identifikasi kandungan senyawa dan aktivitas …
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI KANDUNGAN SENYAWA DAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI SEREH WANGI
(Cymbopogon nardus) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli
SKRIPSI
MIRNA TIARANI PUTRI
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
ii
IDENTIFIKASI KANDUNGAN SENYAWA DAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI SEREH WANGI
(Cymbopogon nardus) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kimia
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Mirna Tiarani Putri
NIM : 1111096000022
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1438 H
iii
iv
v
PERNYATAAN
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL
KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN.
Jakarta, Juni 2018
Mirna Tiarani Putri
NIM. 1111096000022
vi
ABSTRAK
MIRNA TIARANI PUTRI, Identifikasi Kandungan Kimia dan Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Dibimbing oleh DEDE SUKANDAR
dan ANNA MUAWANAH.
Minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus) adalah salah satu minyak atsiri
yang banyak diproduksi di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai antibakteri.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan senyawa kimia
minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogan nardus) serta melihat aktivitas antibakteri
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Uji
aktivitas antibakteri ini dilakukan dengan metode difusi cakram. Minyak atsiri
(Cymbopogon nardus) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Dari hasil aktivitas antibakteri metode difusi, minyak atsiri
dapat menghambat bakteri Eschercichia coli dan Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 700 ppm dengan daya hambat sedang. Minyak atsiri sereh wangi
memiliki kemampuan aktivitas antibakteri lebih kecil dari pada antibiotik
kloramfenikol. Dan telah dibuktikan dari hasil identifikasi kandungan senyawa
menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa kandungan terbesar adalah sitronelal
sebesar 33.86%, geraniol 18.29%, sitronellol 14.97%. Minyak atsiri (Cymbopogon
nardus) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
Kata Kunci : Antibakteri, Cymbopogan nardus, Escherichia coli, Staphylococcus
aureus , GC-MS.
vii
ABSTRACT
MIRNA TIARANI PUTRI, Identification of Chemical Content and Activity of
Essential Oil of Citronella Wangi (Cymbopogon nardus) Against Staphylococcus
aureus and Escherichia coli Bacteria. Guided by DEDE SUKANDAR and ANNA
MUAWANAH.
Essential oil of citronella (Cymbopogon nardus) is one of the many essential oils
produced in Indonesia that are used as antibacterial. The purpose of this study was
to determine the essential oil content of citronella (Cymbopogan nardus) and to see
antibacterial activity against the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia
coli bacteria. This antibacterial activity test was performed by disc diffusion
method. Essential oils (Cymbopogon nardus) have antibacterial activity against
Escherichia coli and Staphylococcus aureus. In the diffusion method the
concentrations can inhibit Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria at
a concentration of 700 ppm with moderate inhibitory power. The citronella essential
oil has a smaller antibacterial ability than the chloramphenicol antibiotics. Essential
oils (Cymbopogon nardus) have antibacterial activity against Escherichia coli and
Staphylococcus aureus. From the results of the discovery of components using GC-
MS showed that the largest content was 33.86% sitronelal, geraniol 18.29%,
sitronellol 14.97%.
Keywords : Antibacterial, Cymbopogan nardus, Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, GC-MS.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohim
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
nikmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Identifikasi Kandungan Kimia dan Aktivitas Antibakteri
Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.” Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucpan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
1. Drs. Dede Sukandar, M.Si, selaku Ketua Prodi Kimia FST UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai Pembimbing I yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk bisa melanjutkan dan membantu menyelesaikan
tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Sains (S1).
2. Anna Muawanah, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan perhatian
dan membimbing dengan sabar kepada penulis.
3. Dr. Sandra Hermanto, M.Si, selaku Penguji I telah memberi kritik, saran, dan
ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Hendrawati, M.Si selaku Penguji II telah memberi kritik, saran, dan ilmu
yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin penulis untuk
melaksanakan penelitian.
ix
6. Bapak dan Ibu ananda tercinta yang tidak pernah berhenti mencurahkan do’a,
serta mendukung baik moril maupun materil. Indriadi Setiawan serta kakak-kakak
ananda, para keponakan terimakasih atas do’a dan dukungannya selama
melaksanakan tugas akhir ini.
7. Kak Puji Astuti dan Kak Akmal yang telah membantu dan memberikan
bimbingan selama proses penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Pusat
Laboratorium Terpadu UIN Jakarta.
8. Sahabat-sahabat tercinta Maya, Fasya, Anis, Deni, Latif, Reny, Idza, Ika. Serta
para pejuang skripsi 2011 Reza, Irsyad, Syahrullah, Asan. Teman-teman
seperjuangn Kimia 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan
semangat dan dukungan setiap saat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karen itu, dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan
khususnya di Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, Juni 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR. ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Hipotesis ................................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1. Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) ......................................... 6
2.2. Minyak Atsiri ........................................................................................... 7
2.2.1. Kandungan Kimia Minyak Atsiri Sereh Wangi .................................. 7
2.3. Mikroorganisme ....................................................................................... 11
2.3.1. Bakteri ................................................................................................. 11
2.3.2. Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif ................................ 12
2.3.3. Escherichia coli .................................................................................. 12
2.3.4. Staphylococcus aureus ........................................................................ 13
2.3.5. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme .............. 15
2.4. Antibakteri ................................................................................................ 16
2.4.1. Uji Aktivitas Antibakteri .................................................................... 18
2.5. Antibiotik ................................................................................................. 21
2.5.1. Pengolongan Antibiotik ...................................................................... 21
2.5.1.1. Berdasarkan Spektrum atau Kisaran Kerja ................................... 21
xi
2.5.1.2. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya ................................................ 21
2.5.1.3. Berdsarkan Daya Kerjanya ............................................................ 22
2.6. Kloramfenikol .......................................................................................... 22
2.7. Larutan Standar Mc Farland ..................................................................... 23
2.8. Gas Chromatography Mass Spectrometry ............................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 28
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................... 28
3.2. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 28
3.2.1. Alat Penelitian .................................................................................... 28
3.2.2. Bahan Penelitian ................................................................................. 28
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................................... 29
3.3.1. Preparasi Uji Antibakteri .................................................................... 29
3.3.1.1. Inokulasi Bakteri pada Media Agar Miring .................................. 29
3.3.1.2. Sterilisasi Alat ............................................................................... 29
3.3.1.3. Pembuatan Media .......................................................................... 29
3.3.1.4. Pembuatan Larutan Uji .................................................................. 30
3.3.1.5. Pembuatan Standar Kekeruhan McFarland ................................... 30
3.3.1.6. Teknik Pembuatan Suspensi Bakteri ............................................. 30
3.3.1.7. Pembuatan Kontrol Positif pada Metode Difusi Cakram .............. 31
3.3.2. Tahap Pengujian ................................................................................. 31
3.3.2.1. Metode Difusi ................................................................................ 31
3.3.2.2. Pengukuran Zona Hambat ............................................................. 32
3.3.2.3. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia dengan GC-MS ............. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 34
4.1. Pengujian Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi .......................... 37
4.2. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Minyak Atsiri Sereh Wangi .... 41
xii
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 47
5.1. Simpulan .................................................................................................. 47
5.2. Saran ......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48
LAMPIRAN ................................................................................................... 54
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif ............................. 14
Tabel 2. Klasifikasi zona hambat ................................................................... 32
Tabel 3. Nilai zona hambat pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus ................................................................................................ 35
Tabel 4. Senyawa aktif hasil analisa GC-MS minyak atsiri sereh wangi ....... 44
Tabel 5. Kandungan kimia minyak atsiri sereh wangi varietas mahapengiri . 45
Tabel 6. Kandungan kimia minyak atsiri sereh wangi penelitian Guenthar ... 42
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Batang sereh wangi ...................................................................... 7
Gambar 2. Struktur sitronellal, geraniol,dan sitronellol ................................ 10
Gambar 3. Escherichia coli ........................................................................... 13
Gambar 4. Staphylococcus aureus ................................................................. 14
Gambar 5. Mekanisme biosintesa terpenoid ................................................. 17
Gambar 6. Kloramfenikol .............................................................................. 22
Gambar 7. GC-MS laboratorium Puslabfor ................................................... 27
Gambar 8. Hasil identifikasi GC-MS ............................................................ 36
Gambar 9. Struktur senyawa penyusun minyak atsiri sereh wangi ............... 42
Gambar 10. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diperdekat dan
diperbesar ................................................................................... 44
Gambar 11. Stok larutan uji ........................................................................... 71
Gambar 12. Larutan McFarland .................................................................... 71
Gambar 13. Escherichia coli I dan Escherichia coli II setelah 24 jam .......... 71
Gambar 14. Staphylococcus aureus I dan Staphylococcus aureus II jam pertama
.................................................................................................... 72
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Skema penelitian ....................................................................... 54
Lampiran 2. Pembuatan suspensi bakteri ...................................................... 55
Lampiran 3. Hasil identifikasi senyawa kimia minyak atsiri sereh wangi .... 56
Lampiran 4. Parameter instument kontrol ..................................................... 59
Lampiran 5. Beberapa spektrum kandungan senyawa kimia minyak atsiri .. 62
Lampiran 6. Metode difusi cakram ............................................................... 67
Lampiran 7. Perhitungan sistematika ............................................................ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hal
tersebut menjadikan Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minyak atsiri. Saat ini perkembangan minyak
atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia. Dari
berbagai jenis tanaman atsiri yang dimiliki indonesia, salah satu tanaman atsiri di
Indonesia yang potensial untuk dikembangkan adalah sereh. Menurut Armando
(2009), sereh yang terdapat di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu sereh wangi
(Cymbopogon nardus) dan sereh dapur (Cymbopogon citratus).
Allah SWT telah memerintahkan manusia sebagai makhluk yang diberi akal
untuk senantiasa berfikir dan mencari baik manfaat maupun bahaya dari apa yang
telah Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Karena itu, Allah SWT telah
menciptakan semuanya agar kita senantiasa bersyukur kepada-Nya. Seperti yang
telah dijelaskan dalam Surah Asy-Syura ayat 7 :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”
Berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT telah menyerukan kepada kita bahwa
semua yang diciptakan di muka bumi ini pasti mempunyai maksud dan tujuan.
Seperti pada daun sereh wangi yang biasanya hanya dimanfaatkan untuk menambah
cita rasa pada makanan kini bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
kesehatan lingkungan sekitar.
2
Minyak sereh wangi, yang dalam perdagangan dikenal dengan nama
Citronella Oil, umumnya digunakan sebagai antiseptik, antispasmodik, diuretik,
dan obat penurun panas (Lawless, 2002). Citronella oil diperoleh dari hasil
penyulingan tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.). Jenis tanaman inilah
yang memproduksi minyak dengan mutu terbaik dibanding jenis lainnya karena
mengandung 80 sampai 97 % total geraniol dan 30 sampai 45 persen sitronellal
(Ketaren, 1981). Burdock, (2002) menyebutkan bahwa komponen kimia dalam
minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen yang terpenting adalah
sitronellal, sitronellol, dan geraniol.
Ketiga komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, dan kualitas
yang berdampak pada nilai dan harga minyak sereh wangi. Kualitas minyak atsiri
pada umumnya dan minyak sereh wangi pada khususnya ditentukan oleh faktor
kemurnian. Kualitas minyak sereh wangi ditentukan pula oleh komponen utama di
dalamnya yaitu kandungan sitronellal dan geraniol yang biasa dinyatakan dengan
jumlah kandungan geraniol. Biasanya jika kadar geraniol tinggi, maka kadar
sitronellal juga tinggi.
Kadar komponen kimia penyusun utama sebagai penentu mutu minyak sereh
wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang
memengaruhi produksi dan mutu minyak sereh wangi antara lain: keadaan
tanah, iklim, tinggi tempat dari permukaan laut, dan keadaan daun sebelum
disuling. Faktor lain yang turut memengaruhi mutu minyak sereh wangi yaitu
proses penyulingan, perlakuan terhadap minyak atsiri, kemasan, dan lama
penyimpanan yaitu hidroksi sitronellal (Ketaren, 1985).
3
Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam industri kimia karena
kandungan sitronelal dan geraniolnya yang tinggi (Idawanni, 2015). Secara umum
kandungan sereh terdiri kariofilen bersifat antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
antitumor, dan dapat digunakan sebagai obat bius. Sitral bersifat antihistamin dan
antiseptik. Selain itu, Luangnarumitchai et al., (2007) memaparkan bahwa
kandungan sitronelal, geraniol, dan sitronelol dalam minyak sereh wangi juga
mampu menghambat aktivitas bakteri.
Bebagai jenis bakteri dari bakteri gram positif maupun gram negatif banyak
terdapat pada permukaan lantai. Mikroorganisme tersebut antara lain adalah
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp.
dan lain-lain. Beberapa penelitian membuktikan bahwa Escherichia coli termasuk
salah satu bakteri yang paling sering ditemukan di lantai (Rahmika, 2008). Selain
itu, Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan di
berbagai tempat, antara lain: permukaan benda, baju, lantai, tanah, rumah sakit,
bahkan pada kulit manusia, dan bersifat patogen bagi manusia (Rahmika, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menjadi
pilihan untuk digunakan sebagai bakteri uji pada penelitian ini.
Aiyegoro dan Okoh (2009), melaporkan adanya kandungan antimikroba
dalam berbagai minyak atsiri atau ekstrak tumbuhan. Minyak atsiri berperan
sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau
dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak
atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan karbonil (Partawa, 2008).
4
Putriningtyas (2014) dalam studinya melaporkan bahwa minyak atsiri
daun sereh wangi varietas lenabatu asal Tawangmangu mampu menghasilkan zona
hambat terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli hasil menunjukkan
bahwa aktivitas antibakteri minyak atsiri daun sereh wangi lebih besar terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, telah mencoba
membudidayakan tanaman sereh wangi varietas Mahapengiri, bisa dijadikan
sebagai bahan pengembangan penelitian pada bidang kimia. Pada penelitian ini,
mengidentifikasi senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri sereh wangi varietas
mahapengiri yang dijadikan landasan sebagai suatu bahan kimia yang dapat
memberikan aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli yang hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai acuan pembuatan
formula pembersih lantai (desinfektan) optimum sebagai zat antibakteri
berdasarkan nilai zona hambat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah minyak atsiri sereh wangi varietas Mahapengiri memiliki komponen-
komponen kimia seperti sitronella, geraniol dan sitronellol yang dapat
memberika aktivitas antibakteri?
2. Apakah minyak atsiri sereh wangi varietas Mahapengiri memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus ?
3. Bagaimanakah aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli jika dibandingkan dengan kloramfenikol (kontrol positif) ?
5
1.3. Hipotesis
1. Minyak atsiri sereh wangi varietas Mahapengiri memiliki komponen-
komponen kimia seperti sitronella, geraniol dan sitronellol.
2. Minyak atsiri sereh wangi memiliki aktivitas sebagai zat antibakteri karena
memiliki kandungan kimia yang sifatnya sebagai antibakteri, antimikroba dan
antiseptik.
3. Ditemukan aktivitas antibakteri jika dibandingkan dengan nilai kontrol pada
masing-masing bakteri.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa minyak atsiri sereh wangi
varietas Mahapengiri hasil budidaya Program Studi Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki komponen-komponen
senyawa kimia yang memiliki aktivitas antibakteri yang optimum dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi bahwa minyak
atsiri sereh wangi dapat memiliki potensi sebagai antibakteri, serta sebagai bahan
pertimbangan untuk penelitian pembuatan formulasi kesediaan desinfektan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus)
Klasifikasi tanaman sereh wangi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus(L.) Rendle
(Santoso, 2007).
Sereh wangi (Cymbopogon nardus) merupakan tanaman berupa rumput-
rumputan tegak, dan mempunyai akar yang sangat dalam dan kuat, batangnya
tegak, membentuk rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi 1 sampai 1,5
meter. Daunnya merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris,
gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah,
dengan panjang hingga 70-80 cm dan lebar 2-5 cm (Segawa, 2007). Jenis
mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya lebih lebar dan pendek, disamping itu
menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 30-45% dan geraniol 65-90%. Jenis
lenabatu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 7-15% dan geraniol 55-
65% (Wijoyo, 2009).
7
Gambar 1. Batang Sereh Wangi (Sastrohamidjojo, 2004)
2.2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu
kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau
dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya
tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi.
Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang
berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan
sejuk (Gunawan et al., 2004).
2.2.1. Kandungan Kimia Minyak Atsiri Sereh Wangi
Minyak atsiri dari sereh wangi didapatkan dengan cara penyulingan dari daun
dan batang sereh segar dengan metode destilasi uap dengan kandungan minyak
atsirinya 0,5-1,2 % (Ginting, 2004). Kandungan utama dari minyak atsiri yaitu
sitronellal, sitronellol, geraniol, dan sitral. Komponen-komponen tersebut
menentukan intensitas bau, serta harga minyak sereh wangi. Biasanya jika kadar
geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi. Jumlah kandungan senyawa yang
terkandung berkaitan juga dengan spesies tanamannya. Jenis Cymbopogon nardus
8
memiliki kandungan sitronellal dan geraniol yang paling tinggi (Arswendiyumna,
2006).
Pada fraksi minyak atsiri dari tanaman Cymbopogan nardus terdapat senyawa
sitronelal, sitronelol, limonene, linalool (Lorenzo et al., 2000). Hasil identifikasi
dari Delespaul et al., (2000) dilaporkan bahwa dalam tanaman Cymbopogon nardus
terdapat senyawa sitronellal, geraniol, sitronellol, sedangkan minyak atsiri dari
Cymbopogon nardus asal India mengandung sitronellal, geraniol, α-terpineol, cis-
sabinene hidrat, nerolidol, β- caryophyllene, dan germacren-4-ol (Mahalwal et al.,
2002).
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar, berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik, dan tidak
larut dalam air (Anonim, 2007). Minyak atsiri mengandung resin, dan lilin dalam
jumlah kecil yang merupakan komponen tidak mudah menguap (Anonim, 2007).
Sifat fisik, kimia dan kegunaan senyawa- senyawa minyak sereh adalah sebagai
berikut:
a. Sitronellal (C10H18O), Persenyawaan sitronellal terdapat pada minyak sereh,
eucalyptus citriodora, rumput lemon dan bunga mawar. Pada suhu kamar,
sitronellal berupa cairan berwarna kekuningan yang mudah menguap, bersifat
sedikit larut dalam air (non polar) dan dapat larut dalam alkohol dan ester.
Memiliki aroma menyenang- kan dan banyak digunakan sebagai zat aditif pada
sabun dan sebagai bahan dasar untuk pembuatan hidroksi sitrenellal dan mentol
sintesis.
b. Sitronellol (C10H20O), Sitronellol banyak terdapat pada minyak mawar dan
minyak sereh. Pada suhu kamar berupa cairan tidak berwarna dan berbau mawar,
9
bersifat mudah larut dalam alkohol dan eter, tetapi sedikit larut dalam air (non
polar). Sitronellol banyak digunakan untuk kosmetik dan wangi-wangian.
c. Geraniol (C10H18O), Geraniol akan berupa cairan tidak berwarna pada suhu
kamar kuning pucat, seperti minyak) dan beraroma menyenangkan. Tidak larut
dalam air (non polar) dan dapat larut dalam pelarut organik. Geraniol umumnya
digunakan sebagai wewangian tubuh, bahan dasar pembuatan ester misalnya
seperti geraniol asetat yang banyak digunakan sebagai zat pewangi, yaitu pada
pembuatan parfum mawar, melati dan lavender.
Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa
golongan fenil propana. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai
samping berupa propana C3. Sebagai contoh senyawa golongan fenil ini adalah
sinamilaldehida, anetol, eugenol, feniletil, anisaldehida, dan metil salisilat
(Gunawan, 2010).
Sifat daya hambat senyawa fenol terhadap mikroba disebabkan karena gugus
hidroksil yang dimilikinya dapat berinteraksi dengan protein membran sel mikroba
melalui ikatan hidrogen sehingga protein tersebut kehilangan fungsinya. Gugus
hidroksil dapat menjadi donor hidrogen yang sangat baik untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan gugus karbonil pada protein. Protein dan fosfolipid merupakan
senyawa penting yang menyusun membran sel mikroba, yang mana protein di sini
berfungsi sebagai pengatur keluar-masuknya material dari dan ke dalam sel (Putra,
2014).
Komposisi kimia penyusun utama dari minyak sereh wangi adalah golongan
monoterpen, alkohol dan aldehida, sehingga minyak atsiri memiliki sifat fisik dan
kimia yang termasuk dalam kelas alkohol. Sereh wangi mengandung saponin,
10
flavonoid, polifenol (Naidu et al., 2000). Saponin merupakan kelompok glikosida
yang tersusun oleh aglikon bukan gula yang berikatan dengan rantai gula.
Sifat antimikrob dari senyawa saponin disebabkan oleh kemampuan senyawa
tersebut berinteraksi dengan sterol pada membran sehingga menyebabkan
kebocoran protein dan enzim-enzim tertentu (Oleszek, 2000). Senyawa
flavonoid merupakan kelompok pigmen-pigmen tanaman aromatik dengan
atom C15 (Naidu et al., 2000). Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan dan
antimikrob. Senyawa flavonoid lipofilik memiliki kemampuan penetrasi dalam
membran sel (Naidu et al., 2000). Senyawa flavonoid lipofilik memiliki aktivitas
antimikrob karena memiliki kemampuan penetrasi dalam membran sel (Naidu et
al., 2000).
Gambar 2. Struktur Sitronellal, Geraniol,dan Sitronellol (Kadarohman, 2009).
Geraniol merupakan pesenyawaan yang terdiri dari dua molekul isopropen,
sedangkan sitronellol merupakan hasil kondensasi dari sitronellal termasuk dalam
grup aldehida. Dengan kandungan minyak seperti ini maka daya menguapnya
termasuk dalam golongan cepat sampai sedang (Wijoyo, 2009). Komposisi minyak
sereh wangi terdiri dari 30-40 komponen, yang isinya alkohol, hidrokarbon, ester,
aldehid, keton, oksida, dan terpen (Guenther, 2006).
11
2.3. Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat kecil,
sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan mikroskop
(Pelczar, 1988 ). Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur
tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang,
hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan mikroskop
elektron (Dwidjoseputro, 1990). Mikroorganisme banyak ditemukan di tempat -
tempat yang tersedia makanan, kelembaban dan suhu yang sesuai untuk
pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme. Pada diri manusia, mikroorganisme
terdapat mulai dari permukaan kulit kita sampai ke dalam usus.
2.3.1. Bakteri
Kelompok mikroorganisme yang tidak memiliki membran inti sel,
mikroorganisme ini termasuk ke dalam domain prokariot dan berukuran sangat
kecil (mikroskopik), serta memiliki peran dalam kehidupan di bumi, beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan
industri (Jawetz, 2008).
Golongan prokariot yaitu merupakan bentuk sel yang paling sederhana yang
memiliki ukuran dengan diameter dari 1 hingga 10 μm. Ciri yang membedakan
prokariotik dengan eukariotik adalah inti sel di mana sel prokariotik tidak
mempunyai membrane inti sel atau nukleus yang jelas, bakteri memiliki 2
pembagian struktur yaitu, struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
meliputi, dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
penyimpanan. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) meliputi,
12
kapsul, flagelum, pilus (pili), klorosom, vakuola gas dan endospora (Soemarno,
2000).
2.3.2. Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu mempertahankan
warna kristal violet pada dinding selnya saat perwarnaan gram dilakukan,
pewarnaan gram sangat penting untuk mengetahui klasifikasi bakteri dan
mengetahui identifikasinya ( Radji, 2009).
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal
violet sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna ungu di bawah
mikroskop, perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel
yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram, ditemukan oleh
ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting
dalam klasifikasi bakteri (Jawetz, 2005).
2.3.3. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen,
bertindak sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia
(Tenailon et al., 2010). Berdasarkan taksonominya Escherichia coli
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Divisi : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Esherichia coli
(Todar, 2008)
13
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek
yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7 μm dan bersifat
anaerob fakultatif. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan
halus dengan tepi yang nyata (Smith Keary, 1988). Pada umumnya bakteri
memerlukan kelembaban yang cukup tinggi sekitar 85% (Madigan et al, 2005).
Escherichia coli merupakan golongan bakteri mesofilik yaitu bakteri yang suhu
pertumbuhan optimumnya 15-45°C dan dapat hidup pada pH 5,5-8. Escherichia
coli akan tumbuh secara optimal pada suhu 27°C. Escherichia coli memiliki suhu
maksimum pertumbuhan 40-45°C, di atas suhu tersebut bakteri akan mengalami
inaktivasi (Hawa et al., 2011).
Gambar 3. Escherichia coli (Todar, 2008)
2.3.4. Staphylococcus aureus
Staphylococcus merupakan suatu kuman berbentuk sferis yang tumbuh
bergerombol seperti buah anggur dengan ukuran diameter sekitar 0,5-1 ,5μm.
Staphylococcus aureus memiliki warna keemasan ketika dibiakkan pada media
solid, sesuai dengan namanya “aureus” yang berasal dari bahasa Latin.
Merupakan salah satu kuman flora normal yang ditemukan pada kulit dan hidung
manusia. Sama seperti species Staphylococcus yang lain, Staphylococcus aureus
14
bersifat non motil, non spora, anaerob fakultatif yang tumbuh melalui respirasi
aerob atau fermentasi, dan termasuk bakteri kokus gram positif. Kuman ini juga
dapat menghemolisis agar darah.
Staphylococcus aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan
fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas
karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar
bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat (Madigan et al, 2000).
Gambar 4. Staphylococcus aureus (Jawetz, 2008).
Tabel 1. Perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif (Agus, 2004).
Ciri-ciri Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif
Struktur
dinding sel
Tebal 20 - 80 nm dan berlapis
tunggal (mono)
Tipis 10 - 15 nm dan
berlapis tiga (multi)
Komposisi
dinding sel
Kandungan lipid rendah 1-4%,
kandungan peptidoglikan yaitu
60-100%, dan mempunyai asam
teikoat
Kandungan lipid tinggi 11-
22%, kandungan
peptidoglikan sedikit yaitu
10-20%, dan tidak
mempunyai asam teikoat
15
2.3.5. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
Pada pertumbuhan mikroorganisme, tidak semua sel yang terbentuk akan
terus hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu mikroorganisme membutuhkan nutrient untuk kehidupan
pertumbuhannya sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, dan sumber energi.
Kemudian mineral dan vitamin juga mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme,
sel mikroorganisme memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak semua air
dapat digunakan oleh mikroorganisme.
Kondisi atau keadaan air yang tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme
yaitu, adanya salut dan ion yang dapat mengikat air di dalam larutan, koloid
hidrofilik (gel) dapat mengikat air dan air berbentuk kristal es atau hidras.selain itu,
Nilai pH medium sangat mempengaruhi jenis mikroorganisme, karena
mikroorganisme dapat tumbuh pada suhu pH 3-6.
Mikroorganisme mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan
sel yaitu:
1. Pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada suhu dengan kisaran 30°C
2. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme meningkat lambat dengan naiknya
suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal
3. Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan cepat dengan
naiknya suhu.
Adanya konsentrasi O2 di lingkungan juga mempengaruhi mikroorganisme
yang dapat tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O2 jasad renik dibedakan menjadi jasad
renik yang bersifat aerobik, anaerobik dan aerobik fakultatif (Pelczar, 2008).
16
2.4. Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang menghambat pertumbuhan bakteri dan
digunakan secara khusus untuk mengobati infeksi. Berdasarkan cara kerjanya,
antibakteri dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakteriosidal. Antibakteri
bakteriostatik adalah zat yang dapan menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan antibakteri bakteriosidal adalah zat yang bekerja mematikan bakteri.
Beberapa zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan
bersifat bakteriosidal pada konsentrasi tinggi (Gani, 2007). Mekanisme kerja
antibakteri dapat terjadi melalui lima cara, yaitu hambatan sintesis dinding
sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul asam nukleat, penghambatan
kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein (Sunanti,
2007).
Zat antibakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antibakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan antibakteri yang dapat
membunuh bakteri (bakteriosid) (Talaro, 2008). Berdasarkan daya menghambat
atau membunuhnya, antibakteri dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
berspektrum sempit (narrow spectrum) dan berspektrum luas (broad spectrum).
Antibakteri yang berspektrum sempit yaitu antibakteri yang hanya dapat bekerja
terhadap bakteri tertentu saja, misalnya hanya terhadap bakteri gram positif saja
atau gram negatif saja. Antibakteri yang berspektrum luas dapat bekerja baik pada
bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif (Talaro, 2008).
Mekanisme antibakteri senyawa fenolik dan terpenoid adalah merusak
struktur dinding sel, mengganggu kerja transport aktif dan kekuatan proton di dalam
membran sitoplasma bakteri. Senyawa antimikrobia dapat berasal dari hewan
17
maupun tumbuhan. Senyawa antimikrobia yang berasal dari tanaman sebagaian
besar diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama dari golongan
fenolik dan terpen dalam minyak atsiri (Nychas et al., 2000). Sebagian besar
metabolit sekunder disintesis dari banyak metabolit primer seperti asam-asam
amino, asetil ko-A, asam mevalonat dan metabolit antara.
Gambar 5. Mekanisme biosintesis terpeoid (Nychas et al., 2000).
Selain itu, beberapa senyawa yang bersifat antimikrobia alami berasal
dari tanaman diantaranya adalah fitoaleksin, asam organik, minyak esensial
(atsiri), fenolik dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa
sejenisnya (Nychas et al., 2000). Selanjutnya disampaikan oleh Ruiz et al., (2012)
18
bahwa senyawa tersebut akan mendenaturasi dan menginaktifkan protein seperti
enzim. Oleh karena itu, dinding sel bakteri akan mengalami kerusakan karena
terjadinya penurunan permeabilitas yang memungkinkan terganggunya transport
ion-ion organik penting yang akan masuk ke sel bakteri, sehingga dapat
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel bakteri. Keefektifan
antibakteri terhadap patogen dapat dilihat dari Konsentrasi Hambat Minimal
(KHM). Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) merupakan konsentrasi terendah
obat untuk menghambat pertumbuhan patogen (Prescott et al., 2005).
2.4.1. Uji Aktivitas Antibakteri
Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antibakteri dapat dilakukan
dengan salah satu dari dua metode pokok. Penting sekali menggunakan metode
standar untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi aktivitas
antibakteri. Ada dua metode untuk mengukur aktivitas antibakteri yaitu dilusi dan
difusi (Jawetz et al., 2008). Uji aktivitas antibakteri mempunyai tujuan mengukur
aktivitas daya antibakteri dari suatu senyawa kimia terhadap bakteri, menentukan
konsentrasi suatu antibakteri terhadap cairan badan atau jaringan, dan kepekaan
suatu antibiotik terhadap konsentrasi-konsentrasi obat yang dikenal (Jawetz et al.,
2001). Uji aktivitas antibakteri untuk menentukan kepekaan suatu bakteri patogen
dapat dilakukan dengan dua metode antara lain :
a. Metode Dilusi
Prinsip metode ini adalah menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi
media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang telah diuji. Setelah itu
masing - masing tabung diuji dengan antibakteri yang telah diencerkan secara
19
serial. Uji keretanan dilusi agak membutuhkan waktu yang banyak, dan
kegunaanya terbatas pada keadaan-keadaan tertentu. Keuntungan uji dilusi
adalah bahwa uji tersebut memungkinkan adanya hasil kuantitatif, yang
menunjukan jumlah obat tertentu yang diperlukan untuk menghambat (atau
membunuh) mikroorganisme yang diuji (Jawet et al., 2007).
Larutan zat antibakteri dilarutkan dengan pelarut yang sesuai, kemudian
diencerkan dengan medium cair berturut-turut pada tabung yang disusun dalam
satu deret hingga konsentrasi terkecil yang dikehendaki. Tiap tabung (yang
berisi campuran media dan larutan zat antibakteri dengan berbagai konsentrasi
tersebut) ditanami dengan suspensi bakteri yang mengandung kira-kira 105–
106 sel bakteri CFU/mL.
Selanjutnya dibiakan dalam media tabung diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 18-24 jam. Pertumbuhan bakteri diamati dengan cara melihat kekeruhan
didalam tabung tersebut, yang disebabkan oleh inokulum bakteri. Larutan yang
ditetapkan sebagai tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media baru tanpa
penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-
24 jam (Ratnasari, 2009).
b. Metode Difusi
Metode difusi agar (penyebaran) sering digunakan untuk melihat aktivitas
antibakteri. Prinsip dari metode difusi adalah kemampuan suatu agen antibakteri
berdifusi ke dalam media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji.
Beberapa metode difusi yang sering digunakan untuk uji aktivitas antibakteri
adalah tes Kirby Bauer (disc diffusion), e-test, ditch-plate technique, cup-plate
technique dan gradient-plate technique (Pratiwi, 2008).
20
Metode ini menggunakan cakram kertas/silinder gelas dan pencetak lubang
yang mengandung bahan uji dalam jumlah tertentu. Metode ini dipengaruhi banyak
faktor fisika dan kimia seperti sifat pembenihan, daya difusi, ukuran molekul dan
stabilitas bahan uji. Meskipun demikian, standarisasi keadaan memungkinkan
penentuan kerentanan organisme (Fatimah, 2004).
Metode disc diffusion atau tes Kirby Bauer adalah metode yang paling banyak
digunakan pada uji aktivitas antibakteri. Metode ini termasuk ke dalam metode
difusi agar yang dilakukan dengan cara mengambil beberapa koloni bakteri uji yang
telah ditumbuhkan selama 24 jam sebelumnya dan disuspensikan ke dalam 0,5 mL
media cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam. Suspensi bakteri uji tersebut
ditambahkan akuades steril hingga mencapai kekeruhan tertentu yang memenuhi
standar Mc. Farland dimana standar konsentrasi bakteri 108 CFU/mL.
Selanjutnya, dengan menggunakan lidi steril suspensi bakteri dioleskan
secara merata pada media agar, kemudian (paper disc) yang berisi agen antibakteri
diletakan di atas media agar tersebut dan inkubasi pada 37oC selama 24 jam.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati ada tidaknya zona hambatan di
sekeliling kertas samir dimana adanya zona hambat menunjukkan adanya aktivitas
antibakteri terhadap bakteri uji.
2.5. Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan dari fungi atau bakteri yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroba lain,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat tersebut,yang
dibuat secara semisintetis dan sintesis dengan khasiat antimikroba lazimnya
juga disebut antibiotik (Tjay et al., 2002).
21
2.5.1. Pengolongan Antibiotik
2.5.1.1. Berdasarkan Spektrum atau Kisaran Kerja
Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Berspektrum sempit (narrow spectrum), hanya mampu menghambat
sego longan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau
membunuh bakteri Gram positif atau Gram negatif saja.
b. Berspektrum luas (broad spectrum), dapat menghambat atau membunuh
bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).
2.5.1.2. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dikelompokkan menjadi
lima golongan yaitu :
a. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel. Antibiotik yang
termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin dan
vanko misin.
b. Antibiotik yang merusak membran plasma Antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah polimiksin, nistatin, dan amfoterisin B.
c. Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol,
linko misin dan tetrasiklin.
d. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA). Antibiotik
yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon.
22
e. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial. Antibiotik yang
termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, kotrimoksazo l dan asam p-
amino salisilat (PAS) (Pratiwi, 2008).
2.5.1.3. Berdasarkan Daya Kerjanya
Berdasarkan daya kerjanya terhadap mikroba, antibiotik dapat digolongkan
sebagai :
a. Zat bakterisid, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk
membunuh bakteri.
b. Zat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang meiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri (Dzen, 2003).
2.6. Kloramfenikol
Saat ini telah diketahui macam-macam antibiotik serta pemakaiannya
dalam bidang kedokteran, peternakan, pertanian, dan beberapa bidang yang
lain. Walaupun demikian, tidak semua antibiotik dikenal masyarakat umum.
Hanya antibiotik-antibiotik yang penting dan banyak digunakan yang
dikenal oleh masyarakat (Sumardjo, 2009). Kloramfenikol merupakan suatu
antibiotik berspektrum luas yang berasal dari beberapa jenis streptomyces
misalnya S. Venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromycetius dan S.
omiyanensis.
Gambar 6. Kloramfenikol (Setiabudy, 2007).
23
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui
paling stabil dalam segala pemakaian. Dia memiliki stabilitas yang sangat baik pada
suhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH
6. Pada suhu 25°C dan pH 6, memiliki waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi
penyebab utama terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah
pemecahan hidrolitik pada pemecahan amida.
Uji potensi antibakteri minyak atsiri sereh wangi dilakukan terhadap
antibiotik Klorampenikol sebagai kontrol positif. antibiotik kloramfenikol, jika
diameter zona hambat ≤ 12 mm menunjukkan resisten, 13-17 mm menunjukkan
intermediet dan ≥ 18 mm menunjukkan sensitif.
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat
ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil tansferase
sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman
(Setiabudy, 2007). Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat
bakteri Gram-positif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan
Mikoplasma.
2.7. Larutan Standar Mc Farland
Standard McFarland merupakan suatu bentuk skala yang memiliki ukuran
dari nomor satu hingga sepuluh, skala ini menunjukkan konsentrasi bakteri per mili
liter. Standard ini dibuat untuk memperkirakan konsentrasi bakteri Gram negatif
(Whitman et al., 2004). Menurut Haris et al., (2013) standard McFarland adalah
penyetaraan konsentrasi mikroba dengan menggunakan larutan BaCl21% dan
24
H2SO4 1%. Standar kekeruhan McFarland ini dimaksudkan untuk menggantikan
perhitungan bakteri satu per satu dan untuk memperkirakan kepadatan sel yang
akan digunakan pada prosedur pengujian antimikroba.
Standard McFarland dapat digunakan untuk menentukanperkiraan
konsentrasi sel pada suspensi atau larutan. Hasil perkiraan konsentrasinya dalam
satuan CFU/mL, dan standar ini digunakan untuk mengukur konsentrasi bakteri
Gram negatif seperti Escherichia coli. Tetapi penggunaannya menjadi kurang
akurat bila digunakan pada jenis bakteri lain yang berbeda ukuran dan berat,
demikian juga bila digunakan pada jamur dan ragi. Perlu dilakukan kalibrasi dan
validasi lagi agar diperoleh hasil yang benar (Sutton, 2011).
Keuntungan dari penggunaan standar McFarland adalah tidak dibutuhkannya
waktu inkubasi yang cukup untuk memperoleh jumlah kepadatan bakteri yang
diinginkan. Sedangkan kerugiannya, akan terjadi perbedaan pandangan untuk
menilai tingkat kekeruhan dari sel bakteri (Sutton, 2011).
2.8. Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS)
Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS.
Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen campuran
dalam sampel (Agusta, 2000). Prinsip kerja dari kromatografi gas terkait
dengan titik didih senyawa yang dianalisis serta perbedaan interaksi analit
dengan fase diam dan fase gerak. Senyawa dengan titik didih yang tinggi
memiliki waktu retensi yang lama. Senyawa yang lebih terikat dalam fase cair
pada permukaan fase diam juga memiliki waktu retensi yang lebih lama (Clark,
2007). Spektrometri massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing
25
molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas
(Agusta, 2000). Prinsip kerja spektrometri massa adalah menembak bahan
yang sedang dianalisis dengan berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat
hasilnya sebagai suatu spektrum fragmen ion positif. Fragmen-fragmen
tersebut berkelompok sesuai dengan massanya (Fessenden,1982).
Secara umum, GC-MS memiliki tiga konfigurasi utama, yitu GC,
konektor, dan MS. Prinsip kerja GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran
dan massa molekul sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa cairan atu
gas langsung diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel berbentuk padatan maka
harus dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran gas yang mengalir
akan membawa sampel yang teruapkan untuk masuk ke dalam kolom.
Komponen-komponen yang ada pada sampel akan dipisahkan berdasarkann
partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam (kolom). Hasilnya
adalah berupa molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada
spektrofotometer massa sehingga molekul gas itu akan mengalami fragmentasi
yang berupa ion-ion positif. Ion akan memiliki rasio yang spesifik antara massa dan
muatannya. (Karliawan, 2009) .
Mekanisme kerja GC yaitu cuplikan berupa campuran yang akan dipisahkan
diinjeksikan ke injektor. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke
dalam kolom. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen dari
cuplikan. Komponen-komponen yang telah terpisah akan meninggalkan kolom
dan dideteksi oleh detektor. Kemudian direkam oleh rekorder dan menghasilkan
kromatogram yang terdiri dari beberapa peak (Hendayana, 2006). Komponen
system kromatografi gas yaitu terdiri dari :
26
a. Gas Pembawa
Gas pembawa berfungsi membawa komponen-komponen campuran yang akan atau
sudah dipisahkan. Gas yang digunakan harus bersifat inert dengan cuplikan
ataupun fase diam, murni, dan dapat disimpan dalam tangki bertekanan tinggi.
Gas pembawa yang biasa digunakan yaitu gas helium, nitrogen, hidrogen, atau
campuran argon dan metana.
b. Ruang suntik sampel
Ruang suntik sampel berfungsi untuk menghantarkan sampel atau cuplikan ke
dalam aliran gas pembawa. Ruang suntik harus dipanaskan terpisah dari kolom
dengan suhu lebih tinggi dari suhu kolom maksimum 10-15⁰C, sehingga
sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikan.
c. Kolom
Kolom berfungsi sebagai tempat proses pemisahan komponen-komponen dari
cuplikan, karena di dalamnya terdapat fase diam. Ada dua kolom pada GC
yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column).
Kolom kemas fase diamnya hanya dapat dilapiskan pada penyangga, sedangkan
kolom kapiler fase diamnya dilapiskan pada dinding kolom atau bahkan dapat
bercampur dengan sedikit penyangga lembam yang sangat halus.
d. Detektor
Detektor merupakan suatu sensor elektronik yang mengubah sinyal gas pembawa
dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektonik. Sinyal
elektronik dapat menyajikan kromatogram berupa deretan luas puncak terhadap
waktu. Puncak area kromatogram pada waktu retensi tertentu dapat digunakan
27
sebagai data kualitatif dan luas puncak pada kromatogram dapat digunakan
sebagai data kuantitatif (Gandjar et al., 2009).
Gambar 7. GC-MS Laboratorium Puslabfor (Dokumen pribadi, 2018)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Februari sampai April 2018.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan peralatan seperti peralatan gelas, penangas air,
timbangan analitik, batang pengaduk, stirer, cawan petri, jarum ose, pinset, GC-MS
agilent technology 7890b, inkubator, laminair air flow, autoklaf, mikropipet,
mistar, vortex, vial, kertas cakram, dan api bunsen.
3.2.2 Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan bahan-bahan seperti Minyak Atsiri Sereh Wangi
(Cymbopogon nardus) hasil budidaya Prodi Kimia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, aquadest steril, Eschirichia coli ATCC (American Type Culture Coloni)
25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi IPB, kapsul Cloramphenicol 250 mg, Alkohol 96%, parafin, spirtus,
polysorbate 80 (tween 80), Nutrient Agar merk Himedia, H2SO4 1%, BaCl2 1%,
NaCl 0.9% steril, larutan standar 0.5 Mc Farland, plastik tahan panas, dan
aluminium foil.
29
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi Uji Antibakteri
3.3.1.1. Inokulasi Bakteri pada Media Agar Miring (Siregar, 2009).
Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada media agar
miring dengan cara menggores. Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada suhu
37oC selama 24 jam. Lalu disimpan dilemari pendingin agar tidak mudah mati.
Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap jenis bakteri uji.
3.3.1.2. Sterilisasi Alat (Harley, 2005).
Alat- alat dan bahan yang digunakan untuk uji mikrobiologi disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, kecuali untuk bahan
yang terbuat dari karet disterilkan dengan cara direndam dalam alkohol 70 %
dan jarum ose disterilkan dengan cara flambir pada nyala bunsen. Pengerjaan
uji mikrobiologi dilakukan secara aseptis di dalam lemari aseptis Laminair air
flow yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 % lalu disinari
dengan lampu UV selama 2 jam yang dinyalakan 15 menit sebelum digunakan
3.3.1.3. Pembuatan Media
Nutrient agar ditimbang sebanyak 3.36 gr dan dilarutkan dalam 120 ml
aquadest dalam erlenmeyer kemudian ditutup dengan alumunium foil lalu
dipanaskan dan disirer hingga mendidih sampai semuanya larut. Kemudian
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit tekanan 15 psi.
Disimpan dalam keadaan steril pada erlenmeyer.
30
3.3.1.4. Pembuatan Larutan Uji (Hosamani et al., 2011).
Setiap larutan uji dibuat emulsi dengan menggunakan cara mencampur
minyak atsiri daun sereh wangi 100 ml dengan ditambahkan dengan Tween 80
sebanyak 1 mL, lalu ditambahkan parafin sebanyak 5 mL kemudian diaduk rata,
setelah tercampur ditambahkan 4 mL aquadest steril. Setelah tercampur rata larutan
berubah menjadi cair dan berwarna putih susu. Konsentrasi yang dibuat terdiri
dari 125 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; 1000 ppm hasil dari destilasi uap air.
M1 x V1 = M2 x V2
Keterangan:
M1 = Konsentrasi awal (ppm)
V1 = Volume awal (ml)
M2 = Konsentrasi akhir (ppm)
V2 = Volume akhir (ml)
3.3.1.5. Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan McFarland (Suswati et al,.
2011).
Larutan baku McFarland terdiri atas 2 komponen, yaitu larutan BaCl2 1% dan
H2SO4 1%. Larutan BaCl2 1% sebanyak 0,05 ml dicampur dengan larutan H2SO4
1% sebanyak 9,95 ml dan dikocok homogen. Nilai absorban larutan baku
McFarland 0,5 ekuivalen dengan suspensi sel bakteri konsentrasi 1,5 x 108 CFU/ml
Untuk bakteri Escherichia coli setara dengan nilai OD 0.5 sedangkan untuk
Staphylococcus aureus setara dengan nilai OD 0.4424.
3.3.1.6. Teknik Pembuatan Suspensi Bakteri (Wardhani, 2012).
Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
dilakukan dengan cara menambahkan larutan NaCl 0,9% di dalam tabung sampai
didapatkan kekeruhan yang sesuai dengan standar kekeruhan McFarland 0.5 untuk
31
mendapatkan bakteri sebanyak 1,5 x 108 CFU/mL. Cara pengukuran tingkat
kekeruhan dengan cara membandingkan secara berdampingan. Kekeruhan dinilai
dengan cara dibandingkan dengan latar belakang kertas putih dengan garis hitam
kontras yang dilakukan oleh dua pengamat di ruangan yang terang. Jika kurang
keruh, suspensi dapat ditambahkan koloni bakteri, dan jika terlalu keruh, suspensi
dapat ditambahkan NaCl 0,9% sampai didapat tingkat kekeruhan yang sama antara
dua pengamat.
3.3.1.7. Pembuatan Kontrol Positif pada Metode Difusi Cakram (Pelezar et
al., 2008).
Kontrol positif pada penelitian ini adalah kloramfenikol. Kontrol positif
diperlukan untuk membandingkan perlakuan ekstrak dengan antibiotik murni.
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang berspektrum luas sehingga dapat
menghambat Gram positif dan Gram negatif.
Kontrol positif dibuat dari sediaan obat kapsul kloramfenikol 250 mg. Satu
kapsul kloramfenikol dibuka cangkang kapsulnya kemudian timbang serbuk dalam
kapsul sebanyak 30 mg. Kemudian serbuk dilarutkan dalam metanol 5 mL untuk
memperoleh larutan stok kloramfenikol 250µg/50µL.
3.3.2. Tahap Pengujian
3.3.2.1. Metode Difusi (Parhusip et al., 2005 dengan modifikasi)
Media padat yang telah dipanaskan hingga mencair, didinginkan sampai suhu
± 40oC kemudian ditambahkan 1,2 ml larutan biakan aktif, dihomogenkan hingga
merata kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan hingga
32
memadat. Kertas cakram (diameter 5mm) diresapkan dalam ekstrak dan kontrol.
Proses peresapan dilakukan dengan cara kertas cakram diberikan 10µL masing-
masing konsentrasi atsiri (125 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 700 ppm dan 1000 ppm)
dengan pipet tip pada permukaan kertas cakram, 10µL ke dalam larutan kontrol
negatif (pelarut aquadest steril), 10 µL kontrol positif (kloramfenikol).
Setelah dicelup, kertas cakram didiamkan beberapa saat di dalam cawan petri
kosong steril hingga kering. Kertas cakram selanjutnya diletakkan di atas
permukaan media bakteri menggunakan pinset dan ditekan sedikit. Selanjutnya,
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. kemudian, diukur zona hambatnya
dengan menggunakan penggaris (Harmita, 2005).
3.3.2.2. Pengukuran Zona Hambat (Setyaningsih, 2009)
Diameter zona hambat diukur dengan penggaris atau kaliper. Pengamatan
dilakukan setelah 1 x 24 jam masa inkubasi. Daerah bening merupakan petunjuk
kepekaan bakteri terhadap antibiotik atau bahan antibakteri lainnya yang digunakan
sebagai bahan uji yang dinyatakan dengan lebar diameter zona hambat (Vandepitte
et al., 2005).
Tabel 2. Klasifiksi zona hambat (Susanto et al., 2012)
Kategori Zona Hambat
(mm)
Sangat Kuat
Kuat
Sedang
Lemah
< 21
11 - 20
6 - 10
< 5
Diameter zona hambat diukur dalam satuan milimeter (mm) menggunakan
mistar berskala dengan cara diameter keseluruhan dikurangi diameter sumuran 5
33
mm. Kemudian diameter zona hambat tersebut dikategorikan kekuatan daya
antibakterinya berdasarkan penggolongan.
Zona Hambat = Diameter zona hambat perlakuan − diameter zona hambat pada kontrol
3.3.2.3. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia dengan GC-MS
Isolat murni diinjeksikan, instrumen GC-MS diatur kondisinya terlebih
dahulu. Isolat kemudian diinjeksikan sebanyak 1.0 mL/min dengan suhu mencapai
3500C, dan column tipe Agilent 19091S-433 dengan tekanan 10.17 psi.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengujian Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada dua kali pengujian
di empat cawan petri memperlihatkan adanya zona hambat yang terbentuk di
sekitar cakram yang diberi berbagai konsentrasi minyak atsiri sereh wangi.
Metode difusi dengan teknik sumuran uji antibakteri ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan minyak atsiri batang sereh wangi dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dan mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) suatu
antibakteri (Syahrurachma et al., 2010). Salah satu yang dapat menyebabkan
penyakit karena tidak menjaga kebersihan adalah bakteri seperti Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli (Sudarsono et al. 2002). Pengujian aktivitas antibakteri
minyak atsiri daun sirih wangi dilakukan pada konsentrasi 125 ppm, 250 ppm, 500
ppm, 700 ppm, 1000 ppm.
Efektivitas antibiotika ditunjukan oleh zona hambatan. Zona hambatan ini
tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram dimana zat dengan
aktivitas antimikroba terdifusi. Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh
kepadatan atau viskositas dari media biakan, kecepatan difusi antibiotika,
konsentrasi antibiotika pada cakram filter, sensitivitas organism antibiotika, dan
interaksi antibiotika dengan media (Harmita, 2005).
Nilai zona hambat didapatkan dengan mengurangi diameter zona hambat
perlakuan dengan diameter zona hambat pada kontrol (kertas cakram diameter 5
mm).
35
Tabel 3. Nilai zona hambat pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus Konsentrasi
(ppm)
Escherichia coli
(mm)
Staphylococcus aureus
(mm)
ZH I ZH II ZH I ZH II
K (-) 0 0
K (+) 35 32
125 0.0 0 0 0
250 < 1 0 0 0
500 1 4 2 1
700 10 9 9 7
1000 7 7 7 6
Ket : K (-) : Bakteri dapat tumbuh (aquadest steril)
K (+) : Adanya daya hambat (Chloramphenicol 250 mg)
ZH : Zona Hambat
Diameter cakram : 5 mm
Natheer (2012) menyebutkan bahwa kontrol negatif adalah pelarut yang
digunakan sebagai pengencer ekstrak, tujuannya agar kontrol negatif tidak
mempengaruhi uji aktivitas ekstrak. Sedangkan, kontrol positif yang digunakan
adalah klorampenikol.
Metode difusi dipilih karena pada metode ini ada atau tidaknya pertumbuhan
bakteri dapat teramati dengan jelas, sehingga dapat memudahkan dalam
pengamatan terhadap bakteri uji. Diameter hambat pertumbuhan bakteri ini ditandai
dengan adanya zona bening disekitar sumuran, sedangkan warna keruh pada media
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri sehingga bisa disimpulkan bahwa
minyak atsiri sereh wangi positif menghambat pertumbuhan bakteri.
36
Gambar 8. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diperdekat dan diperbesar
(Dokumen pribadi, 2018)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi optimum pada
bakteri Escherichia coli yang dilakukan sebanyak pengulangan dua kali ada pada
konsentrasi hambat minimum sebesar 700 ppm, memiliki zona hambat sebesar 10
mm (Escherichia coli I) dan 9 mm (Escherichia coli II) yang dikategorikan
diameter zona hambat sedang. Sedangkan pada bakteri Staphylococcus aureus
setelah dilakukan pengulangan sebanyak dua kali sama seperti halnya Escherichia
coli konsentrasi optimum ada pada konsentrasi 700 ppm. Pada pengujian
Staphylococcus aureus I memiliki zona hambat sebesar 9 mm dan Staphylococcus
aureus II memiliki zona hambat sebesar 7 mm juga dikategorikan pada diameter
zona hambat sedang. Perbedaan zona hambat pada pertumbuhan bakteri gram
positif (Staphylococcus aureus) dengan gram negatif (Escherichia coli) disebabkan
karena adanya perbedaan kepekaan pada kedua bakteri terhadap senyawa
antibakteri yang terkandung pada minyak atsiri dan pelarut aquadest.
Penelitian ini menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Pada
tabel 6 hasil penelitian menunjukan kloramfenikol dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, pada bakteri Staphylococcus aureus didapat diameter 32
mm, bakteri Escherichia coli didapat sebesar 35 mm. Mekanisme kerja
37
kloramfenikol adalah dengan cara mengikat asam amino baru pada rantai
peptida yang sedang dibentuk tanpa mengganggu sel-sel normal lainnya (Febiana,
2012). Strain bakteri Escherichia coli yang menunjukkan resistensi terhadap
antibiotik kloramfenikol disebabkan adanya enzim kloramfenikol asetiltransferase
yang dimiliki oleh bakteri, sehingga dapat menghancurkan aktivitas antibiotik
(Safitri, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa strain Escherichia coli yang
sensitiv terhadap kloramfenikol tidak memilik enzim kloramfenikol
asetiltransferase, sehingga dapat menyebabkan kematian pada bakteri Antibiotik
ini dipilih karena memiliki spektrum luas dalam menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara mensintesis protein bakteri
(Pratiwi, 2008).
Pada kontrol negatif, yaitu aquadest steril dapat dilihat bahwa bakteri dapat
tumbuh, artinya aquadest tidak memiliki daya hambat sedangkan klorampenikol
sebagai kontrol positif, adanya zona bening disekitar cakram yang artinya
klorampenikol memiliki daya hambat. Kontrol positif menunjukkan perbedaan
yang nyata, karena menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling besar terhadap
bakteri uji dibanding kontrol negatif, dan konsentrasi bahan uji. Karena antibiotik
kloramfenikol memiliki sifat bakteriostastik dan bekerja dengan cara mengahambat
sintesis protein (Sudigdoadi, 2007).
Penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri sereh wangi (cymbopogon
nardus) memiliki efek antibakteri untuk menghambat pertumbuhan dari bakteri
Staphyloccocus aureus dan Escherichia coli, tetapi kemampuan ini lebih kecil
dari pada antibiotik kloramfenikol. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi
larutan uji belum diketahui dengan tepat minimal inhibitor concentration ekstrak
38
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, sedangkan pada
antibiotik kloramfenikol sudah diketahu minimal inhibitor concentration, sehingga
besar zona hambat yang terbentuk belum sebanding dengan zona hambat yang
terbentuk pada antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol positif.
Aktivitas kerja minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri yaitu dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran
dan atau dinding sel, membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk
secara tidak sempurna (Ajizah, 2004). Penyusun minyak atsiri dari kelompok
terpenoid dapat berupa terpena-terpena. Terpena yang paling sering terdapat
sebagai komponen penyusun minyak atsiri adalah monoterpena. Sebagai contoh
adalah geraniol (asiklik monoterpena), limonena (monosiklik monoterpena), dan α-
pinena (bisiklik monoterpena). Terpena lain di bawah monoterpena yang berperan
penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpena dan diterpena.
Sebagai contoh adalah kadinena (bisiklik seskuiterpena), β-kariofilena (bisiklik
seskuiterpena), dan asam abietat (trisiklik seskuiterpena) (Gunawan, 2010).
Aktivitasnya yang menghambat bakteri dimungkinkan karena kemampuannya
untuk berikatan dengan protein ekstraseluler dan dinding sel bakteri. Semakin
bersifat lipofilik, maka semakin dia melakukan disrupsi terhadap membran sel
bakteri. Mekanisme penghambatannya diduga melalui perusakan lipid bilayer
membran sel akibat gugus hidrofobik yang dimilikinya (Putra, 2014). Supaya dapat
membunuh mikroorganisme, bahan uji harus masuk ke dalam sel melalui dinding
sel. Zat antibakteri menyebabkan membran sel berada dalam lingkungan yang
hipertonik. Suatu keadaan hipertonik dapat menyebabkan penghambatan
pembentukan dinding sel sehingga sel hanya dibatasi oleh membran sel yang tipis
39
(Jawetz et al, 2005). Membran sel bakteri gram negatif tersusun atas lapisan
peptidoglikan yang tipis, sedangkan lapisan fosfolipid lebih tebal. Senyawa
antibakteri dapat melisiskan membran sel dengan melarutkan lapisan fosfolipid dari
membran sel bakteri (Kusumaningrum, 2002).
Mekanisme antibakteri yang mungkin terjadi dari berbagai senyawa
antibakteri adalah terganggunya fungsi membran bakteri dengan terinduksinya
senyawa antibakteri pada pori-pori membran, terhambatnya gaya pergerakan proton
dan transfer elektron pada sel bakteri, serta terjadinya peningkatan permeabilitas
membran sehingga menyebabkan struktur sel hancur (Deng et al. 2016). Adanya
perbedaan struktur morfologi pada baketri gram-positif dan gram-negatif dapat
menyebabkan mekanisme yang berbeda, selain itu perbedaan kandungan senyawa
pada minyak atsiri juga dapat mempengaruhi mekanisme antibakteri (Nazzero et
al., 2013). Biasanya, bakteri gram-negatif kurang rentan terhadap senyawa
antibakteri dibandingkan dengan bakteri gram- positif karena mereka memiliki
membran luar lipopolisakarida yang dapat membatasi proses difusi senyawa
hidrofobik dalam minyak atsiri (Daula et al., 2016). Bakteri gram negatif
mengandung lipid, lemak, atau substansi seperti lemak dalam prosentase lebih
tinggi daripada yang dikandung bakteri gram positif. Struktur membran luar terdiri
dari fosfolipid (lapisan dalam) dan lipopolisakarida (bagian luar) (Purwoko, 2007).
Karena itu, antibakteri akan mudah menyerang bakteri gram negatif dengan
melarutkan lapisan fosfolipid yang berada pada membran luar pada dinding sel.
Permeabilitas dinding sel bakteri dipengaruhi oleh tebal tipisnya lapisan
peptidoglikan dalam dinding sel. Perbedaan permeabilitas diantara dua kelompok
dinding sel bakteri juga dapat menyebabkan perbedaan daya hambat antara bakteri
40
gram positif dengan bakteri gram negatif. Dinding sel bakteri gram negatif
mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit, dan peptidoglikan ini mempunyai
ikatan silang yang jauh kurang ekstensif dibandingkan dengan yang dijumpai pada
dinding bakteri gram positif (Pelzar et al, 1986).
Sehingga permeabilitas bakteri gram positif lebih rendah dibandingkan
permeabilitas bakteri gram negatif. Dengan permeabilitas yang rendah maka zat
aktif dari minyak atsiri akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel
bakteri gram positif sehingga efek bakterinya kurang optimal. Dengan
terganggunya sintesis peptidoglikan maka pembentukan dinding sel tidak sempurna
karena tidak mengandung peptidoglikan sehingga sel hanya dilapisi oleh membran
sel. Keadaan ini menyebabkan sel bakteri mudah mengalami lisis karena tekanan
osmotik yang menyebabkan sel bakteri mati (Prihnawati, 2009).
Secara umum aktivitas antibakteri berhubungan dengan struktur terpen C10
dan C15 serta gugus hidroksil yang memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan sisi aktif enzim target meskipun senyawa aktif lain seperti alkohol,
aldehid dan ester juga dapat berkontribusi sebagai antibakteri minyak atsiri (Bulleti,
2004). Mekanisme antibakteri senyawa fenolik dan terpenoid adalah merusak
struktur dinding sel, mengganggu kerja transport aktif dan kekuatan proton di
dalam membran sitoplasma bakteri. Selanjutnya disampaikan oleh Ruiz et al.,
(2012) bahwa senyawa tersebut akan mendenaturasi dan menginaktifkan protein
seperti enzim. Oleh karena itu, dinding sel bakteri akan mengalami kerusakan
karena terjadinya penurunan permeabilitas yang memungkinkan terganggunya
transport ion-ion organik penting yang akan masuk ke sel bakteri, sehingga
dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel bakteri.
41
4.2. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Minyak Atsiri Sereh Wangi
Antibakteri termasuk ke dalam antimikroba yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Sunarti (2007) bahwa antibakteri
adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan digunakan secara
khusus untuk mengobati infeksi. Fungsi minyak sereh wangi adalah sebagai zat
antibakteri ditentukan oleh komponen senyawanya, seperti yang dijelaskan oleh
Miftakhurohmah et al., (2008) bahwa komponen utama minyak serai wangi adalah
sitronellal dan geraniol memiliki sifat antibakteri. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menguji senyawa minyak sereh wangi dalam mengatasi dan
menghambat pertumbuhan bakteri yang berdampak pada timbulnya penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pada penelitian ini, minyak atsiri sereh wangi hasil budidaya Program studi
Kimia UIN Jakarta varietas mahapengiri telah dilakukan identifikasi kandungan
kimia dengan menggunakan instrumen Gas Chromatography-Mass Spectrometry
(GC-MS). Identifikasi ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa minyak atsiri
sereh wangi (Cymbopogon nardus) memiliki komponen senyawa sitronelal,
geraniol dan sitronellol yang memiliki sifat antibakteri dan antimikroba dan dapat
dijadikan landasan dasar uji aktivitas antibakteri pada metode difusi.
42
Gambar 9. Hasil identifikasi GC-MS
Hasil analisis dengan GC-MS akan diperoleh dua data yaitu kromatrogram
yang berasal dari hasil analisis GC dan spektra massa dari hasil analisis MS. Hasil
kromatogram GC minyak atsiri batang sereh wangi (Cymbopogon nardus)
menunjukkan adanya 23 puncak. Kromatogram GC minyak atsiri sereh wangi
ditunjukkan pada gambar 7.
Identifikasi komponen lebih lanjut dilakukan dengan spektrometer massa,
dari hasil spektrometer massa akan diperoleh spektra massa dari masing-masing
puncak yang terdeteksi pada kromatogram GC. Analisa spektra massa didasarkan
pada nilai Similiarity Indeks (SI) yang memiliki nilai SI > 90 serta mempunyai
“base peak” dan tren pecahan spektra massanya sesuai dengan data pembanding.
Spektra massa GC-MS dari beberapa komponen yang dianalisis ditunjukkan pada,
base peak (puncak dasar), dan trend pecahan spektra massa dari library yaitu Wiley
43
10N14.L. Spektra massa senyawa yang teridentifikasi ditunjukkan pada lampiran
3.
Tabel 4. Senyawa aktif hasil analisa GCMS minyak atsiri sereh wangi
No Waktu Retensi Area % Kemiripan % Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
4.35
6.60
5.47
5.14
3.20
3.77
7.64
33.86
3.34
18.29
14.97
4.07
1.64
4.55
97
95
91
98
98
97
99
3,7-dimetil, 6-oktenal (Sitronella)
2,6-oktadiena, 2,6-dimetil
2,6-oktadien-1-ol, 3,7-dimetil (geraniol)
Sitronellol
D-Limonene
Linalool
Kariofilen
6.97 3.09 91 Geranyl
Berdasarkan data pada Wiley 10N14.L GCMS Merck agilent technology
7890b, mengandung senyawa (1) 3,7-dimetil, 6-oktenal (Sitronella) dengan
kemiripan 97 %, waktu retensi 4.35, rumus molekul C10H18O, berat molekul 154.
2,6-oktadiena, 2,6-dimetil (2) Sitronellol asetat dengan kemiripan 95%, waktu
retensi 6.60, rumus molekul C10H20, berat molekul 154. 2,6-oktadien-1-ol, 3,7-
dimetil (3) 2,6-oktadien-1-ol, 3,7-dimetil dengan kemiripan 91%, waktu retensi
5.47, Rumus molekul C10H18O, berat molekul 154,25. (4) Sitronellol dengan
kemiripan 98%, waktu retensi 3.20, rumus molekul C10H20O, berat molekul 156.
(5) D-Limonene dengan kemiripan 98%, waktu retensi 3.20, rumus molekul C10H16,
berat molekul 136. (6) Linalool dengan kemiripan 97%, waktu retensi 3.77, rumus
molekul C10H18O, berat molekul 154. (7) Kariofillen dengan kemiripan 99%, waktu
retensi 7.64, rumus molekul C15H24, berat molekul 204. (8) Geranyl dengan
kemiripan 91%, waktu retensi 6.97, rumus molekul C14H24O2, berat molekul 224.
Adapun struktur-struktur tersebut dapat dilihat pada gambar 10.
44
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7) (8)
Gambar 10. Struktur senyawa senyawa aktif penyusun minyak atsiri sereh wangi
hasil uji GC-MS.
Tabel 5. Kandungan kimia minyak atsiri sereh wangi varietas mahapengiri
Senyawa penyusun Kadar (%)
Sitronelal 33.86
Geraniol 18.29
Sitronellol 14.97
Kariofilen 4.55
D – Limonene 4.07
Sitronellol Asetat 3.34
Linalool 1.64
Elemene dan Cadinene 3.31
45
Dari hasil identifikasi kandungan senyawa menggunakan GC-MS
menunjukkan bahwa kandungan terbesar adalah sitronelal sebesar 33.86%, geraniol
18.29%, sitronellol 14.97%, yang dapat dilihat pada tabel 3. Dapat disimpulkan,
bahwa kandungan terbesar minyak atsiri sereh wangi adalah sitronelal. Sitronelal
bersifat antiseptik dan antimikrobia. Geraniol bersifat antibakteri dan antifungi
(Chooi, 2008). Senyawa tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri sereh wangi
memiliki aktivitas antimikroba pada gram positif dan gram negatif (Almeida et
al., 2013). Selain itu, Hasil studi dari Simic et al., (2004) membuktikan bahwa
senyawa sitronellal, geraniol dan sitronellol yang dominan pada minyak sereh
wangi memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri.
Tabel 6. Kandungan kimia minyak atsiri sereh wangi (Guenther, 2006).
Senyawa penyusun Kadar (%)
Sitronelal 32 – 45
Geraniol 12 – 18
Sitronellol 12 – 15
Geraniol Asetat 3 – 8
Sitronellil Asetat 2 – 4
L – Limonene 2 – 5
Elemol dan Sekuisterpen lain 2 – 5
Elemene dan Cadinene 2 – 5
Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Guenther (2006),
minyak atsiri sereh wangi hasil budidaya program studi kimia UIN Jakarta varietas
mahapengiri ini menunjukkan hasil kisaran yang sama dengan penelitian minyak
atsiri sereh wangi sebelumnya (dapat dilihat pada tabel 4). Dan komponen yang
terkandung dalam sampel batang sereh wangi varietas mahapengiri lebih banyak
terdeteksi daripada penelitian sebelumnya.
46
Perbedaan hasil analisis GC-MS ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain : perbedaan tempat/daerah pengambilan sampel, perlakuan pasca panen
misalnya pengeringan dan penyimpanan, serta kondisi operasional alat yang
digunakan dalam mendeteksi komponen tersebut khususnya kolom yang digunakan
(Agusta, 2000). Menurut Stanley et al., (2003) beberapa molekul tertentu tidak
memperlihatkan puncak dalam analisis spectrum massa karena ion pecah sama
sekali sebelum terdeteksi. Puncak dapat terdeteksi dengan cara menurunkan voltase
pengionan elektron. Ion molekul yang tidak pecah menyebabkan terjadinya puncak.
47
BAB V
PENUTUP
5.1. SIMPULAN
Dari hasil aktivitas antibakteri metode difusi, minyak atsiri dapat
menghambat bakteri Eschercichia coli dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi
700 ppm dengan daya hambat sedang. Minyak atsiri sereh wangi memiliki
kemampuan aktivitas antibakteri lebih kecil dari pada antibiotik kloramfenikol. Dan
telah dibuktikan dari hasil identifikasi kandungan senyawa menggunakan GC-MS
menunjukkan bahwa kandungan terbesar adalah sitronelal sebesar 33.86%, geraniol
18.29%, sitronellol 14.97%. Minyak atsiri (Cymbopogon nardus) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
5.2. SARAN
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan nilai KHM
serta untuk uji membuat formulasi pembersih kerak dan desinfektan pada lantai.
48
DAFTAR PUSTAKA
Adam, F., Thiam S,C., and Yahya, S. 2013. Bio-template Synthesis of Silika
Ruthenium Catalyst of Benzylation of Toluene. Journal of Physical Science.
Adi, P., Noorhamdani, AS., Irene Griselda C. 2011. Uji Efektivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans Penyebab Karies Secara In Vitro [skripsi]. Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Aiyegoro, A.O., Afolayan, A. J., & Okoh, A.I. 2009. In Vitro Antibacterial
Activities of Crude Extracts of The Leaves of Helichrysum longifolium In
Combination with Selected Antibiotics. African Journal of Pharmacy and
Pharmacology. 3(6): 293-300.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L. Bioscientiae. 1(1): 8-31.
Almeida RBA, Akisue G, Cardoso LML, Junqueira JC, Jorge AOC. 2013.
Antimicrobial activity of the essential oil cymbopogon citratus (DC) stapf.
On staphylococcus spp., streptococcus mutans and candida spp. Brazil: Sao
Paulo State University. 15: 1-12
Anonim. 2007. Parameter Kualitas Minyak Atsiri. [Diunduh 20 Februari 2018];
Tersedia pada: http://ferryatsiri.com/2007/11/parameter- kualitas-minyak-
atsiri.html.
Bitton, G. 1994. Wastewater Microbiology by A John Wiley and Sons, Inc. New
York. 478.
Brugnera, D.F. 2011. Ricotta: Microbiological quality and use of spices in the
control of Staphylococcus aureus. [Dissertation (Master’s in Food Science) -
University of Lavras, Lavras, Brazil]. . 106
Burdock, G. 2002. Fanarali‘s Handbook of Flavor Ingredients. Boca Raton, FL,
CRC Press.
Butcher, W., Ulaeto, D. 2010. Contact Inactivation of Orthopoxviruses by
Household Disinfectants. Philadelphia: Department of Biomedical Sciences,
Dstl Porton Down. 279-283.
Chooi, O.H. 2008. Rempah Ratus: Khasiat Makanan dan Ubatan. Prin-AD
SDN.BHD, Kuala Lumpur. Halaman: 202-203.
49
Delespaul, Q.,Billerbeck, V.G., Roques, C.G., Michel, G., Marquier-Vi˜nuales, C.,
Bessi`ere, J.M. 2000. The antifungal activity of essential oils as determined
by different screening methods. J Essent Oil Res 12: 256– 266.
Deng J, He B, He D, Chen Z. 2016. A potential biopreservative: Chemical
composition, antibacterial andhemolytic activities of leaves essential oil from
Alpinia guinanensis. Indust Croups Prod. (94):281-287.
doi:10.1016/j.indcrop.2016.09.004.
Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Djambatan.
187-192.
Dzen, S. M,. 2003. Bakteriologik Medik. Malang (ID): Bayumedia.
Eka. 2006. Desinfektan dan Antimikroba. Jakarta. Penerbit Universitas
Indonesia. 26: 49-65.
Fatimah, N. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Malang (ID): UMM Press
Fatisa, Y dan Endah. 2013. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Kulit dan Biji Buah Pulasan (Nepehelium mutabile). ISBN 978-602-7902-34-
3. [Prosiding Seminar Nasional] . Jambi (ID): IAIN Sultan Thaha Saifuddin
Feriyanto, Yuni Eko. Sipahutar, Patar Jonathan. Mahfud, Mahfud. Prihatini,
Pantjawarni. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai
Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan
Air dengan Pemanasan Microwave. Surabya (ID): Institut Teknologi Sepuluh
November.
Gandjar, I. G., Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta (ID). 323-346
Gao CY, Tian CR, Lu YH, Xu JG, Luo JY, Guo XP. 2011. Essential oil composition
and antimicrobial activity of Sphallerocarpus gracilis seeds against selected
food-related bacteria. Food Cont. (22):517–522.
Ginting, Sentosa. 2004. Pengaruh lama penyulingan terhadap rendemen dan mutu
minyak atsiri daun sereh wangi. [skripsi] Sumatera Utara (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IV B (Terjemahan). Jakarta: UI Press.
Harmita. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 119-112.
Hawa, LC. 2011. Studi Komparasi Inaktivasi Escherechia coli dan Perubahan Sifat
Fisik Pada Pasteurisasi Susu Sapi Segar Menggunakan Metode Pemanasan
50
dan Tanpa Pemanasan Dengan Kejut Medan Listrik. J Teknologi Pertanian.
12 (1):31-39.
Hosamani PA, Lakshman HC, Sandeep KK, Hosamani RC. 2011. Antimicrobial
activity of leaf extract of Andrographis paniculata wall. Science Research
Reporter. 1(2):92-95.
Idawanni. 2015. Serai Wangi Tanaman Penghasil Atsiri yang Potential. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. [diunduh 4 Maret 2018]; Tersedia
pada: http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/712-
serai-wangi-tanaman-penghasil-atsiri- yang-potensial.
Jawetz, M. A. 2008. Mikroiologi Kedokteran. 199-200: 233.
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah: Agoes, H.A.
Edisi ke VI. Jakarta (ID): Buku Kedokteran. 286
Kuete, V., Kamga, J., Sandjo, L.P., Ngameni, B., Poumale, H.M., Ambassa, P. and
Ngadjui B.T., 2011. Antimicrobial activities of the methanol extract, fractions
and compounds from Ficus polita Vahl. (Moraceae). BMC Complement
Altern Med. 11: 6.
Ketaren. S., Djatmiko. B. 1978. Minyak Atsiri. Depertemen Teknologi Pertanian
FATEMETA: Bogor (ID). IPB.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V., dan Clark, D.P. 2008. Biology of
Microorganisms 12th edition. Pearson. San Francisco.
Mahalwal, V.S., Ali, M. 2002. Volatile constituents of Cymbopogon nardus (Linn.)
Rendle. Flavour Fragr J. 18: 73–76.
Maliku., Palupi. 2010. Pola Resistensi Isolat BakteriPada Luka Post Operasi di
Bagian Rawat Inap Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
[Skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung. 66 hlm
.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar. Dua Satu Press
Miftakhurohmah. 2008. Potensi Serai Wangi Sebagai Pestisida Nabati. Dalam
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 14: 3.
Nazzero F, Fratianni F, Martino LD, Coppola R, Feo VD. 2013. Effect of essential
oils on pathogenic bacteria. Pharmaceuticals. 6:1451-1474.
doi:10.3390/ph6121451.
Parhusip, A. J. N., Anugrahati, N. A., dan Nathalia, T. 2005. Aktivitas Antimikrobia
Ekstrak Sereh (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) Terhadap Bakteri Patogen.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 3(2): 24-25.
51
Pelczar, M. J., & Chan, E. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Depok (ID): UI
Press.
Pohla, S. 2012. Sole Survivors Bacteria Build Up on Shoe Bottoms. Diambil
kembali dari Sole Survivors Bacteria Build Up on Shoe Bottoms: [diunduh 5
Februari 2018]. Tersedia pada: http://www.post-
gazette.com/stories/news/health/sole-survivors-bacteria-build-up-on-shoe-
bottoms-394927/
Prescott, L.M., 2002. Microbiolog 5th ed., 553. The McGraw-Hill Companies, New
York.
Prihnawati, Tita Wahyu,. 2009. Isolasi, Identifikasi komponen kimia dan uji
aktivitas antibakteri minyak astiri daun lampes (OcimumSanctum L.) pada
Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli. [skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Purwoko. T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta
Putriningtyas, D. 2014. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
(Piper crocatum ruiz & pav.) dan Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi
(Cymbopogon nardus (L.) rendle) Asal Tawangmangu Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. [skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Muhamadyah Surakarta.
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta (ID): EGC.
Rahmika Dewi Dap. 2008. Pendahuluan penelitian. Diambil kembali dari Frontiers
in Microbiology. 267. [diunduh 20 Maret 2018]. Tersedia pada::
https://doi.org/10.3389/fmicb.2013.00267.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta (ID): Universitas
Gajah Mada.
Sutton, S. 2011. Determination of Inoculum for Microbiological Testing. 15: 3.
Segawa, P.S., Kasenene, J.M. 2007. Medicinal plant diversity and uses in the Sango
by area Southern Uganda. Ethnopharmacologi. 113: 521-540.
Septian K. 2016. Uji konsentrasi hambat minimum ekstrak spons laut callyspongia
sp. terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. [skripsi]. Manado
(ID): Universitas Sam Ratulangi.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V(cetak ulang dengan
perbaikan). Jakarta (ID): Gaya Baru.
52
Smith-Keary P. F. 1988. Genetic Elements in Escherichia coli. London: Macmillan
Molecular biology series.
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., dan Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan). Pusat
Studi Obat Tradisional-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 66-68
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata1 Fakultas Bioeksakta [skripsi]. Jakarta (ID):EGC
Suswati, D., B. Hendro, D. Shiddieq, dan D. Indradewa. 2011. Identifikasi Sifat
Fisik Lahan Gambut Rasau Jaya III Kabupaten Kubu Raya Untuk
Pengembangan Jagung. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika. 1: 3140.
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis
Kesehatan. Yogyakarta.
Sulistyaningsih. 2010. Uji Kepekaaan Beberapa Antiseptik Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus Resisten Metisilin
(MRSA). Bandung: Universitas Padjajaran Bandung.
Syahrurachman A, et al,. 2010. Buku ajar mikrobiologi kedokteran. Jakarta (ID):
Binarupa aksara publisher.
Talaro, K. P., Chess, B. 2008. Foundation in Microbiology, Eighth Edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc., New york. 8: 100-111
Tenailon., Skurnik D., Picard B., Denamur E. 2010. The Population Genetics Of
Commensal Escherichia coli. Nature Review Microbiology. 8 (3) : 207-217.
Tjay, T. H., Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya Edisi kelima. Jakarta. PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia. 63-66.
Ud-Daula AFMS, Demirci F, Salim KA, Demirci B, Lim LBL, Baser KHC, Ahmad
N. 2016. Chemical composition, antioxidant and antimicrobial activities
ofessential oils from leaves, aerial stems, basal stems, and rhizomes of
Etlingera fimbriobracteata (K.Schum.) R.M.Sm. Indust Crops & Prod.
84:189-198. doi:10.1016/j.indcrop.2015.12.034.
Vandepitte, et al,. 2010. Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologi Klinis.
Jakarta (ID): EGC.
Volk, W. A., Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta
(ID): Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang (ID): Universitas Muhamadiyah.
53
Wesley, A. 1986. Medical Microbiology. Edisi dua. Texas: Department of
Microbiology of University of Texas Medical Branch. 354-358.
Whitman, K., Starfield, A.M., Quadling, H.S., Packer, C. 2004. Sustainable trophy
hunting of african lions.
Wijoyo, P. M. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta (ID): Bee Media
Indonesia.
Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi
kedua).
Zainal, M., Daswir, Indra, Ramadhan, Idris, David, A. dan Julius .2003.
Pengembangan Tanaman Perkebunan Berwawasan Konservasi di Sawah
Lunto. [skripsi]. Puslitbangbun. 32.
Zgoda, J.R., Porter. 2001. A Convenient Microdilution Method for Screening
Natural Products Against Bacteria and Fungi , Pharmacheutical Biology. 39
(3): 221-225.
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Penelitian
37oC, 24 jam
Identifikasi GC-MS
Ukur Zona Hambat
Suspensi bakteri
Escherichia coli Staphylococcus aureus
Inokulasi Agar Miring Inokulasi Agar Miring
Peremajaan dalam Media Agar
Kloramfenikol Aquadest
Preparasi Larutan Uji dan Pembuatan konsentrasi 125
ppm, 250 ppm, 500 ppm, 700 ppm, dan 1000 ppm.
Metode Difusi
Analisa Data
Preparasi Bakteri
55
Lampiran 2. Pembuatan suspensi bakteri
Bakteri Uji
Dibiakkan pada media agar miring
Diambil 2 ose bakteri dan disuspensikan ke dalam 5
ml MHB
Diinkubasi shaker selama 18 jam
Diperoleh suspensi bakteri
Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
56
Lampiran 3. Hasil identifikasi senyawa kimia minyak atsiri sereh wangi
Library Search Report
Data Path : E:\DATA INJEK 2018\MAHASISWA\S1 UIN\
Data File : SAMPEL.D
Acq On : 2 Jul 2018 12:38
Operator : MIRNA
Sample : ATSIRI
Misc : UIN
ALS Vial : 1 Sample Multiplier: 1
Search Libraries: C:\Database\W10N14.L Minimum Quality:
0
Unknown Spectrum: Apex
Integration Events: Chemstation Integrator - AUTOINT1.E
Pk# RT Area% Library/ID Ref# CAS# Qual
_________________________________________________________________________
____
1 2.54 0.71 C:\Database\W10N14.L
(1S)-2,6,6-Trimethylbicyclo[3.1.1] 49099 007785-26-4 96
hept-2-ene
(1R)-2,6,6-Trimethylbicyclo[3.1.1] 49103 007785-70-8 96
hept-2-ene
2-Pinene 49090 000080-56-8 96
2 3.20 4.07 C:\Database\W10N14.L
D-Limonene 48457 005989-27-5 98
Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methyle 48442 000138-86-3 98
thenyl)-
Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methyle 48478 000138-86-3 98
thenyl)-
3 3.77 1.64 C:\Database\W10N14.L
LINALOOL L 84211 000078-70-6 97
Linalool 84218 000078-70-6 96
Linalool 84222 000078-70-6 95
4 4.35 33.86 C:\Database\W10N14.L
6-Octenal, 3,7-dimethyl- 83465 000106-23-0 97
6-Octenal, 3,7-dimethyl- 83463 000106-23-0 96
6-Octenal, 3,7-dimethyl-, (R)- 83460 002385-77-5 96
5 4.44 0.33 C:\Database\W10N14.L
Cyclohexanone, 5-methyl-2-(1-methy 83410 000089-80-5 98
lethyl)-, trans-
Cyclohexanone, 5-methyl-2-(1-methy 83424 010458-14-7 97
lethyl)-
Cyclohexanone, 5-methyl-2-(1-methy 83423 010458-14-7 97
lethyl)-
6 4.48 1.33 C:\Database\W10N14.L
(1R,2R,5S)-5-Methyl-2-(prop-1-en-2 82718 029141-10-4 99
-yl)cyclohexanol
ISOPULEGOL 1 82702 2000082-70-2
99
(+-)-Neo-isopulegol 82732 2000082-73-2
99
7 5.14 14.97 C:\Database\W10N14.L
6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl- 88461 000106-22-9 98
Citronellol 88456 000106-22-9 98
Citronellol 88457 000106-22-9 97
57
8 5.47 18.29 C:\Database\W10N14.L
(2E)-3,7-DIMETHYL-2,6-OCTADIEN-1-O 83912 000106-24-1 91
(2E)-3,7-DIMETHYL-2,6-OCTADIEN-1-O 83895 000106-24-1 89
2,6-Octadien-1-ol, 3,7-dimethyl-, 83891 000106-24-1 87
(E)-
9 5.66 0.51 C:\Database\W10N14.L
2,6-Octadienal, 3,7-dimethyl- 77606 005392-40-5 96
3,7-DIMETHYL-2,6-OCTADIENAL 77650 2000077-65-0
96
2,6-Octadienal, 3,7-dimethyl-, (Z) 77649 000106-26-3 96
10 6.51 0.59 C:\Database\W10N14.L
(1S,2R,5R)-2-(2-Hydroxypropan-2-yl 126532 092471-23-3 91
)-5-methylcyclohexanol
Cyclohexanemethanol, 4-hydroxy-.al 126419 002451-01-6 83
pha.,.alpha.,4-trimethyl-, monohyd
rate, cis-
p-Menthane-3,8-diol, cis-1,3,trans 126527 003564-98-5 80
-1,4-
11 6.60 3.34 C:\Database\W10N14.L
2,6-Octadiene, 2,6-dimethyl- 52346 002792-39-4 95
6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, aceta 198305 000150-84-5 91
te
6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, aceta 198295 000150-84-5 91
te
12 6.77 0.39 C:\Database\W10N14.L
p-Menthane-3,8-diol, cis-1,3,trans 126527 003564-98-5 62
-1,4-
2,2,5,5-Tetramethyl-3-vinyltetrahy 84195 2000084-19-5
49
drofuran
Cyclohexene, 1-methyl- 8963 000591-49-1 43
13 6.97 3.09 C:\Database\W10N14.L
Geranyl isobutyrate 282027 002345-26-8 91
2,6-Octadien-1-ol, 3,7-dimethyl-, 192293 000105-87-3 91
acetate, (E)-
2,6-Octadien-1-ol, 3,7-dimethyl-, 192280 000105-87-3 91
acetate, (E)-
14 7.23 1.68 C:\Database\W10N14.L
2,4-DIISOPROPENYL-1-METHYL-1-VINYL 216297 000515-13-9 99
CYCLOHEXANE
.beta.-Elemene 216300 000515-13-9 98
Cyclohexane, 1-ethenyl-1-methyl-2, 216301 000515-13-9 98
4-bis(1-methylethenyl)-, [1S-(1.al
pha.,2.beta.,4.beta.)]-
15 7.64 4.55 C:\Database\W10N14.L
Caryophyllene 216361 000087-44-5 99
TRANS(.BETA.)-CARYOPHYLLENE 216339 2000216-33-9
99
Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11 216351 000087-44-5 99
-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9
S)-(-)-
16 7.73 1.09 C:\Database\W10N14.L
trans-.alpha.-Bergamotene 215681 013474-59-4 99
Bicyclo[3.1.1]hept-2-ene, 2,6-dime 215682 017699-05-7 93
thyl-6-(4-methyl-3-pentenyl)-
Bicyclo[3.1.1]hept-2-ene, 2,6-dime 215683 017699-05-7 89
58
thyl-6-(4-methyl-3-pentenyl)-
17 8.05 0.63 C:\Database\W10N14.L
1,4,7,-Cycloundecatriene, 1,5,9,9- 216754 2000216-75-4
99
tetramethyl-, Z,Z,Z-
.alpha.-Humulene 216803 006753-98-6 98
.alpha.-Humulene 216789 006753-98-6 98
18 8.54 0.95 C:\Database\W10N14.L
1.xi.,6.xi.,7.xi.-Cadina-4,9-diene 216158 031983-22-9 99
1.xi.,6.xi.,7.xi.-Cadina-4,9-diene 216183 031983-22-9 98
.alpha.-Muurolene 216161 010208-80-7 97
19 8.76 0.98 C:\Database\W10N14.L
(3R,3aR,3bR,4S,7R,7aR)-4-Isopropyl 275183 038230-60-3 94
-3,7-dimethyloctahydro-1H-cyclopen
ta[1,3]cyclopropa[1,2]benzen-3-ol
(3S,3aR,3bR,4S,7R,7aR)-4-Isopropyl 275180 023445-02-5 76
-3,7-dimethyloctahydro-1H-cyclopen
ta[1,3]cyclopropa[1,2]benzen-3-ol
(3S,3aR,3bR,4S,7R,7aR)-4-Isopropyl 275182 023445-02-5 70
-3,7-dimethyloctahydro-1H-cyclopen
ta[1,3]cyclopropa[1,2]benzen-3-ol
20 8.81 3.31 C:\Database\W10N14.L
.delta.-Cadinene 216928 000483-76-1 99
.delta.-Cadinene 216940 000483-76-1 98
.delta.-Cadinene 216931 000483-76-1 96
21 9.13 1.62 C:\Database\W10N14.L
Cyclohexanemethanol, 4-ethenyl-.al 275348 000639-99-6 91
pha.,.alpha.,4-trimethyl-3-(1-meth
ylethenyl)-, [1R-(1.alpha.,3.alpha
.,4.beta.)]-
Elemol 275350 000639-99-6 91
Cyclohexanemethanol, 4-ethenyl-.al 275351 000639-99-6 91
pha.,.alpha.,4-trimethyl-3-(1-meth
ylethenyl)-, [1R-(1.alpha.,3.alpha
.,4.beta.)]-
22 10.23 0.86 C:\Database\W10N14.L
.tau.-Muurolol 275135 019912-62-0 98
.tau.-Cadinol 275137 005937-11-1 89
.gamma.-Cadinene 215866 039029-41-9 87
23 10.38 1.23 C:\Database\W10N14.L
Spirojatamol 275654 128487-46-7 96
1-Naphthalenol, 1,2,3,4,4a,7,8,8a- 275126 019912-62-0 93
octahydro-1,6-dimethyl-4-(1-methyl
ethyl)-, [1S-(1.alpha.,4.alpha.,4a
.alpha.,8a.alpha.)]-
1-Naphthalenol, 1,2,3,4,4a,7,8,8a- 275148 005937-11-1 91
octahydro-1,6-dimethyl-4-(1-methyl
ethyl)-, [1S-(1.alpha.,4.alpha.,4a
.alpha.,8a.beta.)]-
59
Lampiran 4. Instument Control Parameters
INSTRUMENT CONTROL PARAMETERS ===================================================================== 6890 GC METHOD ===================================================================== OVEN Initial temp: 100 'C (On) Maximum temp: 325 'C Initial time: 0.00 min Equilibration time: 0.00 min Ramps: # Rate Final temp Final time 1 10.00 250 10.00 2 0.0(Off) Post temp: 100 'C Post time: 0.00 min Run time: 25.00 min FRONT INLET (SPLIT/SPLITLESS) BACK INLET (UNKNOWN) Mode: Split Initial temp: 250 'C (On) Pressure: 10.17 psi (On) Split ratio: 300:1 Split flow: 291.8 mL/min Total flow: 295.7 mL/min Gas saver: On Saver flow: 20.0 mL/min Saver time: 2.00 min Gas type: Helium COLUMN 1 COLUMN 2 Capillary Column (not installed) Model Number : Agilent 19091S-433 HP-5MS, 0.25mm * 30m * 0.25um Max temperature : 350 'C Nominal length : 30.0 m Nominal diameter : 250.00 um Nominal film thickness : 0.25 um Mode : constant flow Initial flow : 1.0 mL/min Nominal init pressure : 10.17 psi Average velocity : 37 cm/sec Inlet : Front Inlet Outlet : MSD Outlet pressure : vacuum
60
FRONT DETECTOR () BACK DETECTOR () Temperature : 250 'C (Off) Flow : 40.0 mL/min (Off) Flow : 450.0 mL/min (Off) Mode : Constant makeup flow Flow : 45.0 mL/min (Off) Makeup Gas Type : Nitrogen Flame : Off Electrometer : Off Lit offset : 2.0 SIGNAL 1 SIGNAL 2 Data rate : 20 Hz Data rate : 20 Hz Type : test plot Type : test plot Save Data : Off Save Data : Off Zero : 0.0 (Off) Zero : 0.0 (Off) Range : 0 Range : 0 Fast Peaks : Off Fast Peaks : Off Attenuation : 0 Attenuation : 0 COLUMN COMP 1 COLUMN COMP 2 (No Detectors Installed) (No Detectors Installed) THERMAL AUX 2 Use: MSD Transfer Line Heater Description: Initial temp: 250 'C (On) Initial time: 0.00 min # Rate Final temp Final time 1 0.0(Off)
POST RUN Post Time: 0.00 min TIME TABLE Time Specifier Parameter & Setpoint 7673 Injector Front Injector : No parameters specified Back Injector : No parameters specified Column 1 Inventory Number : Column 04 Column 2 Inventory Number : -
61
MS ACQUISITION PARAMETERS General Information ------- ----------- Tune File : stune.u Acquistion Mode : Scan MS Information -- ----------- Solvent Delay : 0.00 min EM Absolute : False EM Offset : 0 Resulting EM Voltage : 1011.8 [Scan Parameters] Low Mass : 35.0 High Mass : 600.0 Threshold : 100 Sample # : 2 A/D Samples 4 Plot 2 low mass : 50.0 Plot 2 high mass : 550.0 [MSZones] MS Quad : 150 C maximum 200 C MS Source : 250 C maximum 300 C END OF MS ACQUISITION PARAMETERS
TUNE PARAMETERS ----------------------------- EMISSION : 34.610 ENERGY : 69.922 REPELLER : 29.118 IONFOCUS : 90.157 ENTRANCE_LE : 18.500 EMVOLTS : 1011.765 AMUGAIN : 2326.000 AMUOFFSET : 128.000 FILAMENT : 2.000 DCPOLARITY : 0.000 ENTLENSOFFS : 17.820 MASSGAIN : 1369.000 MASSOFFSET : -10.000 END OF TUNE PARAMETERS ------------------------------------
62
Lampiran 5. Beberapa spektrum kandungan senyawa kimia minyak atsiri
3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 00
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
S c a n 4 8 5 ( 3 . 1 9 9 m i n ) : S A M P E L . D \ d a t a . m s6 8 . 1
9 3 . 1
1 2 1 . 11 3 6 . 11 0 7 . 1
5 3 . 13 9 . 1
3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 00
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
# 4 8 4 5 7 : D - L i m o n e n e6 8 . 0
9 3 . 0
1 2 1 . 0 1 3 6 . 01 0 7 . 05 3 . 0
4 0 . 0
2 0 7 . 0
3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 00
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
S c a n 5 7 3 ( 3 . 7 6 4 m i n ) : S A M P E L . D \ d a t a . m s7 1 . 1
9 3 . 0
5 5 . 14 1 . 1
1 2 1 . 1
1 3 6 . 11 0 7 . 0
1 5 4 . 1 2 0 6 . 9
3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 00
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
# 8 4 2 1 1 : L I N A L O O L L7 1 . 0
4 3 . 0 9 3 . 0
1 2 1 . 0
5 6 . 0 1 3 6 . 01 0 7 . 0
1 5 4 . 0
63
2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 00
2 0 0 0
4 0 0 0
6 0 0 0
8 0 0 0
m / z -->
A b u n d a n c e
S c a n 6 6 4 (4 .3 4 7 m in ): S A M P E L .D \ d a ta .m s6 9 .1
9 5 .14 1 .1
1 2 1 .15 5 .1
1 1 0 .18 4 .1
1 3 9 .1 1 5 4 .1
2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 00
2 0 0 0
4 0 0 0
6 0 0 0
8 0 0 0
m / z -->
A b u n d a n c e
# 8 3 4 7 4 : C it ro n e lla l6 9 .0
4 1 .0
9 5 .0
5 5 .0
1 2 1 .01 1 0 .08 1 .0
1 5 4 .02 9 .0 1 3 6 .0
64
1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0
0
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
S c a n 7 8 8 ( 5 . 1 4 3 m i n ) : S A M P E L . D \ d a t a . m s
6 9 . 1
4 1 . 1
8 1 . 1
9 5 . 15 5 . 1
1 2 3 . 1
1 0 9 . 1
1 3 8 . 1
1 5 6 . 1
1 6 8 . 0
1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0
0
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
# 8 8 4 6 3 : C i t r o n e l l o l
6 9 . 0
4 1 . 0
5 5 . 08 2 . 0
9 5 . 0
1 2 3 . 0
1 0 9 . 02 7 . 01 5 6 . 0
1 3 8 . 0
1 5 . 0
1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 0
0
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
S c a n 1 1 7 7 ( 7 . 6 3 8 m i n ) : S A M P E L . D \ d a t a . m s
1 3 3 . 19 3 . 1
6 9 . 1
4 1 . 1
1 0 7 . 1
1 6 1 . 1
1 4 7 . 1
5 5 . 11 8 9 . 1
1 7 5 . 12 0 4 . 1
1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 0
0
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
# 2 1 6 3 6 1 : C a r y o p h y l l e n e
9 3 . 01 3 3 . 0
4 1 . 0 7 9 . 0
1 0 7 . 0
5 5 . 01 6 1 . 0
1 4 7 . 0
1 8 9 . 0
2 7 . 0 1 7 5 . 02 0 4 . 0
65
2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 0 2 2 00
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
S c a n 1 0 7 3 ( 6 . 9 7 1 m in ) : S A M P E L . D \ d a t a . m s6 9 . 1
4 1 . 1
9 3 . 0
1 2 1 . 11 3 6 . 1
1 6 1 . 1 2 0 4 . 11 8 9 . 1
2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 0 1 8 0 1 9 0 2 0 0 2 1 0 2 2 00
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
m / z - - >
A b u n d a n c e
# 2 8 2 0 2 7 : G e r a n y l i s o b u t y r a t e6 9 . 0
4 1 . 0
9 3 . 0
1 2 1 . 0
1 3 6 . 0
1 5 4 . 0 2 2 4 . 02 6 . 0
Rank Name MW Formula Qual MI CAS # Ref # K dK Flag % Con C1 Tilt Rel IV XCORR
1 D-Limonene 136 C10H16 99 * 005989-27-5 48457 123 0 0 77 3 80 0 99 9975
2 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 98 * 000138-86-3 48442 115 7 0 68 3 79 0 98 9944
3 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 98 * 000138-86-3 48478 114 0 0 94 3 79 0 98 9968
4 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)-, (S)- 136 C10H16 98 * 005989-54-8 48447 122 0 0 68 3 79 53 98 9917
5 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)-, (R)- 136 C10H16 97 * 005989-27-5 48455 109 9 0 91 3 78 6 95 9746
6 D-Limonene 136 C10H16 97 * 005989-27-5 48451 92 23 0 99 3 78 0 95 9818
7 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 96 * 000138-86-3 48446 96 22 0 90 3 76 44 95 9856
8 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 96 * 000138-86-3 48459 96 22 0 91 3 76 48 95 9855
9 D-Limonene 136 C10H16 95 * 005989-27-5 48453 102 16 0 87 3 74 13 94 9794
10 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 95 * 000138-86-3 48465 100 16 0 92 3 74 10 94 9795
11 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 95 * 000138-86-3 48464 105 17 0 63 15 72 31 95 9953
12 (+)-LIMONEN 136 C10H16 95 * 200004-84-8 48448 95 23 0 88 3 72 13 93 9774
13 D-Limonene 136 C10H16 95 * 005989-27-5 48450 95 23 0 88 3 72 13 93 9774
14 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 95 * 000138-86-3 48467 95 20 0 89 3 72 0 93 9852
15 4-ISOPROPENYL-1-METHYL-1-CYCLOHEXENE 136 C10H16 95 * 005989-27-5 48436 95 23 0 88 3 72 13 93 9774
16 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)-, (R)- 136 C10H16 95 * 005989-27-5 48473 92 25 0 61 28 72 0 95 8696
17 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 95 * 000138-86-3 48474 92 25 0 61 28 72 0 95 8696
18 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 94 * 000138-86-3 48468 96 23 1 85 3 70 0 93 9951
19 BICYCLO[2.2.1]HEPT-2-ENE, 1,7,7-TRIMETHYL- 136 C10H16 94 * 000464-17-5 48967 104 13 1 99 3 70 5 92 9755
20 Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-methylethenyl)- 136 C10H16 94 * 000138-86-3 48438 95 23 1 78 3 70 52 83 9719
66
Scan 665 (4.354 min): SAMPEL.D\data.ms
ATSIRI
Rank Name MW Formula Qual MI CAS # Ref # K dK Flag % Con C1 Tilt Rel IV XCORR
1 6-Octenal, 3,7-dimethyl- 154 C10H18O 97 * 000106-23-0 83465 128 0 0 71 28 78 51 97 7319
2 6-Octenal, 3,7-dimethyl- 154 C10H18O 96 * 000106-23-0 83463 124 0 0 72 10 76 54 96 9362
3 6-Octenal, 3,7-dimethyl-, (R)- 154 C10H18O 96 * 002385-77-5 83460 116 6 0 90 0 76 40 96 9711
4 6-Octenal, 3,7-dimethyl- 154 C10H18O 95 * 000106-23-0 83477 100 23 0 75 5 74 13 94 9639
5 Citronellal 154 C10H18O 95 * 000106-23-0 83474 107 14 1 89 3 72 0 93 9413
6 Citronellal 154 C10H18O 81 * 000106-23-0 83472 69 46 1 101 17 49 0 68 9685
7 6-Octenal, 3,7-dimethyl- 154 C10H18O 78 * 000106-23-0 83467 80 34 2 143 37 46 0 84 9511
8 6-Octenal, 3,7-dimethyl- 154 C10H18O 76 * 000106-23-0 83479 76 41 1 99 23 45 0 81 9679
9 Citronellal 154 C10H18O 74 * 000106-23-0 83473 72 50 1 100 17 44 0 53 9174
10 6-OCTENAL, 3,7-DIMETHYL- 154 C10H18O 50 * 000106-23-0 83462 91 31 0 53 48 25 24 80 7238
11 6-Octenal, 3,7-dimethyl- 154 C10H18O 38 * 000106-23-0 83464 64 59 0 53 55 14 12 47 7171
12 4-Hexen-1-ol, 3-ethenyl-2,5-dimethyl- 154 C10H18O 38 * 090823-36-2 84289 76 19 0 55 62 14 48 66 5716
13 4-Hexen-1-ol, 3-ethenyl-2,5-dimethyl- 154 C10H18O 38 * 090823-36-2 84290 75 23 0 58 61 14 46 66 6068
14 NEOISO(ISO)PULEGOL 154 C10H18O 38 * 021290-09-5 82731 61 62 3 93 57 14 0 56 6671
15 2-Hepten-4-one, 6-methyl- 126 C8H14O 30 * 049852-35-9 33803 48 32 0 72 57 9 18 47 7169
16 5,5-Dimethyl-1,3-hexadiene 110 C8H14 30 * 001515-79-3 17688 60 36 1 59 64 9 0 56 5776
17 5,5-Dimethyl-1,3-hexadiene 110 C8H14 30 * 001515-79-3 17687 60 36 1 59 64 9 0 56 5776
18 CYCLOPENTANE, 1,2-DIMETHYL-3-METHYLENE-, CIS 110 C8H14 30 * 200001-77-0 17780 61 38 1 60 62 9 0 51 5858
19 1,3-DIMETHYL CYCLOHEXENE 110 C8H14 30 * 002808-76-6 17711 59 33 1 71 62 9 0 56 5840
20 Cyclobutene, 1,3,3,4-tetramethyl- 110 C8H14 30 * 116851-49-1 17904 58 33 0 59 63 9 0 56 5822
Scan 1015 (6.599 min): SAMPEL.D\data.ms
ATSIRI
Rank Name MW Formula Qual MI CAS # Ref # K dK Flag % Con C1 Tilt Rel IV XCORR
1 2,6-Octadiene, 2,6-dimethyl- 138 C10H18 95 * 002792-39-4 52346 120 6 1 84 0 72 0 93 9933
2 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate 198 C12H22O2 91 000150-84-5 198305 137 9 0 87 0 62 38 68 9680
3 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate 198 C12H22O2 91 000150-84-5 198295 137 9 0 86 0 62 38 68 9677
4 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate 198 C12H22O2 91 000150-84-5 198298 135 7 1 90 0 62 0 81 9982
5 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate 198 C12H22O2 91 000150-84-5 198302 145 0 0 80 0 62 38 74 9917
6 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate 198 C12H22O2 91 000150-84-5 198304 142 0 0 77 0 62 30 72 9758
7 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate 198 C12H22O2 91 000150-84-5 198297 130 13 0 84 0 60 17 53 9688
8 Citronellyl isobutyrate 226 C14H26O2 91 000097-89-2 288679 131 24 1 78 0 60 11 60 9856
9 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate 212 C13H24O2 90 000141-14-0 242354 125 17 1 78 7 59 0 76 9968
10 Citronellyl butyrate 226 C14H26O2 90 000141-16-2 288701 116 35 1 76 7 59 0 68 9963
11 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate 212 C13H24O2 90 000141-14-0 242356 96 45 2 96 3 57 0 48 9863
12 Citronellyl butyrate 226 C14H26O2 83 000141-16-2 288704 102 48 2 84 11 50 0 51 9878
13 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate 212 C13H24O2 83 000141-14-0 242355 99 41 2 86 11 50 0 56 9927
14 3,7-Dimethyloct-6-enyl ethyl carbonate 228 C13H24O3 70 200029-48-8 294818 125 29 0 69 26 41 0 76 9938
15 Citronellyl tiglate 238 C15H26O2 64 024717-85-9 327879 95 57 2 82 21 37 0 48 9885
16 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate 212 C13H24O2 58 000141-14-0 242353 89 54 1 75 28 32 0 49 9751
17 6-Octen-1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate 212 C13H24O2 58 000141-14-0 242352 89 54 1 75 28 32 0 49 9751
18 Bicyclo[4.1.0]heptane, 3,7,7-trimethyl-, (1.alpha.,3.alpha.,6.alpha.)- 138 C10H18 55 * 018968-23-5 52538 63 49 2 94 41 29 0 64 8365
19 Bicyclo[4.1.0]heptane, 3,7,7-trimethyl-, (1.alpha.,3.alpha.,6.alpha.)- 138 C10H18 55 * 018968-23-5 52535 63 49 2 94 41 29 0 64 8365
20 Cyclohexane, (2-methyl-1-propenyl)- 138 C10H18 49 * 089656-98-4 52381 53 62 3 139 38 23 0 49 8224
Scan 1177 (7.638 min): SAMPEL.D\data.ms
ATSIRI
Rank Name MW Formula Qual MI CAS # Ref # K dK Flag % Con C1 Tilt Rel IV XCORR
1 Caryophyllene 204 C15H24 99 * 000087-44-5 216361 164 0 0 85 4 81 0 99 9904
2 TRANS(.BETA.)-CARYOPHYLLENE 204 C15H24 99 * 200021-63-9 216339 163 0 0 77 0 80 18 99 9729
3 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 99 * 000087-44-5 216351 160 0 0 88 21 80 43 99 9001
4 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 99 * 000087-44-5 216354 156 0 0 76 17 80 77 99 8854
5 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 99 * 000087-44-5 216385 163 0 0 78 0 80 23 99 9666
6 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 98 * 000087-44-5 216347 135 29 0 70 10 79 4 98 9702
7 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 97 * 000087-44-5 216371 130 19 0 85 8 78 50 97 9116
8 4,11,11-TRIMETHYL-8-METHYLENEBICYCLO[7.2.0]UNDEC-4-ENE 204 C15H24 95 * 013877-93-5 216357 117 47 0 69 17 74 1 95 9664
9 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 94 * 000087-44-5 216386 105 39 0 84 23 70 50 94 9389
10 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-,[1R-(1R*,4Z,9S*)]- 204 C15H24 93 * 000118-65-0 216369 119 44 1 67 26 68 0 94 9066
11 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene- 204 C15H24 93 * 013877-93-5 216364 105 53 1 81 26 66 0 93 9581
12 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 90 000087-44-5 216365 136 28 1 77 10 59 0 81 9805
13 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene- 204 C15H24 86 * 013877-93-5 216345 98 63 1 75 26 53 51 91 9622
14 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 86 * 000087-44-5 216352 113 44 1 93 26 53 0 91 9686
15 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene- 204 C15H24 86 * 013877-93-5 216370 98 63 1 75 26 53 51 91 9622
16 Caryophyllene 204 C15H24 83 * 000087-44-5 216363 94 62 1 94 34 50 0 90 9628
17 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 83 * 000087-44-5 216374 88 58 2 133 34 50 0 92 9043
18 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (Z)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 78 * 000118-65-0 216359 81 67 3 125 39 46 0 90 8773
19 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (Z)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 78 * 000118-65-0 216358 81 67 2 125 39 46 0 90 8776
20 Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene-, (E)-(1R,9S)-(-)- 204 C15H24 76 000087-44-5 216379 153 5 0 87 21 45 22 78 9000
67
Lampiran 6. Metode difusi cakram
Pembuatan Nutrient Agar pada dua buah erlenmeyer (250 ml)
Pembuatan larutan McFarland
Pembuatan konsentrasi larutan uji, ditetesi pada cakram
steril dan keringkan cakram uji.
Pembenihan bakteri pada media larutan nutrient agar
Masukkan kertas cakram ke dalam cawan
Sterilisasi larutan nutrient agar, kertas cakram, cawan petri, tip
pipet, tabung reaksi dan jarum ose pada autoklaf 15 menit, 121oC
Panaskan pada hotplate dan stirer hingga mendidih lalu
dinginkan
E coli
II E coli I
Aureus
II
Aureus
I
Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
Pengukuran zona hambat
68
Metode Difusi Cakram
a. Pembuatan Nutrient Agar
(+) aquadest 120 ml dipanasakan dan distirer hingga mendidih
Homogenkan
Ditimbang 3.36 gram NA Sterilkan dalam autoklaf 121oC selama 15 menit
b. Pembuatan Konsentrasi Cakram
Diambil dengan pinset dibakar diatas api (steril)
Cakram steril (5mm) Cawan steril
Dipipet 10µl masing-masing konsentrasi
c. Pembenihan Setiap Bakteri pada Media
Dipanaskan hingga mencair didinginkan 40-50oC (+) suspensi bakteri
Nutrient Agar steril 120 mL sebar pada cawan
Hingga memadat
Masukkan kertas cakram yang sudah ditambahkan konsentrasi larutan masing-masing
(kering).
69
Lampiran 7. Perhitungan Sistematika
a. Pensuspensian Bakteri Escherichia Coli dan Stapyhlococcus Aureus
4 Ose E. Coli 5 Ose S. Aureus
(Sampai warna keruh seperti standar Mc Farland)
NaCl 0.9% (10 ml) NaCl 0.9% (10ml)
b. Pembuatan Larutan Standar Mc Farland 0.5 (Maliku, 2010)
BaCl2 1% ► 𝑔𝑟 = 𝑃%
100𝑥 100 (𝑚𝑙)
=1%
100𝑥 100 𝑚𝑙
𝑔𝑟 = 1 𝑔𝑟 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 100 𝑚𝑙)
H2SO4 1% ► Dik : N2 H2SO4 = 1%
N1 H2SO4 = 97%
V2 Aquadest = 100ml
Dit : V1 H2SO4 ?
𝑉1𝑁1 = 𝑉2𝑁2
𝑥 . 97% = 100 𝑚𝑙 . 1%
𝑥 = 100
97
𝑥 = 1.03 𝑚𝑙
BaCl2 (0.05 ml)
Kekeruhan dianggap konsentrasi sel bakteri sebesar 1.5 x 108 CFU/ml
H2SO4 1%
(9.95 ml)
70
Pembuatan Larutan Uji Minyak Atsiri Sereh Wangi (Hosamani et al., 2011)
Stok Larutan Uji
(+) 1 ml tween 80
(+) 5 ml parafin
(+) 4 ml aquadest
Atsiri sereh wangi (100ml)
1. Konsentrasi 125 ppm 𝑀1. 𝑉1 = 𝑀2. 𝑉2
125 𝑝𝑝𝑚 . 10 𝑚𝑙 = 1000 𝑝𝑝𝑚 . 𝑉2
𝑉2 =125𝑥10
1000
𝑉2 = 1.25 𝑚𝑙 (𝐴𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖)
(+) 8.75 ml aquadest
2. Konsentrasi 250 ppm
𝑀1. 𝑉1 = 𝑀2. 𝑉2
250 𝑝𝑝𝑚 . 10 𝑚𝑙 = 1000 𝑝𝑝𝑚 . 𝑉2
𝑉2 =250𝑥10
1000
𝑉2 = 2.5 𝑚𝑙 (𝐴𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖)
(+) 7.5 ml aquadest
3. Konsentrasi 500 ppm
𝑀1. 𝑉1 = 𝑀2. 𝑉2
500 𝑝𝑝𝑚 . 10 𝑚𝑙 = 1000 𝑝𝑝𝑚 . 𝑉2
𝑉2 =500𝑥10
1000
𝑉2 = 5.0 𝑚𝑙 (𝐴𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖) (+) 5.0 ml aquadest
4. Konsentrasi 700 ppm
𝑀1. 𝑉1 = 𝑀2. 𝑉2
700 𝑝𝑝𝑚 . 10 𝑚𝑙 = 1000 𝑝𝑝𝑚 . 𝑉2
𝑉2 =700𝑥10
1000
𝑉2 = 7.0 𝑚𝑙 (𝐴𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖)
(+) 3 ml aquadest
5. Konsentrasi 1000 ppm
𝑀1. 𝑉1 = 𝑀2. 𝑉2
1000 𝑝𝑝𝑚 . 10 𝑚𝑙 = 1000 𝑝𝑝𝑚 . 𝑉2
𝑉2 =1000𝑥10
1000
𝑉2 = 10 𝑚𝑙 (𝐴𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖)
71
Gambar 11. Stok larutan uji (Dokumen pribadi, 2018)
Gambar 12. Larutan McFarland (Dokumen pribadi, 2018)
Gambar 13. Escherichia Coli I dan Escherichia Coli II setelah 24 jam
(Dokumen pribadi, 2018)
72
Gambar 14. Staphylococcus Aureus I dan Staphylococcus Aureus II
(Dokumen pribadi, 2018)
73
BIODATA MAHASISWA
Nama Lengkap : Mirna Tiarani Putri
NIM : 1111096000022
Tempat/ Tanggal lahir : Jakarta, 28 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
Alamat Rumah : Papan Mas, JL Flamboyan VIII Blok G12/5 RT 06
RW 05, Tambun Selatan – Bekasi Timur (17510)
Nomor Tlp/ Hp : 089503272953
Alamat Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tingkat
Pendidikan
Nama Sekolah Alamat Tahun
Lulus
SD SDN Setia Mekar 02 Kp. Bulu 2005
SMP SMPN 06 Tambun Selatan Bumi Sani
Permai
2008
SMA SMAN 02 Tambun Selatan Perum. SKU 2011
Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tangerang
Selatan
2018
PENDIDIKAN NON FORMAL/ PELATIHAN
No Nama Pelatihan Tahun No. Sertifikat
1. Seminar Safety and Security 2012
PENGALAMAN ORGANISASI
No Nama Organisasi Tahun Jabatan
1. Himpunan Mahasiswa Kimia 2012 Anggota
2. Himpunan Mahasiswa Kimia 2013 Menko Perekonomian
3. Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia
Indonesia
2013 Anggota
Pas Foto
3 x 4
74