hubungan komunikasi terapeutik keperawatan dengan ... · 48,1% dalam kategori baik. tingkat...
TRANSCRIPT
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 1
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN
DENGAN KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI DI RUANG
INDUKSI KAMAR OPERASI JIH YOGYAKARTA
Aan Devianto*1, Abdul Majid
2, Sriyanto
3
1,2,3Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta
2Keperawatan Poltekkes Kemenkes, Yogyakarta
3Program Studi S1Keperawatan, STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta
e-mail: *[email protected],
Abstrak
Latar Belakang: Kecemasan banyak ditemui pada klien yang menjalani pemeriksaan
dan perawatan dibidang kesehatan. Secara signifikan kecemasan mempengaruhi 5-7%
populasi umum dan 25% atau lebih pada populasi klien bidang medis termasuk
didalamnya pasien operasi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik terhadap kecemasan
pasien pra operasi di ruang Induksi kamar operasi rumah sakit “JIH”.
Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif deskriptif korelasional non eksperimen.
Disain penelitian crossectional. Tempat penelitian di ruang Induksi kamar operasi
rumah sakit “JIH” bulan Desember 2014 – Januari 2015. Sampel penelitian sebanyak
52 responden. Uji statistik menggunakan Kendall Tau.
Hasil: Komunikasi terapeutik keperawatan, sebesar 51,9% dalam kategori cukup dan
48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori
tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori cemas ringan dan 15% dalam kategori
cemas sedang. Uji statistik untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan
kecemasan pasien pra operasi diperoleh p value 0,000. Correlation coefficient
diperoleh hasil – 0,593. Arah hubungannya adalah negatif.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik dengan
kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH”.
Kata Kunci: Komunikasi terapeutik keperawatan, Kecemasan pasien pra operasi
Abstract
Background: There was many anxiety in patients who examination and treatment in the
field of health. Significantly affect anxiety 5-7% in general population and 25% or more
in the population of patients in the medical field, including the patient's surgery.
Aim: The aim of this reseach is to know the correlation between therapeutic
communication and anxiety of patient pre operative in induction room operathing
theatre “JIH” hospital.
Method: This was on non experimental reseach with also a correlation descrptive
reseach that using cross sectional approach. The reseach was conducted in induction
room operathing theatre “JIH” hospital, during December 2014 – January 2015. The
sample of research were 52 patient. There used Kendall-Tau parrametric correlation
test.
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
2 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
Result: Nurse’s communication therapeutic 51,9% in category medium and 48,1% in
category good. The anxiety level of patient pre operative, 26,9% in category no
anxiety, 57,7% in category low anxiety and 15% in category medium anxiety. Statistic
correlation test to know relationship between therapeutic communication and anxiety
of patient pre operative result p value 0,000. Correlation coefficient result -0,593. The
direction of correlation is negatif.
Conclution: There was significan correlation between therapeutic communication and
anxiety of patient pre operative in induction room operathing theatre “JIH” hospital.
Keywords: Communication therapeutic of nurse, Anxiety patient pre operative.
1. PENDAHULUAN
ndang Undang Republik Indonesia No. 23 pasal 32 ayat 2 tahun 1992 tentang
kesehatan, bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengobatan dan atau perawatan. Rumah sakit adalah sarana kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan
upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu
tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.1
Kamar operasi adalah unit khusus di rumah sakit yang berfungsi untuk
melakukan tindakan pembedahan secara terencana maupun, emergency. Pembedahan
adalah tindakan yang dilakukan diruang operasi rumah sakit dengan prosedur yang
sudah ditetapkan.2 Kecemasan pada individu yang akan dilakukan operasi bisa diamati
dengan mengungkapkan adanya rasa takut yang biasanya diekpresikan secara langsung
dan berulang mengajukan pertanyaan meskipun sudah dijelaskan prosedur operasinya.
Kecemasan, menurut Freud mengatakan kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingati individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang
yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya
dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai
ego dikalahkan. Kecemasan banyak ditemui pada klien yang menjalani pemeriksaan dan
perawatan dalam bidang kesehatan. Secara signifikan kecemasan mempengaruhi 5-7%
populasi umum dan 25% atau lebih pada populasi klien dalam bidang medis.3 Di Medan
di Rumah Sakit Haji Adam Malik sebanyak 84,6% pasien pra operasi mengalami
kecemasan ringan, sebanyak 15,4% pasien pra operasi mengalami kecemasan sedang
dan tidak ada pasien dengan tingkat kecemasan berat maupun panik.4 Di Surabaya di
Rumah Sakit Dr. Ramelan pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan 58%, cemas
sedang 37% dan cemas berat 5%. Di Yogyakarta di Rumah Sakit “JIH” dari sejak
beroperasional mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 belum pernah dilakukan
penelitian tentang kecemasan pasien pre operasi tersebut.
Komunikasi terapeutik keperawatan adalah kemampuan atau ketrampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi psikologis dan
belajar begaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi Terapeutik merupakan
cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi
dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain,
komunikasi ini direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.5 Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang
Komunikasi Terapeutik di Ruangan Perawatan Intalasi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
U
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 3
Pusat. menunjukan 71% memiliki tingkat pengetahuan mengenai komunikasi terapeutik
tinggi dan 28% tingkat pengetahuan perlu ditingkatkan lagi kualitas pelayanan kepada
pasien khususnya komunikasi terapeutik dengan pelayanan keperawatan yang optimal.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit “JIH” yang sudah
mendapatkan SEA (Service Exellence Award) 2013 berdasarkan data quetioner pasien
rawat inap yang berjumlah 110 sampel secara umum di bulan Januari - Juni tahun 2014
mengenai komunikasi keperawatan, menunjukkan 23% pasien yang dirawat
menyatakan komunikasi perawat kurang, 77% pasien yang dirawat menyatakan
komunikasi perawat baik. Di layanan kamar operasi data pasien yang menjalani operasi
dalam 1 tahun terakhir, Juli 2013 – Juni 2014 rata-rata berjumlah 110 pasien. Observasi
yang dilaksanakan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” pada 10 pasien
pra operasi yang dijadwalkan secara elektif, 5 pasien diantaranya terjadi penundaan 30
menit – 90 menit pelaksanaan jam operasinya dari jam operasi yang sudah dijadwalkan.
Hal ini terjadi karena operasi yang sebelumnya belum selesai dilaksanakan atau tim
operasi dengan kategori perjanjian terlambat datang. Meskipun sudah diberikan
informasi mengenai hal ini oleh petugas kamar operasi, pasien dan keluarga masih
menyampaikan keluhan dan kecemasannya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan komunikasi terapeutik keperawatan dengan kecemasan pasien pra
operasi yang di rawat inap khususnya di ruang induksi kamar operasi rumah sakit "JIH".
2. METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan hubungan korelasi antar variabel, yaitu variabel bebas
komunikasi terapeutik keperawatan dan variabel terikatnya tingkat kecemasan
pada pasien pra operasi.6
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada satu waktu (point time approach).7
2.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit
”JIH” Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan di bulan Desember 2014 –
Januari 2015.
2.3. Populasi dan Sampel Penelitian
2.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien pra operasi di ruang induksi kamar operasi rumah
sakit "JIH" bulan November - Desember 2014 dengan populasi berjumlah 110
pasien.
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
4 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
2.3.2. Sampel
2.3.2.1. Responden
Responden adalah orang atau benda yang langsung dijadikan sumber
data penelitian. Mereka yang terpilih sebagai responden merupakan sampel
penelitian. Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
subyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.7 Sampling
adalah proses menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi.8 Teknik
sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive sampling. Consecutive
sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan subjek yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,
sehingga jumlah responden dapat terpenuhi.6 Penentu kriteria sampel sangat
membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika
terdapat variabel variabel (control atau perancu) yang ternyata mempunyai
pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel pada penelitian ini
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah persyaratan
umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikutsertakan ke dalam
penelitian. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang tidak memenuhi kriteria inklusi.6
Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Pasien pra operasi dewasa pria dan wanita berumur 17-60 tahun.
b. Bersedia untuk diteliti dengan menandatangani surat persetujuan peserta
penelitian.
c. Jenis operasi mayor
d. Pendidikan antara SD sampai PT
e. Pasien dapat membaca dan menulis
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi :
a. Operasi emergency
b. Pasien tidak sadar dan tidak bisa berkomunikasi verbal
2.3.2.2. Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel.
Populasi pasien operasi di kamar operasi Rumah Sakit “JIH” berjumlah 110
pasien. Penentuan besar sampel menggunakan rumus7 dengan hasil 52
Responden.8
2.4. Variabel dan Definisi Operasional
2.4.1. Variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel independen
komunikasi terapeutik keperawatan dan variabel dependen tingkat kecemasan
pasien pra operasi.
2.4.2. Definisi Operasional
Defenisi operasional merupakan uraian peneliti tentang batasan suatu
variabel, kemudian memberikan deskripsi tentang metode yang digunakan
peneliti mengukur variabel tersebut, kemudian menentukan hasil ukur atau
kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan.7
Definisi operasional penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1 berikut ini :
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 5
2.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
(cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Pada pelaksanaan
penelitian untuk mengukur variabel dependen kecemasan pasien pra operasi,
peneliti menggunakan kuesioner kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS), untuk mengukur variabel independen komunkasi terapeutik keperawatan
menggunakan kuesioner komunikasi terapeutik keperawatan.9
2.6. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah alat ukur atau kuesioner
dengan beberapa pertanyaan.10
Dalam penelitian ini instrumen menggunakan 2
kuesioner: kuesioner komunikasi terapeutik keperawatan dan uesioner kecemasan
menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Pengambilan data dilakukan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit
“JIH” Yogyakarta.
b. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan
penelitian dan dampak penelitian kepada responden penelitian. Bila responden
setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian selanjutnya diberikan
lembar persetujuan penelitian (informed consent) untuk ditanda tangani.
c. Peneliti mengumpulkan data penelitian dari sampel penelitian dengan
kuesioner penelitian.
d. Responden atau sampel penelitian diminta mengisi kuesioner sendiri dan
peneliti berada didekat responden agar apabila ada pertanyaan dari responden
peneliti langsung bisa menjelaskan. Responden diingatkan agar semua
pertanyaan diisi dengan lengkap.
e. Jika kuesioner sudah diisi, kemudian dikembalikan kepada peneliti untuk
dilakukan pengolahan data dan analisis data.
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
6 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
2.7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Dalam penelitian harus diperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian yang digunakan. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Sedangkan reliabilitas
adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya
atau dapat diandalkan.7 Validitas merupakan ciri instrumen pengukuran yang
sangat penting. Terdapat 3 pendekatan utama untuk menilai validitas menurut
yaitu: validitas isi (content validity), validitas konsep (construct validity), dan
validitas standar terkait (criterion related validity).
a. Kuesioner kecemasan menggunakan instrument Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS) yang sudah dibakukan.
b. Kuesioner komunikasi terapeutik keperawatan mengadaptasi format yang
digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Shintana.11
Pengujian
validitas instrumen pada penelitian ini yaitu dengan uji validitas isi. Validitas
isi sebuah instrumen pengukuran adalah sampai sejauh mana instrumen
tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti. Setiap area isi harus dipastikan
dan perilaku yang representative harus diidentifikasi. Uji reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach (formula koefesien alpha). Metode ini
paling banyak digunakan untuk mengevaluasi konsistensi koefesien alpha
internal dan nilai yang didapatkan berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0.
Nilai yang lebih tinggi mencerminkan konsistensi yang lebih tinggi.7
2.8. Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis
ini meliputi:
a. Editing
Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan koreksi terhadap kelengkapan data
dengan meneliti kembali kelengkapan pengisian, keterbacaan, kejelasan
jawaban, menghilangkan keragu-raguan data, relevansi jawaban dan
keseragaman satuan data.
b. Coding
Mengklarifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan cara
menandai masing-masing jawaban dengan skor jawaban.
c. Processing
Processing dilakukan peneliti dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke
dalam komputer dengan menggunakan program komputer statistik spss.
d. Tabulating
Mengelompokkan data ke dalam bentuk tabel tertentu menurut sifat yang
dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dimasukkan dalam tabel.
2.9. Teknik Analisa Data.
2.9.1 Analisis Univariat
Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan
variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi yang konfirmasinya dalam
bentuk prosentase.11
Analisis univariat berfungsi untuk meringkas data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Dalam penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk
setiap variabel dependen dan independen untuk mendapatkan gambaran
mengenai hubungan komunikasi terapeutik keperawatan dengan kecemasan
pada pasien pra operasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase dengan
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 7
menggunakan bantuan program komputer SPSS.
2.9.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif.9 Pada penelitian
ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan komunikasi
terapeutik keperawatan dengan kecemasan pada pasien pra operasi, karena data
berskala ordinal (kategorik), maka uji statistik yang digunakan adalah dengan
uji Kendall-Tau diproses melalui komputer. Dasar pengambilan hipotesis
penelitian berdasarkan signifikansi p value yaitu:
a. Jika p value > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
b. Jika p value < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
2.10. Etika Penelitian
Penelitian ini sangat memperhatikan etika dalam penelitian karena
penelitian dalam bidang keperawatan berhubungan dengan manusia secara
langsung. Etika yang perlu diperhatikan adalah12
:
a. Informed Consent (persetujuan)
Peneliti akan memberikan penjelasan kepada responden tentang
seluruh rangkaian penelitian dan bentuk keterlibatan responden, mencakup
tujuan, manfaat, keuntungan dan kerugian responden selama mengikuti
program penelitian. Setelah responden mengetahui seluruh rangkaian kegiatan
penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden penelitian. Beberapa calon responden yang menolak, tidak
dijadikan responden penelitian, sedangkan yang bersedia menjadi responden
menandatangani lembar persetujuan responden.
b. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti akan merahasiakan identitas responden selama proses
penelitian, dengan hanya mencantumkan inisial atau kode dari setiap pada
lembar ukur penelitian. Data-data responden hanya akan digunakan untuk
kepentingan ilmiah penelitian. Semua data yang diperoleh diolah dan
dimasukan kedalam perangkat komputer sudah dalam bentuk pengkodean,
sehingga pembaca tidak akan mengetahui identitas responden penelitian.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti akan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit
“JIH“ yang beralamat di jalan Ring Road Utara No. 160 Dusun Gorongan,
Kelurahan Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Kode Pos 55283, No. Telephone +62274-
4463535, No. Telephone emergency +62274-463555.
Rumah Sakit “JIH“ merupakan rumah sakit swasta tipe B non
pendidikan yang memberikan berbagai fasilitas kesehatan dengan konsep
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
8 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
hospitality dan homy sehingga pasien dan pengunjung merasa berada di rumah
sendiri. Berbagai layanan perawatan pasien dan fasilitas sebagai berikut:
a. Rawat Jalan dengan berbagai poliklinik spesialis.
b. Rawat Inap umum, Ibu dan anak dan perawatan Intensive.
c. Layanan Penunjang medis: Fisioterapi, Radiologi, Laboratorium.
d. Layanan Unit Gawat Darurat, Layanan Medical Chek Up, Layanan
Hemodialisa dan Layanan Kamar Operasi.
Layanan Kamar Operasi mempunyai 3 kamar operasi yang memberikan layanan
pembedahan spesialis bedah umum, digestive, obsgyn, orthopedi, urologi,
pediatrik, onkologi, saraf dan plastik. Data pasien operasi bulan Juli 2013 – Juni
2014 rata-rata berjumlah 110 pasien.
3.1.2. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis karakteristik responden
(umur, jenis kelamin, pendidikan), variabel Komunikasi Terapeutik
Keperawatan dan variabel Kecemasan pada Pasien Pra Operasi. Hasil analisis
pada masing – masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan Di Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” Tahun 2015
Karakteristik Frekuensi %
Jenis kelamin
Laki- laki 21 40.4
Perempuan 31 59.6
Jumlah 52 100.0
Umur
17 - 25 tahun 11 21.2
26 - 50 tahun 35 67.3
> 51 tahun 6 11.5
Jumlah 52 100
Pendidikan
SLTA 18 34.6
Sarjana 34 65.4
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer diolah, 2015.
Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak adalah wanita, yaitu 31
orang (59,6%). Apabila dilihat dari kelompok usia sebagian besar responden
berusia 26 – 50 tahun yaitu 35 orang (67,3%). Selanjutnya dari tingkat
pendidikan, responden terbanyak berpendidikan Sarjana, yaitu 34 orang
(65,4%).
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 9
Tabel 3.2. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Keperawatan Di Kamar
Operasi Rumah Sakit “JIH” Tahun 2015
Komunikasi Terapeutik
Perawat
Frekuensi %
Baik 25 48.1
Cukup 27 51.9
Kurang 0 0
Jumlah 52 100.0
Sumber: Data Primer diolah, 2015.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel Komunikasi Terapeutik,
penilaian responden yang terbanyak hasilnya cukup, yaitu 27 orang (51,9%).
Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Kecemasan Pasien Di Kamar Operasi Rumah
Sakit “JIH” Tahun 2015
Kecemasan Pasien Pra Operasi Frekuensi %
Tidak Cemas 14 26.9
Cemas Ringan 30 57.7
Cemas Sedang 8 15.0
Jumlah 52 100.0
Sumber : Data Primer diolah, 2015.
Berdasarkan Distribusi Frekuensi variabel Kecemasan Pasien Pra Operasi,
responden sebagian besar mengalami cemas ringan, yaitu 30 orang (57,7%).
3.1.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan Variabel
Komunikasi Terapeutik Keperawatan dengan Kecemasan Pasien Pra Operasi di
Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH“ dengan uji statistik yang
digunakan korelasi Kendall-Tau. Hasilnya tabel berikut :
Tabel 3.4. Hasil Tabulasi Silang Komunikasi Terapeutik Keperawatan dengan
Kecemasan Pasien Di Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” Tahun 2015
Variabel Kecemasan Pasien Pra
Operasi
Jumlah P
value
correlation
coefficient
Komunikasi
Terapeutik
Perawat
Tidak Ringan Sedang
F (%) F (%) F (%) F (%)
Baik 14 (56) 10 (40) 1 (4) 25 (100) 0.000 0.593
Cukup 0 (0) 20 (74) 7 (25) 27 (100)
Kurang 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0
Jumlah 14 (56) 30 (114) 8 (29) 52 (100)
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan tabulasi silang dengan uji statistik Kendall-Tau,
pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kategori baik pada pasien pra
operasi didapatkan 14 responden (56%) tidak mengalami kecemasan. Sedangkan
dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kategori cukup didapatkan 20
responden (74%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Perhitungan silang
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
10 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
dengan uji statistik Kendall-Tau diperoleh p value 0.000 yang artinya terdapat
hubungan bermakna antara variabel Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan
Pasien Pra Operasi. Sedangkan correlation coefficient diperoleh hasil -0,593
yang artinya kedua variabel mempunyai keeratan hubungan tingkat sedang.
Apabila dilihat arah hubungannya adalah negatif (-) atau berlawanan arah yaitu
semakin baik komunikasi terapeutik perawat, maka semakin rendah tingkat
kecemasan pasien pra operasi.
3.2. Pembahasan Hasil Penelitian
3.2.1. Komunikasi Terapeutik Keperawatan di Ruang Induksi Kamar Operasi
Rumah Sakit “JIH“
Sesuai dengan definisi operasional variabel komunilasi terapeutik
keperawatan penelitian ini adalah persepsi pasien pra operasi diruang induksi
kamar operasi terhadap pelaksanaan komunikasi yang dilakukan perawat atau
semua tindakan perawat dalam membantu memecahkan masalah klien dengan
melalui tahapan – tahapan komunikasi terapeutik, dari penelitian yang sudah
dilakukan didapatkan hasil terbanyak 27 responden (51,9%) mempersepsikan
komunikasi terapeutik cukup dilakukan oleh perawat. Cukup merupakan
kategori hasil ukur dalam penelitian ini untuk mengelompokan hasil dari
kuesioner komunikasi terapeutik yang sudah diisi responden dengan score
komunikasi cukup 16 – 30. Hal ini menunjukkan pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat pada pasien pra operasi cukup dilaksanakan.
Penelitian lain yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat pada pasien pra operasi adalah penelitian Huda
(2009) hasilnya 53% responden memberikan persepsi bahwa komunikasi
terapeutik yang sudah dilakukan perawat baik. Berbeda dengan hasil penelitian
yang sudah dilakukan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” yang
mempunyai sasaran pada pasien dari kalangan menengah ke atas. Data
penelitian menunjukkan bahwa pasien di Rumah Sakit “JIH” berpendidikan
sarjana sejumlah 65,5%. Pasien yang berpendidikan dan berpengetahuan lebih
obyektif dalam memberikan persepsi terhadap komunikasi terapeutik yang sudah
dilakukan oleh perawat. Hal ini sesuai dengan teori dikemukakan Wilson yang
dikutip Wibowo (2012), bahwa persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap
lingkungan manusia dan mengolah proses informasi tersebut “Human interpret
their surroundings on a higher percive their word through information
processing”.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik keperawatan pada pasien pra operasi
di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” ini bertujuan membantu
dan memfasilitasi pasien mencapai koping kecemasan yang adaptif. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa komunikasi terapeutik merupakan cara untuk
membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi,
pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud mempengaruhi orang lain,
komunikasi ini direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.12
3.2.2. Kecemasan Pasien Pra Operasi di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah
Sakit “JIH“
Kecemasan pasien pra operasi pada penelitian ini didapatkan sebagian
besar pasien pra operasi diruang Induksi Kamar Operasi mengalami tingkat
kecemasan ringan sebanyak 57,7%. Indikator tingkat kecemasan ringan dalam
penelitian ini merupakan kategori dalam hasil ukur penelitian dengan melihat
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 11
score tingkat kecemasan, yaitu tingkat kecemasan ringan dengan nilai 14 – 20.
Penelitian lain yang memberikan gambaran tingkat kecemasan pasien pra
operasi adalah penelitian Bolla tentang gambaran tigkat kecemasan pasien pra
bedah mayor, hasilnya didapatkan 63,3% pasien pra operasi mengalami tigkat
kecemasan berat. Bolla dalam penelitiannya mengukur tingkat kecemasan pasien
tanpa melihat bagaimana perawat/tenaga medis melakukan treatment, seperti
komunikasi terapeutik atau pemberian informasi pra bedah terhadap kecemasan
pasien. Kebijakan dan Prosedur Operasional di Rumah Sakit “JIH” terhadap
pasien yang akan dilakukan tindakan termasuk tindakan operasi harus diberikan
informasi mengenai kondisi penyakit, tindakan, efek samping secara terperinci
kemudian pasien dan pihak keluarga memberikan persetujuan tindakan operasi.
Hal ini tertuang dan terdokumentasikan dalam Formulir Persetujuan Tindakan
Kedokteran (Informent Consent). Pemberian informasi ini salah satu tujuannya
untuk mengurangi kecemasan pasien pra operasi.
Data penelitian menunjukkan bahwa pasien di Rumah Sakit “JIH”
sebanyak 67,3% berusia dewasa yang lebih mampu menggunakan mekanisme
koping positif terhadap kecemasan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia
menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu.
Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan
pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau
kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam
proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya
untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok
umur anak-anak.
Sesuai dengan teori faktor pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri/faktor internal maupun dari luar dirinya/faktor
eksternal. Kondisi penyakit dan tindakan operasi merupakan salah satu faktor
yang menimbulkan kecemasan pada pasien. Kecemasan/ansietas mempunyai
karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang
terjadi tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi
tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan.14
Tingkat
kecemasan, yaitu : cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik.
3.2.3. Hubungan Komunikasi Terapeutik Keperawatan dengan Kecemasan
Pasien Pra Operasi di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH“
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara komunikasi terapeutik keperawatan yang dilakukan perawat
kamar operasi dengan kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi dengan p
value 0.000 dan mempunyai tingkat keeratan hubungannya sedang -0,593. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Huda
(2009) bahwa terdapat hubungan bermakna antara komunikasi terapeutik
perawat dengan kecemasan pasien pra operasi dengan p value 0.000 dengan
keeratan hubungan sangat kuat 0,913. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
Nurkasana (2014) bahwa terdapat hubungan bermakna antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kecemasan pasien pra operasi dengan p value 0.004
dengan keeratan hubungan rendah -0,376.
Dalam penelitian ini sebesar 51,9% pasien pra operasi mempersepsikan
bahwa komunikasi terapeutik perawat sudah dilaksanakan dalam kategori cukup
dan sebesar 48,1% dalam kategori baik. Sesuai dengan teori, komunikasi
terapeutik selain memberikan terapi pengobatan dan pemberian informasi, juga
untuk membantu pasien memperjelas, mengurangi beban perasaan dan pikiran
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
12 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien
percaya pada hal yang diperlukan. Kedua untuk mengurangi keraguan,
membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya. Ketiga mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya
sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Keempat mempererat interaksi
antara klien dengan tenaga kesehatan secara profesional dan proporsional dalam
rangka membantu penyelesaian masalah pasien13
. Pada penelitian ini
pelaksanaan komunikasi terapeutik dilakukan pada pasien pra operasi bertujuan
untuk membantu dan memfasilitasi pasien mencapai koping yang adaptif dalam
menangani kecemasan.
Meskipun demikian pada penelitian ini didapatkan data sebesar 57,7%
pasien pra operasi mengalami tingkat kecemasan ringan dan sebesar 15% masih
mengalami tingkat kecemasan sedang. Hal ini bisa dikarenakan sebesar 59,9%
responden adalah wanita, sesuai dengan teori, yaitu pada umumnya seorang
laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang
dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih
mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding
perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar
sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani
aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau
transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.
Dari hasil penelitian dan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik keperawatan mempunyai dampak yang cukup bermakna
dalam mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pra operasi. Hal ini
mengimplikasikan bahwa perawat kamar operasi disesuaikan dengan teori
caring Watson, yang dikutip Fitriansari (2012), dalam melaksanakan proses
keperawatanya kepada pasien harus dapat menempatkan komunikasi terapeutik
sebagai bagian integral dari asuhan keperawatannya.
4. KESIMPULAN
Sesuai tujuan yang telah disusun sebelum melaksanan penelitian ini, maka peneliti
mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara komunikasi terapeutik
keperawatan terhadap kecemasan pasien pra operasi diruang induksi kamar operasi
rumah sakit "JIH" dengan p value 0.000 dan mempunyai tingkat keeratan
hubunganya sedang -0,593.
2. Komunikasi terapeutik keperawatan yang dipersepsikan oleh pasien pra operasi di
ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” sebanyak 51,9% dengan kategori
cukup.
3. Tingkat kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah
Sakit “JIH” yaitu : tidak cemas sebesar 26,9%, cemas ringan 57,7% dan cemas
sedang 15,4%.
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 13
5. SARAN
Bagi Pendidikan Keperawatan dan bagi Manajemen Keperawatan Rumah Sakit
“JIH”
1. Hasil penelitian ini agar dapat memberikan masukan, menambah bahan bacaan
ataupun referensi untuk penelitian selanjutnya dan perkembangan profesi
keperawatan.
2. Pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi yang mengalami cemas ringan
dan sedang agar mendapatkan komunikasi terapeutik yang optimal. Pihak
manajemen keperawatan dapat mengevaluasi secara berkala efektifitas pelaksanaan
komunikasi terapeutik yang sudah dilakukan, melakukan pendidikan dan pelatihan
internal atau eksternal, memperbarui standar prosedur operasional yang terkait.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yayasan STIKes Guna Bangsa yang
telah memberi dukungan finansial terhadap penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dirjen Yanmed, 2008, Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[2] Smeltzer, S, & Bare, 2008, Brunner & Suddarth's Textbook of medical surgical
nursing, Philadelpia, Lippincott.
[3] Ibrahim, Ayub Sani, 2013, Panik Neurosis dan Gangguan Cemas, Tangerang,
Jelajah Nusa.
[4] Tanjung, M Sukri, 2005, Efek Komuikasi Terapeutik Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi di RS Haji Adam Malik Medan, Skripsi Strata
Satu, Universitas Sumatera Utara, Medan.
[5] Suryani, 2006, Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktek, Jakarta, EGC.
[6] Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta, SalembaMedika.
[7] Notoatmojo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta, PT
Rineka Cipta.
[8] Sugiyono, 2012, Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta.
[9] Saryono & Mekar, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Kesehatan, Jogjakarta, Nuha Medika.
[10] Hidayat, Alimul Aziz, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data, Jakarta, Salemba Medika.
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015
14 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA
[11] Shintana & Siregar, 2012, Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi
Terapeutik dengan Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien di
RSUD Dr.Pirgadi Medan, Skripsi Strata Satu, Universitas Sumatra Utara, Medan.
[12] Sastroasmoro, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung
Seto.
[13] Mundakir, 2006, Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan,
Jogjakarta, Graha ilmu.