hubungan tingkat religiusitas terhadap kecemasan moral dan
TRANSCRIPT
Copyright© 2021, Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 76
Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral dan Alternatif Pembinaan Moral pada Kenakalan Siswa
Rifai Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Surakarta, Jawa Tengah [email protected]
Abstract: Teenagers as the successors of the Indonesian people have received high expectations
from the community of theis moral behavior. Various challenges faced by adolescents today can be
able to plunge adolescents into immoral behavior. Adolescent moral behavior is based on
adolescent moral anxiety, namely the existence of a personal sense of blame every time a teenager
commits an offense. Moral anxiety of adolescents is influenced by the level of adolescent religiosity,
if adolescents with moderate religiosity tend to have high moral anxiety as well. This research uses
qualitative and quantitative approaches, with non-test instruments. Quantitative data analysis was
used to determine the level of the relationship between the two variables, and qualitative analysis
was used to obtain an alternative to moral development. To get adolescents with good moral
religiosity and anxiety need an alternative moral guidance for juvenile delinquency. Alternative
moral guidance is carried out through the cultivation of the character of faith and devotion to God
who is omnipresent. In addition, it is necessary to involve teachers of Religious Education and
Human Rights as counselors and the implementation of scout extracurricular activities that can
shape the positive character of students.
Keywords: moral anxiety; moral guidance; religiosity; student delinquency; juvenile
delinquency
Abstrak: Remaja sebagai penerus bangsa Indonesia telah mendapatkan ekspetaksi tinggi dari masyarakat dalam perilaku moralnya. Berbagai tantangan yang dihadapi remaja saat ini dapat menjerumuskan remaja ke dalam perilaku tidak bermoral. Perilaku bermoral remaja dilandasi dengan kecemasan moral remaja yakni adanya rasa tertuduh secara pribadi setiap kali remaja melakukan pelanggaran. Kecemasan rmoral remaja dipengaruhi oleh tingkat religiusitas remaja, jika remaja dengan religiusitas sedang cenderung tinggi akan memiliki kecemasan moral yang tinggi pula. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan instrumen non tes. Analisis data kuantitatif untuk mengetahui tingkat hubungan kedua variabel, dan analisis kualitatif digunakan untuk mendapatkan alternatif pembinaan moral. Untuk mendapatkan remaja dengan religiusitas dan kecemasan moral yang baik perlu alternatif pembinaan moral terhadap kenakalan remaja. Alternatif pembinaan moral dilaksanakan melalui penanaman karakter keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang mahaesa. Selain itu perlu pelibatan guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai konselor dan pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka yang dapat membentuk karakter positif siswa.
Kata kunci: kecemasan moral; kenakalan siswa; kenakalan remaja; pembinaan moral;
religiusitas
PENDAHULUAN Para remaja yang saat ini sedang menempuh pendidikan baik dari jenjang dasar
hingga sampai pada perguruan tinggi adalah generasi penerus bangsa. Remaja yang
Jurnal Teologi Gracia Deo Volume 3, No. 2, Januari 2021 (76-87) e-ISSN 2655-6863
DOI: 10.46929/graciadeo.v3i2.63 http://e-journal.sttbaptisjkt.ac.id/index.php/graciadeo
Rifai: Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral…
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 77
masih aktif dalam pendidikan sudah seharusnya menjalankan fungsi sebanding
dengan intelektualnya dalam masyarakat. Sebagai kaum intelektual yang selalu eksis
di tengah perubahan zaman, remaja selalu akan diperhadapkan kepada tantangan
moralitas. Eva Indriani dalam penelitiannya menunjukkan fakta kenakalan remaja di
desa Jati Mulyo disebabkan maraknya tuli-san, gambar-gambar yang tersebar di inter-
net secara mudah akses remaja tanpa mengindah-kan tuntutan moral.1 Nampak jelas
urgenitas masalah moral remaja perlu mendapatkan perhatian. Era digitalisasi telah
mengakibatkan remaja remaja mendapatkan informasi yang merusak moralitasnya.
Selain era digitalisasi persoalan moral remaja juga disebabkan ketidakharmo-
nisan keluarga dan pengaruh buruk lingkungan sekitarnya. Ummu Rohmatin meng-
ungkapkan ke-nakalan siswa SMPN I Singosari tergolong biasa yakni merokok saat
jam istirahat, kebiasaan nongkrong sehabis sekolah dan menargetkan teman sebagai
sasaran pungli. Penyebab kenakalan siswa SMPN I Singosari adalah ketidakharmo-
nisan keluarga dan pengaruh buruk lingkungan sekitar.2 Keluarga merupakan habitat
utama remaja bertumbuh menjadi penerus bangsa. Ketidakharmonisan keluarga
mengakibatkan remaja berusaha melampias-kan luapan emosinya melalui perilaku
menyimpang. Sedangkan lingkungan sekitar meru-pakan habitat kedua bagi pertum-
buhan remaja. Lingkungan yang diisi orang-orang berpe-rilaku buruk akan mempe-
ngaruhi remaja meskipun remaja tersebut memiliki perilaku baik.
Kendati demikian secara fakta di lapangan, masih terdapat sekumpulan remaja
yang memiliki kepedulian terhadap moralitasnya. Kumpulan remaja ini merupakan
kumpulan remaja yang tahan uji. Seperti temuan fakta penulis di lapangan 50 siswa
yang diamati sebanyak 88% atau 44 siswa menyatakan berani menolak ajakan solida-
ritas negatif dari teman. Sedangkan siswa lainnya sebanyak 6 siswa atau 12% siswa
tidak berani menolak solidaritas negatif dengan alasan ketakutan apabila ditolak
komunitasnya. Artinya lebih dari separuh siswa memiliki ketahanan moral yang baik
dalam mencegah perilaku me-nyimpang di sekolah.
Tetapi ditemukan juga kasus-kasus oleh Diah Ningrum bahwa penyimpangan
moral seperti kasus seks bebas, hamil di luar nikah dan aborsi dijumpai pada
lingkungan peserta Focus Group Discussion yang disebabkan adanya kemerosotan
moral. Penyebab kemerosotan moral adalah lingkungan sekolah, pergaulan, kema-
juan teknologi.3 Ini berarti bahwa tindakan amoral telah merebak dalam kehidupan
remaja masa sekarang. Dalam pene-litiannya, Dewi Rahmawati, dkk. mengungkapkan
fakta bahwa teman sebaya memiliki faktor penting dalam perilaku amoral khususnya
1Eva Indriani. “Modernisasi dan Degradasi Moral Remaja (Studi di Desa Jati Mulyo Kec. Jati
Agung Kab. Lampung Selatan)” (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, 2016), 77, Skripsi Sosiologi Agama.
2Ummu Rohmatin, “Pembinaan Moral Sebagai Alternatif Terhadap Kenakalan Siswa di SMPN 1 Singosari” (Malang: Universitas Islam Negeri, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Malang, 2008), 96, Skripsi Pendidikan Agama Islam.
3Diah Ningrum, Kemerosotan Moral Di Kalangan Remaja: Sebuah penelitian Mengenai Parenting Styles dan Pengajaran Adab. (UNISIA, Vol. XXXVII, No. 82 Januari 2015), 28
Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 3, No 2, Januari 2021
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 78
seks pranikah. Dari 163 responden terdapat 117 responden (71,8%) berperilaku seks
pranikah yang dipengaruhi teman sebaya akibat sikap permisif mahasiswa. Sikap
permisif ini membentuk opini bagi kalangan mahasiswa, bahwa perilaku seks pra-
nikah adalah hal wajar untuk memenuhi hak reproduksinya.4 Hasil ini temuan ter-
nyata juga menunjukkan adanya sebagian remaja yang tidak mampu menegakkan
perilaku moral baik.
Seiring dengan tuntutan masyarakat terhadap remaja sebagai penerus bangsa,
ter-dapat ekspetaksi tinggi dari masyarakat supaya remaja berkehidupan baik de-
ngan cara berperilaku sesuai norma moral. Untuk menumbuhkan perilaku remaja
yang baik perlu se-buah format pembinaan bagi remaja supaya terbentuk perilaku
yang sesuai dengan norma moral. Salah satu format yang tepat sebagai tindakan
alternatif adalah pembinaan moral. Dalam pengamatan penulis dimana dari 50
responden terdapat 88% atau 44 siswa yang menyatakan mengetahui ayat-ayat kitab
suci yang berhubungan dengan perilaku moral. Siswa yang mengetahui pegangan
perilaku moral dari ayat-ayat Alkitab diharapkan ber-perilaku sesuai dengan moral
yang diajarkan dalam kitab suci. Ini berarti pembinaan moral merupakan tindakan
alternatif yang bisa ditawarkan dalam mengatasi kenakalan siswa.
Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan tingkat korelasi antara
religiusitas dengan kecemasan moral siswa, serta alternatif pembinaan moral ter-
hadap kenakalan siswa. Melalui penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan reli-
giusitas, dan menum-buhkan kesadaran moral bagi siswa. Selain itu juga melalui
penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif pembinaan moral terhadap
kenakalan siswa, khususnya di SMP Negeri 17 Surakarta.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan instrumen non tes yang berupa observasi, wawancara,
dan kuesioner. Teknik observasi adalah instrumen penelitian yang digunakan dalam
membuat laporan hasil pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang berhu-
bungan dengan sikap spiritual dan sikap sosial.5 Lembar observasi yang digunakan
dalam penelitian ini guna mengumpulkan data yang berhubungan dengan religiusitas
dan kecemasan moral. Teknik wawancara merupakan bagian penelitian survey yang
digunakan ketika alat ukur lain seperti kuesioner tidak mampu mengungkapkan lebih
mendalam informasi dari responden6 Teknik wawancara bersifat fleksibel dalam
tanya jawab dengan responden, bahkan siswa memungkinkan siswa menjelaskan
4Dewi Rahmawati,; Nani Yuniar,; Cece Suriani, “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Perilaku Seks Pranikah Mahasiswa Kos-kosan di Kelurahan Lalolara Tahun 2016.” (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo: Fakultas Kesehatan Masyarakat, ISSN: 250-731X, Vol. 2, NO.5, Januari 2017), 10
5Arsyi Mirdanda, Mengelola Aktivitas Pembelajaran di Sekolah Dasar (Kalimantan Barat: PGRI Kalimantan Barat, 2019), 15
6Esty Aryani Safithry, Asesmen Teknik Tes dan Non Tes (Malang: CV IRDH, 2018), 38
Rifai: Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral…
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 79
kegiatan, kebiasaan-kebiasaan dan hal-hal lain mengenai diri secara rinci.7 Selan-
jutnya instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kue-
sioner. Syofian Siregar menjelaskan teknik pengumpulan informasi yang memung-
kinkan mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik orang.8 Kue-
sioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup di mana res-
ponden tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Setiap data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Analisis data kuantitatif untuk mengetahui tingkat hubungan religiusitas
terhadap kecemasan moral siswa dengan menggunakan teknik koefisien korelasi
Product Moment Pearson. Sedangkan untuk analisis kualitatif digunakan untuk
mendapatkan alternatif pembinaan moral terhadap kenakalan siswa. Data yang telah
terkumpul dianalisis dengan teknik triangulasi di mana dilakukan pengolahan data
secara terus-menerus sampai data jenuh. Dengan pengamatan yang dilaksanakan
secara kontinyu akan didapatkan variasi data yang tinggi. Data yang diperoleh dengan
teknik triangulasi secara umum dikategorikan sebagai data kualitatif.9
HASIL DAN PEMBAHASAN Siswa remaja yang hidup pada periode masa kini mengalami perubahan begitu pesat.
Perubahan tersebut ditunjukkan melalui perubahan masyarakat tradisional menuju
pada masyarakat modern berbasiskan teknologi informatika. Era moderinsasi inilah
yang mengubah tatanan kehidupan serta gaya hidup remaja masa kini. Perubahan
tatanan kehidupan dan gaya hidup remaja secara luas juga mempengaruhi perilaku
remaja ke arah yang menyimpang norma moral. Indriani menunjukkan kenakalan
remaja yang diakibatkan adanya perubahan tatanan dan gaya hidup remaja yakni
bolos sekolah, berkelahi, perkataan dan berpakaian kurang sopan, mencuri, merusak
barang orang lain, gank motor dengan aksi kebut-kebutan dijalan, membunuh,
narkoba, mabuk dan pergaulan bebas disertai seks bebas.10 Perilaku menyimpang
norma moral sudah menjadi kebiasaan setiap hari siswa remaja. Dalam berperilaku
menyimpang siswa remaja seolah-olah merasakan rasa nyaman. Dari pengamatan
lapangan didapati 50 responden yang diamati sebanyak 44 orang atau sekitar 88%
merasa nyaman pada saat bertindak menyimpang norma yang berlaku. Rasa nyaman
remaja dalam bertindak menyimpang dari moral dikarenakan kurangnya kesadaran
moral dalam diri remaja. Remaja yang tidak memiliki kesadaran moral menga-
kibatkan mati rasa kecemasan moralnya yakni hilang rasa cemasnya saat melakukan
pelanggaran moral.
7Safithry, Asesmen Teknik Tes dan Non Tes, 36 8Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2013), 9Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 333. 10Indriani, Modernisasi dan Degradasi Moral Remaja (Studi di Desa Jati Mulyo Kec. Jati Agung Kab.
Lampung Selatan), 77
Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 3, No 2, Januari 2021
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 80
Hasil data statistik kecenderungan rasa nyaman dilatarbelakangi sikap solida-
ritas teman yang negatif. Dari data yang berhasil dikumpulkan adanya beberapa sis-
wa yang masih memiliki perilaku solidaritas negatif yang terbilang tinggi. Dimana
terdapat 46% (23 siswa) mengatakan sangat tidak setuju dan 42% (21 siswa) menga-
takan tidak setuju, jika menolak ajakan solidaritas temannya meskipun tergolong
melanggar tata tertib sekolah. Dan sisanya 12% (6 siswa) mengatakan setuju meno-
lak ajakan solidaritas teman yang melanggar tata tertib sekolah. Rata-rata siswa ma-
sih memiliki prasangka takut jika dikucilkan dalam komunitasnya. Pengucilan seseo-
rang dalam komunitas memicu perilaku solidaritas negatif yang mengarah pada
perbuatan melanggar tata tertib secara kelompok. Rasa solidaritas negatif telah
kecemasan moral yakni matinya perasaan takut akan hati nurani.
Calvin S Hall dan Gardner Lindzey menjelaskan kecemasan moral merupakan
perasaan takut akan hati nurani. Seseorang yang super egonya berkembang baik
cenderung memiliki rasa bersalah apabila bertindak bertentangan dengan norma
moral yang berlaku.11 Untuk memiliki kecemasan moral dengan cara meningkatkan
kehidupan religisiusitas baik. Kecemasan moral akan terbentuk dari dalam diri
remaja apabila memiliki kehidupan religiusitas yang tinggi. Hal senada disampaikan
Agung Kusuma Wardhana dalam temuan penelitiannya bahwa religiusitas memiliki
kontribusi positif sebesar 52,5% terhadap kecemasan moral, yang berarti bahwa
semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi kecemasan moralnya demikian
sebaliknya.12 Merujuk penelitian Wardhana bahwa kenyamaan siswa dalam
bertindak menyimpang moral dilatarbelakangi tingkat religiusitas yang rendah.
Seseorang dengan tingkat religiusitas yang tinggi maka akan memiliki kecemasan
moral yang tinggi sehingga akan memiliki perilaku yang sesuai dengan norma moral.
Dalam penelitian ini, hasil analisa korelasi Product Moment Pearson antara
religiusitas tinggi dengan kecemasan moral sebesar 0,544** yang berarti terdapat
korelasi signifikan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan moral. Hal senada
juga disampaikan Iredho Fani Reza dalam temuannya apabila melihat data statistik
religiusitas dan moralitas siswa Madrasah Aliyah berada pada taraf sedang cenderung
tinggi. Dari hasil data statistik tersebut, sudah seharusnya bersinergi jika diaplikasi
dalam perilaku yang bernilai moral.13 Berdasarkan hasil temuan penelitian penulis
yang menunjukkan pada taraf sedang dilatarbelakangi beberapa perilaku yang
menjelaskan tingkat religiusitas siswa SMP Negeri 17 Surakarta. Religiusitas sese-
orang mempengaruhi kecemasan moral dirinya. Orang yang memiliki tingkat religiu-
11Hall, Calvin S Hall. dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Cetakan ke 18.
(Yogyakarta: Kanisius, 2009), 81 12Agung Kusuma Wardhana, “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Moral Pada
Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.” (Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Psikologi, 2018), 9, Skripsi.
13Iredho Fani Reza, Hubungan Antara Religiusitas Dengan Moral Pada Remaja di Madrasyah Aliyah (MA). Jurnal Ilmiah Humanitas, (Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah, Vol. X No. 2, Agustus 2013), 56
Rifai: Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral…
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 81
sitas tinggi selalu akan merasa tertuduh pada saat melakukan kesalahan. Ini ber-
banding terbalik dengan orang yang memiliki religiusitas rendah, yang cenderung
mengabai beberapa tindakan kesalahan yang pernah dilakukannya. Perasaan seseo-
rang yang merasakan tertuduh akibat kesalahannya diseringkali dinamakan kece-
masan moral.
Satriani menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan moral
yakni 66 mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau yakni dalam kategori tinggi di anta-
ranya kemampuan menerapkan hukum Tuhan pada sistuasi konkrit; adanya tang-
gung jawab pribadi terhadap diri sendiri, lingkungan dan Tuhan; dan tidak mudah
terpengaruh lingkungan yang tidak baik.14 Beberapa yang mendasar dalam mem-
pengaruhi kecemasan moral siswa SMP Negeri 17 Surakarta dalam taraf sedang. Data
dalam penelitian 70% (35 siswa) menyatakan sangat setuju bahwa Tuhan melihat
semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang. Selanjutnya 22% (11 siswa)
menyatakan setuju apabila Tuhan melihat semua perbuatan yang dilakukan semua
orang, sedangkan sisanya terdapat 8% (4 siswa) menyatakan sangat tidak setuju jika
Tuhan melihat semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang. Yang melatar-
belakangi ketidaksetujuan siswa dikarenakan masih adanya perilaku menyimpang
siswa yang tidak pernah terjamah oleh tindakan disiplin dari sekolah.
Namun demikian kondisi tersebut lantas tidaklah menjadi siswa yang baik
menghentikan perbuatannya yang baik. Hal tersebut pada akhirnya memotivasi siswa
untuk mengembalikan segala sesuatunya pada kehendak yang Maha kuasa. Siswa-
siswi tersebut memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan menuntut balas setiap per-
buatan seseorang pada kelak nanti. Dari data statistik yang didapatkan peneliti bahwa
52% (26 siswa) menyatakan setuju jika Tuhan akan memperhitungkan perbuatan
manusia di akhir zaman. Sedangkan hampir 44% (22 siswa menyatakan setuju bahwa
segala perbuatan manusia akan diperhitungkan Tuhan pada akhir zaman. Untuk
sisanya yakni 2 siswa yang masing-masing 1 siswa menyatakan sangat tidak setuju
dan tidak setuju jika Tuhan akan memperhitungkan perbuatan manusia pada akhir
zaman. Keyakinan seseorang akan adanya pembalasan atas segala perbuatan manusia
di akhir zaman menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong memiliki religiusitas
tinggi. Orang yang memiliki hubungan dekat Tuhan, kecenderungan akan menjalani
kehidupannya sesuai dengan petunjuk kitab suci agama yang diyakininya.
Seseorang yang memiliki religiusitas tinggi menunjukkan perilaku kehidupan
beragama yang selalu dekat kepada Tuhan juga memiliki kemampuan dalam bergaul
secara selektif. Pergaulan yang selektif akan menjadikan remaja hidup dalam komu-
nitas yang berperilaku baik. Dalam pengamatan penelitian didapatkan bahwa 16% (8
orang menyatakan sangat setuju dan 62% (31 orang) menyatakan setuju bahwa perlu
mempertimbangkan pergaulan yang sesuai dengan hati nurani. Sedangkan sisanya
14Satriani, Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin
(Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Fakultas Psikologi, 2011), 64, Skripsi.
Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 3, No 2, Januari 2021
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 82
yakni 22% (11 orang) menyatakan tidak setuju jika harus mempertimbangkan per-
gaulan dan pengaruhnya sesuai hati nurani. Tingkat korelasi diantara kedua variabel
pada interval 0,400 – 0,599 dalam tingkat kategori sedang. Ini berarti bahwa tingkat
religiusitas Siswa SMP Negeri 17 Surakarta dalam mempengaruhi kecemasan moral
sekitar 29,6% sedangkan 70,4% merupakan faktor lain di luar religiusitas siswa.
Kehidupan religiusitas tinggi akan membentuk daya tahan diri terhadap godaan
perilaku yang menyimpang norma moral. Seperti yang diungkapkan oleh Maisaroh
dan Fallah yang mengutip Hawari (1997: 18) bahwa kehidupan religiusitas tinggi me-
miliki pedoman dan tahan lebih baik. Agama akan memantapkan jiwa seseorang yang
sedang dalam kebimbangan-kebimbangan.15 Religiusitas tinggi seseorang sebagai
benteng utama dalam memerangi perilaku menyimpang. Dengan memiliki religiusitas
tinggi seseorang akan mampu memilih perilaku-perilaku baik sesuai norma moral
yang berlaku. Ketahanan moral untuk membentengi remaja dari pengaruh buruk
yang ada di sekitarnya. Dadan Sumara, dkk. menjelaskan dalam penelitiannya solusi
internal dalam mengendalikan kenakalan remaja yakni terbentuknya ketahanan diri
remaja untuk tidak terpengaruh dari komunitas buruk pergaulannya.16 Akan tetapi
kenyataan lain muncul secara bersamaan bahwa adanya remaja yang tidak tahan uji
dalam mempertahankan moralitasnya. Untuk itu perlu langkah-langkah konkret da-
lam melaksanakan pembinaan moral siswa sebagai upaya pencegahan terhadap ke-
nakalan remaja.
Langkah pertama yang dilakukan SMP Negeri 17 Surakarta melalui penanaman
karakter keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang mahaesa. Diadakannya
program pembiasaan melaksanakan ibadah sesuai agama dan keyakinannya pada
saat jam istirahat kedua dan sebelum dibunyikannya bel pulang sekolah. Selain
kegiatan rutin ibadah tiap hari juga dilaksanakan ibadah bulanan yakni pada minggu
terakhir setiap bulannya. Pelaksanaan program pembiasaan ini dengan tujuan untuk
memotivasi siswa dalam bertindak sesuai dengan pedoman kebenaran Tuhan. Seperti
yang dijelaskan Maisaroh dan Falah bahwa agama berdimensi vertikal dan horizontal
berisi peraturan-peraturan dari Tuhan yang Maha Esa akan memberikan motivasi
terhadap jiwa manusia untuk berperilaku sesuai pedoman peraturan tersebut guna
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akherat.17 Dalam perilaku sehari-hari manu-
sia yang berpegang pada peraturan Tuhan yang Maha Esa maka akan mengurangi
rasa cemas akan kesalahan.
15Ekka Nur Maisaroh dan Falassifatul Falah, “Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi Ujian
Nasional (UN) Pada Siswa Madrasah Aliyah.” (Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Jurnal Proyeksi, Fakultas Psikologi, ISSN : 1907-8455, Vol. 6 (2), 2011), 86
16Dadan Sumara, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, “Kenakalan Remaja dan Penanggangannya.” (Jurnal Penelitian dan PPM, ISSN: 2442-448X, Vol. 4. No. 2, Juli, 2017), 351-35
17Maisaroh dan Falah, “Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) Pada Siswa Madrasah Aliyah,” 86
Rifai: Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral…
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 83
Seperti yang diungkapkan Rizki bahwa perilaku keagamaan siswa kelas X di
MAN Wonosari dibangun melalui pelaksanaan program pembinaan Imtaq. Program-
program tersebut seperti tadarus, shalat dhuha, shalat dhuhur, pesantren ramadhan,
matrikulasi BTA.18 Langkah yang ditempuh SMP Negeri 17 Surakarta sebagai upaya
peningkatan religiusitas merupakan alternatif pembinaan moral yang dilaksanakan
melalui pembiasaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Dengan melakukan pembiasaan ini, siswa telah disadarkan secara pribadi bahwa
pelanggaran atas tata tertib sekolah merupakan tindakan berdosa. Dari 50 siswa yang
dijadikan model pengamatan, dimana 56% (28 siswa) menyatakan setuju dan 40%
(20 siswa) menyatakan sangat setuju, sedangkan hanya 4% (2 siswa) yang
menyatakan tidak setuju bahwa melanggar tata tertib sekolah merupakan bagian dari
tindakan berdosa. Dengan adanya kesadaran demikian diharapkan akan ditum-
buhkan pribadi-pribadi yang berperilaku tertib sesuai tata tertib yang berlaku. Priba-
di yang berperilaku tertib ini akan tercipta jika program pembiasaan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dilaksanakan secara kontinyu.
Langkah kedua yang ditempuh oleh SMP Negeri 17 Surakarta yakni menem-
patkan guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai konselor. Siswa SMP
merupakan remaja di usia 13-16 tahun yang sedang mengalami perkembangan.
Remaja pada masa usia tersebut sulit dikendalikan dikarenakan sedang mengalami
masa transisi dari remaja menuju pra dewasa, namun sifat kekanak-kanakan masih
terlihat. Pada tahapan ini remaja mengalami perubahan yang cepat baik secara fisik,
emosional dan pola pikir. Khususnya dalam perubahan masalah emosional dan pola
pikir, seorang remaja membutuhkan seorang pendamping secara khusus disini adalah
konselor. Diana Rotua Silaban menjelaskan kehadiran guru PAK akan melengkapi
fungsinya apabila menjadi seorang konselor bagi perubahan perilaku remaja. Remaja
memilih datang kepada guru PAK dikarenakan tidak memiliki rasa sungkan lagi. Guru
PAK yang mampu memberikan pendapat yang berpengaruh akan memberikan
kelegaan dan kenyamaan bagi remaja yang datang bercerita atas masalah yang
dihadapinya.19 Ini berarti seorang guru PAK harus mampu memegang tanggung
jawab secara penuh dalam pembinaan moral remaja dalam fungsinya sebagai kon-
selor. Guru Agama sudah selayaknya mengambil porsi yang lebih besar dalam
menunjukkan peran pentingnya sebagai pembina moral siswa di sekolah.
Perubahan perilaku siswa remaja sehari-hari di sekolah terwujud apabila ada
peran guru agama terhadap pembentukan perilaku siswa. Lilis Ermindyawati meng-
ungkapkan adanya korelasi signifikan sebesar 29,8% peranan guru PAK terhadap
18Rizki Toyibah, “Program Pembinaan Imtaq (Iman dan Taqwa) Untuk Membangun Perilaku
Keagamaan Siswa Kelas X di MAN Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta” (Yogyakarta, Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2015), 54, Skripsi.
19Diana Rotua Silaban, “Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Konselor Bagi Perubahan Perilaku Remaja Kelas X-XI Di SMA Negeri 48 Jakarta Timur” (Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: Regula Fidei, ISSN 2502-8030, Volume 3, Nomor 1, Maret 2018), 478
Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 3, No 2, Januari 2021
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 84
perilaku siswa siswi di Sekolah Dasar Negeri 01 Ujungwatu Jepara.20 Tentu saja pera-
nan guru PAK disini tidak terlepas dari sikap guru dalam memperhatikan perilaku
siswa-siswi sehari-hari. Guru PAK yang memperhatikan perilaku siswa setiap hari
akan bertindak bijak dalam memberikan alternatif pembinaan moral kepada siswa.
Talizaro Tafonao menambahkan bahwa tugas seorang guru PAK yakni mena-
namkan rasa bertanggung jawab. Penanaman nilai-nilai tanggung jawab tersebut
melalui pendidikan, penyuluhan, peneladanan dan penanaman ketaqwaan kepada
Tuhan.21 Guru PAK harus mampu mengambil peran penting dalam penanaman
perilaku moral siswa sebagai bagian dalam alternatif pembinaan moral. Peran pen-
ting tersebut yakni memberikan keteladanan hidup baik dalam perkataan maupun
perbuatan setiap hari. Guru PAK harus mampu memberikan teladan sikap saling
menghormati dengan sesama rekan. Perilaku menghargai siswa yang beragam latar
belakang, sosial ekonomi dan agama merupakan bagian keteladanan harus ditiru oleh
setiap siswa.
Langkah terakhir yang ditempuh oleh SMP Negeri 17 Surakarta sebagai alterna-
tif pembinaan moral terhadap kenakalan remaja yakni mewajibkan pelaksanaan
ekstrakurikuler yang dapat membentuk karakter positif. Ekstrakurikuler yang me-
numbuhkan kepedulian sosial wajib diikuti oleh semua siswa yakni ekstraku-rikuler
Pramuka. Noorwindhi Kartika Dewi dan Sahat Saragih menjelaskan bahwa kegiatan
kepramukaan mampu meningkatkan perilaku prososial. Perilaku prososial dapat
meningkatkan kepekaan berbagi, bekerja sama, peduli terhadap orang lain, rela
berkorban dan sebagainya.22 Melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang mampu
menumbuhkan semangat kepedulian terhadap orang lain maka akan mencegah
terjadinya kenakalan remaja. Seorang siswa yang memiliki kepedulian terhadap
orang lain, secara otomatis akan bertindak bijak jika mengetahui rekan sekolah yang
bertindak menyimpang. Sebab siswa yang peduli terhadap orang lain, cenderung
memikirkan dampak perbuatan yang akan dirasakan orang lain.
Berdasarkan data statistik penelitian ini responden sebanyak 18% (9 siswa)
menyatakan sangat mendukung dan 80% (40 siswa) mendukung sikap peduli terha-
dap orang lain berkaitan selalu dihubungkan dengan dampak pelanggaran pribadi
terhadap orang lain. Sedangkan 2% (1 siswa) menyatakan tidak mendukung bahwa
pelanggaran pribadi tidak berdampak terhadap orang lain. Siswa yang tidak men-
dukung menyakini bahwa kesalahan pribadi yang dilakukan, maka hanya orang
tersebut yang akan mendapatkan hukuman secara pribadi. Dengan banyaknya jumlah
20Lilis Ermindyawati, “Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Perilaku Siswa-Siswi”
(Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, ISSN : 2621 – 8151, Vol 2. No. 1, Karanganyar: STT Tawangmangu, Juni, 2019), 60
21Talizaro Tafonao, “Peran Guru Agama Kristen Dalam Membangun Karakter Siswa di Era Digital.” (Yogyakarta: STT Kadesi, Jurnal Bijak, ISSN : 2599 – 011X, Vol. 2, No. 1, November 2018), 25
22Noorwindhi Kartika Dewi dan Sahat Saragih, “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan Terhadap Perilaku Prososial Remaja di SMP Santa Ursula Jakarta” (Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No. 03 September, 2014), 264
Rifai: Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral…
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 85
prosentase yang mendukung bahwa pelanggaran pribadi dapat berdampak bagi
orang lain menunjukkan bahwa tingkat religiusitas siswa SMP Negeri 17 Surakarta
bukan hanya menstimulus kecemasan moralnya melainkan juga menumbuhkan kesa-
daran moral siswa.
Selain menumbuhkan sikap bertanggungjawab yang memotivasi siswa untuk
peduli terhadap orang lain. Ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan secara
kontinyu akan merubah perilaku baik siswa menjadi seorang pribadi yang disiplin
belajar dan melaksanakan ibadah sesuai agamanya. Bayu Purnoyudho menyampaikan
hasil temuan penelitian yang dilakukan melalui wawancara perihal hal positif ekstra-
kurikuler pramuka yakni pramuka memberikan perubahan pada pribadi dalam kedi-
siplinan belajar dan shalat.23 Dengan perilaku disiplin belajar dan beribadah menurut
agama masing-masing maka siswa akan memiliki kehidupan religiusitas tinggi.
Dengan pertumbuhan religiusitas yang cukup signifikan dalam kehidupan para siswa
secara otomatis terbentuklah perilaku kecemasan moral siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Kesimpulan
Keberlangsungan hidup bangsa Indonesia ditentukan oleh perkembangan dan
pertumbuhan remaja masa sekarang. Remaja sebagai generasi penerus bangsa setiap
harinya diperhadapkan oleh berbagai tantangan zaman yang mengarah pada turun-
nya moralitas remaja. Di tengah maraknya perilaku remaja yang menyimpang, tum-
buh juga ekspetaksi tinggi masyarakat supaya remaja memiliki perilaku bermoral.
Perilaku bermoral remaja secara langsung dipengaruhi oleh tingkat religiusitas rema-
ja. Remaja dengan tingkat religiusitas sedang cenderung ke arah tinggi akan memiliki
kecemasan moral yang sedang cenderung tinggi pula. Demikian sebaliknya remaja
dengan religiusitas rendah maka tingkat kecemasan moral juga rendah pula. Untuk
meningkatkan religiusitas remaja yang berkaitan dengan kecemasan moral perlu
alternatif pembinaan moral terhadap kenakalan remaja.
Alternatif pembinaan moral terhadap kenakalan siswa di SMP Negeri 17
Surakarta dilakukan melalui penanaman karakter keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan yang mahaesa. Selain adanya pelibatan guru Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti sebagai konselor siswa-siswi serta adanya pelaksanaan ekstrakurikuler pra-
muka yang wajib diikuti siswa. Ekstrakurikuler pramuka sebagai alternatif pem-
binaan moral yang dapat membentuk karakter positif siswa. Penelitian ini mere-
komendasikan sekolah, dalam hal ini pimpinan, untuk memberikan dukungan sepe-
nuhnya dalam alternatif pembinaan moral terhadap kenakalan remaja. Guru
Pendidikan Agama sebagai bagian penting dalam penanaman karakter mulia bagi sis-
23Bayu Purnoyudho, “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Kedisiplinan Dan
Prestasi Siswa Kelas XI SMA II Nur Hidayah Sukoharjo” (Universitas Muhammadiyah Surakarta, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2018), Skripsi.
Jurnal Teologi Gracia Deo, Vol 3, No 2, Januari 2021
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 86
wa harus mampu mengambil porsi yang lebih besar dalam membentuk karakter
siswa yang bermoral.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada pimpinan SMP Negeri 17 Surakarta beserta segenap guru dan
karyawan yang memberikan kesempatan dan izin untuk melaksanakan penelitian.
Terima kasih juga kepada siswa-siswi yang bersedia menjadi responden dalam pene-
litian, sehingga dapat bermanfaat bagi sekolah dalam mengambil langkah strategis
guna meningkatkan pelayanan bagi peserta didik.
REFERENSI Dewi, Noorwindhi Kartika dan Saragih, Sahat. “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler
Kepramukaan Terhadap Perilaku Prososial Remaja di SMP Santa Ursula Jakarta.” Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No. 03 September, 2014, 253 – 268.
Ermindyawati, Lilis. “Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Perilaku Siswa-Siswi.” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, ISSN : 2621 – 8151, Vol 2. No. 1, Karanganyar: STT Tawangmangu, Juni, 2019.
Hall, Calvin S, & Lindzey, Gardner. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Cetakan ke 18. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Indriani, Eva. “Modernisasi dan Degradasi Moral Remaja (Studi di Desa Jati Mulyo Kec. Jati Agung Kab. Lampung Selatan).” Universitas Islam Negeri Raden Intan, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Lampung, 2019. Skripsi Sosiologi Agama.
Ningrum, Diah. Kemerosotan Moral Di Kalangan Remaja: Sebuah penelitian Mengenai Parenting Styles dan Pengajaran Adab. UNISIA, Vol. XXXVII, No. 82 Januari 2015.
Maisaroh, Ekka Nur.; Falah, Falassifatul. “Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) Pada Siswa Madrasah Aliyah.” Jurnal Proyeksi, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Fakultas Psikologi, ISSN : 1907-8455, Vol. 6 (2), 2011, 77-88.
Mirdanda, Arsyi. Mengelola Aktivitas Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kalimantan Barat: PGRI Kalimantan Barat, 2019
Purnoyudho, Bayu. “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Kedisiplinan Dan Prestasi Siswa Kelas XI SMA II Nur Hidayah Sukoharjo.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2018, Skripsi.
Rahmawati, Dewi.; Yuniar, Nani.; Suriani, Cece. “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Mahasiswa Kos-kosan di Kelurahan Lalolara Tahun 2016.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo: Fakultas Kesehatan Masyarakat, ISSN: 250-731X, Vol. 2, NO.5, Januari 2017.
Reza, Iredho Fani. “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Moral Pada Remaja di Madrasyah Aliyah (MA).” Jurnal Ilmiah Humanitas, Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah, Vol. X No. 2, Agustus 2013.
Rohmatin, Ummu. “Pembinaan Moral Sebagai Alternatif Terhadap Kenakalan Siswa di SMPN 1 Singosari.” Universitas Islam Negeri, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Malang, 2008. Skripsi Pendidikan Agama Islam.
Safithry, Esty Aryani. Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. Malang: CV IRDH, 2018.
Rifai: Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan Moral…
Copyright© 2021; Gracia Deo, e-ISSN: 2655-6863, p-ISSN: 2655-6871 | 87
Satriani, “Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Kecemasan Moral Mahasiswa Ushuluddin.” Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Fakultas Psikologi, 2011. Skripsi.
Silaban, Diana Rotua. “Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Konselor Bagi Perubahan Perilaku Remaja Kelas X-XI Di SMA Negeri 48 Jakarta Timur.” Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: Regula Fidei, ISSN 2502-8030, Volume 3, Nomor 1, Maret 2018.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: KENCANA, 2013. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010 Sumara, Dadan.; Humaedi, Sahadi.; Santoso, Meilanny Budiarti. “Kenakalan Remaja
dan Penanggangannya.” Jurnal Penelitian dan PPM, ISSN: 2442-448X, Vol. 4. No. 2, Juli, 2017, 129 – 389.
Tafonao, Talizaro. “Peran Guru Agama Kristen Dalam Membangun Karakter Siswa di Era Digital.” Yogyakarta: STT Kadesi, Jurnal Bijak, ISSN : 2599 – 011X, Vol. 2, No. 1, November 2018.
Toyibah, Rizki. “Program Pembinaan Imtaq (Iman dan Taqwa) Untuk Membangun Perilaku Keagamaan Siswa Kelas X di MAN Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta.” Yogyakarta, Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2015. Skripsi.
Wardhana, Agung Kusuma. “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Moral Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Psikologi, 2018. Skripsi.