i bj 2

51
LABORATORIUM FARMASEUTIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA LAPORAN PRATIKUM FENOMENA DISTRIBUSI OLEH : NAMA : ALIFA MAGFIRAH STAMBUK : 150 2013 0210 KELAS : 2.7 KELOMPOK : V ( LIMA ) ASISTEN : NURHAYATI DYAH UTAMI

Upload: alifamaghfirah

Post on 04-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRATIKUM

FENOMENA DISTRIBUSI

OLEH :

NAMA : ALIFA MAGFIRAH

STAMBUK : 150 2013 0210

KELAS : 2.7

KELOMPOK : V ( LIMA )

ASISTEN : NURHAYATI DYAH UTAMI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Hasil

1. Kerapatan Bulk

Kelompok Berat

Asam Borat

(gram)

Volume

Asam Borat

(ml)

Kerapatan Bulk

(g/ml)

I 10,0040 10,1 0,9904

II 10,0041 10,1 0,9090

III 10,0011 11 0,8334

IV 10,0014 12 0,8334

V 10,0016 12,5 0,8041

Perhitungan :

Kerapatan bulk = bobot zat padat

volumebulk

a. Kelompok I

Kerapatan bulk = 10,0040 g

10,1 ml = 0,9904 g/ml

b. Kelompok II

Kerapatan bulk = 10,0041 g

11ml = 0,9090 g/ml

c. Kelompok III

Kerapatan bulk = 10,0011g

12 ml = 0,8334 g/ml

d. Kelompok IV

Kerapatan bulk = 10,0014 g

12 ml = 0,8334 g/ml

e. Kelompok V

Kerapatan bulk = 10,0016 g

12,5 ml = 0,8041 g/ml

1. Kerapatan Mampat

Kelompok BeratAsam Borat

(gram)

Volume Asam Borat setelah dimampatkan

(ml)

Kerapatan Mampat(g/ml)

I 10,0040 10 1,0004

II 10,0041 9,8 1,0208

III 10,0011 11 0,9092

IV 10,0014 11 0,9096

V 10,0016 11,5 0,8697

Perhitungan :

Kerapatan mampat = bobot zat padatvolume mampat

a. Kelompok I

Kerapatan mampat = 10,0040 g

10 ml = 1,0004 g/ml

b. Kelompok II

Kerapatan mampat = 10,0041 g

9,8 ml = 1,0208 g/ml

c. Kelompok III

Kerapatan mampat = 10,0011g

11ml = 0,9092 g/ml

d. Kelompok IV

Kerapatan mampat = 10,0014 g

11 ml = 0,9096 g/ml

e. Kelompok V

Kerapatan mampat = 10,0016 g

11,5 ml = 0,8697 g/ml

2. Bobot Jenis

Kelompok Sampel Bobot Jenis (g/ml)

I Syrup Freiss 1,0919

II Paraffin 0,7948

III Syrup DHT 1,2979

IV Syrup ABC 0,5668

V Syrup Marjan 1,3522

Perhitungan :

a. Kelompok I

Piknometer kosong (W1) = 34,9354 g

Piknometer + sirup freiss (W2) = 89,5308 g

Berat sirup freiss = W1 - W2

= 89,5308 g – 34,9354 g = 54,5954 g

Bobot jenis = 54,5954 g

50 ml = 1,0919 g/ml

b. Kelompok II

Piknometer kosong (W1) = 17,3907 g

Piknometer + paraffin (W2) = 57,1343 g

Berat paraffin = W1 - W2

= 57,1343 g – 17,3907 g = 39,7436 g

Bobot jenis = 39,7436 g

50 ml = 0,7948 g/ml

c. Kelompok III

Piknometer kosong (W1) = 21,5276 g

Piknometer + sirup DHT (W2) = 53,9770 g

Berat sirup DHT = W1 - W2

= 53,9770 g – 21,5276 g = 32,4494 g

Bobot jenis = 32,4494 g

25 ml = 1,2979 g/ml

d. Kelompok IV

Piknometer kosong (W1) = 22,0100 g

Piknometer + sirup ABC (W2) = 50,3500 g

Berat sirup ABC = W1 - W2

= 50,3500 g – 22,0100 g = 28,3400 g

Bobot jenis = 28,3400 g

50 ml = 0,5668 g/ml

e. Kelompok V

Piknometer kosong (W1) = 27,9949 g

Piknometer + sirup marjan (W2) = 95,6066 g

Berat sirup marjan = W1 - W2

= 95,6066 g – 27,9949 g = 67,6117 g

Bobot jenis = 67,6117 g

50 ml = 1,3522 g/ml

3. Kerapatan Sejati

1. Berat pikno kosong (W1) = 17,3907 g

2. Berat pikno + paraffin (W2) = 57,1343 g

3. Berat asam borat (W3) = 53,3425 g

4. Berat pikno + asam borat + paraffin (W4) = 84,3839 g

5. Berat paraffin pada suhu 25o ( W1 – W2) = 39,7436 g

6. Berat asam borat (W3 - W1) = 35,9518 g

7. Berat asam borat + paraffin (W4 – W1) = 66,9932 g

8. Berat paraffin yang digantikan

66,9932 g – (39,7436 g - 35,9518 g) = 63,2014 g

9. Volume asam borat

63,20140,7948

= 79,5186 ml

10. Kerapatan sejati

35,9518 g79,5186 ml

= 0,4521 g/ml

B. Pembahasan

Dalam dunia farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan

digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan

senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat

terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya

larut suatu zat.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan

piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. sedangkan kerugiannya yaitu

berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Piknometer harus selalu dalam

keadaan steril. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh

tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan

bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.

Untuk menetukan kerapatan bulk, zat padat yaitu asam borat ditimbang

sebanyak 10,0016 gram. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,

volume yang diperoleh sebanyak 12,5 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk

ditimbang dengan membagi bobot asam borat dengan volume, sehingga diperoleh

nilai kerapatan bulk.

Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam borat yang

sama, kemudian gelas ukur yang berisi asam borat diketuk 100 kali dengan tab

density. Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil

11,5 ml. Penggunaan alat tab density dimaksudkan agar kekuatan ketukan yang

diberikan lebih akurat. Dengan perhitungan yang sama dengan kerapatan bulk,

maka diperoleh kerapatan mampat.

Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang

ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 17,3907gram.

Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada

tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi bobot

piknometer yang sesungguhnya misalnya minyak. Piknometer kemudian diisi

dengan paraffin cair hingga penuh dan tidak ada gelembung udara. Berat

piknometer dan paraffin cair yang diperoleh adalah 57,1343 g. Setelah itu

piknometer dibersihkan dan dikeringkan dan diisi dengan asam borat beserta

tutupnya dan diperoleh hasil 53,3425. Piknometer yang berisi asam borat tersebut

kemudian ditambahkan paraffin cair sambil dikocok-kocok hingga tidak terdapat

gelembung udara didalamnya. Kemudian ditimbang pada suhu 25o dan diperoleh

hasil sebesar 84,3839 g. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat

menutupi pori pada asam borat, dan paraffin cair tidak dapat melarutkan asam

borat. Setelah itu dihitung berat paraffin suhu 25o yaitu dengan mengurangkan

berat piknometer + paraffin dengan berat pinometer kosong hasilnya 39,7436 g.

Kemudian dihitung berat asam borat dengan cara mengurangkan berat piknometer

+ asam borat dengan berat piknometer kosong hasilnya 35,9518 g. Dihitung berat

asam borat + paraffin dengan mengurangkan berat piknometer + asam borat +

paraffin dengan berat piknometer kosong diperoleh hasil 66,9932 g. Kemudian

dihitung berat paraffin yang digantikan yaitu dengan mengurang hasil dari berat

asam borat + paraffin dengan berat paraffin pada suhu 25o dan berat asam borat

hasilnya 63,2014 g. Setelah itu diukur volume asam borat dengan cara membagi

nilai dari berat paraffin yang digantikan dengan ρ (massa jenis) dari paraffin. Dan

terakhir dihitung nilai kerapatan sejati yakni dengan membagi nilai dari berat

asam borat dengan volume asam borat.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk

kerapatan bulk dengan sampel asam borat nilainya adalah 0,8001 g/ml, untuk

kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 0,8697 g/ml dan kerapatan

sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 0,4521 g/ml.

Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan

antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,9829.

Kerapatan asam borat pada masing-masing kerapatan berbeda karena bergantung

pada prosedur kerja yang digunakan dan sesuai dengan ciri-ciri masing-masing

tipe kerapatan.

Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang

digunakan untuk menentukan bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk

melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan

menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air dalam

piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong,

yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan

beberapa sampel cairan yaitu sirup Freiss, parafin cair, sirup DHT, sirup ABC

jeruk dan sirup Marjan melon diperoleh bobot jenis yang berbeda dari masing

– masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis

untuk sirup Freiss adalah 1,0919 g/ml, bobot jenis parafin adalah 0,7948 g/ml,

bobot jenis untuk sirup DHT adalah 1,2979 g/ml, bobot jenis sirup ABC

adalah 0,5668 g/ml, dan untuk sirup Marjan melon 1,3522 g/ml. Dan dari hasil

yang diperoleh dari beberapa sampel yang digunakan sirup marjan merupakan

sampel dengan bobot jenis tertinggi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana  pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat

jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,

demikian pula         halnya pada suhu yang sangat rendah dapat

menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot

jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa

stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).

2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan

bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.

3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh

tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat,

bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi

bobot jenisnya.

4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.

Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam

borat dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua

pori asam borat.

Adapun faktor – faktor kesalahan yang dapat terjadi ialah :

1. Kesalahan pembacaan skala pada alat

2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi

bobot jenisnya

3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat

4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang

piknometer

5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik

air dalam piknomter setelah dipanaskan.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Segala bentuk zat yang ada mempunyai karakteristik yang berbeda-

beda baik dari segi fisik maupun kimia. Pada pratikum ini kita akan

membahas karakteristik bentuk zat dari segi fisik. Sifat fisik yaitu sifat

zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat atau

gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan

sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati

secara langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain.

      Pada tahun 200 SM Archimedes diberi tugas untuk menentukan

apakah mahkota yang dibuat untuk Raja Hieron adalah asli

mengandung emas ataukah palsu. Masalahnya adalah menentukan

kerapatan mahkota yang bentuknya tidak beraturan dan tidak bisa

dihancurkan. Archimedes mendapatkan solusinya ketika sedang

mandi. Bobot jenis mahkota itu dapat ditetapkan dengan menimbang

mahkota itu di udara dan kemudian menimbangnya lagi ketika

tenggelam di air. Untuk menentukan persen lemak dalam tubuh

seseorang, kerapatan tubuhnya dapat pula diukur seperti prinsip

Archimedes yaitu dengan cara menimbangnya ketika orang tersebut

menyelam di air. Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk

memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat.

Bobot jenis zat dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat

ukur di antaranya yakni dengan menggunakan piknometer.

Kegunaan kita mempelajari cara penentuan bobot jenis dan

kerapatan zat ini adalah karena di bidang farmasi, selain bobot jenis

digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga digunakan

untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat

jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat

jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki

kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk

mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka

dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini.

Selain itu berguna dalam pembuatan kapsul. Sehingga pada pratikum

ini dilakukan pengukuran bobot jenis dan kerapatan dari beberapa zat.

B. MAKSUD PERCOBAAN

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan

mengetahui cara penentuan dan pengukuran dari bobot jenis suatu

cairan dan kerapatan suatu padatan.

C. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Menentukan bobot jenis beberapa cairan

2. Menentukan kerapatan beberapa padatan

D. PRINSIP PERCOBAAN

Adapun prinsip percobaan ini yaitu dengan cara mengukur bobot

jenis dari beberapa sampel sirup dan mengukur kerapatan dari zat

padat yaitu asam borat. Setelah dilakukan pengukuran, dilanjutkan

dengan melakukan penentuan atau perhitungan untuk menentukan nilai

dari bobot jenis, kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan

sejati.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Kerapatan tiap-tiap zat sangat berbeda. Gas sebagai salah

satu jenis zat mempunyai kerapatan yang terkecil. Pada umumnya,

bentuk cairan dari beberapa zat mempunyai kerapatan yang sedikit

lebih kecil daripada padatan. Namun berbeda dengan es yang

mempunyai kerapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan air.

Suatu sifat zat yang besarnya bergantung pada jumlah

bahan yang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun

volume merupakan sifat-sifat ekstensif. Sifat yang tidak

bergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang

merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat

intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan 

untuk pekerjaan ilmiah karena tidak bergantung pada jumlah bahan

yang diteliti (Petrucci, 1987). 

Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran

kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa

dan volume. Kerapatan merupakan besaran turunan karena

menyangkut satuan massa dan volume pada temperature dan

tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per

sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis

merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah

menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot

jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai

perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah

volume air pada suhu 4oC atau temperature lain yang tertentu.

Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan bobot jenis

25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama

menunjukkan temperature udara di mana zat ditimbang. Angka di

bawah garis miring menunjukkan temperature air yang dipakai.

(Martin, 1990).

Bobot jenis suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan

bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di

udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan

hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lein didasarkan pada

perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan

terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada

suhu 25oC zat terbentuk padat tetapkan bobot jenis pada suhu yang

telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu pada air

pada suhu 25oC. bilangan bobot jenis merupakan bilangan

perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air

pada 4oC (=1000 g.m-1). (Anonim, 2013).

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat

baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan

dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan

bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu

bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa

berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL.

Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka

bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis

menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap

sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki

bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah

1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara,

dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol

0,81 kali bobot volume air yang setara.

Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih

ringan daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari

1,00 lebih berat daripada air.Bobot jenis dinyatakan dalam desimal

dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang

diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di

belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau

untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States

Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.

Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui

bobot dan  volumenya, melalui persamaan berikut :

Bobot jenis = Bobot zat (g)

Bobot sejumlah volume air yang setara(ml)

Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan

bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut, umumnya gram,

sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan

abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air

dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang

setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam

mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat

berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25

g.

Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya

atau volume bobotnya dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan diatas.  Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis

0,80 , maka bobot dari 200 mL dapat dihitung sebagai 0,80. Jika

suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung

sebagai: 120. Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan

bobot jenis dan 1 mL air dianggap  berbobot 1 g, persamaan

berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot

(Ansel, 2006)

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada

temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang

paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika

yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk

menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1990).

Hubungan antara massa dan volume tidak hanya

menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi

juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik

“pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks

kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau

gram/cm2. Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali

mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan

perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan

besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya

adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan

tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per

sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1990).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan

murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan

menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai

perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga

kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak

dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari

definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan

sebagai kerapatan relatif. Berat jenis untuk penggunaan praktis

lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu

zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC

atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan

dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC.

Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat

ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur

air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan

25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis .

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai

tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat

lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia

dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1990)

Menurut British Standard 2955 (1958) bahwa kerapatan

partikel terbagi atas tiga yaitu :

Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak

termasuk baik terbuka dan tertutup pori-pori dan

merupakan property fundamental dari suatu material.

Kerapatan partikel jelas adalah ketika volume diukur

meliputi intraparticulate pori-pori.

  Kerapatan partikel yang efektif adalah volume “dilihat”

oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat penting

dalam proses seperti sedimensi atau fluidisation tetapi

jarang di gunakan dalam bentuk sediaan padat.(Mark

Gibson, 2001).

Kerapatan dapat di ukur melalui pengukuran massa dan

volumenya :

 ρ = mV

  keterangan :      ρ  = Massa jenis (g/ml)

m = Massa zat (g)

                                            V = Volume zat (ml)

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3

macam bobot jenis yaitu :

1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk

rongga yang terbuka dan  tertutup.

2. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk

pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efektif

Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori

yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih

atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif

merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat

digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan

kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan

farmasi. (Lachman, 1994)

Ada tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga-rongga yaitu :

Rongga intrapartikel yang terbuka adalah rongga-rongga terdapat

di dalam partikel tunggal,     tetapi terbuka pada lingkungan luar.

Rongga intrapartikel yang tertutup adalah rongga-rongga terdapat

di dalam partikel tunggal,     tetapi tertutup dari lingkungan luar.

Rongga antarpartikel adalah ruang-ruang udara antara dua pertikel

individu.Karena itu, paling   tidak ada tiga interpretasi dari “volume

serbuk” yang diajukan :

Volume serbuk sebenarnya atau sejati (Vt) adalah jumlah volume

dari pertikel-partikel padat yang mengabaikan semua ruang yang

lebih besar dari dimensi molekuler, dan yang mempunyai nilai

karakter untuk tiap bahan.

Rumus :       padatan =

Volume granuler atau mampat (volume partikel) (vg) adalah

volume komulatif yang diambil oleh partikel-partikel, termasuk

semua rongga intrapartikel (tetapi tidak antarpartikel). Batas antara

intrapartikel terbuka dan ruang udara antarpartikel dapat

diinterpretasi secara berlainan, karena itu interpretasi volume

tergantung dari metode pengukuran.

Rumus :      Kerapatan Mampat = bobot zat padatvolume mampat

Volume bulk (vb) adalah jumlah volue yang di pakai oleh seluruh

massa serbuk pada pengepakan khusus yang didapat selama

pengukuran, sehingga interpretasi ini juga tergantung pada metode.

Rumus :      Kerapatan Bulk = bobot zat padat

volumebulk

(Lachman 1, Hal. 143-144)

URAIAN BAHAN

1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol/etanol

RM/BM/BJ : C2H6O/46,00

Pemerian : Cair tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan

mudah,bergerak,

bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p

dan eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api

Kegunaan : Zat tambahan

2. Asam borat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nam lain : Asam borat

RM/BM/BJ : H3BO3/61,83/ 1,435

Kerapatan : 1,435 gr/ml

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik,

mengkilap,tidak berwarna,

kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit

kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air,

mendidih dalam 16 bagian etanol (95%) dan dalam

5 bagian gliserol p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Antiseptikum ekstern 

3. Parafin cair (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : paraffin cair

RM/BM/BJ : C3H8O3/ 92,09/ Bobot per ml 0,870 g sampai

0,890 g.

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensasi;

Tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir

Tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) p; larut dalam kloroform p; dan dalam

4. Komposisi situp ABC

Air

Gula

Perisa jeruk

Pengatur keasaman

Pemanis buatan Natrium siklamat 0,6 g/kg

Pengawet natrium benzoat

Sari buah jeruk

Antioksidan vitamin C

5. Komposisi sirup marjan

Gula

Air

Perisa melon

Sari buah melon

Pengawet Natrium Benzoat

Pengaturan keasaman

Pewarna tartrazin C1 19140

Biru berlian C1 42090

BAB III

METODE KERJA

A. ALAT

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Piknometer 25 ml

2. Gelas ukur 50 ml

3. Tab density

B. BAHAN

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Asam borat

2. Parafin cair

3. Alkohol

4. Sirup ABC, sirup marjan, sirup freiss, dan sirup DHT

C. CARA KERJA

a. Menentukan Kerapatan Bulk

1. Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,

2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,

3. Diukur volume zat padat,

4. Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:

Kerapatan Bulk = bobot zat padat

volumebulk

b. Menentukan Kerapatan Mampat

1. Ditimbang zat padat (asam borat) sebanyak 10 gram

2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur

3. Diketuk sebanyak 100 kali ketukan

4. Diukur volume yang terbentuk

5. Dihitung kerapatan mampat dengan persamaan :

Kerapatan mampat = bobot zat padatvolume mampat

c. Menetukan Kerapatan Sejati

1. Ditimbang piknometer kosong beserta tutupnya

2. Ditimbang piknometer + paraffin dan tutupnya

3. Ditimbang piknometer + asam borat dan tutupnya

4. Ditimbang piknometer + paraffin + asam borat dan

tutupnya

5. Dihitung paraffin pada suhu 25o

6. Dihitung berat sampel

7. Dihitung sampel + paraffin

8. Dihitung berat paraffin yang digantikan

9. Diukur volume asam borat

10. Dihitung kerapat sejati

d. Menentukan Bobot Jenis

1. Ditimbang piknometer kosong

2. Ditimbang piknometer kosong + sampel

3. Dihitung berat sampel

4. Dihitung bobot jenis

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam dunia farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan

digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan

senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat

terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya

larut suatu zat.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan

piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. sedangkan kerugiannya yaitu

berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Piknometer harus selalu dalam

keadaan steril. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh

tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan

bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.

Untuk menetukan kerapatan bulk, zat padat yaitu asam borat ditimbang

sebanyak 10,0016 gram. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,

volume yang diperoleh sebanyak 12,5 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk

ditimbang dengan membagi bobot asam borat dengan volume, sehingga diperoleh

nilai kerapatan bulk 0,8001 g/ml.

Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam borat yang

sama, kemudian gelas ukur yang berisi asam borat diketuk 100 kali dengan tab

density. Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil

11,5 ml. Penggunaan alat tab density dimaksudkan agar kekuatan ketukan yang

diberikan lebih akurat. Dengan perhitungan yang sama dengan kerapatan bulk,

maka diperoleh kerapatan mampat sebesar 0,8697 g/ml.

Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang

ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 17,3907gram.

Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada

tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi bobot

piknometer yang sesungguhnya misalnya minyak. Piknometer kemudian diisi

dengan paraffin cair hingga penuh dan tidak ada gelembung udara. Berat

piknometer dan paraffin cair yang diperoleh adalah 57,1343 g. Setelah itu

piknometer dibersihkan dan dikeringkan dan diisi dengan asam borat beserta

tutupnya dan diperoleh hasil 53,3425. Piknometer yang berisi asam borat tersebut

kemudian ditambahkan paraffin cair sambil dikocok-kocok hingga tidak terdapat

gelembung udara didalamnya. Kemudian ditimbang pada suhu 25o dan diperoleh

hasil sebesar 84,3839 g. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat

menutupi pori pada asam borat, dan paraffin cair tidak dapat melarutkan asam

borat. Setelah itu dihitung berat paraffin suhu 25o yaitu dengan mengurangkan

berat piknometer + paraffin dengan berat pinometer kosong hasilnya 39,7436 g.

Kemudian dihitung berat asam borat dengan cara mengurangkan berat piknometer

+ asam borat dengan berat piknometer kosong hasilnya 35,9518 g. Dihitung berat

asam borat + paraffin dengan mengurangkan berat piknometer + asam borat +

paraffin dengan berat piknometer kosong diperoleh hasil 66,9932 g. Kemudian

dihitung berat paraffin yang digantikan yaitu dengan mengurang hasil dari berat

asam borat + paraffin dengan berat paraffin pada suhu 25o dan berat asam borat

hasilnya 63,2014 g. Setelah itu diukur volume asam borat dengan cara membagi

nilai dari berat paraffin yang digantikan dengan ρ (massa jenis) dari paraffin. Dan

terakhir dihitung nilai kerapatan sejati yakni dengan membagi nilai dari berat

asam borat dengan volume asam borat dan diperoleh hasil 0,4521 g/ml.

Untuk penentuan bobot jenis suatu cairan dilakukan dengan terlebih

dahulu membersihkan piknometer hingga kering. Kemudian dilakukan

pengukuran piknometer kosong. Berat piknometer kosong yang diperoleh adalah

27,9949 g. Setelah itu piknometer diisi dengan sampel sirup marjan kemudian

ditimbang dan diperoleh hasil sebesar 95,6066 g. Kemudian setelah diperoleh

kedua data tersebut maka dihitung berat sampel yaitu dengan mengurangkan berat

piknometer + sirup marjan dengan berat pinometer kosong yakni 67,6117 g.

Setelah itu barulah dihitung nilai bobot jenis dari sampel sirup marjan dengan

membagi nilai dari berat sampel dengan volume piknometer yang digunakan.

Dalam pratikum ini piknometer yang digunakan adalah yang bervolume 50 ml.

Maka diperoleh nilai dari bobot jenis sirup marjan yaitu 1,3522 g/ml.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Kerapatan bulk yang diperoleh dengan sampel asam borat

adalah 0,8001 g/ml

2. Kerapatan mampat yang diperoleh adalah 0,8697 g/ml

3. Kerapatan sejati 0,4521 g/ml

4. Nilai bobot jenis yang diperoleh dengan sampel sirup marjan

adalah 1,3522

B. SARAN

Diharapkan agar pratikum kedepannya dapat dilaksanakan

dengan lebih efektif dan lebih terarah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Makassar :

Universitas Muslim Indonesia.

Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta.

Gibson, M. 2004. Pharmaceutical Preformulation and formulation.

HIS Health Group : Tailor dan Prancis.

 Martin,Alfred.1990. Farmasi Fisika I. Jakarta :

Penerbit universitas Indonesia.

Petrucci, Raph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid I.

Jakarta : Erlangga

 Lachman,Leon.1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri .

Jakarta:Universitas Indonesia.