hubungan motivasi dan iklim kerja dengan · pdf fileed vokasi, jurnal pendidikan teknologi dan...
TRANSCRIPT
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
71
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
ISSN 2087-3581
HUBUNGAN MOTIVASI DAN IKLIM KERJA DENGAN
PRODUKTIVITAS GURU SMK DI KOTA MANADO
Rio M. Abast1
ABSTRACT
This study was intended to analyze and describe (1) the relationship of work
motivation between productivity of teachers of vocational high school (SMKs) in
Manado City; (2) the relationships between work climate and productivity of teachers
of SMKs in Manado City, (3) the relationships of both work motivation and work
climate altogether and productivity of teachers of SMKs in Manado City.
The analysis result that, it was conclude that higher the work motivation and
the more conducive the work climate, the higher the productivity of the teachers at
SMKs in Manado City. Therefore, it is recommended that: (1) the teachers work
motivation should be maintained and even continuously improved, encouraged, and
facilitated so as to increase the teacher’s productivity. (2) conducive work climate
should be maintained and even improved so as to increase the teachers productivity,
(3) in order to maintain and improve the teachers productivity continuously, the
teachers creativity and innovation should be facilitated; creativity is considered as an
integral part of achievement, because high productivity is expected to give significant
contribution to performance and progress of the school, i.e. the quality of education,
and (4) the institution that nurture the productivity of teachers and staff should be
clear whether that of the government or organization of professional teachers and
others educators.
Keywords: Work Motivation, Work Climate, Productivity.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data dan menganalisis (1)
hubungan motivasi kerja dengan produktivitas guru SMK di Kota Manado, (2)
hubungan iklim kerja dengan produktivitas guru SMK di Kota Manado, (3) hubungan
motivasi dan iklim kerja secara bersama-sama terhadap produktivitas guru SMK di
Kota Manado.
Dari analisis disimpulkan bahwa makin tinggi motivasi kerja dan makin
kondusif iklim kerja maka akan makin tinggi pulaproduktivitas guru SMK di Kota
Manado. Untuk itu disarankan: (1) motivasi kerja guru perlu dipertahankan bahkan
terus ditingkatkan, didorong dan difasilitasi agar dapat meningkatkan produktivitas
guru, (2) iklim kerja yang kondusif harus tetap dijaga bahkan ditingkatkan agar guru
dapat menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, karena sudah menjadi tanggung
jawab hidupnya, (3) dalam rangka mempertahankan dan terus meningkatkan
1 Dra. Rio M. Abast, MPd adalah Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Manado.
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
72
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
produktivitas guru maka ruang kreativitas, inovasi bagi guru harus terbuka dan
kreativitas merupakan bagian dari prestasi, karena kualitas produktivitas yang tinggi
diharapkan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan
kemajuan sekolah lebih khusus mutu pendidikan, (4) institusi yang membina
produktivitas guru dan tenaga kependidikan harus jelas apakah sepenuhnya oleh
pemerintah atau organisasi profesi guru dan tenaga kependidikan.
Kata Kunci: Motivasi, Iklim Kerja, Produktivitas Guru
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan dihampir semua
kehidupan manusia dimana berbagai
permasalahan hanya dapat dipecahkan
kecuali dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni. Selain manfaat
bagi kehidupan manusia di satu sisi
perubahaan tersebut juga telah
membawa manusia ke dalam era
persaingan global yang semakin ketat.
Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa
kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya.
Oleh karena itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia marupakan
kenyataan yang harus dilakukan secara
terencana, terarah, intensif, efektif dan
efisien dalam proses pembangunan, kalau
tidak ingin bangsa ini kalah bersaing
dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Pendidikan memegang peran yang
sangat penting dalam proses peningkatan
sumber daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan suatu
proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya
manusia itu sendiri.
Bahwasanya kualitas sumber daya
pendidik merupakan salah satu faktor
utama yang menentukan seberapa baik
dan berkualitasnya output anak didik
yang dihasilkan. Institusi pendidikan
tidaklah lepas dari dunia organisasi
dimana keberhasilan kegiatan pendidikan
ditentukan oleh berbagai sumber daya
yang saling terkait satu dengan yang
lainnya membentuk rangkaian kegiatan
yang sinergis dan kontinyu.
Tilaar (2006:86) menyatakan
bahwa standar kualitas sumber daya
manusia Indonesia rata-rata berada pada
angka yang rendah yakni sebesar empat.
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
73
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
Angka ini telah dicapai oleh kualitas
sumber daya manusia Thailand pada
tahun 1970. Rendahnya angka ini
menggambarkan rendahnya produktivitas
sumber daya manusia Indonesia.
Sedarmayanti (1996:142-143)
mengutip Dewan Produktivitas Nasional
Tahun 1983, mengungkapkan bahwa:
“Produktivitas mengandung sikap
mental yang selalu mempunyai
pandangan: mutu kehidupan hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Secara umum produktivitas yang
mengandung perbandingan antara
hasil dan keseluruhan sumber daya
yang digunakan. Perbandingan
tersebut berubah dari waktu ke waktu
karena dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, disiplin kerja,
ketrampilan, sikap kerja, motivasi,
lingkungan kerja dan lain-lain.
Dalam bidang pendidikan
produktivitas berkaitan dengan
keseluruhan proses penataan dan
penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan
efisiensi. Dalam konteks pendidikan,
sumber-sumber pendidikan dipadukan
dengan cara-cara yang berbeda.
Perpaduan tersebut sama halnya dengan
upaya memproduksi pakaian yang
menggunakan teknik-teknik yang
berbeda-beda dalam memadukan buruh,
modal dan pengetahuan.
Thomas (1982:47)
mengemukakan bahwa produktivitas
pendidikan dapat ditinjau dari tiga
dimensi sebagai berikut:
“Meninjau produktivitas
sekolah dari segi keseluruhan, yaitu
seberapa besar dan seberapa baik
layanan yang dapat diberikan dalam
suatu proses pendidikan, baik oleh
guru, kepala sekolah, maupun pihak
lain yang berkepentingan; Meninjau
produktivitas dari segi keluaran
perubahan perilaku, dengan melihat
nilai-nilai yang diperoleh peserta didik
sebagai suatu gambaran dari prestasi
akademik yang telah dicapainya dalam
periode belajar terutama disekolah;
melihat produktivitas sekolah dari segi
keluaran ekonomis yang berkaitan
dengan pembiayaan layanan
pendidikan di sekolah. Hal ini
mencakup harga layanan yang
diberikan (pengorbanan atau cost) dan
perolehan (earning) yang ditimbulkan
oleh layanan itu atau yang disebut
peningkatan nilai balik” (Mulyasa,
2003:93-94).
Secara teoretis seorang guru akan
memiliki produktivitas kerja yang baik
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
74
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
jika ada motivasi untuk kerja. Motivasi
dalam bekerja ini akan membangun
semangat kerja untuk terus maju dan
berkembang sehingga dalam kegiatan
pendidikan dengan sendirinya akan
terimplementasi proses belajar dan
mengajar yang akan dapat mengarahkan
perilaku belajar siswa untuk terus tumbuh
seiring dengan peningkatan yang dicapai
ketika siswa tersebut menerima pelajaran.
Banyak contoh yang sering ditemui
bahwa ada guru yang kurang bahkan
tidak memiliki perencanaan, sasaran
maupun tujuan ketika mengadakan
kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini guru tersebut
melaksanakan prinsip mengajar hanyalah
terbatas pada kegiatan yang dilandasi
pada pola pikir mengajar semata tanpa
mempertimbangkan aspek ke depan yang
harus dicapai. Pada konsep seperti ini
memberikan citra bahwa guru tersebut
tidak lagi memiliki motivasi untuk
berprestasi sehingga jika dikaitkan
dengan produktivitas guru dalam proses
belajar mengajar maka dapat dikatakan
memiliki produktivitas rendah sehingga
akan mempengaruhi perilaku siswa .
Pada kondisi ini perilaku belajar
siswa cenderung tidak akan mengalami
peningkatan dan bahkan akan dapat
mengarahkan siswa pada perilaku belajar
yang pasif dan tidak kreatif yang
dicirikan oleh kurangnya respons siswa
terhadap pelajaran yang diterima.
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) adalah institusi pendidikan formal
yang bertujuan untuk melaksanakan
program pendidikan mengarah pada
pemberian bekal kecakapan dan
ketrampilan agar anak didik selesai studi,
mereka dapat diberdayakan dalam dunia
insdustri. SMK terdiri dari kelompok
ekonomi, pertanian, kerumahtanggaan
dan teknologi. SMK bidang teknologi
(sebelumnya STM) adalah suatu lembaga
formal, yang bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut
(Peraturan Pemerintah RI No.19.Tahun
2005. Generasi yang dididik di lembaga
tersebut akan dijadikan teknisi yang
profesional sesuai keahliannya yang
dapat diandalkan untuk menunjang
pembangunan nasional termasuk
pembangunan kota Manado.Adapun
program kompetensi yang dididik di
SMK bidang teknologi, meliputi:
program keahlian pemanfaatan tenaga
listrik, teknik computer dan jaringan,
teknik audio video, teknik elektronika
industri, teknik permesinan, teknik
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
75
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
otomotif, teknik las, teknik gambar
bangunan, teknik survey dan pemetaan,
dan teknik batu beton. Keandalan tenaga
keahlian tersebut tergantung mutu
lulusan, sedangkan ,mutu lulusan sangat
tergantung dari proses belajar mengajar
yang dilaksanakan di lembaga pendidikan
formal tersebut.
Menurut Suryosubroto (2005:19),
“guru dan iklim kerja sama di antara guru
dengan murid, murid dengan guru, serta
guru dengan kepala sekolah harus
harmonis”. Guru harus profesional berarti
mereka dituntut harus memiliki dedikasi
dan motivasi mengajar agar produktivitas
guru dalam proses belajar mengajar dapat
ditingkatkan. Berdasarkan pengamatan,
iklim pembelajaran dan motivasi kerja
guru SMK bidang teknologi di kota
Manado dan produktivitasnya belum
maksimal. Indikasinya masih relative
banyak guru sering terlambat datang ke
sekolah dan masuk kelas tidak sesuai
waktu yang sudah ditetapkan dijadwal
untuk melaksanakan tugas pokok yaitu
mengajar, masih terdapat adanya sikap
kerja guru yang tidak bertanggung jawab
dalam proses PBM, lingkungan kerja
(situasi) yang tidak menyenangkan antara
guru, dan lain-lain.
METODE
Oleh karena penelitian ini
menggunakan rancangan korelasional,
maka metode yang digunakan adalah
metode ex-post facto, di mana data-data
penelitian dikumpulkan tanpa membuat
perlakuan (treatment) khusus terhadap
variabel-variabel yang diteliti. Dalam
penelitian dengan metode ex-post facto
,data penelitian diperoleh melalui suatu
survey (Bailey, 1978:209). Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karakteristik yang
berhubungan dengan variabel motivasi
kerja, iklim kerja, dan produktivitas
kerja guru. Sedangkan anggota
populasinya adalah seluruh guru SMK
Bidang Teknologi, yaitu: SMK Negeri 2,
SMK Negeri 4, SMK Ngeri 5, SMK
Getsemani, SMK Malesung, SMK El
Fatah, SMK Yapim, sebesar 260 orang
guru. Total guru SMK yang dijadikan
obyek penelitian adalah sejumlah 260
guru. Keseluruhan jumlah atau total
populasi guru ini tidak semuanya
dijadikan subyek penelitian, tetapi
mengambil sampel yang mewakili
populasi dengan cara atau teknik
Proporsional random sampling.
Penentuan sampel dilakukan dengan
memakai rumus:
n =
(Riuwan, 2004: 65-67)
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
76
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
Dan berdasarkan rumus di atas
diperoleh:
n =
=
= 72,22
dibulatkan = 72
Data pada setiap variabel
penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan angket dengan skala
Likert. Konstruksi item dengan skala
Likert tersebut disusun dalam bentuk
pernyataan positif dan negative yang
dijabarkan dari indikator-indikator yang
telah ditentukan untuk masing-masing
variabel penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hipotesis pertama yang diajukan
menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara variable motivasi
(X1) dengan produktivitas guru (Y).
Hipotesis Statistik H0 : ρy1 = 0 dan H1 :
ρy1 0 Untuk mengetahui hubungan
tersebut digunakan analisis korelasi
sederhana antara X1 dengan Y atau ry1.
Hasil deskrptif variabel
produktivitas guru (Y) menunjukkan
bahwa terdapat jumlah responden ( n ) =
72 responden yang mengisi angket
dengan rata-rata (mean) sebesar 160.8889
dan simpangan baku (standar deviasi) =
11.80064 dan variabel motivasi
menunjukkan jumlah responden ( n ) =
72 dengan rata-rata (mean) sebesar
162.4444 dan simpangan baku (standar
deviasi) = 11.81297.
Hasil koefisien Correlations
antata kedua variable tersebut. Nilai yang
diperoleh besar ry1 = 0.609 berarti
terdapat hubungan yang positif kuat
antara variabel motivasi dan
produktivitas guru. Dari hasil
perhitungan, kompetensi motivasi kerja
memberikan sumbangan (kontribusi)
terhadap produktivitas guru sebesar
37,1%.
Perhitungan keberartian (keeratan
hubungan) koefisien korelasi digunakan
rumus t hitung (Sudjana,1983:48) dan
dari hasil perhitungan didapatkan t hitung
sebesar 6,425
Untuk taraf nyata 0.05 dan n = 72,
uji satu pihak dimana dk = n – 2 = 72 – 2
= 70 sehingga diperoleh dari tabel
Distribusi t, maka ttabel = 1.658. Ternyata
t hitung lebih besar dari ttabel atau 6.425 >
1.658, maka H0 ditolak, dengan demikian
penelitian ini menerima H1, yang
menyatakan terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara motivasi
dengan produktivitas guru SMK Bidang
Teknologi di Kota Manado.
Dimana semakin tinggi tingkat
motivasi semakin tinggi pula
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
77
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
produktivitas guru di sekolah. sesuai
dengan teori, oleh perkataan Husaini
(2009:265) bahwa: Penelitian tentang
motivasi menghasilkan konsep-konsep
antara lain: 1) manusia dewasa yang
sehat penuh potensi. Walaupun potensi
yang dimiliki manusia sangat tinggi,
namun tanpa adanya motivasi untuk
memanfaatkannya maka ia tidak akan
berprestasi, 2) manusia dewasa
mempunyai sejumlah motif (kebutuhan
dasar) yang menyalurkan potensinya. 3)
manusia dewasa mempunyai kebutuhan
sesuai dengan kebudayaannya, 4)
pemenuhan kebutuhan terlihat perilaku
yang tampak, berbeda-beda tergantung
situasinya.
Hipotesis kedua yang diajukan
menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara variable iklim
kerja (X2) dengan produktivitas guru (Y).
Hipotesis Statistik H0 : ρy2 = 0 dan H1 :
ρy1 0 Untuk mengetahui hubungan
tersebut digunakan analisis korelasi
sederhana antara X2 dengan Y atau ry2.
Hasil deskrptif variabel
produktivitas guru (Y) menunjukkan
bahwa terdapat jumlah responden ( n ) =
72 responden yang mengisi angket
dengan rata-rata (mean) sebesar 160.8889
dan simpangan baku (standar deviasi) =
11.80064 dan variabel iklim kerja
menunjukkan jumlah responden ( n ) =
72 dengan rata-rata (mean) sebesar
159.5417 dan simpangan baku (standar
deviasi) = 9.77340
Hasil koefisien Correlations
antata kedua variable tersebut. Nilai yang
diperoleh besar ry2 = 0.622 berarti
terdapat hubungan yang kuat antara
variabel iklim kerja dan variabel
produktivitas guru. Dari hasil
perhitungan, kompetensi iklim kerja (X2)
memberikan sumbangan (kontribusi)
terhadap produktivitas kerja (Y) sebesar
38.6%. Untuk uji signifikansi (keeratan)
korelasi atau hubungan
(Sudjana,1983:48) dan dari hasil
perhitungan didapatkan t hitung sebesar
6,654.
Untuk taraf nyata 0.05 dan n = 72,
uji satu pihak dimana dk = n – 2 = 72 – 2
= 70 sehingga diperoleh dari tabel
Distribusi t, maka ttabel = 1.658. Ternyata
t hitung lebih besar dari ttabel atau 6.654 >
1.658, maka H0 ditolak. Dengan
demikian penelitian ini menerima H1,
yang menyatakan terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara iklim
kerja dengan produktivitas guru SMK
Bidang Teknologi di Kota Manado.Dari
hasil analisis regresi sederhana maka
penduga koefisien regresi a2 = 41.046
dan b2 = 0,751 dan hasil pengujian
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
78
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
koefisien regresi β = 0,622. Dari hasil
pengujian koefisien pengujian
signifikansi (t = 6,654) > ttabel= 1,658
pada taraf nyata 0,05 korelasi dan
poengujian dengan uji F maka F =
38.687 > Ftabel = 3.98. untuk = 0,493,
dengan demikian model hubungan iklim
kerja dan produktivitas guru merupakan
model garis lurus atau linier. Selanjutnya,
koefisien determinasi (r2) = 0,622. Nilai
ini menunjukkan bahwa hubungan iklim
sekolah dengan produktivitas guru adalah
sebesar 62 % sedangkan 37 %
dipengaruhi oleh factor lain. Dimana
iklim kerja yang kondusif menghasilkan
produktivitas yang tinggi pula, sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
(Gibson, et al,1973) dalam Husaini
(2008:198) iklim organisasi erat
kaitannya dengan tugas seseorang dalam
rangka mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Interaksi yang terjadi
dalam sekolah merupakan indikasi
adanya keterkaitan satu dengan yang
lainnya guna memenuhi kebutuhan juga
sebagai tuntutan tugas dan tanggung
jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya
interaksi-interaksi yang melahirkan
hubungan yang harmonis dan
menciptakan kondisi yang kondusif untuk
bekerja diperlukan iklim kerja yang baik.
Iklim kerja ialah keseluruhan sikap guru-
guru di sekolah terutama yang
berhubungan dengan kesehatan dan
kepuasan mereka (Made Pidarta,
1998:178)
Oleh karena itu penciptaan iklim
kerja di sekolah sangatlah penting agar
kepuasan guru senantiasa terjaga
sehingga para guru dapat menjalankan
tugasnya dengan kinerja yang tinggi.
Hipotesis ketiga yang diajukan
menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara variable motivasi
(X1) dan iklim kerja (X2) dengan
produktivitas guru (Y). Hipotesis Statistik
H0 : ρy12 = 0 dan H1 : ρy12 0 Untuk
mengetahui hubungan tersebut digunakan
analisis korelasi ganda antara X1 dan X2
dengan Y
Hasil deskrptif variabel
produktivitas guru (Y) menunjukkan
bahwa terdapat jumlah responden ( n ) =
72 responden yang mengisi angket
dengan rata-rata (mean) sebesar 160.8889
dan simpangan baku (standar deviasi) =
11.80064 dan variabel motivasi
menunjukkan jumlah responden ( n ) =
72 dengan rata-rata (mean) sebesar
162.4444 dan simpangan baku (standar
deviasi) = 11.81297 serta variabel iklim
kerja menunjukkan jumlah responden ( n
) = 72 dengan rata-rata (mean) sebesar
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
79
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
159.5417 dan simpangan baku (standar
deviasi) = 9.77340.
Hasil koefisien Correlations nilai
yang diperoleh untuk X1 dengan Y
sebesar 0.609 berarti terdapat hubungan
yang kuat antara motivasi dengan
produktivitas guru. Kemudian untuk X2
dengan Y sebesar 0.622 berarti terdapat
hubungan yang kuat antara iklim kerja
dengan produktivitas guru. Serta untuk
X1, X2 dengan Y sebesar 0.667 berarti
terdapat hubungan yang kuat antara
motivasi dan iklim kerja dengan
produktivitas guru. Dari hasil perhitungan
kompetensi motivasi, iklim kerja,
memberikan sumbangan (kontibusi)
terhadap produktivitas guru sebesar
44,5%.
Kemudian untuk uji signifikansi
(keeratan) atau hubungan antara variabel
X1 dan X2 secara bersama-sama dengan
variabel Y diperoleh harga Fhitung =
27.583 lebih besar dari Ftabel atau 27.583
> 3.14 , maka Ho ditolak .Dengan
demikian penelitian ini menerima
H1yang menyatakan terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara
motivasi dan iklim kerja secara bersama-
sama dengan produktivitas guru SMK
Bidang Teknologi Kota Manado.
Sejalan dengan itu, Hiks (dalam
Winardi, 2000) mengatakan produktivitas
merupakan salah satu fungsi dari
motivasi. Motivasi menurut Hiks
dapat bersifat positif atau negatif, hal ini
menunjukkan bahwa jika motivasi
bersifat positif dapat mendorong
peningkatan produktivitas kerja.
Sebaliknya jika motivasi menurun dapat
menurunkan produktivitas kerja.
Produktivitas organisasi sekolah sebagian
besar dipengaruhi oleh produktivitas
kerja guru. Oleh karena itu, produktivitas
kerja guru harus menjadi perhatian kepala
sekolah sebagai pimpinan organisasi
karena tinggi rendahnya produktivitas
kerja guru dapat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan organisasi sekolah
secara keseluruhan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis penelitian yang diajukan
terbukti bahwa variabel motivasi (X1) dan
iklim Sekolah (X2), baik secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama
berkontribusi positif terhadap
produktivitas guru (Y) seperti berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara motivasi dengan
produktivitas guru SMK Bidang
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
80
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
Teknologi di Kota Manado. Hasil
koefisien determinasi r2 = 0,609
dengan t = 6,425 > ttabel = 1,658, ini
menunjukkan bahwa, hubungan
motivasi dengan produktivitas guru
SMK Bidang Teknologi sebesar
37.1%. Ini berarti guru dalam
melaksanakan tugas akan termotivasi
ketika memperoleh imbalan yang
layak, kesempatan untuk promosi,
memperoleh pengakuan dan
penghargaan atas prestasi dari
pimpinan, keamanan dalam bekerja,
lingkungan kerja yang baik sehingga
akan meningkatkan kinerjanya.
2. Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara iklim kerja dengan
produktivitas guru SMK Bidang
Teknologi di Kota Manado.
Koefisien determinasi r2
= 0,622
dengan (t = 6.654) > ttabel = 1,658 ,hal
ini menunjukkan bahwa hubungan
iklim kerja dengan produktivitas guru
SMK Bidang Teknologi sebesar 38.6
% . Ini berarti Iklim kerja erat
kaitannya dengan tugas seseorang
dalam rangka mencapai tujuan satuan
pendidikan secara efektif dan efisien
karena iklim kerja yang kondusif
menghasilkan kinerja yang tinggi pula.
3. Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan secara bersama motivasi
dan iklim kerja terhadap produktivitas
guru SMK Bidang Teknologi di kota
Manado. Hal ini berarti makin tinggi
motivasi kerja, makin kondusif iklim
kerja maka makin tinggi pula
produktivitas guru. Dimana total
keragaman produktivitas guru SMK
Bidang Teknologi di kota Manado,
dapat dijelaskan oleh motivasi dan
iklim kerja sebesar 44.5 % , sedangkan
yang sisanya 45.5 % merupakan
pengaruh faktor lainya yang tidak
diteliti. Adapun iklim kerja yang
kondusif antara lain: kualitas
kepemimpinan (quality of leadership),
kepercayaan (amount of trust),
komunikasi ke atas dan ke bawah
(communication upward and
downward), perasaan senang dalam
bekerja (feeling of useful work),
tanggung jawab (reponsibility),
keterbukakan hadiah (fair reward),
alasan masuk akal untuk kerja keras
(reasonable job pressures), peluang
(opportunity), lingkungan pekerja dan
partisipasi (employee environment,
participation
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil
penelitian, maka dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut:
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
81
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
1. Mengingat temuan dalam penelitian
ini menunjukkan signifikan hubungan
motivasi dengan produktivitas guru,
maka tingkat perkembangan motivasi
perlu ditingkatkan lagi dengan terus
memperbaiki kualitas
produktivitasnya.
2. Iklim sekolah yang kondusif harus
tetap dijaga bahkan ditingkatkan agar
guru dapat menjalankan tugasnya
dengan penuh keikhlasan dan penuh
semangat
3. Institusi yang membina kinerja guru
dan tenaga kependidikan harus
sepenuhnya oleh pemerintah atau
organisasi profesi guru dan tenaga
kependidikan.
4. Para penentu kebijakan dalam bidang
pendidikan memberikan perhatian
penuh terhadap masalah motivasi
kerja dan iklim kerja agar
produktivitas tetap tinggi, sebab
produktivitas kerja yang tinggi
diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang sangat berarti bagi
kinerja dan kemajuan sekolah lebih
khusus mutu pendidikan. Sebab
kebijakan pendidikan dalam
pelaksanaannya perlu
memperhitungkan faktor efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, Z. 2004. Manajemen dan
Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.
Cushway, Barry & Lodge. 2002.
Organizational Behavior and
design .(Perilaku dan Desain
Organisasi). Jakarta: PT.Gramedia
Faisal Djalal. 2010. Kerja Sama
Sekolah Industri Diperkuat.
Dikutip dalam website
http://transparansipendidikan.blog
spot.com. Tanggal 8 Januari 2010.
Gomes, F. Cardoso. 1995. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Yokyakarta: Andi Offset.
Husaini, Usman. 2009. Manajemen,
Teori dan Praktik dan Riset
Pendidikan. Bumi Aksara.
Heidjrachman, R. P dan Suad, H. 1995.
Kompensasi dan Produktivitas
Organisasi. Yokyakarta: BPFE.
Ishak Arep dan Hendri Tandjung. 2004.
Manajemen Motivasi. Jakarta:
Grasind.
Kambey, D. C. 1999. Manajemen
Sumber Daya. Manado: Yayasan
Triganesha Nusantara.
Muin, H. Januar. 1999. Motivasi Kerja
Dan Peningkatan Produktivitas
Kerja. Jakarta: Nuansa Madani.
Pidarta, Made. 1998. Manager
Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Prabayu, Cs. 2005. Analisis Statistik
Dengan Microsoft Excel &
SPSS. Yokyakarta: Andi.
ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Abast, Hubungan Motivasi dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Guru SMK di Kota Manado
82
Volume 2, Nomor 2, hal 71-82, Sept. 2011
Petty, Geoffrey. 1997. How to be better
at Creativity. Memaksimalkan
Potensi Kreatif . (Alih bahasa:
Hari Wahyudi). 2002. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya
Manusia dan Produktivitas
Kerja. Bandung: Mandar Maju.