hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang sectio caesaria
DESCRIPTION
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sectio Caesaria Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum Dengan Sectio CaesariaTRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SECTIO CAESARIA
DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM DENGAN
SECTIO CAESARIA
DI RSUD AJIBARANG
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh :
Febriana Dian Puspita Sari
NIM : 070665
AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa
pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Setiap
wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang
sempurna. Namun, tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan
dengan operasi, baik karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun
keinginan pribadi pasien (Kasdu, 2003).
Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan
persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar, yaitu bayi dikeluarkan
lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003). Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataannya masih sering terjadi
komplikasi pada ibu post partum seperti; infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung
kencing, embolisme paru-paru, ruptur uteri dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian
perinatal (Mansjoer, et.all, 1999).
Banyaknya kasus persalinan dengan sectio caesar semakin sering dilakukan dan
semakin tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya
terakhir, saat ini operasi Caesar sudah menjadi sesuatu yang umum (Kasdu, 2003). Sectio
Caesaria jauh lebih aman dibandingkan masa dahulu berkat kemajuan dalam antibiotika,
transfusi darah, anestesi, dan tekhnik operasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini ada
kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. (Muchtar,
2000).
Angka persalinan dengan operasi Caesar di Indonesia cukup tinggi menurut survey
yang dilakukan oleh Prof. Dr. Gulardi dan dr. A. Basalamah, terhadap 64 rumah sakit di
Jakarta menunjukkan dari 17.665 kelahiran, sebanyak 35,7-55,3 % melahirkan dengan
operasi Caesar. Sebanyak 19,5-27,3 % di antaranya merupakan operasi Caesar karena
adanya komplikasi Cephalopelvik Disproportion/CPD (ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin). Berikutnya, operasi Caesar akibat perdarahan
hebat yang terjadi selama persalinan sebanyak 11,9-21 % dan kelahiran caesar karena janin
sungsang berkisar antara 4,3-8,7 % (Kasdu, 2003).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan dengan bedah caesar
adalah sekitar 10 - 15 % dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di
Indonesia sendiri, presentasi operasi caesar sekitar 5%. Di samping itu sumber lain
mengatakan bahwa Sectio Caesaria berhubungan dengan peningkatan 2 kali lipat resiko
mortalitas ibu
dibandingkan pada persalinan Vaginal. Kematian ibu akibat operasi caesar itu sendiri
menunjukkan angka 1 per 1.000 persalinan. Menurut Bensons dan Pernolls (2007), angka
kematian pada operasi caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
menunjukkan risiko 25 kali lebih besar di banding persalinan pervagina. Malahan untuk
kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
pervaginaan. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu
(Farrer, 2010).
Persalinan melalui Sectio Caesaria tetap mengandung risiko dan kerugian yang lebih
besar seperti risiko kematian dan komplikasi yang lebih besar seperti resiko kesakitan dan
menghadapi masalah fisik pasca operasi seperti timbulnya rasa sakit, perdarahan, infeksi,
kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan tidur juga memiliki masalah secara
psikologis karena kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya
(Depkes RI, 2006).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca operasi caesar adalah
perawatan luka insisi, tempat perawatan pasca operasi, pemberian cairan, diit, nyeri,
mobilisasi dini, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan rutin (Yuni, 2008).
Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu
injuri atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Mobilisasi
secara bertahap sangat berguna membantu jalannya penyembuhan luka penderita. Miring ke
kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam (Suzanne, 1999). Menurut Novaria
(2000), salah satu pra kondisi yang menyebabkan rendahnya mobilisasi dini ibu bersalin
adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu
post partum yang bersalin dengan operasi caesar.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan, khususnya
tindakan mobilisasi dini pasca oeprasi caesar. Pengetahuan yang dimiliki ibu bersalin juga
dapat dipengaruhi oleh faktor seperti usia ibu, paritas, pendidikan, dan pekerjaan (Depkes RI,
2000).
Umur mempengaruhi bagaimana ibu bersalin caesar mengambil keputusan dalam
mobilisasi dini, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan semakin
bertambah. (Notoatmodjo, 2003). Dalam proses persalinan, ibu yang Menurut Perinansia
(2003), paritas adalah pengalaman perawatan pasca persalinan, pengalaman pasca persalinan
pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan mobilisasi dini dalam keluarga serta pengetahuan
tentang manfaat mobilisasi dini berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk mobilisasi dini
atau tidak. Dukungan dokter, bidan/petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat
dibutuhkan terutama untuk ibu yang pertama kali operasi caesar. pertama kali operasi caesar
pengetahuan terhadap mobilisasi dini masih awam dibandingkan dengan mobilisasi dini pada
persalinan normal. Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dalam
hal mobilisasi dini pasca caesar. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila
dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan
karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik
terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang arti penting mobilisasi
dini pasca persalinan (Depkes RI, 2000).
Rumah Sakit Ajibarang dengan jumlah pasien persalinan kurang lebih satu bulan rata-
rata sekitar 90 pasien pada tahun 2009. Dari angka tersebut, sebanyak 15 pasien atau 16.67 %
melahirkan dengan operasi Caesar rata-rata tiap bulannya. Sebagai studi pendahuluan yang
dilakukan kepada 15 ibu post operasi caesar, 13 diantaranya mengatakan, tidak mengetahui
tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah melakukan persalinan dengan operasi
sectio caesar atau persalinan dengan komplikasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, masih terdapat kepercayaan ibu post sectio caesar
terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat seperti: tidak boleh banyak bergerak karena
melawan pantangan dan makanan yang dikonsumsi tidak boleh yang amis-amis misalnya
ikan laut, telur dan sebagainya sebanyak 10 orang. Dari permasalahan tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di Rumah Sakit
Ajibarang Kabupaten Banyumas.
Rumusan Masalah
Pengetahuan tentang perawatan pasca operasi caesar penting dimiliki ibu post partum
dengan SC salah satunya mengenai mobilisasi dini. Mengingat data yang diperoleh dari
catatan Medical Record RSUD Ajibarang tahun 2009, didapatkan data bahwa angka kejadian
SC di RSUD Ajibarang sebesar 16.67 % dari total persalinan (Medical Record, 2010) dan
pengetahuan yang kurang tentang pentingnya mobilisasi dini setelah melakukan persalinan
dengan operasi sectio caesar, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post
partum dengan sectio caesaria di Rumah Sakit Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2010.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, pertanyaan penelitiannya adalah:
”Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum
dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang?”
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang
tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
1. Menggambarkan karakteristik responden (umur, pendidikan dan pekerjaan)
2. Menggambarkan tingkat pengetahuan ibu pot partum di RSUD Ajibarang.
3. Menggambarkan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio
caesaria di RSUD Ajibarang.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan referensi tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman baru tentang metode penelitian khususnya penelitian
kesehatan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai mobilisasi dini
post sectio caesar.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan di
perpustakaan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi adik kelas
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi RS
Sebagai bahan masukan bagi RS untuk dapat lebih mengoptimalkan dalam perawatan
pada ibu post sectio Caesar sebagai upaya pendampingan tindakan mobilisasi dini.
4. Bagi Ibu
Sebagai bahan informasi mengenai mobilisasi dini bagi ibu-ibu post sectio caesar.
Keaslian Penelitian
1. Matrik Keaslian Penelitian
No. Peneliti & tahun
penelitian
Judul Variabel penelitian
Jenis & desain
penelitian
Populasi dan sampel
Tujuan Hasil
1. Amalia (2010)
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesar Di RS XXX
Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu.
Variabel terikat : Mobilisasi Dini Pada Ibu
Jenis penelitian dekriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional
Populasi : ibu post partum dengan sectio caesaria
Sampel : Studi populasi
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu dengan mobilisasi dini post sectio Caesar di RS XXX
Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu dengan mobilisasi dini post sectio Caesar di RS XXX
No. Peneliti & tahun
penelitian
Judul Variabel penelitian
Jenis & desain
penelitian
Populasi dan sampel
Tujuan Hasil
Post Sectio Caesar
2 Febriana Dian P.S. (2010)
Hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang
Variabel bebas: tingkat pengetahuan
Variabel terikat: pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria
Jenis penelitian deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional
Populasi:ibu post partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang. Pengambilan sampel :total sampling
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
c. Mengetahui gambaran pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria
Dari tabel di atas terlihat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan
penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2010). Perbedaannya terletak pada
variabel yang diteliti khususnya variabel bebas, pada penelitian Amalia variabel bebas terdiri
dari dua macam yaitu pengetahuan dan sikap sedangkan penelitian penulis variabel bebasnya
hanya satu yaitu pengetahuan. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria, selain itu sama-sama memiliki jenis
penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dan sama-sama
menggunakan total sampling dalam pengambilan sampelnya.
Ruang Lingkup Responden
Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan Bulan Oktober 2010.
1. Ruang Lingkup Tempat
Tempat yang menjadi penelitian ini adalah di RSUD Ajibarang.
2. Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian ini adalah kesehatan ibu dan anak khususnya tentang perawatan pasca
operasi caesar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu indera penglihatan, pandengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun
pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sebagai yang ditemui dan
diperoleh melalui suatu pengamatan. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal pikirannya untuk mengendali benda atau peristiwa
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa seseorang mengambil perilaku yang
baru dalam dirinya, orang tersebut melakukan beberapa proses tertentu yaitu:
1. Kesadaran (Awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulasi.
2. Merasa tertarik (Interest)
Seseorang tersebut merasa tertarik terhadap benda atau obyek yang dilihatnya.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik buruknya objek atau benda tersebut bagi
dirinya.
4. Mencoba (Trial)
Mulai mencoba perilaku yang baru setelah orang tersebut menerimanya.
5. Beradaptasi
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
terhadap benda atau obyek yang ia terima.
Berdasarkan beberapa definisi diatur bisa diambil kesimpulan bahwa
pengetahuan yang luas dapat diperoleh dari aktifitas manusia berupa pengalaman
mendengar dan membaca.
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan bersifat langgeng apabila
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Secara terinci perilaku manusia merupakan
reflkesi dari gejala kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan. Menurut
Notoatmodjo (2007) tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karnea itu “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. Dapat
menggunakan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan
dan sebagainya.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu
kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukanto (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan adalah :
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.
2. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
3. Informasi dan teknologi
Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas.
4. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
5. Pengalaman
Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengalaman.
4. Sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman dari berbagai sumber,
misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media
poster, kerabat dekat, dsb. Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan,
sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah
menerima serta mengembangkan pengetahuan dan tekhnologi (Notoatmodjo, 2007).
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau lewat
angket yang menanyakan tentang suatu materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran dapat di kategorikan menjadi 4 yaitu (Arikunto, 2000):
1. Pengetahuan baik 76 – 100%
2. Pengetahuan cukup baik 56 – 75%
3. Pengetahuan kurang baik 40 – 55%
4. Pengetahuan tidak baik <40%
2. Mobilisasi Dini Ibu Post Partum
1. Pengertian
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas / kegiatan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin berjalan (Soelaiman, 2000).
Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian..Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan
imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di
antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi
imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat
pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak
keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini
pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi
resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan
terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan
keluhan nyeri di daerah operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun
dengan alasan takut jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran
perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami
suatu komplikasi yang tidak diinginkan.
Konsep mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan
pengembalian secara berangsur–angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk
mencegah komplikasi (Roper, 2000).
Sedangkan mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalianan Caesar
2. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang gerak pasif.
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. Rentang gerak aktif.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
3. Rentang gerak fungsional.
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
3. Manfaat Mobilisasi Dini
Manfaat Mobilisasi Dini Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi ibu
post operasi adalah :
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot –
otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali
dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih
baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini
juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.
Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi
uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan
cepat.
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi :
1. Peningkatan suhu tubuh. Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi
adalah peningkatan suhu tubuh.
2. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena
kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka
3. Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat
pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi
uterus
4. Tahap-tahap Mobilisasi Dini :
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini
akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :
1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi seksio sesarea harus tirah baring
dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
2. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
trombosis dan trombo emboli.
3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
1. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
1. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita / ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar.
2. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk
melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri
ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari,
3. hari ke 3 sampai 5
a. belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
b.Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan ibu.
3. Sectio Caesaria
1. Pengertian Sectio Caesaria
Istilah Sectio Caesaria berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya
memotong. Pengertian ini sering dijumpai dalam roman law (lex regia) dan emperor’s
law (lex caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam
kandungan ibu-ibu yang meninggal harus keluarkan dari dalam rahim (Muchtar,
2001).
Pengertian-pengertian Sectio Caesaria diantaranya :
1. Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomnen dan uterus (Oxorn, 2000).
2. Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Muchtar, 2001).
3. Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Prawiharto, 2004).
4. Sectio Caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut
hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Muchtar, 2001)
5. Sectio Caesaria adalah lahirnya janin plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang
dibuat pada dinding perut dan rahim. (Muchtar, 2001)
1. Jenis-jenis Sectio Caesaria
1. Sectio Caesara Transperitoneal
1. Sectio Caesaria klasik atau korporal yaitu dengan
melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan
keluar bayi.
2. Sectio Caesaria ismika atau profunda yaitu dengan
melakukan sayatan/insisi melintang dari kiri ke
kanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang
kemaluan.
2. Sectio Caesaria Ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka
kavum abdominal. (Muchtar, 2001)
1. Indikasi Sectio Caesaria
1. Plasenta previa, terutama plasenta previa totalis dan subtotalis
2. Panggul sempit
3. Ruptura uteri mengancam
4. Partus lama
5. Tumor yang menghalangi jalan lahir
6. Kelainan letak/bayi besar
7. Keadaan dimana usaha-usaha untuk melahirkan anak pervasinam gagal
8. Kematian janin
9. Komplikasi preeklampsia dan hipertensi
1. Komplikasi Sectio Caesaria
1. Infeksi puerperal (nifas)
1. Ringan : bila ada kenaikan suhu beberapa hari saja
2. Sedang : bila suhu naik lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut kembung
3. Berat : bila terjadi peradangan, ada nanah, bengkak
2. Perdarahan disebabkan karena :
1. Banyak pembuluh darah yang terlepas dan terbuka
2. Atonia uteri
3. Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih
4. Bisa terjadi ruptur uteri spontan
1. Penatalaksanaan medis post-sp Sectio Caesaria secara singkat :
1. Awasi TTV sampai pasien sadar
2. Pemberian cairan dan diit
3. Atasi nyeri yang ada
4. Mobilisasi secara dini dan bertahap
5. Kateterisasi
6. Jaga kebersihan luka operasi
7. Berikan obat antibiotik dan analgetik (Muchtar, 2001)
1. Anastesi oeprasi caesar dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Anastesi lumbal
Yaitu sistim atau proses pembiusan yang efeknya menyeluruh pada
beberapa bagian tubuh. Sedangkan anesthesi tumble (lokal) adalah pembiusan
hanya pada bagian tubuh tertentu. Jenis – jenis general anestesi meliputi :
1. Anestesi Inhalasi
Istilah pernapasan pada Sistem Anestesi Inhalasi
1. Volume Tidal (VT):volume udara yang dihisap/dikeluarkan dalam lx napas biasa.
Besarnya 8-1 Oml/kgBB
2. Minute Volume (MV) : VT dalam 1 menit
3. Dead Space (VD) : bagian saluran napas atau VT yang tidak ikut dalam pertukaran udara.
Normal 1/3 VT
4. Ventilasi Alveoli (VA) : udara di alveoli yang terlibat dalam pertukaran udara, selama 1
menit. VA = (VD – VT) x F (frekuensi selama 1 menit)
5. Rebreathing : udara ekshalasi yang terhirup kembali
1. Sistem Anestesi Inhalasi
1. Sistem open
Rebreathing (-)
CO2 absorber (-)
Terutama untuk anak-anak
- Contoh: - open drop,
- Ayre's T-tube dan Jackson Rees (bila aliran 02 sama
dengan 2x volume semenit)
2. Sistem semi open Partial Rebreathing CO2 absorber (-)
- Aliran Oksigen > Minute Volume
Contoh: T-Piece, Jackson Reys, open drop dengan sungkup yang
dilapisi plastik, alai untuk ether (E.M.0 atau Losco)
3. Sistem semi closed Partial Rebreathing CO2 absorber (+)
4. Sistem closed
1. Total Rebreathing - CO2 absorber (+)
2. Parenteral (IV, IM, drip thiopental, propofol, ketamin, midazolam, diazepam)
3. Per-rectal (thiopental)
2. Anestesi lumbal
Anestesi lumbal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan
penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi lumbal/
subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok lumbal intradural atau blok
intratekal. Hal –hal yang mempengaruhi anestesi lumbal ialah jenis obat, dosis
obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan
intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien,
obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat.
Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis
dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan
dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar
(vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya
kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi
dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih. Di
dalam cairan serebrolumbal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat.
Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran
darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya
anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrolumbal.
Indikasi :
Anestesi lumbal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai
bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan
khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang
panggul, bedah obstetric, dan bedah anak.
Kontraindikasi :
Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi
lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan
tekanan intracranial. Kontraindikasi relatif meliputi neuropati, prior spine
surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS,
heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil, serta a resistant
surgeon.
Persiapan Pasien :
Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed
concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan untuk
menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga adanya
scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah
penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin parsial
(PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah. Perlengkapan
Tindakan anestesi lumbal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan
operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan
tindakan resusitasi. Jarum lumbal dan obat anestetik lumbal disiapkan. Jarum
lumbal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan
ukuran 16G sampai dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah
prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal
mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi
lumbal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka
akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil
(hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama
(isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada
suhu 37oC cairan serebrolumbal memiliki berat jenis 1,003-1,008. Perlengkapan
lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga harus
disiapkan.
2. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan oleh Sukanto (2002), Mochtar
(2001) dan Kasdu (2003), dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :
Tingkat
Pengetahuan
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum dengan sectio caesaria
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Tingkat pendidikan
2. Sosial ekonomi
3. Informasi dan teknologi
4. Budaya
5. Pengalaman
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Saryono, 2008). Dalam penelitian ini ada
2 variabel penelitian yaitu:
1. Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau variabel
yang mempengaruhi (Sugiyono, 2006). Variabel Independent (bebas) dalam penelitian ini
adalah pengetahuan ibu tentang Sectio Caesaria.
2. Variabel Dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
(Sugiyono, 2006) yaitu mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari
suatu penelitian (Notoatmodjo, 2007). Dengan melihat perumusan masalah pada bab
sebelumnya maka hipotesis penelitian yang ditetapkan adalah :
H1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post
partum dengan sectio caesaria di RSUD Ajibarang.
3. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori pada Bab II, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai
berikut :
Tingkat
Pengetahuan
Pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria
Variabel Bebas Variabel Terikat
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
6. Tingkat pendidikan
7. Sosial ekonomi
8. Informasi dan teknologi
9. Budaya
10. Pengalaman
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak teliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak teliti
Bagan 2
Kerangka Konsep
4. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Menurut Notoatmodjo (2007)
penelitian deskriptif korelatif yaitu penelitian yang menelaah hubungan antar variabel-
variabel yang diteliti, yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria di Puskesmas
Rakit I Kabupaten Banjaraegara.
2. Cara Pendekatan Terhadap Subyek
Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan Cross
Sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko
dan variabel-variabel efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (point time
approach} (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian variabel tingkat tingkat pengetahuan
dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria diteliti dalam
waktu yang bersamaan.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Data pada penelitian terdiri
dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan didapat
langsung dari responden pada saat berlangsungnya suatu penelitian (Sugiyono, 2006).
Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari jawaban responden atas kuesioner
yang digunakan untuk mengetahui variabel tingkat pengetahuan dan pelaksanaan
mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria.
Sumber data untuk pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum tidak hanya
dari jawaban responden atas kuesioner, tetapi penulis juga melakukan cross check
dengan petugas yang menangani persalinannya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang penelitian yang dari pihak lain selain
responden. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data RSUD Ajibarang
tentang jumlah ibu post partum dengan sectio caesaria.
4. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik-karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan secara caesar di RSUD Ajibarang yang
berjumlah 130 ibu pada tahun 2009.
5. Prosedur Sampel dan Pengambilan Sampel
Sugiyono (2006) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Besar sampel pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus sederhana untuk populasi kecil yaitu lebih kecil
dari 10.000 (Umar, 2007).
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditentukan sebesar 10%
Dengan menggunakan rumus di atas, dari populasi sebanyak 130 didapatkan
sampel :
= 56,52 = 57 orang
Teknik pemilihan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling. Accidental sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2006).
Sampel dalam penelitian ini adalah mereka yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ibu yang melahirkan di RSUD Ajibarang
2. Ibu yang melahirkan dengan cara caesar
3. Bersedia menjadi responden penelitian
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah :
1. Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis
2. Tidak bersedia menjadi responden penelitian
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan
Skala Data
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu
operasional untuk menjelaskan suatu variabel (Nasir, 1999).
Tabel 3 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur dan Hasil Ukur
N o
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
l Bebas :
Tingkat pengetahuan
Wawasan yang dimiliki ibu bersalin tentang
Pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesaria yang meliputi :
1. pengertian 2. gerakan3. manfaat4. tahap
pelaksanaan5. pelaksanaan
Diukur dengan kuesioner
yang berisi 10 item
pernyataan tentang
mobilisasi dini pasca sectio caesaria. Kuesioner
menggunakan pilihan
Hasil skor
diprosentasekan
kemudian dibagi
menjadi 4
kategori, yaitu
- 76 – 100% menjawab benar=
Baik
- 56 – 75% :
Ordinal
N o
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
jawaban Benar-Salah.
Jawaban betul atau
sesuai kunci jawaban
diberi skor 1 dan
jawaban tidak betul atau
tidak sesuai dengan
kunci jawaban diberi
skor 0
menjawab benar=
Cukup Baik,
- 41 – 55 % : menjawab benar=
kurang baik
- < 40 % : menjawab benar = tidak
baik
2 Terikat:
Pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesaria
Kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan Caesar yang meliputi :
1. berbaring miring2. latihan
pernafasan3. latihan duduk4. latihan berjalan
Dilihat dari jawaban ibu atas kuesioner tentang Pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesaria dengan observasi langsung pada reponden.
Hasil penilaian dibagi 2, yaitu :
1. Dini,bila mobilisasi dilakukan dalam 2 jam pertama post partum
2. Tidak Dini, bila mobilisasi dilakukan mulai lebih dari 2 jam pertama post partum
Nominal
7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan
dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan
dijawab langsung oleh responden tanpa diwakilkan kepada orang lain.
Kuesioner terdiri dari 3 bagian, bagian pertama adalah kuesioner untuk
mengetahui karakteristik responden, yang meliputi nama, umur, pekerjaan dan
pendidikan. Kuesioner kedua adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu.
Jumlah item kuesioner kedua adalah 10 item dengan teknik pertanyaan tertutup
dengan pilihan jawaban Benar-Salah. Kuesioner ketiga berbentuk checklist yang diisi
langsung oleh peneliti dengan mengobservasi langsung pada responden apakah
melaksanakan mobilisasi dini atau tidak.
2. Cara Penelitian
Sebelum melakukan pengumpulan data, penulis mengurus perijinan untuk
pelaksanaan penelitian. Setelah proses perijinan terlewati, peneliti melakukan
pendekatan kepada calon responden. Calon responden diberikan penjelasan mengenai
maksud, tujuan, manfaat, jaminan kerahasiaan yang dilakukan responden dalam
memberikan jawaban atas persetujuan dalam kuesioner. Responden yang bersedia
diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Calon
responden yang tidak bersedia, tidak ada paksaan bagi responden untuk ikut serta
dalam penelitian ini.
Setelah prosedur terlewati dan telah mendapatkan calon responden, penulis
mulai melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara peneliti membagi kuesioner terhadap responden yang telah
memenuhi kriteria inklusi. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri tanpa
diwakilkan atau meminta pendapat orang lain. Apabila terdapat ketidaksesuaian data
antara jawaban ibu tentang pelaksanaan mobilisasi dini dengan petugas kesehatan,
maka maka penulis melakukan konfirmasi kepada ibu pelaksanaan mobilisasi dini.
8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Kegiatan mengolah data dalam penelitian meliputi:
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.
2. Coding
Coding adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden
kedalam kategori-kategori.
3. Scoring
Langkah berikutnya setelah coding adalah melakukan scoring. Scoring
dilakukan untuk mengetahui total skor dari jawaban responden atas kuesioner
tentang pengetahuan dan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan
sectio caesaria.
1. Kuesioner tingkat pengetahuan
Scoring untuk pertanyaan tingkat pengetahuan dilakukan dengan
memasukan jumlah jawaban yang benar ke dalam rumus berikut (Sugiyono,
2006):
Keterangan:
P = Persentase
k = Jumlah jawaban yang benar
F = Jumlah pilihan jawaban
n = Jumlah responden
Kemudian dikategorikan sebagai berikut:
Baik : 76 – 100% menjawab benar
Cukup Baik : 56 – 75% menjawab benar
Kurang baik : 41 – 55 % menjawab benar
Tidak baik : < 40 % menjawab benar
2. Kuesioner pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria
Pemberian scoring pada kuesioner pelaksanaan mobilisasi dini ibu
post partum dengan sectio caesaria adalah sebagai berikut :
1. Apabila responden melaksanakan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria,
maka akan diberi skor 1.
2. Apabila responden tidak melaksanakan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio
caesaria, maka akan diberi skor 0.
4. Tabulating
Pekerjaan tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban
yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.
2. Analisis Data
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan analisis data. Analisis
data pada penelitian dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses
komputerisasi.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan hanya pada satu
pengukuran (variabel) pada jumlah sampel tertentu (Santoso, 2001). Analisis
univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari variabel
penelitian yaitu karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan), tingkat
pengetahuan dan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio
caesaria.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang mempunyai dua pengukuran atau
variabel (Santoso, 2001). Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan sectio caesaria
dengan menggunakan skala ordinal maka uji analisis bivariat menggunakan
korelasi uji Chi-Square.
Rumus dasar yang digunakan :
Keterangan :
Eij = nilai frekuensi harapan
Oij = nilai frekuensi observasi
N = jumlah sampel
i = baris
j = kolom
Dengan ketentuan bila Ho ditolak, bila X2 hitung > X2 atau bila X2
hitung < X2 tabel. X2 hitung diperoleh dari perhitungan sedangkan X2 tabel
diperoleh dari distribusi chi quadrat dengan memperhatikan dk, yaitu dengan taraf
kesalahan () = 0,05.
9. Etika Penelitian
Peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi dari institusi atau pihak lain yang
terkait dengan mengajukan ijin kepada institusi atau lembaga terkait tempat penelitian.
Adapun mengenai etika penelitian yaitu:
1. Lembar persetujuan menjadi responden (Inform Concent)
Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan
data sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden. Jika responden
bersedia diteliti maka diberi lembar persetujuan menjadi responden yang harus
ditanda tangani, tetapi jika menolak peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghargai keputusan.
2. Penulisan Nama
Kepada responden dalam hal nama responden diterangkan terlebih dahulu
bahwa penulisan nama boleh tidak ditulis, hal tersebut bertujuan untuk
menghormati dan menjaga kerahasiaan pasien, tetapi untuk identifikasi responden
cukup menggunakan nomor responden pada masing-masing lembar pengumpul
data yang diberikan pada responden.
3. Kerahasiaan
Informasi dari responden dijamin oleh peneliti kerahasiaannya dengan cara
informasi tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas
persetujuan responden dan hanya kelompok data tertentu yang disajikan sebagai
hasil penelitian selanjutnya lembar pengumpul data dimusnahkan dengan cara
dibakar.
10. Jadwal Penelitian
1. Tahap penyusunan laporan
Setelah peneliti melakukan studi pendahuluan pada objek penelitian dan data
terkumpul, peneliti mulai menyusun laporan yang dilaksanakan antara bulan
Desember 2010 sampai dengan bulan Juni 2011. Rentang waktu tersebut peneliti
gunakan untuk membuat proposal penelitian dan melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing.
2. Tahap Seminar Proposal
Setelah laporan disetujui, peneliti mengajukan seminar proposal yang akan
dilaksanakan pada bulan juni 2011.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang
terkait peneliti melakukan penelitian di RSUD Ajibarang.
4. Tahap Penyusunan Bab IV-V
Analisis data dilakukan dengan melakukan koding, kemudian setelah itu ditindak
lanjuti dengan penarikan kesimpulan yang dipadukan dengan kepustakaan yang ada.
Tahap ini akan dilakukan pada bulan Juni-Juli 2011.
5. Sidang KTI
Dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, (2010). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesar di rs XXX. Karya Tulis Ilmiah
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian pendekatan praktek. Jakarta : Rieneka Cipto.
Carpenito (2000)
Depkes RI, (2000). Pedoman PWS KIE. Jakarta : Depkes RI
Depkes RI, (2006). Pedoman pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Farrer, Helen (2001). Perawatan maternitas, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kasdu, 2003
Mansjoer, et.all, 1999
Muchtar, Rustam (2000). Sinopsis obstetri. jilid I dan II. Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta
Nazir, M. (1999). Metode penelitian. Jakarta : Gahlia Indonesia
Notoatmodjo (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
. (2007). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Novaria (2000). Perawatan kesehatan ibu dan anak.Jakarta:EGC
Oxorn, Harry (2000). Ilmu kebidanan. Yayasan Essentia Medica
Perinasia,(2003) .Melindungi, meningkatkan dan mendukung menyusui, Cetakan Ke- 2.Bina Rupa Akasara:Jakarta.
Prawiharto, 2004
Roper, 2000
Santoso, Singgih. (2001). Prosedur penelitian (aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS). Jakarta: Rineka Cipta Saryono, 2008
Soelaiman, 2000
Sugiyono, (2006). Statistika untuk penelitian . Bandung : Alfa Beta
Soekanto, S. (2002). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suzanne, 1999
Umar, Husein. (2007), Metode penelitian survey. Jakarta: Gramedia
Yuni, 2008
Sumber lain :
Medical Record Rumah Sakit Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2009