hubungan karakteristik orang tua dengan...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN
PENGETAHUAN DALAM PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA
ANAK DI DUSUN SONOTENGAH KABUPATEN MALANG
Skripsi
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
SHULCHA FITHRIYA
1110104000028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, July 2014
Shulcha Fithriya, NIM : 1110104000028
Characteristics of Parents Relations with Knowledge in Giving Antibiotics in
Children in Dusun Sonotengah Malang Regency
xxi + 79 pages + 14 tables + 2 charts + 8 attachments
ABSTRACT
Antibiotics are used to treat bacterial infections. The use of antibiotics in children are
different from adults, so parents need to have adequate knowledge related to
administration of antibiotics in children. Parental knowledge is influenced by several
factors, including parental status, age, economic status, education, and experience. This
study aims to determine whether there is a relationship between the characteristics of
the parents with knowledge in the administration of antibiotics to children in the Dusun
Sonotengah.
The study was a quantitative analytical cross-sectional design. Respondents amounted
to 92 people who were taken using simple random sampling technique. The research
instrument used was a questionnaire. Analyzed using were univariate and bivariate
analysis (chi-square test). The result showed 53.3% of respondents had a good knowledge and 46.7% of the
respondents had less knowledge. There were relationship between parental status
(p=0.007), age (p=0.047), and education (p=0.005) with knowledge in the
administration of antibiotics in children. Value odds ratio (OR) status of the parents
showed that the father has the opportunity to have 0,281 times had less knowledge
compared with mother's knowledge. There were no relationship between socioeconomic
status (p = 0.172) and experience (p = 0.248) with knowledge in the administration of
antibiotics in children. This research is expected to raise the awareness of parents to
seek information about antibiotics, so as to provide the correct and appropriate
antibiotics in children.
Keywords : Parental knowledge, Antibiotics in Children, Parent Characteristics
Bibliography : 60 (1998-2013)
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Shulcha Fithriya, NIM : 1110104000028
Hubungan Karakteristik Orang Tua Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian
Antibiotik Pada Anak Di Dusun Sonotengah Kabupaten Malang
xxi + 79 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 8 lampiran
ABSTRAK
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik pada anak
berbeda dengan pada orang dewasa, sehingga orang tua perlu memiliki pengetahuan
yang memadai terkait pemberian antibiotik pada anak. Pengetahuan orang tua
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya status orang tua, usia, status ekonomi,
pendidikan, dan pengalaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara karakteristik orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian
antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Responden berjumlah 92 orang yang diambil menggunakan teknik simple
random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat (uji Chi Square).
Hasil penelitian menunjukkan 53,3% responden memiliki pengetahuan baik dan 46,7%
responden memiliki pengetahuan kurang. Ada hubungan antara status orang tua
(p=0,007), usia (p=0,047), dan pendidikan (p=0,005) dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak. Nilai odds ratio (OR) status orang tua memperlihatkan
bahwa ayah 0,281 kali lebih kecil kemungkinannya memiliki pengetahuan yang kurang
daripada ibu. Tidak ada hubungan antara status ekonomi (p=0,172) dan pengalaman
(p=0,248) dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua untuk mencari informasi mengenai
antibiotik, sehingga dapat memberikan antibiotik dengan benar dan tepat pada anak.
Kata Kunci : Pengetahuan Orang Tua, Antibiotik Pada Anak, Karakteristik Orang Tua
Daftar Bacaan : 60 (1998-2013)
PER}IYATAAI{ PERSETUJUAT\I
Skripsi denganjudul
IIUBUNGAI\I KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN PENGtrTAHUAIIDALAM PEMBERHN ANTIBIOTIK PADA ANAK DI DUST]N
SONOTENGAII KABT]PATEN MALAI\G
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsiProgram Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullatr Jakarta
DISUSUN OLEH
SI{TJLCHA FITHRIYANIM: 1110104Un028
Pembimbing I
1&,\h"Maulina Handavani. S.Kn M.Sc
r{IP. 19790210 200501 2 0u2Gusrina Komara Putri. MSN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
F'AKT'LTAS KEDOKTERAN DAIY ILMU KESEHATAI{
TiMYERSITAS ISLAM I\TEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
t435Ht20t4lM
Pembimbing II
&-
v
LEMBAR PENGESAIIAN
Skripsi dengan judul
I{UBTINGAN KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN PENGETAI{UAI\IDALAM PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DI DUSUN
SONOTENGAH KABTIPATEN MALANG
Telatr disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :
SHULCIIA FITHRIYAhlIM: 1110104fim028
Pembimbing II
%bMaulina llandavani. S.Kn M.Sc
I[IP. 19790210 200501 2002
Penguji I
Nia Damiati. S. Kn. MSN|rIP. 19790114 200501 2 N7
Pembimbing I
"qs\
Penguji III
Maulina Handavani. S.Kp. M.ScrrIP. 19790210 200s01 2002
Gusrina Komara Putri. MSN
Penguji II
Gusrina Komara Putri. MSN
vt
LEMBAR PENGESAIIAN
SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAI\I ILMU KESEHATAIY
UNTYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIT' HIDAYATT]LLAH JAKARTA
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc). dr. M.I( Tadiudin. Sp. And
vil
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Shulcha Fithriya
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 12 April 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat :
Telepon/Hp : 085790885422
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 – 1998 : TK Al-Muniib Kebonagung Malang
1998 – 2004 : SDN Kebonagung 03 Malang
2004 – 2007 : MTsN Denanyar Jombang
2007 – 2010 : MA Almaarif Singosari Malang
2010 – 2014 : S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rt 66A Rw 14 No. 69 Dusun Sonotengah
Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji
Kabupaten Malang Jawa Timur
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
nikmat dan karunia yang diberikan kepada hamba-hambaNya. Begitu pula dengan
karunia yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam teriring penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Untaian terima kasih yang dalam
penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep. MKM selaku ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku pembimbing 1 yang telah
membimbing penulis dari awal hingga akhir dengan iringan pikiran, tenaga
dan waktu yang sangat bernilai.
4. Ibu Gusrina Komara Putri, MSN selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan perhatian serta arahan kepada penulis.
x
5. Pihak Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa pendidikan
(PBSB) secara penuh kepada penulis selama belajar di Program Studi Ilmu
Keperawatan ini.
6. Saudara-saudaraku dalam naungan rumah CSS MoRA, baik CSS MoRa
Nasional maupun CSS MoRa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
memberikan semangat, inspirasi dan ilmu yang tak henti-hentinya.
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah
memberi masukan dan motivasi serta membantu dalam pengurusan surat
menyurat selama proses pembuatan skripsi ini.
8. Bapak Suyono selaku Kepala Dusun Dusun Sonotengah serta segenap warga
Dusun Sonotengah yang telah menerima dan membantu penulis selama
proses penelitian.
9. Teristimewa untuk Abah Marzuq dan Ibu Ulfiah yang senantiasa mendoakan
penulis, serta keempat kakak tercinta (mbak Lilik, cak Chasan, mbak Asy dan
mbak Ipink) yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana tepat waktu.
10. Seseorang yang terkasih dan tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan,
nasehat, dan semangat kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan
skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat “White House” yakni Hilma, Ariyanti, Lina, Nia, dan Reka
yang telah menemani, menghibur, mengingatkan, dan menasehati penulis
selama empat tahun di perantauan ini.
xi
12. Kawan-kawan seperjuangan PSIK angkatan 2010 yang bersama-sama
berjuang mengejar kata “LULUS”, terima kasih untuk kebersamaan,
pengalaman dan kenangan yang luar biasa.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi bahan pustaka untuk
menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi informasi untuk penelitian
selanjutnya.
Demikianlah paparan kata dari penulis dan penulis mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dalam penulisan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, Juli 2014
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ..................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xxi
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7
xiii
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotik Pada Anak ............................................................................. 10
1. Definisi Antibiotik ........................................................................... 10
2. Indikasi Pemberian Antibiotik .......................................................... 10
3. Peresepan Antibiotik ........................................................................ 12
4. Dosis Pemberian Antibiotik ............................................................. 14
5. Efek Samping Pemberian Antibiotik ................................................ 17
6. Resistensi Antibiotik ........................................................................ 21
B. Pengetahuan ............................................................................................ 21
1. Definisi ............................................................................................. 21
2. Tingkatan Pengetahuan .................................................................... 22
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................. 25
1. Status Orang Tua .............................................................................. 26
2. Usia ................................................................................................... 27
3. Pendidikan ........................................................................................ 29
4. Status Ekonomi ................................................................................. 30
5. Pengalaman ....................................................................................... 31
D. Kerangka Teori ....................................................................................... 32
xiv
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
A. Kerangka Konsep ................................................................................... 34
B. Hipotesis ................................................................................................. 35
C. Definisi Operasional ............................................................................... 35
BAB IV. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................... 38
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 38
1. Populasi Penelitian .......................................................................... 38
2. Sampel Penelitian ............................................................................ 38
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 41
1. Jenis Data ............................................................................................. 41
2. Instrumen Penelitian............................................................................. 41
3. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 44
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................... 45
F. Pengolahan Data......................................................................................... 46
1. Editing .................................................................................................. 46
2. Coding .................................................................................................. 46
3. Entry Data ............................................................................................ 47
4. Cleaning Data ...................................................................................... 47
G. Analisis Data .............................................................................................. 47
1. Analisa Univariat ................................................................................. 47
2. Analisa Bivariat .................................................................................... 48
xv
H. Etika Penelitian .......................................................................................... 48
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ............................................ 48
2. Tanpa Nama (Anonymity) ................................................................... 49
3. Kerahasiaan (Confidentiality) ............................................................. 49
BAB V. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................... 50
B. Analisis Univariat....................................................................................... 51
1. Gambaran Karakteristik Responden .................................................... 51
a. Status Orang Tua ............................................................................ 51
b. Usia ................................................................................................ 51
c. Pendidikan ...................................................................................... 52
d. Status Ekonomi .............................................................................. 52
e. Pengalaman Pemberian Antibiotik Pada Anak .............................. 53
2. Pengetahuan ......................................................................................... 53
a. Tingkat Pengetahuan Responden ................................................... 53
b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ...................................... 54
C. Analisis Bivariat ......................................................................................... 57
1. Hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 57
2. Hubungan antara usia responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 58
3. Hubungan antara pendidikan responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 59
xvi
4. Hubungan antara status ekonomi responden dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak ................................................. 60
5. Hubungan antara pengalaman responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 61
BAB VI. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat ................................................................................ 62
1. Karakteristik Responden ...................................................................... 62
a. Status Orang Tua ............................................................................ 62
b. Usia ................................................................................................ 63
c. Pendidikan ...................................................................................... 64
d. Status Ekonomi .............................................................................. 65
e. Pengalaman Pemberian Antibiotik Pada Anak .............................. 66
2. Pengetahuan ......................................................................................... 67
a. Tingkat Pengetahuan Responden ................................................... 67
b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ...................................... 67
B. Pembahasan Bivariat
1. Hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 70
2. Hubungan antara usia responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 72
3. Hubungan antara pendidikan responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 73
xvii
4. Hubungan antara status ekonomi responden dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak ................................................. 74
5. Hubungan antara pengalaman responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak ........................................................... 75
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 77
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 78
B. Saran ........................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Halaman
Tabel 2.1. Daftar antibiotik yang tidak boleh diberikan pada anak ................ 16
Bagan 2.1 Kerangka teori ................................................................................ 36
Bagan 3.1 Kerangka konsep ............................................................................ 37
Tabel 3.1 Definisi operasional ....................................................................... 39
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Orang tua di
Dusun Sonotengah Tahun 2014...................................................... 51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Dusun
Sonotengah Tahun 2014 ................................................................ 52
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Dusun
Sonotengah Tahun 2014 ................................................................ 52
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di
Dusun Sonotengah Tahun 2014 ..................................................... 53
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman di
Dusun Sonotengah Tahun 2014...................................................... 53
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang
Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah Tahun
2014 ............................................................................................... 54
xix
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Kuesioner
Pengetahuan .................................................................................... 55
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Antara Status Orang Tua Dengan Pengetahuan
Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah .... 57
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Antara Usia Responden Dengan Pengetahuan
Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah .... 58
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Antara Pendidikan Responden Dengan
Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun
Sonotengah ..................................................................................... 59
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Antara Status Ekonomi Responden Dengan
Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun
Sonotengah ..................................................................................... 60
Tabel 5.12 Analisis Hubungan Antara Pengalaman Responden Dengan
Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun
Sonotengah ..................................................................................... 61
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Pengantar Studi Pendahuluan dari Kelurahan
Kebonagung
Lampiran 3 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Pengantar Penelitian dari Kelurahan Kebonagung
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Statistik
xxi
DAFTAR SINGKATAN
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
CDC Center of Disease Control and Prevention
RT Rumah Tangga
RPA Rekam Pemberian Antibiotik
VRE vancomycin-resistant enterococci
SD Sekolah Dasar
MI Madrasah Ibtidaiyyah
SMP Sekolah Menengah Pertama
MTs Madrasah Tsanawiyah
SMA Sekolah Menengah Atas
MA Madrasah Aliyah
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
MAK Madrasah Aliyah Kejuruan
UMK Upah Minimum Kabupaten/Kota
Rw/Rt Rukun warga/ Rukun tetangga
OR odds ratio
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar
tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai
penyebabnya, bakteri juga tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan
penyakit infeksi. Penyakit infeksi ini juga merupakan penyebab utama
kematian di dunia (Mulholland & Adegobola, 2005).
Penyakit infeksi sangat mudah menular di antara sesama anak-anak.
Infeksi paling mungkin terjadi ketika anak mulai bergaul dengan anak-anak
yang lain, seperti taman kanak-kanak, kelompok bermain, atau di sekolah
dasar (Hull, 2008). Banyak dokter umum di Inggris mendapati bahwa 30%
dari layanan konsultasi yang mereka berikan adalah bagi anak-anak,
khususnya usia prasekolah (balita-bawah lima tahun). Pola morbiditas anak-
anak sangat berbeda dengan pola morbiditas orang dewasa. Infeksi sering
ditemukan, terutama pada sistem pernapasan, gastrointestinal, dan saluran
kencing (Meadow, 2005).
Salah satu infeksi pada sistem pernapasan adalah Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dan pneumonia. Period prevalence ISPA di
Indonesia sebesar 25,0% dan salah satu provinsi dengan ISPA tertinggi
adalah Jawa Timur (28,3%), sedangkan period prevalence untuk pneumonia
di Indonesia sebesar 1,8%. Karakteristik penduduk dengan ISPA dan
pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dimana ISPA
2
sebesar 25,8% dan pneumonia sebesar 18,5 per mil, di mana hanya 1,6 per
mil balita pneumonia yang berobat (Riskesdas, 2013).
Selain itu, anak-anak juga sering mengalami masalah gastrointestinal
seperti diare. Penyebab utama diare pada anak adalah infeksi pada saluran
pencernaan. Jenis infeksi yang umumnya menyerang adalah infeksi bakteri
oleh kuman E. Coli, Salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan
bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti Pseudomonas
(Wijaya, 2008).
Pengobatan infeksi menggunakan antibiotik mulai populer sejak 1942.
Meskipun antibiotik ini dapat memberikan hasil-hasil yang memuaskan,
penggunaannya harus dibatasi hanya untuk infeksi bakteri-bakteri yang peka
terhadapnya (Sumardjo, 2008). Hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian
antibiotik adalah dosis, cara pemberian, dan indikasi pengobatan
(Hadinegoro, 2002).
Penggunaan antibiotik pada anak memiliki beberapa perbedaan
penting dengan penggunaan pada pasien dewasa, karena terapi antibiotik pada
bayi dan anak memberikan banyak tantangan. Tantangan pertama adalah
kurangnya data tentang farmakokinetik dan dosis optimal antibiotik untuk
anak, sehingga rekomendasi antibiotik berdasarkan studi pada orang dewasa.
Tantangan kedua adalah perbedaan berbagai kelompok umur anak
sehubungan dengan bakteri patogen yang bertanggung jawab pada infeksi.
Ketepatan dosis antibiotik sesuai usia dan toksisitas juga harus diperhatikan,
3
dengan mempertimbangkan status perkembangan dan fisiologi bayi dan anak-
anak (Kliegmen, 2011).
Penggunaan antibiotik secara kurang tepat seperti peresepan untuk
penyakit virus masih banyak terjadi di Indonesia. Akibatnya adalah
terhambatnya pembentukan imunitas anak yang justru memperpanjang
lamanya penyakit, membunuh bakteri yang baik dalam tubuh, efek samping
antibiotik bertambah banyak, dan menimbulkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik yang akan merugikan seluruh masyarakat (Darmansjah, 2008).
Resistensi bakteri juga dapat terjadi jika pengobatan dengan antibiotik tidak
mencukupi, misalnya karena terlalu singkat atau terlalu lama dengan dosis
yang terlalu rendah. Bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja
antibiotik sehingga khasiat antibiotik akan menjadi berkurang atau tidak
berkhasiat sama sekali (Sumardjo, 2008).
Resistensi antibiotik merupakan masalah di seluruh dunia. Bentuk-
bentuk baru resistensi antibiotik dapat melintasi perbatasan internasional dan
menyebar antar benua dengan mudah. Center of Disease Control and
Prevention (CDC) melaporkan bahwa pada tahun 2013 diperkirakan angka
minimal penyakit dan kematian di Amerika Serikat akibat dari resistensi
antibiotik sekitar 2.049.442 kasus penyakit dan 23.000 kematian.
Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah penggunaan antibiotik
secara sembarangan di masyarakat sehingga akan meningkatkan resiko
kejadian resistensi antibiotik. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), terdapat
35,2% rumah tangga (RT) di Indonesia yang menyimpan obat untuk
swamedikasi yang terdiri dari obat keras, obat bebas, antibiotik, obat
4
tradisional dan obat-obat yang tidak teridentifikasi. Proporsi RT yang
menyimpan antibiotik sebesar 27,8% di mana 30,1% terjadi di pedesaan dan
86,1% menyimpan antibiotik tanpa resep. Di Jawa timur sendiri, proporsi RT
yang menyimpan antibiotik tanpa resep dokter sebesar 85,5%.
Salah satu penelitian tentang resistensi antibiotik pernah dilakukan di
rumah sakit Dr. Kariadi Semarang. Data 2002 menunjukkan bahwa semua
isolat dari darah memiliki tingkat multiresistensi tinggi terhadap antibiotik,
dan 45%-56% penggunaan antibiotik irasional. Bayi dan anak lebih sering
sakit sehingga lebih beresiko mendapatkan antibiotik yang kurang tepat.
Kekhawatiran tidak dapat membedakan infeksi bakterial dari sebab lain
demam merupakan alasan utama dokter memberikan antibiotik pada hampir
semua anak demam. Perilaku dokter dan orang tua dari anak penting dalam
problem resistensi antibiotik (Farida, 2008).
Pemberian antibiotik pada anak merupakan salah satu bentuk perilaku
kesehatan orang tua. Dari penelitian yang dilakukan di Trinidad dan Tobago
(Kepulauan Karibia) (Parimi, 2004) dan di Malaysia (Chan, 2006)
menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua sangat berperan penting dalam
pemberian antibiotik pada anak. Orang tua dengan tingkat pengetahuan yang
kurang memadai terkait antibiotik cenderung menggunakan antibiotik secara
kurang tepat.
Penelitian lain dilakukan oleh Widayati dkk (2012) di daerah
perkotaan Yogyakarta terkait pengetahuan dan keyakinan masyarakat
Yogyakarta tentang penggunaan antibiotik. Hasil analisa korelasi
menunjukkan bahwa pengetahuan yang tepat tentang antibiotik akan
5
memungkinkan keyakinan yang lebih tepat tentang antibiotik, di mana
korelasi tertinggi adalah bagi responden laki-laki, usia muda, tingkat
pendidikan tinggi, dan pendapatan tinggi.
Panagakou dkk (2012) di Yunani melaporkan bahwa pengetahuan
yang kurang memadai, sikap yang kurang tepat dan praktik yang salah
tentang pemberian antibiotik pada anak usia 5–6 tahun secara signifikan
berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu status orang tua (ayah),
pendidikan yang rendah, status imigran, single parent, pendapatan yang
rendah, jumlah anak <2 atau >3, tinggal di pulau, dan tidak memiliki
pengalaman terkait serangan ISPA berulang pada anak. Penelitian lain oleh
Quizhpe dkk (2013) di Ekuador menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan,
pengetahuan tentang resiko penggunaan antibiotik, dan pengetahuan tentang
resistensi antibiotik pada ibu berusia dewasa lebih baik dibandingkan ibu
berusia remaja (<19 tahun).
Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di Dusun Sonotengah
dengan memberikan kuesioner kepada dua orang ayah dan delapan orang ibu.
Jawaban yang diberikan pada lembar kuesioner menunjukkan bahwa jawaban
benar untuk pengertian antibiotik sebesar 53,3%, indikasi antibiotik sebesar
15%, dan efek samping antibiotik sebesar 45%. Pada peresepan antibiotik
masih ada kesalahan jawaban sebesar 35%, dosis pemberian antibiotik
sebesar 22,5%, dan resistensi antibiotik sebesar 26,7%. Dua orang ibu juga
mengatakan pernah memberikan antibiotik tanpa resep dokter pada anak
ketika anak demam tinggi.
6
Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan
memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara
tidak langsung dengan menolong orang tua memahami pengobatan dan
perawatan anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan
dapat mencakup pengertian dasar tentang penyakit anaknya, perawatan anak
selama anak dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan
pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat melalui
pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan, serta sikap keluarga
dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit (Supartini, 2004).
B. Perumusan Masalah
Penduduk Dusun Sonotengah merupakan masyarakat pedesaan,
dimana keterbatasan akses ke pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya
kesempatan untuk memperoleh promosi dan pendidikan kesehatan. Penilaian
terhadap pengetahuan orang tua sangat diperlukan untuk menghindari
penggunaan antibiotik yang kurang tepat pada anak. Selain itu, juga perlu
mengidentifikasi karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan,
status ekonomi, dan pengalaman) yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan sehingga bisa dilakukan intervensi pada karakteristik yang
memiliki hubungan signifikan. Berdasarkan penguraian di atas, maka peneliti
ingin meneliti: apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
7
C. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran karakteristik orang tua (status orang tua, usia,
pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) di Dusun Sonotengah?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan orang tua tentang pemberian antibiotik
pada anak di Dusun Sonotengah?
3. Apakah ada hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
4. Apakah ada hubungan antara usia orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
5. Apakah ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
6. Apakah ada hubungan antara status ekonomi orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
7. Apakah ada hubungan antara pengalaman orang tua dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara karakteristik orang tua (status orang tua, usia,
pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah Desa Kebonagung
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
8
2. Tujuan Khusus:
a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik orang tua (status orang tua,
usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) di Dusun
Sonotengah.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang pemberian
antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
c. Mengetahui hubungan status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
d. Mengetahui hubungan antara usia orang tua dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
e. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun
Sonotengah.
f. Mengetahui hubungan antara status ekonomi orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun
Sonotengah.
g. Mengetahui hubungan antara pengalaman orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun
Sonotengah.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Masyarakat
Penelitian ini dapat menggambarkan pengetahuan orang tua di Dusun
Sonotengah mengenai pemberian antibiotik pada anak.
9
2. Untuk Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam pengembangan
kurikulum pendidikan keperawatan serta menjadi dasar instrumen dalam
keperawatan anak.
3. Untuk Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam program pemberian
pendidikan kesahatan pada orang tua untuk meningkatkan pengetahuan
tentang pemberian antibiotik pada anak terutama bagi orang tua di daerah
pedesaan.
4. Untuk Peneliti
Penelitian ini memberikan ilmu dan pengalaman berharga bagi peneliti
selama proses penelitian dan diharapkan akan menjadi sumber ilmu dan
informasi untuk penelitian selanjutnya terkait pengetahuan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada anak.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross-sectional dan
metode pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer
dengan membagikan kuesioner langsung kepada responden. Kuesioner berisi
item-item pertanyaan terkait karakteristik orang tua (status orang tua, usia,
pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) serta pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak. Populasi dalam penelitian ini adalah orang
tua dengan anak usia 1–5 tahun. Penelitian dilakukan mulai tanggal 26 Mei
sampai 08 Juni 2014 di Dusun Sonotengah Desa Kebonagung Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotik pada Anak
1. Definisi antibiotik
Antibiotik yaitu agen yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati suatu infeksi karena bakteri (Mitrea, 2008). Antibiotik
merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai spesies
mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap spesies mikroorganisme lain.
Sifat toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri (efek bakteriosatik) dan bahkan ada
yang langsung membunuh bakteri (efek bakterisid) yang kontak dengan
antibiotik tersebut (Sumardjo, 2008).
2. Indikasi pemberian antibiotik
Penggunaan antibiotik berdasarkan indikasinya dapat digolongkan
menjadi antibiotik untuk terapi definitif, terapi empiris, dan terapi
profilaksis. Terapi secara definitif hanya digunakan untuk mengobati
infeksi karena bakteri. Untuk mengetahui bahwa infeksi tersebut
disebabkan karena bakteri, dokter dapat memastikannya dengan kultur
bakteri, uji sensitivitas, tes serologi dan tes lainnya. Berdasarkan laporan,
antibiotik dengan spektrum sempit, toksisitas rendah, harga terjangkau,
dan efektivitas tertinggi harus diresepkan pada terapi definitif (Febiana,
2012).
11
Adapun penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah
penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis
bakteri penyebabnya (Permenkes RI, 2011). Pengobatan dipilih
berdasarkan jenis patogen yang sering dijumpai sebagai penyebab dan
sifat resistensinya. Dalam menentukan penyebab infeksi pada anak, faktor
umur sangat mempengaruhi manifestasi klinis. Bakteri patogen yang
bertanggung jawab tehadap penyakit cenderung berubah sejalan dengan
bertambahnya umur (Hadinegoro, 2002). Sedangkan antibiotik profilaksis
sering diberikan pada bayi dan anak untuk mencegah infeksi. Tujuan
pemberian antibiotik profilaksis adalah mencegah infeksi terhadap patogen
tertentu dan mencegah infeksi pada organ tubuh tertentu dan ketiga, untuk
pasien yang rentan terhadap infeksi (Hadinegoro, 2002).
Menurut Setiabudy (2007), penggunaan terapeutik antibiotik di
klinik bertujuan membasmi mikroba penyebab infeksi. Penyakit infeksi
dengan gejala klinik ringan, tidak perlu segera mendapatkan antibiotik.
Menunda pemberian antibiotik malahan memberikan kesempatan
terangsangnya mekanisme kekebalan tubuh. Gejala demam yang
merupakan salah satu gejala sistemik penyakit infeksi paling umum, tidak
merupakan indikator yang kuat untuk pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik untuk demam tidak bijaksana karena:
a. pemberian antibiotik yang tidak pada tempatnya dapat merugikan
pasien (berupa efek samping), dan masyarakat sekitarnya (berupa
masalah resistensi),
12
b. demam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi virus, yang cukup tinggi
angka kejadiannya dan tidak dapat dipercepat penyembuhannya dengan
pemberian antibiotik yang lazim, dan
c. demam dapat juga terjadi pada penyakit noninfeksi, yang dengan
sendirinya bukan indikasi pemberian antibiotik (Setiabudy, 2007).
3. Peresepan antibiotik
Anak memiliki resiko mendapatkan efek merugikan lebih tinggi
akibat infeksi bakteri karena tiga faktor. Pertama, karena sistem imunitas
anak yang belum berfungsi secara sempurna, kedua, akibat pola tingkah
laku anak yang lebih banyak beresiko terpapar bakteri, dan ketiga, karena
beberapa antibiotik yang cocok digunakan pada dewasa belum tentu tepat
jika diberikan kepada anak karena absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat termasuk antibiotik pada anak berbeda dengan dewasa, serta
tingkat maturasi organ yang berbeda sehingga dapat terjadi perbedaan
respon terapetik atau efek sampingnya (Febiana, 2012).
Penggunaan antibiotik pada dewasa maupun anak tidak bisa secara
sembarangan melainkan harus berdasarkan resep dokter. Dokter menulis
resep antibiotik sesuai ketentuan yang berlaku, dan tugas
farmasis/apoteker adalah mengkaji kelengkapan resep serta dosis
rejimennya. Dokter juga harus menulis di rekam medik secara jelas,
lengkap dan benar tentang regimen dosis pemberian antibiotik, dan
instruksi tesebut juga ditulis di rekam pemberian antibiotik (RPA).
Perawat yang memberikan antibiotik kepada pasien (sediaan
parenteral/nonparenteral/oral) harus mencatat jam pemberian dan memberi
13
paraf pada RPA, sesuai jam pemberian antibiotik yang sudah disepakati
(Permenkes RI, 2011).
Menurut Hadinegoro (2002), antibiotik untuk penyakit infeksi pada
anak dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Golongan penisilin sangat luas dipergunakan dalam bidang pediatri
untuk berbagai derajat infeksi. Salah satu derivat penisilin adalah
amoksisilin. Amoksisilin oral adalah antibiotik pilihan awal bila
organisme penyebab belum diketahui karena biasanya efektif terhadap
bakteri yang paling lazim ditemukan (Kliegmen, 2011).
b. Golongan sefalosporin mempunyai afinitas spectrum luas, baik
terhadap bakteri kokus gram positif maupun basil enteric negatif,
maupun bakteri anaerob. Seperti halnya penisilin, sefalosporin aman
untuk anak dan toksisitas tidak tergantung dari dosis, namun perlu
diwaspadai bahwa sefalosporin bersifat nefrotoksik (terutama apabila
diberikan bersama aminoglikosid) dan menyebabkan kelainan
perdarahan.
c. Golongan aminoglikosid merupakan antibiotik spektrum luas untuk
basil enterik dan beberapa organisme gram positif, bersifat bakterisid,
dan mudah diabsorpsi
d. Golongan antibiotik lain termasuk kloramfenikol, makrolid
(eritromisin dengan derivatnya), kotrimoksazol, metronidazol, dan
lain-lain.
14
Tabel 2.1. Daftar antibiotik yang tidak boleh diberikan pada anak
Nama Obat Kelompok Usia Alasan
Siprofloksasin Kurang dari 12 tahun Merusak tulang rawan
(cartillage disgenesis)
Norfloksasin Kurang dari 12 tahun Merusak tulang rawan
(cartillege disgenesis)
Tetrasiklin Kurang dari 4 tahun
atau pada dosis tinggi
Diskolorisasi gigi,
gangguan pertumbuhan
tulang
Kotrimoksazol Kurang dari 2 bulan Tidak ada data efektifitas
dan keamanan
Kloramfenikol Neonatus Menyebabkan Grey baby
syndrome
Tiamfenikol Neonatus Menyebabkan Grey baby
syndrome
Linkomisin HCl Neonatus Tidak ada data efektifitas
dan keamanan
Piperasilin-
Tazobaktam
Neonatus Tidak ada data efektifitas
dan keamanan
Azitromisin Neonatus Tidak ada data
keamanan
Tigesiklin Anak kurang dari 18
tahun
Tidak ada data
keamanan
Spiramisin Neonatus dan bayi Tidak ada data
keamanan
(Permenkes, 2011).
4. Dosis pemberian antibiotik
Pertimbangan risiko (efek samping, harga) dan manfaat (khasiat)
selalu harus dipikirkan dalam menentukan obat antiinfeksi yang akan
dipakai. Sayangnya, untuk anak tidak semua obat mempunyai data
15
mengenai efek toleransi dan efikasi. Faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan pengobatan : 1) tercapainya aktifitas anti bakteri pada tempat
infeksi sehingga cukup waktu untuk menghambat pertumbuhan bakteri. 2)
dosis obat harus cukup tinggi dan efektif terhadap mikroorganisme, namun
konsentrasi di dalam plasma dan jaringan tubuh harus tetap lebih rendah
dari dosis toksik (Hadinegoro, 2002).
Anak memiliki sifat yang berbeda dengan orang dewasa. Semua
keadaan itu menyebabkan penentuan dosis pada anak terjadi dengan
perhitungan umur/12 atau berat badan badan anak/berat badan dewasa kali
dosis dewasa. Perhitungan empirik tersebut tidak dapat diterapkan karena
anak bukan dewasa kecil. Anak berbeda dalam banyak hal, seperti
penyerapan usus, metabolisme obat, ekskresi obat, dan juga kepekaan
reseptor dalam tubuh (Darmansjah, 2008). Perhitungan dosis antibiotik
bagi anak berdasarkan per kilogram berat badan ideal sesuai dengan usia
dan petunjuk yang ada dalam formularium profesi (Permenkes, 2011).
Menurut Hermansyah (2013), Obat bentuk sirup (likuida)
merupakan salah satu obat yang familiar di masyarakat dan jenis obat
primadona bagi pasien anak-anak dan balita. Beragam jenis obat dikemas
dalam sediaan sirup, semisal sirup obat batuk, sirup obat demam bahkan
sirup yang mengandung antibiotik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengkonsumsi obat sirup:
a. Memperhatikan tentang cara pakai obat. Selain diminum dengan
sendok, beberapa sediaan likuida juga diberikan dalam bentuk tetes
(drop) khususnya bagi balita. Ada pula bentuk sediaan sirup kering
16
misalnya antibiotik amoksisilin yang harus dicampur terlebih dahulu
dengan air sebelum dikonsumsi. Sirup kering yang berisi antibiotik,
tidak boleh disimpan lebih dari 7 hari setelah tercampur dengan air.
b. Mencermati aturan pakai. Aturan pakai obat akan berpengaruh pada
efektifitas dan keamanan terapi. Obat yang diberi aturan pakai sehari
tiga kali maka obat tersebut pada dasarnya diminta untuk dikonsumsi
tiap 8 jam agar menghasilkan efek terapi yang sesuai.
c. Sebelum digunakan harus dikocok terlebih dahulu agar obat tercampur
dengan merata.
d. Memperhatikan lama pemakaian. Obat sirup tertentu misalnya
antibiotik harus dikonsumsi sampai tuntas.
e. Mentaati takaran pemakaian. Jika aturan pakai obat sirup adalah
dalam takaran sendok teh maka berarti harus mengkonsumsi sejumlah
5 mL, jika dalam takaran sendok makan maka jumlah yang harus
dikonsumsi adalah 15 mL. Sendok makan bukanlah alat takar yang
sesuai untuk hal itu sehingga gunakan alat takar yang ada dalam
produk obat (Hermansyah, 2013).
Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Falagas dkk (2010) di
Attica, Yunani untuk mengukur reliabilitas sendok teh dan sendok
makan dalam menakar dosis obat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kapasitas volume dari 71 sendok teh dan 49 sendok makan
yang digunakan berbeda-beda hasilnya. Ini menunjukkan bahwa
sendok teh dan sendok makan bukan alat pengukur dosis yang
reliabel, dan tidak disarankan untuk menggunakannya.
17
5. Efek samping pemberian antibiotik
Menurut Setiabudy (2007), efek samping antibiotik dapat
dikelompokkan menurut reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi toksik,
serta perubahan biologik dan metabolik pada hospes.
a) Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan
melibatkan sistem imun tubuh hospes; terjadinya tidak bergantung
pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya
reaksi dapat bervariasi misalnya eksantema kulit, anafilaksis,
dermatitis eksfoliativa, angioedema, dan lain-lain (Setiabudy, 2007).
Alergi yang sering terjadi atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap
terapi antibiotik pada anak misalnya diare, mual/muntah, ruam
kulit/urtikaria) (Betz & Linda, 2009).
b) Reaksi idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara
genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh,
10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat jika
mendapat primakuin. Ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD
(Setiabudy, 2007).
c) Reaksi toksik
Antibiotik pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat
ini relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis
antibiotik. Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai
kini ialah golongan penisilin. Misalnya adalah golongan
18
aminoglikosida yang pada umumnya bersifat toksik terutama terhadap
N. VIII, golongan tetrasiklin mengganggu pertumbuhan jaringan
tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium-
ortofosfat. Dalam dosis besar obat ini bersifat hepatotoksik, terutama
pada pasien pielonefritis dan pada wanita hamil (Setiabudy, 2007).
Antibiotik berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dalam
dosis yang besar. Efek toksik antibiotik dapat mempengaruhi bagian-
bagian tubuh tertentu. Kloramfenikol menimbulkan efek toksik pada
sumsum tulang belakang sehingga pembentukan sel-sel darah merah
terganggu, sedangkan streptomisin dapat merusak organ
keseimbangan dan pendengaran sehingga menyebabkan pusing, bising
telinga, dan kemudian menjadi tuli. Pemberian penisilin sebagai obat
kepada seseorang yang tidak tahan/ peka dapat menimbulkan gatal-
gatal, bintik-bintik merah pada kulit, bahkan menyebabkan pingsan
(Hadinegoro, 2002).
d) Perubahan biologik dan metabolik
Pada tubuh hospes baik yang sehat maupun yang menderita
infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan
ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan
sifat patogen. Penggunaan antimikroba, terutama yang berspektrum
luas, dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga
jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi
patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh
19
dapat terjadi di saluran cerna, napas dan kelamin, dan pada kulit
(Setiabudy, 2007).
Pengobatan menggunakan antibiotik oral berspektrum luas
kemungkinan dapat menimbulkan suprainfeksi. Karena luasnya kerja
antibiotik ini, flora bakteri usus dapat mati dan kesetimbangan normal
bakteri terganggu. Tetrasiklin digunakan untuk membunuh bakteri
usus yang rentan terhadapnya, tetapi jika cara penggunaanya tidak
benar, kemungkinan akan meyebabkan bakteri lain atau jamur tumbuh
lebih bebas dan terjadi infeksi yang lebih berat (Sumardjo, 2008).
Faktor yang memudahkan timbulnya superinfeksi ialah: 1)
adanya faktor atau penyakit yang mengurangi daya tahan pasien; 2)
penggunaan antibiotik terlalu lama; 3) luasnya spektrum aktivitas
antimikroba obat, baik tunggal maupun kombinasi (Setiabudy, 2007).
6. Resistensi antibiotik
Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan
melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa
cara, yaitu (Permenkes, 2011):
a. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.
b. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
c. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
d. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat
dinding sel bakteri.
e. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari
dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.
20
Resistensi antibiotik dapat terjadi karena beberapa faktor di bawah ini:
a) Penggunaan antibiotik yang sering.
b) Penggunaan antibiotik yang irasional, terutama di rumah sakit.
c) Penggunaan antibiotik baru yang berlebihan.
d) Penggunaan antibiotik untuk jangka lama yang akan memberikan
kesempatan bertumbuhnya kuman yang lebih resisten (first step
mutant).
e) Penggunaaan antibiotik untuk ternak: kurang lebih separuh dari
produksi antibiotik di dunia digunakan untuk suplemen pakan ternak.
Kadar antibiotik yang rendah pada ternak memudahkan tumbuhnya
kuman-kuman resistensi seperti VRE (vancomycin–resistant
enterococci), Campylobacter, dan Salmonella spp.
f) Lain-lain: beberapa faktor lain yang berperanan terhadap
berkembangnya resistensi ialah kemudahan transportasi moderen,
perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisi perumahan yang tidak
memenuhi syarat (Setiabudy, 2007).
Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi
dengan 2 cara, yaitu:
a. Mekanisme selection pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak
secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat),
maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri yang
resisten maka upaya penanganan infeksi dengan antibiotik semakin
sulit. Strategi pencegahan peningkatan bakteri untuk selection pressure
21
adalah melalui penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of
antibiotics).
b. Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal
ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang
ke orang lain. Strategi pencegahan peningkatan bakteri dapat di atasi
dengan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan
standar (universal precaution) (Permenkes, 2011).
B. Pengetahuan
1. Definisi
Menurut McKenzie dkk (2013), salah satu bentuk penatalayanan
antibiotik di komunitas adalah mengadakan program pendidikan terkait
antibiotik kepada masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat.
Penelitian Widayati dkk (2012) di Yogyakarta menunjukkan bahwa 31%
masyarakat memiliki pengetahuan yang buruk, 35% memiliki pengetahuan
sedang dan 34% memiliki pengetahuan yang baik terkait antibiotik.
Pengetahuan atau knowledge adalah kemampuan menghafal,
meniru dan mengungkapkan kembali (Bloom dkk, 1956 dalam
Purnamasari, 2012). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
22
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Bloom dkk (1956, dalam Purnamasari 2012), kawasan
pengetahuan dibagi menjadi beberapa kemampuan yaitu:
a. Pengetahuan, mengenal materi yang telah dipelajari.
b. Pemahaman yaitu memahami makna materi.
c. Penerapan, kemampuan penerapan atau menggunakan materi yang
sudah dipelajari pada situasi baru yang menyangkut aturan dan
prinsip.
d. Analisa, kemampuan menggunakan materi ke dalam komponen
penyebab sebab akibat.
e. Sintesa, kemampuan dalam memadukan konsep.
f. Evaluasi, kemampuan memberikan perkembangan terhadap nilai-nilai
materi untuk tujuan tertentu.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo (2010), secara garis
besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat, yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu
bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah
tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh
gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui
23
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak kurang gizi,
apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN
(pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan
penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar mengetahui 3M
(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan
mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-tempat
penampungan air tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang
yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat
perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana
saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah
membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
24
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat
membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa,
dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau
meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang
telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang
artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut
25
keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2010).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu
pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi.
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu akan menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Sedangkan
kemudahan memperoleh informasi dapat membantu seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak dkk, 2007).
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Keyakinan biasanya
diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun
keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga juga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Menurut Alumran dkk (2013), pengetahuan orang tua dalam
pemberian antibiotik didasari oleh faktor demografi (usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dan latar belakang geografi) serta
pengalaman. Dalam penelitian ini, pengetahuan mengenai pemberian
antibiotik pada anak dihubungkan dengan lima karakteristik orang tua yaitu
status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman.
26
1. Status orang tua
Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan
dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari
anak-anak yang dilahirkannya (Kartono, 1982 dalam Yusmaniar, 2011).
Sedangkan dalam bahasa Arab, orang tua dikenal dengan sebutan Al-
Walidain (dua orang ibu-bapak) seperti yang disebutkan dalam surat
Lukman ayat 14 yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu“.
Tujuan dasar menjadi orang tua adalah meningkatkan daya tahan
fisik dan kesehatan anak, mengembangkan keterampilan dan kemampuan
yang penting agar dapat menjadi orang dewasa yang mandiri, dan
membantu mengembangkan kemampuan perilaku untuk memaksimalkan
nilai-nilai budaya dan kepercayaan. Orang tua baru cenderung memiliki
peran sebagai orang tua dengan pengalaman yang sedikit dan
27
pengetahuan yang masih kurang memadai dalam merawat anak (Wong
dkk, 2008).
Penelitian Panagakou dkk (2012) menunjukkan bahwa faktor
resiko paling kuat terkait pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang
tepat tentang antibiotik adalah menjadi seorang ayah. Di Yunani, seorang
ayah tidak berpartisipasi sebanyak ibu dalam pengasuhan anak–anak
mereka. Oleh karena itu, seorang ayah cenderung kurang mencari
informasi terkait masalah kesehatan anaknya.
2. Usia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), umur atau usia
adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Sedangkan menurut Depkes RI (2009), umur atau usia adalah satuan
waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik
yang hidup maupun yang mati.
Usia yang paling memuaskan untuk membesarkan anak adalah
antara 18 sampai 35 tahun. Selama waktu ini, orang tua dianggap berada
pada kondisi kesehatan yang optimum, dengan perkiraan usia harapan
hidup yang memungkinkan waktu yang cukup dan memadai untuk
membangun sebuah keluarga (Wong, 2008).
Kategori usia menurut Depkes (2009):
a. Masa balita : 0 - 5 tahun
b. Masa kanak-kanak : 5 – 11 tahun
28
c. Masa remaja awal : 12 – 16 tahun
d. Masa remaja akhir : 17 – 25 tahun
e. Masa dewasa awal : 26 – 35 tahun
f. Masa dewasa akhir : 36 – 45 tahun
g. Masa lansia awal : 46 – 55 tahun
h. Masa lansia akhir : 56 – 65 tahun
i. Masa manula : > 65 tahun
Dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis
besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf
berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak dkk, 2007).
Pengaruh usia terhadap pengetahuan dapat dilihat dari hasil
penelitian Quizhpe dkk (2013) di Ekuador tentang perbedaan
pengetahuan dan penggunaan antibiotik diantara ibu berusia remaja (<19
tahun) dan ibu berusia dewasa. Ibu berusia dewasa menunjukkan 83,5%
memiliki kepatuhan yang benar; 28,5% mengetahui tentang resiko
penggunaan antibiotik; dan 29,3% pernah mendengar tentang resistensi
antibiotik. Sedangkan untuk ibu berusia remaja menunjukkan hasil
berturut-turut 75,4%; 15,0 % dan 19,8%. Jadi, dapat diambil kesimpulan
bahwa usia seorang ibu mempengaruhi pengetahuan dalam penggunan
antibiotik pada anak.
29
3. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan
(Mubarak dkk, 2007).
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan formal di
Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
30
c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.
Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan
dan penggunaan antibiotik terutama pada kasus ISPA, karena pendidikan
merupakan akses penting untuk memperoleh informasi dasar pendidikan
kesehatan dalam mengenali tanda dan gejala yang memerlukan perhatian
cepat ke pelayanan kesehatan dan mengadopsi pola hidup sehat untuk
menurunkan derajat morbiditas anak (Quizhpe dkk, 2013).
4. Status ekonomi
Status artinya posisi dalam suatu hierarki, atau suatu wadah bagi
hak dan kewajiban, atau aspek statis dari peranan, atau prestise yang
dikaitkan dengan suatu posisi, atau jumlah peranan ideal dari seseorang
(Soekanto, 1983 dalam Adi, 2004). Sedangkan status ekonomi adalah
kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan
pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang
disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).
Berdasarkan Pergub Jatim No. 78 Tahun 2013, Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) Malang sebesar Rp 1. 635.000 untuk Kabupaten
Malang dan Rp 1. 587.000 untuk Kota Malang. Untuk menilai status
ekonomi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan digunakan UMK
Kabupaten Malang, di mana penggolongannya sebagai berikut :
31
a) Status ekonomi tinggi jika penghasilan per bulan > Rp 1.635.000
b) Status ekonomi rendah jika penghasilan per bulan < Rp 1.635.000
Penghasilan/pendapatan tidak berpengaruh langsung terhadap
pengetahuan seseorang. Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup
besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-
fasilitas sumber informasi. Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi
yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio,
televisi, majalah, koran, dan buku (Notoatmodjo, 2003).
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang buruk akan berusaha untuk dilupakan, namun jika
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara
psikologis akan timbul kesan membekas dalam emosi sehingga
menimbulkan sikap positif (Mubarak dkk, 2007).
Pengetahuan diperoleh dengan dua cara, yakni melalui orang lain
dan melalui pengalaman diri sendiri secara langsung. Pengetahuan dari
pengalaman diperoleh dengan mempelajari pengalaman diri sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini disebut experiental reality.
Metode trial and error merupakan cara memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman langsung (Gulo, 2010).
Orang tua belajar berdasarkan kesalahan (trial and error),
melakukan kesalahan yang sama yang telah dilakukan banyak orang tua
lain, tetapi bagaimanapun mereka tetap dapat menyelesaikan tugas,
32
menjadi lebih terampil dengan bertambahnya anak (Wong dkk, 2008).
Orang tua yang tidak memiliki pengalaman terkait serangan ISPA
berulang pada anak, cenderung memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai penggunaan antibiotik pada anak (Panagakou dkk, 2012).
D. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan karakteristik demografi
orang tua yang berhubungan dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik
pada anak.
33
Faktor–faktor yang mempengaruhi
pengetahuan
Keterangan :
Variabel tidak diteliti
Variabel yang diteliti
Sumber: Notoatmodjo (2003), Mubarak dkk (2007), Alumran dkk (2013).
Bagan 2.1 Kerangka teori
Anak sakit
Benar pengertian
Benar indikasi
Tidak terjadi peresepan sendiri
Tidak terjadi kesalahan pemberian
dosis
Tidak terjadi efek samping berbahaya
Tidak terjadi resistensi
Salah satu terapi:
Antibiotik
Pengertian
Indikasi
Peresepan
Dosis
Efek samping
Resistensi
antibiotik
1. Keyakinan
2. Fasilitas
3. Sosial budaya
4. Pekerjaan
5. Minat
6. Informasi
7. Latar belakang geografi
Pengetahuan Orang Tua
8. Jenis kelamin (status orang tua)
9. Usia
10. Tingkat pendidikan
11. Penghasilan (status ekonomi)
12. Pengalaman
34
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah
karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi dan
pengalaman). Variabel dependen adalah pengetahuan orang tua dalam
pemberian antibiotik pada anak.
Bagan 3.1 Kerangka konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas, peneliti ingin mengetahui
apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua (status orang tua, usia,
pendidikan, status ekonomi dan pengalaman) dengan pengetahuan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada anak di kalangan masyarakat Dusun
Sonotengah.
Karakteristik Orang Tua :
Status orang tua
Usia
Pendidikan
Status ekonomi
Pengalaman
Pengetahuan Orang Tua
dalam Pemberian
Antibiotik pada Anak
Baik
Kurang
35
B. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan
masalah diatas:
1. Ada hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
2. Ada hubungan antara usia dengan pengetahuan orang tua dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
3. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orang tua dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
4. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
5. Ada hubungan antara pengalaman dengan pengetahuan orang tua dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).
36
Tabel 3.1 Definisi operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala
A. Variabel Independen
1. Status Orang
Tua
Hubungan
responden
dengan
anak
Satu item
pertanyaan
tentang
hubungan
responden
dengan anak
(A2)
Kuesioner 0 = Ayah
1 = Ibu
Nominal
2. Usia Waktu
kelahiran
responden
sampai
dengan
ulang tahun
terakhir
Satu item
pertanyaan
tentang usia
responden
(A1)
Kuesioner 0= 17-25 tahun
(remaja akhir)
1=26-35 tahun
(dewasa awal)
2=36-45 tahun
(dewasa akhir)
(Depkes, 2009)
Ordinal
3. Pendidikan Jenjang
pendidikan
terakhir
responden
sesuai
ijasah yang
dimiliki
Satu item
pertanyaan
tentang
pendidikan
terakhir
responden
(A3)
Kuesioner 0= Pendidikan
Dasar (SD,
SMP)
1=Pendidikan
Menengah Atas
(SMA)
2=Pendidikan
Tinggi
(Diploma, PT)
Ordinal
4. Status
ekonomi
Kedudukan
responden
berdasarkan
penghasilan
kelurga per
bulan
Satu item
pertanyaan
tentang
penghasilan
responden
(A4)
Kuesioner 0=Rendah, jika
<Rp 1.635.000
1=Tinggi, jika
>Rp 1.635.000
(UMK Malang,
2013)
Ordinal
37
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala
5. Pengalaman Riwayat
pernah atau
tidak
memberikan
antibiotik
pada anak
ketika sakit
Satu item
pertanyaan
tentang
pengalaman
memberikan
antibiotik
pada anak
sakit (A5)
Kuesioner 0=Tidak
1=Ya
Nominal
B. Variabel Dependen
1. Pengetahuan Tingkat
pemahaman
responden
tentang
pemberian
antibiotik
pada anak
meliputi
pengertian,
indikasi,
peresepan,
dosis, efek
samping
dan
resistensi
antibiotik
Pengertian
(P2, P9, P14)
Indikasi
(P1, P6)
Peresepan
(P5, P11)
Dosis
(P4, P10,
P13, P15)
Efek samping
(P3, P7)
Resistensi
(P8, P12,
P16)
Kuesioner 0 = Kurang, jika
skor <mean (10)
1 = Baik, jika
skor ≥mean (10)
Ordinal
38
BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan
menggunakan desain penelitian cross sectional. Desain cross sectional
merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/paparan
dengan penyakit (Hidayat, 2008). Rancangan penelitian ini bertujuan untuk
mengukur hubungan antara karakteristik orang tua dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmojo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini
adalah orang tua yang memiliki anak usia 1–5 tahun di Dusun Sonotengah.
Berdasarkan data Posyandu, jumlah populasi orang tua yang memiliki
anak usia 1–5 tahun di Rw 13 sebanyak 32 orang, Rw 14 sebanyak 55
orang dan Rw 15 sebanyak 40 orang sehingga total populasi adalah 127
orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).
39
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak
(Setiadi, 2007).
Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik tidak
berpasangan yaitu penelitian analitis dengan variabel independen dan
dependen berupa data kategorik dan data diambil dari kelompok atau
individu yang berbeda (Dahlan, 2010), sehingga jumlah sampel dihitung
menggunakan rumus:
n = {Z1-α/2√ + Z1-β√ }2
(P1 – P2)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan / kemaknaan α pada 2 sisi: 5 %
(1,96)
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (power) 1 – β: 80% (0,84)
P2 = Proporsi pengetahuan baik pada penelitian sebelumnya: 34%=
0,34 (Widayati, 2012)
P1-P2= Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (30% = 0,3)
P1 = P2 + (0,3)
= 0,34 + 0,3 = 0,64
P = (P1 + P2)/2 = (0,64 + 0,34)/2 = 0,49
Perhitungan sampel:
n = {Z1-α/2√ + Z1-β√ }2
(P1 – P2)2
40
={1,96√ +0,84√ }2
(0,64-0,34)2
= {1,96√ +0,84√ }2
(0,3)2
= {(1,96x0,71)+(0,84x0,67)}2
0,09
= {1,39+0,56}2
= {1,95}2
= 3,8025
0,09 0.09 0.09
= 42,25 (dibulatkan 42)
Hasil perhitungan dikalikan dua sehingga 42x2=84. Untuk
mengantisipasi responden yang drop out, maka ditambahkan 10%
(10%x84=8 orang) sehingga jumlah sampel yang diperlukan sebanyak
84+8=92 responden.
Sampel diambil dari tiga Rw (Rukun Warga) yang ada di Dusun
Sonotengah dengan pembagian sebagai berikut :
Rw 13= 32 x 92 = 23 responden
127
Rw 14= 55 x 92 = 40 responden
127
Rw 15= 40 x 92 = 29 responden
127
Maka total keseluruhan sampel adalah 23+40+29=92 responden.
41
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Sonotengah Desa Kebonagung
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada
hari Senin sampai dengan Minggu dari tanggal 26 Mei sampai 08 Juni 2014.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data
primer. Data diperoleh dengan cara mengajukan beberapa item pertanyaan
kepada responden melalui kuesioner.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa
kuesioner yang dibuat sesuai tujuan penelitian yang akan dilakukan dan
mengacu pada kerangka konsep. Kuesioner yang telah dibuat mencakup
variabel independen yaitu karakteristik orang tua (status orang tua, usia,
pendidikan, status ekonomi dan pengalaman). Sedangkan variabel
dependen adalah pengetahuan orang tua tentang pemberian antibiotik pada
anak.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua
bagian, yaitu:
a) Karakteristik responden
Bagian pertama (A) kuesioner berisi:
1) Status responden. Untuk mengetahui status responden (hubungan
responden dengan anak) terdapat satu pertanyaan bagian A nomor
42
2 di kuesioner. Penilaiannya dengan menggunakan skala nominal
yakni 0=ayah dan 1=ibu
2) Usia. Pertanyaan mengenai usia responden terdapat pada bagian A
nomor 1 di kuesioner. Usia responden dikelompokkan ke dalam 3
kategori menurut Depkes RI (2009) yaitu 0=remaja akhir (17-25
tahun), 1=dewasa awal (26-35 tahun), dan 2=dewasa akhir (36-45
tahun)
3) Pendidikan. Bagian A nomor 3 di kuesioner merupakan pertanyaan
terkait pendidikan terakhir responden. Pendidikan diklasifikasikan
menjadi 3 tingkatan, yaitu 0=Pendidikan Dasar (SD, SMP),
1=Pendidikan Menengah Atas (SMA), dan 2=Pendidikan Tinggi
(Diploma, PT)
4) Status ekonomi. Status ekonomi responden dinilai berdasarkan
penghasilan responden per bulan. Pertanyaan untuk penghasilan
responden pada bagian A nomor 4 di kuesioner. Penilaian
menggunakan skala ordinal dengan 0=Rendah, jika penghasilan
<Rp 1.635.000/bulan dan 1=Tinggi, jika penghasilan >Rp
1.635.000/bulan (berdasarkan UMK Kabupaten Malang).
5) Pengalaman. Pengalaman responden terkait pernah atau tidak
memberikan antibiotik pada anak ditanyakan pada pertanyaan
bagian A nomor 5 di kuesioner. Penilaian menggunakan skala
nominal dengan 0=Tidak dan 1=Ya.
43
b) Pengetahuan
Bagian kedua (B) kuesioner untuk menilai tingkat pengetahuan
responden mengenai pemberian antibiotik pada anak.
1) Pengertian antibiotik. Pertanyaan tentang pengertian antibiotik
terdapat pada bagian B nomor P2, P9, dan P14.
2) Indikasi antibiotik. Pertanyaan tentang indikasi antibiotik terdapat
pada bagian B nomor P1 dan P6.
3) Peresepan antibiotik. Pertanyaan tentang peresepan antibiotik
terdapat pada bagian B nomor P5 dan P11.
4) Dosis antibiotik. Pertanyaan tentang dosis antibiotik terdapat pada
bagian B nomor P4, P10, P13 dan P15.
5) Efek samping antibiotik. Pertanyaan tentang efek samping
antibiotik terdapat pada bagian B nomor P3 dan P7.
6) Resistensi antibiotik. Pertanyaan tentang resistensi antibiotik
terdapat pada bagian B nomor P8, P12, dan P16.
Total pertanyaan pada bagian B terdiri dari enam belas
pertanyaan. Penilaian menggunakan skala Guttman dengan skor
0=Salah dan 1=Benar untuk P2, P3, P10, P11, P12, P13, dan P16.
Sedangkan untuk P1, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P14, dan P15 adalah skor
0=Benar dan 1=Salah.
Uji normalitas terhadap data skoring pengetahuan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai p=0,213. Nilai p>0,05
membuktikan bahwa data tersebut memiliki distribusi normal. Oleh
karena itu, pengkategorian pengetahuan menggunakan mean bukan
44
median di mana nilai mean adalah 10. Responden yang dikategorikan
memiliki pengetahuan kurang adalah yang mempunyai skor <10,
sedangkan responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan baik
adalah yang mempunyai skor ≥10.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Proses–proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui
beberapa tahap, yaitu menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti
surat izin studi pendahuluan, surat izin uji validitas dan surat izin
penelitian. Peneliti kemudian meminta alamat seluruh orang tua yang
memiliki anak usia 1-5 tahun kepada kader Posyandu di setiap Rw.
Pemilihan alamat orang tua yang akan dijadikan sebagai calon responden
diambil secara acak dari data alamat yang diberikan oleh kader Posyandu.
Peneliti selanjutnya mendatangi rumah orang tua yang akan
dijadikan sebagai calon responden sesuai dengan alamat yang telah dipilih
sebelumnya. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada
calon responden, memberikan lembar persetujuan (informed consent)
untuk ditandatangani oleh calon responden, menjelaskan tentang cara
pengisian kuesioner, memberikan kesempatan untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner dan memberikan
waktu selama 15 menit untuk mengisi kuesioner. Kemudian responden
menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi untuk diperiksa dan
selanjutnya kuesioner diolah serta dianalisa oleh peneliti.
45
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk pengambilan
data adalah berupa kuesioner. Untuk mencegah adanya kesalahan dan data
bias, maka diperlukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner agar data
yang didapatkan bisa valid.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mampu mengukur apa yang diukur (Hidayat, 2008). Uji validitas
kuesioner menggunakan content validity dimana menggambarkan seberapa
jauh kumpulan variabel (item) yang menghasilkan indek komposit
menggambarkan satu konsep tertentu. Penilaian content validity lebih
judmental oleh ahli bukan statistik (Nurbaiti & Utomo, 2010).
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Hidayat, 2008). Uji reliabilitas
kuesioner menggunakan KR 20 (Kuder-Richardson 20) karena hanya terdapat
dua pilihan (benar/salah) dalam semua item pertanyaan kuesioner. Nilai
reliabilitas KR 20 sama dengan koefisien Alpha Cronbach (Zaman et al,
2009). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Cronbach >0,60 (Hidayat, 2008).
Kuesioner pada penelitian ini telah dinilai oleh pembimbing
penelitian, serta dapat dipahami oleh 30 orang responden dalam uji validitas
dan reliabilitas yang dilaksanakan pada tanggal 8-11 Mei 2014 di Dusun
Sekarputih Desa Pendem. Hasil uji reliabilitas pada variabel pengetahuan
orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak didapatkan nilai α=0,730.
Berdasarkan nilai tersebut, pertanyaan pada variabel pengetahuan orang tua
46
dalam pemberian antibiotik pada anak dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan
dapat diandalkan karena nilai Alpha Cronbach > 0,60.
F. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam penelitian ini pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Dalam statistik,
informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan,
terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2008). Dalam proses
pengolahan data terdapat langkah–langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali lembar observasi yang
telah diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan,
relevansi serta konsistensi jawaban responden. Data yang belum lengkap
akan dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat
itu juga.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi
dan arti suatu kode dari suatu variabel.
47
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel
kontingensi.
4. Cleaning Data
Cleaning Data yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah
dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian
pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadinya kesalahan, maka data
tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil
pengumpulan data yang dilakukan.
G. Analisa Data
Analisa data merupakan suatu cara untuk mempermudah
menginterpretasi data serta memperoleh informasi yang diperlukan untuk
proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan
tabel distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen,
di mana semua variabel merupakan data kategorik. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah karakteristik orang tua (status orang tua, usia,
pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman). Sedangkan variabel
dependennya adalah tingkat pengetahuan orang tua dalam pemberian
antibiotik pada anak.
48
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen, yaitu karakteristik orang tua
(status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman)
dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak. Dalam
penelitian ini, analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi–
Square (X2), dimana syarat uji tersebut telah terpenuhi di dalam data
penelitian ini yaitu terdiri dari data kategorik-kategorik dan tidak ada sel
yang mempunyai nilai expected kurang dari 5 (Dahlan, 2008). Dalam
penelitian ini, derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan α
sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika P value ≤ 0,05 disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara variabel yang diteliti. Sedangkan jika P
value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti.
H. Etika Penelitian
Peneliti memperhatikan prinsip–prinsip etik dalam melakukan penelitian
untuk melindungi hak responden selama penelitian (Setiadi, 2007). Prinsip
etik tersebut antara lain:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian
serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud
dan tujuan penelitian.
49
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi
subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode. Sedangkan pada lembar
persetujuan menjadi responden, hanya akan dicantumkan nama inisial.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sonotengah yang berada di
wilayah Kabupaten Malang Jawa Timur. Dusun Sonotengah, Dusun
Kebonagung, Dusun Sonosari, Dusun Sememek, dan Dusun Karangsono
merupakan bagian dari Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji. Adapun batas
wilayah Dusun Sonotengah adalah sebagai berikut:
1. sebelah barat berbatasan dengan jalan raya Sonotengah
2. sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Badut
3. sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sukun dan Desa Kendalpayak
4. sebelah utara berbatasan dengan Dusun Kebonagung
Dusun Sonotengah dipimpin oleh seorang Kepala Dusun atau yang
lebih dikenal dengan istilah “Kamituwo”. Dusun Sonotengah terdiri dari tiga
Rukun warga (Rw) yaitu Rw 13, Rw 14, dan Rw 15. Posyandu balita ada satu
pada setiap Rw sehingga jumlahnya ada tiga di Dusun Sonotengah. Rw 13
membawahi lima Rukun tetangga (Rt), Rw 14 membawahi tiga Rt, dan Rw
15 membawahi tiga Rt. Jumlah Rt di Rw 13 lebih banyak dibandingkan
dengan dua Rw lainnya dikarenakan di Rw 13 terdapat pemukiman baru yang
disebut “Kampung Baru” di mana mayoritas penduduknya adalah para
pendatang di Dusun Sonotengah (Kantor Kelurahan Kebonagung, 2014).
51
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik responden di Dusun Sonotengah yang diteliti terdiri
dari status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman
dalam pemberian antibiotik pada anak. Responden dalam penelitian ini
merupakan orang tua yang memiliki anak usia 1-5 tahun dan tinggal di
Dusun Sonotengah. Keseluruhan jumlah responden adalah 92 orang. Data
karakteristik responden disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase. Data secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
a. Status Orang Tua
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa status orang tua yang
menjadi responden terdiri dari 30 orang ayah (32,6%) dan 62 orang ibu
(67,4%).
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Orang tua
di Dusun Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
No. Status Responden Jumlah Persentase (%)
1.
2.
Ayah
Ibu
30
62
32,6
67,4
Total 92 100,0
b. Usia
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden yang berusia
17-25 tahun (remaja akhir) sebesar 27 orang (29,4%) dan responden
yang berusia 36-45 tahun (dewasa akhir) sebesar 28 orang (30,4%).
52
Usia responden paling banyak adalah 26-35 tahun (dewasa awal)
sebesar 37 orang (40,2%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
di Dusun Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1.
2.
3.
Remaja Akhir (17-25 tahun)
Dewasa Awal (26-35 tahun)
Dewasa Akhir (36-45 tahun)
27
37
28
29,4
40,2
30,4
Total 92 100,0
c. Pendidikan
Rata-rata pendidikan terakhir responden adalah lulusan SMA
yakni sebanyak 43 orang (46,7%). Responden dengan pendidikan dasar
(SD, SMP) sebanyak 38 orang (41,3%) dan pendidikan tinggi
(Diploma, Sarjana) sebanyak 11 orang (12,0%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
di Dusun Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
No. Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1.
2.
3.
Dasar (SD, SMP)
Menengah Atas (SMA)
Tinggi (Diploma, Sarjana)
38
43
11
41,3
46,7
12,0
Total 92 100,0
d. Status Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 53 orang
(57,6%) responden memiliki status ekonomi rendah, sedangkan 39
orang (42,4%) responden memiliki status ekonomi tinggi.
53
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Ekonomi
di Dusun Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
No. Status Ekonomi Jumlah Presentase (%)
1.
2.
Rendah
Tinggi
53
39
57,6
42,4
Total 92 100,0
e. Pengalaman Pemberian Antibiotik Pada Anak
Tabel di bawah ini memperlihatkan bahwa sebanyak 13
responden (14,1%) tidak pernah memberikan antibiotik pada anak,
sedangkan mayoritas responden mengaku pernah memberikan
antibiotik pada anak yakni sebanyak 79 orang (85,9%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman
Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah
Tahun 2014
(n=92)
No. Pengalaman Jumlah Presentase (%)
1.
2.
Tidak
Ya
13
79
14,1
85,9
Total 92 100,0
2. Pengetahuan Tentang Pemberian Antibiotik Pada Anak
a. Tingkat Pengetahuan Responden
Pengkategorian pengetahuan menggunakan mean di mana nilai
mean adalah 10. Responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan
kurang adalah yang mempunyai skor <10, sedangkan responden yang
dikategorikan memiliki pengetahuan baik adalah yang mempunyai
54
skor ≥10. Berdasarkan kategori tersebut maka hasil penelitian terhadap
pengetahuan responden diperoleh sebagai berikut:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah
Tahun 2014
(n=92)
No. Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
1.
2.
Kurang
Baik
43
49
46,7
53,3
Total 92 100,0
Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 43 responden
(46,7%) memiliki pengetahuan kurang dan 49 responden (53,3%)
memiliki pengetahuan baik.
b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Jawaban responden terhadap setiap item pertanyaan pada lembar
kuesioner disajikan pada tabel di bawah ini:
55
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Kuesioner
Pengetahuan
(n=92)
No. Item Pertanyaan Salah Benar
n % n %
1. Pengertian Antibiotik
P2
P9
P14
8
52
57
8,7
56,5
62,0
84
40
35
91,3
43,5
38,0
2. Indikasi Antibiotik
P1
P6
66
70
71,7
76,1
26
22
28,3
23,9
3. Peresepan Antibiotik
P5
P11
36
14
39,1
15,2
56
78
60,9
84,8
4. Dosis Antibiotik
P4
P10
P13
P15
44
14
28
23
47,8
15,2
30,4
25,0
48
78
64
69
52,2
84,8
69,6
75,0
5. Efek Samping Antibiotik
P3
P7
21
44
22,8
47,8
71
48
77,2
52,2
6. Resistensi Antibiotik
P8
P12
P16
37
18
20
40,2
19,6
21,7
55
74
72
59,8
80,4
78,3
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada pengertian antibiotik,
sebanyak 91,3% menjawab dengan benar bahwa antibiotik dapat
mengobati infeksi bakteri (P2), sedangkan 56,5% menjawab dengan salah
bahwa antibiotik dapat mengobati infeksi virus (P9), dan 62,0% juga
menjawab dengan salah bahwa antibiotik dapat menyembuhkan semua
jenis infeksi (P14). Pada indikasi antibiotik, sebanyak 71,7% menjawab
dengan salah bahwa antibiotik harus segera diberikan ketika anak demam
56
(P1) dan 76,1% juga menjawab dengan salah bahwa antibiotik sangat
diperlukan ketika anak sakit (radang) tenggorokan (P6).
Pada peresepan antibiotik didapatkan sebanyak 31,9% menjawab
dengan salah bahwa antibiotik boleh dibeli sendiri di apotek tanpa resep
dokter (P5) dan 84,8% menjawab dengan benar bahwa antibiotik harus
menggunakan resep dokter (P11). Untuk dosis antibiotik, sebanyak 84,8%
responden menjawab dengan benar bahwa antibiotik bentuk sirup harus
diberikan dengan menggunakan sendok/pipet khusus (P10). Tetapi 47,8%
dan 25,0% menjawab dengan salah bahwa antibiotik bentuk sirup boleh
diberikan menggunakan takaran sendok teh (P4) dan boleh diberikan
menggunakan takaran sendok makan (P15). Adapun yang menjawab
dengan benar bahwa antibiotik harus dihabiskan adalah sebesar 69,6%
(P13).
Pada efek samping antibiotik diperoleh sebanyak 47,8% menajawab
dengan salah bahwa antibiotik tidak menimbulkan efek samping apa pun
(P7), sedangkan 77,2% menjawab dengan benar bahwa anak dapat alergi
pada antibiotik yang diberikan (P3). Pada pertanyaan resistensi antibioitk,
sebanyak 80,4% menjawab dengan benar bahwa pemberian antibiotik
tanpa alasan yang kurang tepat akan menyebabkan kuman kebal terhadap
antibiotik (P12) dan sebanyak 78,3% juga menjawab dengan benar bahwa
pemberian antibiotik dengan dosis yang kurang tepat akan membuat
kuman kebal terhadap antibiotik (P16). Sedangkan 40,2% menjawab
dengan salah bahwa pemberian sisa antibiotik pada gejala sakit yang sama
pada anak tidak akan menyebabkan kuman kebal terhadap antibiotik (P8).
57
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square
(X2) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua
(status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
Hasil analisis data diperoleh sebagai berikut:
1. Hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah
Tabel 5.8
Analisis Hubungan Antara Status Orang Tua Dengan Pengetahuan
Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah
(n=92)
Status
Orang
Tua
Pengetahuan
Total % P
Value OR Kurang Baik
n % n %
Ayah
Ibu
8
35
26,7
56,5
22
27
73,3
43,5
30
62
100,0
100,0 0,007 0,281
Total 43 46,7 49 53,3 92 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 orang ayah yang menjadi
responden, sebanyak 8 orang (26,7%) memiliki pengetahuan kurang dan
22 orang (73,3%) memiliki pengetahuan baik. Responden yang berstatus
sebagai ibu menunjukkan bahwa 35 orang (56,5%) berpengetahuan
kurang dan 27 orang (43,5%) berpengetahuan baik. Hasil uji Chi Square
(X2) menunjukkan bahwa nilai P value ≤ 0,05 yakni 0,007 yang berarti
bahwa ada hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
58
Analisis kekuatan hubungan antara dua variabel menggunakan
odds ratio (OR). Nilai (OR) berkisar antara 0 dan ∞. Apabila kategori
baris dan kategori kolom saling bebas, maka nilai OR adalah 1. Apabila
nilai OR>1, berarti individu-individu pada baris pertama lebih besar
kemungkinannya bernilai kategori kolom 1 daripada individu-individu
pada baris kedua. Sedangkan apabila nilai OR<1, berarti individu-individu
pada baris pertama lebih kecil kemungkinannya bernilai kategori kolom 1
daripada individu-individu pada baris kedua (Saefuddin, 2008). Dalam
penelitian ini, nilai OR pada status orang tua diperoleh sebesar 0,281.
Maka dapat disimpulkan bahwa ayah 0,281 kali lebih kecil
kemungkinannya memiliki pengetahuan yang kurang daripada ibu.
2. Hubungan antara usia responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah
Tabel 5.9
Analisis Hubungan Antara Usia Responden Dengan Pengetahuan
Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah
(n=92)
Usia
Pengetahuan
Total % P
Value Kurang Baik
n % n %
Remaja Akhir
Dewasa Awal
Dewasa Akhir
18
14
11
66,7
37,8
39,3
9
23
17
33,3
62,2
60,7
27
37
28
100,0
100,0
100,0 0,047
Total 43 46,7 49 53,3 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan
usia remaja awal (17-25 tahun) yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 18 orang (66,7%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 9 orang (33,3%). Responden dengan usia dewasa awal (26-35
59
tahun) yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 orang (37,8%),
sedangkan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 23 orang (62,2%).
Responden dengan usia dewasa akhir (36-45 tahun) yang memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (39,3%), sedangkan yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 orang (60,7%). Dari hasil uji Chi
Square (X2) diperoleh bahwa nilai P value ≤ 0,05 yakni 0,047 yang
berarti bahwa ada hubungan antara usia orang tua dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
3. Hubungan antara pendidikan responden dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak
Tabel 5.10
Analisis Hubungan Antara Pendidikan Responden Dengan
Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun
Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
Pendidikan
Pengetahuan
Total % P Value Kurang Baik
n % n %
Dasar
Menengah Atas
Tinggi
25
16
2
65,8
37,2
18,2
13
27
9
34,2
62,8
81,8
38
43
11
100.0
100,0
100,0 0,005
Total 43 46,7 49 53,3 92 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden lulusan pendidikan
dasar (SD, SMP) yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 25 orang
(65,8%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 13 orang
(34,2%). Responden lulusan pendidikan menengah atas (SMA) yang
memiliki pengetahuan kurang sejumlah 16 orang (37,2%), sedangkan
yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 27 orang (62,8%). Responden
lulusan pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana) yang memiliki pengetahuan
60
kurang sejumlah 2 orang (18,2%), sedangkan yang memiliki pengetahuan
baik sejumlah 9 orang (81,8%). Hasil uji Chi Square (X2) menunjukkan
bahwa nilai P value ≤ 0,05 yakni 0,005 yang berarti bahwa ada hubungan
antara pendidikan orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian
antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
4. Hubungan antara status ekonomi responden dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak
Tabel 5.11
Analisis Hubungan Antara Status Ekonomi Responden Dengan
Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun
Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
Status
Ekonomi
Pengetahuan
Total % P Value Kurang Baik
n % n %
Rendah
Tinggi
28
15
52,8
38,5
25
24
47,2
61,5
53
39
100,0
100,0 0,172
Total 43 46,7 49 53,3 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, responden dengan status ekonomi rendah
yang berpengetahuan kurang sebanyak 28 orang (52,8%) dan yang
berpengetahuan baik sebanyak 25 orang (47,2%). Sedangkan responden
dengan status ekonomi tinggi yang berpengetahuan kurang sebanyak 15
orang (38,5%) dan yang berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (61,5%).
Hasil uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa nilai P value > 0,05 yakni
0,172 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi orang
tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun
Sonotengah.
61
5. Hubungan antara pengalaman responden dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak
Tabel 5.12
Analisis Hubungan Antara Pengalaman Responden Dengan
Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun
Sonotengah Tahun 2014
(n=92)
Pengalaman
Pengetahuan
Total % P
Value Kurang Baik
n % n %
Tidak
Ya
8
35
61,5
44,3
5
44
38,5
55,7
13
79
100,0
100,0 0,248
Total 43 46,7 49 53,3 92 100,0
Responden yang tidak pernah memberikan antibiotik pada anak
menunjukkan bahwa yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 8
orang (61,5%), sedangkan yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 5
orang (38,5%). Responden yang memiliki pengalaman pernah
memberikan antibiotik pada anak menunjukkan bahwa yang
berpengetahuan kurang sebanyak 35 orang (44,3%) dan yang
berpengetahuan baik sebanyak 44 orang (55,7%). Dari hasil uji Chi
Square (X2) diperoleh bahwa nilai P value > 0,05 yakni 0,248 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
62
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada uraian di bawah ini, penulis akan membahas hasil penelitian
hubungan karakteristik orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik
pada anak di Dusun Sonotengah. Interprestasi dan diskusi hasil membahas tentang
kesenjangan maupun kesesuaian antara hasil penelitian yang dilakukan dengan
hasil penelitian terkait disertai teori yang mendasarinya. Di bawah ini juga
dibahas tentang keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
A. Pembahasan Univariat
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden yang dibahas meliputi status orang tua,
usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman dalam pemberian
antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
a. Status Orang Tua
Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 32,6% responden
berstatus sebagai ayah dan 67,4% responden berstatus sebagai ibu.
Partisipasi ibu dalam menjadi responden lebih tinggi karena mayoritas
ibu di Dusun Sonotengah merupakan ibu rumah tangga. Mereka lebih
sering berada di rumah sehingga mudah untuk ditemui dan dijadikan
sebagai responden.
Ayah dan ibu, keduanya memiliki peran penting dalam keluarga.
Menurut Effendy (1998), ayah berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa nyaman, dan sebagai kepala
63
keluarga. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, serta pelindung dan pencari
nafkah tambahan dalam keluarga. Berdasarkan observasi peneliti di
Dusun Sonotengah, peran pengasuhan anak lebih didominasi oleh ibu
daripada ayah di mana sebenarnya kontribusi ayah dalam pengasuhan
anak juga sangat diperlukan.
Ayah memiliki posisi yang sama pentingnya dengan peran ibu
dalam perkembangan anak. Keterlibatan ayah tidak sekedar
keikutsertaan dalam menangani dan merawat anak, hubungan kasih
sayang ayah-anak, serta tanggung jawab ekonomi saja, tetapi meliputi
keberadaan ayah secara figur serta perilaku keteladanan yang
dicontohkan dalam keluarga (Erawati, 2009).
b. Usia
Menurut Wong (2008), usia yang paling memuaskan untuk
membesarkan anak adalah antara 18 sampai 35 tahun. Dalam penelitian
ini, usia tersebut mencakup kelompok remaja akhir dan dewasa awal, di
mana jumlah responden yang berada pada dua kelompok usia tersebut
cukup banyak. Orang tua yang termasuk kelompok remaja akhir (17-25
tahun) sebesar 29,4% dan yang termasuk kelompok dewasa awal (26-35
tahun) sebesar 40,2%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-
rata orang tua di Dusun Sonotengah berada pada usia yang paling
memuaskan untuk membesarkan anak.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan yang diungkapkan oleh
Erikson (1963) dan Santrock (1999), di mana rata-rata orang tua di
64
Dusun Sonotengah berada pada usia yang sesuai dengan tugas
perkembangannya. Menurut Erikson (1963), seseorang pada usia 19-25
tahun berada pada tahapan intimasi versus isolasi. Individu mudah
mencari hubungan dengan orang lain untuk mendapatkan rasa saling
berbagi, saling mengasihi, dan keintiman. Pada kisaran usia ini,
seseorang biasanya memutuskan untuk menikah kemudian mempunyai
anak sehingga berganti peran menjadi orang tua. Namun jika individu
tidak mampu berbagi hubungan yang erat dan merasa nyaman dalam
hubungan yang akrab dapat mempunyai rasa isolasi dari teman-teman
atau anggota keluarga (Christensen & Kenney 2009). Demikian pula
yang dikatakan oleh Santrock (1999) bahwa seseorang yang berada
pada usia 20-40 tahun, penampilan fisiknya benar-benar matang
sehingga siap melakukan tugas-tugas orang dewasa seperti bekerja,
menikah dan mempunyai anak (Dariyo, 2003).
c. Pendidikan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 46,7% responden
merupakan lulusan SMA (pendidikan menengah atas) dan 41,3%
merupakan lulusan SD dan SMP (pendidikan dasar). Keterbatasan biaya
menjadi alasan utama tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat
selanjutnya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata penghasilan masyarakat
Dusun Sonotengah yang kurang dari Rp 1.635.000/bulan. Tidak dapat
dipungkiri jika pendidikan tergantung pada penghasilan, sebagaimana
penelitian Rahmawati (2012) yang menyatakan bahwa penghasilan
65
orang tua berpengaruh terhadap pendidikan anak pada masyarakat
nelayan di Desa Penjajap Kecamatan Pemangkat.
Adapun responden yang merupakan lulusan diploma atau
sarjana (pendidikan tinggi) sebanyak 12,0%. Berdasarkan pengamatan
peneliti, mayoritas responden di Dusun Sonotengah yang lulusan
diploma atau sarjana merupakan pendatang di Dusun tersebut bukan
penduduk asli. Penduduk asli kebanyakan merupakan lulusan SD, SMP,
dan SMA bahkan angka lulusan SD dan SMP masih cukup tinggi. Oleh
karena itu perlu adanya dorongan untuk meningkatkan pendidikan di
Dusun Sonotengah karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka
akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Mubarak dkk,
2007).
d. Status Ekonomi
Menurut Notoatmodjo (2003), bila seseorang berpenghasilan
cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli
fasilitas-fasilitas sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
Namun, sebanyak 57,6% responden merupakan kategori status ekonomi
rendah yakni berpenghasilan kurang dari Rp 1.635.000/bulan (UMK
Kabupaten Malang) dan hanya 42,4% yang masuk kategori status
ekonomi tinggi. Melihat data tersebut, maka orang tua di Dusun
Sonotengah memiliki peluang kecil untuk mampu menyediakan fasilitas
sumber informasi.
66
Selain itu, berdasarkan teori Abraham Maslow (1908-1970)
tentang lima tingkat kebutuhan manusia, manusia akan mencoba
memenuhi kebutuhan paling dasar terlebih dahulu baru kebutuhan yang
lebih tinggi (Asmadi, 2008). Oleh karena itu, orang tua di Dusun
Sonotengah yang memiliki status ekonomi rendah akan mengutamakan
kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan dibandingkan
kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan. Hal ini didukung pula
oleh kebutuhan dasar mereka yang semakin meningkat dengan adanya
anak usia 1-5 tahun dalam keluarga.
e. Pengalaman Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak
Berdasarkan hasil penelitian, 14,1% responden tidak memiliki
pengalaman pernah memberikan antibiotik pada anak, sedangkan
85,9% mengaku pernah memberikan antibiotik pada anak. Orang tua di
Dusun Sonotengah yang pernah memberikan antibiotik pada anak, akan
berpeluang memberikan kembali antibiotik tersebut ketika anak mereka
sakit. Hal ini sebagaimana penelitian Abu Romman (2013) yang
melaporkan bahwa sekitar 40% orang tua di Amman yang memberikan
antibiotik pada anak mereka adalah berdasarkan pengalaman
penggunaan antibiotik sebelumnya. Mereka menggunakan antibiotik
tersebut kembali karena pada penggunaan sebelumnya antibiotik
tersebut efektif menyembuhkan anak mereka yang sakit. Dan sekitar
65% responden mengatakan bahwa mereka memberikan antibiotik pada
anak mereka tiga kali dalam setahun.
67
Berdasarkan data di atas, mayoritas orang tua di Dusun
Sonotengah memiliki pengalaman pernah memberikan antibiotik pada
anak. Kemungkinan besar mereka akan memiliki pengetahuan yang
baik tentang antibiotik sebagaimana pendapat Dariyo (2003) bahwa
semakin seseorang mempunyai banyak pengalaman, ia akan semakin
mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Maka dapat
diasumsikan bahwa orang tua yang memiliki pengalaman pernah
memberikan antibiotik pada anak akan berusaha mencari informasi
mengenai penggunaan antibiotik pada anak mereka. Informasi tersebut
terutama mengenai dosis, cara pemberian, dan indikasi pengobatan
antibiotik (Hadinegoro, 2002).
2. Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak
a. Tingkat Pengetahuan Responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 46,7%
responden memiliki pengetahuan kurang dan 53,3% responden
memiliki pengetahuan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa rata-rata orang
tua di Dusun Sonotengah memiliki pengetahuan yang baik tentang
pemberian antibiotik pada anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Widayati (2012), Sudiarto (2012) dan Moorthy (2013) di
mana masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang antibiotik
lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan kurang.
Orang tua di Dusun Sonotengah yang memiliki pengetahuan
kurang sangat perlu untuk mendapatkan edukasi, terutama tentang
pemberian antibiotik pada anak. Perawat sebagai pendidik sangat
68
diperlukan kontribusinya dalam meningkatkan pengetahuan orang tua
di Dusun Sonotengah, baik secara langsung dengan memberi
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara tidak
langsung dengan menolong orang tua memahami pengobatan dan
perawatan anaknya. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat
melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan, serta
sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit
(Supartini, 2004).
b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
mengetahui jika antibiotik dapat mengobati infeksi bakteri pada anak
(91,3%). Tetapi masih cukup banyak juga responden yang menjawab
salah dengan menganggap antibiotik dapat mengobati infeksi virus pada
anak (56,5%) dan dapat mengobati semua jenis infeksi baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur (62,0%). Keterbatasan
informasi mengenai penyebab infeksi membuat orang tua beranggapan
bahwa semua jenis infeksi bisa diobati dengan antibiotik. Hal ini
tampak dari kebingungan responden ketika mengisi kuesioner pada
ketiga item pertanyaan tersebut.
Responden yang menjawab salah pernyataan tentang indikasi
antibiotik masih cukup banyak di mana 71,7% menganggap antibiotik
harus segera diberikan ketika anak demam dan 76,1% menganggap
antibiotik sangat perlu diberikan kepada anak yang sakit radang
tenggorokan. Pengetahuan yang kurang memadai tentang indikasi
69
penggunaan antibiotik ini akan memicu perilaku pemberian antibiotik
yang kurang tepat pada anak sebagaimana penelitian Rinjani (2012)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orang tua
terhadap perilaku pemberian antibiotik pada anak balita penderita ISPA
di Puskesmas Depok Jaya.
Adapun sebanyak 47,8% responden tidak mengetahui bahwa
antibiotik yang diberikan kepada anak dapat menimbulkan efek
samping. Pemahaman ini yang mungkin membuat responden
menganggap bahwa antibiotik boleh diberikan secara bebas kepada
anak. Hal ini dapat dilihat dari 39,1% responden yang menyatakan
bahwa antibiotik dapat dibeli sendiri di apotek tanpa resep dokter.
Padahal penggunaan antibiotik harus berdasarkan resep dokter
(Permenkes, 2011).
Berdasarkan jawaban responden, sebanyak 84,8% menjawab
dengan benar bahwa antibiotik bentuk sirup harus diberikan kepada
anak menggunakan sendok/pipet khusus untuk sirup antibiotik. Tetapi
sebanyak 47,8% menjawab dengan salah bahwa antibiotik bentuk sirup
boleh diberikan pada anak menggunakan takaran sendok teh dan boleh
diberikan menggunakan takaran sendok makan (25,0%). Sedangkan
berdasarkan penelitian Falagas dkk (2010) diperoleh bahwa sendok teh
dan sendok makan bukan alat pengukur dosis yang reliabel, dan tidak
disarankan untuk menggunakannya dalam mengukur dosis obat bentuk
sirup.
70
Sebanyak 80,4% responden menjawab dengan benar bahwa
dapat terjadi resistensi antibiotik jika indikasi pemberian antibiotik
tidak benar dan sebanyak 78,3% responden juga menjawab dengan
benar bahwa dapat terjadi resistensi antibiotik jika dosis pemberian
antibiotik tidak tepat. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden mengetahui tentang resistensi antibiotik.
Tetapi yang menjadi masalah adalah mereka belum mengetahui dengan
benar tentang indikasi dan dosis pemberian antibiotik yang tepat. Hal
ini dapat dilihat dari jawaban responden bahwa antibiotik harus segera
diberikan ketika anak demam (71,7%) dan radang tenggorokan
(76,1%), serta boleh memberikan antibiotik pada anak dengan
menggunakan takaran sendok teh (47,8%) dan sendok makan (25,0%).
B. Pembahasan Bivariat
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hasil analisa hubungan
karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi,
dan pengalaman) dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak.
Secara lebih jelas akan dibahas sebagai berikut:
1. Hubungan status orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian
antibiotik pada anak
Hasil uji Chi Square (X2) memperlihatkan nilai p=0,007,
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara status orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Widayati (2012) yang
menyatakan bahwa pengetahuan responden laki-laki tentang antibiotik
71
lebih baik dibandingkan dengan responden perempuan. Dari hasil analisa
kekuatan hubungan antara dua variabel didapatkan nilai odds ratio 0,281.
Angka ini menunjukkan bahwa ayah 0,281 kali lebih kecil
kemungkinannya memiliki pengetahuan yang kurang daripada ibu. Hal ini
bisa dilihat dari persentase ayah di Dusun Sonotengah yang memiliki
pengetahuan baik lebih banyak daripada ibu. Jumlah ayah di Dusun
Sonotengah yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 73,3% sedangkan
jumlah ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 43,5%.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Panagakou (2012) di
Yunani, di mana ayah lebih beresiko memiliki pengetahuan yang kurang
tentang antibiotik dibandingkan dengan ibu karena seorang ayah tidak
berpartisipasi sebanyak ibu dalam pengasuhan anak–anak mereka
sehingga seorang ayah cenderung kurang mencari informasi terkait
masalah kesehatan anaknya (Panagakou, 2012). Berdasarkan pengamatan
peneliti, meskipun ayah di Dusun Sonotengah juga kurang berkontribusi
dalam pengasuhan anak tetapi mereka sangat peduli dalam perawatan
anak-anaknya ketika sakit. Ayah juga lebih banyak memperoleh informasi
tentang kesehatan anaknya daripada ibu karena ayah bekerja di luar
rumah sehingga lebih terpapar untuk memperoleh informasi. Sedangkan
mayoritas pekerjaan ibu di Dusun Sonotengah merupakan ibu rumah
tangga yang lebih sering berada di rumah. Lingkungan sosial ibu terbatas
hanya di sekitar rumah dan proses pertukaran informasi tentang kesehatan
sering terjadi antar ibu ketika sedang berkumpul. Akan tetapi informasi
tentang kesehatan yang disampaikan antar ibu ini terkadang kurang tepat
72
kebenarannya karena tidak diperoleh dari sumber informasi yang jelas dan
terpercaya.
2. Hubungan usia orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian
antibiotik pada anak
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden usia
remaja awal (17-25 tahun) yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
33,3%. Sedangkan responden dengan usia dewasa awal (26-35 tahun)
yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 62,2% dan responden dengan
usia dewasa akhir (36-45 tahun) yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 60,7%. Data tersebut menunjukkan bahwa orang tua di Dusun
Sonotengah yang berusia dewasa memiliki pengetahuan lebih baik
dibandingkan dengan orang tua berusia remaja. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Quizhpe (2013) di Ekuador, di mana ibu berusia
dewasa memiliki pengetahuan lebih baik tentang penggunaan antibiotik
pada anak dibandingkan dengan ibu berusia remaja (<19 tahun).
Perbedaan signifikan di antara ibu berusia dewasa dan ibu berusia remaja
ditemukan pada tingkat kepatuhan pengobatan, pengetahuan tentang
resiko penggunaan antibiotik, dan pengetahuan tentang resistensi
antibiotik.
Hasil uji Chi Square (X2) memperlihatkan nilai p=0,047 yang
membuktikan bahwa ada hubungan antara usia orang tua dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Mubarak dkk (2007) bahwa
dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
73
psikis dan psikologis (mental), di mana pada aspek psikologis (mental)
taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Selain itu, kapasitas
kognitif orang dewasa tergolong masa operasional formal, bahkan
kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal di mana taraf ini
menyebabkan orang dewasa mampu memecahkan masalah yang
kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional (Dariyo,
2003).
3. Hubungan pendidikan orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lulusan pendidikan
dasar (SD, SMP) yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 34,2%.
Adapun responden lulusan pendidikan menengah atas (SMA) yang
memiliki pengetahuan baik sejumlah 62,8% dan responden lulusan
pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana) yang memiliki pengetahuan baik
sejumlah 81,8%. Data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan orang tua di Dusun Sonotengah, maka semakin baik pula
pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
Widayati (2012) di mana responden yang berpendidikan tinggi memiliki
pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan responden yang
berpendidikan rendah.
Hasil uji Chi Square (X2) diperoleh nilai p=0,005, membuktikan
bahwa ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan pengetahuan
dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. Pendidikan
sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang seperti yang
74
dinyatakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula intelektualnya. Seseorang
yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang berpendidikan menengah dan rendah.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia, di mana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
berkualitas hidupnya.
4. Hubungan status ekonomi orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan status
ekonomi rendah yang berpengetahuan baik sebanyak 47,2% dan
responden dengan status ekonomi tinggi yang berpengetahuan baik
sebanyak 61,5%. Data tersebut memperlihatkan bahwa orang tua di
Dusun Sonotengah yang berstatus ekonomi tinggi berbanding lurus
dengan pengetahuan yang dimiliki. Apabila seseorang berpenghasilan
cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli
fasilitas-fasilitas sumber informasi (Notoatmodjo, 2003). Akan tetapi jika
fasilitas-fasilitas tersebut tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin atau
tidak menyediakan informasi terkait pemberian antibiotik pada anak,
maka pengetahuan tentang hal tersebut tetap tidak bisa didapatkan.
Hasil uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa nilai signifikansi
p=0,172 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi
orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di
Dusun Sonotengah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
75
Panagakou (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
penghasilan dengan pengetahuan orang tua dalam penggunaan antibiotik
pada anak, di mana orang tua dengan penghasilan tinggi lebih baik
pengetahuannya dibandingkan dengan orang tua yang berpenghasilan
sedang dan rendah. Perbedaan ini mungkin karena status ekonomi orang
tua dalam penelitian ini hanya terbagi menjadi rendah dan tinggi sehingga
terdapat kemungkinan penghasilan responden yang masuk kategori status
ekonomi rendah dan status ekonomi tinggi tidak terpaut jauh selisihnya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, rata-rata penghasilan orang tua Di
Dusun Sonotengah berkisar antara Rp 1.000.000-Rp 2.000.000/bulan,
sedangkan batas pengkategorian status ekonomi rendah dan tinggi adalah
penghasilan Rp 1.635.000/bulan.
5. Hubungan pengalaman orang tua dengan pengetahuan dalam
pemberian antibiotik pada anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38,5% responden
yang tidak memiliki pengalaman pernah memberikan antibiotik pada anak
mempunyai pengetahuan baik. Sedangkan responden yang pernah
memberikan antibiotik pada anak memperlihatkan bahwa 55,7% yang
memiliki pengetahuan baik. Dari hasil uji Chi Square (X2) diperoleh nilai
p=0,248 yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara
pengalaman orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik
pada anak di Dusun Sonotengah. Hal ini berbeda dengan pendapat Gulo
(2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman diri sendiri secara langsung, di mana metode trial and error
76
merupakan cara memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung.
Perbedaan ini karena orang tua di Dusun Sonotengah tidak menyadari
terjadinya error (kesalahan) dalam pengalaman mereka selama pemberian
antibiotik pada anak. Mereka belum mengetahui dengan benar tentang
penggunaan antibiotik yang tepat untuk anak meliputi indikasi, dosis, dan
efek samping antibiotik. Anak juga tidak mengalami dampak penggunaan
antibiotik yang kurang tepat secara langsung sehingga orang tua kurang
perhatian untuk mencari informasi terkait penggunaan antibiotik. Oleh
karena itu, mereka tidak memperoleh pengetahuan yang baru dari
pengalamannya tersebut.
Selain itu, orang tua yang terbiasa menghadapi anak sakit ringan
cenderung tidak memiliki perhatian terhadap apa yang diberikan kepada
anak sebagaimana dalam penelitian Walsh (2007) yang menyatakan
bahwa pengalaman orang tua terhadap anak demam biasa akan
mengurangi perhatian terhadap demam, pemanfaatan pelayanan kesehatan
dan penggunaan antipiretik dibandingkan dengan anak yang mengalami
demam kejang. Begitu pula orang tua di Dusun Sonotengah yang
memiliki pengalaman pernah merawat anak sakit demam atau radang
tenggorokan. Mereka memberikan antibiotik pada anaknya yang sakit dan
anaknya bisa sembuh setelah mengkonsumsi antibiotik. Berdasarkan
pengalaman tersebut, orang tua beranggapan bahwa antibiotik sangat
diperlukan ketika anak sakit demam dan radang tenggorokan sehingga
mereka akan mengulangi kembali pemberian antibiotik setiap kali anak
mereka sakit. Mereka mengambil keputusan pengobatan sesuai dengan
77
pengalaman positif sebelumnya tanpa berusaha mencari informasi yang
benar mengenai indikasi pemberian antibiotik pada anak. Maka dari itu,
pengetahuan orang tua tentang pemberian antibiotik pada anak tidak
mengalami peningkatan meskipun mereka memiliki pengalaman
sebelumnya.
C. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa kuesioner dibuat sendiri
oleh peneliti sehingga tidak memiliki standar yang baku baik secara
nasional maupun internasional.
2. Pernyataan yang digunakan di dalam instrumen penelitian merupakan
pernyataan tertutup, sehingga bisa jadi instrumen dalam penelitian ini
belum mampu mewakili apa yang diketahui dan dirasakan oleh responden.
78
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan karakteristik responden didapatkan data terbanyak yaitu
status orang tua sebagai ibu (67,4%), usia dewasa awal yakni 26-35 tahun
(40,2%), pendidikan menengah atas (SMA) (46,7%), status ekonomi
rendah (57,6%), dan memiliki pengalaman pernah memberikan antibiotik
pada anak (85,9%).
2. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 53,3% dan yang
memiliki pengetahuan kurang sebesar 46,7%. Jadi mayoritas orang tua di
Dusun Sonotengah memiliki pengetahuan baik tentang pemberian
antibiotik pada anak.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dua variabel ternyata tidak
dapat membuktikan adanya hubungan yang bermakna dengan
pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak yaitu status ekonomi
(p=0,172) dan pengalaman (p=0,248).
4. Adapun tiga variabel yang lain yaitu status orang tua (p=0,007), usia
(p=0,047), dan pendidikan (p=0,005) secara statistik dapat membuktikan
adanya hubungan yang signifikan dengan pengetahuan dalam pemberian
antibiotik pada anak. Nilai odds ratio (OR) status orang tua
memperlihatkan bahwa ayah 0,281 kali lebih kecil kemungkinannya
memiliki pengetahuan yang kurang daripada ibu.
79
B. Saran
1. Bagi Masyarakat Dusun Sonotengah
Disarankan perlu adanya kesadaran bagi para orang tua untuk berusaha
mencari informasi terkait pemberian antibiotik pada anak supaya
pengetahuan yang masih kurang bisa menjadi lebih baik.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi landasan bagi pendidikan
keperawatan dalam memberikan edukasi terhadap orang tua, terutama
tentang indikasi, dosis, dan efek samping antibiotik guna meningkatkan
pengetahuan mengenai pemberian antibiotik pada anak.
3. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pemerintah
untuk menetapkan suatu kebijakan terkait penggunaan dan perdagangan
antibiotik supaya tidak dijual secara bebas di masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan
orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak misalnya dengan studi
komparatif antara pengetahuan orang tua yang tinggal di pedesaan dan
orang tua yang tinggal di perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Romman, Hala A. Hussien. 2013. Patterns of Antibiotics Use among
Children. International Journal of Medicine and Medical Sciences. Vol.
5(6): 264-272.
Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.
Alumran, Arwa, Xiang Yu Hou and Cameron Hurst. 2013. “Assesing the overuse
of antibiotcs in children in Saudi Arabia: validation of the parental
perception on antibiotics scale (PAPA scale)”, Health and Quality of Life
Outcomes, 11:39.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily Lynn & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Center of Disease Control and Prevention (CDC).
http://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013/) diperoleh tanggal
16 Maret 2014.
Chan G. C and Tang S.F, 2006. “Parental Knowledge, attitudes, and antibiotic
use for Acute Upper Respiratory Tract Infection in Children Attending a
Primary Healthcare Clinic in Malaysia”, Singapore Med J, 47 (4) : 266.
Christensen, Paula J. & Kenney, Janet W. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi
Model Konseptual. Jakarta: EGC.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan:
Deskriptiv, Bivarita, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan
Menggunakan SPSS Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
____________________. 2010. Besar Sample dan Cara Pengambilan Sampel
dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: P.
Grasindo Anggota
Darmansjah, Iwan. 2008. “Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak”, Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 10.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
http://www.depkes.go.id diperoleh tanggal 02 Maret 2014.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Erawati, Muna. 2009. Model Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan.
http://eprints.stainsalatiga.ac.id. diperoleh tanggal 24 Juni 2014.
Falagas, Matthew E. et.al., 2010. “Inaccuracies in dosing drugs with teaspoons
and tablespoons”, The International Journal of Clinical Practice, 64, 9,
1185-1189.
Farida, Helmia, dkk., 2008. “Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk
Mengurangi Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan
Anak RS Dr. Kariadi”, Sari Pediatri, Vol. 10, No. 1.
Febiana, Tia. 2012. Laporan Karya Tulis Ilmiah : Kajian Rasionalitas
Penggunaan Antibiotik Di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Hadinegoro, Sri Rezeki H. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &
Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hermansyah, Andi. 2013. Bijak Menggunakan dan Menyimpan Obat dalam
Bentuk Sirup. http://andi-ff.web.unair.ac.id diperoleh tanggal 06 Maret
2014.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hull, David dan Derek I. Johnston. 2008. Essential Pediatrics, 3th ed. Atau
Dasar-Dasar Pediatri. Alih bahasa Hartono Gunadi. Jakarta : EGC.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. kbbi.web.id/umur diperoleh tanggal 01 Maret
2014.
Kartono, 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : ISBN.
Kliegmen, Robert M et. al.. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics. USA : Elsevier
Saundres.
Mardiastuti H. W. dkk., 2007. “Emerging Resistance Pathogen : Situasi Terkini di
Asia, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah dan Indonesia”, Majalah
Kedokteran Indonesia, Volum : 57, Nomor : 3.
McKenzie, Duncan et al., 2013. “Antimicrobal Stewardship : what’s it all
about?”, Australian Prescriber Volume 36 : Number 4.
Meadow, Roy dan Simon Newell. 2005. Lecture Notes on Pediatrics atau Lecture
Notes : Pediatrika. Alih bahasa Kripti Hartini dan Asri Dwi Rachmawati.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta : Pustaka Obor Populer.
Mitrea, LS. 2008. Pharmacology. Canada: Natural Medicine Books.
Moorthy, Yasotah Thakshina. 2013. Karya Tulis Ilmiah: Gambaran Pengetahuan
Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Puskesmas Padang Bulan
Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mulholland, E.K & Adegobola, Richard A. 2005. “Bacterial infections – A major
cause of death among children in Africa”, The New England journal of
medicine, 352:75-7.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
___________________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurbaiti, Irma & Waras Budi Utomo. 2010. Metodologi Penelitian Dalam Bidang
Keperawatan. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Panagakou, Sotiria G...[et. al.]. 2012. Risk Factors of Antibiotic Misuse for Upper
Respiratory Tract Infection in Children : Result from a Cross-Sectional
Knowledge-Attitude-Practice Study in Greece. International Scholarly
Research Network Volume 2012, Article ID 685302, 8 pages.
Parimi, Neeta, Lexley M. Pinto Pereira and P. Prabhakar, 2004. “Caregivers’
Practices, Knowledge and Beliefs of Antibiotics in Pediatrics Upper
Respiratory Tract Infections in Trinidad and Tobago : a cross-sectional
study”, BMC Family Practice, 5:28.
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 78 Tahun 2013.
http://www.jatimprov.go.id/site/upah-minimum-kabupatenkota-jawa-timur-
2014/ diperoleh tanggal 18 Maret 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/Menkes/PER/XII/2011.
http://www.binfar.depkes.go.id/dat/Permenkes_Antibiotik.pdf diperoleh
tanggal 05 Maret 2014.
Purnamasari, Eka R.W. 2012. Tesis : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pada
Orang Tua terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Kunjungan Ulang Balita
dengan Pneumonia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. FKUI.
Quizhpe, Arturo et al., 2013. “Differences in antibiotic use and knowledge
between adolescent and adult mothers in Ecuador”, F1000Research, 2 :
108.
Rahmawati, Sri. 2012. Pengaruh Penghasilan Orang Tua Terhadap Pendidikan
Anak. Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan.
Rinjani, Rosi. 2012. Hubungan pengetahuan dan sikap orang tua terhadap
perilaku pemberian antibiotik pada anak balita penderita infeksi saluran
pernapasan atas di Puskesmas Depok Jaya. Kedoteran UPN Jakarta
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013. http://depkes.go.id/ diakses tanggal 14
Maret 2014.
Saefuddin, Asep dkk. 2009. Statistika Dasar. Bandung: Grasindo.
Schwartz, M. William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics atau Pedoman
Klinis Pediatri. Alih Bahasa Brahm U. Pendit... [et. al.]. Jakarta : EGC.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru
Jakarta.
Setiadi, 2007. Konsep Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sudiarto dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Orang Tua
Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak (Usia 1-4 Tahun) Penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Di Puskesmas Kendalsari Kota Malang. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : EGC.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003.
http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf diperoleh tanggal
19 Maret 2014
Walsh, A., Edwards, H., & Fraser, J. 2007. Influences on parents’fever
management: beliefs, experiences and information sources. Journal of
Clinical Nursing, 16, 2331-2340.
Widayati, Aris et al., 2012. “Knowledge and Beliefs About antibiotics among
people in Yogyakarta City Indonesia : a cross sectional population-based
survey”, Antimicrobal Resistance and Infection Control, 1: 38.
Wijaya, M. C. 2008. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Depok :
Kawan Pustaka.
Wong, Donna L... [et.al]. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta :
EGC.
Yusmaniar, Novia. 2011. Skripsi : Upaya Orang Tua dalam Membimbing Anak
Melaksanakan Ibadah Di RW 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan
Tajurhalang Bogor. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Zaman, Halimah Badioze et al. 2009. Visual Informatics: Bridging Research and
Practice. Germany: Springer.
Nomor Responden
Lembar Kuesioner
Hubungan Karakteristik Orang Tua Dengan Pengetahuan Dalam
Pemberian Antibiotik Pada Anak Di Dusun Sonotengah Kabupaten
Malang
Tujuan :
Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi “Hubungan Karakteristik Orang Tua dengan
Pengetahuan dalam Pemberian Antibiotik pada Anak di Dusun Sonotengah Kabupaten
Malang”.
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan.
2. Beri tanda cek list (√ ) pada kotak pertanyaan yang menurut Anda paling sesuai/benar
3. Isilah titik–titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
4. Jika salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut dan beri tanda cek list (√) pada
jawaban yang dianggap benar.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Di bawah ini, saya:
nama inisial : _____________________
alamat : Rt : _____ Rw : _____
bersedia terlibat sebagai responden dalam penelitian Sdri. Shulcha Fithriya, mahasiswi
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Hubungan
Karakteristik Orang Tua dengan Pengetahuan dalam Pemberian Antibiotik pada Anak
di Dusun Sonotengah Kabupaten Malang”. Peneliti sudah menjelaskan manfaat, kerugian,
dan konsekuensi yang akan saya terima serta menjamin kerahasiaan identitas saya.
Malang, Mei 2014
Ttd,
____________________
A. Karakteristik Responden
1. Berapakah usia Anda? _______ tahun
2. Apakah hubungan Anda dengan anak?
Ayah
Ibu
3. Apakah pendidikan terakhir Anda?
SD/ MI/ sederajat
SMP/ MTs/ sederajat
SMA/ MA/ SMK/ sederajat
Diploma/ Sarjana S1/S2
4. Berapakah penghasilan keluarga Anda dalam sebulan?
Kurang dari Rp 1.635.000/ bulan
Lebih dari Rp 1.635.000/ bulan
5. Apakah Anda pernah memberikan antibiotik pada anak Anda ketika dia sakit,
misalnya demam, sakit tenggorokan, pilek, batuk, diare atau infeksi telinga?
Ya
Tidak
B. Pengetahuan Tentang Antibiotik
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
BENAR SALAH
1. Antibiotik harus segera diberikan ketika anak demam
2. Antibiotik dapat mengobati infeksi bakteri pada anak
3. Anak dapat alergi pada antibiotik seperti gatal, mual, diare
4. Antibiotik bentuk sirup boleh diberikan kepada anak
menggunakan takaran sendok teh
5. Antibiotik boleh dibeli sendiri di apotek tanpa resep dokter
6. Antibiotik sangat diperlukan ketika anak sakit (radang)
tenggorokan
7. Antibiotik tidak memiliki efek samping apa pun
8. Pemberian sisa antibiotik pada gejala sakit yang sama pada
anak, tidak akan membuat kuman kebal terhadap antibiotik
9. Antibiotik dapat mengobati infeksi virus pada anak
10. Antibiotik bentuk sirup harus diberikan pada anak
menggunakan sendok/pipet khusus untuk sirup antibiotik
11. Antibiotik untuk anak harus menggunakan resep dokter
12. Pemberian antibiotik tanpa alasan yang tepat akan
menyebabkan kuman kebal terhadap antibiotik
13. Antibiotik yang diberikan pada anak harus dihabiskan
14. Antibiotik dapat menyembuhkan semua jenis infeksi pada anak
(bakteri, virus, dan jamur)
15. Antibiotik bentuk sirup boleh diberikan kepada anak
menggunakan takaran sendok makan
16. Pemberian antibiotik dengan dosis yang kurang tepat, akan
membuat kuman kebal terhadap antibiotik
“TERIMA KASIH atas PARTISIPASInya”
HASIL UJI RELIABILITAS
No. Pengetahuan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Skor
1. 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 10
2. 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 12
3. 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 8
4. 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7
5. 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10
6. 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 8
7. 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
8. 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14
9. 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 11
10. 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
11. 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9
12. 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7
13. 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 6
14. 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
15. 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 8
16. 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 8
17. 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11
18. 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 7
19. 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 12
20. 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 10
21. 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 8
22. 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 7
23. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 14
24. 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 4
25. 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 8
26. 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
27. 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 5
28. 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
29. 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7
30. 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
Totl 15 30 18 16 7 6 21 10 15 20 16 23 12 18 24 22 273
p 0,5 1 0,6 0,5 0,2 0,2 0,7 0,33 0,5 0,67 0,53 0,77 0,4 0,6 0,8 0,73 q 0,5 0 0,4 0,5 0,8 0,8 0,3 0,67 0,5 0,33 0,47 0,23 0,6 0,4 0,2 0,27 pq 0,25 0 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,22 0,25 0,22 0,25 0,18 0,24 0,24 0,16 0,2
Jmlh item 16 SUMpq 3,245555556
Varian Skor 10,29
Mean Skor 9,1
KR 20 0,730230717
UJI NORMALITAS Data Skoring Pengetahuan
STATUS ORANG TUA
hubungan dengan anak * Ptotal Crosstabulation
Count
Ptotal Total
Kurang Baik
hubungan dengan anak Ayah 8 22 30
Ibu 35 27 62
Total 43 49 92
hubungan dengan anak * Ptotal Crosstabulation
Ptotal Total
Kurang Baik
hubungan dengan anak
Ayah
% within hubungan dengan
anak 26,7% 73,3% 100,0%
% within Ptotal 18,6% 44,9% 32,6%
% of Total 8,7% 23,9% 32,6%
Ibu
% within hubungan dengan
anak 56,5% 43,5% 100,0%
% within Ptotal 81,4% 55,1% 67,4%
% of Total 38,0% 29,3% 67,4%
Total
% within hubungan dengan
anak 46,7% 53,3% 100,0%
% within Ptotal 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
V17
N 92
Normal Parametersa,b
Mean 10,00
Std. Deviation 2,730
Most Extreme Differences
Absolute ,110
Positive ,110
Negative -,103
Kolmogorov-Smirnov Z 1,058
Asymp. Sig. (2-tailed) ,213
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7,205a 1 ,007
Continuity Correctionb 6,058 1 ,014
Likelihood Ratio 7,437 1 ,006
Fisher's Exact Test ,008 ,006
Linear-by-Linear
Association 7,127 1 ,008
N of Valid Cases 92
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,02.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for hubungan
dengan anak (Ayah / Ibu) ,281 ,108 ,727
For cohort Ptotal = Kurang ,472 ,251 ,889
For cohort Ptotal = Baik 1,684 1,179 2,405
N of Valid Cases 92
USIA
Usia responden * Ptotal Crosstabulation
Count
Ptotal Total
Kurang Baik
Usia responden
Remaja akhir 18 9 27
Dewasa awal 14 23 37
Dewasa akhir 11 17 28
Total 43 49 92
Usia responden * Ptotal Crosstabulation
Ptotal Total
Kurang Baik
Usia responden
Remaja akhir
% within Usia responden 66,7% 33,3% 100,0%
% within Ptotal 41,9% 18,4% 29,3%
% of Total 19,6% 9,8% 29,3%
Dewasa awal
% within Usia responden 37,8% 62,2% 100,0%
% within Ptotal 32,6% 46,9% 40,2%
% of Total 15,2% 25,0% 40,2%
Dewasa akhir
% within Usia responden 39,3% 60,7% 100,0%
% within Ptotal 25,6% 34,7% 30,4%
% of Total 12,0% 18,5% 30,4%
Total
% within Usia responden 46,7% 53,3% 100,0%
% within Ptotal 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6,110a 2 ,047
Likelihood Ratio 6,174 2 ,046
Linear-by-Linear
Association 4,029 1 ,045
N of Valid Cases 92
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 12,62.
PENDIDIKAN
Pendidikan responden * Ptotal Crosstabulation
Count
Ptotal Total
Kurang Baik
Pendidikan responden
Pendidikan dasar 25 13 38
Pendidikan menengah atas 16 27 43
Pendidikan tinggi 2 9 11
Total 43 49 92
Pendidikan responden * Ptotal Crosstabulation
Ptotal Total
Kurang Baik
Pendidikan
responden
Pendidikan dasar
% within Pendidikan responden 65,8% 34,2% 100,0%
% within Ptotal 58,1% 26,5% 41,3%
% of Total 27,2% 14,1% 41,3%
Pendidikan
menengah atas
% within Pendidikan responden 37,2% 62,8% 100,0%
% within Ptotal 37,2% 55,1% 46,7%
% of Total 17,4% 29,3% 46,7%
Pendidikan tinggi
% within Pendidikan responden 18,2% 81,8% 100,0%
% within Ptotal 4,7% 18,4% 12,0%
% of Total 2,2% 9,8% 12,0%
Total
% within Pendidikan responden 46,7% 53,3% 100,0%
% within Ptotal 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 10,712a 2 ,005
Likelihood Ratio 11,127 2 ,004
Linear-by-Linear
Association 10,423 1 ,001
N of Valid Cases 92
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5,14.
STATUS EKONOMI
status ekonomi responden * Ptotal Crosstabulation
Count
Ptotal Total
Kurang Baik
status ekonomi responden Rendah 28 25 53
Tinggi 15 24 39
Total 43 49 92
status ekonomi responden * Ptotal Crosstabulation
Ptotal Total
Kurang Baik
status ekonomi responden
Rendah
% within status ekonomi
responden 52,8% 47,2% 100,0%
% within Ptotal 65,1% 51,0% 57,6%
% of Total 30,4% 27,2% 57,6%
Tinggi
% within status ekonomi
responden 38,5% 61,5% 100,0%
% within Ptotal 34,9% 49,0% 42,4%
% of Total 16,3% 26,1% 42,4%
Total
% within status ekonomi
responden 46,7% 53,3% 100,0%
% within Ptotal 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1,863a 1 ,172
Continuity Correctionb 1,331 1 ,249
Likelihood Ratio 1,874 1 ,171
Fisher's Exact Test ,207 ,124
Linear-by-Linear
Association 1,843 1 ,175
N of Valid Cases 92
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,23.
b. Computed only for a 2x2 table
PENGALAMAN
pengalaman responden * Ptotal Crosstabulation
Count
Ptotal Total
Kurang Baik
pengalaman responden Tidak 8 5 13
Ya 35 44 79
Total 43 49 92
pengalaman responden * Ptotal Crosstabulation
Ptotal Total
Kurang Baik
pengalaman responden
Tidak
% within pengalaman
responden 61,5% 38,5% 100,0%
% within Ptotal 18,6% 10,2% 14,1%
% of Total 8,7% 5,4% 14,1%
Ya
% within pengalaman
responden 44,3% 55,7% 100,0%
% within Ptotal 81,4% 89,8% 85,9%
% of Total 38,0% 47,8% 85,9%
Total
% within pengalaman
responden 46,7% 53,3% 100,0%
% within Ptotal 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 46,7% 53,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1,332a 1 ,248
Continuity Correctionb ,730 1 ,393
Likelihood Ratio 1,335 1 ,248
Fisher's Exact Test ,369 ,197
Linear-by-Linear
Association 1,318 1 ,251
N of Valid Cases 92
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,08.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengertian (P2, P5, P8)
P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 8 8,7 8,7 8,7
Benar 84 91,3 91,3 100,0
Total 92 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 36 39,1 39,1 39,1
Benar 56 60,9 60,9 100,0
Total 92 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 37 40,2 40,2 40,2
Benar 55 59,8 59,8 100,0
Total 92 100,0 100,0
Indikasi (P1, P6)
P1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 66 71,7 71,7 71,7
Benar 26 28,3 28,3 100,0
Total 92 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 70 76,1 76,1 76,1
Benar 22 23,9 23,9 100,0
Total 92 100,0 100,0
Peresepan (P9, P11)
P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 52 56,5 56,5 56,5
Benar 40 43,5 43,5 100,0
Total 92 100,0 100,0
P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 14 15,2 15,2 15,2
Benar 78 84,8 84,8 100,0
Total 92 100,0 100,0
Dosis (P4, P10, P13, P15)
P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 44 47,8 47,8 47,8
Benar 48 52,2 52,2 100,0
Total 92 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 14 15,2 15,2 15,2
Benar 78 84,8 84,8 100,0
Total 92 100,0 100,0
P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 28 30,4 30,4 30,4
Benar 64 69,6 69,6 100,0
Total 92 100,0 100,0
P15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 23 25,0 25,0 25,0
Benar 69 75,0 75,0 100,0
Total 92 100,0 100,0
Efek samping (P3, P7)
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 21 22,8 22,8 22,8
Benar 71 77,2 77,2 100,0
Total 92 100,0 100,0
P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 44 47,8 47,8 47,8
Benar 48 52,2 52,2 100,0
Total 92 100,0 100,0
Resistensi (P12, P14, P16)
P12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 18 19,6 19,6 19,6
Benar 74 80,4 80,4 100,0
Total 92 100,0 100,0
P14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 57 62,0 62,0 62,0
Benar 35 38,0 38,0 100,0
Total 92 100,0 100,0
P16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Salah 20 21,7 21,7 21,7
Benar 72 78,3 78,3 100,0
Total 92 100,0 100,0