i bj 2
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PRATIKUM
FENOMENA DISTRIBUSI
OLEH :
NAMA : ALIFA MAGFIRAH
STAMBUK : 150 2013 0210
KELAS : 2.7
KELOMPOK : V ( LIMA )
ASISTEN : NURHAYATI DYAH UTAMI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Hasil
1. Kerapatan Bulk
Kelompok Berat
Asam Borat
(gram)
Volume
Asam Borat
(ml)
Kerapatan Bulk
(g/ml)
I 10,0040 10,1 0,9904
II 10,0041 10,1 0,9090
III 10,0011 11 0,8334
IV 10,0014 12 0,8334
V 10,0016 12,5 0,8041
Perhitungan :
Kerapatan bulk = bobot zat padat
volumebulk
a. Kelompok I
Kerapatan bulk = 10,0040 g
10,1 ml = 0,9904 g/ml
b. Kelompok II
Kerapatan bulk = 10,0041 g
11ml = 0,9090 g/ml
c. Kelompok III
Kerapatan bulk = 10,0011g
12 ml = 0,8334 g/ml
d. Kelompok IV
Kerapatan bulk = 10,0014 g
12 ml = 0,8334 g/ml
e. Kelompok V
Kerapatan bulk = 10,0016 g
12,5 ml = 0,8041 g/ml
1. Kerapatan Mampat
Kelompok BeratAsam Borat
(gram)
Volume Asam Borat setelah dimampatkan
(ml)
Kerapatan Mampat(g/ml)
I 10,0040 10 1,0004
II 10,0041 9,8 1,0208
III 10,0011 11 0,9092
IV 10,0014 11 0,9096
V 10,0016 11,5 0,8697
Perhitungan :
Kerapatan mampat = bobot zat padatvolume mampat
a. Kelompok I
Kerapatan mampat = 10,0040 g
10 ml = 1,0004 g/ml
b. Kelompok II
Kerapatan mampat = 10,0041 g
9,8 ml = 1,0208 g/ml
c. Kelompok III
Kerapatan mampat = 10,0011g
11ml = 0,9092 g/ml
d. Kelompok IV
Kerapatan mampat = 10,0014 g
11 ml = 0,9096 g/ml
e. Kelompok V
Kerapatan mampat = 10,0016 g
11,5 ml = 0,8697 g/ml
2. Bobot Jenis
Kelompok Sampel Bobot Jenis (g/ml)
I Syrup Freiss 1,0919
II Paraffin 0,7948
III Syrup DHT 1,2979
IV Syrup ABC 0,5668
V Syrup Marjan 1,3522
Perhitungan :
a. Kelompok I
Piknometer kosong (W1) = 34,9354 g
Piknometer + sirup freiss (W2) = 89,5308 g
Berat sirup freiss = W1 - W2
= 89,5308 g – 34,9354 g = 54,5954 g
Bobot jenis = 54,5954 g
50 ml = 1,0919 g/ml
b. Kelompok II
Piknometer kosong (W1) = 17,3907 g
Piknometer + paraffin (W2) = 57,1343 g
Berat paraffin = W1 - W2
= 57,1343 g – 17,3907 g = 39,7436 g
Bobot jenis = 39,7436 g
50 ml = 0,7948 g/ml
c. Kelompok III
Piknometer kosong (W1) = 21,5276 g
Piknometer + sirup DHT (W2) = 53,9770 g
Berat sirup DHT = W1 - W2
= 53,9770 g – 21,5276 g = 32,4494 g
Bobot jenis = 32,4494 g
25 ml = 1,2979 g/ml
d. Kelompok IV
Piknometer kosong (W1) = 22,0100 g
Piknometer + sirup ABC (W2) = 50,3500 g
Berat sirup ABC = W1 - W2
= 50,3500 g – 22,0100 g = 28,3400 g
Bobot jenis = 28,3400 g
50 ml = 0,5668 g/ml
e. Kelompok V
Piknometer kosong (W1) = 27,9949 g
Piknometer + sirup marjan (W2) = 95,6066 g
Berat sirup marjan = W1 - W2
= 95,6066 g – 27,9949 g = 67,6117 g
Bobot jenis = 67,6117 g
50 ml = 1,3522 g/ml
3. Kerapatan Sejati
1. Berat pikno kosong (W1) = 17,3907 g
2. Berat pikno + paraffin (W2) = 57,1343 g
3. Berat asam borat (W3) = 53,3425 g
4. Berat pikno + asam borat + paraffin (W4) = 84,3839 g
5. Berat paraffin pada suhu 25o ( W1 – W2) = 39,7436 g
6. Berat asam borat (W3 - W1) = 35,9518 g
7. Berat asam borat + paraffin (W4 – W1) = 66,9932 g
8. Berat paraffin yang digantikan
66,9932 g – (39,7436 g - 35,9518 g) = 63,2014 g
9. Volume asam borat
63,20140,7948
= 79,5186 ml
10. Kerapatan sejati
35,9518 g79,5186 ml
= 0,4521 g/ml
B. Pembahasan
Dalam dunia farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan
piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. sedangkan kerugiannya yaitu
berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Piknometer harus selalu dalam
keadaan steril. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan
bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Untuk menetukan kerapatan bulk, zat padat yaitu asam borat ditimbang
sebanyak 10,0016 gram. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,
volume yang diperoleh sebanyak 12,5 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk
ditimbang dengan membagi bobot asam borat dengan volume, sehingga diperoleh
nilai kerapatan bulk.
Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam borat yang
sama, kemudian gelas ukur yang berisi asam borat diketuk 100 kali dengan tab
density. Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil
11,5 ml. Penggunaan alat tab density dimaksudkan agar kekuatan ketukan yang
diberikan lebih akurat. Dengan perhitungan yang sama dengan kerapatan bulk,
maka diperoleh kerapatan mampat.
Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang
ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 17,3907gram.
Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada
tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi bobot
piknometer yang sesungguhnya misalnya minyak. Piknometer kemudian diisi
dengan paraffin cair hingga penuh dan tidak ada gelembung udara. Berat
piknometer dan paraffin cair yang diperoleh adalah 57,1343 g. Setelah itu
piknometer dibersihkan dan dikeringkan dan diisi dengan asam borat beserta
tutupnya dan diperoleh hasil 53,3425. Piknometer yang berisi asam borat tersebut
kemudian ditambahkan paraffin cair sambil dikocok-kocok hingga tidak terdapat
gelembung udara didalamnya. Kemudian ditimbang pada suhu 25o dan diperoleh
hasil sebesar 84,3839 g. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat
menutupi pori pada asam borat, dan paraffin cair tidak dapat melarutkan asam
borat. Setelah itu dihitung berat paraffin suhu 25o yaitu dengan mengurangkan
berat piknometer + paraffin dengan berat pinometer kosong hasilnya 39,7436 g.
Kemudian dihitung berat asam borat dengan cara mengurangkan berat piknometer
+ asam borat dengan berat piknometer kosong hasilnya 35,9518 g. Dihitung berat
asam borat + paraffin dengan mengurangkan berat piknometer + asam borat +
paraffin dengan berat piknometer kosong diperoleh hasil 66,9932 g. Kemudian
dihitung berat paraffin yang digantikan yaitu dengan mengurang hasil dari berat
asam borat + paraffin dengan berat paraffin pada suhu 25o dan berat asam borat
hasilnya 63,2014 g. Setelah itu diukur volume asam borat dengan cara membagi
nilai dari berat paraffin yang digantikan dengan ρ (massa jenis) dari paraffin. Dan
terakhir dihitung nilai kerapatan sejati yakni dengan membagi nilai dari berat
asam borat dengan volume asam borat.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk
kerapatan bulk dengan sampel asam borat nilainya adalah 0,8001 g/ml, untuk
kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 0,8697 g/ml dan kerapatan
sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 0,4521 g/ml.
Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan
antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,9829.
Kerapatan asam borat pada masing-masing kerapatan berbeda karena bergantung
pada prosedur kerja yang digunakan dan sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
tipe kerapatan.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang
digunakan untuk menentukan bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk
melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan
menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air dalam
piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong,
yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan
beberapa sampel cairan yaitu sirup Freiss, parafin cair, sirup DHT, sirup ABC
jeruk dan sirup Marjan melon diperoleh bobot jenis yang berbeda dari masing
– masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis
untuk sirup Freiss adalah 1,0919 g/ml, bobot jenis parafin adalah 0,7948 g/ml,
bobot jenis untuk sirup DHT adalah 1,2979 g/ml, bobot jenis sirup ABC
adalah 0,5668 g/ml, dan untuk sirup Marjan melon 1,3522 g/ml. Dan dari hasil
yang diperoleh dari beberapa sampel yang digunakan sirup marjan merupakan
sampel dengan bobot jenis tertinggi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,
demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat
menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa
stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan
bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat,
bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi
bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam
borat dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua
pori asam borat.
Adapun faktor – faktor kesalahan yang dapat terjadi ialah :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi
bobot jenisnya
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang
piknometer
5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik
air dalam piknomter setelah dipanaskan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Segala bentuk zat yang ada mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda baik dari segi fisik maupun kimia. Pada pratikum ini kita akan
membahas karakteristik bentuk zat dari segi fisik. Sifat fisik yaitu sifat
zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat atau
gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan
sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati
secara langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain.
Pada tahun 200 SM Archimedes diberi tugas untuk menentukan
apakah mahkota yang dibuat untuk Raja Hieron adalah asli
mengandung emas ataukah palsu. Masalahnya adalah menentukan
kerapatan mahkota yang bentuknya tidak beraturan dan tidak bisa
dihancurkan. Archimedes mendapatkan solusinya ketika sedang
mandi. Bobot jenis mahkota itu dapat ditetapkan dengan menimbang
mahkota itu di udara dan kemudian menimbangnya lagi ketika
tenggelam di air. Untuk menentukan persen lemak dalam tubuh
seseorang, kerapatan tubuhnya dapat pula diukur seperti prinsip
Archimedes yaitu dengan cara menimbangnya ketika orang tersebut
menyelam di air. Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk
memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat.
Bobot jenis zat dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat
ukur di antaranya yakni dengan menggunakan piknometer.
Kegunaan kita mempelajari cara penentuan bobot jenis dan
kerapatan zat ini adalah karena di bidang farmasi, selain bobot jenis
digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga digunakan
untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat
jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat
jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki
kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka
dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini.
Selain itu berguna dalam pembuatan kapsul. Sehingga pada pratikum
ini dilakukan pengukuran bobot jenis dan kerapatan dari beberapa zat.
B. MAKSUD PERCOBAAN
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui cara penentuan dan pengukuran dari bobot jenis suatu
cairan dan kerapatan suatu padatan.
C. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Menentukan bobot jenis beberapa cairan
2. Menentukan kerapatan beberapa padatan
D. PRINSIP PERCOBAAN
Adapun prinsip percobaan ini yaitu dengan cara mengukur bobot
jenis dari beberapa sampel sirup dan mengukur kerapatan dari zat
padat yaitu asam borat. Setelah dilakukan pengukuran, dilanjutkan
dengan melakukan penentuan atau perhitungan untuk menentukan nilai
dari bobot jenis, kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan
sejati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Kerapatan tiap-tiap zat sangat berbeda. Gas sebagai salah
satu jenis zat mempunyai kerapatan yang terkecil. Pada umumnya,
bentuk cairan dari beberapa zat mempunyai kerapatan yang sedikit
lebih kecil daripada padatan. Namun berbeda dengan es yang
mempunyai kerapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan air.
Suatu sifat zat yang besarnya bergantung pada jumlah
bahan yang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun
volume merupakan sifat-sifat ekstensif. Sifat yang tidak
bergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang
merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat
intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan
untuk pekerjaan ilmiah karena tidak bergantung pada jumlah bahan
yang diteliti (Petrucci, 1987).
Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran
kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa
dan volume. Kerapatan merupakan besaran turunan karena
menyangkut satuan massa dan volume pada temperature dan
tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per
sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis
merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah
menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot
jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah
volume air pada suhu 4oC atau temperature lain yang tertentu.
Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan bobot jenis
25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama
menunjukkan temperature udara di mana zat ditimbang. Angka di
bawah garis miring menunjukkan temperature air yang dipakai.
(Martin, 1990).
Bobot jenis suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan
bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di
udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan
hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lein didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada
suhu 25oC zat terbentuk padat tetapkan bobot jenis pada suhu yang
telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu pada air
pada suhu 25oC. bilangan bobot jenis merupakan bilangan
perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air
pada 4oC (=1000 g.m-1). (Anonim, 2013).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat
baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan
dalam desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan
bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu
bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa
berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL.
Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka
bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap
sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki
bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah
1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara,
dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol
0,81 kali bobot volume air yang setara.
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih
ringan daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari
1,00 lebih berat daripada air.Bobot jenis dinyatakan dalam desimal
dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang
diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di
belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau
untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States
Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.
Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui
bobot dan volumenya, melalui persamaan berikut :
Bobot jenis = Bobot zat (g)
Bobot sejumlah volume air yang setara(ml)
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan
bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut, umumnya gram,
sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan
abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air
dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang
setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam
mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat
berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25
g.
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya
atau volume bobotnya dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan diatas. Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis
0,80 , maka bobot dari 200 mL dapat dihitung sebagai 0,80. Jika
suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung
sebagai: 120. Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan
bobot jenis dan 1 mL air dianggap berbobot 1 g, persamaan
berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot
(Ansel, 2006)
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada
temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang
paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika
yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1990).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya
menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi
juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik
“pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau
gram/cm2. Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali
mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan
perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per
sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1990).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan
murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga
kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari
definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan
sebagai kerapatan relatif. Berat jenis untuk penggunaan praktis
lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu
zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC
atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC.
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat
ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur
air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan
25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis .
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai
tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat
lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia
dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1990)
Menurut British Standard 2955 (1958) bahwa kerapatan
partikel terbagi atas tiga yaitu :
Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak
termasuk baik terbuka dan tertutup pori-pori dan
merupakan property fundamental dari suatu material.
Kerapatan partikel jelas adalah ketika volume diukur
meliputi intraparticulate pori-pori.
Kerapatan partikel yang efektif adalah volume “dilihat”
oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat penting
dalam proses seperti sedimensi atau fluidisation tetapi
jarang di gunakan dalam bentuk sediaan padat.(Mark
Gibson, 2001).
Kerapatan dapat di ukur melalui pengukuran massa dan
volumenya :
ρ = mV
keterangan : ρ = Massa jenis (g/ml)
m = Massa zat (g)
V = Volume zat (ml)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3
macam bobot jenis yaitu :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk
rongga yang terbuka dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk
pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori
yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih
atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat
digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan
kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan
farmasi. (Lachman, 1994)
Ada tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga-rongga yaitu :
Rongga intrapartikel yang terbuka adalah rongga-rongga terdapat
di dalam partikel tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan luar.
Rongga intrapartikel yang tertutup adalah rongga-rongga terdapat
di dalam partikel tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
Rongga antarpartikel adalah ruang-ruang udara antara dua pertikel
individu.Karena itu, paling tidak ada tiga interpretasi dari “volume
serbuk” yang diajukan :
Volume serbuk sebenarnya atau sejati (Vt) adalah jumlah volume
dari pertikel-partikel padat yang mengabaikan semua ruang yang
lebih besar dari dimensi molekuler, dan yang mempunyai nilai
karakter untuk tiap bahan.
Rumus : padatan =
Volume granuler atau mampat (volume partikel) (vg) adalah
volume komulatif yang diambil oleh partikel-partikel, termasuk
semua rongga intrapartikel (tetapi tidak antarpartikel). Batas antara
intrapartikel terbuka dan ruang udara antarpartikel dapat
diinterpretasi secara berlainan, karena itu interpretasi volume
tergantung dari metode pengukuran.
Rumus : Kerapatan Mampat = bobot zat padatvolume mampat
Volume bulk (vb) adalah jumlah volue yang di pakai oleh seluruh
massa serbuk pada pengepakan khusus yang didapat selama
pengukuran, sehingga interpretasi ini juga tergantung pada metode.
Rumus : Kerapatan Bulk = bobot zat padat
volumebulk
(Lachman 1, Hal. 143-144)
URAIAN BAHAN
1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol/etanol
RM/BM/BJ : C2H6O/46,00
Pemerian : Cair tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah,bergerak,
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p
dan eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Zat tambahan
2. Asam borat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM BORICUM
Nam lain : Asam borat
RM/BM/BJ : H3BO3/61,83/ 1,435
Kerapatan : 1,435 gr/ml
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik,
mengkilap,tidak berwarna,
kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit
kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air,
mendidih dalam 16 bagian etanol (95%) dan dalam
5 bagian gliserol p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
3. Parafin cair (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain : paraffin cair
RM/BM/BJ : C3H8O3/ 92,09/ Bobot per ml 0,870 g sampai
0,890 g.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensasi;
Tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir
Tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) p; larut dalam kloroform p; dan dalam
4. Komposisi situp ABC
Air
Gula
Perisa jeruk
Pengatur keasaman
Pemanis buatan Natrium siklamat 0,6 g/kg
Pengawet natrium benzoat
Sari buah jeruk
Antioksidan vitamin C
5. Komposisi sirup marjan
Gula
Air
Perisa melon
Sari buah melon
Pengawet Natrium Benzoat
Pengaturan keasaman
Pewarna tartrazin C1 19140
Biru berlian C1 42090
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Piknometer 25 ml
2. Gelas ukur 50 ml
3. Tab density
B. BAHAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Asam borat
2. Parafin cair
3. Alkohol
4. Sirup ABC, sirup marjan, sirup freiss, dan sirup DHT
C. CARA KERJA
a. Menentukan Kerapatan Bulk
1. Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,
2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,
3. Diukur volume zat padat,
4. Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:
Kerapatan Bulk = bobot zat padat
volumebulk
b. Menentukan Kerapatan Mampat
1. Ditimbang zat padat (asam borat) sebanyak 10 gram
2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur
3. Diketuk sebanyak 100 kali ketukan
4. Diukur volume yang terbentuk
5. Dihitung kerapatan mampat dengan persamaan :
Kerapatan mampat = bobot zat padatvolume mampat
c. Menetukan Kerapatan Sejati
1. Ditimbang piknometer kosong beserta tutupnya
2. Ditimbang piknometer + paraffin dan tutupnya
3. Ditimbang piknometer + asam borat dan tutupnya
4. Ditimbang piknometer + paraffin + asam borat dan
tutupnya
5. Dihitung paraffin pada suhu 25o
6. Dihitung berat sampel
7. Dihitung sampel + paraffin
8. Dihitung berat paraffin yang digantikan
9. Diukur volume asam borat
10. Dihitung kerapat sejati
d. Menentukan Bobot Jenis
1. Ditimbang piknometer kosong
2. Ditimbang piknometer kosong + sampel
3. Dihitung berat sampel
4. Dihitung bobot jenis
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam dunia farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan
piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. sedangkan kerugiannya yaitu
berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Piknometer harus selalu dalam
keadaan steril. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan
bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Untuk menetukan kerapatan bulk, zat padat yaitu asam borat ditimbang
sebanyak 10,0016 gram. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,
volume yang diperoleh sebanyak 12,5 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk
ditimbang dengan membagi bobot asam borat dengan volume, sehingga diperoleh
nilai kerapatan bulk 0,8001 g/ml.
Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam borat yang
sama, kemudian gelas ukur yang berisi asam borat diketuk 100 kali dengan tab
density. Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil
11,5 ml. Penggunaan alat tab density dimaksudkan agar kekuatan ketukan yang
diberikan lebih akurat. Dengan perhitungan yang sama dengan kerapatan bulk,
maka diperoleh kerapatan mampat sebesar 0,8697 g/ml.
Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang
ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 17,3907gram.
Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada
tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi bobot
piknometer yang sesungguhnya misalnya minyak. Piknometer kemudian diisi
dengan paraffin cair hingga penuh dan tidak ada gelembung udara. Berat
piknometer dan paraffin cair yang diperoleh adalah 57,1343 g. Setelah itu
piknometer dibersihkan dan dikeringkan dan diisi dengan asam borat beserta
tutupnya dan diperoleh hasil 53,3425. Piknometer yang berisi asam borat tersebut
kemudian ditambahkan paraffin cair sambil dikocok-kocok hingga tidak terdapat
gelembung udara didalamnya. Kemudian ditimbang pada suhu 25o dan diperoleh
hasil sebesar 84,3839 g. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat
menutupi pori pada asam borat, dan paraffin cair tidak dapat melarutkan asam
borat. Setelah itu dihitung berat paraffin suhu 25o yaitu dengan mengurangkan
berat piknometer + paraffin dengan berat pinometer kosong hasilnya 39,7436 g.
Kemudian dihitung berat asam borat dengan cara mengurangkan berat piknometer
+ asam borat dengan berat piknometer kosong hasilnya 35,9518 g. Dihitung berat
asam borat + paraffin dengan mengurangkan berat piknometer + asam borat +
paraffin dengan berat piknometer kosong diperoleh hasil 66,9932 g. Kemudian
dihitung berat paraffin yang digantikan yaitu dengan mengurang hasil dari berat
asam borat + paraffin dengan berat paraffin pada suhu 25o dan berat asam borat
hasilnya 63,2014 g. Setelah itu diukur volume asam borat dengan cara membagi
nilai dari berat paraffin yang digantikan dengan ρ (massa jenis) dari paraffin. Dan
terakhir dihitung nilai kerapatan sejati yakni dengan membagi nilai dari berat
asam borat dengan volume asam borat dan diperoleh hasil 0,4521 g/ml.
Untuk penentuan bobot jenis suatu cairan dilakukan dengan terlebih
dahulu membersihkan piknometer hingga kering. Kemudian dilakukan
pengukuran piknometer kosong. Berat piknometer kosong yang diperoleh adalah
27,9949 g. Setelah itu piknometer diisi dengan sampel sirup marjan kemudian
ditimbang dan diperoleh hasil sebesar 95,6066 g. Kemudian setelah diperoleh
kedua data tersebut maka dihitung berat sampel yaitu dengan mengurangkan berat
piknometer + sirup marjan dengan berat pinometer kosong yakni 67,6117 g.
Setelah itu barulah dihitung nilai bobot jenis dari sampel sirup marjan dengan
membagi nilai dari berat sampel dengan volume piknometer yang digunakan.
Dalam pratikum ini piknometer yang digunakan adalah yang bervolume 50 ml.
Maka diperoleh nilai dari bobot jenis sirup marjan yaitu 1,3522 g/ml.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Kerapatan bulk yang diperoleh dengan sampel asam borat
adalah 0,8001 g/ml
2. Kerapatan mampat yang diperoleh adalah 0,8697 g/ml
3. Kerapatan sejati 0,4521 g/ml
4. Nilai bobot jenis yang diperoleh dengan sampel sirup marjan
adalah 1,3522
B. SARAN
Diharapkan agar pratikum kedepannya dapat dilaksanakan
dengan lebih efektif dan lebih terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Makassar :
Universitas Muslim Indonesia.
Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta.
Gibson, M. 2004. Pharmaceutical Preformulation and formulation.
HIS Health Group : Tailor dan Prancis.
Martin,Alfred.1990. Farmasi Fisika I. Jakarta :
Penerbit universitas Indonesia.