hubungan antara kepercayaan diri dengan …eprints.ums.ac.id/37444/9/02. naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
0
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
PROKRASTINASI KERJA PADA KARYAWAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
Desi Retnoningsih
F 100 080 040
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
3
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
PROKRASTINASI KERJA PADA KARYAWAN
Desi Retnoningsih
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan
suksesnya perusahaan. Pada kenyataannya ada sebagian karyawan yang melakukan
prokrastinasi. Masalah prokrastinasi bagi perusahaan penting untuk diperhatikan,
sebab dengan karyawan yang melakukan prokrastinasi akan mempengaruhi kinerja
menjadi lambat dan pekerjaan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Prokrastinasi yang dilakukan karyawan berdampak pada kinerja kerja karyawan
kurang maksimal dan merugikan perusahaan. Salah satu penyebab terjadinya
prokrastinasi kerja karyawan karena kepribadian karyawan kurang memiliki
kepercayaan diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.) Hubungan
antara kepercayaan diri dengan prokrastinasi kerja pada karyawan. 2.) Tingkat
kepercayaan diri karyawan. 3.) Tingkat prokrastinasi kerja karyawan. 4) Sumbangan
efektif kepercayaan diri terhadap prokrastinasi kerja pada karyawan. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan negatife antara kepercayaan diri
dengan prokrastinasi kerja pada karyawan. Artinya semakin rendah kepercayaan diri
maka semakin tinggi prokrastinasi kerja yang terjadi pada karyawan. Demikian
sebaliknya. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah prokrastinasi
kerja yang terjadi pada karyawan.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepercayaan
diri dan prokrastinasi kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan
yang bekerja di CV Biss Production di Cemani, Sukoharjo yang berjumlah 43 orang.
Jumlah sebanyak 43 orang tersebut digunakan semua sebagai sampel penelitian.
Oleh sebab itu, jumlah sampel diambil dari keseluruhan populasi, maka subjek
dalam penelitian ini disebut studi populasi. Metode dan alat pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu skala. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis statistik.
Berdasarkan hasil pembahasan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1.) Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan
diri dengan prokrastinasi kerja pada karyawan. 2.) Tingkat kepercayaan diri
karyawan tergolong sedang. 3.) Tingkat prokrastinasi kerja karyawan tergolong
sangat tinggi. 4.) Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap prokrastinasi kerja
pada karyawan sebesar 0,137 atau 31,8%. Hal ini berarti masih terdapat beberapa
variabel lain yang mempengaruhi kepercayaan diri sebesar 68,2%.
Kata kunci : Kepercayaan diri dan prokrastinasi kerja
1
PENDAHULUAN
Karyawan adalah sumber daya
yang sangat penting dan sangat
menentukan suksesnya perusahaan.
Karyawan juga selalu disebut sebagai
human capital, yang artinya karyawan
adalah modal terpenting untuk
menghasilkan nilai tambah
perusahaan. Sebagai modal terpenting,
fungsi dan peran karyawan selalu
bertujuan untuk memaksimalkan
produktivitas dan efisiensi perusahaan
melalui cara kerja yang efektif. Sebab,
bila karyawan tidak produktif dan
tidak efisien, maka karyawan tidak
lagi menjadi modal terpenting, tapi
menjadi beban buat perusahaan,
seperti karyawan dalam bekerja
memiliki perilaku prokrastinasi.
Ilmu psikologi menyebut
perilaku menunda-nunda ini dengan
istilah prokrastinasi. Secara harfiah,
prokrastinasi berasal dari bahasa latin,
“procrastinare” yang berarti
menunda sampai hari berikutnya.
Prokrastinasi meliputi penundaan atau
penangguhan sesuatu yang penting ke
waktu yang lain atau hari berikutnya.
Prokrastinasi sebagai sebuah frekuensi
kegagalan dalam melakukan apa yang
harus seharusnya dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu (Iskender,
2011).
Prokrastinasi dapat terjadi
dalam berbagai bidang termasuk
dalam bidang kerja. Masalah
prokrastinasi bagi perusahaan penting
untuk diperhatikan, sebab dengan
karyawan yang melakukan
prokrastinasi akan mempengaruhi
kinerja menjadi lambat dan pekerjaan
tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Seperti yang diutarakan
oleh Eerde (2003) bahwa prokrastinasi
yang dilakukan karyawan dalam
bekerja akan merugikan perusahaan
dan menghambat perkembangan
perusahaan. Sedangkan bagi karyawan
berdampak pada karyawan
memperoleh nilai buruk dari
perusahaan dan memungkinkan
karyawan dikeluarkan dari
perusahaan. Oleh sebab itu,
perusahaan menginginkan para
karyawan tidak melakukan
prokrastinasi.
Masalah prokrastinasi ini juga
terjadi CV Biss Production di Cemani,
Sukoharjo. CV Biss Production
merupakan salah satu perusahaan jasa
dalam menyediakan tenaga Sales
Promotion Girl (SPG) bagi
2
perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan jasa SPG untuk
memasarkan produk. Berdasarkan
hasil observasi dapat diketahui bahwa
karyawan di CV Biss Production telah
melakukan prokrastinasi. Hal ini
terlihat dalam melaksanakan
pekerjaan ada kalanya karyawan tidak
memiliki disiplin kerja yang tinggi
dan melakukan penyimpangan dalam
melaksanakan tugasnya, khususnya
apabila pimpinan tidak berada
ditempat dan karyawan keluar untuk
kepentingan diluar pekerjaan tanpa
sepengetahuan pimpinan, sehingga
banyak menyebabkan hasil kerja
kurang maksimal. Selain itu,
prokrastinasi SPG dapat dilihat dari
cara SPG kurang tanggap terhadap
permintaan konsumen. Seperti yang
dilakukan oleh karyawan CV Biss
Production yaitu saat konsumen
meminta untuk diambilkan suatu
barang, SPG mengambilkan barang
lama waktunya. SPG terlihat
melakukan pekerjaan lain yaitu
berbincang-bincang dengan konsumen
lain atau menerima telepon dari HP.
Hal tersebut membuat konsumen
jengkel dan tidak jadi membeli
barang. Perilaku SPG tersebut telah
merugikan perusahaan, karena barang
yang dipromosikan tidak terjual sesuai
target.
Perilaku prokrastinasi pada diri
individu tidak muncul begitu saja.
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi munculnya perilaku
prokrastinasi. Salah satu diantaranya
menurut Ferrari (dalam Freeman,
dkk., 2011) bahwa prokrastinasi
sebagai suatu trait kepribadian, dalam
pengertian ini prokrastinasi tidak
hanya sebuah perilaku penundaan
saja, akan tetapi prokrastinasi
merupakan suatu trait yang
melibatkan komponen-komponen
perilaku maupun struktur mental lain
yang saling terkait yang dapat
diketahui secara langsung maupun
tidak langsung.
Sehubungan dengan pengertian
tersebut, salah satu tipe kepribadian
yaitu tipe conscientiousness. Faktor
kepribadian tipe conscientiousness
pada individu menunjukkan ciri-ciri
yang berkaitan dengan suatu
pemahaman yang kuat akan tujuan,
kewajiban, dan kelebihan-kelebihan
secara umum akan berprestasi lebih
baik daripada individu-individu yang
tidak demikian. Sebaliknya tipe
3
conscientiousness yang dimiliki
rendah membuat individu tidak
memiliki tujuan, tidak dapat
diandalkan, pemalas, tidak peduli,
lemah, lalai, lemah dalam kemauan,
dan suka bersenang-senang, sehingga
ada kecenderungan dalam diri
individu melakukan penundaan dalam
kerja. Individu dengan kepribadian
tipe conscientiousness dan melakukan
penundaan dalam bekerja berdampak
pada kepercayaan diri rendah (Eerde,
2003).
Menurut Saputro dan Suseno
(2008) kepercayaan diri ialah suatu
sikap atau perasaan yakin akan
kemampuan diri sendiri sehingga
orang yang bersangkutan tidak cemas
dalam bertindak, merasa bebas, tidak
malu dan tertahan sekaligus mampu
bertanggung jawab atas yang
diperbuat.
Kepercayaan diri yang tinggi
bagi karyawan yang bekerja sebagai
Sales Promotion Girl (SPG) sangat
diperlukan, sebab kepercayaan diri
merupakan salah satu karakter yang
yang harus dimiliki oleh seorang SPG.
Dijelaskan oleh Rolander (2008)
bahwa kepercayaan diri tinggi pada
seorang SPG mampu untuk
mempengaruhi orang lain melalui
kharismanya, sebab SPG yang
percaya diri menyadari dan
menghargai potensi dirinya sehingga
SPG dalam bekerja penuh semangat.
Percaya diri pada seorang SPG
memiliki anggapan bahwa dirinya
orang yang ramah dan ingin
membantu. Hal tersebut akan
tercermin pada saat anda menyapa dan
tersenyum pada setiap pelanggan yang
datang. Pelanggan dapat merasakan
ketulusan hati dari seseorang yang
benar-benar menghargai
kedatangannya, atau ketidakacuhan
seseorang dari pelayanan yang
diberikan. SPG dengan kepercayaan
diri tinggi dalam bekerja penuh
semangat, ramah pada konsumen, dan
menghargai, sehingga dapat menarik
konsumen untuk membeli barang
ditawarkan. Sebaliknya, kepercayaan
diri pada SPG mempengaruhi sikap
SPG kurang bersemangat dalam
bekerja atau kurang ramah yang
membuat konsumen tidak tertarik
untuk membeli barang yang dijual.
Oleh sebab itu, kepercayaan diri tinggi
bagi SPG sangat penting.
Individu yang tidak memiliki
kepercayaan diri akan cenderung
4
untuk tidak percaya akan kemampuan
yang dimilikinya, mudah cemas dalam
menghadapi persoalan dengan tingkat
kesulitan tertentu, mudah putus asa,
dan sering bereaksi negatif dalam
menghadapi masalah, dengan
menghindari tanggung jawab dan
negosiasi diri yang menyebabkan rasa
tidak percaya dirinya semakin buruk
(Purba dan Seniwati, 2005). Yusnita
(2010) menyatakan bahwa individu
yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi akan memiliki perasaan yang
yakin terhadap kekuatan dan
kemampuan serta keterampilan yang
dimiliki. Individu tersebut akan
merasa optimis terhadap segala tugas
yang telah diberikan kepadanya.
Mereka akan bekerja keras sekuat
tenaga untuk menyelesaikan tugas
tersebut.
Berdasarkan uraian pada latar
belakang tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: (1)
Hubungan antara kepercayaan diri
dengan prokrastinasi kerja pada
karyawan. (2) Tingkat kepercayaan
diri karyawan. (3) Tingkat
prokrastinasi kerja karyawan. (4)
Sumbangan efektif kepercayaan diri
terhadap prokrastinasi kerja pada
karyawan
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Desimone (dalam
Ferrari, dkk., 1995), istilah
prokastinasi berasal dari kata kerja
latin “procastinare”, yang secara
harfiah berarti menangguhkan atau
menunda sampai hari berikutnya. Kata
ini merupakan suatu kumpulan dari
dua kata, “pro” yang berarti dorongan
dan “crastinate” berasal dari bahasa
latin “cratinus” yang berarti sampai
hari esok. Definisi prokrastinasi
menurut Desimone adalah menunda
melakukan pekerjaan hingga esok hari
dan tidak mungkin tidak dilakukan
secara terus menerus atau
berkelangsungan (Ferrari, dkk., 1995).
Pada kalangan ilmuwan istilah
prokrastinasi untuk menunjukkan
pada suatu kecenderungan menunda-
nunda pekerjaan. Eerde (2003)
seseorang yang mempunyai
kecenderungan untuk menunda atau
tidak segera mulai suatu kerja, ketika
menghadapi suatu kerja tersebut
sebagai seseorang yang melakukan
prokrastinasi. Tidak peduli apakah
penunda tersebut mempunyai alasan
5
atau tidak, karena setiap penundaan
dalam menghadapi suatu tugas
tersebut prokrastinasi. Seorang
procrastinator biasanya mempunyai
tidur yang tidak sehat, mempunyai
depresi yang kronis, menjadi sebab
stres, dan berbagi penyebab
penyimpangan psikologis lainnya.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan pengertian dari
prokrastinasi kerja adalah perilaku
yang cenderung atau menunda-nunda
pekerjaan dan tidak segera memulai
pekerjaannya.
Prokrastinasi kerja karyawan
didasarkan pada aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Binder (2008),
yaitu : (1) penundaan berkaitan
dengan tingkah laku (behavioral
procrastination), (2) penundaan batas
waktu (deadline procrastination), (3)
penundaan dalam membuat keputusan
(decision making procrastination), (4)
pola atau bentuk mundur (fallback
pattern), (5) penundaan yang
dilakukan karena kebiasaan (habitual
procrastination), (6) penundaan
keterlambatan (lateness
procrastination), (7) penundaan sosial
(social procrastination). Alasan
digunakan aspek-aspek Binder (2008)
yaitu tujuh aspek tersebut mampu
mengungkapkan semua aspek-aspek
yang dikemukakan oleh para ahli
dalam teorinya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi kerja
meliputi fenomenologi prokrastinasi,
perbedaan individual pada sikap
kepercayaan diri, demografi,
kecemasan terhadap evaluasi yang
akan diberikan, kesulitan dalam
mengambil keputusan, pemberontakan
terhadap kontrol dari figur otoritas,
kurangnya tuntutan dari tugas, standar
yang terlalu tinggi mengenai
kemampuan individu, takut gagal,
takut berhasil, tidak menyukai tugas,
pemberontakan, tidak terampil
memecahkan masalah, dan sikap
prefeksionis.
Menurut Adywibowo (2010)
kepercayaan diri adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya, dan
keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan dalam hidupnya.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pernyataan Lauster (2000) yang
menyatakan bahwa kepercayaan diri
merupakan suatu sikap atau perasaan
6
yakin atas kemampuan sendiri. Ahli
jiwa yang terkenal Afred Adler
mencurahkan hidupnya pada
penyelidikan rasa rendah diri. Dia
mengatakan bahwa kebutuhan
manusia yang paling penting adalah
akan kepercayaan diri sendiri dan rasa
superioritas. Leman (2000)
menjelaskan bahwa kepercayaan diri
adalah sikap positif baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungan
atau situasi yang dihadapinya. Sikap
dan penilaian positif ini
dikembangkan oleh individu untuk
memperkuat keyakinan yang dimiliki
akan kemampuan yang ada dalam
dirinya.
Centi (2006) menyatakan
bahwa kepercayaan diri berawal dari
tekad pada diri sendiri untuk
melakukan segala yang diinginkan
dan dibutuhkan dalam hidup serta
terbina dari keyakinan diri sendiri.
Orang yang memiliki kepercayaan diri
merasa yakin akan kemampuan
dirinya sehingga bisa menyelesaikan
masalahnya, karena tahu apa yang
dibutuhkan dalam kehidupannya serta
mempunyai sikap positif yang didasari
keyakinan akan kemampuannya.
Angelis (2005) menyatakan bahwa
kepercayaan diri merupakan sikap
pada diri seseorang yang dapat
menerima kenyataan mengembangkan
kesadaran diri, berfikir positif,
memiliki kemandirian dan
mempunyai kemampuan untuk
memiliki serta mencapai segala
sesuatu yang diinginkan.
Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan yang
dimiliki seseorang bahwa dirinya
mampu berperilaku seperti yang
dibutuhkan untuk memperoleh hasil
seperti yang diharapkan.
Kepercayaan diri diukur
dengan menggunakan skala
kepercayaan diri berdasarkan aspek-
aspek yang mengacu pada teori
Lauster (2000). Aspek-aspek yang
digunakan adalah ambisi normal,
optimisme, mandiri, tidak
mementingkan diri sendiri dan
toleransi. Digunakan aspek-aspek
Lauster (2000) dengan alasan aspek-
aspek tersebut mampu
mengungkapkan aspek-aspek dari
beberapa teori yang digunakan dalam
penelitian.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri
7
seseorang diantaranya adalah konsep
diri dan harga diri, kondisi fisik,
kegagalan dan kesuksesan,
pengalaman hidup, pendidikan dan
peran lingkungan keluarga.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian adalah “ada hubungan
negatif antara kepercayaan diri dengan
prokrastinasi kerja pada karyawan”.
Artinya semakin rendah kepercayaan
diri maka semakin tinggi prokrastinasi
kerja yang terjadi pada karyawan.
Demikian juga sebaliknya, semakin
tinggi kepercayaan diri maka semakin
rendah prokrastinasi kerja yang terjadi
pada karyawan.
METODE PENELITIAN
Variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah prokrastinasi
kerja dan kepercayaan diri.
Populasi adalah keseluruhan
individu yang ingin diteliti dan paling
sedikit mempunyai satu ciri atau sifat
yang sama (Hadi, 2000). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan yang bekerja di CV Biss
Production di Cemani, Sukoharjo
yang berjumlah 43 orang. Jumlah
sebanyak 43 orang tersebut digunakan
semua sebagai sampel penelitian.
Oleh sebab itu, jumlah sampel diambil
dari keseluruhan populasi, maka
subjek dalam penelitian ini disebut
studi populasi.
Metode dan alat pengumpulan
data dalam penelitian ini yaitu skala.
Ada dua macam skala pengukuran
dalam penelitian ini, yaitu skala
prokrastinasi kerja dan skala
kepercayaan diri karyawan.
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
statistik. Perhitungan menggunakan
teknik korelasi product moment,
alasan menggunakan teknik korelasi
product moment karena di dalam
penelitian ini ada dua variabel yaitu
prokrastinasi kerja dan kepercayaan
diri karyawan yang masing-masing
bergejala interval dan ingin dicari
korelasi antara dua variabel tersebut.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian dengan
menggunakan korelasi product
moment diperoleh hasil r = -0,564
dengan p = 0,000 (p ≤ 0.01) yang
berarti ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara kepercayaan
diri dengan prokrastinasi kerja
Maksudnya, semakin tinggi
8
kepercayaan diri, maka semakin
rendah prokrastinasi kerja.
Sebaliknya, semakin rendah
kepercayaan diri maka prokrastinasi
kerja semakin tinggi, dengan
demikian hipotesis terbalik.
Menurut Saputro dan Suseno
(2008) kepercayaan diri ialah suatu
sikap atau perasaan yakin akan
kemampuan diri sendiri sehingga
orang yang bersangkutan tidak cemas
dalam bertindak, merasa bebas, tidak
malu dan tertahan sekaligus mampu
bertanggung jawab atas yang
diperbuat. Kepercayaan diri yang
tinggi bagi karyawan yang bekerja
sebagai Sales Promotion Girl (SPG)
sangat diperlukan, sebab kepercayaan
diri merupakan salah satu karakter
yang yang harus dimiliki oleh seorang
SPG.
Kepercayaan diri dapat
diketahui melalui aspek-aspeknya.
Menurut Lauster (dalam Hamdan,
2008) aspek-aspek kepercayaan diri,
diantaranya adalah: 1.) Optimis, yaitu
sikap yang mempengaruhi hidup
orang yang optimis dan selalu
beranggapan bahwa kita akan
berhasil, dan dapat menggunakan
kemampuan, kekuatan dan
keterampilan secara positif, bersikap
positif dan terbuka. 2.) Mandiri, yaitu
suatu keadaan dapat berdiri sendiri.
Orang yang mandiri berarti dapat
berdiri sendiri dan tidak bergantung
dengan orang lain/orang yang tidak
memiliki kepercayaan diri terhadap
tekanan karena yakin akan
kemandiriannya sehingga tidak akan
terpengaruh oleh temannya. 3.)
Memiliki ambisi yang tidak
berlebihan. Ambisi adalah dorongan
untuk mencapai sukses. Memiliki
ambisi yang tidak berlebihan berarti
memiliki dorongan untuk
mencapainya dan dengan tetap
memiliki pertimbangan-pertimbangan
yang bijaksana. 4.) Tidak
mementingkan diri sendiri, merupakan
keramahan manusia yang murni tanpa
tujuan untuk mendapatkan balas jasa,
pujian maupun sanjungan, namun juga
bukan kerendahan hati yang
berlebihan. Orang yang tidak
mementingkan diri sendiri, berjanji
untuk kondisi yang lebih baik untuk
diri sendiri dan orang lain. 6.)
Toleransi yaitu menerima pendapat,
kelakuan gaya hidup yang
berhubungan dengan dirinya. Orang
9
memiliki toleransi juga bebas dari
prasangka.
Kepercayaan diri pada subjek
termasuk sangat tinggi. Dijelaskan
oleh Rolander (2008) bahwa
kepercayaan diri tinggi pada seorang
SPG mampu untuk mempengaruhi
orang lain melalui kharismanya, sebab
SPG yang percaya diri menyadari dan
menghargai potensi dirinya sehingga
SPG dalam bekerja penuh semangat.
Percaya diri pada seorang SPG
memiliki anggapan bahwa dirinya
orang yang ramah dan ingin
membantu. Hal tersebut akan
tercermin pada saat anda menyapa dan
tersenyum pada setiap pelanggan yang
datang. Pelanggan dapat merasakan
ketulusan hati dari seseorang yang
benar-benar menghargai
kedatangannya, atau ketidakacuhan
seseorang dari pelayanan yang
diberikan. SPG dengan kepercayaan
diri tinggi dalam bekerja penuh
semangat, ramah pada konsumen, dan
menghargai, sehingga dapat menarik
konsumen untuk membeli barang
ditawarkan. Sebaliknya, kepercayaan
diri pada SPG mempengaruhi sikap
SPG kurang bersemangat dalam
bekerja atau kurang ramah yang
membuat konsumen tidak tertarik
untuk membeli barang yang dijual.
Oleh sebab itu, kepercayaan diri tinggi
bagi SPG sangat penting.
Yusnita (2010) menyatakan
bahwa individu yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi akan
memiliki perasaan yang yakin
terhadap kekuatan dan kemampuan
serta keterampilan yang dimiliki.
Individu tersebut akan merasa optimis
terhadap segala tugas yang telah
diberikan kepadanya. Individu akan
bekerja keras sekuat tenaga untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Kepercayaan diri tinggi membuat
individu tidak melakukan atau
mengurangi prokastinasi. Sebaliknya
individu yang kurang memiliki
kepercayaan diri menpengaruhi
tingkat prokastinasi semakin tinggi.
Suatu penundaan dikatakan sebagai
prokrastinasi, apabila penundaan itu
dilakukan pada tugas yang penting,
dilakukan berulang-ulang secara
sengaja dan menimbulkan perasaan
tidak nyaman, secara subyektif
dirasakan oleh seseorang
prokrastinator. Sebaliknya, individu
yang tidak memiliki kepercayaan diri
rendah akan cenderung untuk tidak
10
percaya akan kemampuan yang
dimilikinya, mudah cemas dalam
menghadapi persoalan dengan tingkat
kesulitan tertentu, mudah putus asa,
dan sering bereaksi negatif dalam
menghadapi masalah, dengan
menghindari tanggung jawab dan
negosiasi diri yang menyebabkan rasa
tidak percaya dirinya semakin buruk
(Purba dan Seniwati, 2005).
Kepercayaan diri subjek yang
tinggi berpengaruh terhadap
prokrastinasi subjek rendah. Hal
tersebut dapat terjadi karena subjek
yang memiliki kepercayaan diri tinggi
dalam bekerja akan fokus pada
pekerjaan, tidak cemas menghadapi
tugas, penuh semangat, dan tepat
waktu. Hasil penelitian tersebut
mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Mastuti (2009) bahwa
kepercayaan diri berpengaruh negatif
terhadap prokrastinasi.
Iskender (2011) mengatakan
bahwa prokrastinasi adalah suatu
perilaku spesifik, yang meliputi : 1)
rilaku yang melibatkan unsur
penundaan, baik untuk memulai
maupun menyelesaikan suatu tugas
atau aktivitas, 2) menghasilkan akibat-
akibat lain yang lebih jauh, misalnya
keterlambatan menyelesaikan tugas
maupun kegagalan dalam
mengerjakan tugas, 3) melibatkan
suatu tugas yang dipersepsikan oleh
pelaku prokrastinasi sebagai suatu
tugas yang penting untuk dikerjakan,
misalnya tugas kantor, tugas sekolah,
maupun tugas rumah tangga, 4.)
menghasilkn keadaan emosional yang
tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas, perasaan bersalah,
marah, panik, dan sebagainya.
Akinsola, dkk., (2007)
berpendapat bahwa perilaku
prokrastinasi muncul pada kondisi
lingkungan tertentu. Kondisi yang
menimbulkan stimulus tertentu bisa
menjadi reinforcement bagi
prokrastinasi. Kondisi yang lenient
atau rendah dalam pengawasan akan
mendorong seseorang untuk
melakukan prokrastinasi. Kognitif dan
kognitif behavioral; prokrastinasi
terjadi karena adanya keyakinan tidak
rasional yang dimiliki seseorang.
Keyakinan tidak rasional disebabkan
oleh kesalahan mempersepsi tugas,
misalnya sebagai sesuatu yang berat
dan tidak menyenangkan
(aversiveness of the task dan fear of
failure). Fear of failure adalah
11
ketakutan yang berlebihan untuk gagal
dan seseorang menunda-nunda
mengerjakan tugas karena takut gagal
menyelesaikannya sehingga akan
mendatangkan penilaian yang negatif
terhadap kemampuannya. Seseorang
melakukan prokrastinasi untuk
menghindari informasi diagnostik
terhadap kemampuannya, sehingga
orang tidak mau dikatakan
mempunyai kemampuan yang rendah
atau kurang.
Berdasarkan pembahasan
diatas dapat diketahui bahwa
kepercayaan diri berpengaruh
terhadap prokrastinasi kerja, dengan
sumbangan efektifnya sebesar 0,318
sehingga kepercayaan diri hanya
berpengaruh terhadap prokrastinasi
kerja sebesar 31.8% karena masih ada
beberapa faktor lain yang
mempengaruhi prokastinasi kerja
sebesar 68,2% yaitu konsep diri, harga
diri, pendidikan atau faktor
lingkungan kerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan,
hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kepercayaan diri
dengan prokrastinasi kerja pada
karyawan.
2. Tingkat kepercayaan diri
karyawan tergolong sangat tinggi.
3. Tingkat prokrastinasi kerja
karyawan tergolong sedang
4. Sumbangan efektif kepercayaan
diri terhadap prokrastinasi kerja
pada karyawan sebesar 0,318 atau
31,8%. Hal ini berarti masih
terdapat beberapa variabel lain
yang mempengaruhi kepercayaan
diri sebesar 68,2%.
Mengingat hasil penelitian
untuk kepercayaan diri termasuk
tingkat sedang, maka disarankan bagi
para pihak terkait, yaitu sebagai
berikut:
Bagi Karyawan, disarankan
untuk meningkatkan kepercayaan diri,
cara yang dapat dilakukan, antara lain:
(a) Penundaan berkaitan dengan
tingkah laku, disarankan bagi
karyawan untuk merubah perilaku
penundaan kerja dengan cara setiap
tugas dari pimpinan cepat-cepat
diselesaikan. (b) Penundaan batas
waktu, disarankan bagi karyawan
untuk melaksanakan kegiatan kerja
12
sesuai dealine. Misalnya, dalam
menyelesaikan satuga dari pimpinan
dengan rencana satu minggu, maka
karyawan harus menyelesaikan dalam
waktu satu minggu. (c) Penundaan
dalam membuat keputusan, bagi
karyawan disarankan untuk membuat
keputusan langkah-langkah kerja
secepatnya setelah mendapat tugas
dari pimpinan. (d) Pola / bentuk
mundur, disarankan bagi karyawan
untuk melihat akibat kerja yang
ditunda-tunda, dari pengalaman
tersebut karyawan dapat mengambil
sikap secepatnya menyelesaikan
pekerjaan. Seperti, saat karyawan
diperintah menemui konsumen
dengan sikap ramah, maka karyawan
tersebut menemui karyawan dengan
sikap sopan dan ramah. (e) Penundaan
yang dilakukan karena kebiasaan,
disarankan untuk merubah kebiasaan.
Seperti biasanya datang terlambat,
disarankan kepada karyawan untuk
bangun lebih pagi sehingga datang ke
kantor tidak terlambat. (f) Penundaan
keterlambatan, disarankan agar
karyawan tidak melakukan penundaan
keteralmbatan kerja. cara yang dapat
dilakukan yaitu setelah menyelesaikan
pekerjaan dan membuat laporan
kepada pimpinan mengenai hasil
kerjanya. (g) Penundaan sosial,
karyawan disarankan untuk mencari
teman yang mempunyai sikap dalam
bekerja dengan cepat, sehingga
karyawan terpengaruh dengan
temannya tersebut dan dapat bekerja
secara cepat pula.
Bagi Pimpinan Perusahaan.
Disarankan bagi pimpinan untuk
menurunkan prokrastinasi kerja
karyawan. Cara yang dapat dilakukan
antara lain meningkatkan disiplin
aturan perusahaan. Misalnya, bagi
karyawan yang datang atau membuat
laporan mendapat hukuman,
hukumannya dapat berupa potongan
uang makan. Pimpinan dapat lebih
intensif menanyakan hasil kerja
karyawan, apabila ada karyawan yang
belum melaporkan hasil kerja
pimpinan dapat memberikan teguran.
Bagi peneliti selanjutnya.
Mengingat dalam penelitian ini ada
kelemahan yaitu jumlah responden
sedikit hanya 43 orang, maka
disarankan bagi peneliti selanjutnya
untuk menambah jumlah responden
seebanyak-banyak atau lebih dari 100
orang, sehingga diharapkan hasil
penelitian lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Adywibowo, Inge Pudjiastuti. 2010.
Memperkuat Kepercayaan
Diri Anak melalui
Percakapan Referensial.
Jurnal Pendidikan Penabur.
No.15
Angelis, B. D. 2005. Confidence :
percaya diri sumber sukses
dan kemandirian. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Binder, Kelly. 2008. The Effects of an
Academic Procrastination
Treatment on Student
Procrastination and
Subjective Well-Being.
Abstrak (tidak diterbitkan)
Canada: Carleton University
Centi, P. J. 2006. Mengapa rendah
diri. Kanisius : Jakarta.
Eerde, Wendelien van. 2003. A meta-
analytically derived
nomological network of
procrastination. Personality
and Individual Differences.
Vol. 35 Hal. 1401–1418
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., &
McCown, W. G. 1995.
Procrastination and task
avoidance: Theory, research,
and treatment. New York:
Plenum.
Freeman, Erin K., Cox, Luz-Eugenia.,
Fuenzalida, Cox., dan
Stoltenberg, Ilea. 2011.
Extraversion and Arousal
Procrastination: Waiting for
the Kicks. Springer
Science+Business Media.
30:375–382
Hadi, S. 2000. Metodologi Research
I. Yogyakarta: Andi
Iskender, Murat. 2011. The influence
of self-compassion on
academic procrastination and
dysfunctional attitudes.
Academic Journals. Vol.
6(2), pp. 230-234
Lauster, P. 2000. Personality Test.
Alih Bahasa D.H. Gulo.
Jakarta: Bumi Aksara.
Leman, Martin. 2000. Membangun
Rasa Percaya Diri Anak.
Jakarta:Majalah
Purba, Debora Eflina dan Seniati, Ali
Nina Liche. 2005. Pengaruh
Kepribadian dan Komitmen
Organisasi terhadap
Organizational Citizenzhip
Behavior. Makara, Sosial
Humaniora. Vol. 8, No. 3,
Hal. 105-111
Saputro, Niko Dimas dan Suseno,
Miftahun Ni’mah. 2008.
Hubungan antara
Kepercayaan Diri dengan
Employability pada
Mahasiswa. Jurnal Psikologi.
Universitas Islam Indonesia.
Hal. 1-9
Yusnita, Mirtha. 2010. Kepercayaan
Diri Individu Dwarfisme
(Tinjauan Teori Psikologi
Transpersonal). Abstrak
(tidak diterbitkan).
Universitas Gunadarma