idea edisi 32 - kafir (1)
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
ada edisi sebelumnya, redaksi telah
mengulas begitu detail mengenai
fenomena doomsday, atau hari Pkiamat. Baik dari perspektif filsafat, kajian
al-Qur'an, hadits, teori lingkungan,
konspirasi global, dan lain-lain. Dari edisi 31
kemarin, setidaknya, kita telah banyak tahu
mengenai di balik adanya isu kiamat 2012
dan apa makna kiamat itu sendiri yang 'almiin, agama kasih sayang, agama damai, berasal dari akar kata qaama, yaquumu, terlihat hanya dalam teks-teks sucinya saja, tanpa qiyaaman. Kiamat yang kebanyakan orang diimbangi perilaku dari para follower, mengartikan hari huru-hara atau kehancuran itu pengikutnya, untuk beragama yang baik, santun, ternyata memiliki akar kata “qaama”, berdiri dan damai. Tentunya, tanpa mengafirkan yang tegak, bukan musnah masal.lain.Dar i pembicaraan k iamat , te lah
Di samping membicarakan hal-hal yang disimpulkan bahwa dari kesemua agama—baik 'melangit' mengenai makna kafir, redaksi juga Islam, Hindu, Budha, Kristen, Yahudi, dan lain-m e m b i n c a n g k a f i r d e n g a n p a n d a n g a n lain—telah sepakat bahwasanya hari kiamat 'membumi'. Karena makna kafir jika ditelisik memang benar-benar ada, dan pasti akan terjadi, lebih dalam, telah banyak menyinggung perilaku entah kapan. Bila membaca simbol-simbol yang orang Indonesia dewasa ini. Mulai dari korupsi, telah diberikan Rasulullah Saw, saat inilah anarkisme, menutup pintu ijtihad, tidak mau menjelang detik-detik dari hari akhir, hari kiamat belajar, menganggur, tidak mau bekerja, dan lain-itu. Banyaknya gempa dan bencana, kitab suci lain. Oleh sebab itu, redaksi menjadikan tema hanya dijadikan ritus-ritus bacaan saja tanpa kafir ini semakin ‘seksi’ untuk dibaca.dihayati maknanya, yang benar menjadi abu-abu,
Perdebatan serius—adu argumen—dari dan yang salah dijadikan panutan. Itulah yang para tokoh dalam rubrik analisis utama dan dinamakan zaman akhir, gonjang-ganjinge analisis khusus, semakin menjadikan majalah mongso. IDEA kali ini lebih berisi. Liputan tentang Dari edisi kiamat (doomsday), redaksi kegiatan mahasiswa, riset mengenai perilaku beralih ke edisi 32, yakni membincang gejala mahasiswa dalam memanfaatkan hot spot area di takfir—aksi saling mengafirkan yang lain—yang kampus, keberadaan kaum marginal yang sudah menjamur di masyarakat. Fenomena ini tergabung dalam komunitas lesbian, gay, patut kita sorot. Karena apa? Kafir mengkafirkan biseksual, transgender (baca: LGBT), semakin antara umat, merupakan larangan keras dari menambah wawasan pengetahuan pembaca hal-Rasulullah Saw. Seseorang tidak dibenarkan jika ihwal di luar diskusi perkuliahan. Dengan mengakui dirinya sendiri atau pendapatnyalah demikian, semoga pada edisi 32 dengan tema kafir yang 'paling' benar, hingga menegasikan ini, pembaca dapat menangkap hikmah yang argumen/ijtihad orang lain. Jika hal ini tidak tergores dari tiap butir kata yang telah disajikan dibendung dengan suatu pergolakan pemahaman oleh redaksi. Dari kiamat (berdiri tegak), kita mengenai reinterpretasi terhadap makna “kafir”, menuju fenomena kafir (menutup sesuatu), apa maka, dikhawatirkan akan terjadi kontak fisik, maknanya? Berdiri, kemudian menutup. Silahkan tindak anarkisme akut di tengah masyarakat. renungkan. [Redaksi]Dengan adanya klaim, orang mudah tersinggung.
Sehingga, Islam, yang dikatakan rahmatan lil
DARI MENUJU KAFIR
KIAMAT
Cover IDEA Edisi 31 (kiri) dan IDEA Edisi 32 (Kanan)
IDE
A/
Arsip
IDEA Edisi 32, September 2012 1
[Serambi]
IDEA Edisi 32, September 20122
[Daftar Isi]
Serambi
Daftar Isi
Potret
Surat Pembaca
Karikatur
Editorial
Analisis Utama
Tamu kita
Paradigma
Karikatur2
Pengantar
Analisis Khusus
Wawancara Khusus
Wacana
Riset
Historia
Kampusiana
Forum
Usul-Usil
Artikel Lepas
Lorong
Resensi Buku
Film
Sastra
Figur
Liputan
Catatan Akhir
1234678
18232728293842
44475053606166687274798284
Tamu Kita:Kafir itu Menutup Diri... 18
Bagaimana sebenarnya pandangan
orang-orang non-muslim tentang kafir
itu sendiri. Apakah dalam teologi
mereka juga memiliki pemahaman
yang sama dengan umat Islam
mengenai term kafir?
Pendeta Gunarto
Meramal Nasib Ushuluddin Pasca UIN ... 50
Kampusiana:
Konversi IAIN ke UIN
yang digaungkan sejak
dua tahun terakhir, tak
lagi hanya menjadi
isapan jempol. Konversi
itu sebentar lagi akan
segera ditabuh. Tentu
saja, ini merupakan suatu tantangan besar yang
harus dihadapi oleh berbagai pihak untuk berbenah
diri, khususnya Ushuluddin sebagai fakultas yang
selama ini kurang begitu diminati oleh calon
mahasiswa. Lalu, bagaimanakah nasib Ushuluddin
pasca menjadi UIN nanti?
Mengimani kafir bukan
berarti kita iman kepada
orang-orang ‘kafir’, dan
tunduk kepadanya. Akan
tetapi, kita percaya bahwa
simbol-simbol kekafiran di
tubuh kaum beragama itu
ada, walaupun orang
tersebut tidak
merasakannya. apa itu
kafir? apa benar kafir
hanyalah simbol an sich
yang tidak perlu ditakuti,
apalagi dicap sebagai orang
kafir.
Pelindung: Dekan Fakultas Ushuluddin, Pembina: Pembantu Dekan III, Penanggung Jawab: Ketua Badan Eksekutiif Mahasiswa (BEM- FU), Pemimpin Umum: Mukhamad Zulfa, Sekretaris Umum: Muhamad Zubair Hasan, Sekretaris I: Awaluddin Iskandar, Bendahara umum: Maslikhah, Pemimpin Redaksi: Muhammad Autad An-Nashr, Sekretaris Redaksi: Naily Ni'matul Illiyun, Staf Ahli: Amin Syukur, Abdul Djamil, Sri Suhanjati Sukri, Muhsin Jamil, Joko Tri Haryanto, Zainul Adzfar, Imam Taufiq, Pengkaderan: Caswiyono Rusydy Cakrawangsa, Ahmad Fauzi, Rusmadi, Wahyu Agung, John Sarmin, Arif Dwi Purnomo, M. Abdullah Badri, Ammar Mahmud, Agus Hariyanto, Misbah Khoiruddin Zuhri, Dzikrullah Zulkarnain, Fardan, Zaenal Abidin, Rumah Tangga: Rusdiana(Koord), Muthmainnah, Mamik Sulistyowati, M. Luthfi, Divisi Kajian dan Riset: Muhammad Mahbub Maulana(Koord) Khoirul Anam, M. Tajuddin, Ahmad Khotim Muzakka, Divisi Berita: Ayis Mukholiq(Koord), Chandra Yusuf Kurniawan, Hasisul Ulum, M. Khotib, M. Idrus, M. Misbah, Divisi Sastra: Khoirotul Fitriyani(Koord), Hilyati Auliya, Durratun Yatimah, Fathurrahman, Umi Farihah Arif, Divisi Artikel: Hasan Ismaili(Koord), Ahmad Yusuful Adamy, M. Akmaluddin, Nur Syahid, Divisi Layout: Muhammad Abdul Aziz(Koord), Alfi Qonita Badiati, Ahmad Shofa, Divisi Marketing dan Distribusi: Muhammad Rikza Muqtada(Koord), Abdul Ghofur, Ahmad Faishol, Fejriayan Yazdajird Iwanebel, Kontributor: Syah Aziz Perangin Angin.
IDEA “Diskursus Transformasi Intelektual” diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) IDEA Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. ISSN (International Standard Serial Number): 1829-5321.
Redaksi menerima tulisan dengan bentuk artikel, puisi, kolom, cerpen, dan tulisan lain yang sesuai dengan visi dan misi Idea. Naskah diketik maksimal 4 halaman kwarto (5000-6000 karakter) dengan disertai identitas lengkap. Pengiriman dapat dialamatkan ke e-mail [email protected]. Redaksi berhak mengedit tulisan sepanjang tidak mengurangi isi.
Analisis Utama:Mengimani Kafir... 8
IDEA Edisi 32, September 2012 3
[Potret]
Di dunia ini, ada satu hal yang tidak bisa suka ngritik tanpa kasih solusi. Apalagi yang
dibeli dengan apapun. Iya benar. Yakni; “proses”. hanya omong doang (OmDo bahasa kerennya).
Proses tidak bisa dibeli dengan apapun. Menyindir? Iya. Sudahlah.
Demikian tulis seseorang dalam status facebook. Untuk kali ini, ada perombakan besar-
Status facebook, biasanya ditulis oleh sang besaran oleh kru. Mulai membuat AD/ART
pemilik akun dimana ada suatu peristiwa yang keredaksian dan lembaga, juga mengubah logo
sedang terjadi dalam kehidupannya. Sekilas, yang semula bewarna merah, menyala,
realita itu begitu terlihat mirip dalam LPM IDEA. kemudian dikembalikan kepada warna khittah
Terutama dalam penggarapan majalah. Proses Ushuluddin, biru.
begitu mulia, sehingga ada yang mengatakan; Tidak hanya itu, dua periode ini memaksa
balasannya nanti adalah surga. anggota untuk mengadakan perombakan dan
Seluruh awak redaksi masih berproses, perbaikan besar-besaran, sehingga reshuffle tak
dalam tahap belajar. Belajar berdiskusi, bisa dihindari. Semoga cita-cita mulia itu
menyusun kata, menuangkan ide, dan lain diindahkan oleh seluruh awak redaksi.
sebagainya. Jadi, jangan menyalahkan orang Saran: berstatuskan kru magang, anggota,
yang sedang belajar. Jika ada kesalahan, cukup pegiat, peneliti di LPM IDEA, jangan hanya
mengingatkan, tanpa justis lara. Karena dia dimanfaatkan pada, ketika menulis di media
sedang berproses menuju hal yang mendekati massa saja. Begitu murahnya nama IDEA kalau
sempurna. Sebagaimana kata-kata sakti yang hanya disematkan ketika menjual nama, tanpa
sering dilontarkan oleh filsuf dan motivator. diimbangi dengan kontribusi nyata di lembaga
Jangan takut salah, yang penting bukan hasilnya, tersebut.
tetapi, 'belajar' dari apa yang kita hasilkan. Tetap IDEA, adalah kerumunan orang-orang yang
semangat, dan jangan mudah menyerah oleh saling tukar ide. Benar. Tapi, lebih indah lagi jika
keadaan. 'status' anda di IDEA tidak hanya numpang nama
Dalam penggarapan edisi 32 ini, tak jauh saja. Namun, yang kita harapkan adanya
beda dengan kesan singkat yang terjadi di edisi- kontribusi untuk diri sendiri dan orang lain.
edisi sebelumnya, yakni, menjadi penulis terlalu Universitas IDEA nantinya yang akan
mudah dibanding editor, menjadi editor pun membentuk kepribadian anda di masa
terlalu mudah dibandingkan dengan layouter, mendatang, bagaimana cara survive untuk
dan menjadi layouter juga terlalu gampang hidup, yakinlah. Ingat, perjuangan belum usai,
dibanding dengan orang yang suka membuat dan proses belajar atau belajar berproses masih
aturan, tetapi, tanpa dijalani. Atau, orang yang terus mengalir dalam urat nadi. [Redaksi]
Perjuangan Belum Usai
Dosenku Pada Kemana ya???....
Seluruh jajaran birokrasi dan manajemen
pendidikan sangat berpengaruh pada semangat
belajar mahasiswa. Ada hal kecil yang sering kali
terlupa tapi berdampak besar pada minat dan
kinerja mahasiswa. Oleh sebab itu, melalui surat
pembaca ini, ada kasus yang layak kita
muhasabahi. Yakni, saya sangat tersentuh dengan
ketidakhadiran dosen di jam kuliah tanpa
konfirmasi, mungkin saking sibuknya hingga tidak
sempat mengabari. Tapi, apakah itu alasan yang
rasional? Mengingat betapa mudahnya memberi
konfirmasi salah satu mahasiswa tanpa harus
meninggalkan urusan beliau yang dianggap lebih
p e n t i n g d a r i m e n g a j a r ? S a y a s a n g a t
mengharapkan adanya ABSENSI untuk dosen,
tidak hanya dalam birokrasi (kantor-red), karena
komitmen belajar dan mengajar bukanlah hal yang
pantas untuk diremehkan. Bahkan, saking
seringnya absen dalam perkuliahan. Pernah saya
menjumpai kasus dan saya juga sering
mengalaminya—di akhir menjelang UAS—satu
jam pelajaran itu dipadatkan dengan berjubelnya
pemakalah. Bahkan, pernah ada sampai di isi
dengan 8 pemakalah sekaligus dalam satu jam
mata kuliah. Sungguh ironi bukan?
AMANAH,
Mahasiswi PK TH DEPAG 2009
Tanggapan Dr. Machrus, M.Ag
(Pembantu Dekan I)
Memang, saya akui, bahwa setiap
dosen memiliki kesibukan yang tidak
sama. Terlepas dari itu semua, kami
sendiri menetapkan kebi jakan
sebagaimana yang telah berjalan dari
dulu bahwa dosen memiliki kewajiban
m e n g a j a r d e n g a n k e t e n t u a n
persyaratan memenuhi tatap muka 16
kali pertemuan dalam satu semester,
termasuk ujian mid-semester dan
semester. Adapun pemantauannya
berupa absen dan jurnal dosen.
Biasanya setiap selesai proses
kegiatan perkuliahan di kelas, dosen
meminta tanda tangan kepada
mahasiswa sebagai tanda bahwa
d o s e n t e r s e b u t m e l a k s a n a k a n
kewajibannya. Ini yang nanti
dijadikan laporan. Nanti kelihatan
kalau misalnya dosen tersebut tidak
masuk kelas.
Diskusi merupakan suatu keniscayaan bagi mahasiswa. Tidak terlepas apakah dia aktivis
ataukah hanya mahasiswa biasa. Namun, apalah artinya jika mahasiswa dilarang berdiskusi di
kampus? Hal inilah yang terjadi beberapa pekan lalu di area parkir Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang. Saat itu Himpunan mahasiswa jurusan (HMJ-TP) yang hendak melakukan
diskusi publik tidak diperbolehkan menggunakan wireless.
Pelarangan tersebut sempat mengacaukan kawan-kawan HMJ sendiri. Acara yang
rencananya akan dimulai pukul 10.00 pagi, akhirnya tertunda hingga beberapa menit. Padahal
peserta sudah berkumpul sejak jam 09.45.
Tidak seperti biasanya, mengapa birokrasi dekanat melarang penggunaan wireless untuk
diskusi. Padahal sebelumnya tidak pernah ada pelarangan tersebut. Yang menjadi masalah
adalah ketika kawan-kawan melakukan diskusi publik, dan hal ini tidak akan efektif tanpa ada
fasilitas seperti wireless. Namun, hingga saat ini pihak dekanat sendiri belum memberikan
kejelasan mengenai kebijakan tersebut.
Nurrotun Nikmah, Mahasiswa PK-TP 2009
Diskusi publik tanpa mic? oh, TIDAK...!
IDEA Edisi 32, September 20124
[Surat Pembaca]
SURAT
Tanggapan Dr. Hasyim Muhammad, M.Ag (Pembantu Dekan III)
Saya perlu menjelaskan sebelumnya, bahwa pelarangan menggunakan wireless
sebagaimana dalam kegiatan yang disebutkan oleh saudari Nurrotun Nikmah itu bukan
berarti saya melarang diskusi. Ini perlu dipahami. Mengapa saya tidak mengizinkan
penggunaan wireless dalam diskusi tersebut, karena ini mengganggu perkuliahan.
Permasalahannya sebenarnya hanya karena pengambilan tempat kegiatan saja. Jika
kegiatan dilaksanakan di luar jam perkuliahan atau di luar lingkungan perkuliahan,
misalnya di sekitar PKM, itu tidak masalah menggunakan wireless. Tapi kenyataannya
kegiatan dilaksanakan di lingkungan perkuliahan. Dan itu mengganggu.
Kenapa dulu diperbolehkan dan sekarang tidak diperkenankan. Dari dulu, banyak
sekali protes tentang kegiatan-kegiatan yang mengganggu perkuliahan, baik itu dari
mahasiswa ataupun dosen. Namun, kegiatan yang kemarin dilaksanakan oleh salah satu
UKM memunculkan begitu banyak protes. Saya diprotes kanan-kiri. Mereka memang benar,
itu sangat mengganggu perkuliahan. Saya sudah berulang kali menghimbau agar memasang
volume yang tidak terlalu keras. Namun sayangnya himbauan tersebut tidak diindahkan.
Malah volume-nya dikeraskan. Orang protes itu tidak salah. Memang kita ini yang tidak pada
tempatnya. Kuliah itu wajib. Siapa bilang diskusi itu tidak baik, tapi itu sunnah. Tidak
seharusnya yang wajib itu mengalahkan yang sunnah.
Lewat majalah IDEA ini, saya
ingin mengutarakan tentang
pembakaran sampah di kampus.
Masalahnya, seringkali dinas
kebersihan fakultas membakar
sampah berdekatan dengan PKM.
Kepulan asap dari pembakaran
sampah pada masuk ke PKM,
sehingga menggangu berbagai
aktivitas. Saya pernah mengikuti
perkuliahan di ruang R.6 pada saat
itu di bawah ada pembakaran
sampah, sehingga ruangan kelas
penuh dengan asap pembakaran
sampah, rasanya seperti di-fogging.
Suasana ini sangat menggangu
sekali.
H a r a p a n s a y a d e w a n
kebersihan Fakultas untuk segera
menyikapi hal ini. Terimakasih.
(Zaenul Mustofa,
Mahasiswa TH 2010 ).
Tanggapan Dr. Hasan Asy'ari Ulama' M.Ag
(Pembantu Dekan II)
Tentang tempat pembakaran sampah, sebenarnya
itu sudah saya ingatkan sejak dulu. Agar petugas
kebersihan membakar sampah pada tempat yang
agak jauh dan tersembunyi, serta membakar
sampahnya tidak pada waktu jam kuliah. Saya
setuju memang pembakaran sampah yang terlalu
dekat dengan PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa)
merusak pemandangan, tapi mau gimana lagi jika
mahasiswa di PKM juga membuang sampah di dekat
situ. Akhirnya, petugas kebersihan ikut-ikutan
membakar sampah di situ. Mestinya himbauan
menjaga kebersihan itu di indahkan sehingga
membuang sampah pada tempatnya sekaligus
membakar sampah di kolam sampah yang telah di
sediakan. Syukur-syukur jika teman-teman
mahasiswa menjadi pelopor serta ikut mengarahkan
petugas kebersihan menjaga kebersihan lingkungan
bersama. Jika mahasiswa melihat pembakaran
sampah tidak pada tempatnya serta di rasa
menggangu aktivitas di kampus, maka langsung
saja di tegur atau melaporkan ke PD II.
Bakar Sampah di Tempatnya Dong, Pak...
IDEA Edisi 32, September 2012 5
[Surat Pembaca]
IDEA Edisi 32, September 20126
[Karikatur]
[Editorial]
yang menjanjikan neraka itu adalah murtad,
“ Akeh wong apal.. Qur'an Hadits e… musyrik, dan munafik. Urusan syahadat dan
Seneng ngafirke.. marang liyane.. pembaptisan, itu juga sangkut pautnya
Kafire dewe.. gak di gathekke.. yen iseh membincang masalah murtad dan musyrik,
kotor.. ati.. akale…” bukanlah kafir. Jadi, jangan takut kalau di
cap/klaim oleh kelompok tertentu dengan
sematan kafir. Sebagaimana yang pernah di
udah tak asing lagi di telinga pembaca gaungkan oleh Irshad Manji. Beriman tanpa
dengan penggalan teks di atas. Ya, sebuah rasa takut!. Ssajak waton yang konon didendangkan Menurut Prof. Toshihiko Izutsu, di
oleh almarhum Kyai Haji Abdurrahman Wahid dalam bukunya Ethico Religious Concepts in
(Gus Dur). Syi'ir itu tak lain adalah potret dari The Qur'an (1966) digambarkan bahwa, kafir
realita sosial saat ini. Gejala takfir. yang bermakna “tertutup” itu urusannya
Memang, fenomena kafir-mengafirkan adalah etika dalam islam, yakni orang yang
antar umat Islam satu dengan lainnya telah hatinya tertutup kepada masalah sosial. Mata
banyak kita jumpai. Dengan mudahnya, bibir hatinya menutup diri dalam menyikapi realitas
berucap: kowe kafir kon, bolone Thogut (kamu sosial masyarakat.
orang kafir, temannya Thogut). Gejala seperti Di sini ada sebuah pemahaman, bahwa
ini tampaknya sudah menjamur di mana-mana. inilah hakikat dari makna kafir, yakni lebih
Bahkan, sudah membentuk sebuah ormas atau mengarah kepada tipologi sosial. Bukan urusan
organisasi yang intens mengintai kelompok- Tuhan. Seseorang yang bodoh, tidak mau
k e l o m p o k y a n g b e r b e d a d e n g a n berfikir, menutup pemikiran, menutup pintu
pemahamannya. ijtihad, itulah yang sebenarnya kafir.
Apabila seseorang berperilaku nyeleneh, Koruptor, yang menutup dirinya
'aneh' di mata mereka, baik dalam berolah pikir kepada kondisi sosial masyarakat, dan ingin
maupun bersikap, siap-siap saja orang tersebut memperkaya diri sendiri, itulah golongan yang
dicap “kafir”. Selanjutnya, sangat disayangkan 'paling' kafir. Karena menyebabkan kerugian
apabila pemahaman seperti itu kemudian negara dengan memakan harta rakyat. Tak
mengakar kepada seseorang yang sudah dicap terkecuali, Kementrian Agama yang konon
kafir, maka darahnya pun juga ikut halal (baca: menjadi payung atau kumpulan para
di bunuh). Hal itu pun tidak peduli kepada agamawan, kalau terlibat korup, juga
siapapun orangnya, bahkan, ibu atau ayah mendapat predikat sama; kafir.
kandungnya sendiri pun jika 'melenceng', Dajjal di tahun 2012 dan tahun-tahun
menurut versi dia, maka dianggap kafir. Dan yang akan datang pada hakikatnya adalah
darahnya pun juga halal. Sungguh ironi bukan? kemiskinan, kebodohan, anarkisme, dan
Berawal dari kegalauan fenomena korupsi (yang menjadi common enemy). Orang
tersebut, sebenarnya kafir itu adalah 'cap' yang yang beriman, seharusnya memberantas itu
dipolitisasi. Bila membaca sejarah mengenai semua.
munculnya golongan Murji'ah, Khawarij, dan Dengan demikian, jangan terlalu
Mu'tazilah, telah banyak mengulas dan mudah mengobral kata kafir. Karena, jangan-
m e n g e k s p o s k e j a d i a n - k e j a d i a n y a n g jangan Anda sendiri yang hobi mengecap
mengindikasikan bahwasanya istilah kafir “kafir” itu bagian dari orang kafir. Begitu.
penuh dengan nuansa politis. [Redaksi]
Bila ditelisik lebih dalam lagi, kafir
sendiri tidaklah menjanjikan neraka. Karena
Beriman Tanpa Rasa Takut!
IDEA Edisi 32, September 2012 7
IDEA Edisi 32, September 20128
[Analisis Utama]
Diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas`ud kafir) terhadap sesama muslim belakangan ini
ra, katanya: Rasulullah menorehkan sebuah semakin meruncing. Fenomena ini telah
garis di atas tanah dengan jarinya lalu berkata: menimbulkan fitnah yang mengakibatkan
“ini adalah jalan Allah yang lurus”. Kemudian perpecahan, saling tuding dan keresahan dalam
beliau menorehkan pula garis yang menyimpang masyarakat. Pemaknaan “kafir” mengalami
ke kiri dan kanan garis pertama tadi, lalu berkata perkembangan yang sangat cepat. Bermula dari
pula: “ Dan garis yang ini, tak lain adalah garis penyematan terhadap orang-orang non muslim
setan ke arah mana ia mengajak manusia yang memerangi Muhammad SAW hingga julukan
melaluinya”. Selanjutnya beliau membacakan kafir harus dilabelkan pada orang-orang muslim
ayat: “ Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang juga. Sehingga budaya takfir ini menjadi bahaya
lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kamu laten yang terus memojokkan umat Islam sendiri,
mengikuti jalan-jalan (lain selain itu)” (QS. Al seperti memelihara musuh dalam selimut. Dari
An'am 153), (Hadits riwayat Ahmad). sini muncullah berbagai macam polemik yang
menyebabkan kaum muslimin saling mengaku
Sekilas membaca hadits di atas, kita dapat paling benar (truth claim) dan kemudian
menangkap bahwa ratusan abad yang lalu, menyalahkan kelompok yang berbeda arah
Muhammad SAW berhasil melakukan pembacaan dengannya, bahkan hingga menumpahkan darah.
futuristik terhadap keadaan umat manusia di Dalam Lisan Al Arab karya Ibnu Mandzur,
masa mendatang. Yakni akan terjadi perpecahan Kafir (plural: kuffâr) berasal dari kata kafara-
di antara mereka. Garis menyimpang ke kanan yakfuru-kufran. Ia mempunyai multimakna
dan kiri akan menjadi kelompok yang terpecah seperti antonim dari iman atau tidak beriman
belah karena selalu memperdebatkan perbedaan kepada Tuhan (naqidh al iman), melakukan
pendapat, sebal iknya jalan lurus yang maksiat (`ashaw wa imtana`u) , t idak
digambarkan adalah jalan keselamatan. Hadits mensyukuri nikmat (naqidh as syukr), menutup
tersebut sekaligus memberikan peringatan dan hati (al juhud wa al satr), melakukan
kewaspadaan terhadap ajaran yang melenceng. pembangkangan dan perlawanan (mu`anadah)
Munculnya fenomena takfir (menuding dan kemunafikan (nifaq). Jadi kafir (ism fail)
Mengimani KafirOleh sebagian kita,
sangatlah angker dan seakan harus dimusnahkan
dari muka bumi. Namun, bagi sebagian yang lain,
kafir itu dibutuhkan. Dalam artian, simbol
kekafiran menyematkan kata kafir itu
dibutuhkan untuk menghancurkan lawan. Oleh
sebab itu, simbol kafir perlu diimani, antara dipuja
dan dicela. Mengimani kafir bukan berarti kita
iman kepada orang-orang ‘kafir’, dan tunduk
kepadanya. Akan tetapi, kita percaya bahwa
simbol-simbol kekafiran di tubuh kaum beragama
itu ada, walaupun orang tersebut tidak
merasakannya. apa itu kafir? apa benar kafir
hanyalah simbol an sich yang tidak perlu ditakuti,
apalagi di cap sebagai orang kafir. Sebelum
melanjutkan membaca, redaksi mengucapkan:
Proud To Be A KAFIR.
mendengar kata “kafir”,
— —
ibnuabbaskendari.wordpress.com
IDEA Edisi 32, September 2012 9
[Analisis Utama]
bermakna orang yang menyembunyikan atau apa yang telah diturunan Allah. Dalam hal ini dalil
mengingkari kebenaran. Sedangkan takfir berarti yang seringkali didendangkan Khawarij dalam
“mengkafirkan” atau menganggap orang lain yang menguatkan ideologi kelompoknya adalah
berseberangan pendapat sebagai kafir. Adapun “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
dalam terminologi kultural kata ini adalah lawan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
dari kata syakir (orang yang bersyukur) atau adalah orang-orang yang kafir.” (QS Al
merujuk kepada orang-orang yang mengingkari Maidah:44).
nikmat Allah SWT. Dalam kamus Khawarij, Utsman dinilai
Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan mengangkat kerabat-kerabatnya sebagai pejabat
bahwa secara umum, terminologi kafir tidak yang bert indak sewenang-wenang dan
hanya berlaku pada penganut agama non muslim, menyeleweng (tidak profesional), maka ia
tetapi kepada siapapun yang melakukan maksiat, dihukumi kafir. Begitu pula dengan ̀ Ali dihukumi
tidak mensyukuri nikmat, menutup hati, serupa karena mengakui putusan dua orang juru
melakukan pembangkangan dan kemunafikan. damai (`Amr Ibn al Ash dan Abu Musa al Asy`ari)
Dari sini jelas bahwa umat Islam pun bisa saja yang diutus dalam tahkim dan mencopot gelar
dikatakan kafir jika melakukan perbuatan- amirul mukminin dari dirinya. Hal ini yang
perbuatan tercela di atas. kemudian menjadi budaya untuk mengafirkan
sesama muslim lainnya, termasuk terhadap
Takfir dan Khawarij orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal
Bila merunut sejarahnya, ternyata (suatu perang yang pertama kali pecah dengan
peradaban mengafirkan (hadlarah takfir) sesama m e l i b a t k a n s e s a m a m u s l i m g a r a - g a r a
muslim bukan sesuatu yang baru. Ia telah lama tertumpahnya darah Utsman) yang diantaranya
ada dalam sejarah Arab dengan munculnya terdapat sejumlah sahabat Rasulullah.
Khawarij. Kaum Khawarij adalah golongan yang Khawarij mengklaim dua khalifah ini
paling dulu membicarakan topik-topik yang sebagai kafir, sekalipun pemerintahan Utsman
berkaitan dengan kekhalifahan. Asy- Syahrastani dan Ali terhadap kaum Muslim adalah sah, dan
(548 H/ 1153 M) mendifinisikan Khawarij dengan keabsahan ini telah ditetapkan pula berdasarkan
arti yang luas. Dalam pandangannya, Khawarij ijma’ tanpa ada perbedaan. Dan sepanjang hal itu
adalah semua orang yang keluar dari ketundukan dinyatakan ijma’ maka tidak ada hak bagi
terhadap imam (pemimpin yang sah) yang telah siapapun untuk menentangnya, kecuali bila jelas-
disepakati oleh jamaah Islam. jelas terlihat sebagai orang kafir, dan yang
Pemikiran dan ajaran-ajaran Khawarij demikian ini tak terlihat pada keduanya. Hanya
hidup dan berkembang di dunia Islam dalam saja pembunuhan yang terjadi dalam perang
masa-masa yang singkat. Hal ini karena pemikiran Jamal antara kaum muslim menjadi akidah orang
mereka bercorak ekstrim dan mengafirkan sesama Khawarij untuk mengafirkan orang-orang yang
muslim. Salah satu ajaran mereka yang terkenal telah melakukan dosa besar (membunuh muslim),
adalah menghalalkan membunuh orang yang meskipun dalam beberapa referensi sejarah,
berbeda pendapat dengan mereka. Padahal agama seorang muslim diperbolehkan membunuh orang
Islam tidak menghalalkan darah seorang muslim yang memeranginya sekalipun muslim. Namun,
kecuali dalam tiga hal yaitu pezina mukhson yang yang dipahami khawarij adalah diperbolehkannya
harus dirajam, pembunuh mukmin dengan menumpahkan darah muslim sekalipun tidak
sengaja yang harus dihukumi mati sebagai balasan memeranginya.
yang sepadan, orang murtad yang boleh dibunuh Para ulama Ahlus Sunah wal Jamaah seperti
karena kemurtadannya. “Setiap orang muslim Imam Nasafi, Ibnu Hazm dan lainnya dengan
diharamkan atas muslim yang lainnya, darah, c e r m a t m e l a k u k a n b a n t a h a n u n t u k
harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim pada menggugurkan penafsiran yang dijadikan pijakan
kitab Al Birru was Shilah) Khawarij. Satu contoh, dalam bertahkim. Ali sama
Adapun pengafiran mereka terhadap sekali tidak pernah berhukum kepada seorang
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Khawarij manusia dalam urusan agama. Tetapi ia
bersandar pada satu-satunya alasan yaitu mereka berhukum kepada firman Allah setelah kedua
berdua telah menetapkan hukum tidak dengan pihak setuju atas ajakan bertahkim kepada al-
IDEA Edisi 32, September 201210
[Analisis Utama]
Quran. Dalam al-Quran sendiri pernah disitir melaksanakan apa yang diperintahkan al-Quran.
“Dan apabila kamu berselisih tentang sesuatu di Sedangkan Van Vloten menamakan
kalanganmu sendiri, hendaklah kembalikan k h a w a r i j d e n g a n k a u m J u m h u r i y y i n
persoalannya kepada Allah dan Rasul, jika kamu (Republiken), sebab dalam pandangannya mereka
beriman kepada Allah dan hari kemudian” (QS, menampilkan prinsip-prinsip demokratis yang
An Nisa 59). Maka mereka berpendapat bahwa ekstrim [Umar Abu an Nasher: Al Khawarij Fi al
kaum Khawarij adalah orang-orang Arab yang Islam]. Konon bahwa akar permasalahan
mampu membaca al-Quran namun tidak perpecahan umat Islam semenjak wafatnya Nabi
menguasai dengan baik sunnah-sunnah dari Muhammad SAW dikarenakan kembalinya
Rasulullah SAW. Hal ini diperparah lagi tidak budaya fanatisme Arab yang mengagungkan
adanya ahli fiqh yang cukup arif dan mampu kekuatan sukunya masing-masing. Maka partai ini
memahami masalah-masalah fiqh secara lahir sebagai upaya politis untuk menengahi di
mendalam. Khawarij tidak membedakan dosa tengah polemik tribalisme dengan menciptakan
kecil dan dosa besar. Sehingga siapa saja yang fanatisme agama.
berbuat dosa, seperti mencuri, berzina, peminum Fanatisme Islam yang hendak disampaikan
khamr dan membunuh adalah kafir sekalipun kaum Khawarij adalah untuk memupus
setelahnya bertaubat. persengketaan dan perselisihan antar suku
Orang Khawarij beranggapan bahwa semua d e n g a n ke m b a l i k e p a d a Tu h a n d a l a m
orang yang berseberangan pendapat dengan menentukan hukum. Sebab kekuasaan tidak
mereka dalam masalah akidah dan prinsip-prinsip berada di tangan manusia, tetapi hanya pada
keagamaan berarti telah melakukan dosa besar Allah. Agar kekuasaan yang bersifat duniawi
dan dinilai kafir. Hal ini karena mereka berpegang tersebut menjadi syar'i, maka sepenuhnya harus
pada beberapa dalil al-Quran: “Barangsiapa yang ditundukkan kepada ajaran agama, dengan
kafir sesudah beriman, maka hapuslah amal- demikian setiap perkara diputuskan atas nama
amalnya dan di hari kiamat ia termasuk orang Allah. Sedangkan menurutnya, imam hanya
yang merugi” (QS Maidah: 5), “Sesungguhnya sebatas lambang persatuan umat Islam, tidak
kami telah menunjuki jalan yang lurus, ada yang lebih sebagai pemangku kebijakan masyarakat.
bersyukur dan ada pula yang kafir ” (QS al Khawarij melakukan politik praktis saat
Insan:3). Dengan demikian mereka berpendapat terjadi kemelut antara kaum muslim pasca perang
bahwa Allah tidak menciptakan di antara Jamal. Kemudian mereka mencoba menjadi satu
kekafiran dan keimanan suatu posisi yang lain. kelompok netral, tidak berpihak pada blok kanan
Maka barangsiapa yang menyia-nyiakan amalnya dan kiri. Meskipun sebelumnya, mereka termasuk
dan bertindak di luar apa yang diperintahkan kalangan kaum pembela Ali bin Abi Thalib. Seiring
Tuhannya maka ia tidak beriman atau kafir. berlalunya waktu, mereka mencium Ali telah
B e r b e d a d e n g a n a p a y a n g t e l a h melakukan dosa besar sehingga memvonis
dipersepsikan kaum orientalis terhadap Khawarij. kekafirannya dengan keluar dari kelompoknya (Al
Wellhausen dalam bukunya The Religio-Political Khirrij) yang kemudian kelompok tersebut
Factions berpendapat bahwa kaum Khawarij dinamai Khawarij.
muncul dari kalangan orang-orang shalih yang Salah satu bentuk politiknya adalah
ahli al-Quran, hafal al-Quran dan selalu pertama, takfir atau gerakan pengafiran orang-
mengamalkan isinya. Sebab dalam pandangan orang yang seagamanya. Mereka beranggapan
mereka, al-Quran tidak harus dikaji, melainkan bahwa berperang melawan mereka adalah jihad
untuk diamalkan dan demi ketakwaan. yang disamakan dengan jihad melawan kaum
Wellhausen sangat mengagumi gerakan kafir. Bahkan lebih ekstrim lagi dengan
yang telah ditorehkan Khawarij dalam sejarahnya. menganggap orang muslim yang menentangnya
Ia berpendapat bahwa Khawarij adalah kelompok lebih kafir daripada Yahudi, Nasrani dan Yahudi.
revolusioner yang menampakkan dirinya secara Kedua, politik kekhalifahan. Kaum Khawarij
terang-terangan. Sebuah partai revolusioner yang melakukan penyerangan kepada Utsman, Ali dan
berpegang teguh pada ketakwaan dan tidaklah Muawiyah hanyalah bertujuan mengganti mereka
muncul dari kefanatikan Arab (tribalisme), dengan imam-imam yang shalih karena kebaikan
melainkan fanatisme Islam dengan upaya penuh duniawi dan ukhrawi tergantung pada imam.
IDEA Edisi 32, September 2012 11
[Analisis Utama]
Imam ditafsirkan Khawarij sebagai pemimpin di pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
dunia maupun akhirat. termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah
Dalam kacamata politik, persoalan kafir tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
bukan lagi masalah teologis yang sering yang zalim”.
didefinisikan sebagai orang yang dengan terang- Alat manjur memang, membawa isu
terangan tanpa malu menentang dan memusuhi agama di tengah 'kepentingan' golongan tertentu,
agama Islam, menganggap dirinya kafir dan terlebih dalam perebutan kursi pemerintahan. Tak
bangga akan perbuatannya yang terkutuk. Tapi p e d u l i , j a l a n a p a p u n a k a n d i t e m p u h .
sudah masuk dalam ranah politik dengan Menghalalkan segala cara. Menyitir ayat-ayat al-
mengatakan bahwa orang-orang yang tidak Qur'an dan menjual hadits-hadits Nabi. Termasuk
sepaham dengan kelompok tersebut dihukumi menyematkan kata “kafir” kepada musuh politik.
kafir dan halal darahnya, sekalipun ia beragama Sungguh ironi.
Islam. Sepanjang seorang muslim pernah Menggelindingkan isu agama di tengah
melakukan dosa dan maksiat maka ia menjadi pemilu sering terjadi. Dulu, Megawati juga pernah
kafir. jadi korban. Dengan statemen; Islam melarang
Politik teologi seperti ini yang justru memilih presiden/pemimpin dari golongan
membahayakan banyak pihak terutama kaum wanita. Pernyataan-pernyataan seperti itu tidak
muslim. Momentum sejarah takfir yang dulu menjadi 'wow' dan aneh sewaktu pemilu. Wajar.
pernah dikibarkan oleh partai Khawarij, kini Sangat disayangkan ketika pernyataan-
muncul kembali dengan gerakan-gerakan Islam pernyataan yang demikian itu—haram memilih
garis keras seperti Wahabisme dan Jam`iyyah pemimpin non-muslim dan haram memilih
Takfiriyyah. Khawarij yang berhasil membangun presiden wanita—dilontarkan oleh ulama',
sebuah peradaban baru dalam Islam, yaitu walaupun definisi ulama' sebenarnya masih
peradaban takfir menjadi model yang menarik njelimet. Tidak semudah apa yang disebut ulama'
sehingga melakukan metamorfosis generasi Islam atau mufti di negara Indonesia, orang bisa ndalil
setelahnya untuk melestarikan budaya tersebut. sedikit, mengisi ceramah ndakik-ndakikan,
Yang menjadi kekawatiran kita adalah disebutlah ulama' atau kiai.
golongan ini bisa menjadi pisau tajam dalam Selanjutnya, terlepas dari problem di
mengafirkan, menyesatkan, pembid`ahan, vonis atas—mengafirkan di tengah isu poltik—namun
syirik dan mengaku ajarannya yang paling benar. masih dalam pembahasan kafir, pun kita kembali
Sehingga siapapun yang tidak sesuai dengan bertanya-tanya lagi. Di dalam agama Islam
pemahaman teologis mereka akan dicap sebagai sendiri, tak sedikit orang islam yang memaki-maki
pembangkang hukum Tuhan. sesama muslim, saling mengafirkan terhadap
yang lain ketika keyakinannya 'sedikit' berbeda
Kafir adalah Sifat, Bukan Oknum dengan pemahaman aliran yang dianutnya.
Dewasa ini, isu SARA kembali mengundang Demikian juga dengan orang Nasrani, Katolik,
simpatik oleh semua kalangan masyarakat dalam Protestan, juga banyak yang memaki orang Islam
pemilukada DKI Jakarta. Agama kembali
dijadikan kendaraan politik. Penyanyi, politisi,
da'i, ustadz, memberikan statemen bahwa haram
memilih pemimpin non-muslim (baca: kafir).
[Kompas, 26/8/2012]. Benarkah demikian?
Rujukan dalil al-Qur'an yang mereka pakai
di antaranya adalah surah Ali Imran 28 dan Al
Ma'idah 51. Dalam terjemahan versi Indonesia,
ayat terakhir berbunyi : “Hai Orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-
pemimpin (mu); sebagian mereka adalah
pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa
di antara kamu mengambil mereka menjadi Kafir politik: memberi tekanan kepada yang lain.
www.masrawy.com
IDEA Edisi 32, September 201212
[Analisis Utama]
sebagai “kafir”. Karena menurut pemahaman apa yang dahulu mereka kerjakan”.
mereka, orang yang di luar, selain agamanya juga Oleh sebab itu, apabila para ulama', da'i,
dinamai dengan orang kafir. Truth claim masih yang sering menyematkan label kafir terhadap
mendarah daging. Bahkan, doktrin-doktrin yang lain, secara tidak sadar, mereka sama saja
semacam: “Tidak ada keselamatan di luar Gereja” dengan menghina Islam, karena pada ayat di atas
juga masih menjadi pedoman oleh sebagian sudah jelas bahwa Allah SWT berfirman untuk
kalangan dari mereka. Kemudian, yang menjadi tidak memaki agama lain, atau orang lain, karena
pertanyaan adalah: siapa yang kafir sebenarnya? sama saja dengan memaki agama kita sendiri.
Kalau disadari, di dalam al-Qur'an cukup Islam.
banyak ayat yang menyantumkan kata “kafir”. Dengan demikian, sudah jelas bahwa
Akan tetapi, tak lain, al-Qur'an bertujuan dalam sematan kata 'kafir' itu tidak ada tujuan
memberikan perbandingan (Li al-muqoronah) untuk memaki dan menghakimi sesama, dan
dan pendidikan (Li al-ttarbiyyah) terhadap menuduh orang lain kafir. Jadi, penggambaran al-
realitas zaman. Kafir bukan lagi dimaknai dengan Qur'an begitu detail tentang kafir, yakni bersifat
teosentris, hal-hal yang urusannya dengan karakteristik seseorang. Mengingat akar kata kafir
keimanan. Akan tetapi, kafir mewujud sebagai hal- itu berarti 'menutup'. Korupsi, anarki, walaupun
h a l y a n g b e r k a i t a n d e n g a n m a n u s i a , yang melakukan itu dari lembaga agama yang
Hablumminannas. Baca QS. At-Tahrim [66]: ayat katanya cara berislamnya sudah kaffah, tetap saja
7, disana ada redaksi “Yaa Ayyuhalladziina mendapatkan label kafir.
Kafaruu...”, redaksinya memakai isim maushul Dulu, bila membaca sejarah mengenai
(kata sambung), “alladziina”, yang mana tidak kelompok Khawarij, yang telah disinggung oleh
terlalu jelas (distinct) menyebut oknum sebagai p e n u l i s d i a t a s — t e r l e p a s d a r i i s u
bentuk perlawanan. Tidak hanya berhenti pada politik—sebenarnya ada sebuah misi mulia dari
ayat itu saja. QS. Al-Baqoroh [2]: ayat 171 juga kalangan Khawarij ini. Ia memberikan sematan
sama, redaksi memakai “Wa matsalul ladziina kafir bukanlah sekedar 'ceplos' seenaknya. Akan
kafaruu ka matsalil ladzii yan'iqu...”. di dalam tetapi, sebuah bentuk “revolusioner” dimana
ayat tersebut, Tafsir Al-Misbah [vol 1, hal 460-461] ketika itu orang beragama dan beriman hanya dari
menjelaskan bahwa orang-orang kafir, tidak covernya saja. Sebatas simbol-simbol kulit luar.
berpikir dan berusaha untuk menemukan K a r e n a b e r a g a m a t i d a k c u k u p h a n y a
kebenaran. Mereka justru menutup mata di mengandalkan simbol-simbol lahiriyah serta ritus
hadapan kebenaran, supaya tidak melihat dan jasmaniyah. Hakikat tauhid, keimanan (lawan
mendengar. Persis seperti kambing-kambing, dari kata kafir), harus dimulai dan berakar kuat di
yang semakin penggembalanya menakut-nakuti dalam hati dan penalaran sehat, lalu diikuti
kambing-kambing tersebut dengan satu bahaya, dengan pengamalan dan penampilan lahir. Sangat
kambing-kambing tadi tidak memahami teriakan wajar apabila kalangan khawarij menilai
penggembala tadi kecuali teriakan dan suara keimanan seseorang itu tidak hanya sebatas
keras. Mereka itu bagaikan hewan yang memiliki “syahadat” saja. Tetapi juga melakukan shalat,
mata, telinga dan lidah, namun mereka tidak puasa, zakat, berbaik kepada sesama, cinta damai
berpikir, dari itulah mereka, tidak dapat mengerti dan lain-lain yang pada akhirnya mengarah
kebenaran. Begitulah sifat orang kafir; tuli, bisu, kepada Tuhan, bersifat transenden (membumi-
buta. Maka, dia tidak mengerti. melangit).
Begitu jelas penggambarannya, maka di
dalam QS. Al-An'aam [6] : ayat 108, Allah Manusia Menjadi Tuhan
berfirman. “Dan janganlah kamu memaki Sangat risih jika isu agama atau label-label
sembahan-sembahan yang mereka sembah yang berkaitan dengan agama dibawa untuk
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki kepentingan tertentu. Setidaknya, di sini ada
Allah dengan melampaui batas tanpa sebuah analisis bahwa kafir dewasa ini sering
pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap dipakai untuk melumpuhkan dan menjatuhkan
umat menganggap baik pekerjaan mereka. musuh (lawan). Dengan mengatakan kafir kepada
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali seseorang, berarti secara psikologi ia ingin
mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka menjatuhkan sang lawan. Label sesat terhadap
IDEA Edisi 32, September 2012 13
[Analisis Utama]
kelompok tertentu juga sama. Pada intinya ingin Yang kemudian, posisi agama menjadi
mengintimidasi dan mengisolir suatu kelompok sebuah keraguan besar. Dalam perjalanan
atau golongan untuk diasingkan. sejarahnya, agama selalu dalam posisi dibela dan
Padahal, dalam agama Islam sudah jelas dicaci. Sesama orang yang mengaku beragama
bahwa menjatuhkan atau memaki orang lain pun karena berbeda keyakinan agamanya
merupakan larangan. Nabi SAW sendiri telah seringkali saling menyerang dan menjatuhkan.
menegaskan, bahwa orang yang menyifatkan Kalau saja agama itu menjelma menjadi sosok
saudara muslimnya dengan sifat kekufuran, maka manusia, apa yang akan ia katakan tentang dirinya
hal itu adalah dosa. Bahkan tuduhan itu berbalik yang selalu dibela, tetapi sekaligus hendak
kepada dirinya. Sebagaimana diriwayatkan dari dihancurkan?
Bukhari dan Muslim dari Abi Dzar RA, Malahan, ada sebuah anggapan bahwa, di
bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: “Barang alam semesta ini saja Tuhan telah menciptakan
siapa yang memanggil seseorang dengan kata- miliaran planet. Siapa tahu di kehidupan kelak,
kata kafir, atau berkata: wahai musuh Allah, Tuhan menyediakan beragam surga sesuai dengan
sedangkan tidaklah demikian halnya, maka agama dan kesalehan hidupnya sewaktu di dunia.
tuduhan dan kata-kata itu kembali dan berlaku Dan tidak usah khawatir pula apabila di kiamat
kepada dirinya.”(HR Bukhari dan Muslim) nanti tidak kebagian surga. [Komaruddin Hidayat:
Sehingga sangat disayangkan jika manusia 2010]
ikut-ikutan mengurusi keimanan seseorang. Jadi, manusia tidak usah ikut mengurusi
keimanan seseorang. Karena semuanya masih
pada tahap meraba-raba. Serahkan saja pada
Tuhan masalah surga-neraka. Bahkan menurut
kalangan sufi, orang yang amalnya bagus di dunia,
belum tentu mendapatkan surga di akhirat kelak
nanti, apalagi, jika orang yang beramal buruk.
Sangat wajar bila seorang Rabi'ah Adawiyyah, di
dalam sebuah puisinya mengatakan: Aku
mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut
neraka//Bukan pula karena mengharap masuk
surga//Tetapi aku mengabdi, Karena cintaku
pada-Nya//Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di
dalamnya//Dan jika aku menyembah-Mu karena
m e n g h a r a p s u r g a , c a m p a k k a n l a h a k u
darinya//Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi
Engkau semata,//Janganlah Engkau enggan
memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi
padaku. [Asfari MS dan Sukatno CR: 1999]
Seakan, manusianya ingin menjadi Tuhan, yakni Menuduh Kafir = Kafirdengan menghukumi, melabeli, menjustis orang Sudah menjadi rahasia umum, bahwa lain dengan sebutan kafir. Sungguh ironi bukan? perilaku “menuduh” merupakan suatu tindakan
Sudah marak kasus-kasus seperti ini di yang tidak menyenangkan. Hal ini berlaku bagi tengah masyarakat. Apa masih saja kita biarkan? semua orang. Karena tuduhan yang dialamatkan Gejala takfir dan klaim-klaim seperti inilah yang itu jika tanpa ada bukti nyata, valid, menuduh nantinya akan memecah belah umat. Jadi, orang sama dengan melukai hati. Jelas, Islam melarang Islam Indonesia sukanya mengurusi keimanan hal ini. Karena dapat memicu konflik dan orang lain. Dan ternyata ia lupa dengan permusuhan, menjadikan hubungan tidak “kekafiran” yang ada pada dirinya sendiri. Kalau harmonis. Madhorotnya pun lebih banyak dari sudah begini, maka yang terjadi adalah sebuah pada manfaatnya. Dalam qawa'idul fiqhiyyah bentuk makar dan tiranisme dalam beragama. sudah dijabarkan dengan sebuah kaidah; Dar'ul
Di alam semesta ini saja Tuhan telah menciptakan
miliaran planet. Siapa tahu di kehidupan kelak,
Tuhan menyediakan beragam surga sesuai dengan agama
dan kesalehan hidupnya sewaktu di dunia.
-Komaruddin Hidayat-
IDEA Edisi 32, September 201214
[Analisis Utama]
Mafaasid Muqoddamun 'ala Jalbil Masholih. pembalasan. Kemandirian amal dan usaha Kurang lebih seperti itu. dibebankan di pundak masing-masing manusia
Di samping itu juga, menuduh sama sesuai dengan amal perbuatan yang telah halnya dengan mendzolimi orang lain. Karena dia dilakukan selama hidup di dunia. merasa terdakwa. Al-Qur'an sendiri sudah Gambaran kehidupan manusia yang gersang memeringatkan kepada umatnya untuk tidak dalam menjalani peradaban di dunia menuntut saling menuduh. Lihat QS. An-Nur: 4-5. Ayat
adanya guidance yang dapat dijadikan acuan tersebut telah menjelaskan bahwa menuduh
bersama. Muhammad Syahrur mengajukan melakukan perbuatan zina (qadzaf) sedangkan
definisi moral adalah qanun sosial tak tertulis dia tidak mampu menghadirkan empat orang
yang mengikat satu pribadi dengan pribadi lain saksi, maka hukuman bagi orang yang menuduh karena keberadaannya sebagai masyarakat itu adalah didera sebanyak 80 kali dera. Oleh manusia bukan sekawanan binatang, tanpa sebab itu, al-Qur'an melarang keras. Apalagi memperhatikan struktur ekonomi masyarakat. menuduh kepada sesama yang ada kaitannya Karena itu moral bersifat universal. (Al-Islam Wal dengan teologi, ketuhanan. Lalu, bagaimana jika Iman fi Mandhumatul Qiyam: 1996). lembaga agama yang mengklaim dan menjustis
sesat/kafir? Bukankah seharusnya lembaga Bila dirunut dalam sejarah, perdebatan kufr
agama menjadi cermin dan suri teladan bagi sebenarnya terjadi riuh rendah dalam kalangan umat? umat Islam sendiri. Pasca terbunuhnya Ali R.A,
Sepertinya, lembaga agama telah lupa muncul sekte-sekte dalam Islam. Khawarij, bahwa di dalam kaidah asas Islam, terlebih yang Murji’ah, Qodariah, Jabariah, Mu'tazilah dan lain menyangkut akidah, telah disebutkan bahwa tidak sebagainya. dibolehkannya mengafirkan seseorang dari Perdebatan itu muncul disebabkan tahkim golongan ahli kiblat, kecuali dengan bukti yang
yang dilancarkan Muawiyah terhadap Ali R.A. jelas dan akurat. Sebab, pada dasarnya, sosok
muncullah perdebatan kufr, iman, fasiq dan seorang muslim adalah iman, maka mengkafirkan
s e b a g a i n y a . M u n c u l i s t i l a h K h a w a r i j seorang muslim dengan tanpa alasan yang kuat
dipergunakan untuk menyebut kelompok adalah perbuatan yang dilarang. [Lihat: Dr
masyarakat yang memberontak dan tidak Wahbah Zuhaili, Akhlakul Muslim: 'Alaqatuhu mengakui keabsahan imam yang sah, baik pada bin Nafsi wal Kaun, Darul Fikr al-Mu'asir, Beirut zaman sahabat, terhadap empat orang khalifah Lebanon, h. 298].pilihan atau pada masa tabi'in atau terhadap Dengan mengutip dalil dari al-Quran surat imam-imam yang sah di sepanjang masa. Ar-Ruum [30]: ayat 44, Allah SWT. berfirman, Kelompok-kelompok Khawarij yang terpenting “Siapa yang kafir, maka dia sendirilah yang
menanggung akibat kekafirannya itu; dan adalah al-Muhakimah, al-Azariqah, an-Najdiyah, barang siapa yang mengerjakan kebajikan, al-Baihasiah, al-Ajaridah, ats-Tsa'labiyah, ash-maka mereka menyiapkan untuk diri mereka Shufriyah, dan beberapa kelompok lain yang sendiri (tempat yang menyenangkan).” menjadi kelompoknya. (Al-Syahrastani; Al-milal
Wan-Nihal)Kerangka Berfikir Kafir Menurut Adonis, Khawarij dipandang
sebagai gerakan revolusioner. Kelompok ini “Dan orang-orang yang beriman serta beramal berani lantang menyatakan bahwa mereka saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal meragukan prinsip-prinsip yang telah mapan.
di dalamnya.” (Al-Baqarah: 82) Diantara prinsip-prinsip tersebut, kepemimpinan
atau khilafah, khilafah dari suku Quraisy, dan Tuhan dengan tegas memberikan gambaran
loyalitas kepada pemimpin. Namun ada konsekuensi yang akan terjadi bila kita memilih
kelemahan dalam gerakan ini, prinsip kebebasan menjadi seorang kafir atau mu'min. Kebebasan
tidak diakui dalam Khawarij. Inilah yang yang diberikan merupakan tanggungan masing-
menyebabkan mereka mengkafirkan semua orang masing personal untuk dipikul nanti di hari
yang tidak sependapat dengan mereka, dan yang
IDEA Edisi 32, September 2012 15
[Analisis Utama]
mendorong mereka mengumumkan –sebagai interpretasi yang diajukan oleh Kharijiyyah.
kelanjutan– perang terhadap Ali. Dari sinilah, Terdapat juga orang muslim-kafir yang berada
dapat dikatakan bahwa kehidupan Khawarij dalam lingkaran muslim.
adalah upaya melakukan pemberontakan terus- Celah ambiguitas dalam konsep Islam
menerus. (Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab terdapat tidak adanya prosedur “penyerahan/
Islam: 2012) Islam” yang sangat ketat, sehingga cukup dengan
Lebih lanjut, diterangkan Amir An-Najjar mengucap dua kalimat syahadat sudah menjadi
dalam Aqidah wa Fikran wa Falsafatan (terj. seorang Muslim. Celah inilah menurut konsepsi
Solihin dkk; 1993) bahwa keekstriman dan Kharijiyyah memunculkan istilah muslim sejati
keketatan gerakan Khawarij dalam memahami dan muslim palsu. Muslim palsu menurut
agama ditopang oleh kondisi psikologis dan pandangan Kharijiyyah hanyalah muslim
lingkungan hidup mereka sebagai orang Badui nominal, namun kenyataannya tidak lain sebagai
yang berasal dari suku Rab'i yang keras. Mereka kafir. Dan mereka adalah unsur-unsur yang lebih
hadir di muka bumi ini dengan prinsip-prinsip berbahaya karena mereka hanya muslim nominal.
yang keras seperti itu. Mereka hidup dalam lingkaran, bercampur
Bila ditilik secara bahasa kufr dimakai dengan muslim sejati; mereka dipandang sebagai
menutupi. Namun, dalam term isthiliahi muslim sejati; mereka diperbolehkan menikmati
(terminolgi Islam) menurut ahlussunnah dan semua hak-hak istimewa, baik spiritual maupun
Asy'ariyyah kufr merupakan pendustaan terhadap maupun material, yang seharusnya hanya
Rasulullah dan ajaran-ajarannya. Sedangkan diberikan kepada muslim sejati, (Konsep
menurut Mu'tazilah bahwa kufr, bertolak dari Kepercayaan dalam Teologi Islam Analisis
pengertian iman yang mereka anut, bahwa tidak Semantik Iman dan Islam: 1994)
cukup dengan tashdiq (pembenaran) saja. Izutsu menengarai bahwa secara lebih
Bertumpu pada amal. Dengan demikian, kufr umum, takfir sebagian besar masih merupakan
adalah meninggalkan larangan-larangan-Nya. persoalan yang bersifat praktik, suatu alat praktik
Namun, Mu'tazilah juga mempunyai term bagi kelompok politik. Dengan demikian
tersendiri yaitu fasiq (orang yang meninggalkan terbuktilah bahwa ia merupakan senjata yang
perintah dan atau melakukan pelanggaran, sangat berbahaya di tangan orang-orang yang
khususnya yang berakibat dosa besar), terikat secara fanatik terhadap sekte mereka
(Harifuddin Cawidu; 1991). sendiri.
Kemudian, muncul pertanyaan; “Bagaimana
Diri kita kafir dengan mereka yang melakukan dosa besar?”.
Pada dasarnya manusia tidak menjadi kufr, Alkabair (dosa besar) adalah perbuatan yang
potensi ini datang setelah manusia hidup di dunia. dilarang oleh Allah dan rasulnya yang telah
Dalam QS. Al-A'raf ayat 172, menurut termaktub dalam al-Quran, sunnah, atsar salafus
Zamakhsyari secara metaforis menjelaskan bahwa shalihin. Bahkan terdapat 70 perbuatan yang
manusia seolah-olah sudah berjanji di hadapan termasuk dalam dosa besar, hal ini telah
Tuhan untuk mengakui keberadaan-Nya sebagai diterangkan secara rinci dalam kitabnya al-Kabair.
Tuhan dan bersedia menaatinya. Janji ini (Muhammad Adzahaby: 1996).
berwujud penganugerahan akal, (Yunus: 100)
Bahaya takfir secara bebas yang dapat digunakan untuk memikirkan tanda-
Toshihiko Izutsu menggunakan teori tanda keberadaan Tuhan dan kebesarannya di
semantik untuk menganalisa konsep takfir alam ini.
gerakan Kharijiyyah (Khawarij). Menurutnya, Selain itu, kalangan muhadditsin (Imam
konsep al-Quran sudah jelas bahwa muslim adalah Malik, Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi
mereka yang berada dalam lingkaran Islam dan Ahmad) menyatakan bahwa setiap manusia
sedangkan kafir mereka yang berada di luar dilahirkan dalam keadaan fithrah (bersih), ayah
lingkungan Islam. Hal ini berbeda dengan dan ibunyalah yang menjadikan anak tersebut
IDEA Edisi 32, September 201216
[Analisis Utama]
Yahudi, Nashrani atau Majusi. aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan
Hadits ini kemudian diterangkan oleh akhlaq). Hal ini diterangkan dalam surat Asy-
Syaikh Mutawalli Assya'rawi, seorang ulama Syura: 13. Dan yang dimaksudkan dalam
terkemuka Mesir, yang fitri pada manusia adalah menegakkan agama (an'aqimud din) dengan
iman. Sedangkan kufr bersifat mendatang. meng-esakan Allah, beriman kepada-Nya, kitab-
Terjadinya kekafiran pada diri manusia adalah kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta
karena adanya faktor kealpaan atau kelupaan mentaati segala perintah dan larangan-Nya.
(ghaflat) yang menjadi salah satu watak asli
Pembacaan diri mereka. Kealpaan dan kelupaan itulah yang
Horkheimer dan Adorno menganalisis abad menyebabkan pudarnya iman. Bahkan iman akan
pencerahan sebagai kontradiksi akan mitos. menjadi sirna sama sekali jiwa ghaflat itu terjadi
Banyak hal yang tidak sesuai dengan cita-cita yang secara terus menerus. Hal ini menurut Al-Sya'rawi
diinginkan oleh peradaban yang sesungguhnya. sejalan dengan kata kufr yang berarti menutupi.
Ukuran dari pencerahan salah satunya adalah Ghaflat itulah yang menyebabkan orang menjadi
penghargaan terhadap apa yang dibelanjakan dan kafir dan kekafiran itu datang menurut fithrah
memberlanjakan apa yang dia anggap berharga. iman yang ada dalam diri manusia. Oleh karena
Komunikasi menegaskan keseragaman di antara itu, salah satu fungsi dakwah (amr ma'ruf nahi
manusia dengan mengisolasi diri mereka sendiri. munkar) adalah untuk menyadarkan manusia
(Dialektika Pencerahan: 1996). dari kealpaan, dan mengembalikan dia kepada
Lebih lanjut, Adorno tidak setuju dengan fithrahnya yang semula. (Harifuddin Cawidu;
kebudayaan massa. Yang hanya mengedepankan 1991)
penafsiran kapitalisme yang keliru. Kesalahan ini Fithrah merupakan hasil karya Allah yang
mengakibatkan kebudayaan menjadi semacam dilekatkan pada manusia, maka tidak ada orang
diskursus yang berlandaskan akan komoditi dan lain yang dapat menganugerahi kenikmatan
hukum-hukumnya. berupa nikmat selain Allah. Masih membahas
Kembali pada masalah iman dan amal fithrah, Syahrur, seorang ulama kontemporer
shaleh. Iman sebagai lanjutan dari pribadi yang Syiria berkomentar, fithrah tidak membutuhkan
Islam. Tidak hanya berhenti pada mukmin saja. risalah dari langit (pengajaran). Namun, yang
Terdapat segitiga iman, islam dan ihsan diperlukan adalah iman—dalam bentuk ritual,
(beribadah seakan-akan Tuhan melihat i b a d a h , p e r b u a t a n , a m a l a n , p e r i l a k u ,
sedangkan bila kau tak mampu melihatnya sikap—memerlukan pengajaran dan petunjuk,
bahkan Tuhan melihatmu). Iman dan amal shaleh terutama dari Allah. Dengan mengikuti ajaran
dapat diibaratkan layaknya benda dan yang telah dibawa oleh Rasulullah. Sehingga kita
bayangannya. Apabila keduanya terpisah, maka bisa menjadi ibad (hamba) yang melakoni jalan
tak akan menimbulkan signifikansi terhadap diri kebenaran dengan melakukan segala bentuk
seseorang. ritual-ritual yang diajarkan oleh Rasulullah.
Manusia tidak akan menjalankan perbuatan Menjadi muslim merupakan sebuah
kecuali dengan kadar kesanggupannya. Ia penyesalan yang diucapkan oleh kafir ketika
mendapat pahala (dari kebajikan) yang mereka telah memasuki alam akhirat. Bahkan,
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari Islam merupakan batas minimal menjadi seorang
kejahatan) yang dikerjakannya (Al-Baqarah: 286). manusia. Hal ini menjadi acuan Syahrur dalam
T i d a k a d a b a t a s a n u n t u k m e n j a d i k a n kitabnya Al-Islam, guna memberikan ulasan surat
keseragaman, seperti yang dianalisis Adorno Al-Hijr: 2.
tentang zaman pencerahan. Syariat Islam merupakan agama petunjuk,
M a y o r i t a s s e k t e A s y ' a r i s m e agama kebenaran, agama yang bernilai tinggi,
memperbolehkan seseorang untuk menyatakan yang diwahyukan kepada Muhammad, yang
bahwa “aku adalah mukmin insya Allah”. bermula sejak zaman Nuh, terus bergulir dan
Demikian itu bukan untuk membangun keraguan berkembang hingga Muhammad (sesunggguhnya
IDEA Edisi 32, September 2012 17
[Analisis Utama]
dalam dirinya, tetapi, dalam rangka penerimaan, Perdebatan akan penciptaan iman dan kafir
pemurnian, atau pengakhiran (segala sesuatu). Di tidak akan berakhir dalam koridor wacana saja.
satu sisi, sekte Mu'tazilah dan Khawarij meneliti Sebagai mukmin sejati, masih mempunyai senjata
(bukti) kebenaran keimanan pada saat ini (al- yang ampuh yaitu dengan berdoa. Sebagaimana
hadhir) melalui praksis tindakan dan pengokohan dalam Ali Imran: 8. "Ya Tuhan Kami, janganlah
pada saat itu merupakan akhir yang baik. Engkau jadikan hati Kami condong kepada
Pendapat Asy’arisme tersebut terus berlaku kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
hingga sekarang ini sehingga kata-kata insya Allah kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
menjadi selubung yang menyelubungi atau sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah
membungkus minimalitas praksis tindakan atau Maha pemberi (karunia)".
hilangnya praksis tindakan itu secara mutlak. Kita tidak boleh mengukur hal yang baik dan
Kufur adalah pengingkaran terhadap buruk yang dilakukan oleh Tuhan dengan standar
sesuatu yang diketahui secara pasti dibawa oleh yang valid bagi manusia. Tuhan bebas mutlak.
Rasul. Konsekuensinya sekte Asy'arisme tidak Apapun yang dilakukannya, bagaimanapun yang
memandang kafir seorangpun dari ahli kiblat diputuskannya, dia adil dan bijaksana, hanya jika
dengan alasan bahwa mereka mengingkari obyek kehendak tuhan diwujudkan dalam dunia
terhadap sesuatu yang tidak diketahui secara realitas manusia dan dilihat dari sudut pandang
pasti, tetapi secara prediktif, dibawakan oleh manusia, maka beberapa perbuatan Tuhan itu
rasul. Dari sini setiap orang yang menyatakan menjadi baik, dan beberapa yang lain menjadi
“tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah buruk. Komentar Ibnu Hazm dalam menanggapi
utusan Allah” menjadi relevan dalam komunitas masalah kebaikan dan keburukan. (Al-Fashl Fil
islamiyyah (al-ummah al-islamiyyah) dan Milal Wal Ahwa' Wan Nihal: 1996)
menjadi personal di dalamnya. Di samping itu, Kita berkumpul dengan masyarakat yang
tidak diperbolehkan intervensi di dalam jiwa majemuk, berbeda suku, agama, ras, dan warna
manusia dan melakukan investigasi atas rahasia- kulit. Menghormati hak–hak dan kebebasan
rahasia mereka. Sebagaimana yang terjadi pada individu lain untuk menjalani hidup mereka
masa kita ini untuk memprovokasi permusuhan sendiri sendiri merupakan suatu keharusan
dan pencelaan secara terbuka di hadapan sebagai bagian dari pembangunan peradaban.
masyarakat. Hal. 46 (Hasan Hanafi; Islamologi 1 Nigel Ashford (2010) memasukkan tolerasi
Dari Teologi Statis ke Anarkis; LKis, cet II April sebagai bagaian prinsip-prinsip masyarakat
2007 Yogyakarta) merdeka. Tolerasi yang dimaksud adalah
membiarkan keberadaan atau kejadian yang tidak
disukai atau tidak disetujui tanpa campur tangan.
Menurut Ashford toleransi adalah kemampuan
atau kemauan untuk melakukan tolerasi.
Yang menjadi ciri tolerasi dengan
menyatakan ketidaksetujuan terhadap perilaku
tertentu dan menolak untuk memaksakan
pandangan sendiri terhadap orang lain. Moral dan
hukum menjadi acuan dari tolerasi. John Locke
dalam pernyataannya pernah mengungkapkan
semua orang bisa salah. Pernyataan ini ada
benarnya. Sehingga, kita tidak bisa menindak atau
menyatakan orang lain bersalah. Bahwa tolerasi
menjadi kebutuhan yang harus dijalankan dalam
berhubungan dengan masyakarat. [Ay/Au/Zf-
IDEA]
Kita berkumpul dengan masyarakat yang majemuk, berbeda suku, agama, ras, dan warna kulit. Menghormati hak–hak dan kebebasan individu lain untuk menjalani hidup mereka sendiri sendiri merupakan suatu keharusan sebagai bagian dari pembangunan peradaban.
IDEA Edisi 32, September 201218
[Tamu Kita]
ekarang ini, umat islam, terutama kelompok garis keras
sudah terlanjur berparadigma bahwa setiap orang yang
berada di luar Islam, Yahudi dan Nasrani, dianggap sebagai Skafir dan halal darahnya. Begitu mudahnya mereka mengkafirkan
dan menghalalkan darah orang lain. Sungguh sebuah pandangan
yang mengerikan.
Anggapan seperti itu memang tidak bisa disalahkan
sepenuhnya, karena di dalam literatur umat islam sendiri memang
mengatakan hal tersebut (baca surat Al-Maidah ayat 17, 72, dan 73
dan Kitab Shohih Bukhori bab zakat). Namun, term kafir dalam al-
Qur'an tidak hanya digunakan dalam konteks itu saja, karena orang
yang tidak bersyukur atas nikmat Allah juga disebut dengan istilah
kafir (surat Ibrahim ayat 7).
Terlepas dari itu semua, bagaimana sebenarnya pandangan
orang-orang non-muslim tentang kafir itu sendiri. Apakah dalam
teologi mereka juga memiliki pemahaman yang sama dengan umat
Islam mengenai term kafir? Berikut hasil wawancara wartawan IDEA, Ayis Mukholik dan Chandra Yusuf
Kurniawan beberapa waktu yang lalu dengan seorang pendeta dan pakar hermeneutik, Bapak Gunarto,
S.TH, M.SI, M.HI, Dosen di STT ABDIEL Ungaran.
KAFIR itu Menutup Diri, Bukan Klaim dari Orang Lain
baru. Yang menjadi ciptaan baru adalah yang Bagaimana pendapat Anda tentang sering ke gereja, menepati irama-irama gereja. Ini
pemaknaan terminologi kafir mirip dengan Yudaisme. Jadi yang berada di luar
dalam teologi Kristen? gereja tidak serupa dengan Allah. Di luar gereja Dalam teologi Kristen, terminologi kafir tidak ada umat yang baik.
harus dilihat dari tiga (3) hal. Pertama yaitu faktor Sejarah ketiga, tradisi protestanisme yang historis. Yang saya maksudkan dengan faktor mengkritisi tembok-tembok gereja di atas. historis dalam tradisi Kristen adalah dia mewarisi Namun, akhirnya, pemahaman itu terjebak dan tradisi Yahudi yang sudah mengkristal menjadi masuk kotak-kotak yang lebih kecil lagi. Jadi Yudaisme. Yudaisme mengklaim bahwa dia itu biji tembok-tembok yang ada dalam protestan mata Allah, yang dimaksud adalah agama yang membuat orang merasa paling benar. Sehingga paling benar, umat yang paling benar, bahkan menjadi makin sempit yang di luar kesempitanya pesan yang paling benar. Maka untuk mengenal itu adalah kafir. Penilaian terhadap orang lain Allah harus menjadi Yahudi dulu dengan serta standar kafir atau tidak, bukanlah doktrin mentaati segala aturan, seperti khitan itu wajib, agama lagi, tetapi sudah mengarah ke like-dislike.makan halal haram itu harus dibedakan, dan
mengikuti ibadah. Adakah tradisi untuk saling kafir-Inilah akar konsep kafir dalam Yahudi. mengkafirkan di dalam teologi Kristen
Dalam tradisi Yahudi kuno, kafir itu berarti di luar sebagaimana yang ada dalam Islam?tenda, di luar kelompok mereka. Kami tidak punya tradisi memanfaatkan
Kedua adalah klaim gereja tentang power. Karena kami terhalang dua hal. Satu, pemaknaan menjadi ciptaan baru. Gereja-lah yang keyakinan dasar kami bahwa Allah sangat menentukan seseorang sudah menjadi ciptaan mengasihi dunia. Kedua, Kristen mulai sadar baru atau belum. Sehingga lembaga-lembaga kalau doktrin-doktrin itu bukanlah wahyu gereja itu terjebak menjadi lembaga Yudaisme melainkan respon manusia terhadap wahyu.
Pendeta Gunarto, S.TH, M.SI, M.HI,
Dosen di STT ABDIEL Ungaran.
Ay
is/ID
EA
IDEA Edisi 32, September 2012 19
[Tamu Kita]
Maknanya adalah bukan abadi, tetapi kontekstual. dipahami secara kontekstual termasuk juga
Manusia harus dipahami secara kontekstual. Ini penafsirnya, apakah dia memahami secara pra
adalah pagar. Namun, meskipun ada pagar tadi paham atau pra duga.
tapi kami tetap like-dislike itu.
Apa pendapat Anda tentang orang-orang
Bagaimana pendapat anda tentang istilah yang suka menuduh orang lain kafir?
kafir (menutupi) jika ditilik dari sisi sosial Mereka menutup tendanya, maka kafir
dan hermeneutika? adalah di luar tenda, padahal rahmat Allah sangat
Dalam hermeneutika Kristen tidak ada luas. Panggilan adzan itu adalah teriakan Allah
istilah kafir dalam arti menutupi. Jadi kesucian itu Akbar dari kaum hati yang takjub, sebuah
bukan milik orang tertentu, tapi hadir dalam panggilan hati. Tapi, seruan orang-orang garis
pernyataan hidup god and history. Suci adalah keras, FPI dan HTI, adalah seruan untuk
memiliki keyakinan Sang Maha Suci hadir dalam mengganyam orang. Hal ini karena mereka
hidup. Gusti hadir tidak peduli hidupmu itu apa, menutup tendanya untuk orang lain, bahkan
karena telah dirahmati. Inilah yang menjadi titik untuk kebesaran Allah. Ini menimbulkan
tolak pemahaman kafir. Hal ini bukan berarti ketakutan dalam diri, bahkan muncul keinginan
menutup orang lain dari pihak kita, tapi orang- untuk kabur lebih dulu. Mengapa bahasa Allah
orang yang dalam hidupnya bebal karena Gusti, Akbar dijadikan sebagai bahasa komando. Saya
hidayat dan rahmat telah datang tapi masih tidak boleh menyalahkan mereka, karena mereka
menutup diri dari hidayat sedang merasa berjalan di
Allah. j a l a n y a n g b e n a r .
K a f i r b u k a n l a h Pertanyaan selanjutnya
klaim (judgment) dari adalah, apa sebenarnya
orang lain, tapi menutup y a n g m e n g g e r a k k a n
diri sendiri. Yang ada mereka.
a d a l a h t r a d i s i
mengkafirkan diri sendiri. Jika orang seperti
Orang yang mengkafirkan koruptor dikatakan
diri sendiri celaka betul k a f i r , b a g a i m a n a
karena menolak hidayat pendapat Anda apabila
A l l a h . T e r m i n o l o g i d i l i h a t d a r i
pengkafiran itu tidak ada, p e m a k n a a n
tapi yang dikenal adalah kontekstual kafir?
teologi pengkafiran diri sendiri. Ya tidak apa-apa. Jadi ada kreativitas
Orang yang mengkafirkan diri sendiri bahasa iman yang bersimbol respon kita pada
dalam arti menolak Allah menjadi loser. Orang Allah. Orang yang mengambil hak orang lain itu
yang suka mengeluh dan tidak mensyukuri nikmat pantas dikafirkan, karena dia melawan martabat
yang diberikan oleh Allah. Kalau winner itu manusia melawan Allah dan juga melawan pesan
mencari solusi, respon illahi, sedangkan loser itu rasul. Hal itu harus kita kafirkan, jadi jangan
mencari alasan, tidak melihat nikmat Allah dalam diikuti pola hidupnya. Kalau kita mengikutinya
d i r inya tap i menyalahkan orang la in , dengan pasif, akan membuat mereka merajalela.
menyalahkan Allah. Kafir itu identik dengan loser, Para pejabat yang berjuang dengan kedok
bukan winner. atas nama buruh itu wajib dikafirkan. Negara yang
membiarkan rakyatnya dalam kebodohan adalah
Bagaimana perspektif orang Kristen negara yang beramah tamah dengan kekafiran,
memandang orang non-Kristen? karena tidak menghargai martabat manusia.
Orang Kristen tidak pernah menganggap Negara yang menutup diri dan tidak menghargai
orang lain kafir. Kita harus melihat orang lain dari hak-hak rakyatnya, berarti mengkafirkan diri
sebagai bagian dari pesan Tuhan yang sendiri. [Ay/Chan-IDEA]
menyuarakan pesan Allah bagi kita. Maka dalam
tradisi hermeneutika Kristen kitab suci harus
“ Kafir bukanlah klaim
(judgment) dari orang
lain, tapi menutup diri
sendiri. Yang ada ada-
l a h t r a d i s i m e n g -
kafirkan diri sendiri. ”
IDEA Edisi 32, September 201220
Ch
and
ra/
IDE
A
Kafir: Sebuah Keyakinan,
Bukan Perbuatan
Bagaimana pemaknaan terminologi kafir
dalam sudut pandang Hizbut Tahrir
Indonesia?
Perbincangan tentang is t i lah kaf i r
merupakan pembicaraan yang tidak menyenangkan.
Ini karena apabila ada orang yang berkata kafir, maka
ia dicap sebagai teroris, sebagai orang yang tidak bisa
menerima perbedaan.
Secara bahasa, kafir bermakna ingkar.
Apabila kita mengingkari pancasila sebagai dasar
negara, maka secara bahasa kita termasuk orang
kafir. Di dalam Islam, terminologi kafir adalah lawan
dari mukmin. Secara istilah, pengertian kafir yang Walaupun al-Qur'an dan Hadist sudah dipahami oleh HTI adalah orang-orang yang
panjang lebar memberikan sebuah tanda (sign) mengingkari Allah dan apa-apa saja yang dinyatakan tentang istilah kafir, dan sejarah juga sudah oleh-Nya secara qoth'i. Lebih tepatnya, orang-orang menjawabnya, akan tetapi, re-interpretasi dari yang mengingkari semua dalil qoth'i, baik qoth'i masing-masing kelompok, golongan, ormas tsubut maupun qoth'i dalalah. Jadi, orang yang tidak mempunyai perspektif tersendiri dari makna mengakui kewajiban zakat, hukum qishash dan kafir. Faktanya, di Negara Indonesia, justis lainnya adalah kafir. atau klaim kafir masih mengalir deras. Di Untuk menilai orang lain kafir atau tidak, sudut-sudut perbedaan ideologi dan di tengah perlu dilakukan tahqiqul manat atau penelitian, hiruk pikuk kampanye, klaim ini menjadi alat apakah orang itu mengingkari syari'at atau tidak. manjur untuk menaklukkan lawan. Kafir, sama Oleh karena itu, HTI tidak pernah menuduh orang dengan politik, untuk merebut kuasa. lain kafir. Sebab, kalau penilaian yang mengatakan
Pembahasan tentang terminologi kafir orang lain kafir itu salah, kekafiran itu kembali pada tidak akan pernah ada habisnya. Selalu ada kita sendiri. Jadi, pemaknaan kafir yang selama ini penafsiran dan pemaknaan lain dari berbagai dipegangi oleh HTI adalah kafir secara konsep.golongan. Tidak hanya dari kalangan Islam
saja, non-Islam pun juga punya penafsiran Bagaimana Anda melihat banyaknya tersendiri tentang makna kafir. Terlebih, bagi f e n o m e n a o r m a s i s l a m y a n g s u k a ormas islam yang sering menyuarakan “syari'at mengkafirkan dan bertindak anarkis?islam”. Otomatis mempunyai pemaknaan kafir T e r k a i t d e n g a n o r m a s y a n g s u k a yang 'beda'. Sehingga, hal itulah yang mengkafirkan, memang ada yang seperti itu. Hal itu, menjadikan tema “kafir” semakin seksi untuk biasanya, karena mereka tidak melakukan tabayyun dibaca dari zaman ke zaman. Dengan terlebih dahulu. Sehingga mereka mengkafirkan demikian, bagaimana pandangan Hizbut sesuatu hanya karena mis-informasi atau karena dalil Tahrir Indonesia (HTI) dalam menafsiri atau yang dzon. Tetapi jika memang seseorang terbukti membaca realita dari gejala takfir? kafir, kita tidak perlu takut untuk mengatakan kafir,
Berikut wawancara wartawan IDEA, meski dianggap tidak toleran. Tidak toleran itu Awaluddin Iskandar dan Chandra Yusuf sebenarnya bukan dengan menganggap orang kafir Kurniawan, dengan Bapak Choirul Anam, sebagai bukan kafir, dan sebaliknya. Tetapi sikap Ketua HTI Semarang yang juga menjadi dosen tidak toleran adalah berlaku semena-semena hanya fisika Uneversitas Diponegoro Semarang. karena adanya perbedaan, misalnya perbedaan
keyakinan agama.
[Tamu Kita]
Choirul Anam, Ketua HTI Semarang Jawa Tengah
IDEA Edisi 32, September 2012 21
[Tamu Kita]
Kemudian terkait dengan tindakan anarkis Merasa benar itu hal yang wajar. Hizbut
yang biasa dilekatkan pada ormas Islam, FPI Tahrir tidak pernah alergi dengan orang yang
misalnya, setahu saya tidak begitu. Saya kenal menganggap dirinya benar. Jadi, ketika ada orang
dekat dengan FPI dan setahu saya mereka tidak yang merasa dirinya benar itu wajar. Tapi dalam
pernah mendlolimi orang kafir karena al-Qur'an, Allah telah menyatakan yang benar
kekafirannya dan tidak pula membakar gereja adalah Islam. Silahkan agama lain mengatakan
maupun biara. Apa yang dilakukan oleh FPI bahwa mereka benar, akan tetapi yang benar
adalah menertibkan kondisi masyarakat yang dalam pandangan Al lah adalah Is lam.
seharusnya dilakukan oleh polisi, tapi tidak Sebagaimana yang tersirat dalam ayat
dilakukan, dan dibiarkan. Sebagai contoh, apabila “innaddiina 'indallahil islam…”, bahwa mereka
ada perjudian di tengah masyarakat, mereka (agama-agama) tetap diberi hak untuk hidup
melapor pada polisi. Namun, dari pihak polisi saling berdampingan, tapi yang benar adalah
tidak ada tindak lanjut. Sehingga, FPI menindak Islam.
lanjuti sendiri hal itu. Sayangnya, apa yang mereka
lakukan itu terkadang dipelintir oleh media Lalu, bagaimana Hizbut Tahrir menyikapi
massa. Jadi, apa yang terdapat dalam media kemajemukan yang ada, di bawah bayang-
berbeda dengan apa yang dilakukan FPI bayang pluralisme?
sebenarnya ketika sweeping. Itu yang saya K e m a j e m u k a n ( p l u r a l i t a s , r e d )
ketahui. merupakan sesuatu yang alamiah. Tidak ada
masalah dengan pluralitas karena ini merupakan
Apabila terminologi kafir ditilik secara realitas. Hanya saja, ini berbeda dengan
k o n t e m p o r e r , a p a k a h m e r e k a , pluralisme, yaitu suatu keyakinan yang dibangun
sebagaimana koruptor, tergolong orang di atas pluralitas, artinya dalam paham pluralisme
kafir? kita tidak boleh menerapkan hukum apapun,
Jadi begini, secara bahasa, kata kafir itu kecuali telah disepakati oleh semuanya. Oleh
bisa dipakai untuk ngomong apa saja. Tetapi karena itu, HTI menolak paham ini. Dalam
dalam pandangan syari'ah, terminologi kafir itu pandangan kami, hukum yang harus diterapkan
sesuatu yang definitif, yaitu tidak meyakini Allah adalah hukum Allah; hukum yang sudah terbukti
dan apa-apa yang disebutkan dalam nash-nash al- adil dan bisa diterapkan baik bagi umat Islam
Qur'an secara qoth'i. Kafir itu masalah keyakinan, maupun non-Islam.
bukan soal perbuatan. Orang yang tidak meyakini Islam mengajarkan untuk menghormati,
wajibnya shalat, maka dia kafir. Beda halnya melindungi dan tidak mendlolimi orang lain,
apabila ada orang meyakini wajibnya shalat tetapi meskipun itu non-muslim. Sebagaimana ayat “wa
dia tidak menjalankannya, maka dalam laa yajrimannakum syanaaanu qaumin 'alaa
pandangan islam dia bukan orang kafir, tapi orang alla ta'diluu ” (baca al-Maidah 8). Artinya, jangan
yang berdosa. Dalam hal korupsi, jika ada orang sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum
yang mengatakan bahwa korupsi itu “halal”, maka menjadikanmu untuk berlaku tidak adil. Hal ini
dia kafir. Tapi, kalau ada orang mengatakan sudah terbukti, dimana pada masa Umar ibn
k o r u p s i i t u “ h a r a m ” t e t a p i d i a t e t a p Khathab, orang non-muslim diberi kebebasan
melakukannya, maka dia tidak kafir melainkan untuk menjalankan keyakinan mereka. Hukum
berdosa. Namun, karena ini dilakukan secara seperti inilah yang menciptakan keadilan di
terang-terangan, maka dia termasuk orang yang masyarakat. Tidak ada yang namanya syari'at
fasiq (lawan adil). Maka dari itu, kita harus Islam itu memaksa non-muslim. Dalam
berhati-berhati dalam menggunakan istilah kafir. pandangan HTI, sebetulnya tidak apa-apa syari'ah
Kata ini hanya diterapkan pada orang-orang yang Islam itu diterapkan dalam negara majemuk.
kafir secara syar'i. Sebab, kemajemukan itu akan berada dalam
keharmonisan. Lain halnya apabila yang
Bagaimana Hizbut Tahrir menyikapi diterapkan itu hukum selain Islam, maka
a d a n y a p a h a m p l u r a l i s m e y a n g kedloliman yang akan terjadi. Sebagai contoh
menganggap bahwa semua agama itu adalah tragedi muslim Rohingya di Myanmar saat
benar? ini.
IDEA Edisi 32, September 201222
[Tamu Kita]
h a r u s d i k l a r i f i k a s i d u l u . K a m i i n g i n
Kemudian, apa saran Anda bagi umat menyampaikan bahwa Islam mengajarkan kita
Islam yang tinggal dalam kemajemukan, untuk mengklarifikasi berita. Mari kita lakukan
seperti negara kita, Indonesia? check and balance. Sehingga, kita bisa
Pertama, sebagai umat islam, kita harus memberikan respon yang benar dan bukan respon
percaya diri dengan keislaman kita. Sebab, Islam yang berdasarkan pada prasangka, kebencian dan
itu agama yang ya'lu wa la yu'la 'alaihi (agama salah informasi. Insya Allah, dengan itu kita akan
yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi). Bahwa menjadi umat yang rahmatan lil 'alamin. [Chan/
Islam itu agama yang menyejahterakan, Is-IDEA]
menyatukan dan membuat kita maju dalam arti
yang sebenarnya. Hal ini telah terbukti dalam
sejarah. Apabila kita menjalankan Islam secara
konsisten, maka kita akan berada dalam kesatuan
dan kemajuan. Kita, umat Islam, tidak perlu
minder dengan nama Islam, dan tidak perlu malu
dalam menyeruhkan syari'ah Islam.
Kedua, ketika kita menganut agama Islam,
maka harus bisa memanifestasikannya dengan
baik. Janganlah kita menggunakan Islam untuk
kepentingan pribadi, merusak fasilitas umum dan
mendlolimi orang lain. Sebab, Islam merupakan
ajaran yang datang dari Allah dan menyuruh
untuk berbuat adil sekalipun pada orang yang
dibenci.
Terakhir, marilah kita mulai melek, kritis
dan tidak begitu saja menerima berita, melainkan
Marilah kita mulai melek, kritis dan tidak begitu saja menerima berita, melainkan harus
diklarifikasi dulu.
masuk surgamu, kami punya surga sosial antarpemeluk keyakinan agama
sendiri. Masing-masing agama punya yang berbeda.
surga dan neraka. Nanti kamu akan Jika memang tidak seiman,
masuk surgamu dan aku akan masuk tidak ada paksaan dalam memeluk Seorang Ibu, sebuat saja Bu
surgaku,”cerita Bu Tuti mengulangi suatu agama, namun mari kita jaga Tuti, suatu saat menceritakan sebuah
apa yang dikatakan sang cucu kepada perdamaian dan ciptakan tatanan kisah ketika ia mengunjungi anak-
teman sekolahnya. sosial yang baik. Urusan akhirat cucunya di Kanada. Diantara obrolan
Dia tertawa sekaligus kaget, biarlah Allah yang menyelesaikan dengan cucunya yang membuat Bu
dari mana gagasan jawaban itu bisa nanti. Sekali lagi, ini adalah reflleksi Tuti tertawa bercampur kaget adalah
muncul. Cerita tadi kelihatannya psikologis. Adapun tiap-tiap agama di ketika teman sekelas cucunya
sepele, hanya berkisar soal kasih akhirat nanti memliki surga dan mengatakan bahwa sang cucu nanti
sayang dan kekaguman nenek kepada neraka yang berbeda, realitanya di akan masuk neraka karena tidak
cucunya. Namun sesungguhnya, luar jangkauan manusia yang masih memeluk Kristen, mengikuti ajaran
guyonan serupa kerap muncul dalam sama-sama hidup di dunia ini. Kita Yesus. Islam adalah agama teroris
berbagai forum seminar dan dialog semua belum mati.yang suka membunuh orang dan
agama, baik tingkat nasional maupun nanti akan masuk neraka.
internasional. Memang terdapat ayat *Cerita ini disadur dari buku Menerima ejekan dua
Al-Qur'an yang menyatakan,”Bagimu Psikologi Agama, Menjadikan Hidup tuduhan itu, sang cucu menjawab,
agamamu, bagiku agamaku.” Ayat Lebih Ramah dan Santun (2010)“Islam tidak mengajarkan terorisme
ini berkaitan dengan etika dan relasi dan kekerasan. Saya tidak akan
Bagimu
bagiku
Surgamu,
Surgaku*
Bagimu
bagiku
Surgamu,
Surgaku*
[Rehat]