dari Agroindustri Tunggak Kayu mengingat

bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki subsektor kehutanan yang

berpotensi bila terus dikembangkan.

56

Page 74: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2. Sebaiknya dilakukan perluasan usaha dengan menambah jumlah unit

usaha agroindustri tunggak kayu di kecamatan lain seperti Kecamatan

Sekar dan Kecamatan Gondang dengan dilakukannya pelatihan karena

bahan baku berupa akar kayu jati tersedia mengingat luasnya kawasan

hutan di Kabupaten Bojonegoro.

3. Pemilik agroindustri tunggak kayu perlu memperkuat hubungan dengan

stakeholder seperti pemerintah, lembaga keuangan, maupun LSM agar

mampu mengatasi kendala-kendala yang dialami seperti terbatasnya

modal.

Page 75: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Menetapkan Peraturan Daerah di Era Otonomi. http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses pada tanggal 23 November 2011 pukul 17.00 WIB.

_______a, 2011. Strategi Pengembangan Agroindustri. http://www.satukasih-woloanwordpress.com. Diakses pada tanggal 23 November 2011 pukul 17.00 WIB.

_______b,2012.http://www.jatimprov.go.id/dbfile/bidlahta/20080312102408_luas_hutan_di_jatim_dishut_2006.pdf. Diakses pada tanggal 09 April 2012 pukul 20.30 WIB.

_______c, 2012. Keadaan Umum Kabupaten Bojonegoro. http://www.eastjava.com. Diakses pada tanggal 2 Maret 2012 pukul 16.00 WIB.

Bank Indonesia, 2009. Penelitian Baseline Economic Survey di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kajian Ekonomi Regional Triwulan I. Bank Indonesia. Nusa Tenggara Timur

______________.2010. Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Eks Karesidenan Madiun. Bank Indonesia. Kediri.

BPS Kabupaten Bojonegoro. 2011. Bojonegoro Dalam Angka Tahun 2011 (Bojonegoro In Figure 2011). Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Fakultas Teknik Industri, 2009. Pelatihan Fasilitator Pendekatan Rantai Nilai Mengembangkan Subsektor/Komoditas Unggulan Daerah Melalui Penguatan Rantai Nilai. 14-17 Desember 2009. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Margomulyo dalam Angka. 2011. Margomulyo Dalam Angka Tahun 2011 (Margomulyo In Figure 2011). Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro.

Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi pengambilan keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia Widiasarana Indoensia. Jakarta.

Meidiana. 2000. Perhitungan Biaya Produksi Mebel Tunggak Jati di Kecamatan Randublatung Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

58

Page 76: IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ......dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojomegoro”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Munji, A. 2012. Pembangunan Daerah Sektor dan Nasional. http://elearning-rri.net/materipim3/pdsn.ppt. Diakses pada tanggal 23 Januari 2012 pukul 20.00 WIB.

Permana, R. 2011.Simulasi Koordinasi Supply Chain Pisang. Komisi Penyiaran Indonesia. Lumajang.

Prakosa, 2002. Pembangunan Pertanian Dari Aspek Development Management. Badan Litbang Pertanian. Deptan.

Rahayu, S. 2007. Strategi Pengembangan Usahatani Salak di Kabupaten Karanganyar. Skripsi Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sadjad, S. 2001. Agribisnis yang membumi : Kisah Bob Sadino. Grasindo. Jakarta.

Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan.2011. Bidang Bina Usaha Perhutanan 2011. Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Bojonegoro.

Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. CV Tarsito. Bandung.

Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Syafaat, Supeno F, Sudi M, Suryadi. 2004. Kinerja Nilai Tambah Bruto dan Produksi sektor Pertanian. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Vol.2 No.1. Puslitbang Sosek Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Tarigan, H dan Ariningsih, E. 2007. Peluang dan Kendala Pengembangan Agroindustri Sagu di Kabupaten Jayapura. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Semnas4Des07_MP_B_ENA.pdf. Diakses pada tanggal 23 November 2011 pukul 17.00 WIB.

Wardhani, D. 2011. Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen, SWOT, QSPM(Quantitative Strategic Planning Matrix)). Skripsi. Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.