hukum kedua termodinamika
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Seejauh ini topik yang telah dibahas adalah analisis termodinamika dengan
mempergunakan prinsip kekekalan massa dan kekekalan energi, serta hubungan
sifat-sifat. Dalam Bab 2 sampai Bab 4 dasar-dasar ini diaplikasikan untuk situasi
yang lebih komplek. Prinsip kekekalan tidak selalu memadai, sehingga seringkali
hukum kedua termodinamika juga diperlukan dalam analisis termodinamika.
Tujuan dari bab ini adalah untuk memperkenalkan hukum kedua termodinamika.
Sejumlah deduksi, yang dapat disebut sebagai akibat yang pasti dari hukum kedua
juga dibahas. Pembahasan dalam bab ini akan menjadikan dasar untuk
pengembangan berikutnya yang berkaitan dengan hukum kedua di Bab 6 dan 7
5.1. PENGGUNAAN HUKUM KEDUA
Tujuan dari subbab ini adalah untuk memberikan motivasi akan kebutuhan
dan manfaat hukum kedua. Pembahasan yang ada akan menunujukkan
mengapa tidak hanya satu, melainkan sejumlah alternatif telah diajukan
untuk menjelaskan hukum kedua termodinamika.
5.2. PERNYATAAN HUKUM KEDUA
Diantara banyaknya pernyataan alternatif dari hukum kedua, dua pernyataan
yang sering dipergunakan dalam termodinamika teknik adalah pernyataan
Clausius dan Kelvin-Planck. Tujuan dari subbab ini adalah untuk
memperkenalkan kedua pernyataan hukum kedua ini serta menunjukkan
bahwa keduanya sepadan.
Pernyataan Clausius dipilih sebagai titik tolak dalam pembelajaran hukum
kedua beserta konsekuensinya karena sesuai dengan pengalaman sehingga
mudah diterima. Pernyataan Kelvin-Planck mempunyai kelebihan yaitu
memberikan suatu jalan yang efektif untuk memberikan turunan penting dari
hukum kedua, yang berhubungan dengan sistem yang menjalani siklus
termodinamika. Salah satu dari turunan ini adalah ketidaksamaanClausius
(Clausius inequality) (Subbab 6.1) yang mengarahkan secara langsung
kepada sifat entropi dan perumusan hukum kedua yang memudahkan analsis
terhadap sistim tertutup dan volume atur yang menjalani proses yang tidak
harus berupa sebuah siklus.
PERNYATAAN CLAUSIUS UNTUK HUKUM KEDUA
Pernyataan Clausius untuk hukum kedua menegaskan bahwa: Adalah tidak
mungkin bagi sistim apapun untuk beroperasi sedemikian rupa sehingga hasil
tunggalnya akan berupa suatu perpindahan energi dalam bentuk kalor dari
benda yang lebih dingin ke benda yang lebih panas.
Pernyataan Clausius tidak mengesampingkan adanya kemungkinan
memindahkan energi kalor dari suatu benda yang lebih dingin ke benda yang
lebih panas, dimana hal ini dapat secara tepat dilakukan menggunakan
refrijerator (mesin pendingin) dan pompa kalor. Walaupun demikian,
sebagaimana kata-kata “hasil tunggalnya” dalam pernyataan menunjukkan,
bila suatu perpindahan kalor dari suatu pengaruh lain di dalam sistim yang
menangani perpindahalan kalor, sekelilingnya, atau keduanya. Bila sistim
tersebut beroperasi menurut siklus termodinamika, keadaan awalnya akan
kembali setelah setiap akhir siklus, sehingga dengan demikian satu-satunya
tempat yang harus diperiksa untuk pengaruh lain tersebut di atas adalah
sekelilingnya. Sebagai contoh, pendinginan di dalam rumah ditangani oleh
mesin pendingin yang digerakkan oleh motor listrik yang membutuhkan
kerja dari sekelilingnya untuk dapat beroperasi. Pernyataan Clausius bisa
diartikan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat suatu siklus
pendinginan yang beroperasi tanpa adanya masukan berupa kerja.
PERNYATAAN KELVIN-PLANCK UNTUK HUKUM KEDUA
Sebelum membahas pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua, maka
kosnep reservoir termal (thermal reservoir) akan diperkenalkan. Suatu
rerservoir termal, atau singkatnya suatu reservoir (penampungan), adalah
suatu bentuk sistem khusus yang selalu tetap pada suatu temperatur konstan
walaupun energi ditambahkan atau dikurangi melalui perpindahan kalor.
Sebuah reservoir tentu saja merupakan suatu idealisasi, tetapi sistim
semacam itu dapar diserupakan dengan berbagai cara-sebagai atmosfer bumi,
jumlah air yang sangat besar (danau, samudera), suatu balok besar tembaga,
dan sebagainya. Contoh lainnya diberikan oleh suatu sistim yang terdiri dari
dua fasa: walaupun perbandingan massa dari kedua fasa berubah dengan
dipanaskannya atau didinginkannya sistim tersebut pada tekanan konsta,
temeperaturnya tetap akan konstan selama kedua fasa tersebut ada
bersamaan. Sifat ekstensif suatu reservoir termal seperti energi dalam dapat
berubah pada interaksi dengan sistim lainnya walaupun temperatur reservoir
tersebut tetap konstan.
Setelah diperkenalkannya konsep reservoir termal, berikut diberikan
pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua: adalah tidak mungkin sistim
apapun dapat beroperasi dalam siklus termodinamika dan memberikan
sejumlah kerja neto ke sekelilingnya sementara menerima energi melalui
perpindahakan kalor dari suatu reservoir termal tunggal. Pernyataan Kelvin-
Planck tidak mengesampingkan suatu kemungkinan dari suatu sistim untuk
membangkitkan sejumlah kerja neto dari perpindahan kalor yang diambil
dari satu reservoir (penampungan) termal tunggal. Pernyataan ini hanya
menolak kemungkinan tersebut, apabila sistimnya menjalani sebuah siklus
termodinamika.
Pernyataan Kelvin-Planck dapat dinyatakan secara analitis. Untuk
mengembangkan hal ini, pelajarilah suatu sistim yang sedang menajalani
sebuah siklus sambil mempertukarkan energi melalui perpindahan kalor
dengan sebuah reservoir tunggal. Hukum pertama dan hukum kedua masing-
masing memberikan beberapa kendala:
Sebuah kendala diberikan hukum pertama untuk kerja neto dan
perpindahan kalor antara sistim dengan sekelilingnya. Menurut
persamaan 2.40
W Siklus = Q Siklus
Dalam kalimat, kerja neto yang dilakukan oleh sistim yang menjalani
sebuah siklus akan sama dengan perpindahan kalor dengan sekelilingnya.
Perhatikan bahwa jika W Siklus adalah negatif, maka Q Siklus adalah juga
negatif. Dengan demikian, bila sejumlah bersih energi dipindahkan
melalui kerja ke sistim selama menjalani siklus, maka kemudian energi
dalam jumlah yang sama juga dipindahkan melalui kalor dari sistim
selama berlangsungnya siklus.
Sebuah kendala diberikan oleh hukum kedua untuk arah perpindahan
energi ini. Menurut pernyataan Kelvin Planck, suatu sistim yang
menjalani sebuah suklus sambil berhubungan secara termal dengan suatu
reservoir tunggal tidak dapat memberikan sejumlah kerja neto tersebut
tidak dapat bertanda positif. Walaupun demikian, pernyataan Kelvin-
Planck tidak mengesampingkan suatu kemungkinan adanya suatu
perpindahan kerja neto berupa energi ke sistim selama menjalani siklus,
atau bahwa kerja neto tersebut adalah nol.
KESEPADANAN PERNYATAAN CLAUSIUS DAN KELVIN-PLANCK
Kesepadanan dari pernyataan Clausius dan Kelvin-Planck ditunjukkan
dengan memperlihatkan bahwa pelanggaran terhadap setiap pernyataan
memberi arti pula pelanggaran terhadap pernyataan lainnya. Pelanggaran
terhadap pernyataan Clausius yang memberi arti pula pelanggaran
terhadap pernyataan Kelvin Planck telah ditunjukkan dengan gambar 5.2,
yang memperlihatkan satu reservoir panas, satu reservoir dingin, dan sua
sistim. Sisitim disebelah kiri memindahkan energi QC dari reservoir dingin
ke reservoir panas melalui perpindahan kalor tanpa timbulnya pengaruh
lain dan berarti suatu pelanggaran terhadap pernyataan Clausius. Sistem di
sebelah kanan beroperasi dalam sebuah siklus sambil menerima QH (yang
lebih besar dari QC) dari reservoir panas, melepaskan QC ke reservoir
dingin, dan memberikan kerja W Siklus ke sekeliling. Aliran-aliran energi
yang ditandai dalam gambar 5.2 mempunyai arah sesuai dengan yang
ditunjukkan oleh tanda panah.
Perhatikan sistem gabungan yang ditunjukkan dengan garis putus-putus
dalam gambar 5.2, yang terdiri dari reservoir dingin dan kedua alat.
Distem gabungan tersebut dapat dpandang sebagai menjalankan arah
siklus kareana satu bagian menjalani satu siklus dan kedua bagian lainnya
tidak mengalami perubahan bersih dari kondisi-kondisinya. Lagi pula,
sistem gabungan tersebut menerima energi (QH-QC) melalui perpindahan
kalor dari suatu reservoir tunggal, reservoir panas, dan menghasilkan satu
jumlah kerja yang sama. Dengan begitu, sistem gabungan tersebut
melanggar terhadap pernyataan Kelvin-Planck.
5.3. MENGENALI IREVERSIBILITAS
Salah satu kegunaan penting dari hukum termodinamika kedua dalam teknik
rekayasa adalah untuk menentukan kinerja teoretis terbaik sistim. Dengan
membandingkan kinerja aktual dengan kinerja teoretis terbaik, maka
wawasan untuk mendapatkan potensi perbaikan menjadi lebih terbuka.
Seperti yang dapat diperkirakan, kierneja terbaik dievaluasi sebagai fungsi
dari proses yang diidealisasikan. Dalam subbab ini, proses-proses yang
diidealisasikan semacam itu diperkenalkan dan dibedakan dari proses aktual
yang melibatkan ireversibilitas (sifat tak mampu bali).
5.3.1. PROSES IREVERSIBILITAS
Suatu proses dikatakan sebagai ireversibilitas jika sistem dan semua
bagian dari sekelilingnya tidak dapat kembali tepat pada keadaan awalnya
setelah proses berlangsung. Sutau proses dikatakan ireversibilitas jika
keduanya yaitu sistem dan sekelilingnya dapat kembali kepada keadaan-
keadaan awalny. Proses-proses ireversibilitas (tak mampu balik) adalah
pokok bahasan subbab ini. Proses reversibel (mampu balik) akan dibahas
dalan Subbab 5.3.2.
Suatu sistem yang telah menjalani sebuah proses ireversibilitas tidak harus
selalu berarti tidak mampu kembali kepada keadaan awalnya. Akan tetapi,
meskipun sistemnya kembali kepada keadaan awalnya, akan tidak
mungkin untuk mengemabalikan sekelilingnya kepada keadaan awalnya.
Seperti yang digambarkan di bawah ini, hukum kedua dapat digunakan
untuk menentukan apakah keduanya, sistem sekelilingnya, dapat
dikembalikan kepada keadaan awalnya setelah suatu proses terjadi.
Dengan demikian, hukum kedua dapat digunakan untuk menentukan
apakah satu proses tertentu adalah reversibel ataupun ireversibel.
IREVERSIBILITAS
Dari pembahasan terdahulu mengenai pernyataan Clausius untuk hukum
kedua, tampak jelas bahwa proses apapun yang melibatkan perpindahan
kalor spontan dari badan yang lebih panas ke satu badan yang lebih dingin
adalah ireversibel. Jika tidak, maka akan mungkin untuk mengembalikan
energi tersebut dari badan yang lebih dingin ke badan yang lebih panas
tanpa pengaruh apapun diantara kedua badan ini, atau dengan
sekelilingnya. Lagipula, kemungkinan terjadinya hal semacam ini
bertentangan dengan pernyataan Clausius. Sebagai tambahan untuk
perpindahan kalor spontan, proses yang melibatkan hal-hal lain yang
bersifat spontan adalah ireversibel, seperti halnya pada proses ekspansi gas
atau cairan tanpa hambatan. Terdapat juga banyak pengaruh lain yang
muncul selama suatu proses berlangsung sehingga menyebabkan
ireversibilitas. Gesekan, tahanan listrik, histerisis dan deformasi tak elastis
adalah contoh-contoh penting. Sebagai kesimpulannya, proses ireversibel
biasanya akan melibatkan satu atau lebih ireversibilitas berikut ini:
1) Peripindahan kalor melalui perbedaan temperatur yang terbatas kecil
(finite).
2) Ekspansi gas atau cairan tanpa hambatan ke suatu tekanan yang lebih
rendah.
3) Rekasi kimia spontan.
4) Pencampuran spontan antara unsur-unsur dengan komposisi atau
tingkat keadaan yang berbeda.
5) Gesekan-gesekan luncur, demikian pula gesekan pada aliran fluida.
6) Aliran arus listrik melewati suatu tahanan.
7) Magnetisasi atau polarisasi dengan histerisis.
8) Deformasi tidak elastis.
CONTOH IREVERSIBILITAS
Dimanapun suatu ireversibilitas ada selama berlangsungnya suatu proses,
proses tersebut sudah seharusnya menjadi ireversibel. Walaupun demikian,
ireversibilitas dari sutau proses dapat ditunjukkan menggunakan
pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua, dengan prosedur berikut:
1) Asumsikan bawha ada cara untuk mengembalikan sistem dan
sekelilingnnya kepada keadaan awalnya.
2) Tunjukkan sebagai konsekuensi dari asumsi tersebut adalah bahwa
mungkin untuk membentuk satu siklus yang menghasilkan kerja
sementara tidak ada pengaruh lain yang timbul selain dari pada suatu
perpindahan kalor dari sebuah reservoir tunggal. Karena keberadaan
siklus semacam ini ditolah oleh pernyataan Kelvin-Planck, maka
berarti bahwa asumsi awalnya adala tidak tepat dan kemudian berarti
bahwa prosesnya adalah ireversibel.
Sebagai contoh ……….. pergunakan pernyataan Kelvin-Planck untuk
memperlihatkan ireversibilitas suatu proses yang melibatkan gesekan.
Pikirkan sebuah sistem yang terdiri dari satu balok massa m dan satu
bidang miring. Pada awalnya balok tersebut terletak diam di puncak dari
bidang miring tersebut. Balok tersebut kemudian meluncur turun pada
bidang miring itu, sampai akhirnya diam kembali pada letak ketinggian
yang lebih rendah. Tidak ada perpindahan kalor yang berarti antara sistem
dengan sekelilingnya selama proses berlangsung.
Dengan mengaplikasikan neraca energi pada sistem tertutup.
(Uf – Ui) + mg (zf – zi) + (EKf – EKi)o = Qo – Wo atau
Uf –Ui = mg (zi – zf)
Dimana U menunjukkan energi dalam dari sistem balok –bidang miring
dan z adalah ketinggian elevasi dari balok. Jadi, gesekan antara balok
dengan bidang miring selam proses berlangsung, menyebabkan penurunan
energi potensial balok menjadi energi dalam keseluruhan sistem. Karena
tidak ada kerja ataupun interaksi panas yang tejadi antara sistem dengan
sekelilingnya, maka kondisi sekeliling tetap tidak berubah selama proses
berlangsung. Hal ini mengarahkan perhatian menjadi terpusat kepada
sistem saja, yang menunjukkan bahwa proses tersebut adalah ireversibel.
5.4. APLIKASI HUKUM KEDUA PADA SIKLUS TERMODINAMIKA
Subbab ini akan membahas berbagai aplikasi penting dari hukum kedua
termodinamika yang berhubungan dengan siklus gaya, siklus refrijerasi, dam
pompa kalor. Aplikasi semacam ini akan memperluas pemahaman dari
implikasi hukum kedua dan memberikan dasar terhadap dedukasi penting
dari hukum kedua yang akan dibahas pada subbab berikutnya. Pemahaman
terhadap siklus termodinamika sangatlah diperlukan dan untuk itu
direkomendasikan agar subbab 2.6 dikaji ulang dimana siklus dibahas
berdasarkan prespektif atau sudut pandang hukum pertama dan
diperkenalkannya efisiensi termal siklus gaya dan koefisien keinerja untuk
siklus refrijerasi dan pompa kalor.
5.4.1. INTERPRETASI PERNYATAAN KELVIN-PLANCK
Bentuk analitik pernyataan Kelvin-Planck dari hukum kedua seperti pada
persamaan 5.1. bertujuan untuk menunjukkan bahwa tanda “lebih kecil dari”
dan “sama dengan” terkait dengan terdapat atau tidaknya ireversibilitas
internal.
Seperti tampak pada gambar 5.4. Perhatikanlah sebuah sistem yang
mengalami siklus sambil memindahkan energi melalui perpindahan kalor
dengan sebuah reservoir tunggal. Kerja diberikan ke, atau diterima dari,
sistem puli pemberat yang berlokasi didaerah sekitarnya. Sebuah flywheel,
pegas, atau berbagai peralatan lain dapat juga melakukan fungsi yang sama.
Dalam aplikasi selanjutnya dari persamaan 5.1. sifat ireversibilitas yang
menjadi perhatian utama adalah irerversibilitas internal. Untuk
menghilangkan faktor-faktor eksternal dalam aplikasi semacam itu maka,
asumsikanlah bahwa hal tersebut merupakan satu-satunya ireversibilitas yang
ada. Jadi, sistem puli – pemberat , flywheel dan peralatan lain kemana kinerja
diberikan atau dari mana diterima telah diidealisasikan sebagai tanpa
ireversibilitas.
Untuk menunjukkan hubungan antara tanda “sama dengan” dari persamaan
5.1. tanpa adanya ireversibilitas pertimbangkanlah sebuah siklus yang
beroperasi seperti terlihat Gambar 5.4. dimana terjadi kesepadanan sebagai
kesimpulan dari sebuah siklus:
Sistem akan kembali ke keadaan awalnya.
Karena Wsiklus = 0, maka tidak terjadi perubahan neto dari ketinggian
massa untuk menyimpan energi di daerah sekitarnya.
Karena W siklus = Qsiklus, maka Q siklus = 0 dengan demikian tidak terdapat
perubahan neto di kondisi reservoir.
Jadi sistem dan seluruh elemen di sekitarnya akan kembali seutuhnya ke
kondisi awal masing-masing. Sesuai dengan definisi siklus semacam ini
bersifat reversibel. Dengan demikian, tidak terdapat ireversibilitas di dalam
sistem maupun di daerah sekitarnya. Untuk memeperlihatkan kondisi
sebaliknya akan ditinggalkan sebagai latihan: jika siklus terjadi secara
reversibel maka tanda ketidaksamaan menunjukkan adanya ireversibilitas dan
ketidaksamaan berlaku kapan saja terjadi ireversibilitas.
5.4.2. INTERAKSI SIKLUS DAYA DENGAN DUA RESERVOIR
Sebuah batasan pada kinerja sistem yang menjalani siklus daya dapat
dijelaskan dengan menggunakan pernyataan Kelvin-Planck tentang hukum
kedua. Perhatikan gambar 5.5. yang memperlihatkan sebuah sistem yang
menjalani sebuah siklus yang pada saat bersamaan berinteraksi secara termal
dengan dua reservoir dingin serta menghasilkan kerja neto Wsiklus. Efisiensi
termal dari siklus ini adalah
n = = 1 -
Dengan QH adalah jumlah energi yang diterima sistem dari reservoir panas
melalui perpindahan panas dan QC adalah jumlah energi yang dilepaskan dari
sistem ke reservoir dingin melalui perpindahan kalor. Perpindahan seperti
ditandai pada gambar 5.5. adalah sesuai dengan arah yang diberikan tanda
panah.
Jika nilai QC = 0, sistem pada gambar 5.5. akan mengambil energi QH dari
reservoir panas dan menghasilkan sejumlah kerja yang sama, sementara
mengalami sebuah siklus efisiensi termal untuk siklus semacam ini
mempunyai nilai sama dengan satu (100%). Namun demikian, metode
operasi semacam ini akan bertentangan dengan pernyataan Kelvin-Planck,
jadi tidak dimungkinkan. Hal ini berarti bahwa siklus apapun yang
melakukan sebuah siklus daya dan beroperasi diantara dua reservoir hanya
sebagian fraksi perpindahan kalor QH dapat diperoleh sebagai kerja, dan
sisanya QC harus dilepaskan melalui perpindahan kalor di reservoir dingin.
Jadi, efisiensi termal harus lebih kecil dari 100%. Untuk mencapai
kesimpulan ini tidaklah harus untuk
1) Mengidentifikasi sifat dari zat yang terdapat dalam sistem.
2) Menetukan secara tepat proses yang menyusun siklus tersebut. Atau
3) Menentukan apakah proses merupakan aktual atau didealisasikan.
Kesimpulan bahwa efisiensi termal harus lebih kecil dari 100% berlaku
untuk semua siklus daya apapun detail operasinya. Hal ini dikenal sebagai
efek (corrolary) hukum kedua.
5.5. DEFINISI SKALA TEMPERATUR KELVIN
Hasil dari subbab 5.4 meletakkan batas atas teoretis untuk kinerja siklus daya
refrijerator dan pompa kalor yang berinteraksi secara termal dengan dua
reservoir. Pernyataan tentang efisiensi termal teoretis maksimum dari siklus
daya dan koefisien kinerja teoretis maksimum untuk siklus refrijerasi dan
pompa kalor dibahas dalan subbab 5.6. menggunakan skala temperatur
Kelvin yang didefinisikan pada subbab ini.
Dari efek Carnot kedua diketahui bahwa semua siklus daya reversibel yang
beroperasi diantara dua reservoir yang akan mempunyai efisiensi termal yang
sama tanpa mempertimbangkan sifat zat yang terdapat dalam sistem saat
menjalani siklus atau serangkaian proses. Mengingat efisiensi tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, nilainya dapat dihubungkan dengan sifat
reservoirmasing-masing. Perlu dicatat bahwa perbedaan temperatur antar dua
reservoir lah yang memberikan dorongan untuk terjadinya perpindahan kalor
antara keduanya begitu pula untuk produksi kerja selama proses. Dengan
demikian, efisiensi hanya bergantung pada temperatur kedua re servoir
tersebut.
5.6. UKURAN KINERJA MAKSIMUM SIKLUS YANG BEROPERASI DI
ANTARA DUA RESERVOIR
Diskusi subbab 5.4. dilanjtukan pada subbab ini dengan penyusunan
pernyataan untuk efisiensi termal maksimum siklus daya, dan koefisien
kinerja maksimum siklus refrijerasi dan pompa kalor sebagi fungsi dari
temperatur reservoir yang dihitung pada skala Kelvin. Pernyataan semacam
ini dapat dipergunakan ebagai standar perbandingan untuk siklus daya
aktual, siklus refrijerasi, dan siklus pompa kalor.
5.6.1. SIKLUS DAYA
Penggunaan persamaan 5.6 dalam persamaan 5.2 menghasilkan sebuah
pernyataan untuk efisiensi termal siklus daya reversibel yang beroperasi di
antara reservoir termal pada temperatur TH dan TC yaitu
nmaks = 1 -
yang dikenal sebagai efisiensi Carnot. Karena perbedaan temperatur pada
skala Rankine dan skala temperatur Kelvin, dapat ditunjukkan dengan faktor
tetap 1,8 maka T pada persamaan 5.8 dapat dipergunakan untuk kedua skala
temperatur.
Sesuai dengan kedua efek Carnot, maka dapat dibuktikan bahwa efisiensi
seperti yang diberikan oleh persamaan 5.8 adalah efisiensi termal untuk
semua siklus daya reversibel yang beroperasi diantara dua reservoir termal
pada temperatur TH dan TC dan efisiensi maksimum yang dapat dicapai oleh
setiap siklus daya yang beroperasi diantara dua reservoir termal. Sesuai
pengamatan nilai efisiensi Carnot meningkat sesuai peningkatan TH dan/ atau
penurunan TC .
Persamaan 5.8 digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 5.9.
Temperatur TC digunakan untuk membuat grafik ini adalah 298 K,
mengingat siklus daya aktual melepaskan energi melalui perpindahan kalor
ke temperatur atmosfer setempat atau air pendingin yang diambil dari sungai
atau danau terdekat. Perlu dicatat bahwa kemungkinan untuk meningkatkan
efisiensi termal dengan menurunkan TC di bawah temperatur lingkungan
adalah tidak praktis. Untuk mempertahankan TC dibawah temperatur ambien
akan membutuhkan sebuah mesin pendingin yang membutuhkan suplai kerja
untuk beroperasi.
Gambar 5.9. memperlihatkan bahwa efisiensi termal meningkat dengan TH.
Berdasarkan potongan a-b pada kurva , dimana TH dan n relatif rendah, dapat
dilihat bahwa n meningkat dengan cepat ketika TH yang relatif kecil dapat
mempunyai pengaruh yang besar pada efisiensi. Meskipun kesimpulan ini
diambil dari Gambar 5.9. yang hanya diaplikasikan hanya untuk sistem yang
menjalani siklus reversibel, secara kualitatif kesimpulan ini juga tepat untuk
siklus daya aktual. Efisiensi termal untuk siklus aktual akan meningkat
apabila temperatur rata-rata penambahan energi melalui perpindahan kalor
diturunkan. Namun, memaksimumkan efisiensi termal siklus daya bukanlah
tujuan utama. Dalam praktik, pertimbangan lain seperti biaya yang
diperlukan dapat menjadi lebih penting.
5.6.2. SIKLUS REFRIJERASI DAN POMPA KALOR
Persamaan 5.6. dapat juga diaplikasikan untuk siklus refrijerasi dan pompa
kalor reversibel yang beroperasi diantara dua reservoir termal. QC
merupakan kalor yang ditambahkan ke dalam siklus dari reservoir dingin
pada temperatur TC dalam skala Kelvin, sedangkan QH adalah kalor yang
dibuang dari reservoir panas pada temperatur TH. Substitusi persamaan 5.6 ke
dalam persamaan 5.3. menghasilkan persamaan koefisien kinerja untuk
siklus apapun yang menjalani siklus refrijerasi reversibel dengan dua
reservoir kalor.
5.6.3. APLIKASI
Dalam subbab ini diberikan tiga buah contoh yang menggambarkan
penggunaan efek hukum kedua pada subbab 5.4.2 dan 5.4.3 bersama-sama
dengan persamaan 5.8, 5.9, dan 5. 10.
5.7. SIKLUS CARNOT
Siklus carnot yang diperkenalkan dalam subbab ini memberikan contoh
spesifik dari sebuah siklus daya yang beroperasi diantara dua reservoir
termal. Dua contoh lainnya diberikan dalam Bab 9; siklus Ericsson dan siklus
Stirling. Masing-masing siklus ini menggunakan efisiensi Carnot yang
diberikan dengan persamaan 5.8.
Dalam sebuah siklus Carnot, sistem mengalami siklus yang terdiri dari empat
proses berseri yang bersifat reversibel internal; dua proses adiabatik dan dua
proses isotermal. Gambar 5.10 menunjukkan diagram p-v dari siklus daya
Carnot dengan sistem berupa rangkaian silinder –torakberisi gas. Gambar
5.11 memberikan rincian bagaimana siklus berlangsung. Dinding silinder dan
torak bersifat non-konduksi. Perpindahan kalor terjadi pada arah sesuai tanda
panah. Perlu dicatat bahwa terdapat dua reservoir termal pada temperatur
TH dan TC dan dudukan berisolasi.
Siklus carnot tidak terbatas hanya untuk proses-proses sistem tertutup yang
berlangsung di dalam sistem sislinder torak.