i upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak …etheses.uinmataram.ac.id/1137/1/jumita...
TRANSCRIPT
i
UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI KELAS IX MTs AL-INTISHOR TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
Oleh :
JUMITA PURNAMASARI
NIM. 151.141.204
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NERGERI (UIN)
MATARAM
ii
UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI KELAS IX MTs AL-INTISHOR TANJUNG KARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Untuk
Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
JUMITA PURNAMASARI
NIM. 151.141.204
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
ii
iii
iii
iv
iv
vi
vi
vii
MOTTO :
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21).1
1 Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (di Ponegoro :
Al -Aliyy), QS.Al-Ahzab : 21, h.136
vii
viii
viii
ix
KATA PENGANTAR
ورحمة اه وب ركاته عليكم السا را بصي را، ت بارك الذي جعل في السماء ب روجا وجعل د ان ا له الحمد لله الذي كان بعباده خبي را أ ي مرا راجا و ا في
را ونذي را، وداعيا وله الذي ب عثه بالحق بشي حمدا عبده ور د ان م صل ا اه وأ را الل ي راجا لى الحق بإذنه و
را لم تسليما كثي ا ب عد؛عليه وعلى آله وصحبه و أ
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya serta dengan kesungguhan dan usaha yang maksimal sehingga penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan pada waktunya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan pada junjungan nabi besar Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya serta segenap pengikutnya sepanjang masa. Penulisan skripsi ini bermaksud untuk melengkapi ujian pada tingkat Srata Satu (S1) sebagai syarat memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih untuk :
1. Bapak Dr. Ismail Thoib,M.Pd (selaku pembimbing I) dan Dr. Akhmad
Asy‟ari, M.Pd (selaku pembimbing II) yang selalu memberikan arahan serta
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Saparudin,M.Ag sebagai ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam serta
Drs.H.M.Taisir,M.Ag selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, yang telah memberikan
kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr.Hj.Lubna,M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram, serta segenap dosen Pendidikan Agama Islam yang tidak bisa
penulis sebut satu persatu nama dan pangkatnya.
4. Dr.H.Mutawali,M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat
kepada penulis untuk menuntut ilmu.
ix
x
Terimakasih pula kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah Swt, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi generasi berikutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari kekhilafan dan kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang konstruktif serta bersifat membangun merupakan agenda yang selalu penulis nantikan guna sempurnanya penulisan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Mataram,.............2018
Penulis,
Jumita Purnamasari
NIM : 151.141.204
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PEERSEMBAHAN ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................... 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................. 9
E. Telaah Pustaka ..................................................................................... 10
F. Kerangka Teoritik ................................................................................ 12
1. Konsep Keguruan ........................................................................... 12
2. Pendidikan Aqidah Akhlak ............................................................ 17
3. Pembinaan Akhlak ........................................................................ 19
G. Metode Penelitian................................................................................. 29
xi
xii
1. Pendekatan Penelitian .................................................................... 29
2. Kehadiran Penelitian ...................................................................... 30
3. Lokasi Penelitian ............................................................................ 30
4. Sumber Data ................................................................................... 31
5. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 32
6. Teknik Analisis Data ...................................................................... 34
7. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 35
H. Sistematika Penelitian .......................................................................... 36
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 39
A. Gambaran Umum MTs Al-Intishor ...................................................... 39
B. Kondisi Akhlak Siswa Kelas IX MTs Al-Intishor ............................... 47
C. Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas
IX MTs Al-Intishor .............................................................................. 49
D. Kendala Guru Aqidah Akhlak dalam Upaya Membina Akhlak Siswa
Kelas IX MTs Al-Intishor .................................................................... 54
BAB III PEMBAHASAN
A. Kondisi Akhlak Siswa Kelas IX MTs Al-Intishor .............................. 56
B. Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas
IX MTs Al-Intishor ............................................................................. 61
C. Kendala Guru Aqidah Akhlak dalam Upaya Membina Akhlak
Siswa Kelas IX MTs Al-Intishor.......................................................... 67
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 71
A. Kesimpulan .......................................................................................... 71
B. Saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
xii
xiii
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya, agar siswa tersebut mencapai
kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara terus menerus.2
Kedewasaan siswa sendiri dapat dibangun dari lingkungan pendidikan
karena pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan yang sangat
penting untuk dikembangkan dalam pembangunan nasional. Tidaklah
berlebihan jika pemerintah selalu meningkatkan usaha-usaha dibidang
pendidikan, baik formal maupun non formal dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional, seperti yang telah ditetapkan dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.3
2 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001),
h.70. 3 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h.131-132
1
2
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,maka
pemerintahharus menyediakan tenaga pendidik. Salah satunya adalah guru,
sebab gurulah yang dapat berperan aktif dalam mencapai tujuan pendidikan
tersebut.Hal ini dikarenakan guruadalah tenaga profesional yang melakukan
tugas pokok dan fungsinya untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan,
skill, mental dan akhlak siswa sebagai aset bangsa. Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.4
Tugas dan fungsi guru dalam mendidik, membimbing, mengarahkan,
dan melatih seperti yang disebutkan dalam Undang-undang No. 14 Tahun
2005 dan hubunganya dengan tujuan pendidikan nasional,menjadikan seorang
guru harus benar-benar serius dalam membina akhlak siswa.Salah satu cara
yangdapat dilakukan yaitu melalui pelajaran aqidah akhlak di sekolah, baik
itu di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas,sampai pada perguruan tinggi dan pendidikan tersebut sudah tentu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional maupun tujuan hidup siswa itu sendiri,
yaitu menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Fungsi dan kegunaan pendidikan aqidah akhlak itu sendiri, bagi siswa
adalah (a) Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi
4 Purnamawati, “Upaya Meningkatkan Kualitas Guru”, dalam http://oioey.wordpress.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-kualitas-guru-di-indonesia/ diakses tanggal 18 November 2017, pukul 09.40.
3
siswa yang telah tertanam nilai-nilai kebaikan dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat. (b) Penyaluran, yaitu membantu siswa yang memiliki bakat
tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal dengan
budaya bangsa. (c) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan,
kekurangan, dan kelemahan siswa dalam perilaku sehari-hari. (d)
Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran
agama Islam dan budaya bangsa Indonesia. (e) Pembersih, yaitu untuk
membersihkan diri dari penyakit hati. (f) Penyaring atau filter, yaitu untuk
menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti, moral dan akhlak bangsa.
Pembelajaran aqidah akhlak dapat memiliki pengaruh yang begitu
besar terhadap pembentukan akhlak siswa, karena dalam pembelajaran
tersebut banyak memuat tentang tata cara berperilaku serta contoh-contoh
kisah teladan dari tokoh Islam terdahulu, sehingga pembelajaran aqidah
akhlak di sekolah diharapkan mampu membentuk pribadi yang terpuji sesuai
dengan karakteristik agama Islam.5
Aqidah akhlak dilembaga pendidikan merupakan salah satu
implementasi dari jiwa pendidikan Islam dan memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam pendidikan agama Islam itu sendiri. Maksud dari
pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak siswa dengan segala
macam ilmu yang mereka ketahui, akan tetapi mendidik akhlak dan jiwa
5 Anik Asmorowati, “Hubungan antara Pemahaman Materi Aqidah Akhlak dengan Sikap
Sosial Siswa”, dalam http://masudaheducation.blogspot.co.id/2010/01/ hubungan-antara-pemahaman-materi-aqidah-akhlak-dengan-sikap-sosial-siswa.html, di akses tanggal 18 november 2017, pukul 08.20.
4
mereka, membentuk moral/tingkah laku yang tinggi, menanamkan akhlak
mulia, meresapkan keutamaannilai-nilai budi pekerti didalam jiwa para siswa,
membiasakan mereka berpegang pada moral yang tinggi dan menghindari
hal-hal yang tercela.6
Akhlak siswa itu sendiri dapat dibentuk oleh guru yang memiliki
keikhlasan dalam mendidik dan senantiasa menanamkan nilai-nilai moral
yang baik terhadap siswa, sehingga keberhasilan seorang guru dapat dilihat
dari kualitasguru itu sendiri.Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat
kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta ikhlas
dalam memajukan pendidikan dan mencerdaskan siswa.
Guru yang berkualitas mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi
yang menjadi tanggung jawabnya.Peranan dan fungsi guru tidak dapat
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan
melatih.Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya,
seorang guru yang dapat mendidik, tetapi tidak memiliki kemampuan
membimbing, mengajar, dan melatih, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai
guru yang paripurna.7
Secara komprehensif, guru harus memiliki keempat kemampuan itu
secara utuh, sehingga siswa tidak termenung dan bosan di dalam kelas.
Dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif,guru melakukan berbagai
6 Nanang, “Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku Siswa”
dalam https://skripsinanang.wordpress.com/skripsi3/, di akses tanggal 18 november 2017, pukul 09.10.
7Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, (Mataram, Alam Tara Institute, 2012), h.78.
5
macam upaya agar siswanya tidak merasa bosan dalam menerima
pembelajaran.Adapun upaya yang dilakukan yakni, menciptakan strategi
pengajaran yang tepat, menerapkan berbagai macam metode pembelajaran,
serta membuat model-model pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai
dengan kemampuan serta minat siswa itu sendiri.Usaha guru dalam
menciptakan suasana kelas yang kondusif, serta membiasakan nilai-nilai budi
pekerti pada siswa,mampu mengantarkan guru dan siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru Aqidah Akhlak,
Fajrinmenyatakan bahwa pada kenyataannya siswa di MTs Al-Intishor masih
saja membawa kebiasaannya dari masyarakat ke sekolah, seperti berbicara
kotor, dan menghinaorang lain, beberapa sikap inilah yang membuatguru
merasa kesulitan dalam membina akhlak siswa. Oleh karena itu, sebisa
mungkin guru mengupayakan pembinaan akhlak yang baik terhadap siswa
dengan mengajarkan atau mencontohkan akhlakul karimahterhadap siswa.
Beberapa permasalahan yang muncul dilingkungan sekolah, seperti
perkelahian yang pernah terjadi dalam suatu kasus, yang berawal dari saling
mengejek dan berakhir dengan percekcokan, dan bahkan sampai pada
perkelahian yang menyebabkan siswa tersebut memukul temannya sendiri
hingga kepala temannya terluka. Namun hal ini sudah terbiasa dalam
lingkungan masyarakat siswa tersebut, sehingga ketika mereka melakukan hal
yang demikian, mereka tidak merasa canggung lagi karena hal tersebut sudah
terbiasa di lingkungan masyarakat tempat siswa tersebut tinggal.
6
Perkelahian yang terjadi dalam lingkungan sekolah, tidak hanya
dikarenakan ejekan saja, akan tetapi ada juga beberapa hal seperti menghina,
dan omongan kotor terhadap temannya. Adapun problem-problem yang lain
yaitu, kurang disiplin.seperti yang ditemukan di lapangan, peneliti melihat
ada beberapa siswa yang tidak mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan
sekolah, ada sebagian siswa yang tidak merapikan baju, ada siswa yang telat
masuk kelas, serta ada pula beberapa siswa yang suka bolos.8
Berbagai permasalahan yang muncul seperti yang disebutkan diatas
membuat guru kesulitan dalam menanganinya, akan tetapi guru selalu
berusaha mencari cara dalam membina akhlak siswa tersebut. Contohnya,
guru Aqidah Akhlak di dalam kelas tidak hanya sekedar menyampaikan
materi saja, akan tetapi tugas dan kewajibannya adalah membimbing dan
mengarahkan siswa pada hal-hal yang baik atau pada sikap sosial yang sesuai
dengan ajaran agama Islam. Dalam kasus perkelahian yang terjadi, bukan
hanya guru Aqidah Akhlak yang berperan membimbing siswa akan tetapi
semua guru di sekolah, dan yang lebih tepat dalam menangani perkelahian
yang terjadi adalah guru Bimbingan Konseling.
Selain bimbingan dan arahan yang dilakukan kepada siswa, seorang
guru juga harus memperhatikan dari segi pribadinya. Yaitu seorang guru
menjadikan dirinya sebagai model dan teladan (uswatun hasanah) yang ditiru
tingkah lakunya dan selalu disoroti oleh siswa kepribadiaannya, sebagai
sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak siswa, dan sebagai
8 Pajrin, Observasi, Tanjung Karang, 10 November 2017.
7
seorang figur pemimpin yaitu yang memiliki kekuasaan untuk membentuk
dan membangun kepribadian siswa yang berguna bagi agama, nusa, dan
bangsa9.
Berdasarkan uraian di atas, hal inilah yang menarik dan penting untuk
dilakukan penelitian.Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul, Upaya Guru
Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa di Kelas IX MTs Al-Intishor
Tanjumg Karang Tahun Ajaran 2017/2018.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah kondisi akhlak siswa kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung
KarangTahun Ajaran 2017/2018?
2. Bagaimanakah upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa
kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung KarangTahun Ajaran 2017/2018?
3. Apa saja kendala guru akidah akhlak dalam upaya membina akhlak siswa
kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang Tahun Ajaran 2017/2018?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui kondisi akhlak siswa kelas IX MTs Al-Intishor
Tanjung Karang Tahun Ajaran 2017/2018
9Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, h.80.
8
b. Untuk mengetahui upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak
siswa kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang Tahun Ajaran
2017/2018
c. Untuk mengetahui apa saja kendala guru aqidah akhlak dalam upaya
membina akhlak siswa kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang
Tahun Ajaran 2017/2018
2. Manfaat
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis.
a. Kegunaaan secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam disiplin
pendidikan bahwa yang bertanggung jawab terhadap pembinaan
akhlak siswa adalah guru, walaupun tidak seutuhnya guru yang
berperan dalam membentuk karakter sosial siswa tersebut.
b. Kegunaan secara praktis
1) Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada sekolah untuk mengoptimalkan seluruh kegiatan yang telah
direncanakan.Salah satunya yaitu pembentukan karakter siswa
yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri, agar tujuan
pendidikan dapat dicapai melalui penanaman budi pekerti di
lingkungan sekolah.
9
2) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan
pengetahuan dalam membina akhlak siswa di lingkungan
belajarnya.
3) Bagi siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat membentuk kesadaran
siswa dalam bersikap yang sewajarnya dan bertingkah yang sesuai
dengan ajaran agama Islam.
4) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
referensi bagi peneliti yang akan datang dan dapat memberikan
informasi kepada peneliti lain, untuk mengadakan penelitian yang
masih belum terjangkau dalam penelitian ini.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini memfokuskan kajian tentang
akhlak siswa pada teman sebayanya, akhlak siswa terhadap guru dan
akhlak siswa di lingkungan sekolah.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Intishor Tanjung Karang,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana guru akidah
akhlak di MTs Al-Intishor membina akhlak siswa. Penelitian ini
dilakukan karena sejauh yang peneliti lihat dilokasi, bahwa guru di MTs
10
Al-Intishor belum mampu membentuk akhlak yang baik secara maksimal
pada siswa, sehingga masih ada beberapa siswa yang menerapkanakhlak-
akhlak yang tidak baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dan hal ini
perlu untuk diteliti, guna untuk meningkatkan akhlak yang baik pada
siswa di MTs Al-Intishor, dan untuk tercapainya tujuan pendidikan secara
optimal.
E. Telaah Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh Burhanudin Ilyas, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013 yang berjudul Peran Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Karakter
Siswa Kelas V di MIN Kebonagung Imogiri Bantul. Skripsi ini lebih
cenderung meneliti peran mata pelajarannya.Sedangkan penulis meneliti
tentang bagaimana peran guru aqidah akhlaknya dalam penanaman nilai
pendidikan karakter siswa. Persamaannya adalah antara peneliti dengan
penulis adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
yang menjadi perbedaannya adalah tempat atau lokasi penelitiannya.10
2. Penelitian yang dilakukan oleh Zainab, penelitian ini mengangkat
permasalahan tentang Peranan Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dalam
Pembinaan Akhlak Siswa11. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui
bagaimana peran guru bidang studi Aqidah Akhlak dalam membina
10Brhanudin Ilyas, Peran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai
Pendidikan Karakter Siswa Kelas V di MIN Kebonagung Imogiri Bantul (Skripsi : UIN Sunan Kali Jaga, 2013)
11Zainab, Peranan Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dalam Pembinaan Akhlak SiswaKelas XI MA Ittihad Al-Umam Desa Suka Makmur Tahun pelajaran 2012/2013 (Sripsi : IAIN Mataram, 2013)
11
akhlak siswa, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru
bidan studi Aqidah Akhlak dalam pembinaan akhlak siswa, dan untuk
mengetahui apa solusi guru Aqidah Akhlak dalam mengatasi kendala
pembinaan akhlak siswa.
Metode penelitian yang digunakan oleh Zainab adalah metode
kualitatif. Adapun hasil penelitiannya menyatakan bahwa, guru harus
menerapkan beberapa metode dalam membina akhlak siswa,
diantaranyayaitu: metode nasehat dan teguran, metode pemberian
kebiasaan yang baik, dan metode paksaan.
Perbedaan penelitian yang di lakukan oleh Zainab dengan peneliti
terletak pada daerah penelitiannya, peneliti meneliti di daerah jempong
barat sedangkan Zainab meneliti di Desa Suka Makmur.Perbedaan
lainnya terletak pada fokus penelitian, namun perbedaan ini tidak terlalu
berbeda, karena peneliti meneliti tentang sikap sosial siswa sedangkan
Zainab meneliti tentang akhlak siswanya.
Persamaannya terletak pada metode yang digunakan oleh masing-
masing peneliti, yakni sama-sama menggunakan metode kualitatif, dan
persamaan lainnya juga terletak pada guru mata pelajaran yang dijadikan
instrument data, yakni pada guru aqidah akhlak.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muchlasuddin, penelitian ini mengangkat
permasalahan tentang “Peran Guru Agama dalam Membina Kepribadian
12
Siswa di MTs NW Beboak Lilin ”.12 Adapun hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa guru agama adalah pembina pribadi, sikap,
pendidikan hidup anak, karena itu setiap guru agama harus berusaha
membekali dirinya dengan segala persyaratan sebagai guru, pendidik dan
pembina hari depan anak. Kemudian membina adalah membangun pribadi
anak supaya mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang
sehat dan akhlak yang terpuji. Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-
ciri dan tingkah laku dari seseorang sehingga kepribadian tersebut
meliputi juga kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, mental, minat, tabiat
dan sebagainya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka hendaklah dilaksanakan
ajaran agama islam itu dengan sebaik-baiknya.
Adapun persamaan antara peneliti Muchlasuddin dengan penulis
adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.Sedangkan
perbedaanya dilihat dari tempat penelitiannya.
F. Kerangka Teori
1. Konsep Keguruan
a. Pengertian Guru
Guru adalahorang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya
agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah, makhluk sosial, dan sebagai individu yang mampu
12Muchlasuddin, Peran Guru Agama Islam dalam Membina Kepribadian Siswa di MTs
NW Beboak Lilin” (Skripsi : STIN Mataram, 1990)
13
berdiri sendiri. Selain itu guru juga hendaknya memiliki disiplin ilmu
yang luas dan relevan dengan bidang keahliannya dan memiliki
moral/budi pekerti yang luhur sebagai contoh bagi siswa serta
professional dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pendidikan dan pembelajaran baik terhadap siswa maupun pengabdian
terhadap masyarakat.
Guru juga mempunyai peran penting di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.Setiap nafas kehidupan masyarakat tidak bisa melepaskan
diri dari peranan seorang guru sehingga eksistensi guru dalam
kehidupan masyarakat sangat diburuhkan untuk memberikan
pencerahan dan kemajuan pola hidup manusia13.
b. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun
diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apa bila kita kelompokkan
terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa14.
13Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, h.70-71. 14Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2010), h.6.
14
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam
belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,
maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih
pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan
menghadapi guru yang tidak menarik, sehinggapelajaran yang
disampaikan tidak dapat diserap oleh siswa.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, sangatlah penting
karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh
ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan pancasila.15
Tugas guru sangatlah berat, disamping ia mengajardan mendidik
siswa ia juga harus berperan aktif di lingkungan masyarakat. Oleh
karenanya, profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa sehingga
dapat menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapat
haknya secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan
melebihi profesi-profesi lain, sehingga keinginan
peningkatankompetensi guru dan kualitas belajar siswa bukan hanya
slogan di atas kertas.
15Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h.7.
15
Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan dan
pembelajaran memiliki tugas mulia, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat. Kaitannya dengan tugas guru ini terdapat
beberapa tugas pokok yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu:
1) Guru sebagai pendidik, artinya suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang dewasa secara sadar untuk membantu seseorang untuk
menjadi dewasa baik jasmani maupun rohani.
2) Guru sebagai pengajar, yaitu suatu upaya mengorganisir dan
mengelola suatu komponen dan kompetensi belajar mengajar
sehingga terjadi proses belajar mengajar pada siswa.
3) Guru sebagai pembimbing, yaitu suatu usaha membimbing siswa
dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya sehingga ia dapat
memecahkannya secara sendiri dan dapat mengembangkan
potensinya secara optimal.
4) Guru sebagai administrator, yaitu suatu koordinasi atau kerjasama
dalam pengelolaan, sehingga semua kegiatan siswa dapat diarahkan
dan dapat dicapai secara optimal.
Uraian di atas, mempertegas bahwa tugas guru selain membimbing
siswa juga diharapkan mampu menciptakan kondisi yang kondusif
(aman dan nyaman) serta fasilitas pendidikan yang baik sehingga dapat
diperoleh hasil yang memuaskan, baik dalam proses pembelajaran
maupun dari hasil pembelajaran. Selain itu guru juga diharapkan
membekali dirinya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan
16
keterampilan sehingga dapat mengajar dengan efektif. Dan guru adalah
contoh bagi siswa yang dibimbing.16
Tugas dan peran guru pada hakikatnya merupakan komponen
strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak
maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor
condisio sine quanon yan tidak mungkin digantikan oleh komponen
manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih lebih pada era
kontemporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi
suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi
keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan
zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta
pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan
yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat
mengadaptasikan diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinnya, semakin
terjamin, tercipta, dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang
sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri
bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini,
dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan
citra para guru di tengah-tengah masyarakat.17
16Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, h.76-77. 17Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 7.
17
2. Pendidikan Aqidah Akhlak
a. Pengertian Pendidikan Aqidah Akhlak
Pendidikan aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati,
dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya terhadap perilaku
akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan Qur‟an dan
Hadits.
Pendidikan aqidah akhlakbukan hanya sekedar menyampaikan
materinya, akan tetapi diterapkan pula isi dari materi pembelajaran
tersebut denganmelalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antara umat
beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa.18
b. Tujuan Pendidikan Aqidah Akhlak
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses
yang diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan. Dimana tujuan
pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam
pelaksanaan pendidikan, sebab dari tujuan pendidikan akan
menentukan kearah mana siswa itu dibawa. Karena pengertian dari
tujuan itu sendiri yaitu suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
usaha atau kegiatan selesai.
18Moh. Nur Khoirudin, “Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku Siswa” dalam https://skripsikhoirudin1987.blogspot.co.id/2010/01/hubungan-pendidikan-aqidah akhlak-terhadap-tingkah-laku-siswa.html, di akses tanggal 5 Mei 2017, pukul 08.30.
18
Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada
siswa akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam
sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
2) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat
untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang
buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
sendiri, dan dengan sesama manusia bahkan dengan lingkungan
alam disekitanya.
3) Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk
melanjudkan pelajaran kejenjang pendidikan selanjudnya.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak
Ruang lingkup merupakan objek utama dalam pembahasan
pendidikan aqidah akhlak. Maka ruang lingkup pendidikan aqidah
akhlak adalah sebagai berikut:
1) Hubungan Manusia dengan Allah
Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya
mencangkup dari segi aqidah yang meliputi:keimanan kepada sifat
wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, rasul
Allah, sifat-sifat dan Mukjizatnya dan hari kiamat.
2) Hubungan Manusia dengan Manusia
Materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan
hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang
19
baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak
yang buruk.
3) Hubungan Manusia dengan Lingkungannya.
Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap
alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas, maupun
makhluk hidup selain manusia, yaitu hewan dan tumbuh-
tumbuhan.19
3. Pembinaan Akhlak
a. Pengertian Pembinaan Akhlak
Pembinaan adalah proses atau cara perbuatan pembinaan,
pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.20
Akhlak secara bahasa(etimologi), perkataan اخا ق (akhlak) adalah
bentuk jamak dari kata لقخ (khuluq) dalam kamus Al-Munjid kata
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.21 (khuluq)خلق
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat –
sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya.
19Ibid., 20Dendi Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan EYD (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h.193 21Abdul Quddus, Islam Multidimensi MengungkapTrilogy Ajaran Islam (Gonong
Mataram : Pantheon Media Pressindo, 2007), h.171
20
Prof Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa,”akhlak ialah
kebiasaan kehendak”. Hal ini berarti bahwa apabila kehendak itu
dibiasakan, maka ia akan menjadi akhlak.22
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah
budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yang
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.23
Demikian pula imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak
adalah “suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat
melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah dilakukan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih lama. Jika sifat
tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji menurut akal dan
agama di namakan akhlak baik (akhlak mahmudah) sebaliknya jika ia
melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut akhlak buruk (akhlak
mazmumah).24
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
akhlak adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong
perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi perilaku
kebiasaan. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat
dalam jiwa, maka perbuatan dikatakan akhlak jika terpenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
22Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak)(Jakarta : Bulan Bintang, 1975). 23Ensiklopedi Pendidikan. 24Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arab Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 142
21
1.) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Jika seseorang perbuatan
tertentu hanya dilakukan sekali saja, maka belum dapat disebut
akhlak, tetapi ini baru disebut perilaku saja. Apabila perilaku ini
dilakukan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan dalam dirinya,
baru disebut akhlak, sebab perbuatan sesekali itu mungkin hanya
karena kondisi yang memaksa melakukan demikian.
2.) Perbuatan itu timbul dengan sangat mudah tanpa berfikir panjang
terlebih dahulu sehingga berperilaku spontan. Misalnya, pekerjaan
shalat. Orang yang berakhlak baik dalam shalat akan
melakukannya dengan mudah tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor
di luar shalat.25
Jadi pembinaan akhlak yaitu proses, penanaman nilai-nilai
perilaku, budi pekerti terhadap Allah swt, sesama manusia, diri
sendiri serta dengan lingkungan atau alam sekitar yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
b. Tujuan Pembinaan Akhlak
Proses pembelajaran di sekolah/madrasah yang dilakukan oleh
guru akidah akhlak adalah untuk membentuk dan membina akhlak
siswa agar menjadi menusia yang memiliki kepribadian yang
melandaskan ajaran-ajaran islam karena tujuan dari pendidikan agama
islam adalah :
25Ibid,..h. 143
22
Membentuk akhlak yang mulia serta moral yang tinggi. Para ulama lebih-lebih guru agama yang menyampaikan kepada siswanya dengan penuh perhatian dan keikhlasan berusaha menanamkan akhlak yang mulia kepada para siswa-siswinya, membiasakan mereka selalu berakhlak mulia dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara jernih dengan landasan iman dan takwa kepada allah serta mempergunakan waktu untuk belajar ilmu dunia lebih-lebih ilmu agama islam.26 Berdasarkan paparan diatas dapat kita ketahui bahwa tujuan
pembinaan akhlak adalah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
tinggi dan sempurna serta membedakan dengan makhluk-makhluk
yang lainnya.Akhlak hendak menjadikan manusia bertindak baik
terhadap manusia terhadap sesama makhluk dan kepada tuhan yang
menciptakan kita.
c. Metode-metode Pembinaan Akhlak
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Apabila metode dikaitkan dengan pendidikan islami
dapat berarti bahwa metode adalah jalan untuk menanamkan
pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam
peribadi obyek sasaran, yaitu peribadi islami.27
Adapun metode yang digunakan dalam membina akhlak yaitu :
1.) Metode Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang
paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan
26Senianto, “peranan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak
Siswa” (Skripsi, IAIN Mataram, 2014), h. 27 27Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2005), h. 143-144
23
membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial.28 Hal ini
karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang
akan ditirunya dalam tindak-tanduknya , dan tata santunnya,
disadari atau tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu
gambaran pendidik tersebut, baik ucapan atau perbuatan, baik
material atau spiritual.
Allah swt menunjukkan bahwa contoh keteladanan dari
kehidupan nabi Muhammad saw adalah mengandung nilai
Paedagodis bagi manusia (para pengikutnya) seperti ayat yang
menyatakan :
Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)
Kepribadian rasulullah yang menjadi contoh teladan itu menjadi
warisan bagi pendidik. Pendidik muslim, mestilah seperti
rasulullah yaitu menjadi teladan dan masyarakat.
28Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja (Jakarta : Raja Wali Persada, 2008), h. 40-41
24
Demikianlah metode pendidikan rasulullah saw ketika
membina akhlak anak dengan contoh teladan beliau langsung.
Bentuk pendidikan inilah yang merupakan sebaik-baiknya metode
yang dapat diterapkan pada anak. Karena lewat keteladananlah
seorang peserta didik dapat mencontoh perilaku yang baik dan
menjauhi perilaku yang jahat.
2.) Metode nasihat
Metode lain yang penting dalam pendidikan, pembentukan
keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak adalah
pendidikan dengan memberikan nasihat. Sebab nasihat itu dapat
membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu, mendorongnya
menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan
membekalinya dengan prinsip-prinsip islam.29 Al -qur‟an sendiri
penuh berisi nasihat-nasihat dan tuntunan seperti yang telah
dijelaskan dalam surat luqman.
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
29Ibid,.h.44-46
25
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. (QS. Luqman : 13)
Pada prinsipnya seorang pendidik adalah pemberi nasihat
bertugas membentuk kepribadian seseorang.Di dalam
pembentukan kepribadian itu unsur utamanya adalah pembentukan
jiwa.Di sini yang sangat diperlukan adalah transfer of value,
Pentransferan nilai-nilai.Nilai-nilai yang baik yang belum dikenal
oleh peserta didik dimasukan kedalam jiwanya, atau penguatan
nilai-nilai yang baik juga bagian dari ini.Di dalam pentransferan
nilai-nilai tersebut banyak jalan yang bisa dilaksanakan salah
satunya lewat nasihat.“Addinun nasihat”, agama itu nasihat.
3.) Metode pembiasaan
Perilaku manusia banyak ditentukan oleh kebiasaannya, bila
seseorang terbiasa melakukan kebaikan maka dengan mudah pula
dia melakukannya, begitu pula sebaliknya. Karena itu seorang anak
sejak dini sudah dibiasakan diberikan kebiasaan baik sehingga
kebiasaan itu menjadi pribadi pada dirinya. Kebiasaan adalah
bagian dari metode pembentukan kepribadian dalam islam. Nasih
Ulwan menyebutkan bahwa peserta didik mestilah di didik
pembiasaan dalam hal adab makan dan minum, adab salam, adab
meminta izin, adab majelis, adab berbicara, adab senda gurau, adab
26
tahniah (memberi ucapan selamat), adab mengunjungi yang sakit,
adab takziyah dan adab bersin.30
4.) Metode memberi perhatian
Dimaksud dengan perhatian adalah mencurahkan,
memperhatikan, dan senantiasa mengikuti perkembangan anak
dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial,
di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan
daya hasil ilmiahnya.31
Metode pendidikan anak dengan cara memberikan perhatian
kepada anak akan memberikan dampak positif, karena dengan
metode ini seorang anak akan merasa dilindungi, diberi kasih
sayang karena ada tempat mengadu baik suka maupun duka.
5.) Metode perintah dan larangan
Al -qur‟an menjelaskan bahwa menyuruh berbuat baik dan
melarang berbuat jahat adalah kewajiban setiap muslim. Pendidik
juga bertugas menyuruh peserta didik guna melakukan kebajikan
dan melarang mereka melakukan kejahatan. Dalam surat Al-
Luqman telah dijelaskan yaitu :
30Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta : Kencana
Prenada Media Grouop, 2014),.h.127 31Aat Syafaat, Ibid,.h.46-47
27
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah”.(QS.Al-Luqman)32
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru
dalam mendidik siswa harus memiliki cara atau metode agar
tercapainya pesan-pesan yang disampaikannya dan mampu
membentuk pribadi yang mulia dalam diri siswanya yang
diantaranya membiasakan siswanya melakukan hal-hal yang positif
dari sejak kecilnya, menunjukkan tauladan yang baik kepada siswa,
memberi nasehat, memberi perhatian dan hukuman serta
memperhatikan faktor kejiwaan siswa sesuai dengan tingkatan
usianya.
d. Sumber pembinaan akhlak
Sumber pembinaan yang dimaksud adalah yang menjadi ukuran
baik dan buruk atau terpuji atau tercela.Dalam konsep akhlak, segala
sesuatu itu dinilai baik dan buruk, terpuji dan tercela, semata-mata
berdasarkan al-qur‟an dan al-hadits.Oleh karena itu, sumber dari
pembinaan akhlak adalah al-qur‟an dan hadits.
32Haidar, Pendidikan Islam. Ibid, h.129
28
1.) Al-qur‟an
Alqur‟an sebagai sumber hukum dan peraturan yang mengatur
tingkah laku dan akhlak manusia. Alqur‟an menetapkan sesuatu
yang halal dan haram, apa yang boleh dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan, alqur‟an menentukan bagaimana seharusnya
tingkah laku manusia, menentukan perkara yang baik dan yang
tidak baik. Karena itu, alqur‟an menjadi sumber yang menentukan
akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini. Sebagaimana firman allah swt
dalam surat Ali-Imran ayat 138 :
Artinya :“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa”.(QS. Ali-Imran : 138)
2.) Al-Hadits
Sumber akhlak yang kedua adalah al-hadits. Pernyataan
didasarkan pada firman allah swt yang menegaskan pentingnya
seorang muslim mengikuti perintah dan larangan rasulullah saw
dan menjadikannya sebagai rujukan dan teladan dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai ekspresi kecintaannya kepada allah swt.
Firman allah dalam surat Al-Ahzab : 21 :
29
Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21).33
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain, secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-katadan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.34
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif karena data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.Bentuk dari penelitian kualitatif deskriptif ini dapat dilihat dari
format pelaksanaan penelitiannya dalam bentuk studi kasus.
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus
adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya
33Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (di Ponegoro :
Al -Aliyy), QS.Al-Ahzab : 21, h.136 34 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
h. 6.
30
kemudian mendeskripsikannya dalam bentuk naratif sehingga
memberikan gambaran secara utuh tentang fenomena yang terjadi.35
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumentseka
ligus sebagai pengumpul data sehingga keberadaannya di lokasi penelitian
mutlak diperlukan36. Kehadiran peneliti di lapangan harus dilakukan oleh
peneliti sendiri, tidak boleh diwakilkan. Sedangkan instrument pengumpul
data yang berbentuk alat-alat dan dokumen-dokumen lainnya dapat pula
digunakan, namun fungsinya hanya sebagai instrument pendukung.
Kehadiran peneliti dilapangan dalam penelitian ini sebagai tolak
ukur akan keberhasilan dalam memahami kasus yang diteliti, sehingga
keterlibatan langsung peneliti dilapangan sangat diperlukan untuk
menentukan kebenaran data yang didapat. Hal ini dilakukan dengan
semaksimal mungkin dengan dana, daya dan usaha yang bisa dilakukan
peneliti. Keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan
atau sumber data dalam hal ini mutlak diperlukan agar mendapatkan
penelitian yang ilmiah.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Al-IntishorTanjung
KarangKecamatan Sekarbela kota Mataram.Lokasi Madrasah ini bisa
dikatakan strategis karena berada di tengah-tengah pemukiman warga
tanjung karang, sehingga siswa yang ke sekolah bisa dengan berjalan
35 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan ( Jakarta: kencana, 2013), h. 47-48 36 Tim Revisi Pedoman-pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram, Pedoman Penulisan
Skripsi, h. 51.
31
kaki. Walaupun lokasi madrasah tersebut berada ditengah-tengah
masyarakat, namun hal itu tidak mengganggu proses pembelajaran
dikarenakan lokasi madrasah sudah dibuat batasan antara kawasan
masyarakat dengan lokasi sekolah dan penjagaan sekolah yang begitu
ketat sehingga warga tidak bisa memasuki lokasi tersebut seenaknya.
Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan permasalahan yang
ada di madrasah tersebut sangat sesuai dengan judul yang diangkat oleh
peneliti, yakni upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa.
Memang disetiap sekolah mungkin akan ada permasalahan yang serupa,
akan tetapi di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, sangat berbeda dengan
lokasi yang lainnya. Hal ini dikarenakan siswa di madrasah tersebut hidup
di lingkungan perkampungan dan bahkan teman mainnya di rumah juga
menjadi teman mainnya di sekolah, sehingga sulit sekali bagi mereka
membawa dirinya untuk bersikap berbeda terhadap lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakatnya.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati, dalam penelitian ini responden
memberikan jawaban yang valid sesuai dengan pertanyaaan dari
peneliti.37Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah guru Aqidah
Akhlak dan guru BK.
37Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian, h. 157.
32
Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan
dari berbagai sumber dan melalui berbagai teknik. Data dokumen
misalnya akan didekati dengan tehnik dokumenter, data perilaku sehari-
hari siswa akan didekati dengan tehnik pengamatan langsung (observasi),
sedangkan data realitas yang terjadi di sekolah dikumpulkan melalui
tehnik wawancara.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan datasesuai dengan yang diinginkan dalam
penelitian kualitatif, maka proses pengumpulan data yang paling umum
digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumen.38Beberapa teknik
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara sistematis dan terencana
yang diniati untuk memperoleh data yang di kontrol validitas dan
reabilitasnya.Selain itu observasi juga dapat di artikan sebagai
pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik observasi partisipan, sebab keterlibatan peneliti secara langsung
dan aktif dengan informan atau sumber data dalam hal ini mutlak
diperlukan.39
38 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h. 37. 39 Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 104.
33
Adapun teknik observasi ini, peneliti gunakan untuk mengamati
upaya yang dilakukan oleh guru dalam membina akhlak siswa, dan
untuk mengamati sikap atau perilaku siswa di lingkungan sekolah.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif
sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara
holistik dan jelas dari informan.
Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
wawancara nonstruktur.40
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar
(foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan
informasi bagi proses penelitian. Suharsimi mengemukakan bahwa
teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya.41
40Ibid., h. 130-134. 41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 231.
34
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya. Mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.42
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis interaktif
yang mencakup empat komponen yang saling berkaitan, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Huberman dan Miles, analisis data yang
digunakan yaitu:
a. Reduksi Data (Reduction)
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian“data mentah” yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.Sebagaimana kita
ketahui, reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu
proyek yang diorientasikan secara kualitatif.Reduksi data bukanlah
sesuatu yang terpisah dari analisis. Iamerupakan bagian dari analisis,
yang didalamnya nanti akan lebih difokuskan pada penganalisaan data
itu sendiri.43
b. Penyajian Data (Data Display)
Langkah kedua adalah penyajian data, penyajian data dibatasi
sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
42 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian, h. 248 43 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, h. 129-130.
35
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Oleh karena
itu, data yang ada di lapangan dianalisis terlebih dahulu sehingga akan
memunculkan deskripsi bagaiman upaya guru dalam membina akhlak
siswasecara lebih jelas.44
c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan,
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibilitas.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan data dapat dilakukan
dengan beberapa teknik, diantaranya adalah:
a. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud untuk menentukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu-isu yang sedang dicari. Pengamatan sangat dibutuhkan dalam
pendekatan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk menghindari data
yang tidak benar yang diperoleh dari responden yang bisa saja objek
44Ibid.,h. 131.
36
tersebut akan menutup diri terhadap fakta yang sebenarnya. Oleh
karena itu ketekunan peneliti dalam mengamati sangat dituntut lebih
serius.45
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang laindiluar data sebelumnya, hal ini
digunakanuntuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data yang diperoleh sebelumnya. Teknik Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Hal itu dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil observasi dengan data wawancara.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi yang
berkaitan.46
H. Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi ke dalam tiga bagian,
yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari
halaman judul, halaman surat pengesahan, halaman motto, halaman
persembahan, halaman abstrak, kata pengantar dan daftar isi.
45 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian, h. 329. 46Ibid.,h. 330-331.
37
Bagian inti berisi uraian penelitian mulai dari pendahuluan sampai
dengan penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satu kesatuan.
Untuk memudahkan memahami isi yang terkandung dalam skripsi ini, penulis
mensistematiskan pembahasan sedemikian rupa antara satu bab dengan bab
lainnya yang dituangkan ke dalam bab.
Bab I, berisi pendahuluan yang meliputi: konteks penelitian masalah,
disini akan dibahas mengenai gambaran substansi dari permasalahan
penelitian yang berkaitan dengan pembinaan akhlak siswa. Fokus penelitian,
berdasarkan uraian dari konteks penelitian (latar belakang) kemudian dibuat
rumusan masalah sebagai acuan dalam menentukan metode penelitian.
Tujuan dan manfaat penelitian, disini akan dijelaskan tentang tujuan dan
kegunaan penelitian berdasarkan permasalahan yang ada diantaranya, yaitu
kontribusi yang dihasilkan dari penelitian skripsi yang bersifat teoritik,
akademis maupun praktis.
Telaah pustaka, pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa penelitian ini
belum dikaji atau berbeda dengan penelitian sebelumnya dan untuk
menentukan kerangka teori.Kerangka teori (landasan teori), yaitu teori-teori
yang digunakan sebagai rujukan untuk menjawab permasalahan yang
diangkat.Metode penelitian, yaitu menjelaskan cara-cara atau metode yang
digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
Bab II, berisi gambaran umum MTs Al-Intishor Tanjung Karang yang
terdiri dari letak geografis, Keadaan Guru dan pegawai, keadaan Siswa-siswi
38
MTs Al-Intishor Tanjung Karang dan paparan permasalahan yang sedang
diteliti yaitu : Kondisi akhlak siswa Kelas IX MTs AL-Intishor Tahun ajaran
2017/2018, Upaya-upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa,
serta kendala-kendala guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa Kelas
IX MTs AL-Intishor Tahun ajaran 2017/2018.
Bab III, merupakan bagian terpenting karena didalamnya berisi tentang
Kondisi akhlak siswa Kelas IX MTs AL-Intishor Tahun ajaran 2017/2018,
Upaya-upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa, serta
kendala-kendala guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa Kelas IX
MTs AL-IntishorTahun ajaran 2017/2018.
Bab IV, merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dan
penutup. Dan pada bagian akhir, berisi daftar pustaka.
Demikian gambaran sekilas mengenai sistematika pembahasan dalam
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan kepada
penulis agar apa yang nantinya penulis dapatkan
Dalam penelitian ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca yang
diharapkan bisa menjadi ilmu yang dapat diamalkan, sehingga menjadi
ladang amal jariyah bagi penulis.
39
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Intishor Tanjung
Karang Kec. Sekarbela Kota Mataram
Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, serta
dokumentasi resmi dari pihak sekolah, maka peneliti memperoleh data
sebagai berikut :
1. Sejarah MTs Al-Intishor Tanjung Karang
Madrasah Tsanawiyah Al Intishor didirikan tahun 2000 dengan SK
Pemerintah Nomor wx/3-d/pp.03.2/1280/2001, tanggal 04 Agustus
2001 penerbit SK ditanda tangani oleh Kakanwil Departemen Agama
Provinsi Nusa tenggara Barat dengan nomor statistik 211527101019
dan telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Negara dengan nilai B
(Baik). Madrasah Tsanawiyah Al Intishor ini dibangun berasarkan
partisipasi masyarakat dalam memajukan pendidikan di desa Bendega
Tanjung Karang Sekarbela47.
MTs Al-Intishor merupakan salah satu lembaga formal yang
berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Islamiyah Al-
Intishor dipimpin oleh TGH Suba‟i, Beliau wafat pada tahun 1884 dan
digantikan oleh putra pertamanya yang bernama TGH ZAINUDDIN
SB sampai saat ini dengan SK Pemerintah Nomor
kd.19.07/4/PP.00/222/2012 pada tanggal 05 Nopember 2012 dengan
nomor statistik 510052710007, Madarasah Tsanawiyah Al Intishor ini
dibangun diatas tanah seluas 1400 m2.
47Dokumentasi, 4 Desember 2017
39
40
Madrasah Tsanawiyah Al Intishor Tanjung Karang Sekarbela
Kota Mataram, dari sejak berdirinya sampai saat ini sudah mengalmi
beberapa kali pergantian kepemimpinan (Kepala Madrasah).
Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala
madrasahpada MTs Al-Intishor adalah :
No Nama Lama Jabatan Status Kepegawean
1. Drs. H. Subuhi 2000 – 2001 PNS
2. Joharah, S.PdI 2001 – 2004 PNS
3. M. Zainuri, A. Ma 2004 – 2007 PNS
4. Iin Ariyani, S.PdI 2007 – 2008 Pensiun
5. Dra. Sukraeni 2008 – 2010 Kepala MA Al Intishor
6. Ratnawati, S.PdI 2010 – sekarang Aktif
2. Visi dan Misi MTs Al-Intishor Tanjung Karang
a. Visi
Menciptakan insan kamil yang memiliki daya nalar tinggi,
berkualitas, berprestasi, berkepribadian islam dan berkesetaraan48.
b. Misi
1.) Menumbuh kembangkan kreatifitas dan meningkatkan
profesional dalam melaksanakan tugas
2.) Membangkitkan minat belajar dan berlatih untuk mencapai
perestasi yang unggul
3.) Menciptakan lingkungan Madrasah yang islami, bersih, indah,
tertib, aman dan nyaman dalam suasana kekeluargaan
4.) Mengintensifkan KBM
5.) Menumbuhkan prinsip kebersamaan dan rasa tanggung jawab
yang tinggi.
48Dokumentasi, 4 Desember 2017
41
3. Profil MTs Al-Intishor Tanjung Karang49
Adapun profil Madrasah Tsanawiyah Al Intishor Tanjung Karang
Sekarbela Kota Mataram sebagai berikut :
Nama Madrasah MTs Al Intishor
No. Statistik Madrasah 121252710014
Akreditasi B
Alamat Sekolah Jl. Sultan Salahuddin No. 141
Desa/Kecamatan Bendega Tanjung Karang Seakrbela
Kabupaten/Kota Mataram
Propinsi Nusa Tenggara Barat
Telepon/HP 0370 629 790
Tahun Berdiri 2000
NPWP Madrasah 029650108911000
Status Sekolah Swasta
No. Akta Pendirian yayasan 30.14/08/1993
Luas Bangunan 1400 m2
Letak Geografis Pantai
Kepemilikan Yayasan
SK Terdaftar Tanggal 04 Agustus 2001
Nomor SK No. wx/3-d/pp.03.2/1280/2001
Nama Organisasi Induk Yayasan Pondok Pesantren
Islamiyah l Intishor
49Dokumentasi, 4 Desember 2017
42
4. Letak Geografis MTs Al-Intishor Tanjung Karang
MTs Al Intishor terletak di desa Bendega Tanjung Karang
Sekarbela, adapun batas –batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Pemukiman Penduduk
Sebelah Selatan : Jalan raya
Sebelah Timur : Pemukiman Penduduk
Sebelah Barat : Gudang Kayu
Jadi, berdasarkan letak geografis MTs Al Intishor berada dekat
pemukiman penduduk dan hal ini memberikan kemudahan untuk
warga tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi lagi, tapi meskipun
demikian tidak berarti menjadi penghalang untuk Madrasah
Tsanawiyah Al Intishor mendulang prestasi dan bersaing dengan
sekolah-sekolah lainnya.
5. Keadaan Guru dan Pegawai Tenaga Pengajar MTs Al-Intishor
Tanjung Karang
Jumlah seluruh personil madrasah sebanyak 20 orang terdiri atas
seorang Kepala Madrasah, 18 orang Tenaga Pendidik, 2 orang tenaga
kependidikan. Tenaga Pendidik dan kependidikan cukup, namun perlu
peningkatan kemampuan profesional dan beban mengajar yang
maksimal dari tenaga pendidik dan kependidikan50.
Adapun daftar nama-nama guru tahun pelajaran 2016/2017
sebagai berikut :
No Nama Jabatan Mapel
Jam
Perminggu Jm
l
Jam
Tugas
Tamba
han
Tot
al VI
I
VIII I
X
1. Ratnawati,
S.PdI
Kamad Matematik
a
6 6 18 24
50Dokumentasi, 4 Desember 2017
43
2. Rizcha Okta A
zari, S.Pd
Wakamad Matematik
a
5 5 10 12 22
3. Dra. Sukraeni IPA 5 5 5 15 15
4. Muhibit Tobiri
n, SP
Waka
Kesiswaan
Penjas
Orkes
3 3 2 8 12 20
5. Paozan, S.PdI Koor.Mapel
Agama
Akidah
A/SKI
4 4 4 12 12
6. Ribaen, S.Pd KTU Fiqih 2 2 2 6 6
7. Sumiyati, S.Pd BK 2 2 2 6 6
8. Hujaefah,
S.PdI
Wali Kelas
VIII
PKn 3 3 3 9 2 11
9. M. Saiful Fah
mi MF, S.HI
Pembina
Osis
Seni
Budaya
3 3 3 9 2 11
10. Pajri Mulya Pe
rmana,S.PdI
Penjaga/Wa
li Kelas VII
Quran H 2 2 2 6 4 10
11. Siti Syuryani,
S.Pd
B.
Indonesia
6 6 6
12. Haeroni, S.Pd Kepala
perpustakaa
n
Bhs.
Indonesia
6 6 12 12 24
13. Yuliana, S.Pd IPS 4 4 4 12 12
14. Drs. Marni Bhs. Arab 3 3 3 9 9
15. Aswadi, S.Pd Wali Kelas
IX
Bhs.
Inggris
4 4 4 12 2 14
44
6. Keadaan Siswa MTs Al-Intishor Tanjung Karang.51
Adapun jumlah siswa tiga tahun terakhir dan persentase kelulusan
pada MTs Al Intishor sebagai berikut :
No Tahun
Kelas % Kelulu
san VII VIII IX
L P Jlh L P Jlh L P Jlh
1. 2012/2013 9 11 20 8 9 17 6 9 15 100%
2. 2013/2014 14 15 29 6 9 15 8 9 17 100%
3. 2014/2015 15 7 22 14 15 29 6 9 15 100%
4. 2015/2016 17 5 23 15 7 22 14 15 29 100%
5. 2016/2017 10 4 14 17 5 23 14 6 20 100%
Daftar nama siswa MTs Al Intishor tahun pelajaran 2016/2017
No No. Induk Nama JK Kelas 1. `0313 Afan Ardian Aziz L IX 2. `0314 Ahmad Yusuf Az Zuhri L IX 3. `0315 Hasbiyalloh L IX 4. `0316 Heriawan L IX 5. `0318 Hilwan L IX 6. `0319 Iqozul Humam L IX 7. `0320 Khoirul Lutfi L IX 8. `0321 Miftahul Warok P IX 9. `0322 Muhammad Arhamulloh L IX 10.
`0323 M. Ashfin Zulfikar Suryono L
IX
11. `0324 Muhammad Sultan L IX 12. `0325 Nasarudin L IX 13. `0326 Ramli L IX 14. `0327 Safwan Hadi L IX 15. `0329 Siti Khaerun Nisa P IX 16. `0330 Susilawani P IX 17. `0331 Zaeni Wahyudi L IX 18. `0332 Dwi Nur Astuti P IX
51Dokumentasi, 4 Desember 2017
45
19. `0333 Herman L IX 20. „0297 Ahmad Sudirja L IX 21. „0373 Edy L IX 22. 0336 Aden Hurun In P VIII 23. 0337 Ahmad Mukarromi L VIII 24. 0338 Alpia Sahri P VIII 25. 0339 Fairuz Rahmawati P VIII 26. 0340 Fajri L VIII 27. 0341 Hairul Imam Wahyudi L VIII 28. 0342 Ibnu Atoillah L VIII 29. 0343 Ikhlas L VIII 30. 0344 Irfan Fauzi L VIII 31. 0345 Irmawati P VIII 32. 0346 Istiqomah P VIII 33. 0347 Muhammad Abdul Kadir L VIII 34. 0348 Muhammad Rifqy L VIII 35.
0349 Muhammad Syaebatul Hamdi L
VIII
36. 0350 Muhammad Yasin L VIII 37. 0351 Nabila L VIII 38. 0352 Nur Hidayati P VIII 39. 0353 Nurul Sukmawati P VIII 40. 0354 Tirta Ali Akbar P VIII 41. 0355 Ziada Alim L VIII 42. 0356 Ziadi Ropi L VIII 43. 0357 Huzaemah P VIII 44. 0358 M. Iqbal surya Bakti L VIII 45. `0358 Ahfaz Rizaldi L VII 46. `0359 Angsori L VII 47. `0360 Aria Rohit L VII 48. `0361 Bahrul Muhit L VII 49. `0362 Hasbi Rizkyl Ahadi L VII 50. `0363 Hendrawan L VII 51. `0364 Hifzia Nurbayani P VII 52. `0365 Iqlima Wulandari P VII 53. `0366 Muhamad Ridho Rizki L VII 54. `0367 Rida Urro'yan P VII 55. `0368 Sahrul Sidik L VII 56. `0369 Sopian Hidayat L VII 57. `0370 Wizdan L VII 56. „0371 Nurul Sukmawati P VII
46
Kegiatan-kegaitan yang dilakukan oleh para siswa di MTs Al-
Intishor adalah :
1) PSB / MOS : berjalan baik, tata tertib madrasah belum sampai dibagi
dan dipelajari oleh siswa52;
2) Pembinaan Kesiswaan: telah berjalan baik, penanganan siswa yang
melakukan pelanggaran, masih perlu peningkatan sehingga tidak
terkesan lambat;
3) Kegiatan OSIS/OSIM : kegiatan OSIM berjalan sesuai dengan
program;
4) Layanan dan Konseling : Kegiatan konseling berjalan lancar sesuai
program;
5) Kegiatan Ekstrakurikuler : berjalan lancar antara lain :
Pramuka
Teater
Karate
Imtaq53
7. Keadaan Sarana dan Prasarana
No Jenis Prasarana
Milik Usia Bangunan Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
Luas (cm2)
jml Luas (cm2)
Jml Luas (cm2)
jml
1. R. Kepala Madrasah
16 1 11 th
2. R. Lab. IPA 36 1 6 th 3. R. Lab.
Komputer 16 1 7 th
4. R. Lab. Keagamaan
36 1 6 th
5. R. Perpustakaan 36 1 7 th 6. R. Guru 56 1 6 th 7. R. Kelas 30 1 30 2 12 th 8. R. Tata Usaha 16 1 7 th
52Dokumentasi, 4 Desember 2017 53Dokumentasi, 4 Desember 2017
47
9. R. Konseling 6 th 10. R. UKS 16 1 7 th 11. R. Osis 16 1 7 th 12. R. Sirkulasi 23 2 13. Musolla 48 1 19 th 14. Gudang 6 1 15. LapanganOlah
Raga
16. WC Guru 8 1 1 th 17. WC Siswa 8 3 1 th
Adapun daftar jumlah buku yang ada di MTs Al intishor adalah
sebagai berikut:54
No Nama Buku Kelas
Total VII VIII IX
1. B. Indonesia 20 21 49 90 2. B. Inggris 30 25 46 101 3. MTK 26 37 45 108 4. IPA 58 78 76 212 5. IPS 20 31 31 82 6. PKn 9 11 12 32 7. SKI 4 7 10 21 8. Fiqih 8 12 10 30 9. Akidah Akhlak 5 10 5 20 10. Quran Hadist 13 12 11 36 11. B. Arab 8 3 10 21 12. Seni Budaya 3 3 4 10 13. TIK 2 2 1 5 14. Penjas Orkes 1 1 1 3
B. Kondisi Akhlak Siswa Kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang.
Gambaran kondisi akhlak siswa dan siswi MTs Al-Intishor Tanjung
Karang tampak pada hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
informan di lokasi penelitian.
Ketika peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di
dalam kelas, tampak beberapa siswa tidak konsen dalam mengikuti
54Dokumentasi, 4 Desember 2017
48
pelejaran. Pada saat proses belajar berlangsung, siswa-siswa tersebut tidak
memiliki perhatian pada pelajaran, mereka malah mengobrol, main-main
dan bikin gaduh di dalam kelas. Kelakuan siswa tersebut tidak hanya
tampak pada satu mata pelajaran, namun tampak pada semua pelajaran.
Penasaran dengan kondisi siswa-siswa tersebut, peneliti berupaya
untuk terus mengamati kondisi mereka, termasuk ketika mereka berada di
luar kelas.Ketika mereka berada di luar kelas, siswa tersebut ternyata suka
merokok dan suka berkata kotor. Mereka memiliki kelompok gaul
tersendiri di sekolah. Dan mereka suka berkumpul dengan kelompoknya
tersebut ketika jam istirahat. Dalam kelompok gaul tersebut sering sekali
mereka menggunakan kata-kata kotor, seperti sumpret, sundal, monyet dan
lain-lain. Tidak hanya itu, bahkan mereka juga pernah kepergok berkelahi
dengan temannya di kantin sekolah dan dipanggil ke guru Bimbingan
Konseling (BK).
Di samping itu, siswa tersebut sering datang terlambat dan tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.Dan oleh karena itu sering
mendapat hukuman dari guru mata pelajaran.Pernah ketika berlangsung
pembelajaran Aqidah Akhlak, siswa-siswa tersebut dihukum berdiri di
depan kelas beberapa saat, karena mereka tidak mengumpukan tugas LKS
yang sudah diberikan pada minggu sebelumnya.
Untuk mendalami lebih lanjut hasil observasi tentang kondisi siswa
tersebut di atas, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas, yaitu
49
Bapak Aswandi, dalam keterangannya, Bapak Aswandi menyatakan
sebagai berikut:
Kondisi akhlak siswa kami memang sedikit bermasalah, tetapi kami juga memiliki siswa yang memiliki akhlak yang baik, berdasarkan pengalaman serta kondisi yang sering kami jumpai terhadap akhlak siswa, kami lebih banyak menjumpai akhlak-akhlak siswa yang tidak baik seperti masih melontarkan kata-kata kotor kepada temannya, dalam hal lain juga siswa kami sering terlambat masuk kelas, bolos, dan nilai kerapiannya pun masih kurang, sehingga aturan-aturan sekolah belum bisa mereka (siswa) itu terapkan dengan baik.55
Kondisi tersebut terjadi, bukan karena kurangnya pembinaan akhlak
yang dilakukan oleh para guru dan wali kelas. Namun, lebih karena
kebiasaan dan gaya pergaulan mereka.Lebih lanjut Aswandi menjelaskan:
Kebiasaan siswa berkata kotor dan berkelahi lebih disebabkan oleh karena pergaulan dan gaya gaul mereka. Guru dan Wali Kelas sudah memberi nasehat agar anak-anak menghindari kata-kata kotor dalam pergaulan. karena kata-kata kotor itu dosa, namun tidak mempan karena mereka lebih banyak bergabung bersama temannya dari pada dengan gurunya. sedangkan perilaku tidak disiplin terjadi karena anak-anak ini sebagian merupakan anak nelayan, yang kadang-kadang malam harinya mereka ada yang ikut melaut bersama keluarganya. sehingga telat datang ke sekolah.
Lebih lanjut, Bapak Pajrin mengatakanbahwa : Pada kenyataannya siswa di MTs Al-Intishor masih saja membawa kebiasaannya dari masyarakat ke sekolah, seperti berbicara kotor, dan menghina orang lain, beberapa sikap inilah yang membuat saya dan guru-guru merasa kesulitan dalam membina akhlak siswa.Oleh karena itu, sebisa mungkin saya dan guru-guru mengupayakan pembinaan akhlak yang baik terhadap siswa dengan mengajarkan atau mencontohkan akhlakul karimah terhadap siswa.Beberapa permasalahan yang muncul dilingkungan sekolah, seperti perkelahian yang pernah terjadi dalam suatu kasus, yang berawal dari saling mengejek dan berakhir dengan percekcokan, dan bahkan sampai pada perkelahian yang menyebabkan siswa tersebut memukul temannya sendiri hingga kepala temannya terluka. Namun hal ini sudah terbiasa dalam lingkungan masyarakat siswa tersebut, sehingga ketika mereka melakukan hal yang demikian, mereka tidak
55Aswandi, Wali Kelas IX di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 5 Desember
2017.
50
merasa canggung lagi karena hal tersebut sudah terbiasa di lingkungan masyarakat tempat siswa tersebut tinggal.56
Lebih lanjut, Bapak Faesi Fahrozi memaparkan, bahwa :
Saya selaku pembinaan imtaq disini melihat akhlak siswa kami memang bermasalah bu, karena keseharian mereka seperti yang sering saya lihat ketika mereka bercanda dengan teman-temannya, serring saya mendengarkan ucapan ataupun kata yang kotor dan kasar kepada temannya, bahkan kemaren-kemaren sempat ada kejadian perkelahian yang disebabkan saling mengejek, melontarkan kata-kata ang kasar dan kotor, sehingga menimbulkan suatu konflik yaitu perkelahian, tapi kami sebagai guru tetap mengawasi mereka dan mendidik mereka meskipun belum ada perubahan, tapi mau kaya gimana lagi yang namanya usaha kadang berhasil dan kadang juga tidak, tapi yang penting kami tetap berusaha bu, karena yang kami pahami, sekeras-kerasnya hati manusia, apabila kita mendidik dengan cara yang baik pasti akan lulu juga, ya begitulah bu seperti yang saya katakan tadi, begitulah akhlak siswa kami disini.57
Lebih lanjut, Bapak Rizcha Okta Azari memaparkan, bahwa :
Dalam hal akhlak, pastilah memiliki perbedaan, seperti siswa dan siswi kami disini, yang saya lihat akhlak siswa disini cukup bermasalah karena siswa disini memiliki kebiasaan buruk dalam bergaul dengan temannya, terkadang saya melihat mereka sering bertingkah laku buruk seperti yang saya sering dengar, ketika siswa kami bercanda dengan temannya, mereka sering melontarkan kata-kata kotor ataupun yang tidak enak didengar, seperti, sundel, sumpret, monyet dan lain-lain. Tapi dalam hal ini kami masih berusaha untuk tetap mendidik mereka karena itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai seorang guru. Ya mudah-mudahan apa yang kami lakukan ini ada hasilnya bu.58
Dalam hal akhlak, seperti yang telah diparkan di atas, pihak sekolah
(guru) memiliki kesulitan dalam menangani problematik siswa,
dikarenakan siswa memiliki kebiasaan atau akhlak yang kurang
baikseperti : berbicara kotor, dan menghina teman. Adapun pelanggaran
56Pajrin, Guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 5
Desember 2017. 57Faesi Fahrozi, Pembina Kegiatan Imtaq di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara,
5 Desember 2017 58Rizcha Okta Azari, Waka Kurikulum di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 5
Desember 2017.
51
yang lain yang dilakukan oleh siswa yaitu :sering bolos, terlambat masuk
kelas, dan kurang kedisiplinan.
Dalam hal ini, guru berusaha membangun upaya dalam membina
akhlak siswa yang bertujuan untuk merubah atau mengasah kepribadian
siswa serta melatih siswa untuk terbiasa mementingkan nilai-nilai religious
dan menjadi siswa yang memiliki akhlak yang lebih baik.
C. Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas IX
MTs Al-Intishor Tanjung Karang
Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru-guru di MTs Al-Intishor
Tanjung Karang dalam membina akhlak siswa sebagaimana yang telah di
paparkan oleh Bapak Aswandibahwa :
Terkait dengan pembinaan akhlak siswa di MTs Al-Intishor ini, kita sebagai guru telah melakukan usaha pembinaan seoptimal mungkin, untuk membimbing dan mengarahkan siswa disini, akan tetapi lingkungannyalah yang mempengaruhi mereka (siswa) dengan akhlak-akhlak yang tidak baik, seperti berkata kotor, menggunjing teman bahkan pelanggaran yang lain seperti sering bolos, sering mengeluarkan baju, bahkan telat masuk kelas. Di sekolah kita sering mengajarkan akhlak yang baik kepada siswa maupun siswi kami seperti, kami mengajarkan bagaimana bertutur kata yang baik, bertingkah laku yang baik, akan tetapi setelah mereka (siswa) kembali ke lingkungan tempat tinggalnya, mereka terpengaruh lagi dengan kebiasaan (akhlak) yang tidak baik akibat orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggalnya, sehingga guru kesulitan dalam membina akhlak siswa karena setiap harinya mereka akan tetap terpengaruh oleh sikap dan kebiasaan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah (guru) dalam membina akhlak siswa kami disini seperti ; kami sering melibatkan mereka dalam hal yang positif, menyuruh mereka untuk mengikuti kegiatan imtaq yang kami adakan setiap hari jum‟at, serta kami para guru pun berusaha untuk bekerja sama dengan orang tua siswa dalam melakukan pembinaan akhlak siswa itu sendiri.59
59Aswandi, Wali Kelas IX di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 6 Desember
2017.
52
Lebih lanjut, Bapak Faesi Fahrozi memaparkan bahwa, Kami sebagai guru disini tetap melakukan suatu usaha dalam membina akhlak siswa kami, saya selaku pembina imtaq selalu mengadakan acara ataupun kegiatan imtaq setiap hari jum‟at, usaha yang kami lakukan ini bertujuan agar siswa bisa membiasakan diri dalam mengutamakan nilai-nilai religious terutama dalam hal berakhlak, selain dari itu, kami juga bekerja sama dengan orang tua siswa guna untuk bisa meningkatkan akhlak yang baik kepada siswa, karena tidak mungkin dalam satu hari kami harus mendidik mereka, lagian kami disini sebagai orang tua kedua bagi siswa, yang dimana kami memiliki keterbatasan waktu dalam mendidik siswa-siswa kami, oleh sebab itu, kami menginformasikan kepada para orang tua siswa untuk bisa mendidik anaknya dengan baik. Karena menurut saya apabila kita bekerja sama seperti itu pastilah akan ada hasilnya, ya walaupun sekarang belum ada perubahan, tapi suatu saat pasti akan tetap ada perubahan pada diri mereka, yang penting kami tetap berusaha.60 Lebih lanjut, Bapak Rizcha Okta Azari memaparkan, bahwa : yang namanya sekolah pasti akan tetap ada masalah, apalagi berkaitan dengan pembinaan akhlak, seperti yang sudah kami lihat dan kami dengar dari kebiasaan siswa kami, ya memang bermasalah akan tetapi kami sebagai guru memiliki tanggung jawab dan usaha dalam membina akhlak mereka, adapun usaha yang kami lakukan seperti kami mengadakan pembinaan imtaq yang pimpin oleh bapak faesi fahrozi, dan kami juga melakukan hubungan kerja sama dengan orang tua siswa, karena menurut kami sebagai guru disini, sebenarnya yang sangat berperan dalam membina akhlak siswa itu adalah orang tua siswa itu sendiri, karena kami hanyalah sebagai orang tua kedua mereka, yang dimana kami dan siswa memiliki keterbatasan waktu untuk bisa bersama mereka, jadi dengan keadaan seperti itu, kami sebagai guru memberikan informasi kepada para orang tua siswa unutk bisa lebih memperhatikan pergaulan anaknya. karena kami juga memiliki keterbatasan, apalagi kami juga memiliki keluarga, jadi, tidak mungkin kalau dalam waktu satu hari kami harus terus bersama mereka, ya karena keadaannya seperti itu, kami melakukan usaha seperti yang dikatakan tadi, membina akhlak siswa melalui pembinaan imtaq, dan bekerja sama dengan orang tua siswa.61
Lebih lanjut, bapak pajrin memaparkan sebagai berikut :
60Faesi Fahrozi, Pembina Kegiatan Imtaq di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara,
6 Desember 2017 61Rizcha Okta Azari, Waka Kurikulum di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 6
Desember 2017.
53
Siswa dan siswi di sini pada dasarnya sudah kami didik, seperti kami mendidik mereka atau mengajarkan mereka bagaimana bersikap dan bertutur kata terhadap guru, teman sebaya, ataupun orang-orang yang lebih tua darinya (siswa).Namun siswa kami disini masih saja membawa kebiasaan dari lingkungan tempat tinggalnya ke sekolah ini.Yang dimana pada awalnya siswa kami menerapkan akhlak yang baik ketika berada di sekolah, akan tetapi ketika mereka (siswa) kembali ke lingkungan tempat tinggalnya siswa kembali lagi menerapkan akhlak yang tidak baik yang disebabkan oleh orang-orang (masyarakat) yang berada di lingkungannya.62 Berbagai usaha yang dilakukan oleh guru dalam membina akhlak
siswa, terutama guru aqidah akhlak. Adapun usaha-usaha yang dilakukan
oleh guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa diantaranya yaitu :
1. Melakukan pendekatanpembelajaran personal dengan siswa
Dalam upaya membina akhlak siswa perlu adanya melakukan
suatu pendekatan, adapun pendekatan yang dilakukan oleh guru aqidah
akhlak sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Bapak Pajrin, bahwa :
Upaya yang saya lakukan dalam membina akhlak siswa dengan cara melakukan pendekatan personal, yang dimana pendekatan yang saya lakukan ini menurut saya bisa membantu saya dan siswa dalam membangun sebuah hubungan atau komunikasi yang baik, sehingga saya maupun siswa saya bisa lebih terbuka untuk menceritakan masalah pribadi maupun non pribadi yang menyebabkan siswa itu menerapkan akhlak yang buruk ketika berada di lingkungan sekolah. pendekatan ini biasa saya terapkan ketika saya mengajar di dalam kelas, dan dengan adannya usaha yang saya lakukan ini saya mudah berinteraksi bebas dengan siswa yang memiliki kebiasaan buruk tersebut, sehingga saya bisa mengetahui problematik yang membuat siswa tersebut bersikap kurang baik terhadap teman sebaya, guru maupun orang yang lebih tua dari siswa itu sendiri.63
2. Membiasakan siswa dalam menerapkan akhlak mulia
62Pajrin, Guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 6
Desember 2017. 63Pajrin, Guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 6
Desember 2017.
54
Selain pendekatan personal yang dilakukan guru aqidah akhlak
dalam membina akhlak siswa, guru aqidah akhlak juga membiasakan
nilai-nilai budi pekerti terhadap siswa sebagaimana yang paparkan
oleh Bapak Pajrin, bahwa :
ketika membiasakan nilai nilai budi pekerti seperti : membiasakan siswa untuk mengucapkan salam ketika masuk kelas, menghormati guru dan tolong menolong baik dengan teman sebayanya, guru maupun orang lain. saya berusaha untuk membimbing siswa untuk membiasakan nilai-nilai budi pekerti tersebut, upaya ini saya lakukan guna untuk membangun kepribadian siswa dan mengutamakan nilai-nilai religious pada siswa.64
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di dalam
kelas, bahwa guru memang membiasakan siswa denngan nilai-nilai
budi pekerti di dalam kelas, dengan melakukan upaya seperti yang
disebutkan di atas, siswa dapat melakukan atau menerapkan usaha
yang dipaparkan oleh guru aqidah akhlak.
3. Melalui pembinaan imtaq
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan melalui pembinaan imtaq,
siswa dapat terhindar dari kenakalan remaja yang kerap kali terjadi
pada generasi muda, keterlibatan siswa pada pembinaan imtak dapat
membiasakan siswa untuk mengutamakan nilai religious dalam
kehidupannya, dan menghindarkan siswa dari kenakalan remaja seperti
pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tawuran, mencuri dan
kekerasan.
64Pajrin, Guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 6
Desember 2017
55
Pembinaan imtaq yang di adakan di sekolah setiap hari jum‟at pagi.
Seperti yang dituturkan oleh bapak Faesi Fahrozi, bahwa :
Kegiatan imtaq yang kita laksanakan setiap hari jum‟at di Madrasah ini berjalan begitu efektif.Dalam kegiatan ini semua siswa ikut berpartisipasi dalam melaksanakan rangkaian demi rangkaian seperti sholat dhuha, membaca asmaul husna, membaca al-qur‟an (yasinan), dan mendengarkan ceramah. Selain itu, ada beberapa aturan yang kita (pihak madrasah dan pembina) terapkan dalam kegiatan ini, misalnya melakukan penjadwalan terhadap siswa secara bergiliran, seperti penjadwalan siswa untuk bergantian piket dalam menyampaikan ceramah ataupun pidato bahasa arab.65
Lebih lanjut, menurut penuturan seorang siswa yang bernama Zaini
Wahyudi, mengenai pembinaan imtaq di MTs Al-Intishor, siswa
tersebut mengatakan, bahwa :
Kegiatan pembinaan imtaq yang diadakan setiap hari jum‟at pagi sangat membantu saya beserta teman-teman dalam mengasah kepribadian maupun akhlak kami, dengan adanya kegiatan pembinaan imtaq para guru kami selalu memberikan arahan yang baik terhadap kami, mereka mengajarkan kepada kami bagaiman cara bertutur kata serta bersikap baik terhadap guru, teman maupun orang yang lebih tua dari kami.66
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari jum‟at,
bahwa siswa di MTs Al-Intishor mengikuti kegiatan imtaq dengan
tertib, siswa datang ke sekolah lebih awal dan langsung memasuki
kawasan musholla, serta melaksanakan sholat dhuha dan mengikuti
berbagai rangkaian kegiatan seperti membaca al-qur‟an (yasinan),
membaca asmaul-husna dan mendengarkan ceramah. Adapun yang
65 Faesi Fahrizi, Pembina Kegiatan Imtaq di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara,
8 Desember 2017 66 Zaini Wahyudi, Siswa di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 8 Desember
2017
56
menyampaikan ceramah (kultum) adalah siswa, penyampaian kultum
dilakukan secara bergilir, pada tiap-tiap kelas.
4. Melakukan kerja sama dengan orang tua siswa dalam membina akhlak
siswa.
Pembinaan akhlak siswa bukan hanya dilakukan oleh guru di
sekolah saja, akan tetapi pembinaan akhlak siswa juga harus dilakukan
oleh orang tua siswa di rumah. Dalam hal ini, guru dan orang tua harus
bekerja sama dalam membina akhlak siswa, hal ini dilakukan karena
orang tua siswa dan guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mendidik dan mengajarkan segala hal pada siswa. Sebagaimana yang
katakan oleh Bapak Rizcha Okta Azari, bahwa :
Kerja sama yang dilakukan guru dan orang tua siswa berjalan dengan baik, orang tua siswa sangat mendukung terhadap pembinaan anak-anaknya dan bahkan menyerahkan semua tanggung jawabnya di Madrasah ini, dan orang tua siswa juga sangat percaya terhadap pembinaan guru-guru disini, akan tetapi, seharusnya tidak semua tanggung jawab dalam mendidik siswa diserahkan kepada kita (guru) semua, karena siswa tidak hanya beraktivitas di Madrasah saja, akan tetapi mereka (siswa)lebih banyak beraktivitas di lingkungan rumahnya masing-masing, sehingga guru tidak bisa mengotrol siswa jika sudah keluar dari lingkungan Madrasah, kalupun bertemu di luar lingkungan Madrasah guru hanya bisa mengawasi kelakuan siswa, dan jika kelakuan siswa tidak menampakkan akhlak yang baik, maka guru menegurnya ketika siswa berada di lingkungan Madrasah.67
Lebih lanjut, Bpak Pajrin mengatakan, bahwa :
Dalam melakukan hubungan kerja sama antara saya ataupun guru-guru yang lain dengan orang tua siswa cukup baik, karena orang tua siswa juga terkadang sering menanyakan bagaimana kemajuan ataupun keadaan anaknya kepada kami, kami disini terus berusaha untuk bisa menjaga hubungan dengan orang tua siswa, apalagi kami memiliki
67 Rizcha Okta Azari, Waka Kurikulum di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 8
Desember 2017.
57
tanggung jawab yang sama dalam membina akhlak siswa, walaupun sebenarnya merekalah yang lebih berperan dalam membina akhlak siswa, karena kami memiliki keterbatasan waktu di Madrasah dan siswa lebih banyak waktu luang di luar Madrasah (tempat tinggal) siswa.68 Kerja sama guru dan orang tua siswa sangat diperlukan, guna
mencapai kesuksesan siswa dalam membina akhlak siswa. Kerja sama
yang baik berdampak pada komunikasi yang baik pula, sehingga guru
dapat menukar informasi dengan orang tua siswa, terkait dengan
perkembangan siswa di rumah dan orang tua siswa juga dapat
mengetahui bagaimana kelakuan anaknya di sekolah, sehingga orang
tua siswa dapat mendidiknya di rumah.
D. Kendala Guru Aqidah Akhlak dalam Upaya Membina Akhlak Siswa
Kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang
Dalam membina akhlak siswa pasti ada kendala-kendala yang
dihadapi kepala sekolah dan guru-guru. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan Bapak Aswandi, mengatakan bahwa :
Kalau mengenai kendala atau kesulitan itu pastilah ada dalam segala sesuatu hal, namun seorang guru harus pintar-pintar dalam menyikapinya.Diantaranya dalam pembinaan akhlak ini adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dan sangat membutuhkan kemampuan guru yang inovatif dan kreatif dalam pembelajarannya.Kendala yang paling sering adalah terkendalanya pembelajaran karena akhlak dari masing-masing siswa yang beragam.69
Lebih lanjut Bapak Rizcha Okta Azari mengatakan kendala-kendala
yang dihadapi sekolah ataupun guru dalam membina akhlak siswa,
68Pajrin, Guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 8
desember 2017. 69Aswandi, Wali Kelas IX di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 8 Desember
2017.
58
Bahwasannya kendala yang dihadapi sekolah khususnya guru mata pelajaran aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa adalah disebabkan oleh faktor individu, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.70
Lebih lanjut, hasil wawancara dengan Bapak Pajrin, mengenai
kendala-kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam membina
akhlak siswa yaitu:
Kendala yang saya hadapi yaitu sebagian siswa-siswi hanya sebatas mendengarkan saja mengenai apa yang telah saya jelaskan, baik berupa pengetahuan maupun nasehat. Tetapi disamping itu bukan hanya individu itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan keluarga dan lingkungan.Kebanyakan siswamasih membawa akhlak maupun kebiasaan buruk dari lingkungan hidupnya ke sekolah, sehingga teman-teman yang berbaur dengan siswa ini terkadang terpengaruh dengan sifat buruknya.Dan kendala yang paling dirasakan oleh saya yaitu faktor individu (akhlak siswa yang berbeda).71
Lebih lanjut, siswa yang bernama Zaeni Wahyudi memaparkan; bahwa : Yang saya pahami, dan yang saya dengar dari guru-guru kami, ketika mereka menerangkan mata pelajaran aqidah akhlak, guru kami memberikan pendekatan yang baik terhadap kami, dan guru di sekolah ini juga sering mengadakan kegiatan imtaq disetiap hari jum‟atnya serta guru-guru disini juga sering menasehati kami untuk membiasakan berakhlak mulia, seperti, ketika masuk ke dalam kelas ataupun bertemu dengan guru kami harus membawa salam, tolong menolong dan lain-lain. Akan tetapi guru-guru kami disini memiliki kendala dalam membina akhlak kami sebagai siswa, karena kami disini memiliki akhlak yang beragam, ada yang nakal, pendiam dan lainnya, tpi mau kayak gimana lagi bu, kami memang udah seperti ini tingkah lakunya, karena kami juga masih berbaur dengan masyarakat di lingkungan kami, mungkin kami seperti ini karena kami belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat kami, dan yang saya tau bu, sebagian dari teman saya memiliki hubungan keluarga yang tidak harmonis, mungkin karena itu juga teman-teman yang lain bertingkah laku tidak baik, seperti melontarkan kata kotor, menggunjing teman, berkelahi, jarang masuk kelas, dan bolos bu, kalau itu si benar-benar udah keseringan kitanya bu, Tapi mau kayak gimanaa lagi, kami
70 Rizcha Okta Azari, Waka Kurikulum di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 8
Desember 2017. 71Pajrin, Guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara, 8
Desember 2017.
59
juga udah berusaha untuk berubah, tpi kebiasaan itu tetap saja diterapkan.72
Lebih lanjut Bapak Faesi Fahrozi memaparkan bahwa :
Kami sebagai guru sudah berusaha untuk melakukan pendidikan yang baik bagi siswa dan siswi kami, tapi yang kami rasakan begitu banyak kendala yang kami hadapi salah satunya, siswa dan siswi kami masih membawa perilaku yang tidak baik dari rumahnya ke sekolah ini, sehingga ketika siswa bergaul dengan teman sebayanya, maka temannya itu mengikuti cara dia bertingkah laku, memang sulit untuk menjadi seorang guru karena kami harus menjalankan amanah yang sudah orang siswa dan siswi berikan kepada kami sebagai guru, dan yang saya pahami, yang namanya sekolah apalagi yang formal seperti pastilah akan tetap memiliki masalah ataupun kendala, tapi yang kami rasakan kendala yang kami hadapi saat ini ialah dikerenakan oleh akhlak individu, serta lingkungan keluarga dan masyarakat.73
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa ada beberapa kendala yang
dihadapi guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa yaitu faktor
individu (akhlak siswa), lingkungan keluarga dan masyarakat . Tetapi yang
paling dirasakan oleh guru akidah akhlak yaitu karena disebabkan oleh
faktor individu (akhlak siswa). Di dalam satu kelas siswa memiliki akhlak
ataupun kebiasaan yang berbeda, ada yang pendiam, nakal dan sebagainya,
sehingga guru mengalami kesulitan dalam membina akhlak siswa, karna
para guru harus berusaha bisa menyesuaikan diri dengan kondisi akhlak
siswa tersebut.
72Zaeni Wahyudi, Siswa MTs Al-Intishor Tanjung Karang, Wawancara,8 Desember 2017. 73Faesi Fahrizi, Pembina Kegiatan Imtaq di MTs Al-Intishor Tanjung Karang, wawancara,
8 Desember 2017.
60
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kondisi Akhlak Siswa Kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang
Akhlak merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan dunia dan
akhirat, dengan akhlak pula seseorang akan diridhai oleh Allah SWT,
dicintai oleh keluargaa dan manusia pada umumnya. Ketentraman dan
kerukunan akan diraih manakala setiap individu memiliki akhlak seperti
yang dicontohkan Rasulullah SAW. Mengingat pentingnya pembinaan
akhlak bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, diperlukan
upaya serius untuk menanamkan nilai-nilai tersebut secara
intensif.Pembinaan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar
mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya
menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.
Terkait masalah kondisi akhlak siswa , berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi. Peneliti menemukan data bahwa krisis
akhlak terjadi di lingkungan MTs Al-Intishor. Problematika akhlak
tersebut antara lain; 1) dalam berbicara siswa suka berbicara kotor,
mengucap perkataan kasar, mengejek, dan berteriak-teriak di dalam kelas,
2) dalam sikap siswa suka membangkang, jail, keras kepala dan
melalaikan tanggung jawab, 3) dalam berpakaian siswa belum bisa disiplin
dalam menata penampilan.
56
61
Hal ini disebabkan kurangnya pembinaan terhadap diri siswa, terlebih lagi
orang tua siswa karena orang tualah yang memiliki peran yang penting
dalam membina akhlak siswa, jika orang tua tidak dapat berperan sendiri
dalam membina akhlak siswa, maka di butuhkan adanya hubungan kerja
sama atau keterlibatan orang tua di sekolah dalam membina akhlak siswa,
seperti yang di tuturkan dalam teori di bawah ini,bahwa :
Bentuk keterlibatan orang tua merupakan bentuk aktivitas yang dilakukan orang tua selama proses keterlibatannya dalam pendidikan siswa. Aktivitas keterlibatan ini dapat dilakukan di rumah maupun di sekolah.74
B. Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas IX
MTs Al-Intishor Bendega Tanjung Karang
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak di
MTs Al -Intishor, yaitu :
1. Melakukan pendekatan pembelajaran personal dengan siswa
Dengan melakukan pendekatan personal dengan siswa, guru dapat
membangun interaksi maupun hubungan yang baik di dalam kelas,
apalagi interaksi aktif, maka guru memerlukan berbagai metode dan
strategi dalam mengajar maupun dalam membina akhlak siswa, salah
satunya ialah dengan melakukan pendekatan pembelajaran personal
dengan siswa. Hal ini sesuai dengan teori di bawah ini, bahwa :
Pembelajaran secara personal adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda.Pada pembelajaran personal, guru memberikan bantuan kepada masing-
74 Azharia Roja, Kerja Sama Orang Tua dengan Guru dalam Upaya Membina Al- Akhlak
Al-Karimah Siswa di Homeschooling Group (HSG) Sekolah Dasar Khoiru Ummah 20 malang (Skripsi : UIN Malang, 2015), h. 16-17.
62
masing pribadi.Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan secara umum.75
Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran personal dapat ditinjau
dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii) siswa sebagai subjek yang belajar, (iii) guru sebagai pembelajar (iv) program pembelajaran, serta (v) orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pendekatan ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.76
Dalam upaya membina akhlak siswa, guru melakukan pendekatan
pembelajaran personal dengan siswa, sehingga siswa yang memiliki
mental yang rendah bahkan malu bertanya kepada guru tentang
bagaimana cara bersikap baik terhadap teman, guru maupun orang lain,
dengan adanya pendekatan pembelajaran personal yang dilakukan oleh
guru, siswa lebih mudah untuk bisa bersikap terbuka dengan guru
sehingga guru bisa mengetahui problematik yang di alami oleh siswa,
baik dari problematik lingkungan keluarga maupun masyarakat.
2. Membiasakan siswa dalam menerapkan akhlak mulia
Proses pembelajaran di sekolah/madrasah yang dilakukan oleh
guru aqidah akhlak adalah untuk membentuk dan membina akhlak
siswa agar menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang
melandaskan ajaran-ajaran islam. Hal ini berdasarkan teori, bahwa :
Membentuk akhlak yang mulia serta moral yang tinggi. Para ulama lebih-lebih guru agama yang menyampaikan kepada siswanya dengan penuh perhatian dan keikhlasan berusaha menanamkan akhlak yang mulia kepada para siswa-siswinya, membiasakan mereka selalu berakhlak mulia dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara
75 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), h.23. 76Ibid.,
63
jernih dengan landasan iman dan taqwa kepada allah serta mempergunakan waktu untuk belajar ilmu dunia lebih-lebih ilmu agama islam.77
Berdasarkan paparan di atas dapat kita ketahui bahwa tujuan
pembinaan akhlak adalah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
tinggi dan sempurna serta membedakan dengan makhluk-makhluk yang
lainnya.Akhlak hendak menjadikan manusia bertindak baik terhadap
manusia, terhadap sesama makhluk dan kepada tuhan yang
menciptakan kita.
Dalam membiasakan siswa menerapkan akhlak mulia seperti:
mengucapkan salam ketika masuk kelas maupun ketika bertemu guru,
teman dan orang lain, menghormati guru, dan tolong menolong
terhadap sesama. Hal ini juga mampu membantu siswa untuk terus
mengasah kepribadiannya untuk menjadi yang lebih baik serta bisa
menanamkan nilai-nilai religious terhadap siswa.
3. Melalui pembinaan imtaq
Pelaksanaan pembinaan imtaq dalam membina akhlak siswa dibagi
menjadi tiga metode yaitu melalui pembiasaan, pengertian, dan model.
Untuk metode pembiasaan meliputi : tadarus al-qur‟an, shalat dhuha,
sholat dzuhur berjama‟ah, membaca surah yasin dan membaca asmaul
husna. Untuk metode pengertian meliputi : Pidato bahasa arab, kultum,
pesantren ramadhan (hari-hari islam), nuzulul qur‟an. Yang terakhir
77 Senianto,”Peranan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Membina Akhlak
Siswa” (Skripsi : IAIN Mataram, 2014), h.27.
64
yaitu metode contoh, meliputi : mengucap salam, berpakaian sopan dan
menutup aurat.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan imtaq dapat membantu siswa
utnuk menghindarkan diri dari kebiasaan buruk atau aktivitas yang
merugikan dirinya maupun orang lain, misalnya kenakalan remaja, hal
ini bedasarkan teori di bawah ini, bahwa :
Kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.78
Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru-guru
khususnya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa melalui
kegiatan imtaq yaitu, seperti : tadarus al-qur‟an, shalat dhuha, sholat
dzuhur berjama‟ah, membaca surah yasin dan membaca asmaul husna,
kultum, pesantren ramdahan (hari-hari besar islam) dan nuzulul qur‟an.
Selain hal ini, pihak sekolah dan guru-guru khususnya guru aqidah
akhlak dalam membina akhlak siswa juga membiasakan siswa untuk
menerapkan akhlak yang mulia serta kedisiplinan , seperti : mengucap
salam, berpakaian sopan dan menutup aurat.
4. Melakukan kerja sama dengan orang tua siswa dalam membina akhlak
siswa.
Kerja sama guru dan orang tua sangat diperlukan dalam pembinaan
akhlak siswa, bukan hanya guru yang bertugas dalam membina siswa,
78Kartini Kartono, Patologi Sosial “Kenakalan Remaja”, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada,2003), h.6-7.
65
akan tetapi orang tua juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar
dalam mendidik anak-anaknya, akan tetapi orang tua siswa di MTs Al-
Intishor menyerahkan tanggung jawab kepada guru dalam hal
mengawasi aktifitas siswa dan menasehati siswa, hal ini dikarenakan
orang tua siswa kesulitan dalam mendidknya di rumah dan juga
sebagian orang tua siswa sibuk bekerja, sehingga aktifitas anaknya tidak
diperhatikan. Akan tetapi dalam kegiatan penerimaan raport, orang tua
siswa tetap hadiri dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Dengan membangun kerja sama yang baik antara orang tua siswa
dengan guru, maka orang tua siswa akan terlibat dalam pendidikan
anaknya dengan berpartisipasi dan berperan aktif dalam berbagai
macam aktivitas baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini dilakukan
agar keberhasilan proses belajar dan pendidikan siswa bisa tercapai.
Keterlibatan orang tua dan mekanisme keterlibatan orang tua.
a. Bentuk keterlibatan orang tua
Bentuk keterlibatan orang tua merupakan bentuk aktivitas yang dilakukan orang tua selama proses keterlibatannya dalam pendidikan siswa. Aktivitas keterlibatan ini dapat dilakukan di rumah maupun di sekolah.
b. Mekanisme keterlibatan orang tua
Mekanisme keterlibatan orang tua merupakan mekanisme yang dilakukan orang tua selama proses keterlibatannya dalam pendidikan siswa.79
79Azharia Roja, Kerja Sama Orang Tua dengan Guru dalam Upaya Membina Al- Akhlak
Al-Karimah Siswa di Homeschooling Group (HSG) Sekolah Dasar Khoiru Ummah 20 malang (Skripsi : UIN Malang, 2015), h. 16-17.
66
Kerja sama antara guru dan orang tua yang dilakukan oleh
pihak MTs Al-Intishor, adalah dengan cara mengundang orang tua
siswa ketika ada pembagian rapor. Kehadiran orang tua siswa pada
acara yang diadakan oleh pihak sekolah akan memotivasi siswa
untuk memiliki nilai rapor yang lebih tinggi. Karena, apabila siswa
memiliki nilai di bawah rata-rata maka siswa tersebut akan malu,
dikarenakan nilai rapornya diumumkan di depan para orang tua
yang hadir dan orang tua dari siswa itu juga ikut mendengar nilai
yang diperoleh anaknya.
Kehadiran orang tua siswa di sekolah juga dapat memudahkan
guru dalam memperoleh keterangan dari orang tua tentang
kehidupan dan sifat siswanya.Sebaliknya orang tua juga dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal
mendidik anak-anaknya.Keterangan-keterangan orang tua sangat
besar gunanya bagi guru dalam memberi pelajaran pada siswa dan
guru dapat mengerti lingkungan siswa.Demikian pula orang tua
dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi anak-anaknya di sekolah,
memberikan masukan terhadap orang tua siswa, agar lebih
memperhatikan pergaulan anak-anaknya di lingkungan rumah.
Dengan adanya kerja sama ini, akan lebih memudahkan guru dan
orang tua siswa dalam membina akhlak siswa baik di lingkungan
rumah maupun di lingkungan sekolah.
67
Jika sekolah menghendaki hasil yang baik dari siswanya, perlu adanya kerja sama atau hubungan yang erat antara guru dan orang tua. Dengan adanya kerjasama itu, orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya, sebaliknya para guru dapat pula memperoleh keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat siswanya. keterangan-keterangan orang tua sangat besar gunanya bagi guru dalam memberi pelajaran pada siswa dan guru dapat mengerti lingkungan siswa. Demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi anak-anaknya di sekolah.80
C. Kendala Guru Aqidah Akhlak dalam Upaya Membina Akhlak Siswa
Kelas IX MTs Al-Intishor Bendega Tanjung Karang
Ditengah arus percepatan teknologi informasi komunikasi, remaja
tidak bisa terhindar dalam gerusan gelombang penggunaan media
informasi mulai dari sekadar kebutuhan sampai gaya hidup. Akibatnya,
perilaku anti sosial yang terinspirasi oleh berbagai macam media itu tidak
dapat terelakkan.Ciri khasnya perilaku ini adalah tidak dapat bergaul
dengan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan paparan data dan temuan yang peneliti temukan di MTs
Al -Intishor Tanjung Karang, bahwa kendala-kendala yang paling
dirasakan oleh guru aqidah akhlak kelas IX di MTs Al-Intishor
dipengaruhi oleh faktor individu, keadaan keluarga dan masyarakat.
80M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2000), h. 126-127.
68
1. Faktor individu (akhlak siswa)
Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.Prof. Dr Ahmad Amin
mengatakan bahwa,” akhlak ialah kebiasaan kehendak”. Hal ini berarti
bahwa apabila kehendak itu dibiasakan, maka ia akan menjadi
akhlak.81
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah
budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yang
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
tehadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.82
Demikian pula imam Al-Ghazali mengatakan bahwa :
akhlak adalah “suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih lama. jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik (akhlak mahmudah) sebaliknya jika ia melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut akhlak buruk (akhlak mazmumah).83 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong perilaku
seseorang dengan mudah sehingga menjadi perilaku kebiasaan.karena
akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa siswa baik
berupa hal yang baik maupun yang buruk.
81Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak)(Jakarta : Bulan Bintang, 1975). 82Ensiklopedi Pendidikan. 83Deden Makbuloh,Pendidikan Agama Islam Arab Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2011),h.142
69
Dalam hal ini terkendalanya guru dalam membina akhlak siswa
yaitu dikarenakan faktor individu seperti yang telah diteliti tentang
kondisi akhlak siswa, bahwa siswa MTs Al-Intishor memiliki
kecenderungan terhadap akhlak yang kurang baik, seperti berkata
kotor, menghina teman, bolos maupun yang lainnya.
2. Keadaan keluarga dan masyarakat
Keluarga sangat berpengaruh dalam pembinaan akhlak siswa,
perkembangan siswa banyak terpengaruhi oleh lingkungan keluarga
dan masyarakat dari pada lingkungan sekolahnya, sehingga peran
orang tua sangat penting dalam membina akhlak siswa. Hal ini
sebagaimana yang terdapat pada teori di bawah ini :
Orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi siswa. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan siswa, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan waktu untuk siswa, terutama ketika siswa itu masih kecil. Tidak sulit dipahami apabila orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan siswa.84
Keterlibatan orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting, hal
ini dikarenakan siswa lebih banyak meluangkan waktu dengan
lingkungan keluarga dan masyarakat dari pada di sekolah, sehingga
faktor keluarga dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh dalam
pembetukan karakter atau akhlak siswa. Kesibukan orang tua bukan
menjadi penghalang dalam mendidik dan mengawasi siswa, akan tetapi
jarang orang tua siswa di MTs Al-Intishor pada khususnya yang
84Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Amzah,2011),h.107.
70
bertanggung jawab terhadap pembinaan siswa dan sebagainya bahkan
lepas dari tanggung jawab.
Dari kesibukan seperti ini dapat mengakibatkan terbengkalainya
tanggung jawab dalam mendidik dan mengawasi kelakuan siswa,
sehingga siswa bebas bergaul dengan siapa saja, dan mudah
terpengaruhi oleh lingkungannya, hal ini dikarenakan jiwa siswa masih
labil, sehingga sangat di butuhkan pengawasan dari orang tua siswa itu
sendiri.
Tanggung jawab orang tua sangatlah berat dan memerlukan perhatian yang serius, dimana siswa itu harus dipersiapkan sedini mungkin, terarah, teratur dan disiplin. Apabila kehidupan siswa yang dicontohkan orang tua di lingkungan keluarga sudah demikian, maka siswa akan memiliki pondasi yang relatif kuat untuk menangkal pengaruh dari luar terutama godaan yang dapat merusak mental serta moral siswa.85
85 Lubna, Mengurai Ilmu Pendidikan Islam, (Mataram : LKIM Mataram, 2009), h. 135.
71
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan data dan pembahasan di atas, penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi akhlak siswa, terkait problematika akhlak tersebut antara lain;
1) Dalam berbicara siswa suka berbicara kotor, mengucap perkataan
kasar, mengejek, dan berteriak-teriak di dalam kelas, 2) dalam sikap
siswa suka membangkang, jail, keras kepala dan melalaikan tanggung
jawab, 3) sering bolos dan tidak disiplin.
2. Upaya yang dilakukan guru aqidah akhlak dalam membina akhlak
siswa yaitu dengan cara melakukan pendekatan pembelajaran personal
dengan siswa, membiasakan siswa dalam menerapkan akhlak mulia,
melalui kegiatan imtaq serta melakukan kerja sama dengan orang tua
siswa dalam membina akhlak siswa.
3. Kendala guru aqidah akhlak dalam upaya membina akhlak siswa yaitu
dikarenakan oleh faktor individu (akhlak siswa) serta keadaan keluarga
dan masyarakat siswa.
71
72
B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan pada akhir skripsi
ini, yaitu :
1. Kepada guru aqidah akhlak, agar tetap memperhatikan berbagai
metode dan strategi dalam mengajar, serta bersabar dalam membina
akhlak siswa.
2. Kepada siswa, diharapkan agar tetap rajin dalam mengikuti setiap
pelajaran yang diajarkan oleh guru, serta berusahalah merubah perilaku
atau akhlak yang buruk ke yang lebih baik.
3. Kepada orang tua siswa, tetaplah memperhatikan pergaulan anaknya,
serta bimbinglah mereka berdasarkan syari‟at islam dan bersabar
dalam usaha menanamkan akhlaqul karimah pada anaknya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah
Kenakalan Remaja (Jakarta : Raja Wali Persada, 2008)
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru (Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2005).
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2001).
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta : Bulan Bintang, 1975).
Abdul Quddus, Islam Multidimensi MengungkapTrilogy Ajaran Islam (Gonong
Mataram : Pantheon Media Pressindo, 2007).
Anik Asmorowati, “Hubungan antara Pemahaman Materi Aqidah Akhlak
dengan Sikap Sosial Siswa”, dalam http://masudaheducation.blogspot.co.id/20
10/01/hubungan-antara-pemahaman-materi-aqidah-akhlak-dengan-sikap-
sosial-siswa.html.
Azharia Roja, Kerja Sama Orang Tua dengan Guru dalam Upaya Membina Al-
Akhlak Al-Karimah Siswa di Homeschooling Group (HSG) Sekolah Dasar
Khoiru Ummah 20 malang (Skripsi : UIN Malang, 2015)
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009)
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Amzah,2011)
Dendi Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan EYD (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arab Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011).
74
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:
Alfabeta, 2014)
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010)
Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta :
Kencana Prenada Media Grouop, 2014).
Kartini Kartono, Patologi Sosial “Kenakalan Remaja”, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada,2003)
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014)
Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan, (Mataram, Alam Tara Institute).
Lubna, Mengurai Ilmu Pendidikan Islam, (Mataram : LKIM Mataram, 2009)
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2010).
Moh. Nur Khoirudin, “Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak terhadap
Tingkah Laku Siswa” dalam https://skripsikhoirudin1987.blogspot.co.id/2010/
01/hubungan-pendidikan-aqidah akhlak-terhadap-tingkah-laku-siswa.html.
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2000)
Nanang, “Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku
Siswa” dalam https://skripsinanang.wordpress.com/skripsi3/.
75
Purnamawati, “Upaya Meningkatkan Kualitas Guru”, dalam http://oioey.wordpres
s.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-kualitas-guru-di-
indonesia/
Senianto, Peranan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak
Siswa kelas VIII MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Mataram Tahun
Pelajaran 2013/2014” (Skripsi : IAIN Mataram)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (di
Ponegoro : Al-Aliyy)
Tim Revisi Pedoman-pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram, Pedoman
Penulisan Skripsi
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan ( Jakarta: kencana, 2013)
Zainal Hidayat, Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa di MTs
Ma’arif Sabiilul Huda Bogor Tahun 2014 , (Skripsi: IAIN Mataram,2014).
Zainab, Peranan Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dalam Pembinaan Akhlak
SiswaKelas XI MA Ittihad Al-Umam Desa Suka Makmur Tahun pelajaran
2012/2013 (Sripsi : IAIN Mataram, 2013)
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
77
78
Lampiran 1 :
Pedoman Observasi : Pembinaan Akhlak Siswa di MTs Al-Intishor Tanjung Karang Tahun 2017/2018.
1. Bagaimana sejarah MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
2. Bagaimana letak geografis MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
3. Bagaimana keadaan sarana prasarana MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
4. Bagaimana keadaan guru dan pegawai tenaga pengajar MTs Al-Intishor
Tanjung Karang?
5. Bagaimana keadaan siswa-siswi MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
6. Bagaimana visi dan misi MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
7. Bagaimana keadaan akhlak siswa MTs Al-Intishor Tanjung Karang?
8. Bagaimana proses belajar mengajar siswa MTs Al-Intishor Tanjung
Karang?
79
Lampiran II : Pedoman Wawancara : Upaya guru Aqidah Akhlak dalam membina Akhlak Siswa di Kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung Karang Tahun 2017/2018.
1. Bagaimana kondisi akhlak siswa di kelas IX MTs Al-Intishor Tanjung
Karang ?
2. Bagaimana upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa di
kelas IX MTs Al-Intishor ?
3. Bagaimana Proses pembinaan imtaq di MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
4. Bagaimana hubungan antara guru dan orang tua siswa ?
5. Bagaimana pendekatan guru aqidah akhlak terhadap siswa di kelas IX
MTs Al-Intishor Tanjung Karang ?
6. Apa saja upaya yang dilakukan oleh guru-guru khususnya guru aqidah
akhlak dalam membina akhlak siswa MTs Al-Intishor ?
7. Apa saja kendala guru-guru khususnya guru aqidah akhlak dalam
membina akhlak siswa?
8. Bagaimana akhlak siswa terhadap guru, teman sebaya maupun orang yang
lebih tua dari mereka (siswa) ?
9. Bagaimana akhlak siswa ketika guru melakukan pembinaan ?
10. Apakah semua guru bidang studi melakukan suatu upaya dalam membina
akhlak siswa ?