walhisumsel.or.idhutan dan lahan, serta pengeringan melalui kanalisasi. buku berilustrasi ini hadir...
TRANSCRIPT
4
JAGA EKOSISTEM GAMBUT DARI KEHANCURAN
Buku BergambarPerlindungan dan Pengelolaan Lahan Gambut
Melalui Skema Desa Ekologis
Diterbitkan Oleh:Konsorsium Walhi Sumsel - INAgri - KOMPAG
Komplek Way Hitam Jl. Musi 6 Blok T 28 RT.02 RW. 07 Kel. Siring Agung, Kec. Ilir Barat I, Palembang, Sumatera Selatan 30151
Email: [email protected] Website: www.walhisumsel.or.id
Didukung Oleh:ICCTF - UKCCU
Penulis:Syam Asinar Radjam
Ilustrator :Sungging Priyanto
Penata Letak:Aching A.E.
Editor:Dyah Sarasvati
Jumlah Halaman:32 halaman
Edisi/Cetakan:
Cetakan Pertama, Maret 2018Dicetak oleh UC Print, Palembang
4
5
Sekapur Sirih
Salam Adil dan Lestari!
Masyarakat dan ekosistem gambut merupakan kesatuan dan en-titas kebudayaan, sosial, norma, dan ekonomi yang tidak dapat dipisahkan. Ini yang kita sebut sebagai masyarakat ekosistem rawa gambut. Rawa gambut bukanlah komoditi, Keberadaanya sangat penting bagi keberlangsungan seluruh ekosistem di dalam dan sekitarnya.
Namun, pandangan dan praktik-praktik yang dilakukan “negara” telah mengancam keunikan rawa gambut. Ini dibuktikan dengan memberikan izin kepada industri berbasiskan lahan untuk mengua-sai ekosistem yang esensial ini. Dampaknya adalah dalam rentang waktu yang singkat ekosistem gambut terus mengalami kerusakan, dan penurunan kualitasnya. Penyebab utamanya adalah kebakaran hutan dan lahan, serta pengeringan melalui kanalisasi.
Buku berilustrasi ini hadir untuk menyampaikan “pesan dari tapak” bahwa masyarakat terbukti telah bersahabat dengan ekosistem gambut sejak lama. Berbagai praktik-praktik masyarakat di kawasan gambut diceritakan di sini. Penggunan media visual ini sengaja di-pilih agar lebih pesan yang disampaikan lebih mudah diterima oleh segala umur.
Semoga kehadiran buku berilustrasi ini menjadi bahan pembela-jaran bagi masyarakat Indonesia tentang pentingnya pelestarian ekosistem rawa gambut, dan dapat berguna lebih jauh untuk mem-bangun generasi yang peduli pada pengelolaan gambut yang adil dan lestari..
Palembang, Maret 2018
WALHI Sumatera Selatan
Hadi JatmikoDirektur Eksekutif
5
7
Suatu hari di Desa Rawang Lestari, sebuah desa permai di kawasan gambut. Desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hutan dan
tanam tumbuh bermanfaat tumbuh subur.
Daratan serta perairan sungai dan rawa menyediakan sumber peng-hidupan bagi seluruh warga desa. Alam elok, anak-anak
tumbuh riang, warga rukun dan sejahtera.
7
8
Kedamaian di desa Rawang Lestari
mendadak terusik.
Langit yang cerah tiba-tiba berubah.
Asap tebal dan pekat tampak
membumbung di kejauhan.
Pertanda telah terjadi kebakaran. Tampaknya yang terbakar adalah hutan gambut di
tepi desa.
Wahana, Ina, dan Konus yang tengah asyik bermain,
segera siap beraksi…
8
9
Tanpa menunda waktu, Wahana melesat ke hutan yang terbakar. Kobaran api
telah membesar.
Ina memanggil warga desa untuk
berkumpul.
Konus mengajak semua warga yang telah berkumpul segera berangkat
untuk memadamkan kebakaran.
Wahana, Ina, dan Konus segera bertindak. Mereka berubah menjadi tiga
bocah super... Trio WAINAKO.
9
10
Di hutan yang terbakar… Wahana menggunakan kekuatan super
yang mampu membersihkan lahan. Mem-buat jalur pemisah antara lahan yang terbakar dengan yang belum terbakar
atau disebut sekat bakar.
Sekat bakar berupa jalur yang dibersihkan hingga bebas rumput dan tumbuhan lain agar memiliki resiko kebakaran rendah. Penyebaran
api yang menjalar masuk ke bagian tepi sekat bakar akan melambat, sehingga dapat memberi kesempatan bagi orang di sekitarnya untuk
memadamkan api sebelum menjalar ke tempat lainnya.
10
11
Dengan kekuatan supernya, Ina segera menebar benih dan bibit tumbuhan penahan api.
Tumbuhan penahan api umumnya berasal dari jenis tumbuhan yang
banyak mengandung air, tidak mudah terbakar, mampu bertahan hidup
meski terbakar...
... sekaligus mampu mencegah kebakaran
makin meluas.
11
12
Konus pun mengerahkan kekuatan supernya... Dari tangannya keluar air amat banyak hingga
mampu membasahi bahkan menggenangi lahan gambut yang sedang terbakar.
Meski api di atas permukaan tanah tampak sudah padam, bukan berarti api di dalam lapisan gambut sudah padam.
Api di dalam gambut dapat bertahan berhari-hari bahkan berbulan dan menjalar ke tempat lain.
Konus berpesan… apabila terjadi kebakaran di lahan gambut, jangan sirami api yang sedang menyala, tapi genangi lahan yang sedang terbakar maupun lahan yang belum terbakar.
Genangi hingga benar-benar basah.
12
13
Warga desa Rawang Lestari pun bahu-membahu… bergotong-royong memadamkan kebakaran yang terjadi.
Kebakaran lahan gambut harus berhasil dipadamkan, agar kekayaan alam dan sumber penghidupan masyarakat dapat
terjaga dan memberi manfaat secara berkelanjutan.
13
14
Akhirnya, kerjasama seluruh warga desa Rawang Lestari dibantu Trio Wainako berhasil. Api di lahan gambut padam. Meski lelah,
semua warga desa kini merasa lega.
Desa pun terhindar dari bencana.
14
15
Rawa gambut adalah sebuah ekosistem yang unik. Menyediakan banyak manfaat bagi keberlangsungan mahluk hidup di bumi. Tetapi,
ekosistem ini sangat rentan. Mudah sekali menjadi rusak apabila dikelola dengan cara yang tidak tepat.
Tahukah kamu, gambut berperan penting dalam mencegah perubahan iklim dan bencana alam?
Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral di dunia. Ketika gambut rusak, karbon yang
tersimpan dalam lahan gambut akan dapat terlepas ke udara, menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Lapisan ozon
akan bertambah rusak, pemanasan global dan perubahan iklim pun semakin parah.
Gambut amat penting bagi dalam daur air di bumi karena gambut mampu menyimpan air hingga 5 hingga 9 kali bobotnya. Dengan
demikian, gambut dapat mengendalikan banjir ketika musim peng-hujan dan dapat melepaskan cadangan air ketika kemarau panjang.
Jadi, Bila gambut dirusak… wilayah sekitar gambut akan mengalami bencana banjir atau kekeringan.
15
16
Oleh karena itu, ayo kita jaga gambut agar
tetap lestari! Gambut yang telah terlanjur rusak, mesti
kita pulihkan lagi.
16
17
Mulai dengan memahami apa yang dimaksud dengan gambut? Apa manfaat atau
fungsi ekosistem rawa gambut bagi kehidupan di bumi?
Baik manfaat ekologis, ekonomi,
maupun sosial, dan budaya.
Cari tahu juga apa yang dapat merusak ekosistem rawa gambut serta bagaimana cara
memulihkannya!
17
18
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari penumpukan sisa-sisa pohon, daun, rerumputan, lumut, serta jasad hewan yang
setengah membusuk atau tidak terurai sempurna karena tergenang air. Sisa-sisa bahan organik ini menumpuk selama ribuan tahun
hingga membentuk endapan yang tebal.
Umumnya gambut terdapat di daerah genangan air (rawa, cekungan antara sungai, atau daerah pantai). Sebagian besar lahan gambut
masih berupa hutan yang menjadi habitat beraneka jenis tumbuhan dan hewan langka.
Beberapa jenis tumbuhan amat berguna bagi masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Beraneka fauna yang hidup di lahan gambut
berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.
Jaga gambut agar selalu basah, agar rumah besar bagi tumbuhan dan satwa langka ini tidak mudah terbakar.
Pepohonan
Jasad HewanRerumputan
Lumut
18
19
Lahan gambut merupakan ekosistem alami bagi aneka tumbuhan kehidupan yang juga memiliki nilai ekonomi yang dibutuhkan
masyarakat di sekitarnya.
Selain tumbuhan asli, ada banyak jenis tumbuhan budidaya yang dikembangkan oleh masyarakat tanpa merusak gambut. Contohnya,
kelapa, pinang, karet, nanas, pisang, padi, dan palawija.
Beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh baik di lahan gambut
antara lain adalah sagu,
rotan, jelutung, mahang, rumbia,
dan lain-lain.
Ekosistem rawa gambut kaya dengan potensi perikanan. Selain itu, cocok untuk pengembangbiakan hewan ternak khas, contohnya kerbau
rawa Pampangan yang banyak dijumpai di Sumatera Selatan.
19
20
Lahan gambut adalah ekosistem yang unik. Budaya yang terbentuk di masyarakat di kawasan gambut juga unik dan khas.
Keadaan alam di lahan gambut tidak memungkinkan orang bekerja sendiri-sendiri, melainkan harus bekerjasama agar dapat
memanfaatkan gambut sebagai sumber penghidupan.
Hal ini membentuk budaya gotong-royong yang kuat.
Keunikan tumbuhan di lahan gambut memicu kreatifitas masyarakat memanfaatkan tumbuhan purun sebagai bahan
anyaman. Purun dianyam menjadi aneka kerajinan yang dapat digunakan sehari-hari. Mulai dari tikar, aneka tas, dompet, hingga
pernak-pernik, dan lain sebagainya.
20
21
Sayang, selain tidak semua orang memahami pentingnya gambut bagi kehidupan di bumi banyak juga yang secara sengaja merusak
ekosistem gambut.
Penyebab utama kerusakan ekosistem gambut adalah pembalakan dan alih fungsi lahan.
Pembalakan atau Penebangan Hutan. Pepohonan di hutan
menjaga gambut tetap basah sepanjang tahun. Kegiatan
pembalakan atau penebangan pohon secara besar-besaran akan menggundulkan hutan di
lahan gambut.
21
22
Alih Fungsi Lahan.Banyak orang berpikir keliru menganggap lahan gambut tidak
produktif dan dapat dikeringkan agar dapat ditanami dengan satu jenis tanaman (monokultur) skala besar. Lahan gambut pun dialih-
fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit atau akasia.
Pembalakan hutan di lahan gambut biasanya disertai dengan penggalian parit untuk mengalirkan balok kayu ke sungai. Pembukaan lahan gambut untuk perkebunan skala besar
juga diawali dengan pembuatan parit/kanal untuk memudahkan pengeringan gambut.
Hilangnya tutupan hutan akibat pembalakan maupun diubah menjadi perkebunan akan membuat lahan gambut dapat langsung terkena
sinar matahari. Penggalian parit atau kanal mengakibatkan air yang tersimpan di dalam gambut akan mengalir. Gambut pun mengering dan mudah terbakar. Inilah penyebab utama kebakaran lahan dan
hutan gambut.
22
23
Praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan juga turut merusak gambut. Contohnya:
- penggunaan bahan-bahan kimia pertanian - pengolahan tanah berlebihan
- pembuatan parit untuk membuang air dari lahan budidaya di kawasan gambut.
23
24
Ketika sudah kering, gambut tak lagi dapat berfungsi menyerap air. Sifatnya menjadi mirip kayu kering. Pada saat kadar air
menyusut di musim kemarau, pengeringan gambut oleh manusia meningkatkan potensi terjadinya kebakaran.
Ketika ada api, api akan membakar bahan-bahan yang ada di atas permukaan lahan
gambut, baik pepohonan, semak, dan lain-lain.
Api akan menyebar tanpa kendali hingga ke bawah
permukaan tanah, membakar bahan organik melalui
pori-pori gambut.
Pada tahun 2015 terjadi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang amat besar. Dalam catatan pemerintah,
kurang lebih 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar. Sepertiga dari lahan yang terbakar merupakan lahan
gambut.
24
25
Hutan rawa gambut merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati. Di Sumatera saja, lebih dari 300 jenis tumbuhan dijumpai di hutan rawa gambut. Sebagian memiliki nilai komersial tinggi. Contohnya,
Ramin (Gonystylus bancanus), Jelutung (Dyera costulata), dan Meranti (Shorea spp.). Akibat kegiatan pengrusakan gambut, jenis-
jenis tumbuhan ini kini terancam punah.
Beraneka jenis hewan mamalia, burung, serangga, dll, hidup di hutan gambut. Sebagian spesies terancam punah, contoh
harimau sumatera dan orang utan. Kebakaran lahan gambut berakibat langsung dengan keberlangsungan hidup satwa
langka yang hidup di sana.
Pada tahun 2015...
Indonesia mengalami bencana ekologis
yang amat merugikan.
Kabut asap yang timbul akibat keba-karan, menghalangi pandangan. Jarak pandang menurun
drastis hingga meng-ganggu kegiatan manusia. Banyak bandara ditutup.
25
26
Bencana kabut asap memaksa sekitar 25 ribu
sekolah ditutup selama 34 hari. Sekitar 4,5 juta siswa diliburkan demi keselamatan
dan kesehatan.
Kabut asap juga menye-babkan 0,5 juta penduduk
Indonesia menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sekitar 19 orang
meninggal.
Kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp 221 triliun.
Banyaknya emisi karbon yang dilepas ke udara akibat kebakaran saat itu, kurang lebih setara 800 mega hingga 1,6 giga metrik ton karbon dioksida. Padahal ke-bakaran tahun 2015 hanya berlangsung sekitar 3 bulan.
26
27
Kebakaran hutan dan lahan, termasuk pengrusakan ekosistem gambut, sangat merugikan. Oleh karena itu harus dicegah. Gambut yang telah rusak, mesti diper-baiki atau dipulihkan.
Upaya pemulihan gambut dikenal juga dengan istilah “restorasi gambut”. Tujuannya untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan menyejahterakan ma-syarakat.
Restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan, yang dikenal dengan istilah 3 R; Rewetting, Revegetasi,
dan Revitalisasi.
Rewetting (pembasahan
kembali)
Revegetasi(Penanaman
kembali)
Revitalisasi (mengembang-
kan kembali sumber mata pencaharian masyarakat setempat)
27
28
Rewetting dilakukan dengan melakukan penataan air di lahan gambut, misalnya dengan menimbun dan atau menyekat parit dan kanal yang ada di lahan gambut agar air tidak mengalir atau pergi
dari lahan gambut.
Bila gambut sudah kembali basah, gambut tak mudah terurai (terdekomposisi) apalagi terbakar.
Rewetting atau pembasahan kembali dimaksudkan untuk menjaga gambut
tetap basah atau lembab.
28
29
Revegetasi atau penanaman kembali lahan gambut dapat dilakukan setelah gambut telah kembali basah (lembab). Ada banyak jenis
tumbuhan yang dapat ditanam. Bisa dari jenis tumbuhan asli setempat. Bisa juga jenis tumbuhan yang “ramah gambut” atau
tidak mengganggu siklus air di ekosistem gambut.
Beberapa jenis tumbuhan asli ekosistem gambut antara lain jelutung, ramin, dan meranti. Jenis tumbuhan misalnya kelapa,
pinang, karet, nanas, tergolong ramah gambut dan memilikinilai ekonomi bagi masyarakat lokal.
Kegiatan penanaman kembali dapat dilakukan melalui tahapan penyemaian, pembibitan, dan penanaman. Dapat pula dilakukan dengan cara alami dengan cara menebar benih ke atas lahan
yang akan ditanami.
29
30
Agar pemulihan ekosistem gambut
berjalan baik, perlu upaya merevitalisasi atau mengembangkan kembali sumber mata pencaharian masyara-
kat setempat.
Revitalisasi diarahkan pada peningkatan tarap hidup masyarakat melalui pemanfaatan dan pengelolaan lahan gambut secara lestari.
Masyarakat yang telah lama tinggal di kawasan gambut
memiliki budaya agroekologis dan mata pencaharian
berkelanjutan tanpa merusak gambut.
Arah revitalisasi sebaiknya dilakukan berdasarkan penge-tahuan dan praktik agroekologis yang
telah ada di masyarakat.
30
31
Nah, kita sudah belajar memahami gambut,
dari persoalan hingga cara memulihkan agar
gambut tetap lestari.
Bersama Trio Wainako, ayo
jaga dan kelola gambut di desa masing-masing
secara bijaksana! Kita bangun
desa-desa ekologis di kawasan gambut
di Indonesia. Semoga menjadi kabar baik!
31
32
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) adalah organisasi lingkungan hidup yang independen, non-profit dan terbesar di In-donesia. Saat ini WALHI hadir di 26 propinsi dengan 436 organ-isasi anggota.
Lahir pada tanggal 15 Oktober 1980 sebagai forum kelompok ma-syarakat sipil yang terdiri dari organisasi non-pemerintah (Ornop/NGO), Kelompok Pecinta Alam (KPA) dan Kelompok Swadaya Ma-syarakat (KSM) sebagai reaksi dan keprihatinan atas ketidakadilan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan sumber-sumber kehidu-pan, sebagai akibat dari paradigma dan proses pembangunan yang tidak memihak keberlanjutan dan keadilan.
Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) didirikan oleh para praktisi pertanian ekologis (agroekologi) dan pengembangan pede-saan. Lembaga ini aktif mengembangkan konsep, praktik, serta gerakan agroekologi melalui pembangunan stasiun-stasiun lapangan di beberapa wilayah di Indonesia. Fokus kerja INAgri melingkupi pendidikan dan pengembangan produk komunitas untuk menguatkan proses pengembangan pedesaan dengan prinsip-prinsip keberlanju-tan dan keadilan ekologis.
Komunitas Pengelola Rawa Gambut (KOMPAG) merupakan per-kumpulan masyarakat ekosistem rawa gambut di Sumatera Selatan. Di tahun 2014 KOMPAG diinisiasi oleh WALHI Sumsel bersama komunitas untuk melakukan perlindungan wilayah kelola rakyat dari ancaman kerusakan lingkungan hidup yang selama ini disebabkan oleh industri-industri berbasikan lahan serta kebijakan yang tidak berpihak pada lingkungan hidup dan hak-hak rakyat atas sumber daya alam.