human herpes virus

Upload: ala

Post on 16-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2.1 Human Herpesvirus Famili human herpesvirus yaitu Herpetoviridae, dan anggota yang paling dikenal herpes simplex virus, sebagai virus DNA. 1 Klasifikasi Human herves virus4 Sifat Biologik Sub family (herpesvirinae ) Siklus Pertumbuh an dan Infeksi Laten Contoh Genus (-virus) Nama khusus (herpen virus manusia ) Alfa Pendek, sitolitik Neuroge Simpleks n 1 2 Virus herpes Nama Umum

Sitopatolog i

simpleks tipe 1 Virus herpes

simpleks tipe 2 Varicello 3 Virus varisella zoster Beta Panjang, Kelenjar Cytomegalo 5 Sitomegalovir us Roseolo 6 7 Hervesvirus manusia 6 Hervesvirus manusia 7 Gama Bervariasi, limfoproliferatif Jaringan limfoid Lymphocryp to Rhadino 8 4 Virus Epstein bar Hervesvirus

sitomegalik , ginjal Panjang, limfoproliferatif Jaringan limfoid

terkait sarcoma Kaposi

2.2 Herves simples virus1 Dua tipe herpes simpleks virus meiliki kesamaan structural tetapi berbeda antigeniknya. HSV-1 menyebar melalui saliva terinfeksi atau lesi-lesi perioral yang aktif. HSV-1 beradaptasi pada oral, fasial, dan area ocular. Faring, sisi intra oral, bibir, mata, dan kulit di atas pinggang yang paling sering terlibat. HSV-2 beradaptasi pada region genital, ditularkan melalui kontak seksual, dan melibatkan genitalia dan kulit dibawah pinggang. Infeksi secara klinis virus HSV menyebar dengan dua pola. 1. Infeksi primer Terjadi pada young age, sering asimtomatik, dan biasanya tidak menyebabkan morbiditas secara signifikan. Pada poin ini, virus dibawa oleh nervus sensori dan ditransport ke sensori yang berhubungan atau, terkadang, ganglia autonom dimana virus bertahan dalam status laten. Dengan infeksi HSV-1, lokasi paling sering untuk status laten yaitu ganglion trigeminal, tetapi lokasi lain yang memungkinkan termasuk nodus ganglion nervus vagus, ganglia akar dorsal, dan otak. Virus menggunakan akson neuron sensori untuk bergerak menuju dan kembali ke kulit peripheral atau mukosa.

2. Infeksi sekunder, rekuren HSV-1 Terjadi dengan reaktivasi virus, meskipun banyak pasien bisa

menunjukkan asymptomatic viral shedding dalam salivanya. Rekuren simtomatik umum dan mempengaruhi epithelium dan disuplai oleh

ganglion sensori. Penyebaran terhadap host yang belum terinfeksi dapat terjadi dengan mudah selama periode asymptomatic viral shedding atau dari lesi-lesi aktif simtomatik. Tambahan virus dapat menyebar ke sisi lain pada host yang sama untuk membuat tempat tinggal pada gangion sensori sebagai lokasi baru. Sejumlah kondisi seperti usia tua, sinar ultra violet, stress fisik atau emosional, fatigue, panas, dingin, kehamilan, alergi, trauma, terapi dental, penyakit respiratori, demam, menstruasi, penyakit sistemik, atau malignansi dikaitkan dengan reaktivasi virus. 2.3 Patogenesis2Host (seronegatif)

Direct contact with HSV Primary disease gingivostomatitis atau subclinical infection

reaktivation

Secondary disease

Host (seropositive) latent virus in nerve ganglia

resolution

2.4 Faktor predisposisi 6 y y y y y y y y y Terpaparnya sinar matahari Abrasi kulit Demam Stress Kelelahan Menstruasi Infeksi pada genital Penyakit sistemik Trauma

2.5 Prosedur diagnostik 3 2.5.1 Anamnesis Anamnesis adalah pertanyaan yang diajukan kepada pasien informasi untuk tegaknya suatu diagnosis. Data pasien Nama :R untuk menggali

Jenis kelamin : perempuan Umur : 15 tahun

pertanyaan yang dapat diajukan antar lain: 1. Apa yang menyebabkan kamu datang ke dental office? 2. Sejak kapan rasa sakit mulai dirasakan? 3. Apa yang kamu rasakan atau terlihat pertama kali sejak timbul rasa sakitnya? 4. Apa yang membuat kamu merasa lebih baik atau lebih buruk sehubungan dengan rasa sakit ini?

5. Apakah kamu pernah melakukan pemeriksaan sebelumnya? 6. Apa yang pernah dilakukan untuk mengurangi rasa sakitnya? 2.5.2 Pemeriksaan struktur wajah 1. Bibir Catatlah warna bibir, texture, abnormaitas permukaan begitu pula dengansudut bibir, lip pit, cold sores, ulser, nodul, scrab (keropeng), plak keratorik, dan bekas luka. Palpasi bibir atas dan bawah untuk merasakan pembengkakan (swelling) dan indurasi.

2. Palatum keras dan lunak Iluminasi palatum dan inspeksi untuk diskolorasi, swelling, fistula, hyperplasia kesimetrisan. papilla, torus, user, recent burns, leukoplakia, dan

3. Lidah Inspeksi dorsum lidah (saat istirahat) dan lihat apakah terjadi swelling, ulser, variasi ukuran, warna dan tekstur. Amati margin lidah dan catat distribusi filiformis, dan papilla fungiformis, fisura dan daerah berkeratin. Catat perlekatan frenulum dan deviasi ketika mengangkat, menggerakkan idah ke kanan dan kekiri.

4. Pipi Catat perubahan pigmentasi dan movability mukosa, swelling, ulser, nodul, bekas luka, patches white or red

5. Mucobuccal fold maksila dan mandibula Amati warna, texture, swelling, dan fistula. Papasi swelling dan tenderness yang menutupi akar gigi

6. Dasar mulut

Ketika lidah elevasi, amati terbukanya duktus Wharton, karakteristik sekresi kanan dan kiri, swelling, ulser.

7. Gingiva Amati warna, texture, kontur, perlekatan frenulum. Catat ulser, inflamasi gingival, resorpsi, hiperpasia, nodul, swelling, dan fistula Berdasarkan informasi dari pemicu diperoleh bahwa sudah dua hari R mengalami bintil-bintil seperti lepuh kecil lima buah pada kuit sedikit di atas bibir sebelah kiri, yang terasa panas dan perih dan R baru saja selesai menstruasi.

2.5.3Pemeriksaan penunjang4 Diagnosis laboratorium 1. Sitopatologi Metode sitologi yang cepat adalah dengan mewarnai goresan yang diperoleh dari vesikel (missal, dengan pewarnaan Giemse); adanya sel raksasa berinti banyak menunjukkan adanya herpesvirus (HSV-1, HSV2,atau varisela-zoster) membedakan dengan lesi yangh disebabkan oleh coxasackie dan penyakit non virus.

2. Isolasi dan identifikasi virus Isolasi Virus dapat diisolasi dari lesi herpes dan juga dapat ditemukan dalam apusan tenggorokan, apusan saliva, cairan serebrospinalis, dan tinja selama infeksi primer maupun selam periode asimtomatik. 3. Reaksi rantai polymerase (PCR) Uji PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus dan bersifat sensitive dan spesifik.

4. Serologi

Antibody muncul dalam 4-7 hari setelah infeksi dan mencapai puncak dalam 2-4 minggu. Antibody menetap dengan sedikit fluktuasi selama kehidupan pejamu tersebut. Nilai diagnostic pada uji serologi dibatasi oleh banyaknya antigen yang dimiliki oleh HSV-1 dan HSV-2.

2.6 Diagnosis dan diagnosis banding5 Diagnosis R didiagnosis menderita herpes simplex labialis. Gambaran klinis Herpes simplex labialis y Herpes simplex kambuhan cenderung membentuk kelompok-kelompok vesikel yang berulserasi. Vesikel tersebut berkembang dengan cepat pada daerah yang sama mengikuti penyebaran dari saraf yang terinfeksi. Kekambuhan pada tepi vermilion bibir (herpes labialis kambuhan) secara klinis lebih jelas daripada kekambuhan ditandai oleh gambaran kelompokkelompok vesikel kecil yang timbul, menggabung, dan membentuk ulkus kuning-coklat, sedikit cekung yang mempunyai lingkaran merah yang jelas kontak dari cairan yang terinfeksi dengan struktur epidermal yang lain dapat berakibat otoinukasi dari mata (keratokonjungtivitis), jari (herpetic whitlow) atau genitalia (herpes genital). Diagnosis banding Varisela zoster dan Acne 2.7 Perawatan 3/4 Beberapa obat antivirus terbukti efektif melawaan infeksi HSV, termasuk asikovir, valasiklovir, dan vidarabin. Saat ini asiklovir merupakan terapi standar. Semuanya merupakan inhibitoir sintesis DNA virus. Asiklovir, analog nuklesida, mengalami monofosforilasioleh HSV timidin kinase kemudian diubah menjadi bentuk trifosfat oleh kinase selular. Asikovir trifosfat secara efisien digabungkan

ke dalam DNA virus untuk HSV poimerase, tempat mencegah pemanjangan rantai. Obat-obatan ini dapat menekan manifestasi klinis, rekurensi herpes genital. Namun, HSV tetap laten pada ganglion sensorik. Strain virus yang resisten obat dapat timbul. Asiklovir sistemik yang digunakan dengan 200-400 mg lima kali sehari dan ditambahkan dengan terapi suportif. Obat salep asikovir topikal5% (atau analog) digunakan lima kali per hari ketika simtom pertama kali muncul

Referensi: 1. Neville BW., et al.2002. Oral and maxillofacial Pathology. WB Saunders Company. Philadelphia 2. Regezy, JA., Sciuba, J.J. Oral Pathology, Clinical Pathologic Correlation. 4th. Edition. Mosby Company. St. Louis. 3. Greenberg MS, Glick M. Burkeys Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th ed., BC Decjer Inc. Hamilton.2003 4. Jawetz, Melnick,et al. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:EGC 5. Langlais & Miller. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Hipokrates: Jakarta. 1998 h:84 6. Gaby, Alan R. Natural Remedies for Herpes Simplex. Vol 11 No.2 2006