hubungan antara kecerdasan emosional dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA
KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1
SALATIGA
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Marlyna Puspita Lucky
132012012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA
KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1
SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling
untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Marlyna Puspita Lucky
132012012
Disetujui Oleh :
Drs. Umbu Tagela, M.Si
Pembimbing I
Y. Windrawanto, S.Pd, M.Pd
Pembimbing II
Setyorini, M.Pd
Penguji
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA
KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1
SALATIGA
Oleh
Marlyna Puspita Lucky
132012012
Mengesahkan bahwa tugas akhir ini telah diuji, dipertahankan dan disetujui
Dalam sidang Ujian tugas akhir pada tanggal 10 Januari 2017
Disahkan Oleh:
Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd
Dekan FKIP
Setyorini, M.Pd
Kaprogdi BK
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA KELAS XII
BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1 SALATIGA
Oleh :
Marlyna Puspita Lucky
(Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW)
Pembimbing :
Drs. Umbu Tagela, M.Si dan Y.Windrawanto, S.Pd, M.Pd
(Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan denga tujuan untuk mengetahui signifikansi
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kekerasan dalam pacaran
pada siswa kelas XII Bahasa dan XII IPA 1 SMA Kristen 1 Salatiga
dengan jumlah 38 Siswa yang sedang berpacaran dan pernah berpacaran.
Pengumpulan data menggunakan dua kuisioner yaitu kecerdasan
emosional dan kekerasan dalam pacaran dengan jumlah item pernyataan
20 dan 20. Untuk hasil didapatkan correlation coefisien sebesar 0,711
dengan signifikansi p = 0,000 < 0,01. Dengan ini menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikansi antara kecerdasan emosional dengan kekerasan
dalam pacaran pada siswa kelas XII Bahasa dan XII IPA 1 SMA Kristen 1
Salatiga. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional semakin tinggi tingkat kekerasan dalam pacaran.
Kata Kunci : Kecerdasan Emosional dan Kekerasan Dalam Pacaran
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman pada
saat ini sudah membuat orang
mengartikan berpacaran dalam
berbagai arti, bahkan para remaja
perempuan sudah membuat dirinya
tidak bisa hidup tanpa laki-laki atau
bahkan bisa disebut jika tidak punya
pacar tidak gaul. Dalam kehidupan
pacaran pada saat ini juga sudah
menyebabkan orang sangat
bergantung dengan pasangan
pacarannya, ada yang memanfaatkan
dengan pacarnya sebagai tukang
ojek, ATM berjalan, sekedar
membuat para remaja menjadi
terkenal sebab pasangannya adalah
orang ternama di kelompok remaja
sosial.
Orang yang sudah berpacaran
ataupun belum berpacaran kadang
tidak bisa menyebutkan apa istilah
dari pacaran, bahkan orang menyebut
pacaran itu sebagai mainan saja. Dari
perilaku dan gerak-gerik para
pasangan sulit memahami dan
menyikapi arti pacaran dikarenakan
ada yang berpacaran serius dan
hanya main-main saja atau sedang
mencari jati diri. Pada hakikatnya
tujuan dari berpacaran merupakan
untuk saling berbagi tanpa harus
menyakiti satu sama lain. Saling
jatuh cinta merupakan hal yang
manusiawi karena manusia hidupnya
selalu membentuk hubungan sosial
dengan orang lain dimana hubungan
sosial ini akan meningkat seiring
dengan pertambahan usia manusia itu
sendiri.
Berbicara tentang remaja
mencari jati diri menimbulkan para
remaja memperlakukan seenaknya
sendiri terhadap pasangannya dan
bersikap yang membuat pasangannya
menjadi kesakitan atau bisa disebut
dengan kekerasan dalam pacaran
(KDP) hingga ke tindakan kriminal.
Tindakan kekerasan dalam pacaran
(KDP) ini juga semata mata bukan
hanya remaja laki-laki saja yang
melakukan tindakan kekerasan dalam
pacaran (KDP) tetapi remaja
perempuan juga bisa melakukan
tindakan kekerasan dalam pacaran
(KDP). Tingginya ketidakadilan
terhadap derajat dalam hal gender
masih sering kali terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, bahwa
seorang perempuan biasa dianggap
makhluk yang lemah, penurut, pasif,
mengutamakan kepentingan laki-laki
dan lain sebagainya, sehingga dirasa
pantas menerima perlakuan yang
tidak wajar atau semena-mena.
(Setyawati, dalam Astuti 2014).
Tingginya kasus kekerasan
dalam pacaran yang ada di hasil
tersebut menyebabkan pacaran
bukanlah masa-masa yang indah bagi
remaja tetapi pacaran yang dilakukan
oleh remaja diwarnai dari berbagai
penyimpangan. Ciri khas yang
biasanya muncul korban hanya
berdiam saja, dengan alasan bahwa
korban kekerasan sangat mencintai
pasangannya. Disamping itu korban
kekerasan dalam masa pacaran
cenderung lemah, kurang percaya
diri. Apalagi ditambah sang pacar
sudah menunjukan sikap menyesal,
minta maaf, dan berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan lagi.
Kekerasan dalam pacaran dapat
dihindari ketika para pelaku pacaran
mengkomunikasikan emosinya
dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan Guru BK
yang berkaitan dengan kecerdasan
emosional dengan kekerasan dala
pacaran,dan beberapa siswa SMA
Kristen 1 Salatiga mengatakan
bahwa ada beberapa teman yang
mendapatkan tindakan kekerasan
ketika bersama pacarnya, dapat
disimpulkan bahwa siswa pernah
mengalami dan melakukan kekerasan
dalam pacaran.
Siswa mampu bersosialisasi
dengan baik terhadap teman
sebayanya, juga mampu
mengendalikan diri dan mampu
menghargai satu sama lain. Namun
hal ini berubah ketika sedang
bersama pacarnya, ditunjukkan
dengan bersikap lebih mendominasi
diri terhadap hubungan yang sedang
dijalani, menunjukkan siapa yang
menjadi pihak superioritas, siapa
yang paling berkuasa dalam
hubungan yang sedang dijalani.
Tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui signifikan
hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kekerasan dalam
pacaran pada siswa kelas XII Bahasa
dan XII IPA 1 SMA Kristen 1
salatiga.
KAJIAN TEORI
Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)
Definisi kekerasan dalam pacaran
Kekerasan atau bahasa inggris :
violence berasal dari kata latin :
violentinus yang berasal dari kata
(vi) atau (vis) berarti (kekuasaan atau
berkuasa). Dalam bahasa sehari hari
konsep kekerasam meliputi
pengertian yang sangat luas mulai
dari tindakan penghancuran harta
benda, pemerkosaan, pemukulan,
perusakan yang bersifat ritual,
penyiksaan dan bahkan sampai
pembunuhan. Secara sosiologis,
kekerasan merupakan suatu konflik
sosial yang tidak terkendali oleh
masyarakat dengan mengabaikan
norma dan nilai sosial sehingga
menimbulkan tindakan merusak.
Murray (2006) mendefinisikan
kekerasan dalam pacaran (abusive
datting relathionship) sebagai
penggunaan dengan sengaja taktik
kekerasan dan tekanan fisik untuk
mendapatkan serta mempertahankan
kekuasaan dan kontrol terhadap
pasangan intimnya. Set (2009)
menambahkan pendapat bahwa
kekerasan dalam pacaran merupakan
pola kekerasan berupa pelanggaran
etika fisik maupun psikis dalam
hubungan cinta untuk mengendalikan
dan mengatur pasangan menuruti
semua keinginan pelaku. Set (2009)
menambahkan kekerasan dalam
pacaran terjadi ketika ada kondisi
yang tidak setara antara pasangan
remaja, yang disebut sebagai
hubungan dominan tidak seimbang.
Set (2009) menambahkan
bahwa sebagian besar hubungan
cinta remaja memiliki titik lemah di
dalam masalah keseimbangan dan
kesetaraan dalam berpendapat,
bersikap dan berbuat. Ketika
dominasi terjadi tanpa perlawanan
dari pasangan untuk kembali
menyetarakan posisinya dalam
hubungan cinta pasangan, maka akan
muncul kondisi yang disebut sebagai
kekerasan dalam pacaran. Dalam hal
berpacaran, pasangan tidak sadar
bahwa dia sudah di perlakukan tidak
baik dan tidak pantas oleh
pasangannya, remaja masih
menganggap bahwa pacaran yang
dilakukan baik-baik saja. Karena
pada umumnya pacaran adalah masa
yang indah untuk menyatukan dua
perbedaan watak yang diwarnai
emosi bahagia manisnya perbedaan.
Faktor yang mempengaruhi
Kekerasan dalam pacaran meurut
Metropolitan King City Counsil
(dalam Murray, 2006) :
a. Penerimaan teman sebaya
b. Ekspetasi gender
c. Kurang pengalaman, kurang
informasi
d. Punya sedikit kontak dengan
orang dewasa
e. Kurang akses pada sumber
sosial
f. Masalah legal
g. Penyalahgunaan substansi
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat tujuh
beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku kekerasan dalam pacaran
yaitu, penerimaan teman sebaya,
ekspetasi gender, kurang pengalaman
kurang informasi, punya sedikit
kontak dengan orang dewasa, kurang
akses pada sumber sosial, masalah
legal, dan penyalahgunaan substansi.
Remaja yang melakukan kekerasan
dalam pacaran tidak mampu menilai
apa yang di perbuat dan akan
menyimpan rahasia untuk diri
sendiri.
Aspek-aspek kekerasan dalam
pacaran menurut Murray (2006)
yaitu verbal, emosi, kekerasan
seksual, dan kekerasan fisik. Dalam
verbal terdapat hal yang menjadi
suatu perilaku kekerasan seperti
memanggil dengan sebutan buruk
(seperti pelacur, oon, goblok, dan
sebutan yang tidak pantas lainnya),
kata-kata dengan kasar dengan nada
tinggi, dan memaki-maki pasangan
pada saat berdua maupun secara
sengaja maupun tidak sengaja
mempermalukan pacar di depan
umum dengan kata-kata yang kasar
atau mengejeknya.
Perilaku kekerasan dalam
pacaran sering kali yang terjadi
adalah pemerkosaan, awalnya
pasangan berciuman, sentuhan yang
tidak di hendaki, dan menjurus ke
tindakan pemerkosaan dan pelaku
kekerasan memaksa untuk
melakukan dan mengancam akan
meninggalkan, atau akan melakukan
penganiayaan.
Kecerdasan Emosional
Steiner (1997) (dalam Ekowati,
2013) menjelaskan pengertian
kecerdasan emosional adalah suatu
kemampuan yang dapat mengerti
emosional diri sendiri dan orang lain,
serta mengetahui bagaimana emosi
diri sendiri terekspresikan untuk
meningkatkan maksimal etis sebagai
kekuatan pribadi.
Senada dengan definisi
tersebut, Mayer dan Solovey (dalam
Goleman, 2001) mengungkapkan
kecerdasan emosi sebagai
kemampuan untuk memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain, dan menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk memadu
pikiran dan tindakan.
Dari beberapa pengertian
tersebut ada kecenderungan arti
bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali perasaan
sendiri dan perasaan orang lain,
mampu memotivasi diri sendiri, dan
mampu mengolah emosi pada diri
sendiri dan orang lain.
ciri-ciri kecerdasan emosional
menurut Daniel Goleman (2001)
terdapat 5 ciri kecerdasan emosi,
yaitu :
a. Mengenali emosi diri
b. Mengelola emosi
c. Memotivasi diri
d. Empati
e. Membina hubungan
Dari uraian diatas remaja
mampu mengendalikan emosi
dirinya tersebut, mampu mengerti
perasaan dan memiliki kekuatan
semangat untuk melakukan
aktivitas tertentu.
Hubungan Kecerdasan Emosional
dengan Kekerasan Dalam Pacaran
Pada umunya manusia yang
sedang menjalin hubungan cinta akan
membuat pasangannya menjadi
nyaman dan bahagia berada di
dekatnya, pasangan yang pada
awalnya memberikan sebuah cinta
yang sangat tulus membuat lawan
pasangannya menjadi bahagia hingga
akhirnya munculah sebuah pacaran
yang negatif dan membuat pasangan
tersebut masuk ke dalam tindak
kekerasan.
Menurut Set (2009) sebagian
besar hubungan cinta remaja
memiliki titik lemah di dalam
masalah keseimbangan dan
kesetaraan dalam berpendapat,
bersikap dan berbuat. Ketika
dominasi terjadi tanpa perlawanan
dari pasangan untuk kembali
menyetarakan posisinya dalam
hubungan cinta pasangan, maka akan
muncul kondisi yang disebut sebagai
kekerasan dalam pacaran. Sebuah
tindak kekerasan ini dalam keadaan
sadar dan membuat korbannya
kesakitan orang yang melakukan
tindak kekerasan tidak dapat
mengontrol emosinya dengan baik.
Kontrol emosi dikaitkan dengan
kecerdasan emosional dimana pelaku
kekerasan tersebut belum dapat
mengenali, memahami, dan
mengatur emosi dengan efektif
sebagai ukuran kecerdasan emosinya.
Steiner (1997) menjelaskan
pengertian kecerdasan emosional
adalah suatu kemampuan yang dapat
mengerti emosi diri sendiri dan orang
lain, serta mengetahui bagaimana
emosi diri sendiri terekspresikan
untuk meningkatkan maksimal etis
sebagai kekuatan pribadi. Emosi
tersebut sangat dibutuhkan di
kehidupan sehari-hari, salah satunya
ketika sesorang berada dalam situasi
berpacaran.
METODE
Jenis Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian korelasional.
Menurut Arikunto, (2010) penelitian
korelasional merupakan penelitian
untuk mengetahui ada atau tidak
adanya hubungan antara dua atau
beberapa variabel. Dengan teknik
korelasional, peneliti dapat
mengetahui variasi dan sebuah
variabel dengan variabel lain besar
atau tingginya hubungan tersebut
dinyatakan dalam bentuk koefisien
korelasi.
Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu sebagai
responden atau sampel.
Pertimbangan yang
digunakan adalah banyak siswa yang
berpacaran dan dari berbagai suku
dan etnis di siswa-siswi kelas XII
Bahasa dan kelas XII IPA 1 yang
berjumlah 38 siswa yang pernah dan
sedang berpacaran.
Kelas XII IPA 1
Kelas Bahasa
Uji coba instrumen
Uji Validitas
Standar pengukuran yang
digunakan untuk menentukan
validitas item berdasarkan pendapat
Azwar (2012) yaitu instrumen
penelitian akan valid apabila memilki
koefisien correcrted item total
correlation > 0,2. Uji validitas
instrumen kecerdasan emosional
menunjukkan bahwa dari 40 item
pertanyaan semua item menunjukkan
corrected to total correlation ≥ 0,20.
Item-item tersebut memiliki koefisien
to total correlation terendah r= 0,313
dan tertinggi r=0,750. Uji validitas
kekerasan dalam pacaran
menunjukkan bahwa dari 40 item
pertanyaan semua item menunjukkan
corrected to total correlation ≥ 0,20.
Item-item tersebut memiliki koefisien
to total correlation terendah r=0,204
dan tertinggi r=0,764.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 2007). Artinya
bahwa hasil pengukuran dapat
dipercaya apabila dalam pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama selama dalam diri
subjek yang diukur memang belum
berubah dan dikatakan reliabel jika
Pernah Pacaran 8
Sedang Pacaran 9
Belum Pernah Pacaran -
JUMLAH 17
Pernah Pacaran 5
Sedang Pacaran 16
Belum Pernah Pacaran 5
JUMLAH 26
besarnya korelasi minimal α > 0,70.
Uji coba dilaksanakan dan
didapatkan hasil untuk item
kecerdasan emosional dengan
cronbach’s Alpha sebesar 0,935, dan
untuk kekerasan dalam pacaran
didapatkan hasil sebesar 0,911.
Analisis data menggunakan kendall’s
Tau b dengan dibantu oleh spss versi
20.
Hasil Penelitian
Analisis Defkriptif
Dengan data sudah terkumpul setelah
diisi oleh para siswa kelas XII
Bahasa dan XII IPA 1. Maka dimulai
analisis dengan dibantu oleh program
spss 20 for windows. Dan didapatkan
hasil sebagai berikut :
Distribusi Kekerasan Dalam
Pacaran
Berdasarkan tabel kekerasan dalam
pacaran pada siswa kelas XII Bahasa
dan XII IPA 1 SMA Kristen 1
Salatiga sebagian besar pada kategori
sedang (60,52%..
Distribusi Kecerdasan Emosional
Berdasarkan tabel kecerdasan
emosional pada siswa kelas XII
Bahasa dan XII IPA 1 SMA Kristen
1 Salatiga sebagian besar pada
kategori sedang (73,68%).
Uji Korelasi
Hasil analisis korelasi antara
kecerdasan emosional dengan
kekerasan dalam pacaran
Kategori Range
Skor
Frekuensi Prosentase
(%)
Tinggi 130 –
160
10 26,31 %
Sedang 80 –
129
28 73,68 %
Rendah 40 –
79
0 0 %
Jumlah 38 100 %
Correlations
Kece
rdas
ane
mosi
Keke
rasa
ndala
mpac
aran
Kend
all's
tau_b
Kecerdas
anemosi
Correlati
on
Coefficie
nt
1,00
0 ,711
**
Sig. (2-
tailed) . ,000
N 38 38
Kekerasa
ndalampa
caran
Correlati
on
Coefficie
nt
,711**
1,00
0
Sig. (2-
tailed) ,000 .
N 38 38
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Kategori Range
Skor
Frekuensi Prosentase
(%)
Tinggi 130 –
160
0 0 %
Sedang 80 –
129
23 60,52 %
Rendah 40 –
79
15 39,48 %
Jumlah 38 100 %
Berdasarkan tabel menunjukkan hasil
bahwa dalam penelitian ini koefisien
korelasi hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kekerasan dalam
pacaran pada siswa kelas XII Bahasa
XII IPA 1 SMA Kristen 1 Salatiga
hasilnya r = 0,711** dengan
koefisien signifikan 0,000<0,01,
maka dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional dengan
kekerasan dalam pacaran pada siswa
kelas XII Bahasa dan XII IPA 1
SMA Kristen 1 Salatiga.
PEMBAHASAN
hasil bahwa dalam penelitian
ini koefisien korelasi hubungan
antara kecerdasan emosional dengan
kekerasan dalam pacaran pada siswa
kelas XII Bahasa XII IPA 1 SMA
Kristen 1 Salatiga hasilnya r =
0,711** dengan koefisien signifikan
0,000<0,01, maka dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan
kekerasan dalam pacaran pada siswa
kelas XII Bahasa dan XII IPA 1
SMA Kristen 1 Salatiga. Oleh karena
itu, semakin tinggi kecerdasan
emosional seseorang semakin tinggi
pula perilaku kekerasan dalam
pacaran. Karena terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel
kecerdasan emosinal dengan
kekerasan dalam pacaran.
Ada ketidaksingkronan yang
membuat kecerdasan emosional
tinggi mengalami kekerasan dalam
pacaran tinggi. Pembahasan hasil
korelasi terjadi anomali.
Menurut Steiner (1997) (dalam
Ekowati, 2013) kecerdasan
emosional adalah suatu kemampuan
yang dapat mengerti emosi diri
sendiri dan orang lain, serta
mengetahui bagaimana emosi diri
sendiri terekspresikan untuk
meningkatkan maksimal etis sebagai
kekuatan pribadi. Emosi tersebut
sangat dibutuhkan di kehidupan
sehari-hari, salah satunya ketika
sesorang berada dalam situasi
berpacaran.
Menurut Set (2009) sebagian
besar hubungan cinta remaja
memiliki titik lemah di dalam
masalah keseimbangan dan
kesetaraan dalam berpendapat,
bersikap dan berbuat. Ketika
dominasi terjadi tanpa perlawanan
dari pasangan untuk kembali
menyetarakan posisinya dalam
hubungan cinta pasangan, maka akan
muncul kondisi yang disebut sebagai
kekerasan dalam pacaran. Sebuah
tindak kekerasan ini dalam keadaan
sadar dan membuat korbannya
kesakitan orang yang melakukan
tindak kekerasan tidak dapat
mengontrol emosinya dengan baik.
Kontrol emosi dikaitkan dengan
kecerdasan emosional dimana pelaku
kekerasan tersebut belum dapat
mengenali, memahami, dan
mengatur emosi dengan efektif
sebagai ukuran kecerdasan emosinya.
PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
: ada hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan
kekerasan dalam pacaran dengan
hasil koefisien korelasi sebesar
r=0,711** dan pada Sig (2-tailed) =
0,000 <0,01.
Saran-saran yang dapat peneliti
berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa SMA Kristen 1
Salatiga
Hendaknya para siswa mampu
mengontrol emosinya agar tidak
terjadi kekerasan dalam pacaran,
apabila mampu mengontrol emosi
dari diri sendiri akan mampu
mengurangi tindak kekerasan dalam
pacaran.
2. Bagi SMA Kristen 1 Salatiga
Hendakya guru BK memberikan
layanan bagi siswa yang pendiam
dan sering mendapat tindak
kekerasan agar tidak terjadi timdak
kekerasan dalam pacaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik untuk meneliti mengenai
kecerdasan emosional dengan
kekerasan dalam pacaran disarankan
untuk meneliti faktor lain yang
mempengaruhi kecerdasan emosional
dengan kekerasan dalam pacaran,
dengan subjek yang berbeda (SMP
ataupun Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Aji. 2011. Menurunkan
Perilaku Kekerasan Dalam
Pacaran Melalui Konseling
Kelompok Behavioral Pada
Siswa-Siswi Kelas XII SMA
Bhinneka Karya 2 Kabupaten
Boyolali. Salatiga: UKSW
Arikunto, Suharsimi. 2010.
Manajemen Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, G.P. 2014. Hubungan Antara
Kecerdasan Emosi Dengan
Perilaku Kekerasan
Dalam Pacaran Pada
Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Universitas
Kristen Satya Wacana
Salatiga Angkatan 2010-
2013. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Salatiga
Azwar. 2007. Reabilitas dan
Validitas edisi ke-3.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
______. 1998. Sikap Manusia : Teori
dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Liberty
Chusairi, A. 2000. Analisis Gender
dan Transformasi Sosial.
Jurnal Akhatipe, 1(1),4-
13
Christiana, Yohana. 2010. Sikap
Terhadap Kekerasan dalam
pacaran Pada Remaja
Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosi Dan Persepsi
Terhadap Informasi
Mengenai Kekerasan Dalam
Pacaran Dari Orang Tua.
Jurnal Penelitian UNIKA
Soegijapranata.
http://eprints.unika.ac.id/3359
/1/06.40.0121_Yohana_Chris
tiana.pdf.
Diakses pada tanggal 29 Mei
2013
Fakih, M. 1996. Analisis Gender dan
Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Goleman, D. 2001. Kecerdasan
emosi untuk mencapai
puncak prestasi, Jakarta:
Gramedia Pustaka
Utama.
__________. 2007. Kecerdasan a
Emosional. (Alih bahasa: T.
Hermaya). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, S. 1994. Metodologi Research.
Yogyakarta Penerbitan Andi.
Iqbal, H.M. 2011. Pokok-Pokok
Materi Statistika 1 (Statistika
Diskriptif). Jakarta : PT.
Bumi Aksara. (Edisi
Kedua).
Murray, Jill. 2006. But I Love Him:
Mencegah Kekerasan dan
Dominasi Pasangan
Dalam Pacaran. Alih Bahasa
: Yuda, S. Jakarta : PT.
Bhuana Ilmu Populer.
N. S., Arieka. 2007. Love Shouldn’t
Hurt Sebuah Ulasan tentang
Dating
Violence. Di unduh tanggal
24 November 2011, dari
http://ariekaonly.multiply.co
m/journal/.../LOVE_SHOUL
DT_HURT_sebuah_ulasan_t
entang_DATING_VIOLENC
E_Keke
Salovey, R. (2008). Pengaruh
kecerdasan emosional
terhadap kinerja Guru SMA
di pekanbaru. Riau.
Skripsi (Tidak diterbitkan).
Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya
Wacana. Salatiga.
Set, S. 2009. Stop Kekerasan dalam
pacaran!. Yogyakarta:
Kanisius.
Setyawati, Karlina. 2010. Studi
Eksplorasi Mengenai Faktor
– Faktor Penyebab Dan
Dampak Sosial Kekerasan
Dalam Pacaran ( Dating
Violance) Di Kalangan
Mahasiswa Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Sebelas Maret.
Surakarta: USM (skripsi
tidak diterbitkan).
Stein,S., Book E. (2002). Ledakan
EQ: 15 Prinsip Dasar
Kecerdasan Emosional
Meraih Sukses (Januarsary.
T.R.,dkk, Pengalih bahasa).
Bandung: Kaifah.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung :
Alfabeta.