hubungan pengetahuan dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN
PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI
SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana
PROGRAM STUDI S
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN
PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI
SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan”
Oleh :
ANISA LISTYANA
NIM. S11006
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN
PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS DENGAN
PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN
LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
“Untuk memenuhi salah satu sy
PROGRAM STUDI S
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS DENGAN
PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN
LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan”
Oleh :
ANISA LISTYANA
NIM. S11006
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS DENGAN
PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN
LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
arat ujian guna mencapai Gelar Sarjana
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN
PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN
LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
Oleh :
Anisa Listyana
NIM. S1006
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji,
SURAT PERNYATAAN
Pembimbing Pendamping,
Ns. Arya Nurahman Hendra Kusuma, M. Kep
NIK. 201387104
Pembimbing Utama,
bc. Yeti Nurhayati, M.Kes
NIK. 2013378115
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anisa Listyana
NIM : S11006
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di
perguruan tinggi lain.
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, 08 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
Anisa Listyana NIM. S11006
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan pengetahuan polisi
lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan
penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta
Surakarta” Sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di program S-1
keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dalam menyelesaikan penelitian
ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si Selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi
S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes Selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama
proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai.
4. Bapak Arya Nurahman Hendra Kusuma, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan memberikan
v
bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyusunan Skripsi ini
hingga selesai
5. Ibu Yuana Dwi Anggraini, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan
selama proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai
6. Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan Staf pengajar STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan
7. Kepala Kepolisian Resor Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan uji validitasdan reliabilitas di Satlantas Polres
Karanganyar
8. Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Surakarta yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di unit laka dan unit patroli
9. Seluruh responden yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah
berkenan untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
10. Orang tua tercinta Ayah Damis dan Ibu Tuminem, Mama, Bapak, Adik,
Kakak yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat, serta kasih
sayang selama ini.
11. Sahabat - sahabat Dwi Nugroho, Fikres, Umi, Tatik, Santi, Rini, Ambar, yang
telah memberi bantuan, dukungan dan semangat dalam penyusunan Skripsi
ini.
12. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan angkatan 2011
STIKes Kusuma Husada Surakartayang telah senantiasa menjadi teman
seperjuangan.
vi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangatlah penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi
ini.Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa STIKes Kusuma Husada
Surakarta khususnya bagi ilmu Keperawatan di Indonesia pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 08 Juli 2015
Peneliti
Anisa Listyana
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepolisian
1. Pengertian 7
2. Tugas Polisi 8
2.2 Pengetahuan
a. Pengertian 10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan10
c. Tingkat pengetahuan 13
viii
d. Kategori pengetahuan15
2.3 Penatalaksanaan Kecelakaan Lalu Lintas
1. Definisi pertolongan pertama kecelakaan15
2. Prinsip P3K 16
3. Pemberian pertolongan17
4. SOP Kecelakaan lalu lintas18
5. Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas18
6. Kategori penatalaksanaan19
2.4 Kerangka Teori 20
2.5 Kerangka Konsep 21
2.6 Hipotesis 21
2.7 Keaslian Penelitian 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian23
3.2 Populasi Dan Sampel
a. Populasi 23
b. Sampel 24
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian26
3.4 Variabel, Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran26
3.5 Alat Penelitian Dan Pengumpulan Data
a. Alat penelitian 27
b. Mengukur validitas dan reliabilitas28
c. Cara pengumpulan data31
ix
3.6 Pengolahan Data Dan Analisis Data31
a. Pengolahan data 32
b. Analisa data 32
3.7 Etika Penelitian
1. Informed Consent 34
2. Anonymity 35
3. Confidentiality 35
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden36
4.1.1.1 Usia Responden36
4.1.1.2 Pendidikan Responden37
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Polisi tentang Pertolongan Pertama
Kecelakaan Lalu Lintas37
4.1.3 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas38
4.2 Analisa Bivariat
4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas
Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan
Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas
antara variabel dependen dan independen38
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan
Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta40
x
5.2 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas
Polresta Surakarta 43
5.3 Hubungan Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama
Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan Kecelakaan Lalu Lintas
Di Satlantas Polresta Surakarta45
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan 48
6.2 Saran 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian22
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Operasional26
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di Satlantas Polresta Surakarta36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Satlantas Polresta
Surakarta37
Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu
Lintas di Satlantas Polresta Surakarta37
Tabel 4.4 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas di
Satlantas Polresta Surakarta38
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan penatalaksanaan polisi dalam melakukan tindakan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori20
Gambar 2.2 kerangka Konsep21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Lembar Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
LAMPIRAN 2 : Lembar Pengajuan Ijin Penelitian
LAMPIRAN 3 : Lembar Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 4 : Surat Permohonan Calon Responden
LAMPIRAN 5 : Surat Pernyataan Persetujuan
LAMPIRAN 6 : Lembar Kuesioner
LAMPIRAN 7 : SPSS
LAMPIRAN 8 : Lembar Konsultasi
LAMPIRAN 9 : Jadwal Penelitian
xiv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
ANISA LISTYANA
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS DENGAN
PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN
LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA
ABSTRAK
Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas untuk menjaga keselamatan pengguna jalan dan meminimalisasi korban kecelakaan.Menurut salah satu polisi yang telah mendapatkan pelatihan BHD belum sepenuhnya mengaplikasikan ilmu yang didapatkan ketika terjadi kecelakaan, polisi yang belum pernah mendapatkan pelatihan BHD belum sepenuhnya tau pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan. Penelitian dilakukan di Satlantas Polresta Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlation studydengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan populasi 162 polisi dan sampel pada 12 polisi dari unit laka dan 48 polisi dari unit patroli. Hasil penelitian dengan pengetahuan baik 24 respoden (49%), cukup 24 responden (49%), kurang 1 responden (2%). Untuk penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas 23 responden (46,9%) baik, 16 responden (32,7%) cukup, dan 10 responden (20,4%) kurang. Uji statistic menggunakan uji spearman rank dengan nilai korelasi 0,384 termasuk dalam kategori sedang dan nilai p= 0,006. Karena nila p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Kata Kunci : Polisi Lalu Lintas, Pengetahuan, Penatalaksanaan, Kecelakaan
Lalu Lintas Daftar pustaka : 24 (2003-2014)
xv
CORRELATION BETWEEN TRAFFIC POLICE’S KNOWLEDGE AND THE
MANAGEMENT OF FIRST AID ON TRAFFIC ACCIDENT AT TRAFFIC
UNIT OF POLICE DEPARTMENT OF SURAKARTA
Anisa Listyana1, Yeti Nurhayati
2, Arya Nurahman Hendra Kusuma
3
1 Student of Bachelor Program in Nursing Science, Kusuma Husada Health Science College of Surakarta
2Lecturer of Bachelor Program in Nursing Science, Kusuma Husada Health Science College of Surakarta
3Lecturer of Bachelor Program in Nursing Science, Kusuma Husada Health Science College of Surakarta
ABSTRACT
Traffic police are officers responsible for maintaining the safety of road users and
minimize the accident victims. According to one of the police who have received
BSL, he still does not fully apply the knowledge when an accident occurs; police
who have never received BSL training have not fully known what to do if an
accident happens.
This research used the qualitative correlation method with the cross sectional
approach and was conducted at the Traffic Unit of Police Department of
Surakarta. The population of research was 162 police, and the samples of
research were 12 police of accident investigation squad and 48 police of patrol
squad. They were taken by using purposive sampling technique.
The result of the study shows that 24 respondents (49%) had good
knowledge, 24 respondents (49%) had fair knowledge, and 1 respondent (2%) had
poor knowledge. As for the management of the first aid on traffic accident, 23
respondents (46.9%) had good management, 16 respondents (32.7%) had fair
management, and 10 respondents (20.4%) had poor management. The result of
Spearman’s Rank analysis shows that the correlation value was 0.384 and was
categorized as medium with the p-value= 0.006 which less than 0.05. Thus, Ho
was rejected and Ha was accepted, meaning that there was a correlation between
the traffic police’s knowledge and the management of the first aid on traffic
accident at the Traffic Unit of Police Department of Surakarta.
Keywords: Traffic police, knowledge, management, traffic accident
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi masyarakat selain menimbulkan hal yang positif,
juga menimbulkan hal yang negatif. Peningkatan perekonomian
menimbulkan peningkatan daya beli masyarakat terhadap barang-barang
termasuk kendaraan bermotor yang dapat berujung pada peningkatan
jumlah kendaraan bermotor yang resmi teregistrasi(Lunera,2012).
Menurut WHO, cidera akibat kecelakaan lalu lintas membunuh setidaknya
1,2 juta orang tiap tahunnya. Ini berarti rata-rata di seluruh dunia 3.242
orang terbunuh tiap harinya di jalan. Jika tindakan tidak segera dilakukan,
jumlah cidera dan kematian akibat kendaraan meningkat. Cidera akibat
kecelakaan lalu lintas diprediksikan meningkat dan menjadi penyebab
kematian ketiga tertinggi di dunia tahun 2020, setelah kematian serangan
jantung dan depresi. Kecelakaan lalu lintas akan terus meningkat
dikebanyakan bagian di dunia(Lunera,2012).
Di Indonesia berdasarkan data dari WHO (2007) jumlah kendaraan
bermotor adalah 63.318.522 buah. Peningkatan jumlah kendaraan
bermotor merupakan salah satu penyebab terbesar tingginya tingkat
kecelakaan lalu lintas.Menurut Depkes (2006) kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab utama kematian dengan berbagai sebab, menempati
urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan kesembilan sebagai
2
kontributor utama kematian global. Kejadian kecelakaan lalu lintas
meningkat dalam jumlah maupun jenisnya dengan perkiraan angka
kematian dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta pada tahun 2020
atau meningkat sebanyak 65%.
Data direktorat lalu lintas (Ditlantas)Mabes Polri menyatakan setiap hari
puluhan nyawa melayang sia-sia dijalan raya. Sejak 2003-2007 tercatat
258.374 kecelakaan telah merenggut 69.385 jiwa. Itu berarti setiap tahun
rata rata sebanyak 13.877 nyawa hilang di jalan raya. Di Indonesia
menurut data kepolisian kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun
2007 mencapai 16.548 jiwa. Artinya, setiap hari sedikitnya 45 orang tewas
sia-sia di jalan raya (Sayekti, Rahadyan, Vitalis, et al. 2008).
Sedangkan data dari Ditlantas Polda Jateng menyebutkanbahwa selama
tahun 2009 telahterjadi 8909kasus. Di kota Surakarta angka kecelakaan
masih cukup tinggi dari tahun ke tahun. Tindakan pencegahan yang telah
dilakukan oleh Satlantas Polresta Surakarta adalah melakukan sosialisasi
kepada masyarakat, memberikan rambu-rambu jalan sampai melakukan
tindakan preventifseperti mengatur lalu lintas di daerah rawan kecelakaan
dan kemacetan, melakukan pengawalan dan penjagaan serta penertiban
SIM/STNK terhadap pengguna jalan yang melanggar peraturan berlalu
lintas. Namun masih banyak terjadi kecelakaan terlebih lagi kurangnya
kesadaran untuk melaporkan kecelakaan ke Kepolisian (Sayekti,
Rahadyan, vitalis,et al. 2008).
3
Data kejadian kecelakaan di wilayah kota Surakarta pada tahun 2011
terdapat 610 kejadian kecelakaan. Pada tahun 2012 kejadian kecelakaan
sebesar 583 kejadian kecelakaan. Pada tahun 2013 kejadian kecelakaan
sebesar 533 kejadian. Pada tahun 2014 sepanjang bulan Januari sampai
bulan November kejadian kecelakaan sebanyak 473 kejadian kecelakaan,
(Satlantas Polresta Surakarta).
Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas untuk menjaga keselamatan
pengguna jalan dan meminimalisasi korban kecelakaan. Menurut Undang-
Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan
Kepolisian Sektor menjelaskan bahwa Tata Kerja ini mengatur tentang
tugas polisi berkaitan dengan tanggung jawab polisi akan keselamatan
pengguna jalan. Hasil penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan
polisi lalu lintas tentang bantuan hidup dasar (BHD) di kota Depok
menunjukkan bahwa 50% responden memiliki pengetahuan yang kurang,
30,4% responden memiliki pengetahuan cukup, 19,6% responden
memiliki pengetahuan buruk, dan tidak ada responden yang memiliki
pengetahuan yang baik (Lunera,2012).
Pertolongan yang dilakukan polisi lalu lintas Satlantas Polresta
Surakarta berdasarkan Standard Operasional Prosedur (SOP) pada pasal 3
polisi segera mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan segera
memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan misalnya ketika
terjadi kecelakaan dan korban mengalami luka yang parah polisi langsung
4
membawa korban ke rumah sakit dan apabila korban hanya luka ringan
polisi memberikan betadin atau plester.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Satlantas
Polresta Surakarta kepada 5 orang polisi lalu lintas didapatkan data 2
orang polisi mengatakan ketika terjadi kecelakaan lalu lintas dan ada
laporan dari masyarakat polisi langsung menuju lokasi kecelakaan dan
menolong korban kecelakaan dan 3 orang polisi mengatakan ketika terjadi
kecelakaan langsung membawa ke rumah sakit karena menurut mereka
nyawa pasien lebih penting dan polisi juga takut kalau pertolongan
pertama yang di berikan dapat memperparah keadaan korban. Di Satlantas
Polresta Surakarta ada 5 dari 49 orang polisi sudah mendapatkan pelatihan
Bantuan Hidup Dasar, dan 44 lainnya belum pernah mengikuti
pelatihan.Tetapi menurut salah satu polisi yang telah mendapatkan
pelatihan BHD belum sepenuhnya mengaplikasikan ilmu yang didapatkan
ketika terjadi kecelakaan, polisi yang belum pernah mendapatkan pelatihan
BHD belum sepenuhnya tau pertolongan pertama yang harus dilakukan
ketika terjadi kecelakaan.Pengetahuan tentang pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas yang di lakukan oleh polisi perlu untuk diteliti
apakah menggunakan tehnik dan sesuai SOP yang benar atau tidak.Dari
fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan pelaksanaan pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
5
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan adakah hubungan pengetahuan
polisi lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan
lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan
penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di
Satlantas Polresta Surakarta.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetahuan polisi lalu lintas mengenai
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta
Surakarta.
2. Mengetahui penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan
lalu lintas oleh polisi di Satlantas Polresta Surakarta.
3. Menganalisis hubungan pengetahuan polisi lalu lintasdengan
penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di
Satlantas Polresta Surakarta.
6
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
a. Bagi Kepolisian
Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengaplikasikan SOP
polisi tentang penanganan kecelakaan lalu lintas di wilayah
Satlantas Polresta Surakarta.
b. Bagi Institusi
Menambah pustaka bagi institusi pendidikan yang berhubungan
dengan pengetahuan polisi lalu lintas tentang penatalaksanaan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
c. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan acuan atau referensi peneliti lain untuk
mengembangkan penelitian tentang pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan mengenai pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN TEORI
2.1 Kepolisian
1. Pengertian
Tentunya tidak seorang pun di Indonesia yang belum pernah
mendengar dan mengetahui apa itu “Polisi”. Dimanapun orang
berada, baik di kota maupun di pelosok-pelosok desa tentu pernah
berjumpa dengan polisi. Dalam masa tenang, ketika polisi sedang
menjalankan tugasnya, dan lebih-lebih dalam keadaan bahaya dan
keributan, masyarakat kita hanya mengenal polisi, dan gambaran
tentang polisi yang diperoleh amat tergantung dari pengetahuan
masing-masing yang tidak selalu menyenangkan baginya.
Malahan tidak sedikit yang menganggap bahwa polisi itu sebagai
hantu yang harus di jauhi (Suriadi, 2013).
Pengertian Kepolisian menurut Undang-Undang RI No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya di sebut UU Kepolisian adalah segala sesuatu hal
ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan mengawal
8
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam hal ini suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasayarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketenteraman yang membangun kemampuan membina serta
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segalah bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
dapat meresahkan masyarakat (Undang-Undang RI No. 2, 2002).
2. Tugas polisi
Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksanaan yang bertugas
menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan,
pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan
rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau
kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
penegakan hokum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara
keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada
masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam
masyarakat yang modern, lalu lintas merupakan faktor utama
pendukung produktivitasnya.
9
Kepolisian Republik Indonesia juga telah menetapkan secara
spesifik tata kerja dari setiap bagian kepolisian. Tata kerja
kepolisian lalu lintas tertera pada peraturan kepala kepolisian
Negara Republik Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 23
tahun 2010 pasal 59 butir tiga (3) yang berbunyi:
“(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Satlantas menyelenggarakan fungsi:
a. Pembinaan lalu lintas kepolisian.
b. Pembinaan partisipan masyarakat melalui kerja sama lintas
sektoral, dikmaslantas, dan pengkajian masyarakat di bidang
lalu lintas.
c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam
rangka penegakan hokum dan keamanan, keselamatan,
ketertiban, kelancaran lalu lintas (kamseltibcarlantas).
d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor serta pengemudi.
e. Pelaksanaan patrol jalan raya dan penindakan pelanggaran
serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka
penegakan hokum, serta menjamin kamseltibcarlantas di jalan
raya.
f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan,
perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.”
(Lunera, 2012).
10
2.2 Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
(Hidayat, 2007).
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2007)
Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng.
Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2003)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003) adalah:
1. Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang,
11
maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang
dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari
orang lain.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan
seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui
pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia
akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan
membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup
yang berkualitas.
3. Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun
elektronik maka berbagai ini berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang
12
lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
yang dimiliki.
4. Sosial ekonomi (pendapatan)
Orang dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah
mencukupi kebutuhan primer maupun sekunder dibanding
orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status
social ekonomi seseorang semakin mudah dalam mendapatkan
pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.
5. Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut
model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang
dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga
akan bertambah.
6. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang
berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan
dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti
organisasi.
13
c. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan(Notoatmodjo, 2003).
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat
menjelaskan bagaimana pertolongan pertama polisi lalu lintas
apabila terjadi kecelakaan. (Notoatmodjo, 2003).
14
3. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan
(Notoatmodjo, 2003).
4. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan
prinsip (Notoatmodjo, 2003).
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada (Notoatmodjo,2003).
15
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo,
2003)
d. Kategori Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) kategori pengetahuan dibagi
menjadi 3:
1. Kategori baik apabila mendapat nilai 76%-100%
2. Kategori cukup apabila mendapat nilai 56% - 75%
3. Kategori kurang apabila mendapat nilai <56%
2.3 Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas
1. Definisi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya
pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter
atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai
pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah
berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K
(petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat
korban (Cecep, 2014).
16
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian.
Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi
cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari
kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah
bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan
kematian ( Islami, 2009).
2. Prinsip P3K
Prinsip yang harus ditanamkan pada Petugas P3K dalam
melaksanakan tugas menurut Margareta (2012), Cecep (2014)
adalah
1. Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum
menolong.
a. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik.
b. Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas
dan tepat tanpa menambah kerusakan.
2. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.
3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada
kecelakaan disitu.
4. Usahakan menghubungi ambulan, petugas medis atau
dokter, rumah sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan
setempat).
17
5. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang
paling tepat. Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan,
ada perdarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat
kesakitan dll.
3. Pemberian pertolongan
Menurut Cecep (2014), Titin (2010) dan Bastian (2008)
pemberian pertolongan dapat dilakukan dengan:
1. Menilai situasi
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain
b. Memperhatikan sumber bahaya
c. Memperhatikan jenis pertolongan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan
2. Mengamankan tempat kejadian
a. Memperhatikan penyebab kecelakaan
b. Utamakan keselamatan diri sendiri
c. Singkirkan korban dengan cara aman dan
memperhatikan keselamatan diri sendiri ( dengan alat
pelindung )
3. Memberikan pertolongan
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban dan
prioritas tindakan
b. Periksa kesadaran, pernafasan, sirkulasi, darah dan
gangguan local
18
c. Berikan pertolongan sesuai status korban:
1) Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari
tubuh
2) Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan
resusitasi jantung paru
3) Bila luka ringan obati seperlunya
4) Bila luka berat carikan pertolongan ke rs
4. SOP kecelakaan lalu lintas
1. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan
segera.
2. Menolong korban kecelakaan lalu lintas.
3. Mengamankan barang bukti.
4. Melakukan olah TKP.
5. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
saksi atau tersangka.
6. Melakukan penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas.
7. Menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum.
(Satlantas Polresta Surakarta).
5. Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas
Penanganan TKP laka lantas.
Setelah tiba di TKP
1. Tutup dan amankan TKP kecelakaan lalulintas dan
diharapkan agar setiap orang yang berada di TKP tetap
19
tinggal di TKP, untuk kepentingan pengumpulan
keterangan dan bukti-bukti.
2. Bila ada korban segera beri pertolongan (P3K) sesuai
dengan kondisi lukanya dan segera dibawa ke Rumah
sakit terdekat dengan ambulance tetap memperhatikan
kondisi kesehatan agar tidak bertambah parah.
3. Segera bagi tim untuk penaganan TKP seperti
mengambil keterangan dari korban, mencatat saksi-
saksi, mengadakan pemotretan, mengumpulkan barang
bukti dan mencatat keadaan lingkunagan sekitar TKP
(Satlantas Polresta Surakarta).
6. Kategori penatalaksanaan
Menurut Riwidikdo (2009) kategori skor penatalaksanaan:
1. Kategori baik yaitu mendapat nilai (x)>mean+1 SD
2. Kategori cukup yaitu mendapat nilai mean-1 SD < x <
mean + 1 SD
3. Kategori kurang yaitu mendapat nilai (x)< mean – 1 SD
20
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Cecep (2014), Margareta (2012), Notoatmodjo, (2003), Satlantas Polresta Surakarta
Polisi lalu lintas
SOP Kecelakaan lalu lintas
1. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan segera.
2. Menolong korban kecelakaan lalu lintas.
3. Mengamankan barang bukti.
4. Melakukan olah TKP.
5. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka.
6. Melakukan penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas.
7. Menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum.
Tingkat pengetahuan
1. Tahu 2. Memahami 3. Analisis 4. Aplikasi 5. Sintesis 6. Evaluasi
Prinsip pertolongan pertama kecelakaan
1. Penolong mengamankan diri sendiri
2. Amankan korban sehingga babas dari bahaya
3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu
4. Usahakan menghubungi ambulan atau rumah sakit terdekat
5. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.
21
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Dependent Variabel Independent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
H0 :Tidak ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan
penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu
lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
Ha :Ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas dengan
penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
Satlantas Polresta Surakarta.
Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas
Pengetahuan polisi tentang pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas
22
2.7 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti
yaitu:
Table 2.1 Keaslian Penelitian
NO NAMA
PENELITI JUDUL METODE HASIL
1. Elda Lunera Hutapea (2012)
Gambaran tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di kota Depok
Desain penelitian deskriptif sederhana, pengambilan sampel menggunakan total sampling,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% responden memiliki pengetahuan kurang, 30,4% responden memiliki pengetahuan cukup, 19,6% responden memiliki pengetahuan buruk, dan tidak ada responden yang memiliki kemampuan yang baik.
2 Lumangkun, P.A.,Kumaat,L.T., Rompas Selfi (2014)
Hubungan karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar (bhd) Di direktorat lalu lintas polda Sulawesi Utara
Desain penelitiandeskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel menggunakan total sampling tehnik uji data yang digunakan menggunakan uji chi-square.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan dari masing-masing karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan BHD di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu
lebih menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah
dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan
pada penelitian interensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan
penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan
penelitian sampel besar (Azwar, 2012).
Jenis penelitian ini adalah correlation study yang memiliki tujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan polisi lalu lintas tentang
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan
kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini menggunakanpendekatancross sectional
yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.
(Nursalam, 2013).
3.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).
24
Populasi pada penelitian ini adalah semua anggota polisi lalu lintas yang
ada di Satlantas Polresta Surakarta berjumlah 162 orang.
b. Sampel
Sampeladalahbagiandarijumlahdankarakteristik yang
dimilikiolehpopulasitersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakanteknik purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karekteristik populasi yang telah dikehendaki sebelumnya (Sugiono,
2009).
Sampel penelitian ini adalah polisi unit laka berjumlah 12 orang dan polisi
unit patroli 48 orang.Peneliti mengambil dua unit tersebut karena kedua
unit tersebut bertugas langsung ke lapangan dan menangani langsung
apabila terjadi kecelakaan lalu lintas.Besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 49 polisi. Penentuan jumlah sampel digunakan
perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
Rumuspenentuanbesarsampel (Nursalam, 2009) :
N.z2.p.q n = d2(N-1) + z2.p.q
60.(1,96)2. 0,5. 0,5
= (0,05)2. 59 + (1,96)2. 0,5. 0,5 57,624
=
25
1,1829
= 48,7 = 49 responden
Keterangan :
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilaistandar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 - p (100% - p)
d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
1. Kriteria Inklusi
Menurut Notoatmojo (2005) kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-
ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat
diambil sebagai sampel.
a. Polisi yang bertugas di unit Laka dan unit Patroli
b. Polisi yang terjun langsung ke jalan
2. Kriteria Ekslusi
Menurut Notoatmojo (2005) kriteria eksklusi adalah ciri-ciri
anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
a. Polisi yang sedang menjalani cuti.
b. Polisi yang ditugaskan di luar kota
9.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Satlantas Polresta Surakarta. Penelitian ini
dilakukan pada 27 Februari 2015 – 21 Maret 2015.
26
9.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Table 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
No
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Skor Skala Ukur
1 Pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas (Variabel Independen)
Merupakan pemahaman polisi dalam melaksanakan pertolongan pertama kecelakaan
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 20 pernyataan, dengan menggunakan skala Guttmann, dengan pertanyaan benar salah, jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0.
1. Kategori baik yaitu mendapat nilai antara (≥15) dari yang diharapkan
2. Kategori cukup yaitu mendapat nilai (11-14) dari yang diharapkan
3. Kategori nilai (<11)
Ordinal
2 Penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas (Variabel Dependen)
Merupakan tindakan polisi dalam memberikan pertolongan pertama
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 20 pernyataan, dengan menggunakan skala Guttmann, dengan pertanyaan benar salah, jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0.
1. Kategori baik yaitu mendapat nilai (≥16)
2. Kategori cukup yaitu mendapat nilai mean-1 SD <x< mean + 1 SD (13-15)
3. Kategori kurang yaitu mendapat nilai (x)< mean – 1 SD (< 13)
Ordinal
27
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
a. Alat Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto,2010).
Kuesioner yang digunakan adalah keusioner tertutup dimana sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih
(Arikunto,2010).
Dalam penelitian ini keusioner yang digunakan adalah:
a. Kuesioner A
Kuesioner tingkat pengetahuan yaitu dengan 20 soal dengan tipe
pernyataan benar salah dengan pernyataan positif (favorable) pada
nomor 1,4,5,8,10,11,12,13,14,15,16,19,20 dan negative
(unfavorable)pada nomor 2,3,6,7,9,17,18 dengan soal prinsip P3K
(1,3,4,5,6,7,8,9,12,15,16) dan soal pemberian pertolongan
(2,10,11,13,14,17,18,19,20), skala ukur yang digunakan adalah skala
guttman cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√)
, apabila responden menjawab benar mendapat skor 1 dan menjawab
salah skor 0, jika responden mampu mendapat nilai 15-20 dikategorikan
baik, bila mendapat nilai 11-14 dikategorikan cukup, dan apabila
mendapat nilai kurang dari 11 maka dikategorikan kurang.
28
b. Kuesioner B
Kuesioner penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu
lintas tipe pernyataan benar salah dengan pernyataan positif (favorable)
pada nomor 1,2,3,5,6,10,12,15,16,17,18,19,20 dan negative
(unfavorable)pada nomor 3,4,7,8,9,11,12,14 dengan soal SOP
kecelakaan (6,10,11,12) dan penatalaksanaan kecelakaan (1, 2, 3, 4, 5, 7,
8, 9, 13,14, 15, 16, 17, 18, 19, 20), dengan menggunakan skala guttman,
cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√), apabila
mendapat nilai baik yaitu mendapat nilai 16-20, nilai cukup yaitu
mendapat nilai 13-16, nilai kurang yaitu mendapat nilai <13.
b. Mengukur Validitas dan reliabilitas instrumen
1) Validitas
Menurut Nursalam (2013) validitas adalah pengukuran dan
pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam
mengumpulkan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Uji validitas menggunakan rumus product moment, setelah itu diuji
dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasi. Untuk ta = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t
tabel berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid
(Hidayat,2007). Uji validitas menggunakan 30 responden dan
29
dilakukan di Satlantas Polresta Karanganyar yang memiliki kriteria
inklusi yang sama dengan sampel penelitian.
rxy = N.∑XY - ∑Y.∑Y
√{N ∑X2 – (∑X)2 }{N∑Y2 – (∑Y)2}
Keterangan :
N : Jumlah responden
rxy :Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Pada uji validitas dari 25 pernyataan didapatkan hasil 20 pernyataan
valid untuk kuesioner pertolongan pertama kecelakaan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
12, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25) dan untuk penatalaksanaan kecelakaan dari
25 pernyataan didapatkan 20 pernyataan valid (1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 24, 25) dengan nilai >0,361. Item pernyataan yang tidak
valid dengan rata-rata nilai tidak valid pada kuesioner A adalah 0,195 dan
rata-rata nilai tidak valid pada kuesioner B adalah 0,40 selanjutnya tidak
diikutsertakan dalam item pernyataan kuesioner ini.
2) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
30
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak
akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-
jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
keyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya
(Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti
menggunakan Alpha Chronbach.
Rumus Alpha Chronbach :
r11 = K 1- ∑σb2
K-1 σ2t
Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 : Jumlah varian butir
σ2t : Varian total
Hasil uji validitas kemudian diuji reliabilitas menggunakan alpha
cronbach.Pernyataan yang tidak valid di uji validitas dan hanya
pertanyaan yang valid yang diuji reliabilitas.Hasil uji reliabilitas pada
pernyataan tingkat pengetahuan dengan jumlah 20 pernyataan didapatkan
nilai alpha cronbach 0,863 yang berarti kuesioner tingkat pengetahuan
31
layak untuk digunakan.Dan pada hasil uji reliabilitas pada kuesioner
penatalaksanaan dengan jumlah 20 pernyataan didapatkan nilai alpha
cronbach 0,700 yang berarti kuesioner penatalaksanaan layak untuk
digunakan.
c. Cara Pengumpulan Data
Tahap Pengumpulan Data
1. Tahap pertama, peneliti mengajukan surat permohonan penelitian
kepada prodi S1 keperawatan
2. Tahap kedua, setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari prodi
peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Satlantas
Polresta Surakarta
3. Tahap ketiga, peneliti menyampaikan surat ijin penelitian dari
Kasatlantas kepada unit Laka dan unit Patrolidi Satlantas Polresta
Surakarta
4. Tahap keempat, peneliti melakukan survei kepada responden
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
5. Tahap kelima, peneliti melakukan pendekatan kepada polisi dan
memberikan inform consent untuk bersedia menjadi responden
6. Tahap keenam, peneliti membagikan kuesioner pengetahuan lalu
dilanjutkan dengan memberikan kuesioer penatalaksanaan kepada
responden
7. Tahap ketujuh, peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah di
bagikan dan diisi oleh responden di Satlantas Polresta Surakarta
32
8. Tahap kedelapan, peneliti mengolah data hasil kuesioner yang telah
diisi oleh responden.
3.6. Pengolahan Data dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
Menurut Notoatmojo (2003), setelah data terkumpul, maka langkah
yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum
melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih
dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data
tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu :
1. Editing atau mengedit data merupakan memeriksa pernyataan yang
telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan dari editing adalah
untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan yang ada dalam lembar
pernyataan. Dalam penelitian ini peneliti akan memeriksa data tentang
hasil dari kuesioner tentang pengetahuan dan penatalaksanaan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
2. Coding atau menkode data merupakan suatu metode untuk
mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam
simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi
yang dilakukan. Dalam penelitian ini data yang sudah melalui proses
33
editing diberikan kode data, dengan cara masing-masing responden
setelah mengisi kuesioner pengetahuan dan penatalaksanaan
pertolongan pertama kecelakaan pada saat itu juga diberi kode angka 1,
2, 3 dan seterusnya.
3. Entri data merupakan proses memasukkan data jawaban responden
dalam bentuk kode kedalam software komputer.
4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria
tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.Dalam penelitian
ini peneliti memasukkan semua jawaban (tingkat pengetahuan dengan
penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas) yang
sudah diberi skor kedalam tabel (skoring).
b. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis
tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk
distribusi yang dinarasikan (Notoatmojo, 2005).Analisa Univariat
digunakan untuk menggambarkan pengetahuaan dan penatalaksanaan
kecelakaan lalu lintas dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi
dengan ukuran persentase dan proporsi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dengan penatalaksanaan dalam melakukan tindakan
34
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dilakukan uji Spearman
Rank Correlatin karena skala data yang digunakan adalah ordinal dan
ordinal.
Jika nilai p value > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga
tidak ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
Jika nilai p value < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
3.7. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2009) masalah etika yang harus diperhatikan antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent (persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani
lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
35
menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent tersebut antara lain: partisipai polisi, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dll.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan penatalaksanaan polisi lalu lintas dalam melakukan tindakan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
Berdasarkan data yang diambil selama 23 hari pengambilan data yaitu pada
tanggal 27 Februari 2015 sampai 21 Maret 2015 dengan 49 responden yang telah
memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik responden
Responden dalam penelitian ini adalah polisi yang ada di Satlantas
Polresta Surakarta pada unit Patroli dan unit Laka yang telah sesuai
dengan kriteria peneliti dan memiliki karakteristik yang beragam. Sesuai
dengan hasil penelitian, diperoleh data karakteristik responden sebagai
berikut:
4.1.1.1 Usia responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di Satlantas Polresta Surakarta (N=49)
NO Usia Responden Frekuensi Persentase (%)
1 20 – 40 29 59 2 41 – 65 20 41 Total 49 100
37
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden berusia 20 – 40 tahun,
yaitu 59%. Responden berusia 41 – 65 tahun yaitu 41%, dan tidak ada responden
yang berusia >65 tahun
4.1.1.2 Pendidikan responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Satlantas Polresta Surakarta
(N=49) No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1 SMA 44 88 2 Perguruan Tinggi 5 12 Total 49 100
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden berpendidikan SMA,
yaitu 88%.Responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 12%.
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Polisi tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu
Lintas
4.1.3 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas
Tabel 4.4 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas di Satlantas Polresta Surakarta
(N=49) No Kategori
penatalaksanaan
Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 23 46,9 2 Cukup 16 32,7 3 Kurang 10 20,4 Total 49 100
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden memiliki
penatalaksanaan baik, yaitu 46,9 %. Responden yang memiliki
penatalaksanaan cukup yaitu 32,7%. Dan responden yang memiliki
penatalaksanaan kurang yaitu 20,4%.
38
4.2 Analisa Bivariat
4.2.2 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang
Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan
Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas antara variabel dependen dan
independen.
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan penatalaksanaan polisi dalam melakukan tindakan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
(N=49)
No Penatalaksanaan
Total R P Baik Cukup Kurang
1 Pengetahuan Baik 15 8 1 24 0,384 0,006 2 Cukup 8 7 9 24 3 Kurang 0 1 0 1 Total 23 16 10 49
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden mempunyai
pengetahuan baik dan penatalaksanaan baik, yaitu 15 responden.Responden
yang memiliki pengetahuan cukup dan penatalaksanaan kurang yaitu 9
responden, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan
penatalaksanaan cukup yaitu 1 responden.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan
korelasi Spearman Rank dengan bantuan program komputer menghasilkan
nilai probabilitas sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α=0,05 didapatkan nilai
korelasi spearman rank = 0,384 termasuk dalam kategori sedang dengan
arah korelasi positif maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang
39
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
40
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
polisi di Satlantas Polresta Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu
lintas.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Hasil penelitian ini
menguraikan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta, penatalaksanaan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta, dan
hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan
lalu lintas dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta
Surakarta. Pembahasan dalam penelitian ini dapat kita lihat di bawah ini:
5.4 Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan Pertama
Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta
Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta,
responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 respoden atau
sebesar 49%, responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 24
41
responden atau sebesar 49%, dan responden dengan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 1 responden atau sebesar 2%.
Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh polisi lalu lintas di Satlantas Polresta
Surakarta tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas memiliki
kategori baik, cukup, dan kurang. Tetapi sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik dan cukup tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu
lintas, hal ini dikarenakan sebagian besar polisi mengetahui pertolongan
pertama yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan dan menurut salah
satu responden ada pula 5 polisi yang telah mengikuti pelatihan pertolongan
pertama kecelakaan yang diselenggarakan oleh dinas kesehatan.
Di Satlantas Polresta Surakarta responden yang memiliki pengetahuan
baik yaitu sebanyak 24 responden atau 49% hal ini dipengaruhi oleh sudah
terpaparnya informasi mengenai pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
dari pelatihan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan SOP
pertolongan pertama kecelakaan. Responden yang memiliki pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 24 responden atau sebesar 49% hal ini dipengaruhi
oleh informasi dari sesama polisi yang sudah melakukan pelatihan
pertolongan pertama kecelakaan dan SOP pertolongan pertama kecelakaan,
dan responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 1
responden atau sebesar 2% hal ini dipengaruhi karena responden malas
mempelajari SOP kecelakaan lalu lintas.
42
Ketika dilakukan wawancara kepada salah satu anggota polisi di Satlantas
Polresta Surakarta mengatakan bahwa “ketika terjadi kecelakaan dan korban
tidak sadar polisi memeriksa pernafasan dan denyut nadi korban, dan apabila
memungkinkan polisi melakukan pemberian nafas buatan dan segera di
larikan ke rumah sakit terdekat.Pada korban dengan luka ringan polisi hanya
memberikan pertolongan, misal dengan memberikan betadine dan membalut
luka korban”.
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2007)
Pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan diperoleh polisi di
Satlantas Polresta Surakarta dari SOP kecelakaan lalu lintas, selain itu juga
diperoleh dari pelatihan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan juga
informasi dari teman yang sudah mengikuti pelatihan pertolongan pertama
kecelakaan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardyan dan
Murdeani (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan responden tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
maka semakin baik dalam melakukan tindakan pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas. Karena itu dari pengalaman dan penelitian terbukti
43
perilaku yang didasaripengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari ilmu pengetahuan.
5.5 Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Di
Satlantas Polresta Surakarta
Pada penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di
dapatkan hasil bahwa 23 responden atau sebesar 46,9 % memiliki kemampuan
penatalaksanaan baik, 16 responden atau sebesar 32,7 % memiliki kemampuan
penatalaksanaan cukup, dan 10 responden atau sebesar 20,4 % memiliki
kemampuan penatalaksanaan kurang.
Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas di
Satlantas Polresta Surakarta memiliki kategori baik, cukup dan kurang. Tetapi
sebagian besar responden memiliki kemampuan baik tentang penatalaksanaan
kecelakaan lalu lintas , Hal ini ditandai dengan rata-rata polisi mampu
menjawab soal dengan score ≥ 15 dari klasifikasi dan sebagian besar
responden sudah mengetahui bagaimana penatalaksanaan pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas dan setiap polisi lalu lintas telah dibekali dengan SOP
kecelakaan lalu lintas, sehingga ketika terjadi kecelakaan polisi dapat
menolong korban sesuai dengan SOP.
Sebanyak 23 responden atau sebesar 46,9% memiliki penatalaksanaan baik
hal ini dikarenakan oleh responden memahami, dan mempelajari SOP
kecelakaan yang berlaku dan ketika terjadi kecelakaan polisi menjalankan
44
SOP tersebut. Polisi yang memiliki penatalaksanaan cukup yaitu sebanyak 16
responden atau sebesar 32,7%, hal ini dipengaruhi oleh pemahaman polisi
tentang SOP kecelakaan dan ketika terjadi kecelakaan polisi melaksanakan
apa yang ada di SOP tersebut. Sedangkan polisi yang memiliki
penatalaksanaan kurang yaitu sebanyak 10 responden atau sebesar 20,4%,
polisi dengan penatalaksanaan cukup hanya menjalankan SOP saja tanpa
memahami SOP yang harus dilaksanakan ketika terjadi kecelakaan.
Menurut Cecep (2014) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah
upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau
penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara
yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang
pertama kali melihat korban.
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan
sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang
dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan
menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan
tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan
kematian ( Islami, 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damping
(2012), bahwa adapengaruh penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan
terhadaptingkat kepuasan korban kecelakaan lalu lintas. Pelayanansuatu jasa
45
yang berhubungan dengan berbagaiaspek diantaranya mutu pelayanan yang
diberikan,kecepatan pemberian pelayanan, prosedur sertasikap yang diberikan
oleh pemberi pelayanankesehatan dalam penelitian ini adalah polisi itu
sendiri.
5.6 Hubungan Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Pertolongan
Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Penatalaksanaan Kecelakaan
Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta
Adanya hubungan pada kedua variabel ditujukkan dari hasil uji spearman
rank dengan tingkat kesalahan 0,05 didapatkan nilai korelasi spearman rank =
0,384 termasuk dalam kategori sedang dengan arah korelasi positif dan nilai
p= 0,006. Karena nila p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
Polisi yang memiliki pengetahuan baik tentang pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas dan penatalaksanaan lalu lintas sebanyak 15 orang, hal
ini dikarenakan sebagian besar responden mengetahuai cara menolong korban
ketika terjadi kecelakaan dan setiap polisi lalu lintas telah dibekali SOP
kecelakaan lalu lintas, sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas polisi
dapat melaksanakan SOP yang telah ditentukan.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Lupy (2014), yang mengatakan
pengetahuan polisi lalu lintas dalam pertolongan pertama kecelakaan lalu
46
lintas dapat dikatakan semakin baik, maka semakin baik pula dalam
penatalaksanaaan pada korban atau dalam melaksanakan tindakan
pertolongan pertama kecelakaan.
Polisi di Satlantas Polresta Surakarta sudah memahami dengan baik tentang
pertolongan pertama kecelakaan.Hal ini ditujukkan dalam pengisian
kuesioner tingkat pengetahuan dengan benar sebanyak 88%, sehingga
pengetahuan yang baik mempengaruhi penatalaksanaan pertolongan pertama
kecelakan.Sedangkan penatalaksanaan pertolongan pertama yang dilakukan
oleh polisi menunjukkan dalam kategori baik. Hal ini dapat diketahui pada
pengisian kuesioner terbanyak masuk pada kategori baik, yaitu sebesar 23
responden atau 46,9 %.
Pada penelitian ini kekuatan hubungan menurut Colton mengenai
pengetahuan polisi lalu lalu lintas tentang pertolongan pertama kecelakaan
lalu lintas dengan penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas dikatakan dalam
kategori sedang. Hal ini dikarenakan oleh responden sudah terpapar informasi
mengenai pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dan 5 orang responden
telah mengikuti pelatihan pertolongan pertama kecelakaan, selain itu setiap
polisi juga telah dibekali SOP pertolongan kecelakaan lalu lintas.
Baiknya pengetahuan dan penatalaksanaan kecelakaan diakibatkan oleh polisi
lalu lintas telah dibekali dengan SOP penanganan kecelakaan lalu lintas,
sehingga polisi lalu lintas dapat mengaplikasikan SOP tersebut ketika terjadi
kecelakaan dan pelatihan yang dilakukan oleh dinas kesehatan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silitonga (2012), Pengetahuan
47
yang baik diharapkan dapat mempengaruhi penatalaksanaan pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas. Menurut Herwindasari (2014) menyatakan
bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka penatalaksanaan awal diare yang
akan dilakukan oleh ibu akan semakin baik pula. Dalam penelitian Ali (2003)
menyebutkan menyebutkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan
praktek penatalaksanaan penderita diare. Menurut Herman (2014) sebagian
besar perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang kejang demam, maka
baik pula penanganan kejang demam yang dilakukan. Sehingga dapat
dikatakan pengetahuan perawat tentang kejang demam berhubungan dengan
penanganan kejang demam pada anak.
48
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
6.1.1 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama
kecelakaan di Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar memiliki
pengetahuan baik sebanyak 24 polisi dan cukup sebanyak 24 polisi tentang
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 49,0%.
6.1.2 Penatalaksanaan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas oleh polisi
lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar polisi memilikin
penatalaksanaan baik tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas
yaitu sebesar 46,9% atau sebanyak 23 polisi.
6.1.3 Ada hubungan pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas dengan penatalaksanaan pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta.
6.2 Saran
6.2.1 Satlantas Polresta Surakarta
Satlantas Polresta Surakarta diharapkan dapat bekerja sama dengan
instansi kesehatan di wilayahnya untuk melakukan pelatihan tentang
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas kepada semua anggota polisi
yang bertugas di Satlantas Polresta Surakarta. Diharapkan semua polisi
49
lalu lintas mempunyai pengetahuan dan penatalaksanaan yang baik tentang
pertolongan pertama kecelakaan. Dan bagi polisi yang masih dalam
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan skill atau ketrampilan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas sehingga ketika terjadi
kecelakaan dapat berpartisipasi dalam menolong korban kecelakaan lalu
lintas.
6.2.2 Pelayanan Kesehatan
Perawat dapat melakukan primery survey secara komprehensif dan petugas
kesehatan lain dapat melanjutkan pemberian pelayanan pertolongan
pertama kecelakaan di instansi kesehatan dengan cepat.
6.2.3 Peneliti lain
Peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama tentang pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas dengan mengubah metode yang digunakan,
supaya dapat menggali informasi lebih dalam tentang penatalaksanaan
kecelakaan lalu lintas. Peneliti lain juga dapat menambahkan ketrampilan
polisi tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas dalam hal
ambulasi ataupun pemberian bantuan nafas, sehingga peneliti dapat
mengetahui ketrampilan yang dimiliki polisi lalu lintas tentang
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2003). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik Ibu Balita dalam
Penatalaksanaan Penderita Diare di Puskesmas Siwalan Kabupaten Pekalongan. Skripsi
Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Azwar, S. (2012).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bahrami, M.A., Maleki, A., Ezzatabadi, M.R., Askari, R., dan Tehrani, G.H. (2011). Pre-hospital emergency medical services in developing countries: a case study about EMS response time in Yazd, Iran. Iranian Red Cresent Medical Journal, 13(10):735-738.
Bastian, Travilla A. (2008).Hubungan Pengetahuan Dengan PraktikPencegahan
Kecelakaan Pada Orang Tua Yang Mempunyai Anak Usia Sekolah
Di SD Negeri Pandeyan Yogyakarta. Skripsi . Cecep D. S .(2014). Keselamatan dan kesehatan kerja.Yogyakarta. Gosyen
publishing Damping , Hendrik .H. (2012). Pengaruh Penatalaksanaan Terapi Latihan Terhadap
Kepuasan Pasien Fraktur Di Irina A Blu Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado.VOL 1 NO. 1
Hidayat.(2007). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Bineka cipta.
Herman , Mulyadi, Amatus. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang
Kejang Demam Dengan Penanganan Kejang Demam Pada Anak Di Instalasi Rawat Darurat Anak (Irda) Dan Ruang Perawatan Intensif (Rpi) Irina E Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado
Herwindasari ,E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan
Penatalaksanaan Awal Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak Tahun 2013. Universitas Tanjuungpura. Pontianak
Islami.(2009). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Anak Di Rumah Desa
Sumber Girang RW 1 Lasem Rembang.(diakses 31 desember 2014).
http://ejournal.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/karakter/article/view/38.
Lunera,E.H. (2012). Gambaran tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang
bantuan hidup dasar (BHD) di kota Depok. Skripsi.Universitas Indonesia.Depok.
Lumangkun, P. E., Kumaat ,L. T. &Rompas Sefti. (2014). hubungan karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan Bantuan Hidup Dasar.E-Jurnal Keperawatan.Vol 2.No.2.
Lupy, Ivon Kristi. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Hipovolemik
Dengan Penatalaksanaan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Margareta, Shinta. (2012). Buku Cerdas P3K: 101 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.Yogyakarta : Niaga Swadaya.
Notoatmojo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta.
Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmojo, S. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi
2011). Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik Dan Non Paramedik
Dengan Spss Dan Prediksi Pertanyaan Pendadaran Skripsi Dan
Tesis. Yogyakarta: Gaya Medika.
Rahardyan & Murdechi. (2006). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Teknik Perawatan Luka Post Operasi Dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto. Artikel Ilmiah.
Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Media Cendekia Press.
Sayekti, Rahadyan & vitalis.(2008). Estimasi Prevalensi Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Metode Capture-Recapture.Berita Kedokteran masyarakat. 24,16-24. Diakses 25 November 2014.
Silitonga E, Lufthiani. (2012). Pengetahuan Ibu Dalam Penatalaksanaan Gizi Seimbang Pada Keluarga Di Desa Siborboron Kabupaten Humbang Hasundutan.Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Sugiono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Edisi 12. Bandung: Alfabeta.
Suriadi, Awaludin.(2013). Membangun Citra Polisi Dalam Penanggulangan
Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas di Polres Wajo (Suatu
Kajian Sosiologi Hukum.Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar.
Titin, silvia. (2010). Buku Pintar P3K.Yogyakarta : Tiara Pustaka.