identifikasi pengetahuan guru mengenai peran dan ... · jurusan pendidikan matematika dan ilmu...
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAN
PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
(SEBUAH STUDI KASUS PADA 8 GURU FISIKA SMA DI PULAU
FLORES, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh
Herlina Rosalia Dona
131424048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan
kepadamu apa yang diinginkan hatimu”
Mazmur 37:4
Saya persembahkan skripsi ini kepada:
1. Orang tua yang tercinta, Bapa Yosep Deni dan Mama Delvina
Sul
2. Adik-adik yang tercinta Apriliani Jius, Farianus Hasibas
Habo,dan Lusia Livia Delvita
3. Semua sahabat dan teman-teman seperjuangan angkatan
2013
4. Serta alamater tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mlnulkryd4bchlo[otaut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
u a6issrDb Dhfr,k iodhs!mseriudr
(SIBlAts STODI USUS PAD^ 3 CUR
koF Nr! uoniu ji ltri$! ma]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Dona, Herlina Rosalia. 2018. IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU
MENGENAI PERAN DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA (SEBUAH STUDI KASUS
PADA 8 GURU FISIKA SMA DI PULAU FLORES, PROPINSI
NUSA TENGGARA TIMUR). Skripsi. Program Studi Pendidikan
Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui: (1) Sejauh mana pengetahuan guru mengenai peran dan
pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran Fisika, (2) Sejauh mana guru
merancang suatu konsep pembelajaran Fisika berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran
Fisika, (3) Sejauh mana rancangan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan
dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2017 pada delapan
Sekolah Menengah Atas (SMA), di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data ialah pertanyaan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Guru-guru yang ada di Flores,
Nusa Tenggara Timur memiliki pengetahuan mengenai peran dan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar, lingkungan sebagai media belajar, dan
lingkungan sebagai sumber sekaligus media belajar dalam pembelajaran fisika. Di
samping itu, ada juga guru yang mengatakan bahwa lingkungan tidak memiliki
peranan penting dalam pembelajaran Fisika, (2) Rancangan pembelajaran yang
mengintegrasikan lingkungan dalam pembelajaran fisika yang dirancang oleh 8
guru, pada umumnya memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran
yang dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa, (3) Rancangan
pembelajaran yang telah dibuat oleh guru tidak dapat diterapkan secara maksimal
di sekolah karena adanya keterbatasan fasilitas pendukung (biaya transportasi,
penggunaan waktu) untuk berwisata ke lingkungan alam dan pengalaman guru
dalam mengintegrasikan lingkungan dalam pembelajaran.
Kata kunci: Peran lingkungan dan manfaat lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Dona, Herlina Rosalia. 2018. IDENTIFICATION OF TEACHERS
KNOWLEDGE ABOUT THE ROLE AND THE UTILIZATION OF
ENVIRONMENT IN PHYSICAL LEARNING (A CASE STUDY AT 8
TEACHERS OF PHYSICS SMA ON FLORES ISLAND, EAST NUSA
TENGGARA). Essay. Physics Education Study Program. Department of
Mathematics and Natural Sciences Education. Faculty of Teacher Training and
Education. University of Sanata Dharma.
This research is descriptive qualitative research which aims to know: (1)
how far the teachers knowledge about role and utilization of environment in
physics learning, (2) how far the teachers to design a concept of physics learning
based on their knowledge about role and utilization of environment in physics
learning, (3) The extent to which the design of learning that utilizes the
environment can be applied in Physics learning.
The study was conducted from May to June 2017 at eight Senior High
School. The subjects of this study were eight teachers who taught Physics subjects
at 8 high schools in Flores island, east Nusa Tenggara province. Instrument used
to obtain data in the form is interview instrument.
The results show that: (1) Teachers in Flores, East Nusa Tenggara have
knowledge of the role and utilization of the environment as a source of learning,
the environment as a medium of learning, and the environment both as a source
and learning media in physics. In addition, there are other teachers opinion that
the environment does not have an important role in physics learning, (2) The
design of learning that integrates the environment in physics learning designed by
8 teachers, mostly use the environment as a learning medium that can help
improve students' understanding, (3) The design of learning that designed by
teachers can not be applied maximally in schools due to limited support facilities
(transportation costs, time use) to travel to the natural environment and the
teacher's experience in integrating the learning environment.
Keywords: Role of environment and environmental benefits
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan sykur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kepada
Yesus Kristus, dan kepada Bunda Maria atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identitifikasi Pengetahuan
Guru Mengenai Peran dan Pemanfaatan Lingkungan dalam Pembelajaran Fisika
(Sebuah Studi Kasus Pada 8 Guru Fisika SMA Di Pulau Flores, Propinsi Nusa
Tenggara Timur)” ini dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Falkutas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
peran serta berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyususunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Faluktas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata
Dharma.
3. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., selaku Dosen Pembimbing Akademik
(DPA) Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2013 yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah
memberikan bimbingan, pendidikan, dan memberikan pengetahuan serta
pelayanan administrasi yang baik kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
5. Kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan SMA A, SMA B, SMA C, SMA D,
SMA F, SMA G, dan SMA H yang telah membantu dan mengijinkan peneliti
untuk melakukan penelitian.
6. Orang tua yang tercinta, bapa Yosep Deni dan mama Delvina Sul.
7. Adik-adik yang tercinta, Apriliani Jius, Farianus Hasibas Habo, dan Lusia
Livia Delvita.
8. Nenek Maria Ikun (Almarhumah) tercinta, terimakasih untuk segala bentuk
dukungan melalui doa dan cinta kasih.
9. Om paskalis sekeluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
10. Teman-teman kelompok skripsi Vigi, Safri, dan Sari yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman RKB Meldi, Ani, Indri, Titin, Erni, Ansi, Meri, Elty, Ice, Novi,
Ardi, Arto, Okto, Sintus, Sandro, Tolino, dan Alos yang telah bersama-sama
mengukir kenangan indah selama di tanah rantau dan telah berjuang bersama-
sama selama menempuh Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kloFnikeglslz0]]ymg.LdlbqiuDg &rmr *m! shmi neffrs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………...…………………...……………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………... vi
ABSTRAK ………………………………………………………………... vii
ABSTRACT ……………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ix
DAFTAR ISI ………………..…………………………...………………... xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………...…...
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………
1
4
4
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru Mengenai Metode Pembelajaran .………............
B. Mengintegrasikan Lingkungan dalam Proses Pembelajaran………..
C. Proses Belajar Melalui Lingkungan……………………………....…
6
16
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………......
B. Subjek Penelitian …………………………………………………...
C. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….......
D. Desain Penelitian ……………………………………………….…...
E. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………...
F. Metode Analisis ……………………………………………………
33
33
34
35
36
38
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………..
B. Deskripsi Guru ……………………………………………………..
C. Data Penelitian …………………………………...…………………
D. Analisis Data ………………………………………………...……..
40
41
44
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………...
B. Saran ………………………………………………………………..
67
68
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………………. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jadwal Pengambilan Data ……………………………………… 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mampu menciptakan
suatu kondisi belajar mengajar yang dapat membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi terciptanya kondisi belajar mengajar yang baik ialah
penggunaan metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Metode pembelajaran yang digunakan guru, hendaknya
disesuaikan dengan bahan ajar, kondisi siswa dan situasi sekolah agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Trowbridge & Bybee (dalam Suparno, 2013: 10), untuk
menjadi guru Fisika yang sungguh bermutu dan profesional, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru secara terus menerus,
salah satunya ialah guru menguasai berbagai metode. Oleh karena situasi
peserta didik bermacam-macam dan dirasakan dapat membantu peserta
didik belajar juga bervariasi, maka penguasaan metode yang bermacam-
macam sangat penting bagi guru Fisika sehingga dapat membantu peserta
didik lebih baik dan tepat. Menguasai berbagai metode mengajar dan
memilih cara yang diminati peserta didik, akan membuat peserta menyukai
Fisika yang diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dalam pratik mengajar yang sesungguhnya, sering kali guru fisika
diminta untuk menggabungkan beberapa metode dalam menjelaskan salah
satu topik Fisika. Jadi bukan hanya menggunakan satu metode, tetapi
beberapa metode (Suparno, 2013: 188). Tetapi berdasarkan pengalaman
yang dialami peneliti selama duduk di bangku SMA dan berdasarkan
informasi yang diperoleh, nampak bahwa guru-guru Fisika di Pulau
Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur cenderung lebih memilih metode
ceramah sebagai satu-satunya metode pembelajaran yang digunakan
selama melaksanakan pembelajaran Fisika. Penggunaan metode ceramah
yang dilakukan secara terus menerus dapat berakibat pada pola pikir anak
yang kurang aktif. Hal ini terjadi mungkin karena minimnya pengetahuan
guru terhadap metode lain atau sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh guru.
Pembelajaran yang terus berlangsung di dalam kelas dan selalu
menggunakan metode yang sama membuat peserta didik sering merasa
bosan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Terlebih lagi materi yang
dipelajari adalah fisika yang merupakan materi yang bersifat abstrak dan
banyak menjelaskan tentang konsep sehingga peserta didik kesulitan untuk
memahami materi yang disajikan.
Guru jarang membawa peserta didik ke luar dan bermain sambil
belajar dengan bebas di alam terbuka. Padahal penguasaan pada suatu
konsep tertentu akan lebih dimengerti apabila peserta didik dapat
dihadapkan secara langsung dengan dunia nyata yang bisa dilihat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dirasakan peserta didik. Ditambah lagi peserta didik hidup di lingkungan
yang dekat dengan Fisika
Salah satu kegiatan belajar yang dapat digabungkan dengan metode
ceramah ialah pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan
alam semesta begitu sempurna dan di balik itu semua kaya akan
pengetahuan. Lebih khususnya untuk ilmu Fisika, kita dapat mempelajari
banyak hal dari lingkungan. Misalnya saja pantai, daerah pertambangan,
batu-batuan, dll. Tempat-tempat seperti itu dapat membantu proses
pembelajaran yang dapat dilakukan secara langsung dan mengena bagi
peserta didik sehingga tujuan pembelajaran pun tercapai karena
lingkungan tersebut dapat dijadikan sumber dan media belajar.
Penggunaan metode pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
dapat menunjang pembelajaran Fisika karena Fisika merupakan ilmu yang
mempelajari alam semesta. Dengan model lingkungan ini, anak akan
mudah mengerti bahwa apa yang dipelajari di kelas ternyata juga ada di
sekitar mereka dan dalam hidup mereka (Suparno, 2013: 130).
Melihat adanya keterkaitan antara lingkungan dengan
pembelajaran Fisika dan kecenderungan guru di Flores yang menggunakan
metode ceramah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Indentifikasi Pengetahuan Guru Mengenai Peran dan
Pemanfaatan Lingkungan Dalam Pembelajaran Fisika”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan
Lingkungan dalam pembelajaran Fisika.
2. Bagaimana guru merancang suatu konsep pembelajaran menggunakan
lingkungan dalam pembelajaran Fisika berdasarkan pengetahuan
mengenai peran dan pemanfaatan Lingkungan dalam pembelajaran?
3. Sejauh mana rancangan pembelajaran yang memanfaatkan Lingkungan
dalam pembelajaran Fisika dapat diterapkan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai tujuan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan guru mengenai peran dan
pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran fisika.
2. Untuk mengetahui sejauh mana guru merancang suatu konsep
pembelajaran Fisika berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya
mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran
Fisika.
3. Untuk mengetahui sejauh mana rancangan pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan dapat diterapkan dalam pembelajaran
Fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
a. Sebagai bahan masukan bagi sekolah agar selalu memperhatikan
pengetahuan guru mengenai metode-metode pembelajaran Fisika,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai media atau sumber belajar
dengan cara mengadakan atau mengikutsertakan guru Fisika
dalam kegiatan-kegiatan pelatihan.
2. Guru Fisika
a. Sebagai bahan masukan agar guru dapat mamanfaatkan
lingkungan sebagai salah satu media atau sumber dalam
pembelajaran Fisika.
3. Peneliti, sebagai informasi yang dapat menjadi bekal ketika peneliti
terjun ke dunia kerja dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain
untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru Mengenai Metode Pembelajaran
Menurut Djamarah, Bhari dan Zain (2010: 3), metode mempunyai
andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan
yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik, akan ditentukan oleh
kerelevansian penggunaan metode yang tepat sesuai dengan tujuan. Itu
berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan
metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di
dalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan
belajar mengajar bermacam-macam. Penggunaannya tergantung dari
rumusan tujuan.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Menurut Djamarah (dalam
Djamarah dan Zain, 2010: 46) seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar
yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang
sesuai. Untuk mencapai satu tujuan tidak mesti menggunakan satu metode,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tetapi bisa juga menggunakan lebih dari satu metode. Apalagi bila
rumusan tujuan itu lebih dari dua rumusan tujuan. Dalam hal ini
diperlukan penggabungan penggunaan metode mengajar. Dengan begitu
kekurangan metode yang satu dapat ditutupi oleh kelebihan metode yang
lain. Strategi metode mengajar yang saling melengkapi ini akan
menghasilkan hasil pengajaran yang lebih baik daripada penggunaan satu
metode.
Selain itu, Amien (1987: 98) juga mengatakan bahwa menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar
semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban guru. Untuk
mendesain kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang hasil belajar
yang lebih efektif dan efisien untuk setiap materi pelajaran memerlukan
strategi guru dalam cara atau metode penyampaiannya. Oleh karena itu
guru harus mampu memilih dan menetapkan berbagai metode mengajar
yang paling efektif dan efisien sesuai dengan kondisi dan situasinya, dan
kemudian menetapkan alat-alat atau sumber-sumber yang diperlukan
untuk memberikan kegiatan atau pengalaman belajar siswa yang akan
menggunakan materi pelajaran sesuai dengan tujuan intruksionalnya.
Untuk memilih dan menentukan metode-metode pembelajaran
yang akan digunakan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar tidaklah
mudah. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode pembelajaran adalah pengetahuan guru terkait metode-metode
pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan yang cukup agar dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
memilih dan menentukan metode pembelajaran yang cocok digunakan
dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.
Dalam menentukan suatu metode pembelajaran yang baik untuk
menjelaskan konsep Fisika maka terlebih dahulu guru perlu memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian
bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 72-75), terdapat tiga
pemahaman mengenai kedudukan metode sebagai berikut:
1. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati
peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar
mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti
guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Sadirman.A.M
(dalam Djamarah dan Zain 2010: 73) motivasi ekstrinsik adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar
yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam mengajar, guru sering menggabungkan beberapa
metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan
dan kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak
didik. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan
anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam meyampaian pesan-
pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berarti metode tidak
dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrisik dalam
kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Metode Sebagai Strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik
mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap
anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada
yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor inteligensi
mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Berkaitan dengan perbedaan daya serap peserta didik, maka
guru memerlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk
mengatasinya. Metode pembelajaran merupakan strategi atau cara
yang tepat untuk mengatasi permasalahan di atas. Untuk beberapa
anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila
guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk beberapa anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
didik lainnya mereka lebih mudah menyerap bahan pelajaran bila guru
menggunakan metode demonstrasi atau metode eksperimen.
Oleh karena itu, menurut Roestiyah (dalam Djamarah dan
Zain, 2010: 74), guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki startegi itu adalah harus menguasai
teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode pembelajaran.
Dengan demikian, metode pengajaran adalah startegi pengajaran
sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Metode Sebagai Salah Satu alat untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah
kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa
membawa kegiatan mengajar menurut kehendak hatinya dan
mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan belajar mengajar
yang tidak mempunyai tujuan akan membuat guru sukar untuk
menyeleksi mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus
diabaikan dalam uapaya untuk mencapai keinginan yang dicita-
citakan.
Salah satu komponen yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai adalah komponen metode. Dengan
memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai
tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar peserta didik memiliki
keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan
dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang.
Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran.
Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan
sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Winarno Surakhmad (dalam Djamarah dan Zain, 2010: 78-82)
mengatakan, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan
dan penentuan metode yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik
Peserta didik adalah manusia yang berpotensi menghajatkan
pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk
mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah
siswa yang memiliki ciri khasnya masing-masing baik dari aspek
biologis, intelektual, dan psikologis.
Dari aspek biologis, tentunya dalam satu kelas terdiri dari
peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selain
itu, ada perbedaan dan persamaan dari postur tubuh mereka, ada yang
tinggi, sedang, da nada pula yang rendah.
Jika pada aspek biologis di atas selalu menunujukkan
persamaan dan perbedaan, lain halnya dengan aspek intelektual yang
selalu menunjukkan perbedaan, yaitu dapat dilihat dari cepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tanggapnya peserta didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam
kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya tanggapan peserta didik
terhadap rangsangan yang diberikan guru.
Perbedaan yang dapat dilihat dari aspek psikologis adalah
perilaku peserta didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang
pendiam, ada yang kreatif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup
(introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, ada yang
periang, dan sebagainya.
Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, intelektual dan
psikologis inilah yang mempengaruhi guru dalam memilih dan
menentukan metode pembelajaran mana yang sebaiknya digunakan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif demi tercapinya
tujuan pembelajaran.
2. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai
jenis dan fungsinya. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan
dengan taraf kemampuan siswa dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Situasi
Situasi kegiatan belajar yang guru ciptakan tidak selamanya
sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin
menciptakan situasi belajar megajar di alam terbuka, yaitu di luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode
mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Di lain
waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai
oleh tujuan, maka guru dapat menciptakan lingkungan belajar siswa
secara berkelompok.
Dengan demikian, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi
guru dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
4. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang
menunjang belajar peserta didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas
belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
5. Guru
Setiap guru memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Seorang
guru misalnya kurang suka berbicara, tetapi seorang guru yang lain
suka berbicara. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan
keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan dan
keguruan di bidang penguasaan ilmu kependidikan dan keguruan.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi
kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode
menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran
yang akan digunakan. Selain itu, pengalaman mengajar guru juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berpengaruh terhadap pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
Guru yang memiliki pengalaman mengajar yang minim, cenderung
sukar dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Tetapi, ada juga
yang tepat dalam memilih, namun dalam pelaksanaannya menemui
kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan
atas metode-metode pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa kepribadian guru, latar belakang pendidikan,
dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Fisika adalah pengetahuan fisis, maka sangat jelas bahwa untuk
mempelajari Fisika dan membentuk pengetahuan tentang Fisika, di
perlukan kontak langsung dengan hal yang diketahui (Suparno, 2006:
12). Ada pun beberapa metode pembelajaran Fisika yang yang
memungkinkan adanya kontak langsung dengan hal yang ingin
diketahui menurut Suparno (2006: 63-64) antara lain yaitu
pembelajaran Fisika melalui simulasi komputer, pembelajaran Fisika
melalui permainan, pembelajaran Fisika melalui eksperimen,
pembelajaran Fisika melalui karya wisata, pembelajaran Fisika melalui
lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
Pada penelitian ini, fokus peneliti ialah meneliti tentang
pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam
pembelajaran Fisika serta bagaimana guru merancang metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan baik sebagai sumber
belajar maupun media belajar dalam pembelajaran di kelas.
Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang
dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
diperlukan (Mulyasa, 2013: 177). Sumber belajar bukan berbentuk
satu jenis saja, tetapi di dalam sumber belajar memiliki macam-macam
bentuk. Sumber belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan wujudnya
antara lain, sumber belajar tercetak, sumber belajar non cetak, sumber
belajar yang berbentuk fasilitas, sumber belajar yang berupa kegiatan,
sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat (Sudjana dan Rivai,
2009: 80).
Media pembelajaran adalah suatu alat bantu yang digunakan
oleh guru agar kegiatan belajar berlangsung secara efektif. Sadiman
(2006: 7) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Briggs
(dalam Sadiman 2006: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar. Menurut Trianto (2010: 199) media sebagai komponen strategi
pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau
penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tersebut, dan materi yang ingin disampaikan adalah pesan
pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya
proses belajar.
Ada banyak istilah yang digunakan terkait pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar, seperti outdoor learning, outdoor
activities dan outdoor study. Istilah-istilah ini merupakan sejenis
aktivitas belajar yang dilakukan di luar ruangan. Maka dalam tulisan
ini, peneliti akan menggunakan istilah pembelajaran yang
mengintegrasikan lingkungan.
B. Mengintegrasikan Lingkungan dalam Proses Pembelajaran
Lingkugan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi
manusia. Dalam konsep ajaran pendidikan, lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang kondusif dan strategis untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan pada hakikatnya
mendekatkan dan memadukan peserta didik dengan lingkungannya.
Dengan demikian peserta didik memiliki rasa cinta, peduli, dan tanggung
jawab terhadap lingkungan. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
dapat meningkatkan life skill peserta didik. Life skill tersebut digunakan
untuk mempertahankan lingkungan dan mengembangkan diri secara
optimal (Mulyasa, 2008). Pendayagunaan lingkungan dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, sehingga
kreativitasnya dapat ditingkatkan.
Menurut Widiasworo (2017: 20-21), jika dituntut masalah hasil
yang harus dicapai, jelas aktivitas pembelajaran dengan lingkungan justru
memberikan peluang yang sangat besar bagi ketercapaian kompetensi,
baik dari ranah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Tuhan menciptakan alam semesta begitu sempurna dan di balik itu
semua kaya akan pengetahuan. Lebih khususnya untuk ilmu Fisika, kita
dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan sekitar. Misalnya saja
pantai, daerah pertambangan, dll. Tempat-tempat seperti itu dapat
membantu proses pembelajaran yang dapat dilakukan secara langsung dan
mengena bagi peserta didik. Peserta didik akan mempunyai pengalaman
yang berkesan dan juga merasa bahwa ilmu yang mereka pelajari benar-
benar nyata ada di kehidupan mereka. Dengan demikian, peserta didik
akan merasa bahwa belajar itu merupakan kebutuhan dan pengetahuan
yang diajarkan di sekolah memang benar-benar mereka butuhkan, baik
saat ini maupun di masa mendatang.
Menurut Mulyasa (dalam Widiasworo, 2017: 22), dalam
pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru di samping harus mampu
membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang
konkret. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya
manfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kondisi sosial, ekonomi dan budaya kehidupan yang berkembang di
masyarakat. Untuk kepentingan tersebut, perlu senantiasa diupayakan
peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru
yang kreatif dan professional, terutama dalam pengadaan serta
pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar secara luas, untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal.
Ada banyak kelebihan ketika menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar. Dari segi peserta didik, outdoor learning akan membuat
peserta didik lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan
dari segi guru, dapat digunakan sebagai saran untuk mengembangkan
kreativitas dalam merancang pembelajaran. Outdoor Learning mampu
menghilangkan kejenuhan, baik peserta didik maupun guru, dari rutinitas
belajar yang selalu berlangsung di dalam ruang kelas.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (dalam Widiasworo,
2017: 90), pembelajaran secara langsung dapat memberikan pengalaman
nyata pada peserta didik. Pengalaman tersebut akan semakin konkret
sehingga peserta didik akan terhindar dari kesalahan persepsi pembahasan
materi pelajaran tertentu.
Outdoor Learning dikatakan mampu memberikan pengalaman
yang berkesan karena dalam pembelajaran tersebut peserta didik dapat
memaksimalkan penggunaan indra yang mereka miliki demi
mengembangkan rasa ingin tahu dan mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Outdoor learning juga mampu merangsang peserta didik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
lebih kreatif dalam mencari alternatif pemecahan masalah. Sikap
kemandirian gotong royong, dan kerja sama juga dapat ditanamkan secara
maksimal melalui pembelajaran outdoor learning.
C. Proses Belajar Melalui Lingkungan
Menurut Husamah (dalam Widiasworo, 2017: 79), proses
pengajaran di sekolah formal tengah mengalami kejenuhan. Hal tersebut
terjadi karena rutinitas dan proses belajarnya cenderung kaku dan baku
serta tidak lagi mengutamakan ide kreativitas setiap peserta didik karena
semuanya harus terpola linear di dalam kelas (pedagogy indoor learning).
Untuk metode ini, munculah pendekatan baru yang kita kenal dengan
belajar luar kelas (outdoor learning) yang lebih memadukan unsur
bermain sambil belajar (andragogy).
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja, di dalam ataupun di luar
kelas, bahkan di luar sekolah. Pembelajaran yang dilakukan di luar kelas
atau di luar sekolah, memiliki arti yang sangat penting untuk
perkembangan peserta didik. Pembelajaran yang demikian dapat
memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Pengalaman
langsung tersebut memungkinkan materi pelajaran akan semakin konkret
dan nyata yang berarti pembelajaran akan lebih bermakna.
Outdoor learning dikenal juga dengan berbagai istilah lain outdoor
activities, outdoor study, pembelajaran luar kelas atau pembelajaran
lapangan. Outdoor activities atau disebut juga sebagai pembelajaran di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
luar kelas oleh Dadang M dan Rizal (dalam Erwin Widiasworo, 2017: 80)
diartikan sebagai aktivitas di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar
kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti bermain di lingkungan
sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan
yang bersifat kepetualangan serta pengembangan aspek pengetahuan yang
relevan. Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke
luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam
dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya
perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap
penyadaran, pengertian, perhatian, tanggung jawab dan aksi atau tingkah
laku. Aktivitas di luar kelas dapat berupa eksperimen, perlombaan,
mengenal kasus-kasus lingkungan sekitarnya dan diskusi penggalian
solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan.
Dari penjelasan di atas, outdoor activities adalah suatu kegiatan
pembelajaran di luar kelas yang dapat menambah aspek kegembiraan dan
kesenangan bagi siswa bagaimana layaknya seorang anak yang sedang
bermain di alam bebas.
Menurut Direktorat Kependidikan (dalam Widiasworo 2017: 80-
81), pembelajaran di lapangan adalah pembelajaran yang didesain agar
peserta didik mempelajari langsung materi pelajaran pada objek yang
sebenarnya. Dengan demikian, pembelajaran akan semakin nyata. Tujuan
pembelajaran yang berkaitan dengan skill, mestinya membutuhkan
pembelajaran langsung di lapangan. Pembelajaran dengan pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
lingkungan pada hakikatnya mendekatkan dan memadukan peserta didik
dengan lingkungannya. Dengan demikian peserta didik memiliki rasa
cinta, peduli, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Prinsip-prinsip
pembelajaran langsung di lapangan sama dengan prinsip pembelajaran di
laboratorium bahwa belajar itu bukan hanya mencatat dan menghafal,
tetapi belajar pada dasarnya adalah proses perbuatan yang di dorong oleh
rasa ingin tahu dari peserta didik.
Sejalan dengan pendapat Paulo Fire (dalam Husamah, 2013) yang
mengatakan bahwa every place is a school, every one is teacher. Artinya
adalah setiap orang adalah guru, guru bisa siapa saja, di mana saja, serta
hadir kapan saja, tanpa batas ruang, waktu, dan kondisi apapun. Maka dari
itu, siapa saja dapat menjadi guru. Begitu juga dengan pembelajaran yang
tidak harus dilaksanakan di dalam kelas sebab setiap tempat dapat menjadi
tempat untuk belajar. Menurut Widiasworo (2017: 84) Adapun klasifikasi
lingkungan yang harus diperhatikan oleh guru adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan sosial, yakni kondisi masyarakat tempat
peserta didik berada.
2. Lingkungan alam, yakni segala sesuatu yang tersedia dan
terjadi di alam.
3. Lingkungan budaya, yakni hasil-hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Hal senada juga diungkapkan oleh Haryono (dalam Widiasworo
2017: 84) bahwa sumber belajar dapat juga diperoleh dari lingkungan,
misalnya dengan menugaskan peserta didik untuk membawa benda-benda
tertentu. Di samping itu, lingkungan juga dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Banyak benda, makhluk hidup atau fenomena-fenomena
alam yang menarik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Banyak
keuntungan yang akan diperoleh ketika kita menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar (Widiasworo, 2017). Keuntungan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Peserta didik dapat informasi berdasarkan pengalaman
langsung sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan
menarik.
2. Pembelajaran menjadi lebih konkret
3. Penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih
mudah dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi peserta
didik
4. Sesuai prinsi-prinsip dalam pendidikan, yaitu belajar harus
dimulai dari hal-hal yang bersifat:
a. Konkret ke abstrak
b. Mudah/sederhana ke yang sulit/kompleks
c. Mudah diketahui ke yang belum diketahui, dan
d. Mengembangkan motivasi dan prinsip “belajar bagaimana
belajar” (learning how to learn)” berdasarkan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ilmiah dan pengembangan keterampilan proses sehingga
akan tertanam sikap ilmiah.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (dalam
Widiasworo, 2017: 85), salah satu keuntungan yang bisa diperoleh dari
kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar adalah hakikat
belajar akan lebih bermakna sebab peserta didik dihadapkan pada situasi
dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
Lingkungan memang kaya akan sumber belajar. Selain itu,
lingkungan juga dapat memberikan inspirasi tersendiri karena mampu
memberikan pengalaman bermakna. Suasana yang menyegarkan akan
dapat menghilangkan segala kejenuhan akibat kegiatan pembelajaran yang
terus menerus di dalam ruangan. Peserta didik akan lebih bersemangat,
aktif, dan bergairah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kompetensi
yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran pun lebih mudah dikuasai
peserta didik karena materi pelajaran yang cenderung konkret akan
memudahkan peserta didik memahami dan menguasainya.
Menurut Hendriani (dalam Widiasworo, 2017: 88-89), untuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan guru.Tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahapan persiapan, guru terlebih dahulu harus
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar dan menentukan konsep yang ingin ditanamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kepada peserta didik. Setelah itu, dilakukan survei ke tempat yang
akan dituju. Lakukan penjelajahan di tempat tersebut dengan
teliti.Catat benda-benda, makhluk hidup, atau fenomena-fenomena
alam yang diperkirakan menarik minat peserta didik dan dapat
digunakan sebagai sumber belajar. Selanjutnya, dari hasil survei itu
buatlah Lembar Kerja (LK) yang sesuai dengan tujuan dan konsep
yang akan ditanamkan pada peserta didik. Jika pada tempat yang akan
dituju itu peserta didik tidak melakukan kegiatan eksperimen, namun
hanya menggali pengetahuan dan mencatat data-data yang ada, buatlah
instrument yang sesuai. Misalnya, berupa lembar pengamatan,
pedoman wawancara, atau kuisioner. Setelah LK (Lembar Kerja) atau
instrument yang diperlukan selesai, siapkan alat dan bahan atau
fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk studi lapangan tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, guru hendaknya membimbing peserta didik
untuk melakukan kegiatan sesuai dengan LK atau instrument lain
dibuat. Ciptakan suasana yang mendukung agar peserta didik tertarik
dan tertantang untuk melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya.
3. Tahap Pasca-Kegiatan Lapangan
Sekembalinya peserta didk dari lapangan, mereka harus
membuat laporan tentang apa yang telah mereka lakukan dan
bagaimana hasilnya. Sistematika laporan sebaiknaya oleh guru untuk
memudahkan peserta didik dalam menyusun laporannya. Laporan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dibuat peserta didik hendaknya memuat data yang dapat digunakan
guru untuk membimbing peserta didik untuk memahami suatu konsep.
Kemudian guru meminta peserta didik untuk mempersentasikan hasil
kegiatannya. Guru dan peserta didik lainnya memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang membimbing peserta didik untuk memahami suatu
konsep sesuai dengan kegiatan yang mereka lakukan.
Pada saat melakukan pembelajaran di lingkungan, guru sebaiknya
mengetahui beberapa metode pengajaran di lingkungan (Vera, 2012: 107).
Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut.
1. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dari
seorang guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Dalam konteks keiatan belajar mengajar yang
diadakan di lingkungan, guru memberi tugas kepada muridnya yang
harus dilaksanakan di lingkungan. Artinya, tugas itu bukanlah
pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan di rumah masing-masing,
melainkan dikerjakan saat itu juga, dan dilaksanakan di luar kelas,
serta dinilai dan disimpulkan pada saat itu juga.
Tugas yang diberikan oleh guru pada saat melakukan pembelajaran
di lingkungan harus berkaitan erat dengan pelajaran yang sedang
dibahas (diajarkan). Metode penugasan bisa mendatangkan banyak
manfaat dalam belajar yang dapat dirasakan langsung oleh para siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan guru. Adapun manfaat-manfaat tersebut, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Merangsang siswa belajar lebih banyak
Tugas yang diberikan guru kepada para siswa di luar kelas lebih
merangsang siswa belajar lebih banyak, khususnya di luar kelas.
Sebab, dengan diberikannya tugas ketika belajar di luar kelas,
mereka terlibat langsung dengan alam dan aktif dalam kegiatan
belajar tanpa terlalu banyak “disetir” oleh guru. Guru hanya
mengawasi, menilai, mengarahkan, kemudian menyimpulkan dari
hasil pengerjaan tugas tersebut. Kondisi ini dapat membuat mereka
semakin kreatif dan mandiri karena tidak banyak didikte oleh guru.
Dari metode itu bisa muncul kemandirian pada diri siswa. Mereka
tidak akan banyak bergantung pada orang lain. Selain itu, dapat
muncul usaha untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Hal ini berdampak positif pada perkembangan mental
mereka, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang
mau berusaha keras dan tidak berpangku tangan.
b. Memperkaya pemahaman
Tugas yang diberikan oleh guru di luar kelas akan dapat menambah
pemahaman para siswa dari semua yang mereka pelajari di buku
(dari guru). Sebab, penugasan di luar kelas bisa juga disebut
semacam penelitian sederhana bagi mereka. Dengan diberikannya
tugas di luar kelas, mereka dapat lebih yakin tentang semua yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, atau
memperluas pandangan tentang hal yang dipelajari.
c. Menumbuhkan kebiasaan mencari dan mengolah informasi dan
komunikasi
Tugas yang bersifat semacam investigasi (penelitian sederhana
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa) yang diberikan guru
kepada siswa, maka penugasan semacam ini dapat menumbuhkan
kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan
komunikasi. Pada diri mereka dapat tertanam keinginan kuat untuk
bertanya, mengamati, meneliti, (sesuai dengan kemampuan
mereka), sehingga bisa mempengaruhi sikap dan tindakan mereka.
d. Bergairah dalam belajar
Tugas yang diberikan guru kepada para siswa di lingkungan akan
dapat membuat mereka bergairah dalam belajar karena kegiatan
belajar dilakukan dengan berbagai variasi, sehingga tidak
membosankan. Mereka merasa nyaman karena belajar tidak
selamanya dilakukan di dalam kelas, mendengarkan penjelasan
guru, ataupun menulis di papan tulis.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini kurang lebih mengikuti teknik Tanya jawab. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa yang jawabannya mengarah
pada perkembangan pembelajaran yang sedang diajarkan. Kemudian,
guru menambahkan dan mengolaborasi jawaban mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sebenarnya, metode tanya jawab bukan hanya menekankan guru
bertanya kepada siswa, melainkan siswa juga bisa bertanya kepada
gurunya. Metode tanya jawab dalam kegiatan belajar-mengajar di
lingkungan memungkinkan terjadinya komunikasi langsung anatara
guru dengan siswa. Tanya jawab itu didominasi oleh guru yang
bertanya kepada siswa, sedangkan para siswa lebih banyak menjawab
pertanyaan guru, meskipun juga memungkinkan para siswa sesekali
menajukan pertanyaan kepada guru.
Penerapan metode tanya jawab dalam kegiatan belajar-mengajar di
lingkungan memiliki keunggulan tersendiri dalam proses pengajaran.
Adapun keunggulan dari metode ini dalah sebagai berikut:
a. Membuat guru bisa memahami dan mengecek kemampuan siswa
dalam memahami mata pelajaran yang diajarkannya, baik secara
teoritis maupun dalam tataran praktik. Siswa cenderung dapat
menguasai teori dan praktik karena belajar di lingkungan langsung
pada objeknya, tidak hanya berdasarkan teori-teori yang dijelaskan
dalam buku.
b. Membuat guru mengerti bahwa para siswa bisa menjawab
pertanyaan hanya berdasarkan hafalan semata atau juga diiringi
dengan pemahaman yang mendalam terhadap pelajaran yang
diajarkan atau tidak.
c. Memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk
mengeksplorasikan pemahaman terhadap pelajaran. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dituntut menjawab pertanyaan guru dengan keterangan yang jelas
dan konkret, sehingga tampak suatu masalah yang sudah dipahami
dan belum.
d. Memotivasi para siswa dalam belajar dan menimbulkan
kompetensi yang sehat dalam belajar antarsiswa. Ini berbeda
halnya dengan belajar di dalam kelas yang hanya menuntut mereka
untuk menerima, mendengar, dan menulis penjelasan guru di kelas.
Di lingkungan, mereka dituntut bicara dan meneliti, sehingga
antara satu dengan yang lain berlomba-lomba menguasai mata
pelajaran yang diajarkan.
e. Melatih para siswa berpikir dan berbicara secara sistematis
berdasarkan pemikiran yang orisinil. Hasilnya, semua yang
disampaikan kepada guru dan yang mereka jawab dari pertanyaan
guru, berdasarkan pengamatan serius di lingkungan.
3. Metode Bermain
Metode permainan merupakan cara menyajikan mata pelajaran di
lingkungan. Dalam metode ini, para siswa diajak bermain untuk
memperoleh atau menemukan pengertian dan konsep, sebagaimana
dijelaskan dalam buku pelajaran tertentu. Namun yang harus diingat,
guru mengajak para siswa bermain sesuatu yang bernilai pendidikan
dan berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan di lingkungan.
Para siswa dan guru bermain dalam rangka menjalani proses belajar-
mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Alasan diterapkannya metode permainan dalam kegiatan belajar-
mengajar di lingkunan adalah untuk penanaman dan pengembangan
konsep, nilai, moral, serta norma. Hal ini dapat dicapai bila para siswa
secara langsung bekerja dan melakukan interaksi satu sama lainnya
dan melakukan pemecahan masalah melalui peragaan.
Metode permainan mendatangkan banyak manfaat, baik bagi para
siswa maupun bagi guru. Manfaat-manfaat itu tidak diperoleh dari
pengajaran yang dilakukan di dalam kelas. Sebab, metode bermain
memang tidak dapat dilakukan di dalam kelas. Adapun manfaat itu
ialah sebagai berikut:
a. Penggunaan metode permainan dalam kegiatan belajar-mengajar di
linkungan dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk
praktik dan contoh-contoh yang menyenangkan.
b. Metode permainan dalam pengajaran di luar kelas juga mampu
menumbuhkan kesadaran siswa. Kesadaran yang dimaksud di sini
adalah kesadaran mengenai pentingnya belajar karena semuanya
berkaitan dengan apa yang ada di sekitar siswa.
4. Metode Observasi
Metode obsevasi dalam kegiatan belajar-mengajar di lingkungan
adalah metode atau cara-cara belajar di luar kelas yang dilakukan
dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di
alam bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Metode itu dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan
membuat pencatatan-pencatatan secara objekstif mengenai sesuatu
yang diamati, kemudian menyimpulkannya. Dalam metode ini, para
siswa diajak berkeliling di sekitar lingkungan sekolah, bisa
kepegunungan, persawahan, sungai, pasar, atau tempat lain guna
melakukan pengamatan terhadap objek yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang sedang dibahas dan lokasi yang dijadikan tujuan
observasi ialah yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan
dipelajari.
Metode observasi sangat efektif bagi perkembangan kecerdasan
para siswa. Metode observasi dalam pengajaran di lungkungan
memiliki bayak keuntungan yang dapat mendukung keberhasilan
belajar. Adapun keuntungan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode observasi dapat merangsang kepekaan siswa terhadap
peristiwa atau gejala yang terjadi di alam bebas, khususnya yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dibahas.
b. Pengajaran di luar kelas yang menggunakan metode observasi
dapat mendorong para siswa mencatat data atau gejala-gejala yang
terjadi di alam bebas.
c. Metode observasi dalam pengajaran yang dilakukan di luar kelas
mampu melatih siswa mengambil keputusan yang tepat sesuai
dengan nilai-nilai moral yang diperoleh di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d. Metode observasi dalam pengajaran yang dilakukan di lingkungan
dapat memperluas cakrawala berpikir para siswa mengenai nilai-
nilai moral atau ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas
dan dipadukan dengan kenyataan yang ada dilapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif.
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata.
Adapun data yang dimaksud adalah berupa transkip wawancara.
Penelitian bersifat kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki guru mengenai peran
dan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran Fisika, untuk
mengetahui sejauh mana guru merancang suatu konsep pembelajaran
Fisika berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya mengenai peran dan
pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran Fisika, dan untuk
mengetahui sejauh mana rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika.
B. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek yang diteliti merupakan 8 guru fisika dari 8
SMA yang berbeda-beda di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Kedelapan SMA ini diberi inisial sebagai SMA A, SMA B, SMA C, SMA
D, SMA E, SMA F, SMA G, SMA H. Selain sekolah, nama-nama guru
juga diberi inisial sebagai guru 1, guru 2, guru 3, guru 4, guru 5, guru 6,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
guru 7, dan guru 8. Kedelapan sekolah dan guru ini diberi inisial karena
tujuan dari penelitian ini bukan untuk membandingkan guru atau sekolah
satu dengan yang lainnya, melainkan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam
pembelajaran dan menambah pengetahuan peneliti tentang metode
pengajaran yang digunakan oleh guru, sehingga hasil penelitian ini dapat
menjadi bekal untuk peneliti waktu mengajar nantinya. Guru yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah guru yang mengampu mata pelajaran
Fisika. Selain itu, alasan lain yang mendasari pemilihan subjek dalam
penelitian ini adalah karena peneliti berasal dari program studi pendidikan
Fisika.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di delapan SMA di pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur yaitu SMA A, SMA B, SMA C, SMA D, SMA E,
SMA F, SMA G, dan SMA H.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2016/2017 yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Desain Penelitian
1. Kegiatan Awal
Kegiatan ini diawali dengan peneliti mempersiapkan proposal
penelitian termasuk di dalamnya yaitu instrumen penelitian.
Selanjutnya peneliti menghubungi sekolah-sekolah yang akan
dijadikan tempat untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti
menemukan dua sekolah swasta dan enam sekolah negeri yang
bersedia menerima peneliti untuk melakukan penelitian. Setelah
memperoleh izin dari pihak sekolah, maka selanjutnya adalah
berkoordinasi dengan guru mata pelajaran fisika untuk memberikan
gambaran terkait teknik pengambilan data dan jadwal pengumpulan
data. Jadwal pengambilan data merupakan jadwal yang telah disepakati
antara guru dan peneliti. Adapun jadwal pengambilan data ini tidak
menganggu jadwal mengajar guru yang bersangkutan dan jadwal ini
juga disesuaikan dengan jadwal pengambilan data di sekolah lain.
2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrument wawancara. Wawancara yang dilakukan
bersifat bebas terpimpin, di mana peneliti melakukan wawancara
dengan menyiapkan beberapa daftar pertanyaan dan dari hasil jawaban
guru tersebut, peneliti dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan
tambahan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Pada saat
melakukan wawancara, peneliti menggunakan bantuan alat rekam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bertujuan untuk membantu peneliti dalam memperoleh data
wawancara. Selain menyiapkan instrument wawancara, peneliti juga
melakukan observasi untuk melihat keadaan lingkungan sekitar.
Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan keadaan lingkungan kepada
guru-guru yang diwawancarai. Semua data ini terdapat pada lampiran
yang berupa transkrip wawancara dan beberapa foto berkaitan dengan
lingkungan sekitar.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Suparno (2014: 53), instrumen adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes
tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa pedoman
wawancara. Pedoman wawancara tersebut dirumuskan berdasarkan hasil
diskusi peneliti dengan dosen pembimbing. Adapun pedoman wawancara
yang digunakan peneliti untuk pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran seperti apakah yang dilakukan guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar fisika di kelas.
2. Bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung?
3. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dijelaskan guru, apakah
guru pernah menggunakan metode pembelajaran lain dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
4. Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan guru dalam memilih dan
menentukan metode pembelajaran yang digunakan tersebut?
5. Bagaimana peran lingkungan dalam pembelajaran fisika? Atau
bagaimana pendapat guru tentang kegiatan lingkungan dalam
pembelajaran fisika?
6. Apakah guru pernah melaksanakan proses pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan?
7. Jika pernah, mengapa guru memanfaatkan lingkungan sebagai metode
pembelajaran?
a. Bagaimana guru merancang kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode lingkungan? Seberapa sering guru
menggunakan metode tersebut dan dalam topik apa?
b. Bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung?
c. Kendala apa saja yang dihadapi guru selama melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode lingkungan?
d. Bagaimana cara guru mengatasi kendala tersebut?
8. Jika tidak, mengapa guru tidak memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar?
a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan guru tidak menggunakan
metode lingkungan?
b. Bagaimana cara guru mengatasi kendala tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
9. Jika guru “dituntut” untuk merancang kegiatan pembelajaran fisika
dengan memanfaatkan lingkungan sebagai metode pembelajaran,
bagaimana idealnya guru merancang kegiatan pembelajaran tersebut?
10. Sejauh mana rancangan tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran fisika?
F. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan setelah mengumpulkan data
diawali dengan membuat transkip data dari kedelapan Guru Fisika. Dalam
proses transkip data ini, peneliti mengubah data yang masih dalam wujud
rekaman ke dalam bentuk tulisan. Data-data yang telah ditranskrip
kemudian dibaca kembali dengan teliti dan diberi tanda atau coding.
Dalam penelitian ini, peneliti mengcoding data-data yang ada ke dalam
tiga kategori, yaitu (1) Pengetahuan guru mengenai peran lingkungan dan
pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika, (2) Rancangan pembelajaran
yang mengintegrasikan lingkungan dalam pembelajaran Fisika, (3)
Implementasi rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan lingkungan
dalam pembelajaran Fisika. Setelah mengkategorikan data-data yang
diperoleh, peneliti kemudian membaca kembali data-data tersebut untuk
melihat konsep-konsep tertentu yang sering muncul dalam setiap
kategorinya. Kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah
menganalisis konsep-konsep tersebut. Langkah terakhir yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
peneliti ialah menulis laporan secara lengkap berdasarkan konsep-konsep
yang ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-juni tahun ajaran
2016/2018. Peneliti melakukan penilitian di 8 Sekolah Menengah Atas (SMA)
di pulau Flores, NTT. Masing-masing dari 8 sekolah ini terdiri dari 2 SMA
swasta dan 6 SMA negeri. Dalam penelitian ini, peneliti melakukkan
penelitian dengan sistem payung yang teridiri dari 4 orang peneliti. Pada saat
pengambilan data, peneliti melakukan penelitian secara langsung di 2 sekolah,
sedangkan di 6 sekolah lainnya dilakukan oleh 3 peneliti lainnya.
Kegiatan pengambilan data yang berupa wawancara ini dilakukan
pada saat waktu luang dari masing-masing guru yang bersangkutan. Hal ini
agar tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas dan kesibukan pribadi
dari masing-masing guru yang bersangkutan. Kegiatan yang dilaksanakan
pada penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Daftar pelaksanaan penelitian
NO Tanggal Pelaksanaan Perlakuan
1. Sabtu, 3 Juni 2017
Pukul 12.30 - 14.00 WITA
Senin, 5 Juni 2017
Pukul 08.00 - 09.30 WITA
Wawancara dengan Guru 1 di SMA A
oleh peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
NO Tanggal Pelaksanaan Perlakuan
2. Rabu, 7 Juni 2017
Pukul 09.10 – 10.05 WITA
Wawancara dengan Guru 1 di SMA A
oleh peneliti
3. Jumaat, 2 Juni 2017
Pukul 09.00 – 09.51 WITA
Wawancara dengan Guru 2 di SMA B
oleh peneliti 1
4. Rabu, 31 Mei 2017
Pukul 09.40 – 10.35 WITA
Wawancara dengan Guru 4 di SMA D
oleh peneliti 1
5. Sabtu, 3 Juni 2017
Pukul 09.00 – 10.39 WITA
Wawancara dengan Guru 5 di SMA E
oleh peneliti 2
6. Kamis, 8 Juni 2017
Pukul 11.15 – 12.22 WITA
Wawancara dengan Guru 5 di SMA E
oleh peneliti 2
7. Senin, 5 Juni 2017
Pukul 12.05 – 13.30 WITA
Wawancara dengan Guru 5 di SMA E
oleh peneliti 3
8. Selasa, 6 Juni 2017
Pukul 14.38 – 15.22 WITA
Wawancara dengan Guru 5 di SMA E
oleh peneliti 3
B. Deskripsi Guru
Pada penelitian ini subyek yang diteliti merupakan guru SMA di
NTT. Peneliti mengambil subyek penelitian sebanyak 8 guru dari 8 sekolah
yang berbeda. Dari kedelapan guru ini memiliki pengalaman mengajar yang
berbeda-beda. Menurut peneliti, apabila hanya meneliti satu guru saja, dirasa
data yang diperoleh belum cukup dan kurang bervariasi. Semakin banyak data
yang diperoleh maka akan memudahkan peneliti untuk melakukan analisis
data. Dari kedelapan guru tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Guru 1
Guru 1 adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu
Universitas swasta yang ada di pulau Flores, NTT. Guru 1 memiliki
pengalaman mengajar selama 2 tahun. Guru 1 telah menyelesaikan
kuliahnya pada tahun 2015 dan lagsung mengajar di sekolah A. Kelas
yang diampu oleh guru 1 adalah kelas X XI dan XII. Guru 1 pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mengikuti penyusunan materi K13 dengan MGMP dan hanya untuk
membuat RPP dan silabus. Untuk mata pelajaran fisika, beliau pernah
mengikuti penyusunan materi K13 kelas XI di kabupaten. Guru 1 sering
mengajar dengan menggunakan metode ceramah aktif. Ketika setengah
dari satu kelas sudah mengerti, guru 1 kemudian menggunakan metode
jigsaw yaitu membagi mereka dalam kelompok. Faktor yang perlu
dipertimbangkan guru 1 dalam memilih metode adalah daya tangkap dan
kemampuan berpikir siswa yang berbeda-beda.
2. Guru 2
Guru 2 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
negeri yang ada di NTT. Guru 2 memiliki pengalaman mengajar selama 6
tahun. Kelas yang diampu oleh guru 2 adalah kelas X XI dan XII. Guru 2
tidak pernah mengikuti program pelatihan guru. Guru 2 mengatakan
metode pembelajaran yang sering digunakan tergantung situasi dan
kondisi siswa. “Kalau dibandingkan dengan sekolah-sekolah tertentu jelas
tidak sama. Jadi sebagai seorang guru harus bisa melihat dan belajar
tentang situasi siswa sehingga nanti kita bisa tentukan metode yang tepat
bagi siswa tersebut. Kalau di sekolah ini saya menggunakan metode
ceramah aktif dan diskusi”.
3. Guru 3
Guru 3 adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu
Universitas negeri yang ada di NTT. Guru 3 memiliki pengalaman
mengajar selama 8 tahun. Pelatihan yang pernah diikuti oleh guru 3 adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
TEQIP (Peningkatan Profesional seorang Guru) dan pelatihan alat lab.
menggunakan power point. Metode pembelajaran yang sering digunakan
oleh guru 3 adalah metode diskusi.
4. Guru 4
Guru 4 adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu
Universitas negeri yang ada di Kalimantan Tengah. Guru 4 memiliki
pengalaman mengajar selama 17 tahun. Pelatihan yang pernah diikuti oleh
guru 4 adalah MGMP. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru 4
tidak hanya satu. Kebanyakan menggunakan metode eksperimen,
demonstrasi, ceramah dan tanya jawab. Penggunaan metode ini tergantung
materi pembelajaran yang akan disampaikan.
5. Guru 5
Guru 5 adalah seorang guru laki-laki lulusan Universitas negeri
yang ada di NTT. Guru 5 pernah mengikuti pelatihan di Jakarta dan
instruktur guru Fisika di Ruteng dan di Ende sosialisasi K13. Metode
pembelajaran yang sering digunakan adalah ceramah, diskusi, dan tanya
jawab. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode adalah
materi pembelajaran.
6. Guru 6
Guru 6 adalah seorang guru laki-laki lulusan Universitas negeri
yang ada di NTT. Guru 6 memiliki pengalaman mengajar selama 8 tahun.
Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru 6 adalah metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
ceramah, diskusi, dan mengaitkan kehidupan sehari-hari siswa. Faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode adalah siswanya.
7. Guru 7
Guru 7 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
swasta di Yogyakarta. Guru 7 pernah mengikuti program pelatihan guru
sebanyak tiga kali yaitu Pelatihan Center MIPA di NTT, Pelatihan
Fasilitator Penyusun Soal USBN tingkat Nasional, Pelatihan PROKTOR
(Pelaksanaan Operator Ruangan) untuk UNBK. Metode pembelajaran
yang sering digunakan adalah direct teaching (ceramah aktif). Faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam memilih metode adalah karakter siswanya.
8. Guru 8
Guru 8 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
negeri yang ada di NTT. Guru 8 pernah mengikuti program pelatihan
guru yaitu mengikuti pelatihan tutor PGSD dari UT, mengikuti pelatihan
Center MIPA bersama guru-guru di kabupaten Flores Timur dan
pelatihan Center MIPA bersama guru-guru Propinsi NTT di Kupang.
C. Data Penelitian
Peneliti telah melakukan proses pengumpulan data dengan
merekam kegiatan wawancara dari masing-masing guru. Setelah semua data
telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah ditranskip. Data yang
diperoleh berupa transkip wawancara dapat dilihat pada lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
D. Analisis Data dan Pembahasan
Data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui bagaimana peranan lingkungan
dalam pembelajaran fisika, maka peneliti membagi data penelitian dalam tiga
kategori yaitu (a) Pengetahuan guru mengenai peran lingkungan dalam
pembelajaran Fisika, (b) Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
lingkungan dalam pembelajaran Fisika, (c) Implementasi rancangan
pembelajaran yang mengintegrasikan lingkungan dalam pembelajaran. Dari
ketiga kategori umum ini peneliti selanjutnya mengkategorikannya lagi dalam
beberapa konsep kecil yang lebih spesifik.
1. Pengetahuan guru mengenai peran lingkungan dan penerapannya dalam
pembelajaran Fisika
Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti ingin mengetahuai sejauh mana
pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam
pembelajaran Fisika. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan bahwa 7 guru
dari 8 guru Fisika yang ada di pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur
memiliki pengetahuan yang sama mengenai peran lingkungan dalam
pembelajaran Fisika, dimana mereka menyadari bahwa lingkungan memiliki
peran yang sangat penting dalam pembelajaran Fisika. Kehidupan kita sehari-
hari adalah erat kaitannya dengan Fisika. Di samping itu, berdasarkan hasil
wawancara diketahui pula bahwa guru-guru Fisika di Pulau Flores,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memanfaakan lingkungan sebagai sumber dan media belajar. Berikut adalah
paparan guru mengenai pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran Fisika.
a. Lingkungan Sebagai Sumber belajar
Pada sekolah-sekolah tertentu penggunaan media biasanya hanya terbatas
pada sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Menurut guru 8,
lingkungan masyarakat sekitar bisa menjadi sumber belajar. Hal ini
tergantung pada kepekaan guru dalam melihat fenomena yang terjadi di
sekitar. Pada saat menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, guru
harus benar-benar menguasai materi sehingga guru dapat mengaitkan
materi dengan fenomena yang terjadi dan tujuan pembelajaranpun tercapai.
Dari pernyataan yang disampaikan oleh guru 8, dapat disimpulkan bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar yang paling penting adalah bagaimana
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Penguasaan materi dan sumber
belajar yang digunakan harus sesuai dengan tujuan dan fungsi
penggunaanya.
Banyak kendala yang dihadapi guru 8 ketika mengajak siswa untuk terjun
langsung ke lapangan, yaitu keterbatasan waktu dan biaya transportasi yang
cukup mahal untuk sampai ke tempat tujuan. Untuk mengatasi kendala ini,
pada saat membicarakan gaya gesek guru meminta salah satu siswa untuk
menjelaskan bagaimana cara mereka menarik tombak ketika menangkap
ikan paus. Siswa tersebut menceritakan bahwa harus memanggil banyak
orang dan harus membuat lintasan khusus dari batang kelapa. Guru 8
memanfaatkan suatu hal yang sering dilihat anak-anak dengan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
pertanyaan-pertanyaan yang memancing pemahaman dan mengarahkan
mereka pada pembahasan tentang gaya gesek. Berikut ini pernyataan guru 8
terkait pengetahuan guru mengenai peran lingkungan:
“Lingkungan masyarakat di sekitar, bisa menjadi sumber
belajar hanya tergantung dengan guru juga (guru harus
peka) dan siswa yang menggunakannya. Jangan sampai
hanya dalam1 kali tatap muka hanya berbicara tentang
kejadian itu tetapi tidak masuk ke tujuan pembelajaran
sehingga guru harus memperhatikannya juga.”
“Kendala yang sering dihadapi ketika menggunakan
metode lingkungan adalah banyak tempat yang mau
dijadikan objek pembelajaran itu jauh dari sekolah
sehingga sulit untuk berkunjng, biaya transportasi yang
mahal untuk sampai ke tempat tujuan. Untuk mengatasi
kendala ini, misalnya membicarakan tentang gaya gesek
saya tidak bisa membawa anak keluar terlalu jauh. Saya
minta salah satu anak untuk menceritakan bagaimana
mereka menarik tombak ketika menangkap ikan paus. Saya
bertanya kenapa tidak langsung di pasir saja? Dari situ saya
akan membawa mereka untuk masuk ke materi gaya
gesek.”
Guru 6 mendayagunakan lingkungan sebagai laboratorium. Menurut guru
6 banyak kejadian alam yang diketahui setelah mempelajari fisika.
Misalnya tentang pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca.
Guru 6 mengaitkan apa yang dilihat atau didengar oleh anak-anak dengan
pelajaran fisika. Misalnya pada saat berbicara tentang bunyi dan gaya
gesek, guru menambil contoh dari motor-motor yang pakai racing. Untuk
materi tentang gaya gesek dan manfaat dari gaya gesek, guru 6 memberikan
contoh kepada anak-anak ketika mereka berjalan di lumpur yang gaya
geseknya hampir mendekati nol dan menyebabkan mereka jatuh. Dari situ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
guru akan menjelaskan manfaat dari gaya gesek agar mereka tidak jatuh
pada saat berjalan di atas permukaan yang rata. Guru 6 juga menambahkan
bahwa pembelajaran langsung di lapangan seperti kegiatan mendorong dan
menarik akan meningkatkan antusias siswa dalam belajar. Berikut ini
pernyataan guru 6 terkait pengetahuan guru mengenai peran lingkungan
dan penerapannya:
“Malah lingkungan menjadi sumber belajar kami
ketimbang laboratorium.
Banyak sekali kejadian alam yang mungkin kita tahu
setelah belajar fisika. Misalnya tentang pemanasan global,
efek rumah kaca. Kalau tentan bunyi saya bisa contohkan
dengan motor-motor yang pakai reacing. Jadinya
lingkungan alamnya hanya dikaitkan dengan pelajaran
fisika. Dari hal-hal sederhana tentang gaya gesek dan apa
manfaatnya gaya gesek untuk kita. Dalam pembahasan
tentang gaya gesek, saya katakan kepada mereka bahwa
“ketika kita berjalan di atas lumpur gaya geseknya hamper
mendekati nol dan hal inilah yang menyebabkan kita
jatuh”. Jadi itulah sebabnya mengapa gaya gesek itu
penting, kita bisa berjalan dengan aman di atas permukaan
yang rata karena ada gaya geseknya. Ketika peserta didik
belajar langsung ke lingkungan, misalnya kegiatan
mendorong, menarik, dll, mereka akan antusias sekali.
Kalau yang ilmiah sekali mereka hanya akan menonton
alatnya. “
Kedua guru di atas, memiliki pengetahuan mengenai lingkungan sebagai
sumber belajar. Dikatakan demikian karena dalam menjelaskan peranan
dan pemanfaatan lingkungan, guru 8 dan guru 6 lebih menekankan pada
bagaimana kegiatan di lingkungan seperti menangkap ikan paus, berjalan di
atas lumpur dapat menjelaskan konsep fisika mengenai gaya gesek, serta
penggunaan motor racing untuk menjelaskan konsep tentang bunyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Lingkungan Sebagai Media Belajar
Guru 1 dan 2 mengetahui bahwa lingkungan memiliki peranan yang
penting dalam pembelajaran fisika dimana siswa akan lebih memahami.
Kegunaan ilmu pengetahuan akan semakin terasa manakala mereka
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian pengalaman
belajar yang berkesan dan bermakna, dapat menginspirasi peserta didik
untuk terus belajar dan mengaplikasikan pengetahuannya pada kehidupan
nyata mereka. Seperti yang dikatakan guru 1 bahwa lingkungan memiliki
peran yang bagus dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika, ada
beberapa materi yang berkaitan dengan lingkungan sehingga siswa tahu
bahwa konsep fisika yang berkaitan dengan lingkungan itu ada.
Sama seperti guru 1, guru 2 juga memiliki pandangan yang sama mengenai
lingkungan. Menurut guru 2 lingkungan memiliki kelebihan yang bagus
dalam pembelajaran fisika, dimana bisa membuat siswa lebih memahami
karena guru mengaitkan materi dengan kejadian-kejadian yang bersifat
nyata. Selain itu, lingkungan dapat dijadikan acuan bagi siswa untuk
mempelajari banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
terkait dengan materi yang mereka terima. Walaupun guru 1 dan guru 2
tidak secara spesifik menyebutkan konsep pembelajaran seperti apa yang
dimaksudkan, tetapi guru menyadari bahwa banyak hal dari lingkungan
yang berakaitan dengan pembelajaran misalnya, gaya dan kejadian-kejadian
nyata di alam sekitar. Selain itu, guru juga menyadari bahwa lingkungan
memiliki peranan penting dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berikut ini pernyataan guru 1 dan 2 terkait pengetahuan guru mengenai
peran lingkungan dan penerapannya:
“Guru 1: peran lingkungan itu bagus dalam pembelajaran
karena materi yang ada dalam konsep fisika yang berkaitan
dengan lingkungan itukan ada.”
“Guru 2: kelebihannya bagus, kita kaitkan tentang materi
dengan gaya dan kejadian-kejadian nyata di alam sekitar,
mereka bisa lebih paham dan tentunya sebagai acuan bagi
mereka untuk mempelajari banyak hal tentang kejadian-
kejadian sehari-hari yang dikaitkan dengan materi yang
mereka terima.”
Berdasarkan analisis pernyataan guru 1 dan guru 2 diatas jelas
terlihat bahwa guru 1 dan guru 2 lebih menekankan pada
penggunaan aktivitas di lingkungan untuk dijadikan contoh
konkret dari pengaplikasian konsep fisika. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh guru 1 dan guru
2 mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan ialah sebagai
media belajar.
c. Lingkungan Sebagai Sumber dan Media Belajar
Dari kedelapan guru yang diwawancarai, guru yang mengetahui peran dan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber dan media belajar ialah guru 3,
guru 4, dan guru 5. Untuk guru 3, lingkungan yang digunakan adalah
lingkungan buatan yang sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti proses yang terjadi pada kompor sehingga bisa menyala.
Guru 3 juga pernah membawa batu ke dalam kelas untuk menjelaskan
percepatan gravitasi. Menurut guru 3 kelebihan dari menggunakan
lingkungan sebagai metode belajar ialah siswa dapat terjun langsung ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
lapangan sehingga mereka bisa memperagakan langsung apa yang
dipelajari. Pernyataan ini didukung oleh teori yang dikemukakan Sudjana
dan Rivai (dalam Widiasworo 2017: 85) yang mengatakan bahwa salah satu
keuntungan yang bisa diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan
dalam proses belajar adalah hakikat belajar akan lebih bermakna sebab
peserta didik dihadapkan langsung pada situasi dan keadaan yang
sebenarnya atau bersifat alami. Berikut ini pernyataan guru 3 terkait
pengetahuan guru mengenai peran lingkungan dan penerapannya:
“Misalkan di rumah kita masak air, masak nasinya saja ada
fisikanya. Kita masak nasi menggunakan kompor, terus
kompornya pakai minyak tanah, “kenapa bisa minyak tanah
naik ke atas lewat sumbu dan kompornya bisa menyala?”.
Menurut saya kelebihan dari metode lingkungan adalah
mereka bisa terjun langsung ke lapangan. Kalau di luar
mereka bisa memperagakan langsung apa yang dipelajari.”
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan life skill
peserta didik. Seperti yang dikatakan guru 4 bahwa guru 4 lebih menuntut
anak-anak ke life skillnya mereka. “jadi pembelajaran Fisika itukan lebih
kepada pengenalan lingkungan.” Pernyataan guru 4 ini didukung oleh teori
yang dikemukakan Mulyasa (2008) yang mengatakan bahwa life skill
tersebut digunakan untuk mempertahankan lingkungan dan
mengembangkan diri secara optimal. Guru 4 menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar cenderung untuk membantu memberikan
pemahaman terhadap konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak. Untuk
mempelajari hal-hal yang abstrak seperti atom, tidak bisa hanya dengan
membayangkannya saja. Untuk materi-materi abstrak seperti itu guru akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
memberikan ilustrasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
dapat mengenal apa yang ada di sekitar mereka. Dengan bertambahnya
pengetahuan tentang berbagai keadaan, tempat serta peranannya secara
keseluruhan dalam suatu lingkungan, akan membuat peserta didik
memperoleh kecakapan dan kesanggupan baru dalam dunia nyata.
Meskipun tidak menjelaskan konsepnya secara spesifik, tetapi pada
pembahasan tentang fluida, guru 4 pernah memberikan contoh tentang
plastik berlubang berisi air yang ditekan menggunakan tangan untuk
melihat hubungan antara tekanan, ketinggian air dan jarak. Berikut ini
pernyataan guru 4 terkait pengetahuan guru mengenai peran lingkungan
dan penerapannya:
“Kalau saya lebih menuntut anak-anak ke life skillnya.
Pembelajaran fisika itukan lebih kepada pengenalan
lingkungan. Tidak dihayalan, seperti kimia misalkan kita
diminta bayangkan atom. Tidak seperti itu. Jadi, dari materi
itu yang bisa saya ambil ilustrasinya. Ilustrasi yang saya
ambil ada dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini mereka
dapat mengenal apa yang ada di sekitar mereka. Saya
pernah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
atau media belajar. Waktu itu saya mengajar tentang
Hukum Newton. Terus kalau di tempat saya dulu (di
sekolah sebelumnya), karena saya menempuh astronomi,
saya suruh anak-anak foto langit dan melihat bentuk-bentuk
bintangnya. Jadi, saya kasih tugas ke mereka, untuk 7 kali
pengambilan foto dengan hari-hari yang berbeda. Fluida
juga bisa, suruh anak-anak isi air dalam plastik kemudian
di semprot. Perhatikan aliran air yang keluar dari masing-
masing lobang.”
Sama halnya dengan 4 guru, guru 5 sering menggunakan lingkungan
sebagai sumber dan media sekaligus. Media lingkungan yang digunakan
guru 5 adalah laut dan pelabuhan. Lingkungan memberi bahan-bahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
konkrit mengenai kehidupan sehari-hari untuk dijadikan bahan pelajaran.
Hal ini sama seperti yang dikatakan guru 5 bahwa sangat penting
mengaitkan pembelajaran dengan suatu hal yang dapat dilihat anak-anak
dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan guru 5 ini didukung oleh teori
yang dikemukakan Widiasworo (2017: 84) yang mengatakan bahwa salah
satu keuntungan yang diperoleh ketika menggunakan lingkungan sebagai
sumber atau media belajar adalah penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-
hari menjadi lebih mudah dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
peserta didik. Guru 5 menjelaskan tentang adanya gaya magnet yang
bekerja pada peti kemas ketika dialiri listrik dengan arus tertentu. Selain
itu, keterbatasan pada alat laboratorium cenderung membuat guru 5
menggunakan lingkungan sebagai pengganti laboratorium. Guru 5
mengatakan segala kejadian yang terjadi dilingkungan alam sekitar sangat
berkaitan erat dengan konsep fisika sehingga kejadian-kejadian itu bisa
dijadikan sumber belajar ataupun media belajar. Dengan melihat langsung
kejadiannya akan memudahkan siswa dalam memahami konsepnya. Guru 5
pernah menggunakan laut sebagai media bantu dalam menjelaskan tentang
materi gelombang, dimana guru 5 membagi siswa dalam bentuk kelompok
untuk melihat gejala gelombang, mengapung dalam hukum Archimedes
yang bekerja pada kapal. Berikut ini pernyataan guru 5 terkait pengetahuan
guru mengenai peran lingkungan dan penerapannya:
“Saya sering mengaitkan pembelajaran dengan suatu hal
yang dapat dilihat anak-anak dalam kehidupan sehari-hari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
misalnya tentang alat pengangkat peti kemas yang ada di
dermaga kedindi. Pada dasarnya arus listrik dapat
menimbulkan medan magnet, dalam alat pengangkat
tersebut sudah dirancang sedemikian rupa sehingga ketika
dialiri arus, arusnya mengalir lalu alat tadi bersifat sebagai
magnet yang kemudian bisa mengangkat peti kemas yang
terbuat dari besi. Ketika peti kemasnya sudah dipindahkan,
arusnya diputus sehingga alat tersebut tidak bersifat magnet
lagi. Menurut saya peran lingkungan sangat penting dalam
pembelajaran Fisika. Pentingnya karena kami disinikan
peralatan laboratoriumnya masih belum telalu lengkap jadi
lingkunganlah yang kami jadikan laboratoriumnya. Selain
itu, segala kejadian yang terjadi di lingkungan alam sekitar
sangat berkaitan erat dengan konsep Fisika jadi kejadian-
kejadian itu bisa kita jadikan sumber belajar atau pun
media belajar. Siswa juga dengan melihat langsung
kejadiannya akan lebih mudah memahami konsep yang
mendasarinya. Kami pernah ke pantai untuk melihat gejala
gelombang laut dan mengukur panjang gelombang laut
dengan menggunakan tali yang sudah diukur panjangnya
dan untuk mengukur waktunya menggunakan stopwatch
hp. Kegiatannya dilakukan berkelompok lalu hasilnya
dibuat dalam bentuk laporan. Selain melihat gelombang, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pantai juga saya menunjukkan ke siswa bagaimana gaya
apung dalam hukum Archimedes bekerja pada kapal.”
Dari hasil analisis pernyataan, guru 3, guru 4, dan guru 5 dikatakan
memiliki pengetahuan mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber dan media karena dalam penjelasannya ketiga guru tersebut
menggambarkan bagaimana penggunaan lingkungan sebagai sumber dan
media belajar.
Selain yang dipaparkan pada bagian a, b, dan c di atas, ditemukan ada keadaan
guru yang sedikit berbeda, yaitu guru 7. Guru 7 mengatakan bahwa lingkungan
tidak memiliki peran dalam pembelajaran fisika. Menggunakan lingkungan
sebagai media pembelajaran akan sangat merepotkan bagi guru karena harus
membawa anak keluar sekolah dan membutuhkan banyak biaya. Guru 7
merupakan bukan tipe guru yang tertarik dengan model pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan sekitar. Berikut ini pernyataan guru 7 terkait
pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam
pembelajaran Fisika:
“Lingkungan tidak memiliki peranan dalam pembelajaran fisika.
Hanya satu guru saja yang sering menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Hanya saya bukan tipe yang seperti itu.
Saya lebih ke pendekatan matematisnya dan jujur saya tidak
pernah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Alasan
saya tidak menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar karena
menurut saya itu sangat ribet.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pengetahuan guru terhadap peran lingkungan dalam pembelajaran fisika
tidak dipengaruhi oleh berapa lama pengalaman mengajar guru maupun instansi
tempat guru mengajar, latar belakang pendidikan guru dan keterlibatan guru
dalam mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru
melainkan kepekaan guru, pengetahuan, keterampilan, dan niat guru untuk
mencoba sesuatu yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru-guru di Flores
NTT memiliki pengetahuan tentang peran dan pemanfaatan lingkungan yang
digunakan sebagai sumber belajar, lingkungan sebagai media belajar, dan
lingkungan sebagai sumber sekaligus media belajar. Pemanfaatan lingkungan
sebagai media dan sumber belajar dapat mengembangkan dan memadukan antara
teori-teori yang mereka terima di kelas karena peserta didik dihadapkan langsung
dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih
nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
2. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan lingkungan dalam
pembelajaran
Pengetahuan guru mengenai peran lingkungan terhadap pembelajaran
Fisika berdampak pada rancangan pembelajaran yang akan dibuat oleh guru.
Pada saat melakukan wawancara dengan guru mengenai rancangan
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran Fisika yang
sedang berlangsung, peneliti tidak sempat meminta rancangan pembelajaran
yang lengkap berupa RPP maupun silabus kepada guru melainkan rancangan
pembelajaran sederhana yang berupa deskripsian yang dideskripsikan saja oleh
guru. Berdasarkan data yang diperoleh, kebanyakan guru diantaranya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
guru 1, guru 3, guru 4, guru 5, dan guru 6 menggunakan lingkungan sebagai
media pembelajaran. Sedangkan guru 2 dan guru 8 menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Di samping itu, ada guru yang tidak membuat
rancangan yaitu guru 7.
Untuk guru 1 dan guru 3 memiliki rancangan pembelajaran yang
hampir sama, pertama-tama guru akan membuat LKS (Lembar Kerja Siswa)
sebagai pedoman kegiatan pembelajaran. Rancangan yang telah dibuat oleh
guru 2 dan guru 3 didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Hendriani
(dalam Widiasworo, 2017: 88-89) yang mengatakan bahwa salah satu tahap
yang harus dilakukan guru sebelum mengintegresikan lingkungan dalam
pembelajaran adalah tahap persiapan, dimana dalam tahap ini salah satu yang
harus dipersiapkan guru adalah membuat LKS (Lembar Kerja Siswa) yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembuatan LKS secara tidak langsung
dapat membuat guru untuk lebih kreatif dalam menyusun skenario
pembelajaran. Penyusunan LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai pedoman dan
petunjuk bagi peserta didik saat melakukan kerja, harus disusun semenarik
mungkin. LKS akan memberikan rambu-rambu tentang aktivitas peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar. Kekreativitasan guru dalam menyajikan
pembelajaran akan merangsang kreativitas peserta didik dalam mencari
berbagai alternatif guna menjawab rasa ingin tahu. Setelah membuat LKS, guru
1 akan mengajak anak-anak ke pantai dan melakukan pengamatan secara
berkelompok. Media belajar yang digunakan guru 1 adalah laut dan sebagai
hasilnya guru 1 akan meminta anak-anak membuat laporan. Untuk guru 3, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
saat kegiatan pembukanya guru akan menjelaskannya di dalam kelas. Ketika
masuk pada kegiatan inti, guru akan mengajak anak-anak keluar kelas. Pada
saat di luar kelas guru akan membagi siswa dalam bentuk kelompok untuk
melakukan kegiatan yang ada pada LKS dan dilanjutkan dengan diskusi,
persentasi, tanya jawab dan yang terakhir adalah rangkuman dari guru.
Penggunaan metode tanya jawab dalam kegiatan belajar mengajar
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan siswa. Salah
satu unggulan penggunaan metode tanya jawab ini adalah membuat guru bisa
memahami dan mengecek kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran
yang diajarkannya, baik secara teoritis maupun dalam tataran praktik.
Meskipun tidak dijelaskan secara lengkap mengenai materi, guru 3 akan
menggunakan lingkungan sebagai media belajar. Berikut ini pernyataan guru
terkait rancangan konsep pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan.
“Guru 1: Pertama-tama saya akan membuat LKS terlebih dahulu,
selanjutnya meminta mereka untuk membawa dengan buku
perlengkapan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan.
Mungkin konsepnya lebih kepada terlebih dahulu saya akan
meminta 5 orang anak untuk berdiri di pinggir pantai untuk
mengamati, kemudian diganti dengan 5 orang lainnya lagi.
Secara bergantian begitu terus sampai semua siswa telah
melakukan penelitiannya. Kemudian penutupnya saya minta
mereka membuat laporan untuk kesimpulannya dan laporan
kegiatannya seperti apa.”
“Guru 3 : Rancangannya, dari dalam ruangannya itu kita lakukan
kegiatan pembukaan dulu, kemudian masuk ke kegiatan inti.
Kalau memang memungkinkan untuk membentuk kelompok,
kita bisa bagi mereka dalam kelompok. Terus mereka kita ajak
keluar. Misakan saja, batu ketika dilemparkan ke atas, akan jatuh
kembali ke bawah?. Setelah itu arahkan mereka untuk melakukan
kegiatan seperti pada LKS. Pasti ada diskusinya juga, ada
presentasi dan tanya jawab. Kemudian akhirnya rangkuman.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Merancang kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan, di dalam
RPPnya guru 2 akan menggunakan metode diskusi dan identifikasi masalah
untuk mereka mengamati. Dalam melakukan diskusi, guru tentunya memiliki
kemampuan untuk memimpin diskusi. Pada saat melakukan identifikasi
masalah, tindakan yang perlu dilakukan peserta didik adalah mengetahui inti
dari problem atau persoalan, penyebab permasalahan, sekaligus solusi yang
tepat untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan tersebut. Saat
peserta melakukan identifikasi masalah, berarti peserta didik melakukan
dugaan atau perkiraan atas suatu kejanggalan yang menyebabkan munculnya
permasalahan. Penggunaan identifikasi masalah sebagai salah satu cara yang
digunakan guru pada saat kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Masalah yang diberikan kepada
peserta didik digunakan untuk merangsang rasa ingin tahu peserta didik
tentang pembelajaran yang dimaksud. Berikut pernyataan guru 2 terkait
rancangan konsep pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan :
“Untuk kegiatan seperti ini RPPnya atau metodenya adalah
diskusi, identifikasi masalah untuk mereka mengamati, untuk
mereka mengungkapkan tentang hal-hal seperti itu dan kita kaitkan
dengan materi itu penting juga.”
Menurut guru 4, agak sulit membuat rancangan konsep pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan. Guru 4 akan mengikuti RPP yang telah dibuatnya,
hanya tempatnya saja yang berbeda yaitu di luar kelas.
Rancangan konsep pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan menurut
guru 5 adalah guru akan mengajak anak-anak sekalian berkemah (supercamp)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
di pantai. Pertama-tama materinya akan dijelaskan di kelas, untuk aplikasi atau
wujud nyatanya guru akan membawa anak-anak ke lingkungan sambil
melakukan eksperimen kecil. Pernyataan guru 5 didukung oleh teori yang
dikemukakan DePorter dan Hernacki (dalam Widiasworo, 2017: 106), kegiatan
perkemahan menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan
keterampilan komunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Kegiatan
perkemahan ini juga akan memberikan manfaat, dimana pembelajaran akan
lebih kontekstual karena berhadapan pada hal-hal nyata dan keseimbangan
antara pencapaian ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam setiap
kegiatan dapat dimaksimalkan (Widiasworo, 2017: 110). Berikut pernyataan
guru 5 terkait rancangan konsep pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan:
“Rancangan untuk lingkungan: yah kalau saya maunya sekalian
seperti berkemah (supercamp) di akhir pecan di pantai. Materinya
dijelaskan sebelumnya lalu nanti di alamnya siswa tinggal melihat
aplikasinya atau wujud nyatanya sambil melakukan eksperiment
kecil. Hasil akhir dari kegiatan dibuat dalam bentuk laporan.”
Rancangan konsep pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan menurut
guru 6 adalah pada saat di sekolah guru sudah menyiapkan topik atau materi
yang akan dibahas pada saat di lingkungan dan siswa sudah memahami teori
dasarnya sehingga pada saat di lapangan anak-anak tinggal melakukan
eksperimen langsungnya saja. Guru 6 menggunakan lingkungan sebagai media
belajar mengajak anak-anak ke lingkungan sambil berwisata di pantai dan
melihat gejala gelombang. Dari sini anak-anak akan melihat contoh
langsungnya yang akan mempertegas dan memperkuat tentang teori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sedang dipelajari. Berikut pernyataan guru 6 terkait rancangan konsep
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan :
“Rancangan ideal untuk lingkungan: yang pasti dari sekolahnya
kita harus sudah siapkan topiknya apa lalu untuk dilingkungannya
seperti eksperimen langsung tapi setidaknya teori dasarnya sudah
dipahami anak-anak sebelumnya, memang kami biasanya ke pantai
sambil berwisata sambil melihat gejala gelombang yang pasti
sudah tahu teorinya disana hanya untuk melihat contoh
langsungnya artinya untuk mempertegas dan menguatkan mereka
tentang teori itu. Tetap pada akhirnya mereka buat kesimpulan dan
kita bahas lagi di kelas.”
Berbeda dari guru yang lain, guru 7 tidak bisa merancang kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebelum guru 7 belajar
dari guru-guru yang berpengalaman. Sehingga guru 7 tidak bisa
mengatakan rancangannya akan seperti ini atau seperti itu. Keterbatasan
guru dalam merancang pembelajaran yang mengintegrasikan
lingkungan dalam pembelajaran Fisika dapat dipengaruhi oleh
penggunaan metode (direct teaching) yang selalu sama pada saat
melakukan kegiatan belajar mengajar.
Guru 8 merancang kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar. Dalam merancang metode pembelajaran guru 8 perlu
mempertimbangkan tiga hal yaitu; materi, sasaran pembelajaran, dan fenomena
yang cocok. Menurut guru 8, dari ketiga hal ini yang paling penting adalah
penguasaan materi. Dengan menguasai materi, guru bisa mengaitkan dengan
fenomena alam apa saja yang terjadi di sekitar. Berikut pernyataan guru 8
terkait rancangan konsep pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
“Dalam merancang kegiatan belajar mengajar yang memanfaatkan
lingkungan ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu; yang
pertama: guru harus mengetahui materi apa yang diajarkan. Dalam
hal ini guru harus menguasai materi yang mau diberikan dengan
baik. Kedua: kepada siapa sasaran yang diberikan. Ketiga: saya
mencari fenomena lingkungan apa yang cocok dengan materi yang
akan diajarkan. Dari situ mungkin fenomena itu dibahas, didalami
baik melalui diskusi kelas atau diskusi kelompok dan muara
akhirnya ke materi. Jadi intinya ada di penguasaan materi yang
akan dikaitkan dengan lingkungan yang ada di sekitar.”
3. Implementasi rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
lingkungan dalam pembelajaran
Pengetahuan dan rancangan yang telah dibuat oleh guru akan berdampak pada
sejauh mana keberhasilan dari penggunaan metode tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara, ditemukan adanya perbedaan pendapat terkait pelaksaannya.
Menurut guru 1, kalau dipersentasikan keberhasilan dalam pelaksanaannya
akan mencapai 50%. Hal ini menunjukkan bahwa rancangan yang dirancang
oleh guru 1 kemungkinan dapat diterapkan di sekolah. Akan tetapi meskipun
ada kemungkinan dapat diterapkan di sekolah, guru 1 belum pernah mencoba
menggunakan metode tersebut. Berikut pernyataan guru 1 terkait pelaksanaan
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan:
“karena saya belum pernah mencobanya jadi sulit untuk
memprediksi sejauh mana keberhasilannya. Kalau dipersentasikan
mungkin hanya 50% saja keberhasilannya.”
Menurut guru 2 agak sulit untuk menerapkannya karena guru sering
menemukan kendala yaitu berkaitan dengan penggunaan waktu. “Sejauh mana
untuk penerapannya mungkin agak susah ya karena kendalanya sering
bermasalah dengan waktu. Jadi cukup sulit untuk mengatakan penerapannya
akan seperti ini atau seperti itu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Menurut guru 3 ada banyak kendala yang ditemukan ketika menggunakan
lingkungan sebagai media atau sumber belajar. Tetapi kalau dilihat dari segi
pemanfaatannya, menurut guru 3 pembelajaran yang mengintegrasikan
lingkungan ini dapat diterapkan. Berikut pernyataan guru 3 terkait pelaksanaan
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan:
“Memang ada banyak kendala yang ditemukan ketika
menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar.
Tetapi kalau dilihat dari banyaknya manfaat yang diperoleh ketika
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media, saya rasa
pendekatan ini dapat diterapkan.”
Guru 4 mengatakan anak-anak akan senang bila belajar di luar kelas, karena
apabila di dalam kelas mereka akan jenuh. Seperti yang dikemukkan oleh
Husamah (dalam Widiasworo, 2017: 79), proses pengajaran yang dilakukan di
sekolah formal tengah mengalami kejenuhan. Hal tersebut terjadi karena
rutinitas dan prosesnya cenderung kaku dan baku serta tidak lagi
mengutamakan ide kreativitas setiap peserta didik karena semuanya harus
terpola linier di dalam kelas. Pada saat mempelajari materi tentang kalor atau
termodinamika, guru 4 bisa mengajak anak-anak ke PLN. Menurut guru 4,
apabila menjelaskan materi seperti langsung pada objeknya, anak-anak akan
lebih mengerti dan setiap komponen yang ada di PLN ada kaitannya dengan
teori fisika. Tetapi, hal ini sulit untuk diterapkan karena guru sering bermasalah
dengan waktu. Berikut pernyataan guru 4 terkait pelaksanaan pembelajaran
yang memanfaatkan lingkungan:
“Kalau mereka pasti lebih senang belajar di luar, karena kalau di
dalam kelas mereka juga jenuh. Seperti kita mempelajari tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
materi kalor atau termodinamika, itukan bisa kita ajak mereka ke
PLN sebenarnya. Tetapi kendalanya adalah waktunya. Kalau kita
menjelaskan tentang kalor atau termodinamika itukan lama dan
kalau orang PLN mungkin lebih kena. Karena unsur Fisika itukan
setiap prodak pasti ada teori Fisikanya. Tapi tetap saja kendalanya
adalah waktu. Tidak mungkinkan, disana kita waktunya 2 kali 45
menit. Pulang pergi dari sini kesana sudah berapa menit?,
kemudian penjelasan dari orang PLN juga tidak mungkin kita
berhentikan karena waktunya sudah lewat.”
Menurut guru 5, rancangan ini akan dapat diterapkan meskipun tidak maksimal
karena sering bermasalah dengan waktu. Sedangkan untuk guru 6 akan sulit
merancang kegiatan pembelajaran seperti ini karena sering bermasalah dengan
waktu. Sedangkan guru 7 tidak dapat menerapkannya karena memang guru 7
tidak pernah membuatnya. “Mungkin rancangan ini tidak bisa diterapkan
karena saya sendiri tidak bisa merancang kegiatan ini.”
Menurut guru 8, suatu rancangan pembelajaran dikatakan berhasil atau
tidaknya tergantung dari gurunya. Pada saat guru telah merancang dan
mempersiapkan suatu konsep pembelajaran dan menemukan situasi yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan, misalnya pada saat di dalam kelas guru
menemukan daya serap peserta didik yang bermacan-macam, dimana peserta
didik yang satunya sudah mengerti dan yang satunya belum mengerti. Pada
situasi ini guru tidak bisa hanya berpaku pada rancangan yang telah
dipersiapkannya. Berkaitan dengan perbedaan daya serap peserta didik, maka
guru memerlukan strategi atau cara yang tepat untuk mengatasinya. Menurut
guru 8, rancangan harus dipersiapkan dalam sebuah bingkai sehingga pada saat
menemukan situasi seperti di atas, guru harus memiliki strategi untuk
mengatasinya tetapi tidak keluar dari bingkai yang telah dipersiapkan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berikut pernyataan guru 8 terkait rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan:
“Rancangan itu seindah apapun yang sudah disiapkan dari rumah
itu akan bisa berubah ketika masuk ke kelas dan menemukan siswa
yang mana satunya sudah mengerti dan satunya belum mengerti
sehingga kita tidak bisa berpaku pada apa yang sudah kita siapkan
itu. Mungkin yang kita siapkan itu bisa menjadi bingkai tetapi
tergantung situasi dan strategi guru untuk bisa membimbing yang
belum mengerti agar menjadi mengerti. Apabila rancangan yang
dibuat tidak dapat diterapkan berarti gurunya gagal. Rancangan itu
harus disiapkan dalam sebuah bingkai sehingga dalam
pelaksanaannya butuh sebuah strategi yang dapat siswa dari yang
belum mengerti menjadi mengerti. Rancangan itu harusnya
disiapkan guru tetapi dalam proses mungkin bisa berubah
tergantung situasi yang ditemukan di kelas hanya tidak boleh
keluar dari bingkai rancangan yang dibuat.”
Dari hasil analisis diatas yang berkaitan dengan pengetahuan guru
mengenai peran dan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran fisika, guru
memiliki pengetahuan dan cara pemanfaatan yang berbeda-beda. Ada guru
yang memandang lingkungan sebagai sumber belajar, media belajar, dan
sumber sekaligus media belajar. Guru yang memiliki pengetahuan dan
memanfaatkannya sebagai metode pembelajaran baik itu sebagai media atau
sumber tentu akan sangat membantu guru maupun siswa dalam
berlangsungnya pembelajaran. Menurut Direktorat Kependidikan dalam
widiasworo (20017: 80), pembelajaran di lapangan adalah pembelajaran yang
didesain agar peserta didik mempelajari langsung materi pelajaran dengan
objek yang sebenarnya. Dengan demikian, guru maupun siswa akan merasakan
pembelajaran yang semakin nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Guru-guru yang ada di Flores memiliki pengetahuan mengenai peran
dan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran Fisika, dimana lingkungan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, media belajar, dan sumber
sekaligus media belajar dalam pembelajaran fisika. Namun pengetahuan yang
dimiliki guru tidak berdampak pada penerapan rancangannya secara maksimal.
Dalam penelitian ini masih ditemukan adanya kendala-kendala yang dialami
oleh sebagian besar guru sehingga rancangan tersebut sulit untuk diterapkan.
Kendala-kendala yang ditemukan antara lain:
a. Keterbatasan waktu yang tersedia
b. Guru yang kurang terampil atau tidak terampil untuk mengelola dan
menggunaka lingkungan sebagai metode belajar
c. Kondisi siswa yang belum siap untuk menerima kondisi pembelajaran
yang seperti itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis data, dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai pengetahuan guru terhadap penggunaan lingkungan dalam
pembelajaran fisika sebagai berikut:
1. Guru-guru yang ada di Flores memiliki pengetahuan mengenai peran
dan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, lingkungan sebagai
media belajar, dan lingkungan sebagai sumber sekaligus media belajar
dalam pembelajaran fisika. Di samping itu, ada juga guru yang
mengatakan bahwa lingkungan tidak memiliki peranan penting dalam
pembelajaran Fisika.
2. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan lingkungan dalam
pembelajaran fisika yang dirancang oleh 8 guru, pada umumnya
memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran yang dapat
membantu meningkatkan pemahaman siswa.
3. Rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru tidak dapat
diterapkan secara maksimal di sekolah kerena adanya keterbatasan
fasilitas pendukung (biaya transportasi, penggunaan waktu) untuk
berwisata ke lingkungan alam dan pengalaman guru dalam
mengintegrasikan lingkungan dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti menyampaikan beberapa
saran, yaitu:
1. Sebaiknya sekolah memberikan pelatihan terkait penggunaan
lingkungan sebagai metode pembelajaran
2. Melihat banyaknya bahan yang disediakan alam maka sebagai guru
Fisika harus memiliki pengetauhuan dan keterampilan dalam
memanfatkan lingkungan.
3. Harus ada kerjasama antara guru dengan pihak sekolah terkait dengan
biaya dan waktu yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh., 1987. Mengejar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Djamarah, Syaiful Bhari &Aswan Zain. 2010. StrategiBelajar Mengajar (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Mulyasa. 2008. Implementasi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sadiman, Arief S dkk. 2006. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo.
Sudjana, dan Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Suparno, Paul. 2014. Metodologi Pembelajaran Kontruktivis & Menyenangkan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT Prestasi
Pustaka. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kela. Yokyakarta: DIVA
Press.
Widiasworo, Erwin. 2017. Strategi dan Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI