hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan kehamilan di...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu
mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga
perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East
Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per
100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran
hidup (Azrul Azwar, 2005).
Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat
Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan
pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan
kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat
menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seharusnya dapat
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat
kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga
diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti
taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati
pentingnya pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan
kehamilan (K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo,
2002).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar
pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota
khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 : berupa
cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan. Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan
antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum
cukup aktif.
Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu
ditingkatkan. Sedangkan K4 : Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester
ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam
kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum
memadai . Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring
dan menangani risiko tinggi obstetric.
Dari studi pendahuluan berdasarkan profil propinsi Jawa Barat memiliki angka
kematian ibu dan bayi masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Data
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2003
angka kematian ibu sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 44,36 per 1000 kelahiran hidup. Upaya-upaya untuk
mengendalikan angka kematian ibu dan bayi pun dilaksanakan seperti usaha
pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, serta persalinan yang
aman dan perawatan masa nifas yang baik, dilaporkan bahwa pada tahun 2005
angka cakupan kumulatif K1 sebesar 81%, cakupan K4 baru mencapai 75%,
kunjungan neonatus mencapai 62% dan persalinan oleh tenaga kesehatan baru
mencapai 65%. Walaupun angka cakupan tersebut cukup baik namun masih belum
mencapai target Standar Pelayanan Minimal K1 sebesar 90%, K4 sebesar 85%,
kunjungan neonatus 80%, dan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 80%.
Belum tercapainya target K4, salah satunya disebabkan karena pemahaman tentang
pedoman Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan masih kurang, sehingga masih ditemukan ibu hamil yang belum
mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur. Kunjungan
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence
Green, faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor
predisposisi diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai.
Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-sarana
kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan
perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu
mengikuti tahap – tahap, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau ”KAP”. Beberapa penelitian
telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa
proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (K-A-P), bahkan di dalam praktik
sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun
pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan uraian
di atas peneliti bermaksud untuk meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan
dan sikap ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan kehamilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang timbul
dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan
dan sikap ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas Kejaksan, kota Cirebon ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
Kejaksan, kota Cirebon.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan .
b. Mengetahui sikap ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan.
c. Mengetahui perilaku ibu hamil dalam kunjungan pemeriksaan kehamilan
d. Mengetahui sarana-sarana kesehatan terhadap pemeriksaan kehamilan.
e. Mengetahui sikap petugas kesehatan terhadap pemeriksaan kehamilan.
f. Mengetahui perilaku petugas kesehatan terhadap pemeriksaan kehamilan.
g. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap perilaku
kunjungan pemeriksaan kehamilan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti tentang hubungan
tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan
kehamilan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan bisa sebagai data untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Puskesmas Kejaksan
Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Kejaksan
bagian Poli KIA/KB dalam rangka mendukung upaya peningkatan kunjungan ibu
hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
Notoatmodjo ( 2003 ) mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Dan sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Hanya
sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kehamilan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa ibu hamil
harus memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan sejak dini.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintetis (Synthetis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Misalnya, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu hamil tidak mau memeriksakan
kehamilannya (Notoatmodjo, 2003).
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seseorang yang dikatakan memiliki
pengetahuan kurang apabila seseorang tersebut baru sekedar tahu dan memahami
saja, sedangkan seseorang yang memiliki pengetahuan cukup cenderung memiliki
bukan hanya sekedar tahu dan memahami tetapi juga sudah bisa mengaplikasi dan
menganalisis, dan seseorang dikatakan memiliki pengetahuan yang baik apabila
sudah mencapai tingkatan/tahapan sintetis dan evaluasi. Oleh karena itu
pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1997 ).
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).
Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu
(Azwar, 2003).
Komponen Pokok Sikap (Notoatmodjo, 2003)
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga componen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam Penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting.
Berbagai Tingkatan Sikap yakni : (Notoatmodjo, 2003)
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya : sikap ibu hamil terhadap pemeriksaan kehamilan dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap penyuluhan tentang
pentingya memeriksakan kehamilan sejak dini.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan meyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu hamil yang mengajak ibu
hamil yang lain ( tetangganya, saudaranya, dan sebagainya ) untuk pergi
memeriksakan kehamilan ke puskesmas adalah bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap pemeriksaan kehamilan.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seseorang yang memiliki sikap tidak
mendukung cenderung memiliki tingkatan hanya sebatas menerima dan merespon
saja, sedangkan seseorang dikatakan telah memiliki sikap yang mendukung yaitu
bukan hanya memiliki tingkatan menerima dan merespon tetapi sudah mencapai
tingkatan menghargai atau bertanggung jawab. Sekord dan Backman dalam azwar
(2003) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan
bentuk respon batin dari stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek
yang menimbulkan pengetahuan berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu.
(Notoatmodjo, 1997) Pengetahuan dan faktor lain seperti berfikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh.
3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari
analisis fakto-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain : (Notoatmodjo, 2003)
Teori Lawrence Green (1980)
Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat seperti, puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.
c. Faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas
terlebih lagi petugas kesehatan. Di samping itu, undang-undang juga diperlukan
untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan
kehamilannya di puskesmas disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum
mengetahui manfaat dari pemeriksaan kehamilan bagi ibu dan janin yang dikandung
(predisposing factors). Tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh dari puskesmas
tempat memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap (enabling
factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat
lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan tentang pentingya
pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).
Perilaku mencakup 3 domain, yakni : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan
tindakan atau praktik (practice) (Notoatmodjo, 2003). Oleh sebab itu, mengukur
perilaku dan perubahannya khususnya perilaku kesehatan juga mengacu kepada 3
domain tersebut.
Secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-
cara memelihara kesehatan meliputi :
1. Pengetahuan tentang risiko yang bisa saja terjadi dalam kehamilan
2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan kehamilan
3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun
tradisional
4. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga
maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum
Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti tersebut diatas
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara)
atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan
kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan, atau
besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-
variabel atau komponen-komponen kesehatan.
b. Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-
kurangnya 4 variabel yaitu :
1. Sikap terhadap risiko yang bisa saja terjadi selama kehamilan.
2. Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan
3. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional
4. Sikap untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun
kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan
c. Praktik kesehatan (health practice)
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik
kesehatan ini juga meliputi 4 faktor yaitu :
Aspek perilaku di dalam kesehatan
1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan risiko yang bisa saja terjadi selama
kehamilan.
2. Tindakan atau praktik sehubungan faktor-faktor yang terkait dan/atau
mempengaruhi kesehatan
3. Tindakan atau praktik sehubungan fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional
maupun tradisional
4. Tindakan atau praktik sehubungan untuk menghindari kecelakaan baik
kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.
(Notoatmodjo, 2003)
4. Perawatan Kehamilan
1. Pengertian Pemeriksaan kehamilan
Menurut Prawiroharjo (2002) Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap
ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam
kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan
normal. Kriteria kehamilan normal yaitu ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk,
ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium
normal. Sedangkan kehamilan dengan masalah kesehatan seperti hipertensi, anemia
berat, preeklampsi, pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit
kelamin, dan kondisi lain yang dapat memburuk selama kehamilan. Oleh karena itu
pelayanan / asuhan pemeriksaan kehamilan merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi sedini
mungkin bila ada kelainan pada ibu hamil (Saifudin, et.al, 2002). Ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ibu merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan pemeriksaan kehamilan
(Saifudin, et.al, 2002).
2. Tujuan Asuhan Pemeriksaan Kehamilan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Saifudin, et.al, 2002). Sedangkan
tujuan utama pelayanan pemeriksaan kehamilan di indonesia adalah untuk
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
3. Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan
Sebagai pelaksanaan pelayanan pemeriksaan kehamilan terdiri atas :
a. tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis obstetri dan gnikologi
b. Tenaga perawatan meliputi : Bidan, Perawat, Perawat mahir bidan (Depkes RI,
1997).
4. Lokasi Pelayanan Pemeriksaan kehamilan
Tempat pemberian pelayanan pemeriksaan kehamilan dapat bersifat statis dan aktif
meliputi :
a. Puskesmas
b. Puskesmas pembantu
c. Pondok bersalin desa
d. Posyandu
e. Rumah penduduk ( pada kunjungan rumah kegiatan puskesmas )
f. Rumah sakit pemerintah atau swasta
g. Rumah sakit bersalin
h. Tempat praktik swasta (bidan, dokter) (Depkes RI, 1997).
5. Pelaksanaan Pelayanan Pemeriksaan kehamilan
Terdapat enam standar dalam standar pelayan pemeriksaan kehamilan seperti
berikut ini :
a. Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
b. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
c. Standar 5 : Palpasi Abdominal
d. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada kehamilan
e. Standar 7 : Pengelolaan dini Hipertensi pada kehamilan
f. Standar 8 : Persiapan Persalinan
6. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang memenuhi standar operasional bagi puskesmas khususnya
bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu :
1. Timbangan berat badan
2. Alat ukur tinggi badan
3. Alat ukur tekanan darah
4. Stateskop
5. Tempat tidur pemeriksaan pasien
6. Alat pemeriksaan denyut jantung janin
7. Alat ukur tinggi fundus
8. Termometer
9. Obat-obatan
10. Alat suntik
11. Alat pemeriksaan darah (Sahli)
12. Alat pemeriksaan urine
13. Sarung tangan
14. Tempat cuci tangan
15. Tempat pembuangan sampah ( Pedoman Kerja Puskesmas, 2006)
Adapun kriteria sarana kesehatan diatas yang dimaksud sudah lengkap memenuhi
syarat oleh peneliti adalah sebagian besar alat yang sering digunakan seperti
timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, alat ukur tekanan darah, stateskop,
tempat tidur pemeriksaan pasien, alat pemeriksaan denyut jantung janin, alat ukur
tinggi fundus, termometer, obat-obatan harus ada tersedia di ruangan pemeriksaan
kehamilan.
5. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang
memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah
kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas
kesehatan dirumahnya atau di posyandu. Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi
jika terdapat masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas
kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia khawatir
(Saifudin et.al, 2002).
Setiap ibu hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal.
- Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
- Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
- Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke 36).
6. Puskesmas
Profil Puskesmas Kejaksan, kota Cirebon
Puskesmas Kejaksan terletak di Kelurahan Kesenden dengan Luas Wilayah 12,5 Ha
mencakup 11 RW yang terdiri dari 51 RT. Adapun jumlah penduduk yang berada di
wilayah Kelurahan Kesenden 11.821 jiwa, terdiri dari Laki–laki 5792 jiwa dan jumlah
penduduk Perempuan 6029 jiwa.
Pada Kelurahan Kesenden terdapat 2.993 Kepala Keluarga, dari jumlah tersebut
terdapat 929 KK miskin, dengan 5.697 jiwa miskin dan yang menjadi peserta
Jamkesmas hanya 3.510 jiwa miskin. Tahun 2009 jumlah kunjungan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kejaksan sebanyak 32.487
orang, terdiri dari 15.735 orang berasal dari dalam wilayah dan 16.752 orang dari
luar wilayah.
7. Kerangka Pemikiran
Kerangka Teori
Dari teori Lawrance Green (Dalam Notoatmodjo, 2003)
Dari kerangka teori diturunkan kerangka konsep berupa hubungan pengetahuan dan
sikap ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan kehamilan.
2. Kerangka konsep
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional dimana pengukuran pengambilan variabel dilakukan pada satu saat yang
bersamaan (Notoadmodjo, 2002).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2010 - 10 Desember
2010. Tempat penelitian yaitu di Puskesmas Kejaksan, kota Cirebon.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam
penelitian ini populasi adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas
Kejaksan, kota Cirebon pada saat penelitian yaitu tanggal 23 Agustu 2010 - 10
Januari 2010.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling, yaitu dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Subyek
(ibu hamil) dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Adapun kriteria inklusi subyek dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :
a. Ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan, kota Cirebon dan
bersedia menjadi responden.
b. Ibu hamil dengan kehamilan normal serta umur kehamilan pada trimester III,
karena peniliti ingin melihat data kunjungan pemeriksaan sampai 4 kali yang mana
syaratnya umur ibu hamil mencapai 28 minggu (trimester III), dan keadaan normal
tujuannya bahwa peneliti ingin responden ibu hamil datang ke puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan bukan untuk berobat karena adanya gangguan
kehamilan.
c. Kriteria kehamilan normal yaitu ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk, ukuran
uterus sama/sesuai usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal, data
diperoleh dari rekam medik.
Sedangkan Kriteria Eksklusinya adalah :
a. Ibu Hamil yang berada di luar wilayah kerja Puskesmas Kejaksan, kota Cirebon.
b. Ibu hamil dengan kehamilan tidak normal (seperti : hipertensi, anemia berat,
preeklampsi, pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin,
dan kondisi lain yang dapat memburuk selama kehamilan). Hal ini dapat
merancukan data penelitian dikarenakan kemungkinan responden ibu hamil hanya
datang ke puskesmas bukan untuk kunjungan pemeriksaan kehamilan melainkan
untuk berobat.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent variable)
Variabel bebas dari penelitian ini adalah :
a. Tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan.
b. Sikap tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
c. Sarana-sarana kesehatan yang menunjang pemeriksaan kehamilan.
d. Sikap petugas kesehatan dalam pemeriksaan kehamilan.
e. perilaku petugas kesehatan dalam pemeriksaan kehamilan.
2. Variabel Terikat (Dependent variable)
Variable terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kunjungan pemeriksaan
kehamilan.
F. Cara Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data dilakukan pada saat penelitian tanggal 23 Agustus 2010 - 10
Januari 2010 selama kurang lebih satu bulan tiap hari pelayanan antenatal care yaitu
hari senin – kamis pukul 08.00 – 12.00 WIB
2. Data yang diperoleh yaitu dari :
a. Data Primer yaitu data yang didapatkan dengan menggunakan kuisioner pada ibu
hamil serta menilai kelengkapan sarana kesehatan di bagian KIA. Sebelum pengisian
kuisioner peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuisioner serta
mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali bila responden mengalami
kesulitan dan hal – hal yang kurang jelas.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah dengan alat bantu perangkat komputer software SPSS for windows versi
12. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat dan analisis data bivariat.
Analisis data univariat adalah dimana variabel – variabel yang ada dianalisis untuk
mengetahui gambaran tentang bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil, sikap ibu
hamil, perilaku ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan
kehamilan, sarana-sarana kesehatan, sikap petugas serta perilaku petugas
kesehatan. Analisis data bivariat adalah untuk mengetahui hubungan variabel bebas
dan variabel terikat. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel tersebut dilakukan uji statistik.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar. 2005. Upaya Menyelamatkan Hidup Ibu .http//www.depkes.go.id.
Diakses tanggal 25 Mei 2010.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta.
Arikunto, S. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta.
Azwar, S. 2003. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Pustaka pelajar.
Yogyakarta.
Depkes RI. 1997. Pedoman Teknis Terpadu Audit Maternal – Perinatal di Tingkat Dati
II . Jakarta
Depkes RI. 1997. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta
Depkes RI. 1998. Upaya Akselerasi Penurunan AKI. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Cirebon. 2009.Profil Kesehatan Kota Cirebon tahun 2009.
Green, Lawrence., Kreuter, Marshal., Deeds, Sigrid. 2000. Perencanaan Pendidikan
Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo., Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan.
BPKM FKM UI. Jakarta .
Notoatmodjo, Soekidjo.1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.
Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 991 halaman
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta..
Prawirohardjo, S. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka.
Sastroasmoro, S. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara.
Jakarta.