identification

Upload: arida-fauziyah

Post on 14-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan praktikum taksonomi hewan

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI HEWAN

Oleh :

Nama: Arida FauziyahNIM: B1J011173

Rombongan: VIIKelompok: 2

Asisten: Luluk Fuadah LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2013I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKlasifikasi Makhluk hidup adalah pengelompokan makhluk hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama, dimasukkan ke dalam satu kelompok, dan bila dalam persamaan ditemukan perbedaan ciri dan sifat, maka dipisahkan lagi ke dalam kelompok lain yang lebih kecil, sehingga akan diperoleh kelompok-kelompok makhluk hidup dengan jenjang yang berbeda. Pengelompokkan hasil klasifikasi pada tingkat tingkat yang berbeda atau pada takson yang berbeda disebut taksonomi.

Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Gunarto (2004) seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus (Mayr, 1969).

Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.

Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :

1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki

2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain.

3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup.

4. memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama.

Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain :

1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.

2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup

3. Klasifikasi memudahkan komunikasi.

Sistem klasifikasiBerdasarkan kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem buatan, sistem alami, dan sistem filogenik.

a. Sistem buatan

Sistem klasifikasi buatan mengutamakan tujuan praktis dalam ikhtisar dunia makhluk hidup. Klasifikasi buatan diperkenalkan oleh Carollus Linnaeus (1707-1778). Dasar klasifikasi adalah ciri morfologi, alat reproduksi, habitat dan penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya).Misalnya, pada klasifikasi tumbuhan ada pohon, semak, perdu, dan gulma. Berdasarkan tempat hidup, dapat dikelompokkan hewan yang hidup di air dan hewan yang hidup di darat. Berdasarkan kegunaannya, misalnya makhluk hidup yang digunakan sebagai bahan pangan, sandang, papan dan obat-obatan.

b. Sistem alamiKlasifikasi makhluk hidup yang menggunakan system alami menghendaki terbentuknya takson yang alami. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Aristoteles pada tahun 350 SM. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem alami, artinya suatu pengelompokan yang didasarkan pada ciri morfologi/ bentuk tubuh alami, sehingga terbentuk takson-takson yang alami.

Misalnya hewan berkaki empat, hewan bersirip, hewan tidak berkaki, dan sebagainya. Pada tumbuhan misalnya tumbuhan berdaun menyirip, tumbuhan berdaun seperti pita, dan sebagainya.

c. Sistem filogenikSistem klasifikasi ini didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dan yang lainnya sekaligus mencerminkan perkembangan makhluk hidup (filogenik), diperkenalkan oleh Charles Darwin. Makin dekat hubungan kekerabatan maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi antar takson. Semakin sedikit persamaan maka makin besar perbedaannya, berarti makin jauh hubungan kekerabatannya (Mayr, 1969). B. Tujuan

Tujuan praktikum acara praktikum acara identifikasi dan determinasi hewan (avertebrata dan vertebrata) adalah 1. Mengenali ciri-ciri hewan avertebrata dan vertebrata yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu. 2. Melakukan identifikasi dan determinasi hewan avertebrata dan vertebrata. 3. Mendeskripsikan hewan yang telah diidentifikasi dan dideterminasi.

II. MATERI DAN METODE

A. MateriMateri yang digunakan dalam praktikum identifikasi dan determinasi hewan (avertebrata dan vertebrata) adalah buku pedoman untuk identifikasi dan determinasi hewan avertebrata dan vertebrata, paku, mur, dan baud.

Alat yang diamati adalah alat tulis, buku gambar, dan kamera untuk mendokumentasikan.

B. Metode1. Preparat (paku) disiapkan.

2. Dikenali kemudian dipisahkan berdasarkan ciri-ciri morfologi paku.3. Di gambar.4. Dicocokkan dengan buku pedoman identifikasi dan determinasi.5. Dideskripsikan specimen yang telah dideterminasi.6. Didokumentasikan.III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

Kunci Determinasi Paku-Pakuan Taksonomi Hewan1a. Paku ujung runcing.2

1b. Paku ujung tumpul.6

2a. Paku berkepala corong.Paku corong berulir / v2b. Paku berkepala bulat...3

3a. Paku kepala bertanda....Skrup runcing / iv3b. Paku kepala tidak bertanda.....4

4a. Paku berulirPaku asbes / iii4b. Paku tidak berulir5

5a. Paku kepala berpayun..Paku seng / ii5b. Paku kepala tidak berpayung...Paku kayu / i6a. Paku berkepala yang tidak persegi enam.7

6b. Paku berkepala persegi enam..8

7a. Paku bertanda positif (+)...Skrup / vi7b. Paku bertanda negative (-)Skrup tumpul / vii8a. Paku segi 6 perak..Segi 6 perak / viii8b. Paku segi 6 emas..9

9a. Paku emas besar.........................................................................Emas besar / ix9b. Paku emas kecil.Emas ramping / xB. PembahasanPraktikum acara determinasi dan identifikasi hewan avertebrata dan verterbata digantikan oleh paku yang diibaratkan sebagai hewan avertebrata dan verterbata. Kemudian paku-paku tersebut diidentifasi dan diklasifikasi. Proses identifikasi dimulai dengan pencandraan sifat-sifat atau karakter morfologi yang dimiliki oleh paku-paku tersebut seperti membebedakan bentuk ujung dari paku seperti ujung tumpul atau runcing, bentuk kepala (bulat atau segienam), tanda pada kepala (tanda positif atau negatif), panjang paku (lebih dari 3 cm atau kurang 3 cm), bagian tubuh paku (berulir atau tidak berulir), warna paku (emas atau perak) dan berbagai ciri-ciri yang lainnya, kemudian melakukan pengkelompokan (klasifikasi) kemudian mencocokannya kedalam kunci determinasi sehingga diperoleh nama-nama untuk paku-paku tersebut, kemudian data yang telah diperoleh dapat dijadikan untuk membuat pohon filogenik (Gunarto, 2004). Determinasi yaitu membandingkan suatu hewan dengan satu hewan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggris to identify = mempersamakan. Serangkaian pertanyaan atau pernyataan khusus yang sengaja dirancang untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang sedang diteliti disebut kunci determinasi. Setiap pertanyaan dapat dibuat dengan kemungkinan jawaban lebih dari satu dan tiap jawaban mengarah pada pertanyaan lainnya, hingga didapatkan satu jawaban, yaitu spesies (Widiyadi, 2009).

Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarang dengan Carolus Linnaeus (Gunarto, 2004). Hal yang menarik adalah bagaiamana kita bisa mengklasifikasikan milyaran makhluk hidup di muka bumi ini tanpa terjadi sebuah kerancuan yang membingungkan. Hal ini dijelaskan oleh Adl (2005), bahwa sering terjadi kontroversi antara pengkalisifikasian taksonomi berdasarkan pendekatan morfologi modern, biokimia, dan filogenetik molekuler. Perdebatan seperti ini akan menghasilkan skema klasifikasi yang dapat dipercaya yang akan mempunyai stabilitas dari berbagai pendekatan tersebut. Permohonan skema klasifikasi mengenai kelompok taksa yang dipertimbangkan berdasarkan hubungan evolusioner, akan menghasilkan kelompok taksa parafiletik yang telah diidentifikasi. Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Sedangkan prosedur klasifiksi bersifat induktif. Identifikasi berhubungan dengan ciri-ciri taksonomik dalam jumlah sedikit (idealnya satu ciri), akan membawa specimen ke dalam satu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri (idealnya seluruh ciri yang dimiliki). Klasifikasi adalah penataan hewan-hewan ke dalam kelompok yang didasarkan atas kesamaan dan hubungan mereka (Mayr, 1969).

Suatu analisis dari berbagai tahapan klasifikasi taksonomi, mulai dari ientifikasi sampai deskripsi, harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa pengklasifikasian yang dilakukan memasuki standar dan sesuai dengan protokol taksonomi internasional. Tahapan ini dikenal dengan verifikasi taksonomi, dimana pada akhirnya setelah kita megidentifikasi makhluk hidup lalu melakukan pemberian nama, nama tersebut didaftarkan pada komite internasional untuk disahkan. Komite internasional memediasi seluruh taksonom di dunia untuk mengecek apakah makhluk hidup tersebut telah atau belum diidentifikasi sehingga tidak akan terjadi ambiguitas taksonomi dikarenakan perbedaan identifikasi atau pun nama (Gunarto, 2004). Kunci determinasi adalah keterangan mengenai ciri-ciri suatu makhluk hidup. Kunci determinasi digunakan untuk menentukan termasuk kelompok manakah organisme itu. Jadi adanya kunci determinasi bertujuan untuk mengenali dan menetapkan identitas suatu organisme agar dapat dimasukkan ke kelompok mana dalam klasifikasi. Contoh kuci determinasi sederhana adalah kunci dikotom. Pada kunci dikotom ciri-ciri yang diidentifikasi memiliki ciri yang berbeda atau berlawanan. Pengelompokkan jenis-jenis makhluk hidup lazimnya didasarkan atas peramaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ seperti alat indera, selain itu taksonomi modern lebih mengedepankan pengelompokkan berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi (Widiyadi, 2009). Contoh kunci dikotom

1. a.Tubuh beruas-ruas. lanjutkan ke no 2

b.Tubuh tidak beruas-ruas ... lanjutkan ke no 5

2. a.Setiap ruas tubuh berkaki. Myriapoda

b.Tidak setiap ruas tubuh berkaki.. lanjutkan ke no 3

3. a.Jumlah kaki 3 pasangInsekta

b.Jumlah kaki lebih dari 3 pasang.. lanjutkan ke no4

4. a.Mempunyai sungut di kepalaCrustacea

b.Tidak mempunyai sungut di kepala. Arachnoidea

5. a.Tubuh dilindungi cangkang .Mollusca

b.Tubuh berduriEchinodermataPembuatan kunci determinasai pada praktikum kali ini menggunakan alat dan bahan buatan berupa paku dan mur. Sepuluh paku dengan morfologi yang berbeda dan tiga mur dengan morfologi yang berbeda pula. Berikut deskripsinya.Paku No. I adalah paku tinggi terbuat dari besi yang memiliki tinggi sekitar 9 cm. Pada saat praktikum, paku besi ini telah mengalami korosi berkaitan dengan umur dari paku itu sedniri. Paku besi ini terlihat kecoklatan dengan warna asli perak alumunium. Ujung paku besi ini runcing atau tumpul dan memiliki tekstur badan yang halus tanpa corak atau ulir, dan postur tubuh ramping. Paying dari paku besi ini berdiameter sekitar 0,3 cm dan terbuat dari bahan yang sama yaitu besi.

Paku No. II adalah paku asbes yang memiliki tinggi sekitar 6 cm. paku asbes ini berwarna perak alumunium dengan payung berdiameter 3, 5 cm. ujung paku asbes ini memiliki ujung yang runcing, dan memiliki postur tubuh yang ramping dengan tekstur badan paku yang tanpa berulir.

Paku No. III memiliki kesamaan yang cukup banyak dengan paku No. II. Memiliki jenis yang sama yaitu paku asbes, berwarna perak alumunium, berujung runcing, dan memiliki diameter payung yang sama. Perbedaannya terletak pada tinggi tubuh paku yang 1,5 cm lebih tinggi dari paku no. II yaitu sekitar 8 cm. keunikan lain dari paku No. III adalah tekstur badan paku yang berulir.

Paku No. IV memiliki tinggi kurang lebih 3 kali lebih pendek dari paku sebelumnya yaitu paku no. III. Tinggi paku no. IV adalah 3 cm dengan ujung runcing dan berpayung paku bundar kecil berdiamater 1,5 cm. Paku IV memiliki tekstur badan paku berulir rapat.

Paku No. V kurang lebih memiliki tinggi yang hampr sama dengan paku no. II. Paku no. V memiliki payung paku yang berbentuk corong dengan diameter 1 cm. berujung runcing, berwarna perak alumunium, dan bertekstur ulir rapat pada bagian badan paku.

Paku VI ditempatkan di tengah dikarenakan paku ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok dari paku-paku sebelumnya. Perbedaan tersebut adalah ujung bawah paku yang rata atau tidak meruncing. Namun paku ini memilki warna , tekstur badan paku ,dan bentuk payung paku yang mirip dengan paku no. V. Bedanya tinggi paku no. VI sedikit lebih pendek 1 cm dari paku no. V, yaitu 5 cm.

Paku no. VII, paku-paku pada nomor ini memiliki ujung paku yang sama dengan paku nomor VI, yaitu tidak meruncing atau rata. Selain itu paku jenis ini memiliki postur tubuh yang lebih gemuk dengan tinggi paku sekitar 4,5 cm dan diameter payung paku 1 cm. Selain itu paku ini memiliki tekstur badan yang berulir dan berwarna perak alumunium.

Paku no. VII memiliki morfologi yang hamper sama dengan paku no.VII namun badan paku ini sedikit lebih lebar dan perbedaaan yang sangat mencoloknya adalah, bentuk payung paku yang berbentuk segi enam berdiamter 1,5 cm. selain itu warna dari paku ini lebih terang yaitu perak alumunium muda.

Paku no. IX memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari ke-delapan paku sebelumnya, apku nomor ini memiliki warna emas pada seluruh tubuhnya. Payung paku berbentuk segi enam dengan diameter 2 cm, ujung paku rata, tinggi paku 5 cm dan tekstur badan paku berulir.Paku no. X memiliki morfologi yang sama dengan paku no. IX, perbedaannya terletak pada postur paku yang sedikit lebih ramping dan diameter payung paku yang berdiameter 1,5 cm.

Mur no. XI berbentuk segi enam dengan diameter 1 cm, dan berwarna perak alumunium. Mur no. XII memiliki diameter yang lebih kecil yaitu 0,5 cm, berbentuk segi enam dan berwarna emas. Mur no. XII memiliki bentuk yang sangat berbeda dari ke-dua paku sebelumnya, mur nomor ini berbentuk segi empat dengan lubang mur berbentuk lingkaran di tenah berdiamater sekitar 0,5 cm. panjang dan lbar mur ini adalh 1,5 cm, dan memiliki warna perak alumunium pucat.

Analisis kekerabatan dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah metode fenetik dan metode filogenetika. Metode fenetik adalah metode analisis yang dilakukan berdasarkan atas dasar karakter morfologi yang diamati. Analisis ini tidak memerlukan pengetahuan mengenai hubungan evolusinya. Kelemahan dari metode ini adalah sulit membedakan karakter yang terlihat sama atau menunjukkan kemiripan. Metode filogenetik adalah metode analisis yang berdasarkan atas kesamaan nenek moyang. Makin dekat nenek moyang antara dua unit taksonomi maka akan berkerabat makin dekat dan ditempatkan pada katagori taksonomi yang lebih rendah dibanding dengan unit taksonomi yang memiliki nenek moyang yang jauh kekerabatannya. Ingroup adalah kelompok organisme yang sedang dikaji. Out group adalah kelompok yang tidak dikaji tetapi tidak terpisah terlalu jauh dari in group (Indarmawan et.al, 2010).

Karakter yang diamati dalam proses klasifikasi menurut Gunarto (2004) adalah karakter morfologi, anatomi, fisiologi, aekologi, dan geografi. Ishtiaq et.al., (2010) menjelaskan bahwa pentingnya karaktermorfologis adalah ditimbang dalamhal nilai-nilainumerik dandirumuskan dalambentukmatriks. Memperolehdata dari spesimen mempelajari berbagaidata yang sedang ditabulasi dan digunakan untuk phenogram konstruksidengan menggunakanMVSPperangkat lunak (Ishtiaq et.al., 2010).IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa 1. Ciri-ciri paku yang dapat dilihat oleh mata telanjang adalah tinggi paku, lebar paku, warna paku, bentuk payung paku, dan tekstur badan paku2. Identifikasi dan determinasi paku dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi3. Berbagai paku memiliki deskripsi khas masing-masing sehingga dapat diklasifikasikan dan digolongkan dalam kelompok-kelompok tertentu.B. Saran1. Praktikan harus lebih teliti dalam menentukan karakter spesifik dari sampel

DAFTAR PUSTAKAAdl, Sina M., et al. 2005. The New Higher Level Classification of Eukaryotes with Emphasis on the Taxonomy of Protists. International Society of Protistologists. DOI: 10.1111/j.1550-7408.2005.00053.x. University of Georgia, Athens, Georgia 30602 : USA.

Gunarto. 2004. Identifikasi dan Determinasi hewan Avertebrata dan Vertebrata. Erlangga: Jakarta.Indarmawan, A., Nuryanto.,D.,D. Bhagawati, M., N. Abudilias. 2010. Lecturers Note Mata Kuliah Taksonomi Hewan. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.Ishtiaq, Muhammad Ch, Q. He, S. Feng, Yi Wang, P.G. Xiao, Yiyu Cheng And Habib Ahmed. 2010. Determination Of Taxonomic Status Of Chinese Species Of The Genus Clematis By Using High Performance Liquid ChromatographyMass Spectrometry (Hplc-Ms) Technique. Department of Botany, Mirpur University of Science & Technology (MUST) Bhimber Campus, (AK) Pakistan.

Mayr, Ernest. 1969. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.Widiyadi, Emeraldy. 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk Hidup. IF2091 Strategi Algoritmik Tahun 2009. Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung.