hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler rohis...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
ROHIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SMA
MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Dwi Oktorianto
NIM 109011000187
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
iii
ABSTRAKSI
Dwi Oktorianto “Hubungan Antara Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis
Dengan Prestasi Belajar PAI Di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta” Skripsi
Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan Rohis terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif Deskriptif, yaitu “pendekatan yang
mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan variabel-
variabel tersebut harus didefinsikan dalam bentuk operasionalisasi dari masing-
masing variabel”. Kemudian Untuk memudahkan data, dan informasi yang
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui penelitian survei (Survei
Reasearch) dengan teknik korelasional.
Jenis penelitian survei ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data mengenai
Keaktifan Siswa dalam kegiatan Rohis dengan prestasi belajar PAI melalui
kuesioner/angket yang akan disebarkan di SMA Muhammadiyah 3.
Hasil penelitian diperoleh korelasi sebesar 0,159. Sehingga nilai r hitung
berkisar antara 0,00-0,20 Antara variabel X (kegiatan ekstrakurikuler Rohis)
dan variabel Y (prestasi belajar) memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi
itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan. Sementara
itu setelah penulis menghitung koefisien determinasi, diketahui berdasarkan
koefisien determinasi kegiatan ekstrakurikuler Rohis mempunyai kontribusi
hanya sebesar 2,5281% dalam mempengaruhi hasil belajar siswa SMA
Muhammadiyah 3 Jakarta. Dan 97,4719% lagi dipengaruhi oleh faktor lain
seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, faktor strategi belajar,
faktor guru dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa baik
dari dalam sekolah maupun di luar sekolah.
iv
ABSTRAC
Dwi Oktorianto “Relation Between Rohis Extracuriculair Activity With
Study Achievement PAI in Muhammadiyah High School 3 Jakarta” Paper
of Islamoic Study Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Key Words :
This experiement‟s pupose is to knowing the relation ship Rohis activites in
student goal on Islamic study. This observation using the quantitative
descriptive objection that pointing the variables as an observation object “those
variables have to defined into varibles opertionalization” to minimizing data
and information that explain the problems that exist in this observation, the
writer use the analysis descriptive methodology toward experimental surveys
(survey research) with the corelational technique.
This survey research is use to have student activity data in rohis activities with
study activity data in rohis activities with study activity in PAI toward
quisioner which is given in Muhammadiyah 3 high school.
At this observation achievement, the survey gets 0,159 correlation, with r
calculation point between 0,00 – 0,20. Between X varible (extracuriculair
Rohis activity) and Y variable (study achievement) has made correlation, but
those correlation are very law and weak so it has to uncount. Meanwhile when
the writer calculating determination coefisiency, it is found that Rohis
extracuricular activity has only contribute in 2,5281% in parameter study
activity on the Muhammadiyah 3 high school student. Therefore 97,4719% is
get with another factors, such as familiy enviroment and society enviroment,
learning strategy, teacher factor, and others which are contribute in parameter
activity of student even in shcool or out of shcool.
v
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur tiada terbatas kepada Allah
„Azza wa Jalla yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Dialah yang
telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan anugerah
akal pikiran yang luar biasa. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai
pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat:
1. Nurlena Rifa‟i, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Abdul Majid Khon, M. Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Uin Syarif Hdayatullah Jakarta.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.
5. Bapak Muhammad Zuhdi M.Ed, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Bapak Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Jakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Mulyadi S. Ag, sebagai guru pembina Rohis di SMA Muhammadiyah
3 Jakarta, Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMA Muhammadiyah 3
Jakarta, atas bantuan dan informasi yang telah diberikan selama penulis
melakukan penelitian.
vi
8. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Bpk Sunarto dan Ibu
Suci Irianti serta para guru yang telah memberikan kasih sayang, perhatian
dan do‟a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
9. Untuk saudara dan sahabatku Mardhaney. S.Pd. I, Umayroh S.Pd. I, Imran
Satria Muchtar, S.pd. I, Prasetyo Andi Sabarkah. dan teman-teman
seperjuangan yang lain terimakasih telah memberikan semangat dan bantuan
kepada penulis.
10. Serta semua pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah memberikan semoga
Allah memberikan kebaikan dan padala kepada kita semua amiin dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang
membacanya. Amin ya Robbal „Alamin.
Jakarta 2014
Penulis
Dwi Oktorianto
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRAC ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 6
D. Perumusan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian .................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Rohis ....................................................................................... 8
1. Pengertian Rohis ................................................................. 8
2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler ............................................ 9
3. Tujuan Rohis ...................................................................... 10
B. Pendidikan Agama Islam .......................................................... 11
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................................... 11
viii
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................................... 13
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................ 15
4. Metode Pendidikan Islam ..................................................... 16
C. Prestasi Belajar ......................................................................... 18
1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................... 18
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............. 19
3. Jenis-jenis prestasi Belajar .................................................. 23
D. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 25
. E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 26
F. Hipotesis Penelitian ................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan WaktuPenelitian ..................................................... 28
B. Metode Penelitian ...................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 29
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 30
E. Teknik Pengolahan Data............................................................ 33
F. Instrumen Penelitian ................................................................. 34
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .......................... 35
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 35
2. Pengujian Hipotesis .............................................................. 36
H. Hipotesis Stasitik ....................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................ 39
1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel X) ....................... 39
2. Prestasi Belajar (Variabel Y) ................................................ 43
B. Uji Instrumen Penelitian........................................................... 48
1. Uji Validitas ........................................................................ 48
2. Uji Realibilitas ..................................................................... 49
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ........... 50
ix
1. Uji Normalitas ...................................................................... 50
2. Uji Homogenitas ................................................................... 52
3. Pengujian Hipotesis ............................................................. 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 56
1. Interpretasi Data .................................................................. 56
2. Temuan Penelitian ................................................................ 58
3. Pembahasan Penelitian .......................................................... 70
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 72
B. Implikasi ................................................................................. 72
C. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Angket
Tabel 3.2 Interpretasi r Product Moment
Tabel 4.1 Hasil Jawaban Responden Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah
Tabel 4.3 Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi
Tabel 4.4 Prestasi Belajar Yang Dicapai Siswa SMA Muhammadiyah 3
Jakarta
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
Tabel 4.6 Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa
Tabel 4.7 Hasil Pengumpulan Data Tentang Keaktifan Berorganisasi Siswa
Intra Sekolah Dan Prestasi Belajar Siswa
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kuesioner Keaktifan Berorganisasi Siswa
Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah
3 Jakarta
Tabel 4.12 Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa
Tabel 4.13 Jumlah Variabel X dan Variabel Y
Tabel 4.14 Interpretasi r Product Moment
Tabel 4.15 Saya aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis di sekolah (+)
Tabel 4.16 Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis untuk meningkatkan
prestasi belajar PAI (+)
Tabel 4.17 Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun tidak
menjadi penyelenggara acara (+)
Tabel 4.18 Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.19 Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.20 Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.21 Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.22 Saya mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan diri sendiri (+)
xi
Tabel 4.23 Saya lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah
mengikuti kajian dalam kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.24 Saya aktif mengikuti kegiatan Rohis sebagai bekal ketika
bermasyarakat (+)
Tabel 4.25 Saya bergabung dalam kegiatan Rohis karena kegiatan Rohis
memiliki daya tarik (+)
Tabel 4.26 Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.27 Kegiatan Rohis menambah penguasaan materi keagamaan saya (+)
Tabel 4.28 Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa
dalam melaksanakan kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.29 Guru membimbing siswa selama kegiatan Rohis berlangsung (+)
Tabel 4.30 Guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku disiplin (+)
Tabel 4.31 Saya datang ke masjid lebih awal selama kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.32 Saya mempraktekan materi dalam kegiatan Rohis pada
proses pembelajaran PAI (+)
Tabel 4.33 Guru membiasakan setiap anggota rohis berprilaku religius (+)
Tabel 4.34 Rohis meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara
di depan umum (+)
Tabel 4.35 Saya terpilih menjadi panitia pada setiap kegiatan Rohis (+)
Tabel 4.36 Guru pembimbing Rohis memberikan motivasi
untuk selalu belajar (+)
Tabel 4.37 Rohis menumbuhkan jiwa kepeminpinan saya (+)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Nilai Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah (variabel X)
Gambar 4.2 Diagram Prestasi Belajar yang Diperoleh Siswa (variabel Y)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Soal Angket
Lampiran 2 : Uji Validitas
Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi
Lampiran 4 : Homogenitas
Lampiran 3 : Foto-foto Kegiatan Rohis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.1
Karena berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional bab V
mengenai peserta didik pasal 12 ayat 1 (a) “setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak: mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”2
Dengan begitu terangkat status pendidikan agama dengan tidak
dibedakan lagi dari pendidikan umumnya. Maka sudah sewajarnya
pendidikan agama memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang lengkap seperti
mushalla atau masjid. Sebagaimana terpenuhinya fasilitas-fasilitas pada mata
pelajaran umum.3 Bila di sekolah ada laboratorium IPA, Biologi, Bahasa,
maka sebetulnya sekolah juga membutuhkan laboratorium agama di samping
masjid. Yang berisi fasilitas yang membawa siswa untuk lebih menghayati
agama, misalnya video dan nyanyian yang bernapaskan keagamaan, dan alat-
alat peraga pendidikan agama.4
Dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama diberikan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Namun untuk sekolah umum, kurikulum pendidikan
agama masih kurang memberikan materi keagamaan bagi siswa. Bahkan “di
sekolah-sekolah negeri sejak dari pendidikan dasar sampai pendidikan
1 Himpunan Peraturan Perundang-undangan SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Fokus Media, 2013), h. 146. 2 Ibid., h. 8.
3Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),
h. 10. 4 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),h. 40.
2
menengah, pendidikan agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap
minggunya”.5 Hal ini perlu mendapat perhatian, mengingat pendidikan agama
merupakan mata pelajaran wajib yang harus ada di setiap sekolah.
Bagaimana memberikan pelajaran agama dengan durasi 2 jam
perminggu, sementara lingkungan sekolah dan setelah pulang kerumah,
seorang siswa menghadapi suasana yang berbeda, bahkan cenderung
berlawanan dengan nasehat-nasehat agama yang diterimanya sewaktu berada
di sekolah.6
Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin menyatakan bahwa
kelemahan-kelemahan pendidikan Islam di sekolah antara lain sebagai
berikut:
(1) Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. (2) Kurikulum pendidikan
agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan
minimum kompetensi ataupun minimum informasi, tetapi pihak guru
Pendidikan Agama Islam seringkali terpaku padanya sehingga semangat
untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi
kurang tumbuh. (3) Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas
maka guru Pendidikan Agama Islam kurang berupaya menggali berbagai
metode yang mungkin bisa diapakai untuk pendidikan agama sehingga
pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. (4) Keterbatasan sarana
dan prasarana, mengakibatkan pengolahan cenderung seadanya.
Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting seringkali
kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.7
Selama ini terdapat anggapan bahwa kegiatan pendidikan agama di
sekolah (sebagai suatu mata pelajaran) sebenarnya sukar disebut sebagai
kegiatan pendidikan, tetapi lebih tepat disebut sebagai kegiatan pengajaran.
Artinya tidak banyak yang dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Agama
Islam lewat kegiatan pendidikan jenis ini untuk memberikan sumbangan, baik
5 Ibid., h. 38.
6 Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional (Paradigma
Baru), (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 41. 7 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 89-90.
3
bagi proses peremajaan sistem pendidikan formal maupun proses
pengembangan pendidikan nonformal.8
Anggapan tersebut memang beralasan bila hanya dilihat dari segi
formalitasnya. Yaitu kegiatan pembelajaran yang hanya memiliki porsi dua
jam pelajaran dalam seminggu. Tetapi jika dilihat dari sistem pendidikan
nonformalnya, ternyata kegiatan pendidikan agama khususnya Islam di
sekolah umum semakin hidup dan berkembang dengan pesat. Munculnya
kegiatan badan dakwah Islam, kegiatan halaqah dan kajian-kajian keislaman,
penciptaan suasana religius, kegiatan belajar baca tulis Al-Qur’an,
optimalisasi pemanfaatan sarana ibadah dan lain-lain, merupakan beberapa
indikator dari meningkatnya kegiatan keagamaan di sekolah umum.9
Mengingat dalam intra kurikuler Pendidikan Agama Islam yang
diajarkan di dalam kelas tidak cukup waktu, maka perlu tambahan melalui
ekstra kurikuler/kegiatan-kegiatan keagamaan. Adapun kegiatan keagamaan
yang ada di sekolah biasanya dilaksanakan oleh Rohis (Kerohanian Islam)
yang merupakan organisasi sub dari OSIS yang ada di sekolah.10
Yang
memberikan suatu alternatif untuk melakukan bimbingan dan pelatihan
mempelajari agama Islam. Bentuk kegiatan ini seperti, pelatihan alat-alat
musik yang bernuansakan Islam, diskusi keagamaan, bakti sosial,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan keagamaan, seperti pesantren
kilat, peringatan hari besar Islam dan praktek-praktek keagamaan seperti
sholat berjama’ah. Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menambah
pengetahuan agama Islam, yang mungkin belum sempat diajarkan di kelas.
Karena keterbatasan waktu sehingga penyampaian materi-materi juga
terbatas.
Kegiatan Rohani Islam (Rohis) merupakan suatu bentuk kegiatan
ekstrakulikuler sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam
8 Ibid., h. 124.
9Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 124. 10
Abd Rahman, Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di
Sekolah, (Jakarta: Faris2 – UIN Jakarta, 2012), h. 27.
4
rangka pembentukan mental dan spiritual anak-anak didik yang merupakan
generasi muda agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin
yang baik bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.11
Oleh karena itu keberadaan ektrakurikuler Rohis sebagai kegiatan
keagamaan. Diharapkan dapat membantu dan menyempurnakan
pembelajaran di kelas sehingga menghasilkan kompetensi siswa yang kurang
memuaskan karena keterbatasan penyampaian materi-materi ajar. Maka
Melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam ekstrakurikuler Rohis ini dapat
membantu siswa untuk lebih memahami materi yang telah disampaikan, atau
menambah materi baru yang belum di sampaikan di dalam kelas.
Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan
menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu
aktivitas ektrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa,
sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas dirinya.
Kegiatan itupun harus ditunjukkan untuk membangkitkan semangat dinamika
dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari
posisinya di tengah-tengah masyarakat.12
Agar kegiatan tersebut berjalan
dengan baik, maka sangat diperlukan bimbingan dari guru yang
bersangkutan, yaitu guru agama, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan
yang telah direncanakan.
Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan tambahan itu
merupakan sarana langsung untuk proses belajar mengajar sehingga mereka
memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya
kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi
kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan
bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh
aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.13
11
Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM)
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 1. 12
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat,Terj. Dari ‘Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal
Mujtama’ oleh Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), h. 187. 13
Ibid.
5
Rohis mempunyai peran yang penting dalam kegiatan pengembangan
damn bimbingan keagamaan yang dapat meningkatkan kompetensi agama
Islam dan kualitas keimanan serta ketaqwaan siswa yang dapat diamalkan
dalam kehidupan pribadi, baik di sekolah, rumah atau keluarga, maupun di
masyarakat sekitar.14
kegiatan Rohis ini diselenggarakan agar siswa
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang lebih di bidang agama Islam.
Meteri-materi yang diajarkan lebih variatif, sehingga lebih menyenangkan
bagi para siswa. Dengan demikian kegiatan ini dapat membantu siswa dalam
memahami materi-materi yang diajarkan juga di dalam kelas. Jika para siswa
sudah dapat memahami materi-materi ajar yang diajarkan di dalam kelas,
kemungkinan para siswa akan berprestasi dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
Dari latar belakang di atas, menyadari betapa pentingnya kegiatan Rohis
dalam membantu pembelajaran agama di kelas yang hanya dua jam
perminggu. Sehingga sulit untuk menyampaikan materi-materi ajar yang
begitu banyak. maka inilah yang mendorong penulis untuk memlilih judul
“HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHIS
DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SMA MUHAMMADIYAH 3
JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah
Setiap lembaga pendidikan pasti ingin agar para siswanya memliki
prestasi dalam setiap pelajaran. Tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI). Namun yang menjadi masalah adalah mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum hanya diberikan waktu dua jam
pelajaran perminggu. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
kurang penting.
14
Abd Rahman, Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di
Sekolah, (Jakarta: Faris2 – UIN Jakarta, 2012), h. 28.
6
2. Waktu yang diberikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
terlalu sedikit, padahal materi-materi ajar yang harus diajarkan begitu
banyak.
3. Penyampaian materi yang terbatas, karena waktu yang diberikan sedikit.
4. Kurangnya keinginan siswa untuk mengikuti kegiatan Rohis.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan mengadakan penelitian di
sekolah umum yang hanya mempunyai waktu untuk belajar agama dua jam
pelajaran perminggu. Dan memfokuskan pada program ekstrakurikuler dalam
bidang keagamaan yaitu ROHIS (Rohani Islam). Penulis membatasi masalah
pada hubungan kegiatan Rohis dengan prestasi belajar pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI).
Adapun kegiatan Rohis disini adalah kegiatan Rohis yang ada di sekolah
dan di bawah pengawasan sekolah berupa kegiatan mentoring dan
pembinaan. Kegiatan Rohis di sekolah yang akan diteliti juga dikenal dengan
sebutan Kader Muballigh Muhammadiyah (KMM). Sedangkan yang
dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu mata pelajaran di
sekolah yang di ajarkan di kelas sembilan pada semester satu tahun ajaran
2013-2014 dan sering juga disebut mata pelajaran Al-Islam.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kegiatan Rohis di sekolah?
2. Adakah hubungan kegiatan Rohis di sekolah dengan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini di
antaranya adalah:
1. Mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan ekstrakurikuler Rohis.
2. Mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI).
3. Untuk mengetahui antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
agar dapat meningkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai informasi ilmiah untuk diri sendiri yang dapat dijadikan acuan
untuk meningkatkan prestasi siswa.
2. Sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan kualitas belajar Pendidikan
Agama Islam di sekolah.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Rohis
1. Pengertian Rohis
Rohis adalah kepanjangan dari dua kata, yaitu Rohani dan Islam.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rohani yaitu yang bertalian atau
berkenaan dengan roh, sedangkan roh yaitu sesuatu yang ada dalam jasad
yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan), jika
sudah berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang. Atau
makhluk hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan.1
Sedangkan Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu agama
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman pada kitab suci
Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.2
Sementara itu pengertian Islam menurut Mohammad Daud Ali adalah
“ketundukkan, ketaatan, kepatuhan, (kepada kehendak Allah). Berasal dari
kata salama yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar
kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian,
kepatuhan, penyerahan (diri).3
Dari berbagai pendekatan istilah/pengertian tersebut di atas ekskul
Rohani Islam (ROHIS) mempunyai arti sebuah program ekstrakurikuler
yang kegiatannya terfokus kepada peningkatan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan sikap berbasis ke-Islaman yang pada akhirnya dapat
mengantarkan siswa menjadi Generasi Masdiri Berakhlaq Mulia.4
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1179 2 Ibid., h. 549.
3 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2008), h. 49. 4 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM)
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 4.
8
9
2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler
Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul).
Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah,
dan berbagi. Susunan dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat
ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada
bagiannya masing-masing.5
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar program yang
tertulis di dalam kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan
siswa.6
Rohis merupakan suatu bentuk kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang
dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam rangka pembentukan mental
dan spiritual anak-anak didik yang merupakan generasi muda agar
memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin yang baik
bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.7
Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler disekolah bertujuan
menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu
aktivitas ektrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa,
sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas
dirinya. Kegiatan itupun harus ditunjukkan untuk membangkitkan
semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai
sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat. Hal
lain yang dapat tergali dari kegiatan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan
psikologis siswa, baik itu kebutuhan akan penghargaan, permainan dan
kegembiraan. Boleh jadi, ide pengadaan kegiatan di luar proses belajar
mengajar formal itu tumbuh dari niat untu mengistirahatkan siswa dari
kelelahan berpikir yang menuntut mereka berjuang sungguh-sungguh agar
berprestasi.
5 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, diakses: 14 Februari 2014, 00:05,
http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 360. 7 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM)
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 1.
10
Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan tambahan itu
merupakan sarana langsung untuk proses belajar mengajar sehingga
mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan.
Biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan
kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut
merupakan bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan siswa pun
dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.8
3. Tujuan Rohis
Tujuan dibentuk dan dilaksanakannya kegiatan Rohis pada SMA
Muhammadiyah 3 Jakarta adalah untuk meminimalisir terjadinya
penyimpangan-penyimpangan yang kerap terjadi pada para generasi muda
dan menciptakan generasi muda yang berakhlakul karimah yang
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.9
Tujuan Rohis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tujuan Umum
Membantu siswa dalam menuntaskan pembelajaran secara
menyeluruh serta mempunyai kecakapan hidup berbasis Iman dan
Taqwa (Imtaq)
b. Tujuan khusus
Dapat membaca Al-qur’an dengan baik dan benar, mempunyai
semangat dalam melaksanakan ibadah, Berakhlak mulia, Mengetahui
dasar-dasar dalam berda’wah, mengetahui dasar-dasar pembinaan
remaja masjid, mengetahui dasar-dasar manajemen Masjid,
Menguasai method pembelajaran IQRO’, Mengetahui manajemen
pendirian dan pengelolaan pengajian anak-anak.10
8 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terj.
Dari „Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama‟ oleh
Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), h. 187. 9 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM)
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 2. 10
Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM)
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 4.
11
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan
terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah
pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan
akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya).
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah
ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education
yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah
inisering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.11
Kata pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap, dan tata laku seseorang, atau kelompok orang, dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik.12
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu
menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.13
Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.14
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama adalah sebuah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh
11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet. 4, h. 1 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 326. 13
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
Cet ke-4 h. 4 14
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif,
1981), cet. 5, h. 19
12
pendidik, sebagai proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang atau
kelompok orang, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Setelah definisi pendidikan secara umum telah diungkapkan, maka
akan penulis ungkapkan definisi-definisi pendidikan agama Islam.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-
Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman.15
Sedangkan menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam
adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran Islam.16
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya
demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.17
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu bimbingan, pengajaran atau pelatihan jasmani
dan rohani dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam agar dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta
menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.
15
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11 16
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif,
1981), cet. 5, h. 23 17
Dr. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), cet. 2,
h. 86.
13
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.18
Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses
pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami siswa di sekolah
dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,
untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses
internalisasi ajaran dan nilai-nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti
menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait dengan
kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh
jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan
nilai ajaran agama Islam. melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan
dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk
mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang
telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuk
manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.19
Ada beberapa tujuan pendidikan yang perlu kita ketahui yaitu:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya.
Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda
18
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16. 19
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 78-79.
14
pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka
yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus
tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun
dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-
tingkah tersebut.20
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan
umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat
menglami naik turun, bertambah dn berkurang dalam perjalanan hidup
seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat
mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama
hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara
dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.21
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberis sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk
tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional
Umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU danTIK). Pada tujuan
sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan
meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri
pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.22
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan
dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan
20
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
41-42. 21
Ibid., h. 42. 22
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
43.
15
mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam
pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang
selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan
Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini
merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan
pengajaran.23
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya
dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan
sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan
agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan.24
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
a. Al-Qur’an-Hadis
Merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber
akidah (keimanan), syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut.
b. Keimanan atau Aqidah
Merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah dan akhlak
bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan
konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup).
c. Akhlak
Merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam
arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah Swt (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia
23
Ibid., h. 44. 24
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 3, h.
131.
16
dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan
kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem
kehidupannya.25
d. Fiqih/ibadah (syariah)
Merupakan sistem norma (aturan) yeang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya.
Dalam hubungan dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas
(thaharah, salat, zakat, puasa, dan haji) dan dalam hubungan dengan
sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas.
e. Sejarah (tarikh)
Merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari
masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermualah) dan
berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang
dilandasi oleh akidah.26
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan
manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri,
dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.27
4. Metode Pendidikan Agama Islam
Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan untuk
mengajarkan pendidikan agama Islam
a. Metode Mutual Education
Yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah
dicontohkan oleh Nabi. Misalnya Nabi dicontohkan Nabi sendiri
dalam mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat
yang baik.28
25
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80. 26
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80. 27
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnp-
indonesia.org/id/?page_id=63/). 28
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
110.
17
b. Metode Mendidik dengan Bercerita
Yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam
hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi atau Rasul
yang hadir di tengah mereka.29
Sebagaimana Allah Swt berfirman:
...
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf
[12]: 111)
Metode Pemberian Contoh dan Teladan
Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah
metode pemberian contoh dan teladan. Allah telah menunjukkan
bahwa contoh keteladanan Nabi Muhammad adalah mengandung nilai
paedagogis bagi manusia.30
Sebagaimana Allah berfirman:
...
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)
c. Metode Diskusi
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian
karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berpikir atau
mengeluarkan pendapatnya sendiri. Metode diskusi bukan hanya
percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena adanya
masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-
macam.31
29
Ibid., h. 111. 30
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
117. 31
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), cet. 4, h. 292.
18
d. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode
ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran
sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa
yang telah dicermahakan.32
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar berasal dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan
“belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan prestasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).”33
Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.34
Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah “tingkah laku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik, maupun psikis, seperti: perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.”35
Menurut Sardiman menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.36
32
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), cet. 4, h. 307. 33
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101. 34
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan
Kompetensi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 59. 35
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), h. 85. 36
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan
Kompetensi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 59.
19
Secara umum belajar dapat dipahami bahwa belajar merupakan
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.37
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka
penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri yang disebabkan oleh
pengalaman.
Sementara itu pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI): “penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”38
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang
telah dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar
tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setelah mengikuti tes-tes tertentu tentang apa yang telah dipelajari.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar seorang siswa dengan siswa lain tentunya berbeda.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara garis besarnya faktor itu
dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor Internal (faktor dari dalam diri
siswa) dan faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa).
a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan dan
kondisi jasmani siswa, meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
37
Fadhilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 63. 38
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101
20
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya
pun kurang atau tidak berbekas.39
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esesnsial itu adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari
pada peran-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas
manusia.40
b) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
(responsetedency) dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek, orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif.41
Sikap merupakan faktor psikologis yang
akan mempengaruhi belajar dalam hal ini sikap yang akan
39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 130. 40
Ibid., h. 131. 41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 132.
21
menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima)
terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap
guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana
ia belajar, seperti kondisi kelas, teman-temannya, sarana
pengajaran dan sebagainya.42
c) Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi
secara global bakat sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya
seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior)
atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai
gifted, yakni anak berbakat intelektual.43
d) Minat Siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat
dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu.44
Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat.45
e) Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal
organismeyang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
42
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84. 43
Syah, op cit., h. 133. 44
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15,, h. 134. 45
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 157.
22
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah.46
b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Selanjutnya yang menjadi lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di
sekitar perkampungan siswa tersebut.47
2) Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.48
c. Faktor Pendekatan Belajar
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa
sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekeatan
belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar
siswa tersebut. seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan
pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk
meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang
menggunakan pendekatan belajar surface.49
Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi.
Misalnya, seorang siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang
46
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 100. 47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 135. 48
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 135. 49
Ibid, h. 136.
23
tinggi namun tidak didukung dengan lingkungan yang baik serta
sarana dan prasarana sekolah yang kurang baik, bisa jadi dapat
membuat siswa enggan untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu
setiap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi harus diperhatikan.
Agar dapat meningkatkan siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan
meminimalkan siswa-siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama
sekali.
3. Jenis-jenis Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan
dapat dicapai setelah seseorang belajar. Bloom mengemukakan tipe hasil
belajar adalah:50
a. Ranah Kognitif (Cognitive domain / ranah cipta)
Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf penguasaan
intelektuallitas, keberhasilan ini biasanya dilihat dengan
bertambahnya pengetahuan siswa, yang terbagi menjadi :
1) Pengetahuan (Knowledge) adalah ranah pengetahuan yang
meliputi ingatan yang pernah dipelajari meliputi metode, kaidah,
prinsip dan fakta.
2) Pemahaman (Comprehension) meliputi kemampuan untuk
menangkap arti, yang dapat diketahui dengan kemampuan siswa
dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan.
3) Penerapan (Application), kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan nyata. Penerapan ini dapat meliputi hal-hal seperti
aturan, metode, konsep, prinsip dan teori.
4) Analisis (Analysis), meliputi kemampuan untuk memilah bahan
ke dalam bagian-bagian atau menyelesaikan sesuatu yang
kompleks ke bagian yang lebih sederhana. Contohnya
50
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo,2001), h. 23
24
mengidentifikasikan bagian-bagian, menganalisa hubungan antar
bagian-bagian dan membedakan antara fakta dan kesimpulan.
5) Sintetis (Syntesis), meletakkan bagian-bagian yang dihubungkan
sehingga tercipta hal-hal yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation), kemampuan memberikan penilaian
terhadap sesuatu.
b. Ranah Afektif (ranah rasa)
Adalah keberhasilan belajar yang diukur dalam taraf sikap dan nilai.
Keberhasilan ini tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku
seperti berakhlaqul karimah, disiplin dan mentaati norma-norma yang
baik, yang terdiri dari:
1) Penerimaan (Recieving), kesediaan siswa untuk memperhatikan
tetapi masih berbentuk pasif.
2) Partisipasi (Responding), siswa aktif dalam kegiatan.
3) Penilaian/penentuan sikap(Valuing), kemampuan menilai sesuatu,
dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.
4) Organisasi (Organizing), kemampuan untuk membawa atau
mempersatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik
di antara nilai-nilai dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.
5) Pembentukan Pola Hidup (Characterization by value or value
complex), yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sehingga dapat menjadi pegangan hidup.
c. Psikomotorik (ranah karsa)
Adalah keberhasilan belajar dalam bentuk skill (keahlian) bisa dilihat
dengan adanya siswa yang mampu mempraktekkan hasil belajar
dalam bentuk yang tampak, yaitu meliputi:
1) Persepsi (Perceptio), dapat dilihat dari kemampuan untuk
membedakan dua stimuli berdasarkan ciri-ciri masing-masing.
2) Kesiapan (Set), kesiapan mental dan jasmani untuk melakukan
suatu gerakan.
25
3) Gerakan terbimbing (Guided respons), melakukan gerakan sesuai
dengan contoh yang diberikan.
4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical respons),kemampuan
melakukan gerakan dengan lancar tanpa memperhatikan contoh
yang diberikan.
5) Gerakan yang kompleks (Complex respons), kemampuan
melakukan beberapa gerakan dengan lancar, tepat dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerakan (Adjusment), kemampuan penyesuaian
gerakan dengan kondisi setempat.
7) Kreativitas (Creativity), kemampuan melahirkan gerakan-gerakan
baru.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Astrina dengan judul “Hubungan
Kegiatan Rohis dengan Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 1
Pamulang.” Hasil dari analisis penelitian ini bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kegiatan Rohis dalam pembinaan akhlak siswa di SMPN
1 Pamulang. Adapun kontribusi kegiatan Rohis dengan pembinaan akhlak
siswa di SMPN 1 Pamulang yaitu sebesar 18,49%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Habib Ferdiansyah dengan judul “Peran
Rohis dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMP Negeri 10
Tangerang Selatan.” Hasil dari analisis penelitian ini bahwa terdapat
hubungan yang positif antara variabel (peran Rohis) x (dalam
meningkatkan sikap keberagamaan siswa) y dengan nilai koefisien 0,4695
kedua variabel dikategorikan sebagai hubungan positif yang signifikan dan
masuk dalam kategori cukup/sedang. Artinya pada hubungan tersebut
dinyatakan adanya kontribusi antara variabel (x) peran Rohis dan variabel
(y) dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa melalui koefisien
determinan. Dari perhitungan koefisien sebagaimana telah diketahui nilai
koefisien determinasinya adalah 21%.
26
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rohimatul Jannah dengan judul, “Pengaruh
Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) terhadap Prestasi
Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut”.
Hasil dari analisi penelitian ini bahwa dengan nilai koefisien 0,106 tidak
terdapat korelasi positif antara organisasi IRM dengan prestasi belajar
siswa. Hubungan tersebut tidak dinyatakan sebagai hubungan yang positif
berdasarkan nilai koefisien tersebut maka dapat diketahui nilai koefisien
determinasinya hanya 1,12%. Sehingga dinyatakan tidak mempunyai
hubungan posotif atau hubungan keduanya sangat lemah.
E. Kerangka Berpikir
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan di sekolah yang
disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat
yang dipilih mereka. Selain itu kegiatan ini berfungsi sebagai sarana untuk
menambah wawasan peserta didik berkaitan dengan berbagai mata pelajaran
di sekolah.
Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dan
mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diperoleh pada saat
proses pembelajaran di kelas. Ekskul ini dijadikan sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik berkaitan dengan
pelajaran agama Islam yang masih sangat minim diberikan di kelas, karena
waktu yang sangat sedikit dan materi yang terlalu banyak.
Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran wajib yang harus diajarkan
di sekolah. Namun meskipun pelajaran ini wajib ada, alokasi waktu yang
diberikan di sekolah-sekolah umum hanya dua jam pelajaran dalam
seminggu. Ini sangat kurang, mengingat ruang lingkup materi yang harus
diajarkan pada pelajaran ini cukup banyak. Seperti, dalam pelajaran ini
terdapat pembelajaran al-Quran Hadis, keimanan/aqidah, akhlak,
fiqih/ibadah, dan sejarah/tarikh.
27
Dari uraian di atas penulis berasumsi bahwa kegiatan Rohis akan menjadi
efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga pendidikan, khususnya
sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai wadah bagi
proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta
didik pada mata pelajaran agama Islam. Melalui kegiatan ini para peserta
didik dapat mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diperoleh
selama proses pembelajaran agama Islam dikelas.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
penelitian dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara kegiatan
ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar pendidikan Agama Islam di
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta yang
bertempat di Jl Limau I, III Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Alasan memilih
tempat tersebut adalah karena ektrakurikuler Rohis di dalam lembaga tersebut
aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan Rohis. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, yaitu dimulai dari
bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Deskriptif, yaitu
“pendekatan yang mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek
penelitian, dan variabel-variabel tersebut harus didefinsikan dalam bentuk
operasionalisasi dari masing-masing variabel”.1 Kemudian Untuk
memudahkan data, dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan
permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif
Analisis melalui penelitian survei (Survei Reasearch) dengan teknik
korelasional.
Jenis penelitian survei ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data
mengenai Keaktifan Siswa dalam kegiatan Rohis dengan prestasi belajar PAI
melalui kuesioner/angket yang akan disebarkan di SMA Muhammadiyah 3.
Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden melalui kuesioner.
Umumnya, pengertiam survei dibatasi pada penelitian dengan data yang
dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda
dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan
demikian, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari
1 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), cet.1, h. 30
29
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok.2
Sejalan dengan pendapat diatas, Sofian dalam buku Statistik Parametrik
mengemukakan bahwa Survei yaitu “penelitian dengan tidak melakukan
perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang
diteliti”.3
Sedangkan Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris Coleration. Dalam
bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “hubungan”, atau “saling
hubungan”, atau “hubungan timbal-balik”.4 Jadi penelitian ini membahas
tentang apakah terdapat hubungan antara kegiatan ROHIS terhadap prestasi
belajar siswa.
Sehingga pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif,
yang menggunakan metode survei dengan teknik Korelasional, yaitu “suatu
bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel dan besarnya
pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu (variabel bebas) terhadap
variabel lainnya (variabel terikat)”.5 Maka penelitian ini berusaha
mengetahui hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan prestasi belajar
pada siswa XI SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti sebuah elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi.6 Populasi pada penelitian ini
2 Sofian Effendi. Tukiran (eds), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, Anggota Ikapi,
2012), cet. 30, hal. 3. 3 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), cet.1, h.10 4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010),
Cet. 21, h 179. 5 Syofian Siregar, op. Cit., h. 335.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 173.
30
terbagi menjadi 2 yaitu populasi target yaitu seluruh anggota Rohis yang
berjumlah 60 siswa dan populasi terjangkau yaitu seluruh anggota Rohis
yang aktif sebanyak 30 orang,. Alasan dipilihnya karena mereka adalah
pengurus aktif di dalam keanggotaan Rohis di SMA Muhammadiyah 3.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu.7 Dikarenakan populasi kurang dari 100, maka
seluruh populasi terjangkau dijadikan sampel, jadi sampel dalam penelitian
ini berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sample menggunakan teknik
simple random sampling (Pengambilan sampel secara acak sederhana).
Alasan memilih tekhnik simple random sampling karena penulis akan
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa dalam penelitan
ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, agar dapat memperoleh data yang aktual, maka
penulis mencoba menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Angket
Angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang
diberikan kepada sampel penelitian, yaitu anggota Rohis yang aktif dalam
kegiatan Rohis. Angket yang di dapat akan di olah datanya untuk
mengetahui hasil penelitian. Untuk itu angket yang diberikan harus
mempunyai ukuran terhadap penelitian. Untuk itu, terdapat skala
pengukuran agar hasil penilain dapat sesuai dengan penelitian tersebut,
oleh karena itu peneliti menggunakan jenis skala pengukuran skala likert.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. XVI, h. 118.
31
Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena
tertentu.8
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert karena dapat
mengukur sikap peserta didik dari keaktifannya melakukan kegiatan
organisasi siswa intra sekolah. Sikap keaktifan inilah yang akan dinilai
melalui angket/kuesioner yang akan diberikan peneliti terhadap sampel.
Berikut adalah kisi-kisi tabel kuesioner yang berkaitan dengan
hubungan keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah terhadap prestasi
belajar.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner Angket
No Sub Variabel Dimensi Indikator Nomor
Angket
1 Keaktifan
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Rohis
Aktifitas
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Rohis
Aktif dalam
menjalani
rohis
Menjadi
panitia dalam
kegiatan
Rohis
Menyalurkan
bakat dengan
aktif di Rohis
1, 3, 6,
7,
4, 28,
5, 8,
2 Dampak
terhadap prestasi
Dukungan
pembimbing
Memberikan
sarana dan
14,
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. XVI, h. 50.
32
belajar PAI Rohis dan
Sekolah
prasarana
yang
dibutuhkan
dalam
kegiatan
Rohis
Membimbing
siswa dalam
menjalani
proses
kegiatan
Rohis
15, 16,
26, 29,
3 Dampak
terhadap prestasi
belajar PAI
Dampak
terhadap diri
sendiri
Kelebihan
Rohis dari
kegiatan
Rohis
Dampak
positif
kegiatan
Rohis
terhadap
pelajaran
PAI
Dampak
negatif
kegiatan
Rohis
11, 12,
2, 9, 10,
13, 20,
17 18,
27,
19, 21,
22, 23,
24, 25,
33
terhadap
pelajaran
PAI
2. Observasi
Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian di SMA
Muhammadiyah 3 untuk mengetahui secara langsung keadaan sekolah,
aktifitas kegiatan organisasi yang ada, dan prestasi belajar yang telah di
capai. Hal ini dapat berguna untuk penulis sebagai acuan dasar penelitian
yang akan diteliti.
Dalam observasi ini, salah satu data yang ingin diambil peneliti adalah
data tentang prestasi belajar siswa yang merupakan variabel penelitian.
Adapun prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai raport siswa yang aktif
dalam kegiatan Rohis.
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengelolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau
kuesioner yang berhasil di kumpulkan
2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai
berikut: dalam sekala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu: selalu,
sering, jarang, dan tidak pernah. Item-item di beri skor berdasarkan
jawaban yang di pilih dan jenis-jenis pertanyaan positif dan negatif. Untuk
pertanyaan positif skor yang bergerak dari jawaban skornya 4,3,2,1. untuk
pertanyaan negatif pensekoran bergerak sebaliknya.
3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil di
kumpulkan kedalam tabel yang telah di sediakan.
34
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengukur hasil
keaktifan kegiatan Rohis adalah tes objektif sebanyak 30 (tiga puluh) butir
soal dalam bentuk multiple choices (pilihan ganda) dengan 4 (empat)
alternatif jawaban yaitu: A, B, C, dan D. Dalam penelitian angket digunakan
ketentuan dengan skala 4-3-2-1 untuk pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4
untuk pernyataan negatif.
Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tersebut terlebih
dahulu diuji coba agar dapat mengetahui validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk (Construct Validity). Validitas konstruk merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validitas lainnya, karena melibatkan banyak
prosedur termasuk validitas isi dan validitas kriteria. Uji Validitas
digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.
2222 )()()()(
))(()(
YYnXXn
YXXYnrxy
Dimana: rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total (Arikunto, 2005: 72)
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari
rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan
sebaliknya.
2. Uji Realibilitas
Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
2
2
11 11 t
b
Vk
kr
,
35
Dimana: r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
2
b = jumlah varian butir/item
2
tV = varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan
menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.
Untuk memudahkan dalam mencari uji realibilitas, maka penulis juga
menggunakan SPSS versi 20.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
dimiliki peneliti berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas
yang digunakan adalah uji Liliefors dengan rumus:
Keterangan:
Lh = Nilai Liliefors hitung
F(z) = Peluang angka baku
S(z) = Proporsi angka baku
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak, maka nilai Lh dibandingkan dengan
nilai kritis L (Ltabel/ Lt) pada taraf nyata 5% (0.05). Kriteria pengujian
sampel dianggap normal jika nilai Lh lebih kecil dari Lt (Lh < Lt), dan
sebaliknya sampel dianggap tidak normal jika nilai Lh lebih besar dari
Lt (Lh > Lt).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel atau
data yang diteliti memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda.
Lh = Nilai terbesar dari |F(z) – S(z)|
36
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F untuk data yang
independen, dengan rumus:
Keterangan:
Fh = Nilai hitung dari uji F
S² = Nilai Varian dari masing-masing data
Untuk mengetahui apakah sampel memiliki tingkat keragaman
yang sama atau berbeda, maka Fh dikonsultasikan ke dalam tabel nilai
kritis F dengan taraf nyata 5% (0.05). Dalam pengujian ini data
dianggap homogen (keragaman sama) apabila nilai Fh lebih kecil dari
Ft (Fh < Ft).
2. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat seperti yang dijelaskan diatas, maka
selanjutnya diadakan pengolahan dan analisis data, sehingga data-data
yang telah ada dapat dipahami kemudian diuraikan dan diinterpretasikan
melalui analisis data.
Metode pengolahan data angket dilakukan dengan menjumlahkan skor
jawaban dari masing-masing siswa, kemudian menjumlahkan seluruh skor
jawaban dari 30 sampel tersebut, ini dinamakan sebagai variabel X
(Keaktifan Berorganisasi). Untuk variabel Y (prestasi belajar) diambil dari
nilai raport masing-masing siswa pada semester pertama, kemudian
dijumlahkan sseluruhnya. Variabel X dan variabel Y ini akan digunakan
memperoleh koefisien pengaruh antara keaktifan berorganisasi dan
prestasi belajar siswa.
Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan berorganisasi dan
prestasi belajar, digunakan tekhnik analisa dan korelasi Product Moment
dengan rumus sebagai berikut :
37
Keterangan:
rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product Moment
N : Number of Cases
∑XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
Setelah dilakukan analisis data, maka hasilnya diinterpretasikan dan
disimpulkan. Adapun pedoman yang umum digunakan dalam memberikan
interpretsi secara sederhana terhadap angka hasil koefisien korelasi
product moment adalah sebagai berikut:.9
Tabel 3.2
Interpretasi r Product Moment
Besarnya “r” Product
Moment (rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat kolerasi, akan tetapi
kolerasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga kolerasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada kolerasi atau
pengaruh antara variabel X dan variabel
Y)
0,20 -0,40 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat kolerasi yang lemah atau
rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat kolerasi yang sedang atau
cukupan.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat kolerasi yang kuat atau tinggi.
9 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010),
Cet. 21, h 193
38
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat kolerasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi.
H. Hipotesis Statistik
Dalam penelitian ini hipotesis ditentukan, yaitu:
H0 : = Tidak terdapat hubungan positif kegiatan Rohis dengan
prestasi belajar.
Ha : = terdapat hubungan positif kegiatan Rohis dengan prestasi
belajar atau semakin tinggi kegiatan Rohis semakin tinggi prestasi belajar
siswa.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam deskripsi variabel penelitian, penulis menganalisis terhadap hasil
obyektif tentang kegiatan Rohis dalam bentuk pilihan ganda dengan
menggunakan skala likert dan prestasi belajar dalam bentuk nilai raport pada
siswa SMA Muhammadiyah 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang
menjadi anggota dari kegiatan ekstrakurikuler Rohis. Data tersebut dapat
dilihat pada lampiran.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel kegiatan
ekstrakurikuler Rohis (variabel X) dan variabel prestasi belajar (variabel Y).
Adapun untuk variabel kegiatan ekstrakurikuler Rohis, data yang penulis
dapatkan adalah hasil penyebaran angket dengan menggunakan skala likert
kepada 30 siswa anggota Rohis dengan jumlah soal 30 item dan memberi
nilai pada setiap butir pertanyaan dengan ketentuan dengan skala 4-3-2-1
untuk pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif.
Sedangkan variabel prestasi belajar, data yang penulis dapatkan adalah hasil
dari nilai raport masing-masing siswa yang penulis dapatkan dari pihak SMA
Muhammadiyah 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel X)
Dari data yang penulis peroleh tentang keaktifan siswa dalam
berorganisasi terdapat beragam nilai. Nilai ini didapat setelah penulis
memberikan nilai pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner. Adapun
nilai untuk item positif sebagai berikut : jawaban selalu nilai 4, jawaban
sering nilai 3, jawaban kadang-kadang nilai 2, jawaban tidak pernah nilai
1. Kemudian pada item negatif sebagai berikut: jawaban selalu nilai 1,
jawaban sering nilai 2, jawaban kadang-kadang nilai 3, jawaban tidak
pernah nilai 4.
40
Untuk lebih jelasnya, penulis menampilkan tabel tentang jumlah
penskoran yang telah di dapat dari penyebaran kuesioner tentang kegiatan
ekstrakurikuler Rohis. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Jawaban Responden Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel
X)
Siswa
Jawaban Jumlah
Angket
Jumlah
Skor Sllu Srg Kdg2 TdkPrnh
1 2 5 6 10 23 45
2 0 6 17 0 23 52
3 2 7 6 8 23 49
4 3 4 15 1 23 55
5 3 2 14 4 23 50
6 5 9 9 0 23 65
7 3 19 1 0 23 71
8 10 6 4 3 23 69
9 7 8 8 0 23 68
10 3 2 15 3 23 51
11 2 13 8 0 23 63
12 5 15 3 0 23 71
13 1 16 6 0 23 64
14 2 12 8 1 23 61
15 13 7 2 1 23 78
16 3 8 11 1 23 69
17 5 6 11 1 23 61
18 3 5 14 1 23 56
19 0 0 21 2 23 44
20 4 14 3 2 23 66
21 1 8 13 1 23 55
22 16 7 0 0 23 85
41
23 6 12 5 0 23 70
24 16 5 2 0 23 83
25 12 6 3 2 23 74
26 5 15 3 0 23 71
27 0 3 15 5 23 44
28 4 2 10 7 23 49
29 0 9 12 2 23 53
30 3 10 10 0 23 62
Jumlah 139 241 255 55 1844
Setelah mengetahui hasil jawaban responden melalui penyebaran
kuesioner keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah tersebut. Maka
penulis akan menampilkan penyajian data dalam bentuk distribusi
frekuensi dan dapat dilihat pada tabel ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah (Variabel
X)
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Angket
Interval MidPoint Btas Nyata Frek
Abs Kum
44 - 49 46,5 43.5 - 49.5 5 5
50 - 55 52,5 49.5 - 55.5 6 11
56 - 61 58,5 55.5 - 61.5 4 15
62 - 67 64,5 61.5 - 67.5 5 20
68 - 73 70,5 67.5 - 73.5 6 26
74 - 79 76,5 73.5 - 79.5 2 28
80 - 85 82,5 79.5 - 85.5 2 30
30
Berdasarkan data frekuensi di atas, maka dapat diperoleh deskripsi
data sebagai berikut:
42
Tabel 4.3
Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi (variabel X)
Min 44
Max 85
Mean 61,47
Median 61,50
Standar Deviasi 11,218
Range 41
Varian 125,844
Berdasarkan data tentang keaktifan berorganisasi siswa tersebut,
diperoleh nilai-nilai penting seperti nilai mean hitung dari nilai skor
sebesar 61,47, nilai median sebesar 61,50 yang menunjukkan nilai
pertengahan dari nilai skor, nilai range sebesar 41 yang menunjukkan
ukuran yang menunjukkan jarak penyebaran antara skor terendah sampai
skor yang tertinggi atau sering disebut sebagai ukuran penyebaran data
yang paling kasar dari nilai skor, nilai standar deviasi sebesar 11,218 yang
menunjukkan selisih atau simpangan dari masing-masing skor, nilai
variansi sebesar 125,844. Setelah data diperoleh, maka diketahui nilai skor
tertingginya sebesar 85 dan skor terendahnya sebesar 44 dengan jumlah
skor total 1844 dari 30 sampel. Penyajian data melalui gambar histogram
dapat dilihat sebagai berikut:
43
Gambar 4.1
Nilai Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah (variabel X)
2. Prestasi Belajar (Variabel Y)
Nilai prestasi belajar ini penulis dapatkan dari nilai raport semester
ganjil. Untuk perolehan nilai dari prestasi belajar ini penulis juga
tampilkan dalam bentuk tabel .
Tabel 4.4
Prestasi Belajar yang Dicapai Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta
(Variabel Y)
Siswa Nilai
Raport
Titania Dewi Pramesti 74
Ai Novia Indaryati 73
Muhammad Refay Dharmawan 70
Adinda Idha Epitasari 60
Beraska Teguh Imanna 81
Noor Bintang Ramadhani 77
44
Nur Aurfa Syahputri 70
Tasya Aulia Mahadewi 70
Salsa Nabila 70
Ari Agung Pahrofi 88
Rivaldy Amiyono Saputro 83
Dwi Ananda Putri 82
Dianisha Fitri K 84
Gina Utami 85
Riska Yuniar 85
Fitri Nabilah 84
Astrid Ramanda 78
Gita Jihan Parameswari 84
Achdan Naufal 80
Muhammad Bagas 77
Gema Sena Dewantoro 80
Muhammad Reynald Maulana 60
Muhammad Ghandi AB 77
Mufid Abyansyah S 70
Ramadhan Febri 70
Faisal Ibrahim Kuswa 70
Inayah Nur Bintang 66
Farahdila Andini S 70
Satria Wira Prayogo 76
Nadhifa Arundati 66
Setelah mengetahui prestasi belajar siswa melalui nilai raport yang
telah diberikan pihak sekolah tersebut. Maka penulis akan menampilkan
penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
45
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y)
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Raport
Interval MidPoint Btas Nyata Frek
Abs Kum
60 – 65 62,5 59.5 - 65.5 2 2
66 – 71 68,5 65.5 - 71.5 10 12
72 – 77 74,5 71.5 - 77.5 6 18
78 – 83 80,5 77.5 - 83.5 6 24
84 – 89 86,5 83.5 - 89.5 6 30
30
Kemudian data yang juga diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai
rata-rata raport siswa sebagai variabel Y. Berdasarkan data frekuensi di
atas, maka dapat diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 4.6
Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa (Variabel Y)
Min 60
Max 88
Mean 75,33
Median 76,50
Standar Deviasi 7,535
Range 28
Varian 56,782
Kemudian berdasarkan data tentang prestasi belajar tersebut, diperoleh
nilai-nilai penting juga seperti nilai mean hitung dari nilai skor sebesar
75,33, nilai median sebesar 76,50 yang menunjukkan nilai pertengahan
dari nilai skor, nilai range sebesar 28 yang menunjukkan ukuran yang
menunjukkan jarak penyebaran antara skor terendah sampai skor yang
tertinggi atau sering disebut sebagai ukuran penyebaran data yang paling
kasar dari nilai skor, nilai standar deviasi sebesar 7,535 yang menunjukkan
selisih atau simpangan dari masing-masing skor, nilai variansi sebesar
46
56,782. Setelah data diperoleh, maka diketahui nilai skor tertingginya
sebesar 88 dan skor terendahnya sebesar 60 dengan jumlah skor total 2260
dari 30 sampel. Penyajian data melalui gambar histogram dapat dilihat
sebagai berikut:
Gambar 4.2
Diagram Prestasi Belajar yang Diperoleh Siswa (variabel Y)
Setelah data dideskripsikan di atas maka dapat diketahui bahwa dari
30 sampel terdapat nilai keaktifan berorganisasi dan nilai prestasi belajar
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Pengumpulan Data Tentang Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra
Sekolah Dan Prestasi Belajar Siswa
No Nama Responden Nilai Angket (X) Prestasi Belajar
(Y)
1 Titania Dewi Pramesti 45 74
2 Ai Novia Indaryati 52 73
3 Muhammad Refay Dharmawan 49 70
47
4 Adinda Idha Epitasari 55 60
5 Beraska Teguh Imanna 50 81
6 Noor Bintang Ramadhani 65 77
7 Nur Aurfa Syahputri 71 70
8 Tasya Audia Mahadewi 69 70
9 Salsa Nabila 68 70
10 Ari Agung Pahrofi 51 88
11 Rivaldy Amiyono Saputro 63 83
12 Dwi Ananda Putri 71 82
13 Dianisha Fitri K 64 84
14 Gina Utami 61 85
15 Riska Yuniar 78 85
16 Fitri Nabilah 59 84
17 Astrid Ramanda 61 78
18 Gita Jihan Parameswari 56 84
19 Achdan Naufal 44 80
20 Muhammad Bagas 66 77
21 Gema Sena Dewantoro 55 80
22 Muhammad Reynald Maulana 85 60
23 Muhammad Ghandi AB 70 77
24 Mufid Abyansyah S 83 70
25 Ramadhan Febri 74 70
26 Faisal Ibrahim Kuswa 71 70
27 Inayah Nur Bintang 44 66
28 Farahdila Andini S 49 70
29 Satria Wira Prayogo 53 76
30 Nadhifa Arundati 62 66
Jumlah 1844 2260
48
B. Uji Intsrumen Penelitian
Setelah data yang diperoleh dideskripsikan seperti di atas, kemudian
data-data tersebut akan diujikan tingkat validitas dan realibitasnya untuk
mengukur apakah data-data tersebut adalah data-data yang valid dan layak
untuk dijadikan penelitian.
1. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan sebagai uji instrumen penelitian untuk
mengetahui apakah data yang akan dipakai untuk pengujian hipotesis
merupakan data valid atau tidak. Untuk itu data kuesioner yang telah di
dapat, harus diuji validitasnya terlebih dahulu. Dalam uji validitas ini, butir
pertanyaan yang dianggap valid adalah r hitung > r tabel. Rumus yang
digunakan adalah uji r product moment. Berikut adalah hasil yang
diperoleh dalam uji validitas dengan menggunakan SPSS versi 20 :
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Kuesioner Keaktifan Berorganisasi Siswa
No Variabel (X) Uji Validitas
Angket ROHIS r Hitung r Tabel Keterangan
1 Butir Pertanyaan 1 0,398 0,361 Valid
2 Butir Pertanyaan 2 0,714 0,361 Valid
3 Butir Pertanyaan 3 0,639 0,361 Valid
4 Butir Pertanyaan 4 0,701 0,361 Valid
5 Butir Pertanyaan 5 0,605 0,361 Valid
6 Butir Pertanyaan 6 0,774 0,361 Valid
7 Butir Pertanyaan 7 0,625 0,361 Valid
8 Butir Pertanyaan 8 0,460 0,361 Valid
9 Butir Pertanyaan 9 0,620 0,361 Valid
10 Butir Pertanyaan 10 0,637 0,361 Valid
11 Butir Pertanyaan 11 0,807 0,361 Valid
12 Butir Pertanyaan 12 0,557 0,361 Valid
49
13 Butir Pertanyaan 13 0,699 0,361 Valid
14 Butir Pertanyaan 14 0,584 0,361 Valid
15 Butir Pertanyaan 15 0,453 0,361 Valid
16 Butir Pertanyaan 16 0,562 0,361 Valid
17 Butir Pertanyaan 17 0,396 0,361 Valid
18 Butir Pertanyaan 18 0,465 0,361 Valid
19 Butir Pertanyaan 19 0,309 0,361 Tidak Valid
20 Butir Pertanyaan 20 0,002 0,361 Tidak Valid
21 Butir Pertanyaan 21 0,197 0,361 Tidak Valid
22 Butir Pertanyaan 22 0,153 0,361 Tidak Valid
23 Butir Pertanyaan 23 0,198 0,361 Tidak Valid
24 Butir Pertanyaan 24 0,322 0,361 Tidak Valid
25 Butir Pertanyaan 25 0,307 0,361 Tidak Valid
26 Butir Pertanyaan 26 0,560 0,361 Valid
27 Butir Pertanyaan 27 0,573 0,361 Valid
28 Butir Pertanyaan 28 0,434 0,361 Valid
29 Butir Pertanyaan 29 0,527 0,361 Valid
30 Butir Pertanyaan 30 0,469 0,361 Valid
Tabel di atas dapat diartikan bahwa 23 kuesioner mendapatkan r
hitung > r tabel, sehingga kuesioner di atas dinyatakan valid sementara 7
dari kuesioner r hitung < r tabel sehingga dinyatakan tidak valid.
2. Uji Realibilitas
Uji realibilitas dalam penelitian ini juga dilakukan dengan SPSS 20
yang outputnya dapat dilihat pada lampiran. Suatu variabel dapat
dikatakan realibel jika nilai Crobanch’s Alpha dari variabel tersebut lebih
besar dari 0,60 atau 60%.
50
Tabel 4.9
Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.886 30
Setelah proses dengan SPSS, maka didapat nilai Cronbanch’s Alpha
untuk variabel kegiatan ekstrakurikuler Rohis = 0,886%. Nilai Cronbach
Alpha tersebut ternyata di atas 0,60%, maka dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan untuk variabel tersebut adalah reliable untuk memiliki tingkat
realibilitas yang sangat baik.
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk
memberi arti dan makna dalam menjawab masalah penelitian. Langkah awal
dalam menganalisis data adalah memberi nilai terhadap jawaban angket
mengenai ekstrakurikuler Rohis dan memberi nilai terhadap prestasi belajar.
Dalam penelitian angket digunakan ketentuan dengan skala 4-3-2-1 untuk
pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif.
Oleh karena itu, sebelum penulis melakukan analisis data tersebut,
penulis melakukan uji prasyarat analisis untuk mendapatkan data yang akurat
dan otentik guna mendapatkan hasil yang baik.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengukur tingkat normalnya suatu
data dalam penelitian. Adapun data yang dianggap normal adalah L hitung
< L tabel. Oleh karena itu, maka terlebih dahulu dibuat hipotesis sebagai
berikut:
Ho = data berdistribusi normal jika L hitung < L tabel
Ha = data berdistribusi tidak normal jika L hitung > L tabel
51
Pada penelitian ini, uji normalitas akan diproses menggunakan SPSS
20. Uji Normalitas akan dilakukan untuk kedua variabel tersebut yaitu
variabel keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah (X) dan variabel
prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 3. Adapun hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Angket .087 30 .200*
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 3
Jakarta
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Rapot
siswa .160 30 .047
Dari tabel keagiatan ekstrakurikuler Rohis di atas dapat diartikan
bahwa L hitung 0,087. Karena jumlah respon sebanyak 30 orang maka
nilai L tabel = 0,161. Maka dapat diketahui bahwa 0,087 < 0,161 (L hitung
< L tabel), dapat disimpulkan Ho diterima dan data berdistribusi normal.
Kemudian dari tabel prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 3 di
atas dapat diartikan bahwa L hitung 0,160. Karena jumlah respon sebanyak
30 orang maka nilai L tabel = 0,161. Maka dapat diketahui bahwa 0,160 <
0,161 (L hitung < L tabel), dapat disimpulkan Ho diterima dan data
berdistribusi normal.
52
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan atau
keragaman antara dua keadaan variabel, uji homogen yang dilakukan
dengan uji fisher. Dari hasil pengujian diperoleh F hitung = 2,126 (dapat
dilihat pada lampiran) sedangkan F tabel = 1,84 pada taraf signifikansi
5%. Karena F hitung (2,126) > F tabel (1,84) maka varians dari kedua
variabel tersebut homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Setelah penulis melakukan uji prasyarat dan menghitung angket dari
tiap-tiap responden dan mengumpulkannya, Kemudian tabel di bawah ini
adalah tabel yang menunjukkan nilai angket tentang kegiatan
ekstrakurikuler rohis (X) dan nilai prestasi belajar siswa (Y)
Tabel 4.12
Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa
Nilai Angket (X) Nilai Rata-rata
Raport (Y)
45 74
52 73
49 70
55 60
50 81
65 77
71 70
69 70
68 70
51 88
63 83
71 82
64 84
53
61 85
78 85
59 84
61 78
56 84
44 80
66 77
55 80
85 60
70 77
83 70
74 70
71 70
44 66
49 70
53 76
62 66
1844 2260
Dari data tabel di atas jumlah total dari nilai angket yaitu 1844 dan
nilai rata-rata raport siswa yaitu 2260. Kemudian untuk mengetahui
apakah terdapat korelasi antara nilai angket keaktifan berorganisasi siswa
intra sekolah dengan prestasi belajar siswa maka penulis menggunakan
rumus Product Moment dengan memasukkan data-data yang diperoleh
kedalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13
Jumlah Variabel X dan Variabel Y
No X Y XY X2
Y2
1 45 74 3330 2025 5476
2 52 73 3796 2704 5329
3 49 70 3430 2401 4900
54
4 55 60 3300 3025 3600
5 50 81 4050 2500 6561
6 65 77 5005 4225 5929
7 71 70 4970 5041 4900
8 69 70 4830 4761 4900
9 68 70 4760 4624 4900
10 51 88 4488 2601 7744
11 63 83 5229 3969 6889
12 71 82 5822 5041 6724
13 64 84 5376 4096 7056
14 61 85 5185 3721 7225
15 78 85 6630 6084 7225
16 59 84 4956 3481 7056
17 61 78 4758 3721 6084
18 56 84 4704 3136 7056
19 44 80 3520 1936 6400
20 66 77 5082 4356 5929
21 55 80 4400 3025 6400
22 85 60 5100 7225 3600
23 70 77 5390 4900 5929
24 83 70 5810 6889 4900
25 74 70 5180 5476 4900
26 71 70 4970 5041 4900
27 44 66 2904 1936 4356
28 49 70 3430 2401 4900
29 53 76 4028 2809 5776
30 62 66 4092 3844 4356
JML 1844 2260 138525 116994 171900
Dari angka hasil perhitungan antara variabel X dan Variabel Y di
atas, maka diketahui:
N = 30
X = 1844
Y = 2260
= 116994
55
= 171900
∑XY = 138525
Kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment
berikut ini :
rxy = ( ) ( )
√* ( ) + * ( ) +
=
√* ( ) + * ( ) +
=
√* + * +
=
√
=
√
=
= -0,15895555
= - 0,159
Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan
variabel X (Keaktifan Berorganisasi) dalam menunjang keberhasilan
variabel Y (Prestasi Belajar Siswa), ini diketahui dari hasil Koefisien
Determinasi dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,1592 x 100%
= 0,02581 x 100%
= 2,5281%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi (kontribusi variabel X terhadap
variabel Y)
R = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
56
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Interpretasi Data
Hasil penelitian di atas diperoleh nilai koefisiensi korelasi rxy yaitu
0,159. Jika diperhatikan maka indeks korelasi yang diperoleh bertanda
searah, ini berarti korelasi antara variabel X (kegiatan ekstrakurikuler) dan
variabel Y (prestasi belajar siswa) terdapat hubungan yang searah, atau
terdapat hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi
belajar siswa. Kemudian nilai tersebut diinterpretasikan dengan cara
sederhana yaitu dengan memberikan interpretasi terhadap angka koefisien
product moment.
Adapun pedoman yang umum digunakan dalam memberikan
interpretasi secara sederhana terhadap angka hasil korelasi product
moment adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14
Interpretasi r Product Moment
Besarnya “r” Product Moment
(rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi atau pengaruh antara
variabel X dan variabel Y)
0,20 -0,40 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukupan.
57
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat
atau sangat tinggi.
Apabila diperhatikan nilai rxy yang telah diperoleh yaitu dan ternyata
terletak antara 0,00 – 0,20. Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas,
dapat dijelaskan bahwa korelasi antara variabel X (kegiatan
ekstrakurikuler Rohis) dan variabel Y (prestasi belajar siswa) adalah
tergolong korelasi yang lemah atau rendah, sehingga dapat di
interpretasikan bahwa antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dan
prestasi belajar siswa memang terdapat korelasi akan tetapi korelasi
itu sangat lemah atau sangat rendah (hubungan diantara variabel itu
sangat rendah atau sangat lemah).
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
dilakukan dengan cara berkonsultasi pada nilai tabel (r tabel) product
moment. Hal pertama yang dilakukan adalah terlebih dahulu mencari df
atau db (degree of freedom atau derajat kebebasan) dengan menggunak
rumus df = N-nr. Diketahui responden yang diteliti sebanyal 30 orang,
maka N = 30. Kemudian terdapat 2 variabel yang penulis teliti dalam
penelitian ini yaitu variabel X (keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah)
dan variabel Y (prestasi belajar siswa), maka nr = 2. Dengan demikian
maka df = 30 - 2 = 28. Maka dapat diketahui dengan df sebesar 28
diperoleh r tabel pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,361 dan pada taraf
signifikasi 1% sebesar 0,463. Kemudian dapat diinterpretasikan sebagai
berikut.
Pada taraf signifikan 1% diketahui bahwa 0,159 < 0,463 (r hitung
lebih kecil daripada r tabel). Maka Ho juga diterima dan Ha ditolak.
Berarti pada taraf signifikasi 1% juga tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara variabel X (keaktifan berorganisasi) dan variabel Y
(prestasi belajar siswa).
58
Kemudian pada taraf signifikan 5% diketahui bahwa 0,159 < 0,361 (r
hitung lebih kecil daripada r tabel). Maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berarti pada taraf signifikasi 5% itu tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara variabel X (keaktifan berorganisasi) dan variabel Y (prestasi belajar
siswa). Dengan demikian korelasi antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis
dengan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta
merupakan korelasi yang sangat lemah atau bukanlah merupakan korelasi
positif yang meyakinkan.
2. Temuan Penelitian
Jika melihat hasil interpretasi data di atas maka dapat diketahui bahwa
hubungan antara siswa yang aktif dalam berorganisasi dengan prestasi
yang mereka dapat bukanlah hubungan positif yang meyakinkan.
Meskipun bukan sebuah hubungan positif yang meyakinkan, kan
tetapi kedua variabel tersebut tetap memiliki hal positif bagi siswa yang
aktif dalam ekstrakurikuler Rohis tersebut.
Indikator yang menguatkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler Rohis di
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta tetap mempunyai hubungan dalam
meningkatkan prestasi belajar adalah dapat dilihat dari jawaban responden
pada kuesioner tentang kegiatan ekstrakurikuler Rohis yang membuat hal-
hal positif yang dilakukan anggota Rohis. Berikut penulis sajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 4.15
Saya aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis di sekolah (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
1. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
10
12
8
0
33%
40%
27%
0%
Jumlah 30 100%
59
Berdasarkan tabel di atas, siswa selalu mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Rohis di sekolah, dengan penyebaran frekuensi jawaban
33% responden menjawab selalu, 40% responden menjawab sering,
27% responden menjawab pernah. Dan tidak ada responden yang
menjawab tidak pernah, membuktikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
Rohis diikuti oleh semua responden.
Tabel 4.16
Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis untuk meningkatkan
prestasi belajar PAI (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
2. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
4
10
15
1
13,3%
33,3%
50%
3,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 13,3% siswa yang menyatakan selalu, 33,3%
menyatakan sering, 50% menyatakan pernah dan 3,3% menyatakan
tidak pernah.
Tabel 4.17
Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun tidak menjadi
penyelenggara acara (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
3. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
13
7
8
7%
43%
23%
27%
Jumlah 30 100%
60
Berdasarkan tabel di atas, siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan
Rohis meskipun tidak menjadi penyelenggara acara, ini terbukti dengan
penyebaran frekuensi jawaban 7% responden menjawab selalu, 43%
responden menjawab sering, 23% responden menjawab pernah dan
27% responden menjawab tidak pernah.
Tabel 4.18
Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
4. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
3
12
8
7
10%
40%
27%
23%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa menjadi bagian pelaksanaan kegiatan
Rohis, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 10%
responden menjawab selalu, 40% responden menjawab sering, 27%
responden menjawab pernah. 23% menjawab tidak pernah.
Tabel 4.19
Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
5. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
1
8
13
8
3%
27%
43%
27%
Jumlah 30 100%
61
Berdasarkan tabel di atas, 3% siswa yang menyatakan selalu, sering
27%, pernah 43% dan 27% yang menyatakan tidak pernah. Dari hal
tersebut dapat dipastikan bahwa sebagian besar siswa menyalurkan
bakatnya di Rohis, walaupun tidak semua siswa menyalurkan bakatnya
melalui Rohis.
Tabel 4.20
Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
6. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
3
9
15
3
10%
30%
50%
10%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mengikuti
dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis, dapat dilihat dari
penyebaran frekuensi jawaban 10% responden menjawab selalu, 30%
responden menjawab sering, 50% responden menjawab pernah dan
sebanyak 10% responden menjawab tidak pernah.
Tabel 4.21
Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
7. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
4
13
13
0
13,3%
43,3%
43,3%
0%
Jumlah 30 100%
62
Berdasarkan tabel di atas, 13,3% siswa menjawab selalu, 43,3% siswa
menjawab sering, 43,3% siswa menjawab pernah. Dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah jadi semua responden pernah mengikuti
kegiatan Rohis walapun tidak semua kegiatan selalu diikuti.
Tabel 4.22
Saya mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan diri sendiri(+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
8. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
6
11
12
1
20%
36,6%
40%
3,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa, 20% siswa menjawab
selalu, 36,3% siswa menjawab sering, 40% siswa menjawab pernah,
dan 3,3% menjawab tidak pernah. Jadi hampir semua siswa mengikuti
kegiatan Rohis karena kemauan sendiri.
Tabel 4.23
Saya lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengikuti
kajian dalam kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
9. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
5
10
13
2
17%
33%
43%
7%
Jumlah 30 100%
63
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa siswa menjadi
lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengiuti kajian
dalam kegiatan Rohis, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi
jawaban 17% responden menjawab selalu, 33% responden menjawab
sering, 43% responden menjawab pernah dan 7% responden menjawab
tidak pernah.
Tabel 4.24
Saya aktif mengikuti kegiatan Rohis sebagai bekal ketika bermasyarakat
(+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
10. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
4
7
17
2
13%
23%
57%
7%
Jumlah 30 100%
Siswa aktif mengikuti kegiatan Rohis sebagai bekal ketika
bermasyarakat, ini terbukti dari tabel diatas yang menunjukkan 13%
siswa menjawab selalu, 23% siswa menjawab sering, 57% siswa
menjawab pernah dan 7% siswa menjawab tidak pernah.
Tabel 4.25
Saya bergabung dalam kegiatan Rohis karena kegiatan Rohis memiliki
daya tarik (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
11. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
5
9
14
2
16,6%
30%
46,6%
6,6%
Jumlah 30 100%
64
Berdasarkan tabel di atas, kegiatan Rohis merupakan kegiatan yang
menarik, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 16,6%
responden menjawab selalu, 30% responden menjawab sering, 46,6%
responden menjawab pernah, 6,6% menjawab tidak pernah.
Tabel 4.26
Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
12. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
10
8
12
0
33%
27%
40%
0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel di atas, Siswa selalu berakhlak baik selama
mengikuti kegiatan Rohis, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi
33% siswa menjawab selalu, 27% siswa menjawab sering, dan 40%
siswa menjawab pernah.
Tabel 4.27
Kegiatan Rohis menambah penguasaan materi keagamaan saya (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
13. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
9
11
10
0
30%
37%
33%
0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, kegiatan rohis menambah penguasaan materi
keaagamaan para siswa, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi
jawaban 30% responden menjawab selalu, 37% responden menjawab
sering, 33% responden menjawab pernah.
65
Tabel 4.28
Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa
dalam melaksanakan kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
14. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
14
14
0
6,6%
46,6%
46,6%
0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana
yang diberikan sekolah dalam melaksanakan kegiatan Rohis cukup
baik, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 6,6% responden
menjawab selalu, 46,6% responden menjawab sering, 46,6% responden
menjawab pernah.
Tabel 4.29
Guru membimbing siswa selama kegiatan Rohis berlangsung (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
15. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
17
9
4
0
57%
30%
13%
0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel di atas, Guru selalu membimbing siswa selama
kegiatan Rohis berlangsung, ini terbukti dari penyebaran frekuensi
sebanyak 57% siswa menjawab selalu, 30% siswa menjawab sering,
13% siswa menjawab pernah,
66
Tabel 4.30
Guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku disiplin (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
16. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
13
10
7
0
43,3%
33,3%
23,3%
0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, guru membiasakan setiap anggota Rohis
berprilaku disiplin, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban
sebanyak 43,3% responden menjawab selalu, 33,3% responden
menjawab sering, 23,3% responden menjawab pernah.
Tabel 4.31
Saya datang ke masjid lebih awal selama kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
17. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
3
8
18
1
10%
27%
60%
3%
Jumlah 30 100%
Tabel di atas menyatakan bahwa datang ke masjid lebih awal selama
kegiatan Rohis. Hal ini terbukti dengan frekuensi jawaban 10% siswa
menjawab selalu, 27% siswa menjawab sering, 60% siswa menjawab
pernah dan 3% siswa menjawab tidak pernah.
67
Tabel 4.32
Saya mempraktekan materi dalam kegiatan Rohis pada proses
pembelajaran PAI (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
18. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
14
12
2
6.6%
46.6%
40%
6.6%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa mempraktekkan
materi dalam kegiatan Rohis pada proses pembelajaran PAI, ini terbukti
dengan penyebaran frekuensi jawaban 6,6% responden menjawab
selalu, 46,6% responden menjawab sering, 40% responden menjawab
pernah. Dan 6,6% menjawab tidak pernah.
Tabel 4.33
Guru membiasakan setiap anggota rohis berprilaku religius (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
26. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
14
9
6
1
47%
30%
20%
3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, guru membiasakan setiap anggota Rohis
berprilaku religius, ini terbukti dengan frekuensi jawaban 47% siswa
menjawab selalu, 30% siswa menjawab sering, 20% siswa menjawab
pernah, dan 3% siswa menjawab tidak pernah.
68
Tabel 4.34
Rohis meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum
(+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
27. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
4
10
13
3
13,3%
33,3%
43,3%
10%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Rohis meningkatkan
rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum walaupun tidak semua
siswa merasakannya, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban
13,3% responden menjawab selalu, 33,3% responden menjawab sering,
43,3% responden menjawab pernah dan 10% responden menjawab
tidak pernah.
Tabel 4.35
Saya terpilih menjadi panitia pada setiap kegiatan Rohis (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
28. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
1
8
10
11
3%
27%
33%
37%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, 3% siswa menjawab selalu, 27% siswa
menjawab sering, 33% siswa menjawab pernah, dan 37% siswa
menjawab tidak pernah. Jadi hanya beberapa orang saja yang selalu
terpilih menjadi panitia pada saat kegiatan Rohis.
69
Tabel 4.36
Guru pembimbing Rohis memberikan motivasi untuk selalu belajar (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
29. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
11
13
5
1
37%
43%
17%
3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru pembimbing
Rohis selalu memberikan motivasi untuk selalu belajar, walaupun tidak
semua responden merasakannya, ini terbukti dengan penyebaran
frekuensi jawaban 37% responden menjawab selalu, 43% responden
menjawab sering, 17% responden menjawab pernah dan 3% responden
menjawab tidak pernah.
Tabel 4.37
Rohis menumbuhkan jiwa kepeminpinan saya (+)
NO. SOAL JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
30. Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
6
13
9
2
20%
43%
30%
7%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas, 20% siswa menjawab selalu, 43% siswa
menjawab sering, 30% siswa menjawab pernah, dan 7% siswa
menjawab tidak pernah. Artinya Rohis menumbuhkan sikap
kepeminmpinan pada siswa hanya beberapa siswa saja yang
merasakannya.
70
3. Pembahasan Penelitian
Dari jawaban responden di atas, dapat dikatakan masih terdapat hal
negatif yang ada dalam aktifitas ekstrakurikuler Rohis ini. Hal inilah yang
menjadi salah satu jawaban mengapa hubungan antara kegiatan
ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar siswa di SMA Muhamadiyah
3 Jakarta adalah hubungan yang sangat lemah atau dapat dikatakan bukan
merupakan hubungan yang meyakinkan.
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis
merupakan proses penunjang pembelajaran mereka dalam memperoleh
suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, dan sebagai pengalaman
diri sendiri. Hal ini yang dapat menggambarkan bahwa aktifnya siswa
dalam kegiatan ekstrakurikuler Rohis akan menjadikan pengalaman bagi
dirinya sendiri dan membantu mereka dalam meningkatkan pretasi
belajarnya melalui aktif di kegiatan Rohis. Akan tetapi masih banyaknya
kekurangan yang ada pada kegiatan ekstrakurikuler Rohis ini, seperti
belum berjalannya program-program yang ada pada Rohis dan materi yang
belum disesuaikan pada pelajaran PAI. Sehingga keaktifan siswa dalam
mengikuti kgiatan ekstrakurikuler Rohis dapat dikatakan mempunyai
hubungan sangat yang lemah karena tingginya tingkat prestasi siswa di
sekolah bukan hanya bergantung pada aktifnya siswa mengikuti kegiatan
Rohis tersebut melainkan dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan koefisien determinasi yang telah di dapat penulis
dalam penelitian ini sebesar 2,5281% dan 97,4719% lagi dipengaruhi oleh
faktor lain. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang
menyatakan bahwa : sumbangsih organisasi intra sekolah terhadap prestasi
siswa diperoleh nilai dari koefisien determinasi dengan hasil 1,12%, yang
diambil kesimpulan bahwa Organisasi IRM dalam mempengaruhi prestasi
belajar siswa hanya sebesar 1,12% dan ini berarti 98,88% lagi dipengaruhi
71
oleh faktor lain.1 Faktor lain tersebut seperti faktor dari lingkungan
keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar peserta didik, faktor lingkungan sekolah. keadaan
sekolah yang memenuhi syarat akan menimbulkan semangat belajar, hal
ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar, faktor guru juga
mempunyai pengaruh dalam peningkatan prestasi belajar, ini terlihat
dalam hubungan guru dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran dan saat
siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
E. Keterbatasan Penelitian
Dari penelitian ini, penulis merasakan bahwa penelitian ini masih kurang
dari hasil yang lebih baik. Hal tersebut karena keterbatasan penelitian yang
penulis rasakan selama penelitian ini berlangsung. Keterbatasan penelitian itu
diantara lain:
1. Jauhnya tempat penelitian dari lokasi penulis tinggal. Hal ini menjadi
masalah kecil yang membuat sulitnya mendapatkan data-data yang masih
diperlukan seperti izin untuk melakukan penyebaran angket oleh siswa,
izin melakukan pengambilan data dari pihak sekolah. Sehingga penulis
merasakan masih kurang lengkapnya data-data dalam penelitian ini.
2. Pengujian Validitas yang dinilai masih kurang memenuhi nilai baik. Hal
ini karena hasil dari 30 soal angket yang penulis sebarkan hanya 23 soal
angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini.
3. Hasil koefisiensi determinasi menunjukkan masih ada variabel-variabel
lain yang harus di perhatikan dalam penelitian ini.
1 Rohimatul Jannah, Pengaruh Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) terhadap
Prestasi Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Skripsi pada
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2004, tidak dipublikasikan
72
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 3
Jakarta mengenai hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan
prestasi belajar, dapat disimpulkan bahwa Antara ekstrakurikuler Rohis
dengan prestasi belajar mempunyai korelasi, namun korelasi keduanya sangat
lemah, sehingga korelasi tersebut tidak meyakinkan.
Terbukti dengan hasil perolehan korelasi sebesar 0,159. Sehingga nilai r
hitung berkisar antara 0,00-0,20 Antara variabel X (kegiatan ekstrakurikuler
Rohis) dan variabel Y (prestasi belajar) memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.
Sementara itu setelah penulis menghitung koefisien determinasi, diketahui
berdasarkan koefisien determinasi kegiatan ekstrakurikuler Rohis mempunyai
kontribusi hanya sebesar 2,5281% dalam mempengaruhi hasil belajar siswa
SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Dan 97,4719% lagi dipengaruhi oleh faktor
lain seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, faktor strategi belajar,
faktor guru dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
baik dari dalam sekolah maupun di luar sekolah.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas yang menyatakan bahwa korelasi antara
kedua variabel sangat lemah sehingga korelasi keduanya diabaikan. Dan
mempunyai implikasi sebagai berikut. Pertama, kegiatan ekstrakurikuler rohis
harus lebih ditingkatkan lagi. Kedua, kegiatan ekstrakurikuler rohis jangan
sampai mengganggu waktu belajar para siswa.
73
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Rohis agar lebih ditingkatkan lagi.
Baik guru maupun siswa harus melakukan kerjasama yang baik agar
terwujudnya kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantu
meningkatkan pengetahuan siswa sehingga dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajarnya.
2. Menyamakan materi yang diberikan dalam kegiatan ekstrakurikuler
Rohis dengan materi pelajaran agama, agar apa yang tidak sempat
disampaikan di kelas dapat disampaikan pada kegiatan ekstrakurikuler
Rohis.
3. Bagi siswa diharapkan lebih giat lagi dalam belajar terutama pada mata
pelajaran PAI, agar prestasi belajar yang diperoleh dapat meningkat
dibandingkan dengan prestasi belajar sebelumnya.
4. Pihak sekolah diharapkan membantu memberikan fasilitas kepada guru
pembina Rohis untuk melaksanakan program-program ekstrakurikuler
Rohis.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2008.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat,Terj. Dari ‘Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil
Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin, Jakarta: Gema
Insani Pers, 1995.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1992
Daradjat, Zakiah, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Effendi, Sofian. Tukiran (eds), Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES,
Anggota Ikapi, 2012.
Fathoni, Muhammad Kholid, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional
(Paradigma Baru), Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan SISDIKNAS Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung: Fokus Media, 2013.
Jannah, Rohimatul, Pengaruh Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)
terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Garut, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah,
2004.
75
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
Majid, Abdul dan Andayani Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
maarif, 1981.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di
Sekolah), Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001
Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam
(Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-
2014,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2,
(http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/).
Purwanto, M Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003.
Rahman, Abd, Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di
Sekolah, Jakarta: Faris2 – UIN Jakarta, 2012.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Siregar, Syofian, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara), 2014.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2001.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R &
D, Bandung: Alfabeta, 2013.
76
Suralaga, Fadhilah, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi
dan Kompetensi), Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, diakses: 14 Februari 2014,
00:05, http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis.
Yunus, Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1990
LAMPIRAN
Angket:
KOLERASI ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHIS DENGAN
PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI
ANGKET UNTUK SISWA
A. Identitas Siswa
1. Nama :
2. Kelas :
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Dimohon para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dari angket ini dengan
memilih salah satu alteratif jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Dengan cara
memberi tanda (x) pada salah satu jawaban A, B, C, atau D pada nomor yang
bersangkutan.
2. Jawaban harus sesuai dengan pendapat anda sendiri dan jangan terpengaruh oleh
pendapat orang lain.
3. Angket ini bertujuan ilmiah untuk laporan penelitian Skripsi sebagai salah satu
kelulusan pada tingkat sarjana strata 1
4. terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam angket ini.
Jakarta, 19 September 2013
Peneliti
1. Saya aktif mengikuti kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
2. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar PAI, saya mengikuti kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
3. Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun saya tidak menjadi
penyelenggara acara ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
4. Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis ….
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
5. Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
6. Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan Kegiatan Rohis ...
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
7. Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
8. Saya mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan diri sendiri....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
9. Saya lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengikuti kajian dalam
kegiatan Rohis .…
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
10. Sebagai bekal terjun ke masyarakat, saya aktif mengikuti pelaksanaan kegiatan Rohis
....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
11. Kegiatan Rohis memliki daya tarik sehingga saya tertarik bergabung dalam kegiatan
Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
12. Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
13. Saya mengikuti kegiatan Rohis karena dapat menambah penguasaan materi
keagamaan saya ….
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
14. Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa dalam
melaksanakan kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
15. Guru membimbing siswa dalam proses kegiatan Rohis berlangsung...
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
16. Pembina membiasakan setiap anggota Rohis berperilaku disiplin ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
17. Selama mengikuti kegiatan Rohis, saya datang ke masjid untuk beribadah lebih
awal....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
18. Saya mempraktekkan materi dalam kegiatan pada proses pembelajaran PAI ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
19. Kegiatan Rohis membuat saya membolos mengikuti pelajaran di kelas....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
20. Saya mengucapkan salam kepada teman, guru, dan orang lain ketika bertemu karena
terbiasa dengan suasana Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
21. Saya memilih mengikuti kegiatan Rohis terlebih dahulu daripada belajar....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
22. Saya lupa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru karena Tugas
Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
23. Aktifitas kegiatan Rohis banyak menyita waktu belajar....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
24. Saya terlambat masuk kelas, karena mengikuti kegiatan Rohis ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
25. Banyaknya aktifitas dalam Rohis membuat saya lelah dan mudah mengantuk ketika
belajar ....
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
26. Pembina membiasakan setiap anggota Rohis berperilaku religius ....
a. selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
27. Rohis meningkatkan rasa percaya diri saya ketika berbicara di depan umum ....
a. selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
28. saya terpilih menjadi pantia pada setiap kegiatan Rohis ....
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
29. pembimbing Rohis memberikan motivasi untuk selalu belajar ....
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
30. Rohis menumbuhkan jiwa kepemimpinan saya ...
a. selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
pertanyaan
1
pertanyaan
2
pertanyaan
3
pertanyaan
4
pertanyaan
5
pertanyaan
6
pertanyaan
7
pertanyaan
8
pertanyaan
9
pertanyaan
10
pertanyaan
11
pertanyaan
12
pertanyaan
13
pertanyaan
14
pertanyaan
15
pertanyaan
16
pertanyaan
17
Pearson
Correlation
1 .390*
.434*
.513**
.577** .227 .475
** -.131 .247 .491** -.007 .462
* .058 .127 .008 .251 .008
Sig. (2-
tailed)
.033 .017 .004 .001 .228 .008 .490 .189 .006 .971 .010 .761 .503 .966 .181 .966
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.390
* 1 .463**
.451*
.424*
.723**
.514** .352 .511
**.634
**.382
*.623
**.637
** .201 .161 .310 .222
Sig. (2-
tailed)
.033 .010 .012 .020 .000 .004 .057 .004 .000 .037 .000 .000 .287 .395 .096 .237
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.434
*.463
** 1 .777**
.455*
.463*
.397* .061 .364
*.580
**.460
*.484
**.461
* .268 .204 .144 .254
Sig. (2-
tailed)
.017 .010 .000 .012 .010 .030 .748 .048 .001 .011 .007 .010 .152 .280 .448 .176
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.513
**.451
*.777
** 1 .487**
.422*
.372* -.046 .393
*.579
**.449
* .360 .370* .253 .208 .258 .355
Sig. (2-
tailed)
.004 .012 .000 .006 .020 .043 .809 .032 .001 .013 .051 .044 .177 .270 .169 .054
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.577
**.424
*.455
*.487
** 1 .522**
.510**
.430* .185 .619
**.527
** .342 .519** .322 .179 .186 .008
Sig. (2-
tailed)
.001 .020 .012 .006 .003 .004 .018 .327 .000 .003 .064 .003 .083 .343 .324 .968
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.227 .723**
.463*
.422*
.522** 1 .519
**.471
**.585
**.560
**.701
** .332 .807** .259 .396
*.453
* .163
Sig. (2-
tailed)
.228 .000 .010 .020 .003 .003 .009 .001 .001 .000 .073 .000 .167 .030 .012 .389
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.475
**.514
**.397
*.372
*.510
**.519
** 1 .332 .368*
.595**
.406* .305 .407
* .190 .398* .232 -.007
Sig. (2-
tailed)
.008 .004 .030 .043 .004 .003 .073 .046 .001 .026 .101 .026 .316 .029 .218 .972
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.131 .352 .061 -.046 .430*
.471** .332 1 .088 .126 .657
** .214 .656**
.389*
.370* .031 .313
Sig. (2-
tailed)
.490 .057 .748 .809 .018 .009 .073 .645 .508 .000 .255 .000 .034 .044 .871 .092
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.247 .511**
.364*
.393* .185 .585
**.368
* .088 1 .454*
.460* .288 .529
** .337 .454*
.521** .122
pertanyaan
4
Correlations
pertanyaan
1
pertanyaan
2
pertanyaan
3
pertanyaan
5
pertanyaan
6
pertanyaan
7
pertanyaan
8
pertanyaan
9
Sig. (2-
tailed)
.189 .004 .048 .032 .327 .001 .046 .645 .012 .010 .123 .003 .068 .012 .003 .521
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.491
**.634
**.580
**.579
**.619
**.560
**.595
** .126 .454* 1 .326 .382
*.492
** .081 .195 .335 .079
Sig. (2-
tailed)
.006 .000 .001 .001 .000 .001 .001 .508 .012 .079 .037 .006 .669 .301 .070 .677
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.007 .382*
.460*
.449*
.527**
.701**
.406*
.657**
.460* .326 1 .191 .724
**.569
**.476
**.379
* .311
Sig. (2-
tailed)
.971 .037 .011 .013 .003 .000 .026 .000 .010 .079 .311 .000 .001 .008 .039 .094
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.462
*.623
**.484
** .360 .342 .332 .305 .214 .288 .382* .191 1 .340 .460
* .211 .316 .375*
Sig. (2-
tailed)
.010 .000 .007 .051 .064 .073 .101 .255 .123 .037 .311 .066 .011 .263 .089 .041
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.058 .637**
.461*
.370*
.519**
.807**
.407*
.656**
.529**
.492**
.724** .340 1 .384
*.494
** .275 .143
Sig. (2-
tailed)
.761 .000 .010 .044 .003 .000 .026 .000 .003 .006 .000 .066 .036 .006 .141 .452
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.127 .201 .268 .253 .322 .259 .190 .389* .337 .081 .569
**.460
*.384
* 1 .396*
.579** .244
Sig. (2-
tailed)
.503 .287 .152 .177 .083 .167 .316 .034 .068 .669 .001 .011 .036 .030 .001 .194
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.008 .161 .204 .208 .179 .396*
.398*
.370*
.454* .195 .476
** .211 .494**
.396* 1 .259 .089
Sig. (2-
tailed)
.966 .395 .280 .270 .343 .030 .029 .044 .012 .301 .008 .263 .006 .030 .167 .640
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.251 .310 .144 .258 .186 .453* .232 .031 .521
** .335 .379* .316 .275 .579
** .259 1 .082
Sig. (2-
tailed)
.181 .096 .448 .169 .324 .012 .218 .871 .003 .070 .039 .089 .141 .001 .167 .665
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.008 .222 .254 .355 .008 .163 -.007 .313 .122 .079 .311 .375* .143 .244 .089 .082 1
Sig. (2-
tailed)
.966 .237 .176 .054 .968 .389 .972 .092 .521 .677 .094 .041 .452 .194 .640 .665
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.237 .606** .357 .349 .110 .325 .256 -.042 .519
**.408
* .216 .493** .323 .106 .134 .223 .069
Sig. (2-
tailed)
.208 .000 .053 .059 .562 .080 .173 .826 .003 .025 .251 .006 .082 .576 .480 .237 .716
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
pertanyaan
16
pertanyaan
9
pertanyaan
10
pertanyaan
11
pertanyaan
12
pertanyaan
13
pertanyaan
14
pertanyaan
15
pertanyaan
17
pertanyaan
18
Pearson
Correlation
.100 .247 .109 .002 .040 .133 .366* .276 .137 .042 .222 .273 .091 .261 .109 .011 .295
Sig. (2-
tailed)
.601 .189 .567 .993 .834 .484 .047 .140 .470 .824 .238 .144 .632 .163 .565 .953 .113
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.186 -.133 -.216 -.098 -.331 -.126 -.134 -.279 .220 -.031 -.070 -.227 -.307 .096 .024 .309 .141
Sig. (2-
tailed)
.326 .484 .252 .607 .074 .506 .480 .135 .242 .869 .714 .228 .099 .612 .902 .097 .457
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.140 -.316 -.278 -.150 -.179 -.246 -.170 -.257 -.395*
-.453* -.195 -.139 -.359 .074 -.456
* .019 -.033
Sig. (2-
tailed)
.460 .089 .136 .429 .343 .191 .370 .171 .031 .012 .301 .465 .051 .697 .011 .920 .861
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.115 -.190 -.131 .012 .027 -.111 .016 .300 -.159 -.235 .355 -.156 -.014 .327 -.109 .084 .202
Sig. (2-
tailed)
.544 .315 .492 .951 .886 .559 .933 .107 .403 .211 .054 .410 .942 .077 .568 .658 .285
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.039 -.040 -.250 -.073 -.117 -.065 -.038 .229 -.093 -.286 .195 .036 -.104 .405* -.049 .214 .315
Sig. (2-
tailed)
.836 .834 .182 .701 .537 .733 .843 .223 .625 .125 .301 .852 .586 .026 .799 .257 .090
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.112 .113 .118 .208 -.045 .031 .374* .030 .044 .046 .248 .115 -.015 .262 -.120 .249 .052
Sig. (2-
tailed)
.557 .551 .533 .271 .812 .872 .042 .874 .818 .809 .186 .544 .935 .162 .526 .185 .787
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.054 .190 .110 .196 .254 .155 .269 .356 .000 .180 .367* -.048 .182 0.000 -.029 -.052 .202
Sig. (2-
tailed)
.779 .314 .561 .299 .176 .413 .150 .054 1.000 .341 .046 .799 .336 1.000 .880 .784 .284
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.277 .231 .253 .436* .310 .268 .321 .075 .246 .257 .480
** .242 .154 .338 .128 .522** .075
Sig. (2-
tailed)
.138 .219 .177 .016 .095 .153 .083 .693 .191 .170 .007 .198 .417 .068 .500 .003 .694
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.204 .336 .357 .478**
.484**
.541** .314 .290 .328 .319 .583
** .092 .421* .193 .193 .249 .028
Sig. (2-
tailed)
.279 .069 .052 .008 .007 .002 .091 .120 .077 .086 .001 .628 .021 .306 .308 .185 .885
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.003 .329 .582**
.537**
.378* .305 .149 .222 .118 .305 .387
* .309 .430* .162 .289 -.087 .183pertanyaan
28
pertanyaan
19
pertanyaan
20
pertanyaan
21
pertanyaan
22
pertanyaan
23
pertanyaan
24
pertanyaan
25
pertanyaan
26
pertanyaan
27
Sig. (2-
tailed)
.986 .076 .001 .002 .040 .102 .432 .239 .535 .101 .035 .096 .018 .392 .121 .649 .334
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
.147 .257 .345 .460* .190 .434
* .132 .054 .374*
.374*
.477** .158 .215 .244 .305 .429
* .305
Sig. (2-
tailed)
.440 .170 .062 .011 .315 .016 .487 .776 .042 .042 .008 .403 .254 .194 .102 .018 .102
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation
-.078 .465** .131 .190 .023 .632
** .166 .249 .526** .346 .373
* .117 .535** .207 .554
**.419
* .223
Sig. (2-
tailed)
.680 .010 .491 .314 .905 .000 .381 .184 .003 .061 .042 .537 .002 .273 .002 .021 .237
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation.398
*.714
**.639
**.701
**.605
**.774
**.625
**.460
*.620
**.637
**.807
**.557
**.699
**.584
**.453
*.562
**.396
*
Sig. (2-
tailed)
.029 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .000 .000 .001 .000 .001 .012 .001 .030
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
pertanyaan
28
pertanyaan
29
pertanyaan
30
Jumlah
Skor X1
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
pertanyaan
18
pertanyaan
19
pertanyaan
20
pertanyaan
21
pertanyaan
22
pertanyaan
23
pertanyaan
24
pertanyaan
25
pertanyaan
26
pertanyaan
27
pertanyaan
28
pertanyaan
29
pertanyaan
30
Jumlah
Skor X1
.237 .100 -.186 -.140 -.115 -.039 .112 -.054 .277 .204 .003 .147 -.078 .398*
.208 .601 .326 .460 .544 .836 .557 .779 .138 .279 .986 .440 .680 .029
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.606** .247 -.133 -.316 -.190 -.040 .113 .190 .231 .336 .329 .257 .465
**.714
**
.000 .189 .484 .089 .315 .834 .551 .314 .219 .069 .076 .170 .010 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.357 .109 -.216 -.278 -.131 -.250 .118 .110 .253 .357 .582** .345 .131 .639
**
.053 .567 .252 .136 .492 .182 .533 .561 .177 .052 .001 .062 .491 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.349 .002 -.098 -.150 .012 -.073 .208 .196 .436*
.478**
.537**
.460* .190 .701
**
.059 .993 .607 .429 .951 .701 .271 .299 .016 .008 .002 .011 .314 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.110 .040 -.331 -.179 .027 -.117 -.045 .254 .310 .484**
.378* .190 .023 .605
**
.562 .834 .074 .343 .886 .537 .812 .176 .095 .007 .040 .315 .905 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.325 .133 -.126 -.246 -.111 -.065 .031 .155 .268 .541** .305 .434
*.632
**.774
**
.080 .484 .506 .191 .559 .733 .872 .413 .153 .002 .102 .016 .000 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.256 .366* -.134 -.170 .016 -.038 .374
* .269 .321 .314 .149 .132 .166 .625**
.173 .047 .480 .370 .933 .843 .042 .150 .083 .091 .432 .487 .381 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.042 .276 -.279 -.257 .300 .229 .030 .356 .075 .290 .222 .054 .249 .460*
.826 .140 .135 .171 .107 .223 .874 .054 .693 .120 .239 .776 .184 .011
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.519** .137 .220 -.395
* -.159 -.093 .044 .000 .246 .328 .118 .374*
.526**
.620**
Correlations
.003 .470 .242 .031 .403 .625 .818 1.000 .191 .077 .535 .042 .003 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.408* .042 -.031 -.453
* -.235 -.286 .046 .180 .257 .319 .305 .374* .346 .637
**
.025 .824 .869 .012 .211 .125 .809 .341 .170 .086 .101 .042 .061 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.216 .222 -.070 -.195 .355 .195 .248 .367*
.480**
.583**
.387*
.477**
.373*
.807**
.251 .238 .714 .301 .054 .301 .186 .046 .007 .001 .035 .008 .042 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.493** .273 -.227 -.139 -.156 .036 .115 -.048 .242 .092 .309 .158 .117 .557
**
.006 .144 .228 .465 .410 .852 .544 .799 .198 .628 .096 .403 .537 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.323 .091 -.307 -.359 -.014 -.104 -.015 .182 .154 .421*
.430* .215 .535
**.699
**
.082 .632 .099 .051 .942 .586 .935 .336 .417 .021 .018 .254 .002 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.106 .261 .096 .074 .327 .405* .262 0.000 .338 .193 .162 .244 .207 .584
**
.576 .163 .612 .697 .077 .026 .162 1.000 .068 .306 .392 .194 .273 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.134 .109 .024 -.456* -.109 -.049 -.120 -.029 .128 .193 .289 .305 .554
**.453
*
.480 .565 .902 .011 .568 .799 .526 .880 .500 .308 .121 .102 .002 .012
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.223 .011 .309 .019 .084 .214 .249 -.052 .522** .249 -.087 .429
*.419
*.562
**
.237 .953 .097 .920 .658 .257 .185 .784 .003 .185 .649 .018 .021 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.069 .295 .141 -.033 .202 .315 .052 .202 .075 .028 .183 .305 .223 .396*
.716 .113 .457 .861 .285 .090 .787 .284 .694 .885 .334 .102 .237 .030
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
1 .177 -.012 -.207 -.217 -.157 .189 -.115 .256 .219 .187 .338 .205 .465**
.350 .951 .273 .250 .407 .318 .545 .173 .244 .321 .068 .276 .010
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.177 1 .011 .089 .281 .352 .393* .137 -.041 -.026 .032 -.139 -.082 .309
.350 .953 .641 .133 .056 .032 .469 .831 .891 .866 .463 .666 .097
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.012 .011 1 .067 -.056 .214 -.062 -.104 -.010 .099 -.087 .167 .269 .002
.951 .953 .726 .768 .257 .744 .583 .960 .601 .649 .377 .150 .991
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.207 .089 .067 1 .290 .477** .321 -.070 .061 -.112 -.154 -.222 -.357 -.197
.273 .641 .726 .121 .008 .084 .712 .750 .557 .417 .239 .053 .296
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.217 .281 -.056 .290 1 .694**
.698**
.482** .204 -.066 -.267 .055 -.224 .153
.250 .133 .768 .121 .000 .000 .007 .280 .730 .154 .772 .234 .418
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.157 .352 .214 .477**
.694** 1 .529
** .242 .269 -.077 -.243 .086 .010 .198
.407 .056 .257 .008 .000 .003 .197 .151 .686 .196 .651 .957 .295
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.189 .393* -.062 .321 .698
**.529
** 1 .305 .438* 0.000 -.225 .138 -.248 .322
.318 .032 .744 .084 .000 .003 .101 .016 1.000 .232 .469 .186 .083
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.115 .137 -.104 -.070 .482** .242 .305 1 .379
* -.024 .118 .000 -.024 .307
.545 .469 .583 .712 .007 .197 .101 .039 .898 .534 1.000 .898 .099
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.256 -.041 -.010 .061 .204 .269 .438*
.379* 1 .361
* .096 .437* .063 .560
**
.173 .831 .960 .750 .280 .151 .016 .039 .050 .613 .016 .739 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.219 -.026 .099 -.112 -.066 -.077 0.000 -.024 .361* 1 .563
** .293 .257 .573**
.244 .891 .601 .557 .730 .686 1.000 .898 .050 .001 .116 .171 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.187 .032 -.087 -.154 -.267 -.243 -.225 .118 .096 .563** 1 -.041 .125 .434
*
.321 .866 .649 .417 .154 .196 .232 .534 .613 .001 .830 .511 .017
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.338 -.139 .167 -.222 .055 .086 .138 .000 .437* .293 -.041 1 .487
**.527
**
.068 .463 .377 .239 .772 .651 .469 1.000 .016 .116 .830 .006 .003
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.205 -.082 .269 -.357 -.224 .010 -.248 -.024 .063 .257 .125 .487** 1 .469
**
.276 .666 .150 .053 .234 .957 .186 .898 .739 .171 .511 .006 .009
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.465** .309 .002 -.197 .153 .198 .322 .307 .560
**.573
**.434
*.527
**.469
** 1
.010 .097 .991 .296 .418 .295 .083 .099 .001 .001 .017 .003 .009
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Angket Raport
44 60
44 60
45 66 Abs Kum
49 66 60 - 65 62.5 59.5 - 65.5 2 2
49 70 66 - 71 68.5 65.5 - 71.5 10 12
50 70 72 - 77 74.5 71.5 - 77.5 6 18
51 70 78 - 83 80.5 77.5 - 83.5 6 24
52 70 84 - 89 86.5 83.5 - 89.5 6 30
53 70 30
55 70
55 70
56 70
59 73
61 74
61 76 Abs Kum
62 77 44 - 49 46.5 43.5 - 49.5 5 5
63 77 50 - 55 52.5 49.5 - 55.5 6 11
64 77 56 - 61 58.5 55.5 - 61.5 4 15
65 78 62 - 67 64.5 61.5 - 67.5 5 20
66 80 68 - 73 70.5 67.5 - 73.5 6 26
68 80 74 - 79 76.5 73.5 - 79.5 2 28
69 81 80 - 85 82.5 79.5 - 85.5 2 30
70 82 30
71 83
71 84
71 84
74 84
78 85
83 85
85 88
Interval MidPoint Btas NyataFrek
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Raport
Interval MidPointFrek
Btas Nyata
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Angket
Perhitungan Distribusi Frekuensi A. Nilai Raport dik : Nilai Max = 88, Nilai Min = 60, n = 30 Rumus : R = Max - Min + 1 = 88 - 60 + 1 = 29 BKI = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 30 = 5.875 // 6 PKI = R / BKI = 29/6 = 4.8 // 5
Perhitungan Distribusi Frekuensi B. Nilai Angket dik : Nilai Max = 85, Nilai Min = 44, n = 30 Rumus : R = Max - Min + 1 = 85 - 44 + 1 = 42 BKI = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 30 = 5.875 // 6 PKI = R / BKI = 42/6 = 7
Statistic Std. Error Statistic Std. Error
75.33 1.376 61.47 2.048
Lower
Bound
72.52 Lower
Bound
57.28
Upper
Bound
78.15 Upper
Bound
65.66
75.54 61.17
76.50 61.50
56.782 125.844
7.535 11.218
60 44
88 85
28 41
12 19
-.268 .427 .256 .427
-.708 .833 -.627 .833
Descriptives
Angket Mean
95%
Confidence
Interval for
Mean
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Descriptives
Rapot
siswa
Mean
95%
Confidence
Interval for
Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Uji Homogenitas F = Varians besar / Varians kecil = 125.844 / 56.782 = 2.216 F tabel = 1.84