hubungan antara tingkat penggunaan - … · hubungan antara tingkat penggunaan zat pengatur tumbuh...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGGUNAANZAT PENGATUR TUMBUH
DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DANTERSEDIANYA ZAT PENGATUR TUMBUH PADA
TANAMAN PADI SAWAH
(Studi Kasus di Subak Aan Dangin Deea, Desa Aan, KecamatanBanjarangkan, Kabupaten Klungkung)
Oleh :
lr. I Dewa Gede Agung,
PROGRAi,I STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul Hubungan antara Tingkat PenggunaanZat Pengatur
Tumbuh dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tersedianya Zat Penggatur Tumbuh
pada Tanaman Padi Sawah. Studi kasus di Subak Aan Dangin Desa, Desa Aan,
Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
Salah satu usaha untuk memperoleh hasil yang lebih besar per satuan luas
persatuan waktu dengan menerapkan inovasi baru. Salah satu komponen yang
penting adalah dengan menambahkanZat PengturTumbuh (ZPT Dhannasri 5 EC)
pada tanaman padi sawah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat penggunaan
ZPT dengan pengetahuan, sikap, dan tersedianya ZPT di lokasi petani.
Terpilihnya Subak Aan Dangin Desa, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung sebagai lokasi penelitian karena sebagian petani di Subak
Aan Dangin Desa, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan paling dulu menggunakan
ZPT (Dharmasri), diantara petani di Subak lain yang ada di lingkungan Kabupaten
Klungkung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat penggunaan
ZPT dengan pengetahuan petiani tentang ZPT sangat nyata dengan derajat
keeratan hubungan tergolong hubungan tinggi. Hubungan antara tingkat
penggunaan ZPT sikap petani tentang ZPT nyata dengan derajat keeratan
hubungan tergolong hubungan rendah. Sedangkan hubungan tingkat penggunaan
ZPT dengan tercedianyaZPT saat diperlukan tidak ada hubungan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingga tulisan ini bisa selesai tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Kepala Desa Aan dan elian Subak Dangin Desa yang
telah banyak membantu dalam memberikan keterangan yang diperlukan dalam
tulisan ini.
Terima kasih banyak pula penulis sampaikan kepada teman-teman dan
sahabat yang telah turut memberikan dorongan agar karya tulis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Akhimya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempuma, unfuk
itu mohon kritik dan saran yang sifahya memperbaikisangat dinantikan.
Semoga hasil-hasil yang dituangkan dalam tulisan ini bermafaat bagi mereka
yang memerlukan. Terima kasih banyak.
Denpasar, Nopember 2015
Penulis.
ii
DAFTAR ISI
R|NGKASAN........ i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR tS1.......... ... iii
l. PENDAHULUAN,...r..,,...r..,....,..r.r.r ,.,.,.r,,.,.r, 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 2
{.3. Hipotesis. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.....,... 4
2.1. PengertianZatPengaturTumbuh (ZPT) 4
2.2. Pengetahuan Petani Tentang ZPT.......... 5
2.3. Sikap PetaniTertadap 2PT.......... 6
2.4. TersedianyaZPT pada Petani (saat dibutuhkan)............. 7
III. METODE PENELITIAN 8
3.,l. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .................. 8
3.2. itletode Pengambilan sampe!............... 8
3.3. Metode Pengumpulan Data. 9
3.4. Pengulturan Variabe 9l
3.5. Analisis Data........ .... 11
IV. HASIL DAN PEiTBAHASAN....
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4.2. Pengetahuan Petani Tetang ZPT.........
4.3. Sikap Petani Tetang ZPT.........
4.4. TercedianyaZPT pada saat diperlukan .......
v. KESIMPUI-AN.r.r.rr.r....,.,..i......... ,.,.....!,r.,.
VI. DAFTAR PUSTAKA......... 21
14
l414
16
17
2A
ilt
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Balakang
Pembangunan pertanian selalu akan berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman dan perkembangan teknologi, terutama peneterapan
teknologi pertanian. Perkembangan teknologi di bidang pertanian dapat berupa
perubahan cara-cara menanam, perubahan jenis tianaman, perubahan jenis
masukan dalam proses produksi. Di dalam proses pembangunan diperlukan
keterpaduan, keserasian dan keselarasan dalam pemakaian tiga komponen
pembangunan yakni : sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi.
Ketiga komponen itu, sama-sama memegang peranan yang penting dalam
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.
Pembangunan pada hakekatnya merupakan proses perubahan yang
berkesinambungan, oleh karena itu teknologi pembangunan yang diterapkan di
lndonesia harus merupakan inovasi yang sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Berarti teknologi itu jelas agar berdaya guna dan berhasil guna yang identitasnya
dapat dipedanggung jawabkan. Dalam bidang pertanian, program intensifikasi
merupakan salah satu cara yang telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk dapat
meningkatkan produksi, produktivitas tenaga kerja, tanah dan modal.
Zat Pengatur Tumbuh VPn yang belum semua menggunakannya
merupakan komponen teknologi yang harus diterapkan oleh petani guna
meningkatkan produksi. Berdasarkan hasil demontrasi fanning (Denfann)
penggunaan ZPT (Dharmasri 5 EC) oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Bali musim tanam 1987/1988 di seluruh Kabupaten di Bali menunjukkan
hasil positif. Tetapi di beberapa subak di Bali, khususnya di Subak Aan Dangin
Desa yang berlokasi di Desa Aan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung
tidak sepenuhnya menggunakan ZPT. Dai247 orang petani anggota subak, baru
sebagian yang menggunakan ZPT (150 orang). Permasalahannya di bidang
pertanian tidak terletak pada masalah teknis dan ekonomi saja, tetapi menyangkut
juga masalah pengetahuan, sikap, dan tersediannya ZPI di lokasi petani akan
mempengaruhi motivasi dan dorongan kejiwaan di dalam berproduksi. Untuk
memproduksi hasil pertanian, petanilah yang merupakan intinya, satu dengan yang
lainnya tergantung pendangan hidup, keahliannya serta kemampuan untuk
memanfaatkan kesempatan dankernungkinan yang ada serta adat istiadat yang
berlaku di lingkungan tempat tinggalnya.
Berdasarkan permasalahan di atas maka yang menjadi pokok masalah di
dalam penelitian ini adalah adalah apakah tingkat penggunaan ZPT ada
hubungannya dengan pengetahuan, sikap, dan tercedianya ZPT da lokasipetani.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat penggunaan
ZPT dengan pengetahuan, sikap, dan tersedianya ZPT di lokasi petani.
1.3. Hipotesis
Hipotesis nihil yang pertama (Ho1) menyatakan bahwa tingkat penggunaan
ZPT tidak ada hubungannya dengan pengetahuan petani tentang ZPT. Dan
hipotesis altematifnya yang pertama (Ha1) menyatakan bahwa tingkat penggunaan
ZPT ada hubungannya dengan pengetahuan petani tentang ZPT.
Hipotesis nihilyang pertama (Ho2) menyatakan bahwa tingkat penggunaan
ZPT tidak ada hubungannya dengan sikap petani tentang ZPT. Dan hipotesis
2
altematifiya yang pertame (Ha2) menyatakan behyra tingkat penggunen ZPT ada
hubunganrrya dengan sikap petani Entang ZPT.
Hipffiis nihilyang pertama (Ho3) nrenyatakan bahwa tingkat pengrgunaan
ZPTtidak ada hubungennya dengran tersedianya ZPT. Dan hipotesis altenrat'ftrya
yang peilama (HaS) menyatiakan bahm tingkat penrggunaan ZPT ada
hubungannya dergan brsedianya ZPT.
3
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian ZatPengatur Tumbuh (ZPTI
ZPT adalah senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara kualitatif. Jenis-
jenis ZPT adalah : Atonik, Sitozim, Metalik, serta Dharmasri. Untuk mendapatkan
hasil yang baik dalam penggunaanZPT (Dharmasri) perlu dipefiatikan berapa hal
yang penting : umur tianaman, dosisi dan konsentrasi, kondisi lingkungan dan cara
pemakaian.
Umur tanaman (fase pertumbuhan) perlu diperhatikan dalam setiap
pemberian perlakuan pada tanaman, termasuk dalam rangka perberia ZPT. Untuk
tanaman padi diberikan pada umur tiga minggu dan enam minggu setelah tanam
Dosis dan konsentrasi yang tepat dalam penggunaan ZPT untuk tanaman
padi adalah 300 s.d 800 liter campuran per ha dengan konsentrasi 3 ml (satu
sendok the) ZPT ke dalam 20liter air.
Kondisi lingkungan dan cara pemakaian ZPT berkaitan dengan kondisi
lingkungan danZPf perlu diperhatikan berapa hal yang penting antara lain :
o Paket pemupukan (pemupukan berimbang) antara KCL'TSP, dan Urea.
o Penyemprotan dilakukan dengan merata pada seluruh permukaan daun
tanaman.
o Penyemprotan terlalu pagi akan terganggu oleh embun, sedangkan bila
dilakukan penyemprotan terlalu siang ZPT akan menguap karena
teriknya sinar matiahari. Sebaiknya dilakukan antara jam 8 s.d jam 10
pagi.
4
Jangan melakukan penyemprotan pada waktu hari hujan, sehingga ZPT
akan hanyut terbawa air huian.
o Ulangi melakukan penyemprotan sehari kemudian, jika turun hujan
kurang dari 6 jam setelah penyemprotran pada saat tanaman sedang
berbunga karena dapat menyebabkan bunga akan gugur.
2.2. Pengetahuan Petani Tentang ZPT
Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi petani didalam mengamdopsi
teknologi baru dan kelanggengan usahanya. Mengadopsi suatu teknologi baru
tanpa dilandasi pengetahuan teknologi yang bersangkutan, hanyalah bercifat
meniru, hal ini kelak dikemudian hari akan banyak menimbulkan masalah-masalah
bagi petani di dalam mengelola usahataninya dan yang ekstrim lagi akan dapat
mengalami kegagalan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui : pendidikan formal,
pendidikan non formal, dan pendidikan informal yang mencerminkan pendidikan
seumur hidup bagi setiap orang dalam mencari dan menghimpun pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan pengertian lingkungan di rumah, pada waktu bekerja,
teladan dari prilaku kaum kerabat dan sahabat, dan sebagainya.
Dalam akselerasi pembangunan pertianian, petani perlu memiliki
pengetahuan teori dan pengetahuan praktis. Karena tingkat pengetahuan petani
mempengaruhi petani didalam mengadopsi teknologi baru dan kelanggengan
usahataninya.
Soediyanto (1978) menjalaskan bahwa pengetahuan merupakan salah satu
aspek prilaku, terutama berhubungan dengan kemampuan mengingat materi yang
dipelajari dan kemampuan mengembangkan intelegensia. Tenrujudnya
5
pengetahuan didalam diri seseorang melalui tahapan-tahapan : mengetahui,
mengerti, memanfaatkan, menganalisa, mesintesis, danmenilai.
Mosher (1985) menyatakan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang
dimilikioleh petani akan dapat memberikan dorongan untuk mencoba suatu metode
baru untuk pertama kalinya. Pengetahuan adalah salah satu aspek dari prilaku
yang terutama berhubungan dengan kemampuan mengingat materi yang telah
dipelajari (Soedijanto, 1 978).
2.3. Sikap Petani Terhadap ZPT
Sikap sangat menentukan petani di dalam mengambil keputusan. Langkah-
langkah yang diambil petani dipengaruhi oleh sikap dan hubungannya dalam
masyarakat setempat dir.n. ia hidup.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa sikap masyarakat terhadap suatu inovasi
tergantung pada kondisi masyarakat tersebut. Kepercayaan terhadap diri sendiri
sangatlah penting untuk membentuk suatu sikap apakah petani menyetujui atau
tidak terhadap suatu inovasi baru
Wiriaatmadja (1973) mengemukakan bahwa sikap petani adalah
kecendrungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap hal-hal
yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong royong
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bersama secara suadaya
dan sebagainya.
Pendapat lain menyatakan bahwa sikap adalah kecendrungan untuk
menerima (sikap positip) atau menolak (sikap negatip) suatu pritaku yang
dianjurkan. Komponen-komponen yang membentuk sikap yakni : (a). pengetahuan
yang didapatkan tanpa penalaran atau secara irasional, seperti kepercayaan, adat
6
istiadat, kebiasaan, prasangka dantahyul; (b). pengetahuan yang didapat dengan
penalaran atau rasional ; (c). perasaan.
2.4. TensedianyaZPT pada Petani (saat dibutuhkan)
Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi khusus oleh petani.
Diantaranya termasuk zPT, dalam pembangunan pertanian menghendaki agar
sarana tercebut tersedia dekat dengan tempat petani berusahatani atiau masih di
lingkngan desa dimana petani berdomisili. Tentunya dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi keperluan tiap ptani yang mau menggunakan.
Penyedian alat-alat dan bahan=bahan pertanian di dekat petani adalah
merupakan cara untuk mendorong motivasi petani untuk menggunakan barang-
barang modal dan penemuan-penemuan teknologi baru guna meningkatkan
produksi.
7
III. METODE PENELITIAN
3.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dengan cara sengaja dipilih di Kabupaten
Klungkung untuk menghemat biaya dan waktu penelitian, karena peneliti berasal
dari Klungkung. Disamping itu sepengetahuan peneliti belum pemah dilakukan
penelitian dengan judul ini.
Terpilihnya Subak Aan Dangin Desa, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung sebagai lokasi penelitian karena sebagian petani di Subak
Aan Dangin Desa, Desa Aan, Kecamatian Banjarangkan paling dulu menggunakan
ZPT (Dharmasri), diantara petanidi Subak lain yang ada di lingkungan Kabupaten
Klungkung.
Pengambilan datra penelitian dilakukan pada bulan September s.d Oktober
2015 untuk mendapatkan informasi tentang tingkat penggunaan, pengetahuan,
sikap, dan tersedianya ZPT .
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini, unit penelitiannya adalah kepala rumah tangga yang
peke$aan pokoknya sebagai petani yang membudidayakan tanaman padi di
sawah.
Jumlah anggota Subak Dangin Desa sebanyak 247 orang yang terdiri dari
kelompok yang sudah menggunakan ZPT (150 orang) dan kelompok yang belum
menggunakan ZPT (97 orang). Jumlah petani yang diambil sebagai respoden
sebanyak 25o/o dan masing-masing kelompok dengan metode acak sederhana.
8
Dengan demikian jumlah sempel seluruhnya menjadi 62 orang yang dijadikan
responden.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survai, yakni
dengan cara mendatangi serta mewawancarai responden dengan dipandu daftar
pertanyaan yang telah disiapkan (kuesioner).
Kuesioner dibuat dengan tujuan : (a) memperoleh data yang relefan dengan
tujuan penelitian; (b) memperoleh data dengan reliabilitas tinggi.
Dalam pengukuran reliabilitas kuesioner dipergunakan metode belah dua
('split half menthod'), dahm hal ini senua pertanyaan dikelompokan meniadi dua,
yaitu kelompok pertanyaan bernomor genap dankelompok pertanyaan bemomor
ganjil.
Wawancara, mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Tujuannya untuk menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan
responden, semua pertanyaan dapat dimengerti, dan menggali tambahan data
yang diperlukan.
Observasi, pengamatan langsung obyek penelitian agar memperoleh
gambaran yang jelas dan mengetrahui keadaan yang sebenarnya.
3.4, PengukuranVariabe!
Variabel yang diukur adalah : tingkat penggunaan ZPT, pengetahuan petani
tentang ZPT, sikap petani tentang ZPT, dan tersedianya ZPT. Untuk tingkat
penggunaan ZPT dikelompokkan menjadi : menggunakan ZPT dan tidak
I
menggunakan ZPT. Sedangkan untuk pengetahuan,sikap, dan tersedianya ZPT
dengan menggunakan sistem skor.
Untuk memper:oleh skor penegtahuan petani tentang ZPT, digunakan 8
pertanyaan. Setiap pertranyaan diberi skor terendah 1 untuk jawaban yang sangat
tidak diharapkan, dan diberi skor tertinggi 3 untuk jawaban yang sangat diharapkan.
Dengan demikian skor yang dicapai berkisar mulai dari 8 s.d 24. Selajutnya skor
ditranformasimenjadi danOo/o s.d 100%. Berdasarkan percentase (%) pencapaian
skor pengetahuan petanitentang ZPT dikatagorikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Katagori pengetahuan petani tentang ZPT berdasarkan nilai persentaseskor)encaDalan
Kelompok Persentase pencapaian skor (S) Katagori pengetahuan
1. S=<50 rendah
2. s>50 tinggi
Untuk memperoleh skor sikap petani tentang ZPT, digunakan 6 pertanyaan.
Setiap pertanyaan diberi skor terendah 1 untuk jawaban yang sangat tidak
diharapkan, dan diberi skor tertinggi 3 untuk jawaban yang sangat diharapkan.
Dengan demikian skor yang dicapai berkisar mulai dari 6 s.d 18. Selajutnya skor
ditranformasimenjadi danOo/o s.d 100%. Berdasarkan persentase (o/o) pencapaian
skor sikap petani tentang ZPT dikatagorikan pada Tabel 1.
Tabel 2. Katagori sikap petani tentang ZPT berdasarkan nilai persentiase,EI IT,G skor
Kelompok Persentase pencapaian skor (S) tGtagori sikap
1. S=<50 rendah
2. s>50 tinggi
10
Untuk memperoleh skor tersedianya ZPT, digunakan 6 pertanyaan. Setiap
pertanyaan diberi skor terendah 1 untuk jawaban yang sangat tidak diharapkan,
dan diberi skortertinggi 3 untuk jawaban yang sangat diharapkan. Dengan demikian
skor yang dicapai berkisar mulai dari 6 s.d 18. Selajutnya skor ditranformasi
menjadi dari 0% s.d 'l00o/o. Berdasarkan persentase (%) pencapaian skor
tersedianyaZPT dikatagorikan pada Tabel 1.
ZPT berdasarkan nilai skorabel 3. ,Eia llrg
Kelompok Persentiase pencapaian skor (S) Katagori tersedianya
1. S=<50 Tidak tersedia
2. s>50 Tersedia
3.5. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dengan mempergunakan metode analisis
deskriptif dan analisis statistika.
Metode analisis deskriptif, merupakan suafu metode yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang berguna menunjang tujuan penelitian. Metode
analisis statistika adalah metode yang digunakan dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
Mengujian hipotesis menggunakan uji Chi Square ( uli X2), dengan Tabel
Kontingensi berdemensi dua kali dua (2y2). Dengan demikian rumusnya menjadi :
n(ad - bc)2dro.o, = (a+bXc+dXa+cXb+d)
Keterangan:p = jumlah sampel,a = frekuensi pada baris ke satu kolom ke satu,b = frekuensi pada baris ke satu kolom ke satu,c = frekuensi pada baris ke satu kolom ke satu,d = frekuensi pada baris ke satu kolom ke satu.
11
Bila terjadijumrah frekuensi ada yang kurang dari 10, rumus di atas perru
dikoreksimenjadi :
dr,oo, = 1@a - bcr -t)'(a + bXc 16Jfia s-m
Keterangan : | = faktor koreksi yates.
selanjutnya dibandingkan dengan chi square taber fr6"1dengan derajat
bebas satu pada tingkat s% dan 1o/o (fi5,o,17d"n x?rrr,rlr, dengan kreteria uji sebagai
berikut:
Ho diterima apabila d,*o, =< 1fiuu .
Ho ditolak apabila d,*. > *r"r .
Apabira Ho ditorak, artinya adanya hubungan nyata atau sangat nyata, makadilanjutkan dengan mencari Koefesien Kotingensi (Kk). Koefesien Kontingensi
menunjukan keeratan hubungan, dengan rumus:
Kk=
Agar dapat dipergunakan menirai derajat keeratan hubungan, nirai Kkdibandingkan dengan Koefesien Kontingensi maksimum (Kk mak). semakin dekatnilai antara Kk dengan Kk mak berarti semakin erat hubungannya. Rumus dari Kkmak sebagai berikut:
Kkmak =
Keterangan : m = minimum darifiekuensi baris atau korom.
Untuk menentukan derajat keeratan hubungan dapat diukur dari selisih yangdidapat antara Kk mak dengan Kk. Pada penelitian ini fr = 2, maka Kk mak =0,7071. Kreteria derajat keeratan hubungan dapat digunakan pada Taber4.
12
abd 4. lGMa keeratan
Kdffitpd( Kk msk - Kk heretnt*wryl1 0,00 e.d 0,13 Sangat tirlggi
2 0,14 e.d 0,27 Tnlggi
3 0,28 e.d 0,41 Seddrg
4 0,42 s.d Q56 Rendah
5 0,57 g.d 0,71 Ttu*al( da hdmryran
13
IV. HASIL DAN PEiiBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Subak Aan Dangin Desa termasuk wilayah pesedahan Tukad Jinah, dan
terletak di Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Lokasinya
lebih kurang 10 km ke arah barat laut dari kota Klungkung dan sekitar 8 km sebelah
utara dari Banjarangkan. Secara topografi berada pada ketinggian 500 m di atas
permukaan laut.
Air irigasi untuk seluruh areal Subak berasal dari Dam yaitu dam "Tukad
Jinah", terletak kira-kira 3000 m di sebelah areal Subak. Dari Dam inilah air bisa
digunakan oleh dua subak yang ada yakni Subah Dauh Desa dan Subak Dangin
Desa.
Subak Aan Dangin Desa terdiri dari 3 tempek yakni Tempak Tapan seluas
37,204 ha, Tempek Abasan seluas 34,650 ha, dan Tempek Uma Anyar seluas
19,175 ha. Dengan demikian luas seluruh Subak Aan Dangin Desa seluas 91,025
ha. Dari keseluruhan luas areal tersebut 50% termasuk tanah sawah kelas satu,
30o/o termasuk tanah sawah kelas dua, dan sisanya 20o/o lermasuk tanah sawah
kelas tiga.
4.2, Pengetahuan Petani Tetang ZPT
Distribusi ftekuensi petani sampel pada tingkat penggunaan zpr menurut
pengetahuan ZPT di Subak Aan Dangin Desa di sajikan pada Tabel 5 sebagai
berikut:
14
Tabel5. Distribusifrekuensipetanisampelpada tingkat penggunaanZPT menurutZPT di Subak,EI Aan Desa.
Tingkat penggunaanZPTPengetahuan ZPT
JumlahTinggi Rendah
MenggunakanZPT 30 8 38 (61 ,29o/o\
Tidak Menggunakan ZPT 4 20 24 (38,71o/o'1
Jumlah u(54,ilo/o)
28
(45,160/o)
62 (100,00%)
(100,00o/o)
Dari Tabel 5 di atas temyata 34 orang (54,84o/o\ mempunyai pengetahuan
tinggi tentang ZPT. Sedangkan yang berpengehuan rendah sebanyak 28 orang
(45.16o/o). Dengan demikian lebih banyak petani yang berpengetahuan tinggi
tentang ZPT.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat penggunaan ZPT
dengan pengetahuan petani tentang ZPT terlebih dahulu dicari dra.og yang
dikoreksi :
drtrog =o (t"a - bct -i)'
(a+bXc+dXa+cXb+d)
2 62 (l3o x 2o - 8 x 4l -97)' nA -A^If,ttoog = = 20,593
Ghi Square tabel , f$x,r) = 3,84ldan f1r*,r; = 6,635
Jika dibandingkan Chi Square hitung (20,593) dengan Chi Square tabet
(3,841 dan 6,635), ternyata nilainya lebih besarterhadap ke duanya, maka hipotesis
Ho1 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang sangat nyata antara tingkat
penggunaanZPT dengan pengetahuan petani tentang ZPT.
15
Setelah diketahui adanya hubungan yang sangat nyata antiara tingkat
penggunaan ZPT dengan pengetahuan petani tentang ZPT, maka dilanjutkan
dengan mencari koefesien keeratan hubungan (Kk) dengan rumus :
Kk= -- 0,4993
Berdasad<an kreteria derajat keeratan hubungan (Tabel 4) maka (Kk mak -Kk) = (0,7071- 0,4993) = 0,2078 x O,2l termasuk hubungan tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa
pengetahuan petani tentang ZPT mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap tingkat penggunaa n ZPT .
4.3. Sikap Petani Tetang ZPT
Distribusi frekuensi petani sampel pada tingkat penggunaan ZPT menurut
sikapnya disajikan pada Tabel6.
Tabel6. Distribusifrekuensi petani sampel pada tingkat penggunaanZPT menurutnva di Subak Aan Desa
Tingkat penggunaanZPTSikap
JumlahSetuju Tidak setuju
Menggunakan ZPT 24 14 38
Tidak Menggunakan ZPT I 16 24
Jumlah 32
(51,61%)
30
(48,39%)
62
(100,00o/o)
Dari Tabel 6 di atas ternyata 32 orang (51,617o) mempunyai sikap setuju
terhadap ZPT. Sedangkan yang mempunyai sikap tidak setuju terhadap ZPT
sebanyak 30 orang (48,39%). Dengan demikian lebih banyak petani yang
mempunyai sikap setuju terhadap ZPT.
16
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antiara tingkat penggunaan ZPT
dengan sikap petaniterhadap ZPT terlebih dahulu dicari d,*, yang dikoreksi :
xfr,*r', =
dr*ou = = 4,113
Chi Squaretabel t rtsw;t) = 3,84ldanfte6.q * 6,635
Jika dibandingkan Chi Square hitung (20,593) dengan Chi Square tabel
(3,841 dan 6,635), ternyata nilainya lebih besar terhadap 3,&41, maka hipotesis Ho2
ditolak pada taral 5o/o. Hal ini berarti ada hubungan yang nyata antara tingkat
penggunaan ZPT dengan sikap petani tentang ZPT.
Setelah diketahui adanya hubungan yang nyata antara tingkat penggunaan
ZPT dengan sikap petanitentang ZPT, maka dilanjutkan dengan mencari koefesien
keeratran hubungan (Kk) dengan rumus :
= 0,2494
Berdasarkan kreteria derajat keeratan hubungan (Tabel 4) maka (Kk mak -Kk) = (0,7071 -0,2494) = 0,4577 = 0,46 termasuk hubungan rendah.
Berdasarkan hasil perhiturgan-perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa
sikap petani tentang ZPT mempunyai peranan yang sedang terhadap tingkat
penggunaanZPT.
4.4. TercedianyaZPT pada saat diperlukan
Distribusi petani sampel pada tingkat penggunaanZPT menurut telsedianya
ZPT di Subak Aan Dangin Desa dapat dilihat pada Tabel 7.
o (l.a - bcl - rr)'(a+bXc+dXa+cXb+d)
17
ZPT di Subak Aan Desa.
Tingkat penggunaanZPTTercedianyaZPT
JumlahTersedia Tidak tersedia
MenggunakanZPT 15 23 38
Tidak Menggunakan ZPT o 15 24
Jumlah 24
(38,71o/o)
38
(61,29o/o)
62
(100,00%)
Tabef 7. Distribusi petani sampel pada tingkat penggunaan ZPT menurut
Dari Tabel 7 di atas temyata ada 24 orang (38,71o/o') menyatakan tersedia
ZPT pada saat dibutuhkan, sedangkan 38 orang (61 ,29o/o') menyatakan tidak
tersedia ZPT pada saat dibutuhkan. Dengan demikian lebih banyak petani
menyatakan tidak tersedia ZPT padasaat dibutuhkan.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antiara tingkat penggunaan ZPT
dengan tersedia ZPT pada saat dibutuhkan terlebih dahulu dicari drt.og yang
dikoreksi :
o (tra - bct -i)'d** = (a+bXc+d)(a+cXb+d)
62 (lls x ls - 23 x st -+)'= O,Ot26dmog = (15 + 23Xe + 1sxls + eX23 + 15)
Chi Square tabel, f$x,t) = 3,84! dan fir*,r1 = 6, 635
Jika dibandingkan Chi Square hitung (0,0126) dengan Chi Square tabel
(3,841 dan 6,635), temyata nilainya lebih kacilterhadap ke duanya, maka hipotesis
Ho3 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat
penggunaan ZPT dengan tercedianya ZPT pada saat dibutuhkan.
18
,=.l rP_{
S€e**r diNtffir+fiek art* htffixWt yry Ryaea s!ffi BEk* Bung&mrt
ZPf (Hrryr erscdH4p ZPT pda ead dhfr.*rkm, rnele titdr @ffir hS
nmcai *oo&kxt bffit is.Srryn
t9
V. KESIUPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Tingkat penggunaan ZPT petani di Subak Aan Dangin Desa 38 orang
(61,29%) sedangkan yang tidak menggunakan ZPT 24 orang (38,71o/o).
Dari pengetahuan peta ni diperoleh 34 ora ng (54,84o/o) mem il iki pengetahuan
tinggi tentang ZPT, dan 28 orang (45,160lo) berpengetahuan rendah. Hubungan
antara pengetahuan petani dengan tingkat penggunaan ZPT adalah sangat nyata
dengan derajat keeratan hubungan tergolong hubungan tinggi.
Sikap petaniterhadap ZPT adalah 32 orang (51,61%) setuju setuju terhadap
penggunaan ZPT, sedangkan 30 orang (48,39o/o) tidak setuju terhadap penggunaan
ZPT. Hubungan antara sikap petenitentang ZPT dengan tingkat pengetahuanZPT
adalah nyata dengan derajat keeratan hubungan tergolong rendah.
Dalam hal tercedianyaZPT pada saat dibutuhkan ,24 orang (38,71o/o) petani
menyatakan tersedia ZPT pada saat dibutuhkan, sedangkan 38 orang (61,290/o)
petani menyatakan tidak tercedia ZPT pada saat dibutuhkan. Tidak ada hubungan
yang nyata antara tingkat penggunaan ZPT dengan tersedianya ZPT saat
dibutuhkan.
20
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonimus (1987/1988). Buletin lnformasi Pertanian Tetang lntensifikasi,Departemen Pertanian Proyek lnformasi Pertanian Bali.
Anonimus (1988). Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPD Untuk MeningkatkanProduksi Pangan, Lembar lnformasi Pertanian, Bagian Proyek lntensifikasiPertanian Bali.
Hadi Prayitno (1985). Pembangunan Ekonomi Pedesaan, Yayasan Obor lndonesia,Jakarta.
Hayami dan Khikuchi (1987). Dilema Ekonomi Desa, Yayasan Obor lndonesia,Jakarta
Kamaluddin, Rustian (1984). Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah,Ghalia lndonesia, Jakarta Timur.
Kasryno, Faisal (1984). Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan lndonesia,Yayasan Obor lndonesia, Jakarta.
Mosher A.T. (1985). Penggerakan dan Membangun Pertanian, G.V. Yasaguna,Jakarta.
Mubyarto (19M). Pengantar Pertanian, Lembaga Penelitian, Pendidikkan danPenerangan Ekonomi Sosial, Jakarta.
Pangestu, Subagyo dan Djanrvanto, PS (1981). Statistika Non Parametrika, BagianPenerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.
Sastraatmaja, Entang (1 986). Ekonomi Pembangunan, CV Armico, Bandung.
Sidney Siegel (1990). Statistika Nonparametrika Untuk llmu-ilmu sosial, PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (1987). Metode Penelitian Survai, LP3ES,Jakarta.
Soedijanto(1g78. Beberapa Konsepsi Proses Belajar dan lmplikasinya, lnstitutPendidikkan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Giawi Bogor.
Soekartawi (1986). llmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan PetaniKecil, Univercitas lndonesia, Jakarta.
Sugiyono (2007). Memahami Penelitian Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung
Supranto, J (2008). Statistika Teori dan Aplikasi, Edisi ke-7, Jilidl, Erlangga,Jakarta.
21