icha bioklin
TRANSCRIPT
Nama : Raisa Nurhijriyah
NPM : 260110090098
Tugas : Bokimia Klinik
1. Tipe hiperlipidemia menurut WHO dan obatnya
Hiperlipidemia herediter ( hiperlipoproteinemia) adalah kadar kolseterol dan
trigliserida yang sangat tinggi, yang sifatnya diturunkan. Hiperlipidemia
herediter mempengaruhi system tubuh dalam fungsi metabolisme dan
membuang lemak
Klasifikasi berdasarkan konsentrasi lipoprotein
(WHO tahun 1970)
Tipe Gangguan
LP
Istilah Kolesterol
total
Kolesterol
LDL
Trigliserida Plasma
Tipe
I
Kilomikron
tinggi
Hiperkilomikron
emia
Tinggi Rendah/
normal
Tinggi Putih
susu
Tipe
IIa
LDL tinggi Hiperkolesterole
mia
Tinggi/
normal
Tinggi Normal Kuning
jernih
Tipe
IIb
VLDL&LDL
tinggi
Hiperlipoprotein
emia
Tinggi Tinggi Tinggi Keruh
Tipe
III
Kilomikron
sisa&IDL
Tinggi
Hiperlipidemia
Remnant
Tinggi Rendah/
normal
Tinggi Keruh
Tipe
IV
VLDL tinggi Hipertrigliserida
Endogen
Tinggi/
Normal
Normal Tinggi Keruh
Tipe
V
Kilomikron& Hipertrigliserida Tinggi Normal Tinggi Putih
VLDL tinggi campuran susu
Berdasarkan jenis lipid yang diturunkan kadar plasmanya, obat
antihiperlipidemia dapat digolongkan menjadi :
Antihiperkolesterolemia : Resin (kolestiramin, kolestipol), Niacin, Neomisin
sulfat, Probukol, Fibrat, Lovastatin, Dekstrotiroksin.
Antihipertrigliserida : Fibrat (Klofibrat, Gemfibrozil, Fenofibrat, Bezafibrat),
Niacin, Fish Oil.
1. Resin Pengikat Asam Empedu
Resin pengikat asam empedu biasanya berupa polymer senyawa amin
kuartener yang bersifat sebagai resin penukar ion. Resin yang bemuatan positif
akan mengikat asam empedu yang bermuatan negatif. Karena ukurannya yang
besar, resin tidak akan diserap dan bersama dengan asam empedu yang diikatnya
dikeluarkan melalui feses. Karena asam empedu dalam saluran pencernaan
terbuang, sehingga lemak dari makanan juga tidak terserap oleh tubuh. Pada
fisiologi normal, 95 % asam empedu akan diserap kembali. Dan karena asam
empedu tersebut terbuang, akan merangsang sintesis asam empedu dengan
peningkatkan jumlah reseptor LDL hingga uptake LDL oleh sel-sel hati
(internalisasi) menjadi lebih banyak dengan akibat kadar LDL di dalam plasma
akan turun. Untuk menyeimbangi peningkatan jumlah reseptor LDL, maka akan
terjadi upregulation dari HMG-CoA reductase. Oleh karena itu penggunaan
golongan Statin sebagai inhibitor HMG-CoA reductase dapat meningkatkan efek
resin.
- Kolestiramin
Kolestiramin adalah suatu anion ammonium kuartener penukar resin
dengan inti stiren. Gugus klorida kolestiramin dapat ditukar dengan anion lainnya,
seperti garam empedu dan lain-lain.
Mekanisme kerja :
Karena kolestiramin tidak diserap, maka setelah pemberian peroral,
kolestiramin akan mengikat garam empedu di dalam usus halus dan siap
diekskresikan ke dalam feces, sehingga ekskresi garam empedu meningkat 10 kali
lipat (1-2 g/hari). Ekskresi garam dan asam empedu menurunkan kadar asam
empedu yang kembali ke hepar, yang berfungsi menghambat enzim 7a-
hidroksilase yang mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu, sehingga
kolesterol banyak dipecah oleh hepar. Akibat meningkatnya katabolisme
kolesterol di dalam hepatosit ini, enzim-hidroksi-metilglutaril-CoA-reduktase
(HMG CoA reduktase) yang mensintesa kolesterol terangsang pula, tetapi pada
keadaan normal sintesa kolesterol ini lebih lambat dibanding pemecahannya,
sehingga kolesterol dalam plasma dan jaringan lain ditarik ke dalam hepar.
Dengan demikian kolestiramin mampu memobilisasi kolesterol dan menurunkan
kadar LDL sebagai efek sekunder dari aktifnya pula reseptor LDL hepatosit
karena mobilisasi kolesterol oleh hepar akan merangsang pembentukan reseptor
LDL lebih banyak lagi oleh hepatosit itu sendiri.
- Kolestipol
Obat ini juga merupakan suatu anion penukar resin, sehingga efikasi,
mekanisme kerja, dan toksisitasnya sama dengan kolestiramin. Hanya
menurunkan kadar kolesterol. Dosis perhari dapat diberikan antara 12-25 g
peroral dibagi dalam 4 dosis.
2. Inhibitor Kompetitif Reduktase HMG-CoA
Senyawa inhibitor kompetitif reduktase HMG-CoA merupakan analog
struktural dari HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A). Kelompok
statin yang digunakan secara luas antara lain lovastatin, simvastatin, dan
pravastatin. Atorvastatin, cerivastatin dan fluvastatin merupakan obat yang serupa
(Cerivastatin ditarik dari peredaran di Amerika sekitar Agustus 2001). Secara
umum statin bekerja dengan memperlambat produksi kolesterol dan
meningkatkan kemampuan hati untuk mengeluarkan kolesterol dari dalam darah.
Mekanisme Kerja :
HMG-CoA merupakan perantara langkah awal biosintesis sterol. Statin
menginhibisi reduktase HMG-CoA dengan membentuk sejenis asam mevalonat
cincin terbuka. Inhibisi ini meyebabkan sintesis kolesterol terhambat, sehingga
meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan menurunkan degradasi reseptor LDL.
Efek tersebut meningkatkan baik kecepatan katabolisme fraksional LDL maupun
ekstraksi precursor LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan
LDL plasma. Oleh karena ekstraksi lintas pertama oleh hati dari obat tersebut
besar, maka efek utamanya terjadi di hati.
3. Niacin ( Nicotinic Acid )
Obat ini dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida, dengan penurunan
sangat nyata untuk trigliserida. Efek ini berbeda dengan efeknya sebagai vitamin.
Mekanisme kerja :
Efek hipolipidemiknya karena obat ini mampu menekan sekresi VLDL
akibat berkurangnya sintesa TG. Karena VLDL menurun, maka secara tidak
langsung LDL juga menurun, dan HDL yang mengandung apo A meningkat. TG
menurun setelah 4 - 6 jam minum obat, sedangkan kolesterol menurun setelah
beberapa hari kemudian. Sintesa TG oleh hepar menunun karena asupan asam
lemak bebas dari sirkulasi berkurang akibat penekanan niasin terhadap jaringan
adiposa. Obat ini mudah diserap di semua bagian saluran cerna. Ekskresi utama
melalui urin.
4. Turunan Asam Fibrat
Mekanisme kerja turunan asam fibrat masih belum diketahui pasti.
Diperkirakan terkait dengan ikatan turunan asam fibrat dengan peroxisome
proliferator-activated reseptors (PPARs). Ikatan ini menstimulasi sintesis LPL,
mereduksi ekspresi apoC-III, dan meningkatkan ekspresi apoA-I dan apoA-II.
Kenaikan LPL akan menyebabkan kenaikan klirens lipoprotein kaya trigliserida,
sedang reduksi ekspresi apoC-III meningkatkan klirens VLDL. Peningkatan
ekspresi apoA-I dan apoA-II menyebabkan kenaikan HDL. Turunan asam fibrat
sering digunakan pada terapi tipe III hyperlipoproteinemia, atau pasien dengan
kadar VLDL yang tinggi, tetapi HDL rendah. Gagal ginjal dan kerusakan hati
merupakan kontraindikasi relatif bagi penggunaan turunan asam fibrat. Kelompok
besar turunan asam fibrat yang ada di pasaran antara lain Gemfibrozil, Fenofibrat,
dan klofibrat.
5. Obat-obat lain
- Neomisin Sulfat
Obat ini adalah antibiotika golongan aminoglikosid yang dapat
meningkatkan ekskresi sterol netral dan sedikit asam empedu ke dalam feces,
sehingga juga menurunkan penyerapan kolesterol. Menurunnya asupan kolesterol
akan merangsang pembongkaran kolesterol yang terikat di jaringan yang akhirnya
menurunkan kadar LDL. Efek obat ini meningkat jika diberikan bersama
kolestiramin atau kolestipol. Dengan dosis 2 g/hari, kadar kolesterol menurun
sekitar 25%.
Efek samping berupa gangguan pencernaan dan enterokolitis akibat
meningkatnya pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap neomisin. Jangan
diberikan pada penderita dengan gangguan faal ginjal. Obat ini juga mengganggu
penyerapan digitalis jika diberikan bersamaan.
- Probukol
Pemberian 2 X 500 mg probukol dapat diharapkan penurunan sedang
kadar kolesterol. Mekanisme penurunan LDL tidak jelas, mungkin karena
perubahan struktur LDL akibat efek probukol. Bentuk LDL ini lebih mudah
menghilang dari sirkulasi dibanding LDL normal. Sayangnya obat ini juga
menurunkan HDL, sehingga obat ini tidak efektif untuk kasus hiperkolesterolemia
familial. Probukol tidak menurunkan kadar trigliserida.
Efek samping berupa dispepsia, nyeri abdominal, mual muntah, flatulen,
diane karena peningkatan aliran empedu. Juga dapat memperpanjang interval Q-T
dalam EKG. Kombinasinya dengan klofibrat tidak begitu menguntungkan.
- Dekstrotiroksin
Obat ini berefek primer sebagai antihiperlipidemia. Pada do-sis 4-8
mg/hari akan merangsang enzim 7-a kolesterol hidroksilase yang memecah
kolesterol menjadi asam empedu, sehingga kadar kolesterol menurun. Juga
merangsang pembentukan reseptor LDL. Namun karena kasus kematian
kardiovaskuler juga meningkat, maka penggunaan obat ini dilarang.
- Kompaktin & Mevinolin
Obat ini adalah suatu metabolit fungi yang sangat kuat menghambat HMG
CoA reduktase, sehingga dapat menekan sintesa kolestero120-30%; oleh karena
itu diasumsikan bahwa obat ini dapat merangsang pembentukan reseptor LDL
hepar. Kombinasinya dengan kolestiramin cukup baik untuk pengobatan
hiperkolesterolemia heterozigot familial yang sudah resisten.
- Ezetimibe
Ezetimibe adalah sejenis obat baru berupa senyawa basa azetidione yang
dapat menurunkan lipid dan kolesterol diabsorpsi diusus dengan memblok dinding
ususnya. Ezetimibe mengalami glukoronidasi di usus dan senyawa aktif
glukoronidnya diekskresikan ke empedu oleh hati. Ezetimibe dapat mengurangi
kolesterol LDL antara 15 – 20 % yang digunakan untuk monoterapi dan dapat
mengurangi LDL pada pasien dengan terapi statin yang tidak berhasil. Kombinasi
statin dosis rendah dan 10 mg ezetimbe dapat menurunkan LDL sampai 50%,
yang hanya dicapai oleh simvastatin dosis 80mg. Dengan waktu paruh sekitar 22
jam, ezetimbe hanya diberikan sekali sehari dengan dosis 10 mg.
2. Bahaya bila kolesterol tidak teresterifikasi dan mekanisme esterifikasinya
Peningkatan kolesterol non esterifikasi yang tidak terkendali dapat
membahayakan homeostasis membran karena menyebabkan hidrolisis
membran.
Kolesterolnya disekresikan kedalam usus (terutama sebagai asam empedu)
ataupun digabungkan bersama dengan trigliserida dalam partikel-partikel
VLDL dan disekresikan kedalam sirkulasi, yang menghasilkan jalur endogen.
Trigliserida kembali disingkirkan dalam lemak atau otot, yang meninggalkan
IDL. Beberapa IDL terikat pada reseptor-reseptor LDL hati dan dengan cepat
diambil oleh sel-sel hati, sisanya berada dalam sirkulasi dan diubah menjadi
LDL. Sebagian besar dari LDLterikat pada reseptor-reseptor LDL pada sel-sel
hati, sel-sel LDLyang lain disingkirkan dari sirkulasi. Kolesterol yang keluar
dari sel-sel akan terikat pada HDL dan diesterifikasi oleh enzim LCAT. Ester-
ester tersebut dialihkan ke IDL dan kemudian LDLdan pada akhirnya diambil
kembali oleh sel-sel hati.
3. Interchange lipoprotein
Interchange lipoprotein adalah lipoprotein yang mengalami pertukaran.
4. Small dense LDL
Small dense LDL (sdLDL) adalah LDL yang berukuran partikel kecil dan
padat, sehingga memiliki kemungkinan (potensi) aterogenik lebih besar. Sifat
aterogenik sdLDL disebabkan oleh karena lebih mudah masuk ke dalam
pembuluh, mempunyai kerentanan tinggi untuk beroksidasi, Afinitas ikatan
yang lebih kecil terhadap reseptor LDL dan afinitas ikatan yang lebih besar
terhadap proteoglikan di dinding arteri.
5. Lipoprotein (a)
Lp(a) adalah suatu glikoprotein yang secara structural sama dengan
plasminogen dan merupakan molekul dasar plasmin, yang tergolong dalam
enzim fibrinolitik. Lp(a) mempunyai kemampuan untuk mengikat fibrin dan
protein membrane dari endotel dan monosit, yang akan menghentikan
pengikatan plasminogen dan menghambat pembentukan plasmin (Burtis et al.,
1999).
6. LDL teroksidasi
LDL dapat dioksidasi deh logam atau sel utama dinding ateri. LDL
teroksidasi diarnbil deh reseptor scavenger pada makrofag, menyebabkan
akumulasi kdesterol pada
makrofag yang menipakan tahap awal dari aterosklerosis (steinberg, 1991).
LDL yang teroksidasi (ox-LDL) akan menyebabkan makrofag melakukan
fagositosis. makrofagakan memakan ox-LDL melalui mekanisme oksidasi
sehingga akan menyebabkan kematian padamakrofag (radikal dilawan dengan
radikal). makrofag yang mati akan menempel pada dinding pembuluh darah
dan menyebabkan makrofag lain berdatangan dan mekanisme berulang. sel-
selmakrofag yang mati dan menumpuk, yang disebut dengan foam sel,
kemudian akan diperkerasdengan adanya kalsium membentuk plaque yang
menyebabkan elastisitas dan luas permukaannya menjadi kecil. kompensasi
dari hal ini akan meningkatkan tekanan darah. akibattekanan darah yang tinggi,
maka plaque akan ruptur sehingga membentuk trombus yang
dapatmenyebabkan sumbatan pada pembuluh darah kecil seperti arteri
koronaria sehingga terjadilahiskemik heart attack (PJK), sudden death dan
berakibat pada kematian langsung. Beberapa senyawa oksidan diduga
mempengaruhi oksidasi pada LDL adalah 1) superokside, 2) nitrit okside
radikal, 3) 15-lipoxigenase, 4) senyawa metal.
7. Von Willebrand Factor
Von Willebrand adalah kondisi yang terkait dengan pendarahan yang
berlebihan. Penyakit ini adalah bentuk penyakit pendarahan turunan yang
paling umum. Penyebab penyakit von Willebrand adalah kurangnya atau
kesalahan pada protein yang disebut von Willebrand factor, yang merupakan
komponen umum pada proses pembekuan darah. Umumnya, akan
membutuhkan waktu lebih lama bagi mereka dengan von Willebrand dalam
pembekuan dan menghentikan pendarahan ketika mereka terluka. Pengobatan
terhadap penyakit von Willebrand terfokus pada penghentian atau pencegahan
pendarahan, umumnya menggunakan obat. Dengan perawatan yang tepat,
mereka dengan von Willebrand dapat menjalani hidup secara normal.
8. CRP dan High sensitif CRP
CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu protein fase akut yang diproduksi
oleh hati sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan.
Inflamasi merupakan proses dimana tubuh memberikan respon terhadap injury.
Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya inflamasi
dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga pemeriksaan CRP
kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya inflamasi/infeksi
akut. Saat ini telah tersedia pemeriksaan High Sensitive CRP (Hs-CRP) yaitu
pemeriksaan untuk mengukur kadar CRP yang lebih sensitif dan akurat dengan
menggunakan metoda LTIA (Latex Turbidimetry Immunoassay), dengan
range pengukuran : 0.3 – 300 mg/L. Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-
CRP dapat mendeteksi adanya inflamasi lebih cepat dibandingkan pemeriksaan
Laju Endap Darah (LED). Terutama pada pasien anak-anak yang sulit untuk
mendapatkan jumlah sampel darah yang cukup untuk pemeriksaan LED.
hsCRP (High Sensitivity C-Reactive Protein) merupakan pemeriksaan untuk
mengukur konsentrasi CRP yang sangat sedikit sehingga bersifat lebih sensitif.
Pemeriksaan CRP yang sangat sensitif ini diperlukan untuk memperkirakan
risiko PJK.
Uji ini dapat mendeteksi inflamasi yang terjadi akibat pembentukan plak
aterosklerotik pada pembuluh arteri koroner. hsCRP merupakan uji
laboratorium yang sangat sensitif untuk resiko penyakit kardiovaskuler. Uji ini
sering dilakukan bersama-sama dengan tes profil lipid (kolesterol, trigliserid,
HDL, LDL). Nilai hsCRP positif jauh lebih rendah daripada nilai standar CRP
serum sehingga uji ini menjadi lebih berguna dalam mendeteksi risiko penyakit
jantung koroner (coronary heart disease, CHD), stroke, dan penyakit arteri
perifer.
9. Serum Fibrinogen
serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang bukan berupa sel
darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalahplasma darah tanpa fibrinogen
10. E selectin
adalah protein transmembran diekspresikan oleh sel endotel yang mengikat ke
oligosakarida diekspresikan pada permukaan leukosit.
11. V- Cam
VCAM-1 (Vascular cell adhesion molecule ) adalah protein yang pada manusia
dikodekan oleh gen VCAM1.Berfungsi pada adhesi limfosit, monosit,
eosinofil, dan basofil pada endotel vaskular. Hal ini juga bekerja dalam
transduksi sinyal sel leukosit-endotel, dan berpengaruh dalam perkembangan
aterosklerosis dan rheumatoid arthritis.
12. I Cam
Molekul VCAM-1dan ICAM-1 merupakan suatu bentuk protein yang muncul
pada permukaan endotel apabila terjadi rangsangan. Monosit yang melekat
pada permukaan sel endotel, berpenetrasi ke intima menjadi makrofag lalu
mengekspresikan macrophage colony stimulating factor (M-CSP). Molekul
M-CSP berfungsi merangsang terjadinya radang. mengekspresikan reseptor
skavenger yang dapat mengenali LDL termodifikasi sehingga membentuk sel
busa. Dalam waktu bersamaan, proliferasi makrofag memperkuat respon
radang dengan mensekresikan sejumlah faktor pertumbuhan dan sitokina,
termasuk faktor tumor nekrosis-ά (TNF-α) dan IL-1β
13. IL-6
adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah,
terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon
peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel
B. dan pencerap gp130.
14. IL-1
Interleukin-1 adalah sebutan bagi beberapa polipeptida sitokina IL-1α, IL-1ß
dan IL-1Ra, yang memainkan peran penting dalam regulasi sistem kekebalan
dan respon peradangan.
IL-1α dan IL-1ß masing-masing memiliki berkas genetik IL1A, dan IL1B,
pada kromosom 2 deret yang sama yaitu 2q14, dan merupakan sitokina
pleiotropik hasil sekresi monosit dan makrofaga berupa prohormon, sebagai
respon saat sel mengalami cedera, oleh karena itu menginduksi apoptosis.
Beberapa pakar menganggap bahwa defisiensi genetik IL1A berperan dalam
reumatoid artritis dan Alzheimer.
IL-1ß merupakan sitokina yang diiris oleh ICE, dan berperan di dalam aktivitas
selular seperti proliferasi, diferensiasi dan apoptosis. Induksi COX-2 pada
sitokina ini di dalam sistem saraf pusat ditemukan sebagai penyebab
hipersensitivitas yang memberikan rasa sakit.
15. Homosistein
adalah asam amino (bagian terkecil dari protein) yang merupakan produk
antara dalam siklus metionin menjadi sistein. Beberapa gangguan yang dapat
mengakibatkan gangguan pada konsentrasi homosistein adalah:
a. Kelainan genetic (kelainan genetic ini terjadi akibat adanya gangguan
pada gen MTHFR sehingga mengakibatkan gangguan pada perubahan
homosistein menjadi metionin.
b. Defisiensi asam folat atau vitamin B6 dan vitamin B12 (asam folat,
vitamin B6 dan vitamin B12 diperlukan dalam metablisme homosistein,
sehingga apabila terjadi defisiensi pada salah satu komponen ini maka
homosistein tidak dapat diubah menjadi metionin dan sistein)
c. Penyakit ginjal
d. Hipotiroidisme (konsentrasi hormone tiroid yang rendah)
16. TNF-alpha
adalah sitokina yang banyak disekresi oleh makrofaga dan memiliki banyak
peran metabolisme seperti proliferasi sel,differensiasi, apoptosis, metabolisme
lipid, dan koagulasi.TNF-α merupakan anggota dari keluarga faktor nekrosis
tumor yang memiliki pencerap seperti TNFRSF1A/TNFR1 dan
TNFRSF1B/TNFBR. Meskipun TNF-α menginduksi migrasi sel
punca mesenkimal ke tempat yang diperlukan dengan
mekanisme TRAIL, rasioplasma TNF-α yang tinggi menunjukkan disfungsi
miokardial paska-iskemia, sindrom metabolisme, gangguan laju filtrasi
glomerular, rasio asam urat yang tinggi, rendahnya kadar HDL, dan
bersama IL-6 dapat menjadi faktor pemicu gagal jantung atau Left ventricular
diastolic dysfunction. Pada hepatosit, TNF-α akan meningkatkan
kadar SCAP di dalam sitoplasma dan menstimulasi sintesis trigliserida,
sehingga TNF-α dianggap berperan dalam patogenesis steatosis.
17. Stress oxidative
Stres oksidatif adalah keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh
melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Akibatnya intesitas proses
oksidasi sel-sel tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan
kerusakan yang lebih banyak. Literatur medis membuktikan bahwa stres
oksidatif adalah penyebab utama penuaan dini dan timbulnya penyakit kronis
seperti kanker, penyakit jantung, alzheimer, dan lain-lain. Stres oksidatif dapat
dicegah dan dikurangi dengan asupan antioksidan yang cukup dan optimal ke
dalam tubuh.
Transformasi protein yang terjadi akibat stres oksidatif dapat mengakibatkan
disfungsi protein, kerusakan jaringan dan berkembangnya berbagai jenis
penyakit.[1] Beberapa senyawa organik yang umumnya menyebabkan stres
oksidatif, dihasilkan oleh reaksi oksidasi berbagai jenis polyunsaturated fatty
acid (PUFA), antara lain senyawa dengan gugus karbonil tak jenuh jenis alfa,
beta seperti 4-hydroxy-2-nonenal (HNE), 4-oxo-2-nonenal (ONE), dan
akrolein. Senyawa dari golongan aldehida ini dapat menyebabkan adduct
intramolekular atau intermolekular terhadap protein. Beberapa studi mass
spectrometric yang mengamati reaksi pada protein yang terpapar oleh aldehida
murni atau PUFA yang ter-peroksidasi menunjukkan bahwa pada awal paparan
terjadi Michael dan Schiff adduct, namun hanya Michael adduct yang terjadi
antara residu Cys dan His, dengan senyawa turunan HNE dan ONE, yang dapat
bertahan terhadap reaksi proteolisis. Variasi produk adduct yang lain akan
mengalami transformasi melalui berbagai proses seperti tautomerisasi,
oksidasi, siklisasi, dehidrasi, dan terkadang juga kondensasi dengan molekul
aldehida yang lain, hingga terbentuk senyawa advanced lipoxidation end
products (ALE) yang stabil.
18. MCP-1
MCP-1 (Monocyte Chemotactic Protein-1) adalah salah satu kemokin yang
mengatur migrasi dan infiltrasi monosit / makrofag. MCP-1 juga dikenal
sebagai activating factor (MCAF). Setelah dilakukan kloning dan sekuensing,
protein ini juga identik dengan produk dari gen JE manusia. JE gen, awalnya
diidentifikasi dalam fibroblast tikus yang merupakan faktor platelet-derived
growth (PDGF) yang diinduksi oleh gen.