hubungan antara keaktifan berorganisasi …/hubunga… · kelas xi sma negeri 1 tawangsari...

151
HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : DIYAH SUBEKTI NIM K8406019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: hoangdung

Post on 22-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

i

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN

KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA

KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

DIYAH SUBEKTI NIM K8406019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

ii

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN

KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA

KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

DIYAH SUBEKTI NIM K8406019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd Drs. Slamet Subagya, M.Pd NIP. 19530826 198003 1 005 NIP. 19521126 198103 1 002

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :____________

Tanggal :____________

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. T. Widodo, M.Pd ___________

Sekretaris : Dra. Hj. Siti Chotidjah, M.Pd ___________

Anggota I : Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd ___________

Anggota II : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ___________

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 1960 0727 198702 1 001

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(Alam Nasyroh : 6-8).

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan mereka sendiri”.

(Q. S Ar Rad ayat 11)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

vi

ABSTRAK

Diyah Subekti. K8406019. HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010, (2) hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010, (3) hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari, sejumlah 267 siswa. Sampel yang diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 54 siswa. Teknik pengumpulan data yang utama dilakukan dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi, dan juga observasi dan wawancara sebagai teknik bantu. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, rx1y = 0,626 dan r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar 12,793 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 6,546 %. (2) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, rx2y = 0,668 dan r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar sebesar 87,207 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 44,626 %. (3) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, r(x12)y = 0,715 , r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01)dan F = 26,725. Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar 100 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 51,172 %.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

vii

ABSTRACT

Diyah Subekti. K8406019. THE RELATIONSHIP BETWEEN OF ORGANIZATIONAL ACTIVITIES AND PEER GROUP COHESIVITY WITH STUDENTS DICIPLINE OF CLASS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO, IN THE SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Juli 2010. The objectives of research are to find out: (1) the relationship of organizational activities with students dicipline, (2) the relationship of peer group cohesivity with students dicipline, (3) the relationship of organizational activity and peer group cohesivity with students discipline. The method used in this research is a correlational descriptive one. The population of research are all grade XI students of SMA Negeri 1 Tawangsari, as many as 267 students. The sample was taken by simple random sampling technique, as many as 54 students. Technique of collecting data used questionnaire and documentation as basic technique, and also observation and interview as grating technique. Technique of analizing data used a multiple linear regression corelational statistic analysis. Based on the result of research, it can be concluded that: (1) The result of data analisys is rx1y = 0,626 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between organizational activities with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 12,793 % and Effective Contribution is 6,546 %. (2) The result of data analisys is rx2y = 0,668 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between peer group cohesivity with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 87,207 % and Effective Contribution is 44,626 %. (3) The result of data analisys is r(x12)y = 0,715 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between organizational activities and peer group cohesivity with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 100 % and Effective Contribution is 51,172 %.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

Alm. Bapak (Kardiman) dan Ibu (Sukiyem), tiada kata yang dapat penulis ucapkan

selain terimakasih atas do’a, kasih sayang, nasihat dan maafnya

yang selalu tercurah untuk penulis.

Kakak dan adikku (Asri, Dina) serta keluarga besar di Sukoharjo,

terimakasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

Teman-teman kost Kaduk Manis (Ika, Lita, Rini, Yunita)

yang telah mengajariku berbagai hal yang baru,

mendampingi kala suka dan duka.

Teman-temanku Pendidikan Sosiologi Antropologi angkatan 2006

(Wiwit, Kade, Eka, Sana, Tari, Candra, Nico, Azis, Dhanar dan lainnya)

terimakasih untuk kebersamaannya.

Almamaterku.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan

mendapat gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.

Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut

dapat penulis atasi. Untuk itu segala bentuk bantuan, penulis menyampaikan

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. H. MH. Soekarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Yosafat Hermawan, S.Sos., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan

Sosiologi Antropologi FKIP UNS.

5. Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, dan pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Drs. Slamet Subagya, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan

semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Drs. Darno, selaku Kepala SMA Negeri 1 Tawangsari atas ijin yang

diberikan dan kerjasamanya selama penelitian.

8. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

terkait, khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang Pengajaran

Sosiologi Antropologi.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................... i

PENGAJUAN .................................................................................................... ii

PERSETUJUAN.................................................................................................. iii

PENGESAHAN ................................................................................................. iv

MOTTO .............................................................................................................. v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 7

D. Perumusan Masalah ............................................................... 7

E. Tujuan Penelitian………………………………………….... 8

F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ………………………………………….... 9

1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa ………............... 9

2. Tinjauan Tentang Keaktifan Berorganisasi………….... 28

3. Tinjauan Tentang Kohesivitas Peer Group ………….... 41

B. Penelitian yang Relevan ………………………………….... 56

C. Kerangka Berpikir ………………………………………..... 57

D. Perumusan Hipotesis……………………………………….. 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………. 61

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

xii

B. Metode Penelitian ………………………………………...... 62

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.............. 67

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 74

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 84

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ……………………………………………... 91

B. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………. 99

C. Pengujian Hipotesis ………………………………………. 106

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………….… 109

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………. 112

B. Implikasi …………………………………………………. 113

C. Saran ……………………………………………………... 115

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 116

LAMPIRAN …………………………………………………………………. 119

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian…………………………………………...... 61

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Berorganisasi (X1)................... 94

Tabel 4.2 Deskriptif Data Keaktifan Berorganisasi (X1)................................... 95

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kohesivitas Peer Group (X2)................... 96

Tabel 4.4 Deskriptif Data Kohesivitas Peer Group (X2)…………………........ 96

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa (Y)........................... 98

Tabel 4.6 Deskriptif Data Kedisiplinan Siswa (Y)............................................ 98

Tabel 4.7 Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y.......................................... 101

Tabel 4.8 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ......................................... 103

Tabel 4. 9 Perhitungan bobot Prediktor-Model Penuh..................................... 108

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir............................................................. 60

Gambar 4.1 Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)........................... 95

Gambar 4. 2 Grafik Histogram Kohesivitas Peer Group (X2).......................... 97

Gambar 4.3 Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (Y).................................... 99

Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Linieritas X1 dan Y........................................... 102

Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Linieritas X2 dan Y........................................... 103

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ........................................................ 120

Lampiran 2. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Keaktifan Berorganisasi ................ 121

Lampiran 3. Soal Uji Coba Angket Keaktifan Berorganisasi......................... 122

Lampiran 4. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Kohesivitas Peer Group................. 128

Lampiran 5. Soal Uji Coba Angket Kohesivitas Peer Group……………… 129

Lampiran 6. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Kedisiplinan Siswa....................... 135

Lampiran 7. Soal Uji Coba Angket Kedisiplinan Siswa............................... 136

Lampiran 8 Tabulasi data Uji Coba (Try Out).............................................. 142

Lampiran 9. Data Skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel

keaktifan berorganisasi............................................................. 145

Lampiran 10. Data skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel

kohesivitas peer group.............................................................. 150

Lampiran 11. Data skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel

kedisiplinan siswa ..................................................................... 155

Lampiran 12. Soal Angket Keaktifan Berorganisasi ....................................... 160

Lampiran 13. Soal Angket Kohesivitas Peer Group ....................................... 166

Lampiran 14. Soal Angket Kedisiplinan Siswa............................................... 172

Lampiran 15 Tabulasi Data Penelitian............................................................ 177

Lampiran 16. Sebaran Frekuensi dan Histogram............................................. 183

Lampiran 17. Hasil Uji Normalitas X1, X2 dan Y............................................ 187

Lampiran 18. Hasil uji linieritas X1 dengan Y................................................ 191

Lampiran 19. Hasil Analisis Regresi............................................................... 194

Lampiran 20. Perijinan .................................................................................... 197

Lampiran 21. Curriculum Vitae ...................................................................... 203

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan martabat

manusia Indonesia dapat dilaksanakan secara berhasil bila upaya

pembangunan tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan seperti itu diperlukan suatu

sistem administrasi pembangunan yang berkemampuan serta memberi peluang

bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Sehingga diperlukan sumber

manusia yang handal guna memperlancar pembangunan di negara ini. Kualitas

sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan

pembangunan bangsa Indonesia yang saat ini dilanda krisis multidimensi. Oleh

sebab itu masyarakat perlu memperhatikan dan menggunakan peluang terbuka

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akhir-akhir ini, fenomena

yang terjadi di Indonesia adalah semakin meningkatnya pengganguran yang

diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Orang yang tidak bekerja atau bisa disebut juga pengangguran merupakan

salah satu masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang

menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum

sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut

budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah

adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu

menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM sesuai dengan kebutuhan

dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya

kualitas SDM untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Masalah SDM inilah yang

menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung

oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. (Diazz dalam SDM Indonesia

dalam Persaingan Global, http://www.sdm-indonesia-dalam-persaingan-

global.htm,), diakses tanggal 9 februari 2010 pukul 13.12 WIB.

1

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

2

Salah satu hambatan yang mengakibatkan rendahnya kualitas SDM menurut

uraian diatas adalah hambatan kultural yaitu hambatan yang menyangkut budaya

dan etos kerja. Untuk menjelaskan hal ini, akan dikutip uraian dari

Koentjaraningrat (1974) dalam bukunya ”Kebudayaan Mentalitas dan

Pembangunan”. Menurut ahli budaya ini, mentalitas bangsa kita yang tidak selaras

dengan tuntutan pembangunan berasal dari dua faktor, yakni faktor dari budaya

kita sendiri dan faktor kondisi setelah revolusi. Faktor dari budaya kita sendiri

yaitu mentalitas bangsa Indonesia yang lemah, misalnya saja sifat tidak percaya

kepada diri sendiri , sifat tidak disiplin, dan sifat mengabaikan tanggung jawab.

Jika diamati, sifat-sifat tersebut merupakan mentalitas yang sangat bertentangan

dengan karakter sumber daya manusia yang handal. Sehingga sifat-sifat tersebut

harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari kita.

Cara strategis untuk mengatasi hambatan kultural berupa sikap mental

bangsa Indonesia yang rendah yaitu dengan meningkatkan mentalitas bangsa. Dan

cara yang dapat dilakukan dari bawah ialah dengan menanamkan kedisiplinan

pada setiap aspek kehidupan. Disiplin ialah perilaku yang menunjukkan adanya

ketaatan terhadap norma atau peraturan yang berlaku bagi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Disiplin tidak hanya di tuntut di

tempat-tempat tertentu misalnya di sekolah ataupun di tempat kerja, melainkan

diperlukan di berbagai tempat dan di setiap aspek kehidupan. Perilaku disiplin ini

akan tampak setiap tindakan yang sesuai dengan norma atau peraturan yang

berlaku dalam kelompok di mana individu itu diidentifikasikan. Disiplin tidak

hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu saja melainkan harus ada pada setiap

warga negara termasuk didalamnya para remaja. Penelitian ini mengupas tentang

peserta didik di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) dimana dalam masa itu

merupakan masa perkembangan bagi anak yaitu masa remaja. Disiplin akan

menjadikan terlaksananya suatu aktivitas dengan baik, sebaliknya tanpa adanya

disiplin akan memungkinkan timbulnya berbagai masalah dan hambatan dalam

kehidupan. Dewasa ini banyak fenomena yang menggambarkan ketidakdisiplinan

remaja, antara lain melakukan hal-hal yang melanggar peraturan yang bentuknya

bermacam-macam, mulai dari tata tertib sekolah, peraturan lalu lintas, norma

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

3

pergaulan dan etika yang berlaku di masyarakat, bahkan tindakan-tindakan

melanggar hukum seperti tindak kriminal dan penyalahgunaan narkotika dan obat-

obat berbahaya. (Wahdini, 2008:2).

Perilaku disiplin dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari seperti

menjalankan ibadah tepat pada waktunya, berangkat sekolah tidak terlambat,

mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, istirahat teratur, bekerja sesuai aturan.

Hal ini dapat dilihat dan di lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah

maupun disekolah. Perilaku disiplin di sekolah terutama bagi siswa SMA dapat

dilihat dari kegiatan di sekolah seperti disiplin masuk kelas, mengikuti kegiatan

belajar mengajar, mematuhi peraturan sekolah, mengikuti upacara bendera,

berpakaian rapi. Sikap disiplin memerlukan suatu latihan-latihan dalam

pelaksanaannya, lebih-lebih pada anak dalam suatu lembaga sekolah. Batasan

disiplin dalam penulisan ini merupakan suatu perilaku yang sesuai dengan aturan

yang berlaku di dalam masyarakat baik itu masyarakat sekolah maupun

lingkungan masyarakat di rumah, karena perilaku disiplin dalam kehidupan

merupakan perilaku dalam memenuhi kebutuhan hidup agar sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

Perkembangan anak berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat dan

sekolah. Perkembangan anak yang berlangsung di sekolah dan masyarakat, tidak

lepas dari peran organisasi sebagai wadah pembinaan anak. Dengan demikian

organisasi, merupakan wadah yang sangat penting bagi anak karena didalamnya

diajarkan berbagai ketrampilan dan kedisiplinan. kedisiplinan akan terlihat dalam

siswa yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian

kesehariannya dalam berorganisasi. Menurut pengalaman yang saya dapat, dengan

seringnya kita bersosialisasi atau berorganisasi dapat memperkaya pengalaman

dan pengetahuan karena kita saling bertukar pikiran antar satu dengan yang

lainnya. Selain itu dengan berorganisasi juga dapat menambah teman, pergaulan,

dan tentunya mempermudah kita untuk mencari informasi karena memiliki

banyak relasi. Jenis organisasi bermacam-macam seperti, Organisasi Siswa Intra

Sekolah (OSIS), Karangtaruna, dan masih banyak lagi organisasi yang dibentuk

dari ekstrakurikuler sekolah contoh: Pramuka.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

4

Aktif mengikuti organisasi dapat membantu siswa dalam bergaul di

lingkungan sekolah, maupun bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sikap

kedisiplinan akan terlihat dalam siswa yang aktif berorganisasi karena sudah

terlatih dan menjadi bagian kesehariannya dalam berorganisasi. Manfaat

berorganisasi yaitu memupuk sikap disiplin, munculnya rasa percaya diri yang

tinggi, bersikap kritis terhadap setiap perubahan yang ada, aktif mengemukakan

ide-ide, timbulnya rasa solidaritas yang tinggi dan menambah teman. (Nurkolis

dalam Manfaat Berorganisasi, http://researchengines.com/nurkolis1.html,) diakses

tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.46 WIB.

Pada dasarnya siswa SMA merupakan remaja yang sedang berkembang

sehingga mempunyai sikap yang ingin menang sendiri, emosional, dan suka

tawuran. Menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (2004: 43)

“Sikap dan karakteristik remaja yang sering timbul adalah pemalu dan perasa,

munculnya konflik dan emosi yang kuat, muncul tingkah laku radikal dan

memberontak”, untuk itu sering kali siswa SMA mempunyai sikap yang brutal

dan tidak mau patuh terhadap aturan yang berlaku di sekolah seperti : datang

terlambat, baju tidak dimasukkan, merokok di sekolah, rambut panjang bagi siswa

laki-laki, suka membolos, dan tawuran.

Masa remaja adalah masa dimana seorang anak mencari pola hidup yang

sesuai dengan jati dirinya. Seorang remaja akan cenderung memilih untuk

bergaul dengan kelompok teman sebaya (peer group) sebagai wadah penyesuaian

diri. Interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya berdampak pada perubahan

perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu. Kelompok teman

sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi remaja untuk belajar hidup

bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya

merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang

jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja.

Peer group penting bagi siswa SMA yang merupakan usia remaja karena di

usia remaja merupakan usaha mencari identitas, dan hal itu berpengaruh dalam

kehidupan anak dan kedisiplinan anak. Pergaulan peer group merupakan

kelompok sebaya atau mempunyai usia yang hampir sama, biasanya hobi yang

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

5

dimiliki pun hampir sama, jadi kelompok sebaya merupakan salah satu sarana

bagi remaja yang sedang mencari identitas diri. Adapun fungsi atau peranan yang

di peroleh dari kelompok sebaya ini adalah : mengajarkan mobilitas sosil,

mempelajari peranan sosil yang baru, mengembangkan sosiabilitas dalam diri

remaja (Vembriarto, 1993). Hal ini di lakukan agar mereka merasa diakui dan

dibutuhkan keberadaannya, untuk itu dalam melakukan segala aktivitas dan

kegiatan mereka sangat memegang kedisiplinan agar segala kegiatan dapat

berjalan lancar.

Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan

perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya

menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling

mendukung. Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-

individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama

diantara mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa

saja sesuai dengan kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau

pendirian individu bisa dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu

akan cenderung berperilaku sama atau searah dengan peer groupnya tersebut.

Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer groupnya tidak terlepas dari

keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa seorang remaja

telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan kelompok

tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri remaja. Apabila

teman-teman sebaya (peer group) itu memiliki motivasi yang tinggi, jiwa

kepemimpinan, disiplin bagi teman-teman yang lainnya. Kohesivitas kelompok

merupakan petunjuk penting mengenai seberapa besar pengaruh kelompok secara

keseluruhan atau masing-masing anggotanya. Siswa SMA yang merupakan usia

remaja sangat penting berorganisasi karena pada usia remaja anak mencari

identitas diri. Selain itu dalam berorganisasi juga akan tercipta perilaku disiplin

yang akan membantu siswa terlebih siswa SMA dalam menjalani kehidupan.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

6

Kebenaran dari uraian diatas tentu perlu dibuktikan melalui penelitian. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dan Kohesivitas Peer Group

dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo

Tahun Ajaran 2009/2010.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang

muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Sikap disiplin memerlukan suatu latihan dalam pelaksanaannya, lebih-lebih

pada peserta didik. Apakah siswa SMA tertanam sikap disiplin?

2. Banyak fenomena yang menggambarkan ketidakdisiplinan remaja, tetapi

kedisiplinan dituntut di organisasi sekolah.

3. Apakah aktif mengikuti organisasi dapat membantu siswa dalam bergaul di

lingkungan sekolah, maupun bersosialisasi dengan lingkungan sekitar?

4. Orang yang suka berorganisasi cenderung memiliki pola pikir yang dewasa

dan sedikit lebih bijak menghadapi suatu permasalahan,di banding yang tidak

gemar berorganisasi.

5. Apakah berorganisasi membuat kita sadar akan pentingnya sikap-sikap mental

yang positif, salah satunya yaitu disiplin?

6. Apakah interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya akan berdampak pada

perubahan perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu?

7. Apabila ada salah satu anggota peer group itu memiliki sikap kedisiplinan

yang tinggi, apakah anggota lain juga termotivasi untuk mengikutinya?

8. Apakah kohesivitas kelompok memberi pengaruh kelompok secara

keseluruhan atau masing-masing anggotanya?

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

7

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka

permasalahan dibatasi pada :

1. Keaktifan berorganisasi yang dimaksud adalah kegiatan dan kesibukan yang

dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk mencapai

suatu tujuan, meliputi ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan

organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut.

2. Kohesivitas peer group yang dimaksud adalah tingkat keterikatan atau

keeratan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya yang berinteraksi

antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul rasa

ketergantungan dan saling membutuhkan.

3. Kedisiplinan siswa yang dimaksud adalah keadaan tertib dimana siswa harus

menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang

telah ada yang dilakukan dengan senang hati serta dengan kesadaran diri.

Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses

pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap dan tingkah laku yang

baik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dibuat perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?.

2. Apakah ada hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa

kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?.

3. Apakah ada hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group

dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

8

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai

dengan dilakukanya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan

siswa.

2. Untuk mengetahui hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan

siswa.

3. Untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer

group dengan kedisiplinan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat dalam bidang ilmu Sosiologi dan Psikologi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan untuk

penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, untuk mengetahui pentingnya berorganisasi dan kohesivitas

peer group untuk menciptakan perilaku disiplin.

b. Bagi Kepala Sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan akan

pentingnya kedisiplinan siswa sehingga akan mempertahankan kemajuan

organisasi yang ada di sekolahan tersebut dan memberi penyuluhan pada

siswa untuk terus aktif di dalam organisasi.

c. Bagi Guru, dapat memberikan sumbangan untuk lebih mengembangkan

keaktifan berorganisasi siswa dan membantu anak didiknya dalam

berorganisasi dan bergaul dengan teman sebaya dengan baik.

d. Bagi Orang tua siswa, agar lebih cermat mengawasi dan mendidik putra

putrinya agar lebih berdisiplin dengan cara mendorong untuk aktif

berorganisasi dan memilih kohesivitas peer groupnya.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa

a. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan dalam kehidupan merupakan suatu hal yang sangat penting,

karena kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dimiliki seseorang

untuk mencapai kesuksesan. Apalagi di dunia pendidikan kedisiplinan sangat

mempengaruhi proses pembelajaran. Disiplin menjadi prasyarat bagi

pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan

mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Sekarang ini pengertian

disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga

banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang satu dengan yang

lain. Adapun pengertian disiplin menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1). Menurut Mac Millan dalam Tulus Tu’u (2004:20) ”Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku”

Berdasarkan pernyataan di atas yang dimaksud dengan disiplin

adalah suatu latihan yang bertujuan untuk mengendalikan tingkah laku,

membentuk sikap mental atau karakter moral seorang individu dengan

cara mengikuti dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku.

Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri setiap

orang. Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di

mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri

sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu

meluap-luap dan berlebih-lebihan. Apabila setiap perbuatan selalu

berada dalam koridor disiplin dan tata tertib, akan tumbuh rasa

kedisiplinan untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan tersebut.

9

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

10

2). Menurut Mulyasa (2003:108) “disiplin adalah suatu keadaan tertib

dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada

peraturan yang ada dengan senang hati”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan

suatu kepatuhan terhadap aturan atau tata tertib yang berlaku

dilingkungan kehidupan orang yang terkait dan dilakukan dengan

kesadaran diri. Disiplin mengandung asas taat, yaitu kemampuan untuk

bersikap dan bertindak secara konsisten berdasar pada suatu nilai

tertentu. Disiplin merupakan sikap yang harus ditanamkan dan

dikembangkan sejak dini pada setiap diri manusia, karena disiplin

sebagai latihan untuk mengembangkan watak agar dapat mengendalikan

diri dan berperilaku tertib. Aktivitas sehari-hari baik di rumah, di

sekolah maupun lingkungan masyarakat bisa dijadikan sarana efektif

untuk menerapkan kedisiplinan bagi anak usia dini. Anak mulai

dibiasakan agar cuci tangan dan berdoa sebelum atau sesudahnya, serta

tidak diperbolehkan makan dan minum sambil berdiri. Setiap upaya

menerapkan kebiasaan ini pada anak harus diikuti dengan penjelasan

yang mudah dimengerti oleh anak.

3). Menurut Soegeng Prijodarminto (1992:23) “Kedisiplinan adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian

perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan atau ketertiban.”

Dari pernyataan di atas yang dimaksud dengan kedisiplinan adalah

keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang

telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu yang berupa peraturan-

peraturan atau kebiasaan dan nilai-nilai. Di dalam kehidupan

bermasyarakat pasti terdapat nilai-nilai dan norma yang dianut dan nilai

tersebut bisa dijadikan pedoman demi terciptanya keteraturan hidup.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat penulis

simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kedisiplinan adalah

kedisiplinan adalah sikap dan kondisi seseorang yang menunjukkan

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

11

ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan,nilai-nilai dan tata tertib

yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati serta kesadaran diri.

Peraturan tersebut berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan

individu dan kelompok. Perilaku yang menunjukan kedisiplinan dapat

dilihat dari perilaku seseorang yang mengikuti pola-pola tertentu yang

telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu baik persetujuan tertulis,

lisan maupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan.

b. Pengertian Siswa

Seorang anak dapat dibentuk kepribadianya melalui lembaga formal yang

dinamakan sekolah. Sekolah ialah merupakan lembaga pendidikan formal

mempunyai tugas yang tidak lepas dari tugas pendidikan secara umum.

Lingkungan sekolah adalah merupakan keadaan yang ada di sekitar anak,

yang banyak di pengaruhi lingkungan keluarga dan masyarakat. Lingkungan

sekolah berpengaruh bagi perkembangan kepribadian moral anak agar tercipta

hubungan yang baik antara teman-teman sekitar selama proses belajar dan

pendidikan di sekolah. Seorang anak yang menjalani pendidikan di sekolah

biasa disebut dengan siswa. Siswa adalah adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu

Menurut Moeliono (1993) “siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang

melakukan aktifitas belajar”. Dengan demikian siswa adalah orang yang

terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Untuk itu siswa merupakan anak-

anak dan remaja yang sedang mengenyam pendidikan formal. Sehingga yang

dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah remaja atau anak yang sedang

belajar mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui proses

pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Semua aktifitas siswa dapat

dilihat dari aktifitas pendidikannya di sekolah, yang juga dikaitkan dengan

kehidupan di lingkungan luar sekolah yaitu aktifitas dalam keluarga dan

aktifitasnya dalam masyarakat.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

12

c. Pengertian Kedisiplinan Siswa

Masalah disiplin siswa di sekolah tidak dapat dipisahkan dari masalah

tata tertib sekolah. Sehingga kedisiplinan siswa merupakan cerminan langsung

dari kepatuhan seorang siswa dalam melakukan peraturan-peraturan yang

berlaku di sekolahnya. Kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib

sekolah akan mendukung terciptanya karakter dan kepribadian yang baik

sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mulyasa

(2003:103) yang berbunyi “Perlunya disiplin di sekolah adalah mendidik

siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan”. Oleh karena

itu Perilaku disiplin juga sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan

siswa untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Membentuk karakter anak tidak semudah membalikan telapak tangan.

Memberikan perilaku bijak dan cara memandang suatu permasalahan secara

positif harus ditanamkan sejak dini. Ibarat membuat rumah, harus membuat

pondasi yang kuat agar rumah tidak roboh. Kedisiplinan berperan penting

dalam pencapaian keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang

diharapkan karena kedisiplinan itu akan membawa dampak positif bagi siswa.

Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa

kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan

kegiatan belajar mengajar. Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat

dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang

berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan

keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam

mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang

dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah,

yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa

yang dinamakan dengan kedisiplinan siswa adalah keadaan tertib dimana

siswa harus menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau

tata tertib yang telah ada yang dilakukan dengan senang hati serta dengan

kesadaran diri. Berbagai macan aktivitas yang dilakukan berdasarkan atas

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

13

sikap kedisiplinan, maka kegiatan tersebut dapat terkendali dan terkontrol

secara teratur. Kesadaran untuk mempunyai sikap disiplin di sekolah bagi

setiap anak berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.

Ada anak yang memiliki kesadaran akan disiplin yang rendah sementara yang

lain memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sehingga pada akhirnya siswa yang

memiliki kesadaran akan sikap disiplin yang tinggi, maka mampu berperilaku

sesuai dengan aturan yang berlaku.

d. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena

menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut

psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung

bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh,

cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat

berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana pengoptimalannya.

Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar manusia

memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan maka

perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai bentuk

penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut baik melalui

pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang mengatur

tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan bagi pelaku

dan pengawasan. Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa

berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada

siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Emile Durkheim dalam

Ratna.S (1990:24-34) adapun faktor yang menyebabkan kedisiplinan yaitu

“tanggung jawab, harapan diri dan harapan orang lain.”

Agar faktor-faktor yang menyebabkan kedisiplinan jelas, maka dapat

penulis uraikan sebagai barikut:

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

14

1). Tanggung jawab

Seseorang yang diberi tanggung jawab, maka orang tersebut akan

berusaha mengemban tanggung jawab tersebut. Orang yang memiliki

tanggung jawab besar untuk menyelesaikan suatu tugas maka orang

tersebut akan terdorong dan berusaha untuk mengatur dirinya sendiriagar

dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Selain itu orang tersebut juga

akan mengatur orang lain agar bertanggung jawab sesuai dengan tugas

yang diberikan. Misalnya saja, seorang siswa diberi tanggung jawab

untuk memimpin rapat, maka siswa tersebut akan melaksanakan dengan

tanggung jawab dengan datang lebih awal, mempersiapkan peralatan

yang dibutuhkan serta memimpin jalannya rapat.

2). Harapan diri

Seseorang akan cenderung berperilaku disiplin apabila terdorong

oleh adanya harapan dan keinginan untuk memperoleh atau menghindari

sesuatu. Harapan dan keinginan tersebut berasal dari dalam diri seseorang

itu sendiri. Misalnya saja seorang siswa akan berlaku disiplin karena

menghindari hukuman yang diberikan oleh guru kesiswaan apabila

melanggar peraturan yang ada di sekolah. Selain itu ada juga seorang

anak yang berperilaku disiplin karena mengharapkan penghargaan dari

orang lain.

3). Harapan orang lain

Selain tanggung jawab dan harapan diri, ada juga faktor lainnya

yaitu harapan orang lain. Harapan dan kepentingan yang berasal dari

orang lain juga akan menyebabkan dan mendorong seseorang untuk

melakukan perilaku taat dan disiplin. Harapan dan kepentingan itu

biasanya untuk kepentingan bersama serta untuk kemajuan. Misalnya

suatu lembaga sekolah yang akan kedatangan tamu tim penyidik sekolah,

maka kepala sekolah akan menghimbau para siswa untuk berlaku disiplin

di kelas, berpakaian rapi, menjaga kebersihan kelas, bertutur kata yang

baik dan sebagainya.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

15

e. Unsur-unsur Kedisiplinan

Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem

nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Perpaduan antara sikap

dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman hidup

mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut

membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau

tidak disiplin. Bila disiplin diharapkan mampu mendidik siswa untuk

berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia

harus mempunyai unsur pokok dalam kedisiplinan. Hurlock dalam

Istiwidayanti (1999:84) menyebutkan empat unsur pokok kedisiplinan ialah

peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.

Agar unsur-unsur pokok itu lebih jelas dapat diuraikan penulis sebagai

berikut:

1). Peraturan

Peraturan dalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola

tersebut mungkin ditetapkan oleh guru, orang tua dan teman bermain.

Tujuan peraturan adalah untuk mewujudkan anak lebih bermoral dengan

membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

Peraturan yang jelas dan dapat diterapkan secara efektif akan membantu

anak merasa aman dan terhindar dari tingkah laku yang menyimpang dan

bagi orang tua, berguna untuk memanfaatkan hubungan yang serasi

antara anak dan orang tua. Dalam hal peraturan sekolah misalnya,

peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak

boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, lapangan sekolah, kantin.

Peraturan berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada

anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Peraturan juga

membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

2). Hukuman

Hurlock dalam Istiwidayanti (1999:89) menyatakan bahwa

“hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu

kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

16

pembalasan”. Hukuman mempunyai peran antara lain menghalangi

pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik

anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi

motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

Tetapi hukuman untuk perilaku yang salah hanya dapat dibenarkan bila ia

mempunyai nilai pendidikan dan ketika perkembangan bicara dan bahasa

anak telah baik, penjelasan verbal harus menggantikan hukuman.

3). Penghargaan

Hurlock dalam Istiwidayanti (1999:90) mengistilahkan

“penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang

baik”. Penghargan tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa kata-

kata pujian, senyuman, atau tepukan dipunggung dan belaian. Banyak

orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena

bisa melemahkan motivasi anak untuk melakukan apa yang harus

dilakukannya. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini

menyebabkan anak merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena

itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan

atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Pengargaan

tidak harus berupa piala ataupun piagam. Pujian atau pemberian nilai

yang bagus adalah cukup untuk memberikan penghargaan dari guru

terhadap muridnya sebagai motivasi untuk lebih mengembangkan

kepercayaan diri siswa.

4). Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, keajegan,

atau suatu kecenderungan menuju kesamaan (Hurlock dalam

Istiwidayanti, 1999:91) “Konsistensi tidak sama dengan ketetapan yang

berarti tidak adanya perubahan, sebaliknya artinya ialah suatu

kecenderungan menuju kesamaan”. Konsistensi harus menjadi ciri semua

aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan

sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan

dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

17

menyesuaikan pada standar dan dalam penghargaan bagi mereka yang

menyesuaikan. Disiplin tidak mungkin terlaksana tanpa konsistensi.

Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala

hal yang bersifat tetap, sehingga mereka akan termotivasi untuk

melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.

f. Fungsi Kedisiplinan

Keinginan untuk mempunyai sikap disiplin bagi setiap anak berbeda-

beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Ada anak yang

memiliki disiplin yang rendah sementara yang lain memiliki disiplin yang

tinggi. Keadaan seperti perlu disadari bahwa disiplin bagi anak adalah sebagai

proses perkembangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang datang

dari luar maupun dari dalam diri siswa itu sendiri. Disiplin sangat penting dan

dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan

sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar

seorang siswa sukses dalam belajar. Kedisiplinan dirasakan sebagai sebuah

pengalaman siswa tentang hak pribadi, terutama bagi pribadi yang sedang

dalam konflik. Oleh karena itu, kedisiplinan memberikan fungsi yang sangat

berharga bagi pendidikan. Adapun fungsi kedisiplinan di sekolah menurut

Tu’u (2004:38) ialah menata kehidupan bersama, membangun kepribadian,

melatih kepribadian sikap, pemaksaan, hukuman, dan menciptakan lingkungan

kondusif.

Fungsi dari kedisiplinan tersebut dapat diuraikan oleh penulis sebagai

berikut:

1). Menata Kehidupan Bersama

Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat,

kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai

makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam

hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar

kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi

disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok

tertentu atau dalam masyarakat.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

18

2). Membangun Kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh

faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan

masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-

masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan

kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat

berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

3). Melatih Kepribadian Sikap.

Perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak

terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui

suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk

membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. Seorang

siswa apabila dilatih untuk berdisiplin, maka siswa tersebut akan terbiasa

dan lama-kelamaan kebiasaan yang baik itu akan menjadi kepribadian

yang baik pula.

4). Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin

dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula

terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan

terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri,

melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin

berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti

peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.

5). Hukuman

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus

dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang

melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting

karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati

dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan

dan kepatuhan dapat diperlemah.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

19

6). Mencipta Lingkungan Kondusif.

Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan

Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan

melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin

terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi

proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling

menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan

merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi

para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian

diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini

terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan

proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan

mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam

proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu

kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan

meningkatkan hubungan sosial

Berdasarkan uraian yang telah disampikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi

gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian,

sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan

disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang berprestasi

dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi positif diantara

mereka. Oleh karena itu kedisiplinan mempunyai fungsi untuk membentuk

kepribadian dan karakter sumber daya manusia yang handal.

g. Kedisiplinan di Sekolah

Kedisiplinan adalah suatu keadaan yang selalu menaati peraturan dan tata

tertib yang telah ada. Disiplin dimulai dari diri sendiri, hal ini diperlukan

untuk menciptakan kehidupan yang teratur. Kedisiplinan dapat kita lakukan di

rumah di sekolah dan di masyarakat. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu

keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk

pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

20

bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi

serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha

menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran,

sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian disiplin dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mampu

berdiri sendiri (help for self help) (Mulyasa, 2003:108).

Menurut Slameto seperti yang dikutip Susilowati (2005:25), ada beberapa

macam disiplin yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan

belajarnya di sekolah yaitu disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin dalam

mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan

disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah.

Agar lebih jelas, kedisiplinan di sekolah dapat diuraikan penulis sebagai

berikut:

1). Disiplin siswa dalam masuk sekolah

Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan

ketaatan dalam masuk sekolah. Artinya, seorang siswa dikatakan disiplin

masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak

pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap harinya. Seorang

siswa yang aktif berangkat ke sekolah tidak pernah ketinggalan materi

yang disampaikan oleh guru. Ia akan mengikuti pelajaran secara lengkap

sehingga proses pembelajaran berjalan lancar tanpa hambatan.

2). Disiplin dalam mengerjakan tugas

Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam

belajar, yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah.

Tujuan dari pemberian tugas biasanya untuk menunjang pemahaman dan

penguasaan mata pelajaran yang disampaikan di sekolah, agar siswa

berhasil dalam belajarnya. Apabila siswa disiplin dalam mengerjakan

tugas, maka materi yang telah disampaikan oleh guru dapat diserap dan

dipahami oleh siswa dengan mudah. Disiplin dalam mengerjakan tugas

misalnya saja, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, mengerjakan

tugas dengan rasa tanggung jawab dan mengerjakan tugas sungguh-

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

21

sungguh. Dari kedisiplinan dalam mengerjakan tugas itu, pemahaman

siswa akan tugas tersebut bertambah dan materi dapat diserap dengan

baik dan lancar.

3). Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah

Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut

adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti

pelajaran, yang terarah pada suatu tujuan belajar. Sehingga pada proses

pembelajaran sehari-hari dikelas, suasananya akan terasa hidup. Dengan

adanya kedisiplinan saat mengikuti pelajaran hubungan antara guru dan

siswa berjalan secara interaktif karena didalam pembelajaran tersebut

siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan

menumbuhkan dampak yang positif atas terselenggaranya proses belajar

mengajar.

4). Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah

Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah adalah

kesesuaian tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah yang

ditunjukkan dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau

melaksanakan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran. Dengan

adanya kesadaran yang timbul dari jiwa siswa itu sendiri, diharapkan

berbagai macam peraturan yang ada, misalnya: tata tertib sekolah, tata

tertib di kelas, kewajiban dan tugas siswa, selalu ditaati tanpa harus

dipaksa dengan hukuman.

Disiplin merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sekolah.

Untuk itu, setiap pihak-pihak yang terkait seperti guru, kepala sekolah harus

membuat peraturan sekolah. Peraturan ini haruslah rinci dan jelas, agar siswa

dapat dengan benar-benar patuh terhadap tata tertib sekolah dan bagi siswa

yang melanggar harus diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran

yang dilakukan. Penerapan kedisiplinan ini harus diterapkan dengan bijaksana

yaitu dengan memberikan sanksi yang sesuai tindakannya. Oleh karena itu,

orang tua dan guru harus menerapkan kedisiplinan yang baik pada anak dan

peserta didik agar membawa anak kearah kemajuan.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

22

h. Kedisiplinan di rumah

Anak sebagai generasi baru yang lahir dari suatu keluarga akan sangat

dipengaruhi oleh suasana keluarga dimana ia hidup. Dalam hal ini keluarga

merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan anak karena keluarga

sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadi interaksi di antara para

anggota dan di situlah terjadinya proses sosialisasi. Seperti yang dikemukakan

oleh Soerjono Soekanto (2004:85) yang berbunyi “ salah satu fungsi dari

keluarga adalah sebagai wadah belangsungnya sosialisasi primer, yakni

dimana anak-anak di didik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat”. Karena hubungan sosial

dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orang tua memainkan peranan

sangat penting terhadap proses sosialisasi anak. Setiap orang tua dalam

keluarga mempunyai cara sendiri-sendiri untuk mengajarkan nilai-nilai dan

kaidah-kaidah yang ada di masyarakat. Ada orang tua yang bersikap tegas

dalam menerapkan aturan namun ada orang tua yang memberikan kebebasan

bertindak. Semua tergantung dari kebijakan masing-masing orang tua.

Anak yang tumbuh dalam keluarga yang baik, maka akan tumbuh dan

berkembang secara baik pula. Membentuk karakter anak dapat dimulai dari

membentuk kedisiplinan anak itu sendiri. Diawali dengan disiplin di rumah,

mulai dia bangun tidur sampai dia tidur lagi di malam hari sebaiknya dibuat

suatu jadwal kegiatan yang harus dipatuhi anak setiap hari. Misalnya kapan

jam untuk bermain, kapan jam untuk belajar, kapan jam untuk tidur, kapan

jam untuk mandi, kapan jam untuk kegiatan ekstra kulikuler. Dalam membuat

jadwal orang tua harus mengajak diskusi anak menentukan jadwal kegiatan.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang membimbing anak dalam

menentukan jadwal kegiatan yang tepat terutama mengenai belajar.

Kegiatan sehari-hari harus dilakukan dengan teratur untuk itu perlu adanya

jadwal kegiatan jadwal kegiatan berguna untuk mengatur waktu sejak bangun

tidur sampai mau tidur lagi. Anak yang baik akan melakukan kegiatan sehari

hari sesuai dengan jadwal yang dibuat dan waktu diatur sesuai kebutuhan.

Waktu belajar digunakan sebaik baiknya untuk belajar serta waktu bermain

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

23

digunakan untuk bermain. Pengaturan waktu yang baik sangat

menguntungkan diri sendiri. Anak yang pandai mengatur waktu kegiatan

sehari-hari akan melakukan aktivitas sesuai jadwal kegiatan sehingga tidak

banyak waktu yang terbuang. Jadwal kegiatan ini bukan dijadikan suatu

pengekangan tetapi lebih ke pembelajaran karakter, agar anak terbiasa

mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu secara terencana dan

maksimal tidak setengah-setengah. Tidak akan ada anak yang bodoh di dunia

ini apabila setiap orang tua menanamkan kedisiplinan pada anaknya sejak

dini. Oleh sebab itu orang tua perlu membuat suatu aturan-aturan yang

berguna untuk menanamkan kedisiplinan pada anaknya.

Komitmen orang tua terhadap aturan yang dibuat akan berpengaruh pada

keberhasilan menerapkan kedisiplinan. Hal ini penting agar orang tua tidak

hanya sekedar berbicara, tetapi juga memberikan keteladanan dari apa yang

dikatakannya. Penerapan konsistensi ini tidak hanya pada saat mengajarkan

kedisiplinan pada anak, tetapi pada semua aktivitas apapun hal ini harus

diutamakan. Orang tua harus konsisten dalam arti ketika aturan-aturan itu

dibuat, maka harus ada kesepakatan-kesepakatan awal terlebih dahulu,

konsekuensi apa yang harus diterima jika kesepakatan itu dilanggar.

Sebaliknya orang tua jangan lupa memberikan reward (penghargaan) kepada

anak jika anak tidak melanggar kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui

bersama.

i. Kedisiplinan di masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang mendukung dan memberi

sumbangan terhadap perkembangan kepribadian anak. Dalam kehidupan

masyarakat pasti ada suatu aturan yang mengatur dan mengendalikan

perilaku, baik perilaku seseorang maupun perilaku kelompok. Sebagai

makhluk sosial, manusia hidup berkelompok dan memiliki pergaulan yang

luas dalam masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kedisiplinan terhadap

peraturan-peraturan di masyarakat agar interaksi diantara anggotanya bisa

berjalan baik. Di kehidupan masyarakat biasanya tidak ada aturan yang

tertulis. Aturan dalam masyarakat biasanya berbentuk norma, baik dan buruk

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

24

menurut kebiasaan masyarakat. Ada bermacam-macam norma yang ada di

masyarakat. Saptono dan Bambang Suteng (2006:56) mengemukakan ”Secara

sosiologis, beragam norma sering digolongkan menjadi empat macam, yaitu:

folkways, mores, pranata sosial dan hukum.

Penjelasan mengenai empat macam norma di masyarakat akan diuraikan

penulis sebagai berikut :

1). Folkways

Folkways adalah kebiasaan suatu kelompok maupun individu

dalam melakukan suatu hal. Contoh kebiasaan dari masyarakat kita

seperti makan menggunakan tangan kanan, memakai baju batik pada

acara resmi, mengendarai kendaraan di jalur sebalah kiri jalan dan

sebagainya. Norma ini mengatur perilaku sehari-hari warga

masyarakatnya. Apabila ada pelanggaran terhadap peraturan ini, maka

tidak dikenakan sanksi penjara karena hanya menimbulkan sedikit

masalah dan tidak terlalu menggangu kehidupan bersama. Akan tetapi

folkways mempunyai peranan dalam mengatur perilaku keseharian warga

masyarakat.

2). Mores

Mores adalah suatu aturan pada masyarakat yang dilandasi oleh

moral sehingga sering disebut dengan norma moral. Mores merupakan

aturan yang dibutuhkan bagi kesejahteraan masyarakat, karena aturan ini

memuat prinsip-prinsip yang amat dihormati masyarakat. Mores adalah

gagasan yang tentang benar atau salah, yang mendorong dilakukannya

perbuatan-perbuatan tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan lainnya.

Aturan ini tidak dibuat secara tiba-tiba namun tumbuh secara bertahap

melalui kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat. Setiap masyarakat

dituntut untuk patuh terhadap mores dan pelanggaran terhadap aturan ini

akan menimbulkan sanksi atau hukuman. Aturan ini bisa berupa larangan

(tabu) di bidang makanan seperti larangan memakan daging babi. Atau

larangan menampilkan diri seperti larangan mempertontonkan aurat dan

sebagainya.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

25

3). Pranata sosial

Rangkaian folkways dan mores mengenai kegiatan-kegiatan yang

penting dalam masyarakat biasanya akan diorganisasikan atau dibakukan

ke dalam pranata sosial. Misanya saja rangkaian folkways dan mores

mengenai hidup berkeluarga dan memelihara anak. Dengan demikian

pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang diorganisasikan dan

mengandung nilai-nilai sosial serta prosedur-prosedur tertentu dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Dalam masyarakat

ada lima pokok pranata sosial yaitu keluarga, agama, pemerintah

pendidikan dan organisasi kegiatan ekonomi.

4). Hukum

Hukum adalah norma yang berada dalam masyarakat dan

diresmikan yaitu dirumuskan secara jelas dan tegas serta dipaksakan

berlakunya oleh lembaga yang berwenang. Sehingga norma hukum

adalah serangkaian kaidah atau petunjuk hidup manusia yang dibuat oleh

pejanat yang berwenang, berisi perintah atau larangan bagi manusia

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apabila aturan ini

dilanggar maka akan dijatuhi sanksi oleh yang berwenang. Norma ini

bersifat melengkapi norma-norma hidup bermasyarakat lainnya. Mencuri

dan membunuh adalah contoh tindakan ilegal yang melanggar norma

hukum. Tindakan ini akan dikenakan sanksi dan hukuman yang tegas

dari pihak yang berwenang.

Aturan tersebut pada umumnya tidak tertulis, namun aturan tersebut

merupakan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat, diyakini dan dipatuhi

sebagai aturan yang mengatur kehidupan bersama. Apabila peraturan yang ada

di masyarakat itu dilanggar, maka kita sendiri yang mengalami kerugian.

Selain itu pelanggaran itu dapat menimbulkan sanksi yaitu berupa kucilan

yang datang dari masyarakat terkait. Oleh karena itu peraturan yang ada di

masyarakat itu biasanya ditaati dan dipatuhi karena mengarahkan kepada hal-

hal yang baik dan positif bagi kehidupan bermasyarakat.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

26

j. Cara Menanamkan Kedisiplinan

Usaha untuk membina dan menumbuhkan kedisiplinan pada diri anak

menjadi bagian integral dari suatu proses atau kegiatan belajar. Ada beberapa

teknik atau cara untuk menumbuhkan dan membina disiplin. Elizabeth B.

Hurlock dalam Istiwidayanti (2000:93) mengemukakan bahwa cara-cara

menanamkan disiplin dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu cara mendisiplin

otoriter, cara mendisiplin yang permisif dan cara mendisiplin demokratis.

Suatu deskripsi singkat dari ketiga cara menanamkan disiplin akan

menunjukkan ciri-ciri masing-masing dan akan menyorot ciri-ciri baik

buruknya.

Ketiga cara itu antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

1). Cara Mendisiplin Otoriter

Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku

yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya

mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar

dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-

tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan.

Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang

wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak,

kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Di sekolah terdapat

aturan atau tata tertib yang tertulis dan setiap siswa harus mentaatinya.

Sedangkan dirumah seorang anak harus mematuhi semua peraturan yang

telah dibuat oleh orang tuanya. Sehingga anak tidak diberi kebebasan

untuk bertindak, semua kegiatan selalu dikontrol oleh orang tua. Di

masyarakat semua kegiatan dikuasai dan diatur oleh ketua kelompoknya.

2). Cara Mendisiplin yang Permisif

Disiplin permisif sebenarnya berarti sedikit disiplin atau tidak

disiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola

perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.

Dalam hal ini anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang

mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

27

mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri.

Dalam disiplin ini siswa dibiarkan bertindak menurut keinginannya.

Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak

sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Cara disiplin permisif ini

siswa lebih dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab sendiri

karena siswa diberi kebebasan. Dengan kata lain, kebebasan disini adalah

kebebasan yang bertanggung jawab. Cara disiplin permisif ini juga bisa

diterapkan di rumah yaitu anak diberi kebebasan untuk bertindak dan

dipercaya namun dibawah pengawasan orang tuanya. Sedangkan pada

masyarakat, anak diberi kebebasan agar berbuat sesuai dengan

keinginannya selama tidak melampaui aturan yang ada di masyarakat.

3). Cara Mendisiplin Demokratis

Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan

penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu

diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin

daripada aspek hukuman. Disiplin demokratis menggunakan hukuman

dan penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak

berbentuk hukuman badan. Falsafah yang mendasari disiplin demokratis

adalah falsafah bahwa disiplin adalah bertujuan mengajar anak

mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri. Aplikasi disiplin

di sekolah berupa aturan baku yang ditaati bersama. Kesalahan akan

mendapat punishment (hukuman) dan prestasi mendapat reward

(penghargaan). Misalnya, jika siswa terlambat datang ke sekolah, maka

dihukum menyapu halaman sekolah. Sebaliknya jika siswa meraih

prestasi rangking di kelas, akan mendapat penghargaan berupa piagam

atau hadiah. Begitu pula dirumah, setiap keteladanan yang dilakukan oleh

anak patut untuk mendapatkan pujian atau penghargaan yang berupa

hadiah dan setiap pelanggaran yang dilakukan juga perlu diberikan

hukuman yang bersifat mendidik.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

28

2. Tinjauan Tentang Keaktifan Berorganisasi

a. Pengertian Keaktifan

Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan melakukan usaha

yang ditandai dengan adanya kegiatan. Dari semua kegiatan manusia tersebut

timbul aktivitas yang mana berupa tindakan-tindakan yang dilakukan manusia

dalam kegiatan sehari-harinya. Keaktifan merupakan kegiatan yang dilakukan

sehari-hari dan ini mengarah pada aktivitas sesuai dengan tujuan dari kegiatan

itu. Keaktifan membantu seorang anak dalam pembentukan watak dan akhlak

dan budi pekerti luhur melalui aktivitas tersebut. Sebelum kita memberikan

definisi tentang keaktifan, maka terlebih dahulu kita meninjau pengertian dari

aktif dan aktivitas.

Keaktifan berasal dari kata ”aktif” dan menurut kamus ilmiah populer

(2001:12) aktif adalah ”giat dalam menjalankan kewajiban, kreatif dan sibuk

(dalam usaha maupun organisasi)”. Jadi yang dimaksud dengan aktif adalah

giat dan kreatif dalam menjalankan kegiatan yang menjadi kewajibanya baik

dalam usaha tertentu atau di dalam organisasi. Orang yang aktif, maka

kewajibannya akan terpenuhi dengan baik karena ia akan selalu melakukan

usaha-usaha agar kewajiban itu dapat dipenuhi.

Sumadi Suryabrata (2001:97-98) mengemukakan ”Aktivitas (activiteit)

adalah banyak sedikitnya orang mengemukakan diri, menjelmakan perasaan,

dan pikirannya dalam tindakan yang spontan”. Jadi aktivitas merupakan

tindakan yang dilakukan seseorang secara spontan melalui kegiatan dengan

mencurahkan segala potensi yang ada didalam diri. Aktivitas ini dilakukuan

agar seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Melalui

aktivitas ini seseorang dapat meraih cita-cita yang diinginkan. Dengan

demikian dapat dikatakan orang yang mempunyai aktivitas yang banyak maka

ia akan semakin dekat dengan tujuan yang ingin dicapainya. Sebaliknya

apabila seseorang tidak mempunyai aktivitas maka ia akan cenderung diam

dan tidak melakukan perubahan pada dirinya. Orang yang seperti ini adalah

orang-orang yang tidak mau mengaktualisasikan dirinya. Dan biasanya tujuan

yang diinginkan tidak akan pernah tercapai.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

29

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah ikut

bergeraknya jasmani dan rohani dalam suatu kegiatan dan kesibukan dengan

dituntut untuk berperan dalam kegiatan yang dilakukan dan mencurahkan

segala potensi yang dimiliki melalui pikiran maupun tindakan yang nantinya

akan direalisasikan sesuai dengan kegiatan itu sendiri. Sehingga orang yang

aktif merupakan orang yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.

Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan untuk kepentingan diri sendiri

maupun untuk kepentingan kelompok. Dapat dikatakan bahwa orang yang

aktif merupakan orang yang mempunyai pikiran yang maju. Seseorang yang

aktif adalah seseorang yang mau beraktualisasi diri dan dinamis.

b. Pengertian Organisasi

Pada awal perkembangan jaman, manusia adalah makhluk individu.

Akan tetapi bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,

membuat manusia mulai merasakan perlu untuk hidup berkelompok dan

bersosialisasi dengan lingkungannya karena adanya tujuan dan cita - cita yang

sama diantara mereka. Di dalam masyarakat sering dijumpai adanya

sekelompok orang-orang yang bekerja, baik bekerja di perkantoran, bekerja di

sebuah lembaga tertentu ataupun bekerja di swasta. Kegiatan yang dilakukan

oleh masing-masing orang tersebut pasti mempunyai tujuan. Begitu juga

dengan seorang anak, khususnya remaja, dalam melakukan aktivitas secara

mandiri dan berkelompok diperlukan adanya suatu wadah yang dinamakan

organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa ahli yang

memberikan definisi tentang organisasi, adapun definisi tersebut adalah

sebagai berikut:

1). Menurut Gibson (2000:5) menyatakan bahwa “an organizations is a

coordinated consisting of at least two people how function to achieve

common goal on set of goal”, yang artinya organisasi adalah suatu unit

terkoordinasi yang terdiri sekurang-kurangnya dua orang atau lebih yang

fungsinya untuk mencapai tujuan bersama atau menentukan beberapa

tujuan.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

30

Dari pernyataan diatas memiliki makna bahwa organisasi

merupakan suatu perkumpulan orang yang terkoordinasi yang terdiri dari

dua orang atau lebih dan mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama

untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila tujuan yang ingin dicapai

diantara anggota berbeda, maka hal ini bukan organisasi karena suatu

organisasi itu harus mempunyai tujuan yang sama. Dalam organisasi

para anggota tidak bekerja bersama-sama, tetapi bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama. Tentunya masing-masing anggota mempunyai

tugas yang berbeda untuk mempermudah dalam mencapai tujuan yang

diharapkan.

2). Menurut Ngalim Purwanto (2005:17) mengemukakan “organisasi ialah

aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan

sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud

dan tujuan-tujuan pendidikan”.

Berdasarkan pendapat di atas mengandung maksud bahwa

organisasi adalah kegiatan-kegiatan yang menyusun hubungan antara

individu yang satu dengan individu yang lain dan membentuk kesatuan

usaha dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu khususnya tujuan

pendidikan. Melalui organisasi diharapkan dapat mendidik seorang anak

dalam membentuk karakter dan kepribadian anak serta melatih sikap

mental yang positif. Seorang anak yang ikut berpartisipasi dalam suatu

organisasi akan terdorong untuk menerapkan sikap-sikap yang positif.

Dengan segala tanggung jawab yang ada di organisasi, seorang anak

dilatih untuk disiplin, jujur, berpikir kritis, dan mampu mengatur waktu.

Selain itu anak juga semakin terlatih untuk berani mengemukakan

pendapat dan membuat suatu keputusan.

3). Menurut Malayu S. P Hasibuan (2005:24-25) “organisasi adalah sistem

perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang

yang bekerja sama dalam tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan

wadah saja”

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

31

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa organisasi itu

merupakan suatu alat dan wadah yang dapat mengumpulkan sekelompok

orang secara formal, mempunyai struktur jelas, terkoordinasi dan

bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Organisasi ini merupakan

alat atau tempat agar pekerjaan yang diinginkan dapat tercapai. Jika

pekerjaan dikerjakan sendirian, mungkin hasilnya berbeda dengan jika

pekerjaan itu dikerjakan bersama-sama. Organisasi adalah kesatuan dari

berbagai orang yang bekerja untuk satu tujuan. Dari mulai pemunculan

ide, rapat, penyusunan anggaran, eksekusi kegiatan, sampai evaluasi,

semua dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama. Terutama jika pekerjaan

itu mempunyai tujuan sama. Oganisasi itu dibentuk karena para anggota

merasa bahwa dengan organisasi hasil kerjanya lebih baik dibandingkan

dengan dikerjakan sendiri-sendiri. Setiap anggota bagai roda mesin yang

saling menggerakkan. Kalau salah satu macet, maka hasil akhirnya bisa

tidak sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat penulis

simpulkan bahwa organisasi merupakan bentuk perkumpulan antara dua

orang/lebih yang bekerja sama, berstrukur dan berkoordinasi dengan

anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Oganisasi itu dibentuk karena para anggotanya merasa bahwa dengan

organisasi hasil kerjanya lebih baik dibandingkan dengan dikerjakan

sendiri-sendiri. Untuk itulah dalam organisasi setiap anggota mempunyai

tugas, wewenang, dan tanggung jawab tertentu yang dapat memberikan

sumbangan kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan. Organisasi ini merupakan alat atau tempat agar pekerjaan

yang diinginkan dapat tercapai. Jika pekerjaan dikerjakan sendiri,

mungkin hasilnya berbeda dengan jika pekerjaan itu dikerjakan bersama-

sama. Suatu organisasi yang baik, perlu memiliki tujuan yang jelas dan

nyata, pembagian kerja yang jelas, pembagian tugas sesuai kemampuan,

keserasian antar anggota yang bertanggung jawab, dan koordinasi semua

bagian.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

32

c. Pengertian Keaktifan Berorganisasi

Kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat tidak lepas dengan

organisasi. Setiap aspek kehidupan baik lingkungan kerja, lingkungan rumah,

lingkungan sekolah dan sebagainya akan selalu dekat dengan organisasi.

Dengan aktif mengikuti organisasi, kita mendapat pengalaman berorganisasi.

Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu

majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Dengan keaktifan

mengikuti organisasi diharapkan memberikan latihan bagi anak untuk

membentuk sikap mental yang positif dan juga membantu anak berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya.

Keaktifan siswa di sekolah adalah bentuk peran aktif siswa dalam

mencurahkan segala potensi yang ada pada dirinya dalam berpikir atau

bertindak untuk merealisasikan sesuatu terhadap suatu objek dalam wadah

usaha bersama dari sekelompok siswa yang masing-masing anggota

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, dalam

hal ini keaktifan berorganisasi. Di sekolah siswa mempunyai organisasi seperti

OSIS, Pengurus Kelas, Kelompok belajar dan sebagainya. Dengan organisasi

tersebut diharapkan siswa dapat berlatih berorganisasi di sekolah dengan baik.

Selain di sekolah, anak juga mempunyai organisasi yang berada di

masyarakat misalnya saja organisasi Karang Taruna, Remaja Masjid dan

sebagainya. Dengan adanya organisasi di masyarakat ini dapat membantu

pembentukan karakter seseorang di masyarakat. Dengan aktif pada organisasi

masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di masyarakat.

Selain itu, berorganisasi juga dapat melatih kepemimpinan, bagaimana kita

dapat memimpin diri sendiri khususnya dan memimpin orang lain pada

umumnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang pasti akan jadi

pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dan di dalam organisasi hal

tersebut bisa kita dapatkan. Masih banyak lagi manfaat-manfaat yang bisa kita

peroleh ketika kita ikut berpartisipasi disebuah organisasi.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

33

Dengan demikian keaktifan berorganisasi adalah kegiatan dan kesibukan

yang dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk

mencapai suatu tujuan, meliputi, ikut ber-partisipasi setiap kegiatan yang

dilaksanakan organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut.

Orang yang suka berorganisasi cenderung memiliki pola pikir yang dewasa

dan sedikit lebih bijak menghadapi suatu permasalahan,di banding yang tidak

gemar berorganisasi. Berorganisasi juga dapat melatih mental kita. Kegiatan

dalam setiap organisasi membentuk sikap mental positif, misalnya

kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Dengan pengalaman

yang kita dapatkan saat berorganisasi, secara sadar maupun tidak, tingkat

kepercayaan diri kita juga meningkat. Kepercayaan diri yang tinggi ini amat

berguna saat kita harus melangkah dan menentukan sesuatu. Bila kita percaya

diri, maka kita akan lebih berani dalam menghadapi segala situasi.

d. Unsur-unsur Organisasi

Banyak hal yang harus ada di dalam organisasi. Semua itu harus dipenuhi

agar tujuan bisa tercapai. Agar tujuan bisa tercapai, unsur-unsur dalam

organisasi harus dipenuhi. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:27) Unsur-

unsur itu adalah adanya manusia (human factor), tempat kedudukan, tujuan,

pekerjaan, struktur, teknologi dan lingkungan. Semua unsur itu perlu saling

melengkapi agar tercipta organisasi yang baik.

Untuk lebih jelasnya unsur-unsur organisasi tersebut dapat penulis uraikan

sebagai berikut :

1). Manusia (human factor)

Dalam organisasi dibutuhkan adanya anggota yaitu manusia.

Organisasi merupakan alat atau wadah untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan. Organisasi itu merupakan perkumpulan dari beberapa orang,

yang di dalamnya ada pemimpin dan juga anggota. Misalnya sajad di

sekolah, agar tujuan dari tugas yang diberikan oleh guru bisa berjalan

dengan baik, maka dibuatlah organisasi kecil dalam lingkup kegiatan

belajar seperti kelompok belajar.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

34

2). Tempat kedudukan

Organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukan. Setiap organisasi

selalu memiliki tempat dimana organisasi itu dibuat. Mungkin saja

tempat organisasi itu di dalam kelas. Ada organisasi yang berada di

kantor-kantor, di pemerintahan, ada juga organisasi politik bahkan

banyak pula organisasi yang mempunyai tempat di masyarakat. Semua

organisasi pasti mempunyai tempat.

3). Tujuan

Awal organisasi itu dibentuk karena ada tujuan yang hendak

dicapai. Untuk itulah maka semua organisasi pasti mempunyai tujuan.

Membuat organisasi kelompok belajar misalnya, tujuannya adalah agar

belajar bisa lebih efektif dan hasilnya lebih baik. Apabila organisasi itu

tidak memiliki tujuan, maka organisasi tidak akan berarti apa-apa. Begitu

pula dalam tujuan yang ada tentunya harus sama. Jika tujuannya berbeda,

maka tidak perlu dibuat organisasi.

4). Pekerjaan

Organisasi itu akan ada jika ada pekerjaan/tugas yang dilakukan.

Pada dasarnya dengan organisasi yang ada harapan pekerjaan itu bisa

dikerjakan secara efektif. Pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan baik dan

sesuai dengan yang diinginkan. Sebagaimana contoh di atas. Seorang

guru memberikan tugas kepada siswanya secara berkelompok, tentunya

tugas ini tidak dikerjakan sendiri sendiri, tetapi harus dikerjakan secara

berkelompok. Agar pekerjaannya itu bisa sesuai dengan harapan guru,

maka dibentuklah organisasi dalam menyelesaikan tugas bersama. Dan

organisasi ini biasa disebut dengan kelompok belajar.

5). Struktur

Struktur artinya hubungan kerja antar bagian. Dalam organisasi,

ada hubungan kerja antar bagian. Sebuah contoh ada organisasi sekolah,

yang di dalamnya terdapat tugas yang jelas antar masing-masing bagian.

Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ada bagian kebersihan,

keamanan, keindahan, kekeluargaan, dan lain-lain. Semua menjalankan

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

35

fungsinya masing-masing. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik

jika masing-masing pengurus dan anggotanya mengetahui akan tugas dan

tanggung jawabnya. Semua yang ada dalam struktur organisasi berjalan

sesuai dengan tujuan bersama.

6). Teknologi

Sebuah organisasi akan berdiri jika terdapat unsur-unsur teknis

yang dibutuhkan dalam suatu organisasi. Unsur-unsur tersebut biasanya

berupa teknologi yang berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan

kegiatan organisasi. Tanpa adanya suatu teknologi, maka setiap kegiatan

yang direncanakan dalam organisasi tidak dapat terlaksana dengan baik.

Sehingga teknologi merupakan sarana penunjang dalam kegiatan

organisasi.

7). Lingkungan

Dalam organisasi pasti ada lingkungan yang saling mempengaruhi

misalnya ada sistem kerja sama sosial. Untuk mencapai tujuan yang

nyata, maka dibutuhkan kerja sama. Di dalam kerja sama akan terjadi

interaksi antara anggota yang satu dengan lainnya. Lingkup interaksi

diantara anggota inilah yang disebut dengan lingkungan dalam

organisasi. Dan biasanya dalam lingkungan ini akan terjadi hubungan

yang saling mempengaruhi antar anggota organisasi.

e. Karakteristik Organisasi

Menjalankan sebuah organisasi berapapun besarnya tak pernah akan dapat

terlaksana dengan baik hanya dengan satu orang. Hal ini hanya dapat

diselenggarakan dengan efisien oleh sebuah tim, yang terdiri dari orang-orang

yang bertindak bersama-sama. Organisasi adalah suatu wadah formal dimana

sejumlah orang bekerja sama untuk mencapai maksud yang sama. Sebuah

organisasi harus memiliki karakteristik tertentu. Arni Muhammad (2002:29)

mengatakan ”Di antara karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis,

memerlukan informasi, mempunyai tujuan, dan struktur”.

Uraian dari karakteristik organisasi dapat dijelaskan penulis sebagai

berikut :

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

36

1). Dinamis

Organisasi sebagai sistem terbuka terus-menerus akan mengalami

perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkunganya

dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu

berubah-ubah tersebut. Perubahan inilah yang akan membawa sebuah

organisasi bisa menjadi baik dan juga dapat mengalami kemunduran.

Oleh karena itu diharapkan setiap perubahan itu bisa membawa pengaruh

yang baik untuk kemajuan sebuah organisasi.

2). Memerlukan informasi

Semua organisasi memerlukan informasi untuk melangsungkan

kegiatan. Tanpa informasi organisasi tidak bisa berjalan. Dengan adanya

interaksi para anggotanya, maka informasi akan diperoleh. Informasi ini

bisa digunakan sebagai bahan diskusi dan juga pertimbangan untuk

membangun sebuah organisasi menjadi maju. Begitu pula sebaliknya

dengan tidak adanya informasi suatu organisasi akan macet.

3). Mempunyai tujuan

Setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Oleh

karena itu antara organisasi satu dengan organisasi lain tujuannya sangat

bervariasi. Namun dalam sebuah organisasi pasti memiliki tujuan yang

sama. Jika tujuan itu jelas dan para anggotanya merasakan ada kesatuan

tujuan, maka di antara anggota itu segera untuk bersatu dalam sebuah

kelompok organisasi. Untuk itu diharapkan setiap anggota mendukung

pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka.

4). Terstruktur

Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat

aturan-aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi.

Hal inilah yang dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan

organisasi membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas.

Dengan adanya struktur organisasi ini akan tercipta koordinasi yang baik.

Koordinasi merupakan hal mengatur organisasi sehingga antara peraturan

dan tindakan dalam organisasi tidak bertentangan.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

37

f. Bentuk-bentuk Organisasi

Organisasi akan selalu muncul dalam sebuah kegiatan yang dilakukan

secara berkelompok. Kita bisa mengenal macam-macam organisasi dari sudut

pandang yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk organisasi menurut Eko Winarto

(dalam Kebebasan Organisasi, http://ekowinarto.files.wordpress.com/03/bab-

36.pdf) adalah terdiri dari :

1). Organisasi sekolah

2). Organisasi masyarakat.

a) Berdasarkan proses pembentukan:

(1). Organisasi formal

(2). Organisasi informal

b) Berdasarkan tujuannya :

(1). Organisasi sosial

(2). Organisasi bisnis

c) Berdasarkan hubungannya dengan masyarakat:

(1). Organisasi resmi

(2). Organisasi tidak resmi.

Sedangkan Abdul Azis Wahab (2008:109) mengemukakan ”terdapat dua

jenis organisasi yaitu organisasi formal dan organisasi informal”. Organisasi

formal disusun berdasarkan kebutuhan dalam mengatur tata hubungan yang

ada dalam bentuk struktur yang ditetapkan. Sedangkan organisasi informal

dibentuk secara sukarela oleh anggotanya untuk memperoleh kepuasan

berafiliasi dan tujuannya adalah untuk persahabatan

Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk-bentuk

organisasi adalah organisasi sekolah dan organisasi masyarakat. Bentuk-

bentuk organisasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1). Organisasi sekolah

Organisasi di sekolah bisa terjadi di dalam kelas maupun di lingkup

sekolah. Organisasi sekolah bisa berupa kelompok belajar, organisasi

pengurus kelas, organisasi kepramukaan dan OSIS. Masing-masing

organisasi dibentuk karena ada kepentingan yang berbeda-beda.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

38

a) Belajar Kelompok

Untuk memudahkan mencari data, tentunya setiap kelompok

akan membagi tugas dengan satu ketua. Ada yang menjadi penulis,

ada yang bagian wawancara, ada pula yang bagian pelapor. Jika

penugasan yang diberikan oleh ketua itu jelas, maka masing-masing

anggota yang bertugas akan berjalan dengan baik. Begitu pula

sebaliknya, jika ketua memberikan penugasan yang kurang jelas,

maka hasilnya akan kurang memuaskan.

b) Organisasi Kelas

Di dalam kelas pasti mempunyai struktur organisasi pengurus

kelas. Hal ini diharapkan mempermudah dalam kegiatan di kelas.

Dengan adanya pengurus kelas, urusan-urusan kelas bisa ditangani

oleh siswa. Ada yang bertugas sebagai ketua kelas, wakil, ada pula

bendahara, sekretaris, dan anggota. Dengan pembagian tugas yang

jelas, semua kegiatan bisa berjalan lancar. Dengan adanya

pembagian tugas di dalam kelas, maka yang bertugas itulah yang

mempunyai tanggung jawab dengan dibantu oleh anggotanya. Dan

ini berarti bahwa organisasi ini telah menjalankan fungsinya dengan

baik.

c) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Organisasi ini khusus dibentuk di sekolah dengan tujuan untuk

melatih anak-anak dalam kepemimpinan. Untuk itu tidak heran bila

bagi pengurus ada pembekalan yang disebut dengan Latihan Dasar

Kepemimpinan (LDK). Dalam LDK, siswa dibimbing oleh bapak

dan ibu guru dalam hal berorganisasi yang baik. Ada materi

kepemimpinan (leadership), ada latihan komunikasi, latihan

pemecahan masalah, dan lain-lain. Ini semua untuk membekali

anak-anak supaya kelak menjadi tangguh dalam menghadapi

masalah. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) juga diharapkan

dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Misalnya

melaksanakan bakti sosial, melaksanakan Idul Qurban,

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

39

melaksanakan pentas akhir tahun, bahkan ikut membantu

memecahkan masalah yang dihadapi oleh teman-temannya.

d) Organisasi Kepramukaan

Kegiatan pramuka dilaksanakan mulai dari tingkat sekolah

sampai tingkat internasional. Kegiatan di dalam pramuka sungguh

sangat menyenangkan. Di pramuka juga dilatih kepemimpinan

dengan cara berorganisasi. Ada yang disebut pimpinan regu, yang

sering disebut dengan Pinru. Pimpinan regu yang sudah ditunjuk

oleh kakak pembina atau kelompoknya ini harus bisa menjadi

panutan, harus bisa membagi tugas kepada anggotanya. Karena

penilaian di dalam kegiatan pramuka ini kebanyakan pada

kekompakan regu, yaitu bagaimana cara mengorganisasikan

kelompok. Dengan mengikuti pramuka, maka kita berlatih belajar

berorganisasi di sekolah.

2). Organisasi di masyarakat

Organisasi akan selalu muncul dalam sebuah kegiatan yang

dilakukan secara berkelompok. Berikut ini adalah macam-macam

organisasi di masyarakat.

a) Organisasi Formal.

Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar

dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula dan diatur

dengan ketentuan-ketentuan yang formal. Ketentuan-ketentuan yang

ada di dalam organisasi formal diatur dengan Anggaran Dasar (AD)

dan Anggaran Rumah Tanggal (ART). Contoh organisasi formal di

masyarakat misalnya, LKMD, PKK, dan lain-lain.

b) Organisasi Informal.

Organisasi Informal adalah organisasi yang dibentuk tanpa

disadari sepenuhnya, tujuan-tujuannya juga tidak begitu jelas.

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) juga

tidak jelas. Hubungan yang terjalin juga sifatnya pribadi dan

sifatnya tidak formal. Contoh organisasi informal, misalnya

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

40

organisasi kesenian karyawan. Setiap karyawan mempunyai

keinginan untuk mengembangkan bakat di bidang kesenian. Dari

masing-masing pribadi berkumpul untuk membentuk kegiatan

kesenian, bisa juga arisan, dan lain-lain.

g. Fungsi Organisasi

Menjadi anggota dalam sebuah organisasi merupakan suatu kewajiban

yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hidup di masyarakat. Banyak

fungsi yang diperoleh apabila kita aktif dalam suatu organisasi baik organisasi

formal, informal dan sosial. Menurut Arni Muhammad (2002:32) ”organisasi

mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok

organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil

produksi dan mempengaruhi orang.”

Uraian mengenai fungsi organisasi dapat dijelaskan oleh penulis sebagai

berikut :

1). Memenuhi kebutuhan pokok organisasi.

Setiap organisasi pasti mempunyai kebutuhan pokok sendiri-

sendiri. Kebutuhan ini ada dalam rangka kelangsungan kehidupan suatu

organisasi. Misalnya semua organisasi cenderung memerlukan gedung

sebagai tempat beroperasinya, uang untuk biaya upah pekerja, atau

fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Kadang-

kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga,

tenaga kerja, yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap

peralatanya. Semua ini merupakan tanggung jawab perusahaan untuk

memenuhinya.

2). Mengembangkan tugas dan tanggung jawab.

Suatu organisasi harus bekerja sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat dimana organisasi

itu berada. Standar inilah yang memberikan organisasi seperangkat tugas

dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi.

Misalnya saja dalam organisasi pendidikan, maka organisasi tersebut

mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pendidikan seperti

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

41

memikirkan perkembangan kemajuan pendidikan demi kesejahteraan

anggota organisasinya.

3). Memproduksi barang atau orang.

Organisasi mempunyai salah satu fungsi yaitu memproduksi

barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi

mempunyai produknya masing-masing. Misalnya saja organisasi

pendidikan guru produksinya adalah calon-calon guru. Para ahli dan

pimpinan organisasi akan memikirkan peningkatan dan penyempurnaan

hasil produksinya.

4). Mempengaruhi dan dipengaruhi orang.

Di dalam organisasi pasti digerakkan oleh orang/manusia. Orang

tersebutlah yang mengkoordinasi, mengelola, membimbing, dan

memngarahkan yang bisa menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang

yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru pula.

Orang sebagai anggota organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Misalnya

saja orang yang berprofesi sebagai guru, maka akan sensitif terhadap

tingkah laku anak atau remaja. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan

psikologis dan sosial berhubungan dengan tugas dan jabatan kita.

3. Tinjauan Tentang Kohesivitas Peer Group

a. Pengertian Kohesivitas

Kohesivitas atau Cohesiveness adalah rasa satu kesatuan yang terikat dan

saling mendukung yang menggambarkan adanya kualitas ketergantungan

diantara anggotanya (dalam hal ini adalah kelompok). Dalam kelompok akan

terjadi rasa satu kesatuan dan kedekatan hubungan antara anggota satu

dengan anggota lainnya sehingga menimbulkan ketergantungan. Rasa

ketergantungan ini muncul karena adanya kedekatan dan kecocokan diantara

kelompok tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kohesivitas

dapat menunjukkan hubungan keakraban pada suatu kelompok tertentu.

Berikut ini adalah definisi mengenai kohesivitas dari beberapa sumber :

1). Menurut Kamus Ilmiah Populer (2002:183) yang dimaksud dengan

kohesi adalah ”hubungan yang erat”.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

42

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud

dengan kohesi adalah keeratan hubungan antara komponen yang satu

dengan komponen yang lainnya. Dengan demikian kohesivitas adalah

derajat keeratan hubungan diantara komponennya. Kohesivitas biasanya

dianggap sebagai sebuah kekuatan dalam suatu hubungan.

2). Menurut Kurt Lewin (dalam Littlejohn Stephen W L dan Karen A. Foss,

2005:232) ”Cohesiveness is the degree of mutual interest among

members”, yang artinya kohesivitas adalah tingkat ketertarikan

hubungan diantara anggotanya.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa kohesivitas merupakan

seberapa besar ketertarikan dan kedekatan hubungan diantara anggota

dalam suatu kelompok tertentu. Sebuah kelompok dikatakan

mempunyai kohesivitas rendah apabila tidak memiliki ketertarikan

interpersonal antar anggota kelompoknya. Begitu pula sebaliknya suatu

kelompok yang mempunyai kohesivitas yang tinggi, maka mempunyai

ketertarikan diantara anggotanya. Dengan kata lain keanggotaan

kelompok saling menarik karena diantara anggotanya saling mendukung

dan saling membantu sehingga menimbulkan rasa ketergantungan.

3). Menurut J.M. Ivan Cevich (dalam Winardi, 2005:), ”Kelompok-

kelompok formal dan informal cenderung memiliki kedekatan atau

keseragaman dalam hal sikap, perilaku dan kinerja. Kedekatan inilah

yang sering disebut dengan kohesivitas”.

Dari pendapat di atas memiliki makna bahwa kohesivitas

merupakan kecenderungan suatu kelompok yang mempunyai kesamaan

sikap, perilaku dan kinerja sehingga menimbulkan kedekatan diantara

anggotanya. Kelompok-kelompok yang sangat kohesif mempunyai

motivasi untuk bersatu, sehingga kinerja kelompok tersebut menjadi

efektif. Kohesivitas bersifat mengikat anggotanya agar tetap berada

dalam kelompok dan menangkal pengaruh yang menarik anggota agar

keluar dari kelompoknya. Kohesivitas dapat memberikan dampak yang

baik apabila setiap anggota kelompok memberikan pengaruh yang

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

43

berupa sikap mental yang positif sehingga memberikan motivasi kepada

anggota lain untuk bertindak sesuai dengan sikap mental yang positif

tersebut. Selain itu kohesivitas juga dapat meningkatkan hubungan

kebersamaan diantara anggota kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa

kohesivitas merupakan tingkat ketergantungan atau kedekatan hubungan

diantara anggota kelompok sehingga memunculkan kesamaan sikap,

perilaku dan kinerja. Seseorang yang telah bergabung dengan suatu

kelompok dan merasa cocok dengan kelompoknya tersebut, maka akan

muncul kohesivitas yang kuat pada diri orang itu. Adanya kohesivitas

dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi

anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara

mereka. Misalnya saja salah satu anggota kelompok mempunyai sikap

disiplin, percaya diri dan semangat yang tinggi, maka anggota yang

lainnya akan termotivasi untuk bersikap seperti itu. Hal ini disebabkan

karena adanya kedekatan dan ketergantungan hubungan yang disebut

dengan kohesivitas.

b. Pengertian Peer Group

Membicarakan mengenai masalah interaksi antara orang yang satu

dengan lainnya, maka tidak lepas dengan adanya suatu kelompok. Demikian

halnya dengan seorang anak yang selalu membuat kelompok-kelompok yang

ada dalam pergaulannya. Salah satu dari kelompok itu adalah kelompok teman

sebaya atau istilah dalam bahasa lain yaitu peer group. Anak memasuki

kelompok sebaya secara alamiah dan bermula sejak dia memasuki kelompok

permainan dengan anak-anak di lingkungan tetangganya. kelompok sebaya

yang lebih besar, yaitu teman-teman sekelasnya. Dalam kelompok sebaya

anak belajar bergaul dengan sesamanya. Anak belajar memberi dan menerima

dalam pergaulannya. Beberapa ahli memberikan definisi tentang peer group

sebagai berikut :

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

44

1). Menurut Ivor Morrish dalam Abu Ahmadi (2004:191) menyatakan

bahwa “a peer is an equal, and a peer group is a group composed of

individual who are equals.”, yang artinya seorang teman sebaya adalah

teman yang memiliki persamaan, dan sebuah kelompok teman sebaya

adalah sebuah kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan dalam

hal umur, sikap, minat, hobi, dan masih banyak lagi persamaan-

persamaan yang lainya.

Dari uraian di atas, mengandung makna bahwa peer group adalah

sebuah kelompok yang merupakan tempat bermain yang terdiri atas

sejumlah individu yang sama dengan tujuan yang sama. Kesamaan itu

terdiri dari persamaan usia, hobi, pendapat, nilai-nilai, posisi sosial dan

persamaan lainnya. Seorang anak akan lebih dekat dengan teman

sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman-teman sebayanya

dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan

waktu bersama dengan teman-teman sebayanya. Persahabatan itu ada

kalanya diteruskan hingga menginjak usia remaja. Karena mereka merasa

bahwa hanya teman-teman dalam kelompoknya saja yang dapat

mengerti, memahami dan merasakan apa yang sedang dialami.

2). Menurut John W. Santrock (2003:186) ”peer are children or adolescent

who are of about the same age ar maturity”, yang artinya kelompok

sebaya adalah anak-anak atau remaja yang diantaranya mempunyai

kesamaan umur atau tingkat kematangan.

Dari pendapat di atas terlihat bahwa peer group merupakan suatu

kelompok anak sebaya yang memiliki persamaan, khususnya adalah

persamaan umur dan tingkat kematangan dalam hal berpikir rasional.

Kelompok sebaya atau sering disebut peer group ialah suatu kelompok

yang di dalamnya terdapat hubungan interaksi antar individu yang

mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial. Apabila

interaksi tersebut berhasil dalam menjalankan proses sosialisasi, maka

akan berdampak positif bagi perkembangan anak. Teman sebaya itu

mungkin adalah anak tetangga, teman sekelas, atau bahkan anak kerabat.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

45

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peer group adalah suatu

kelompok sosial yang terbentuk karena mereka merasa mempunyai

kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan

tujuan yang dapat memperkuat kelompok tersebut. Di dalam peer group

atau kelompok sebaya tersebut yang dipentingkan adalah diantara

anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan

dan kegagalan kelompoknya. Kelompok sebaya atau peer group

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan diri remaja

yaitu sebagai persiapan bagi kehidupan di masa yang akan datang dan

nantinya akan mempengaruhi sikap, perilaku dan pandangannya. Dengan

kata lain peer group juga merupakan salah satu wadah seorang anak

untuk melaksanakan sosialisasi setelah keluarga. Hal ini disebabkan

karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga

dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama,

seorang remaja juga takut kehilangan rasa nyaman yang diperoleh pada

masa kanak-kanaknya karena mereka harus bertindak mandiri dan bebas

dari keluarga mereka.

c. Pengertian Kohesivitas Peer Group

Peer group dengan pengaruh yang cukup kuat merupakan hal penting

dalam masa remaja. Pada kelompok teman sebaya ini melatih remaja atau

anak menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam

jalinan yang kuat itu terbentuk nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri,

yang merupakan simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah

mereka masing-masing. Bahkan nilai, norma dan simbol antara kelompok

yang satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Ada istilah khusus yang

yang mereka ciptakan sendiri sehingga hanya anggota kelompoknya yang tahu

tentang istilah tersebut. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok

yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan

apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Kuatnya pengaruh teman

sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

46

mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka

merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling mendukung.

Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan lingkungan peer

group (kelompok sebaya) dimana remaja bergabung dari pada dengan orang

tua, karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai

yang sama, yang dapat mempercayakan masalahnya dan membahas hal-hal

yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua atau guru. Pengaruh kuat

(kohesi) teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak

dapat diremehkan dalam masa remaja. Remaja mempunyai kewajiban-

kewajiban terhadap kelompok yang memiliki kode-kode tingkah laku yang

mereka tetapkan sendiri dan remaja menghargai dan mematuhinya. Setelah

menyesuaikan dengan minat dan nilai yang ada maka akan muncul rasa kohesi

terhadap lingkungan dimana remaja bergabung. Kohesi adalah suatu bentuk

hubungan persahabatan yang mempunyai ikatan untuk saling membantu dan

saling tolong menolong antar sesama anggota. Kelompok sebaya terbentuk

karena unsur kesengajaan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain, namun

kadang juga terbentuk karena tidak disengaja.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kohesivitas peer group

adalah tingkat ketertarikan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya

yang berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul

rasa ketergantungan dan saling membutuhkan. Adanya kohesivitas dalam

suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan

bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Hal ini

memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan

kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau pendirian individu bisa

dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu akan cenderung

berperilaku sama atau searah dengan kelompok teman sebayanya tersebut.

Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer group-nya tidak terlepas

dari keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Bahkan

remaja akan melakukan apapun, agar dapat di masukkan ke dalam anggota.

Dengan demikian seorang remaja telah bergabung dengan suatu kelompok dan

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

47

merasa cocok dengan kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang

kuat pada diri remaja. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-teman

dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan apa

yang sedang dialami.

d. Latar Belakang Terbentuknya Peer Group

Kelompok sebaya terbentuk secara spontan dan anggotanya adalah

individu-individu yang mempunyai usia dan status posisi sosial yang sama.

Kelompok sebaya ini muncul karena setiap anggotanya mempunyai kebutuhan

dan keinginan yang sama. Menurut Slamet Santoso (1999:83) “Latar belakang

munculnya kelompok sebaya yaitu: (1) adanya perkembangan proses

sosialisasi (2) kebutuhan untuk menerima penghargaan (3) perlu perhatian dari

orang lain (4) ingin menemukan dunianya”.

Latar belakang terbentuknya peer group akan penulis uraikan sebagai

berikut:

1). Adanya perkembangan proses sosialisasi

Pada usia remaja, individu mencoba bersosialisasi dalam

lingkungan tempat tinggalnya. Dalam usia remaja ini mereka sedang

belajar memperoleh kemantapan dalam mempersiapkan diri untuk

menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kawan yang

memiliki perasaan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Dalam

kelompok individu dapat saling berinteraksi satu sama lain, berusaha

mengerti dan memahami satu sama lain agar dapat diterima dalam

kelompok. Dan kelompok yang dimaksud adalah kelompok teman sebaya

(peer group). Melalui peer group ini seorang remaja mendapatkan proses

sosialisasi dari teman-teman sebayanya.

2). Kebutuhan untuk menerima penghargaan

Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang

lain agar mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh

karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya. yang

mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai sebagai

seorang teman. Dengan begitu individu merasakan adanya rasa

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

48

kebersamaan/kekompakan dalam kelompok teman sebayanya itu. Dan

seorang remaja apabila mempunyai teman sebaya yang akrab, maka

remaja itu akan merasa berharga karena dapat membagi kebahagiaan dan

kesusahan bersama teman sebayanya.

3). Perlu perhatian dari orang lain

Pada masa remaja, seseorang mulai mencari perhatian dari orang

lain dan lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan

seperti dalam kegiatan organisasi remaja di kampung-kampung. Mereka

menginginkan keberadaannya diakui dalam kelompok. Individu

memerlukan perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib

dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebaya di mana

individu merasa sejajar dengan yang lain, mereka tidak merasakan

adanya perbedaan status seperti jika mereka bergabung dalam dunia

orang dewasa. Disamping itu, mereka merasa bahwa hanya teman-teman

dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan

apa yang sedang dialami. Secara tidak langsung seorang remaja akan

mendapatkan perhatian dari teman-teman sebayanya.

4). Ingin menemukan dunianya.

Dalam kelompok sebaya individu dapat menemukan dunia sendiri

yang berbeda dengan dunia orang dewasa dan sesuai dengan persamaan

umur. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan dalam segala bidang,

misalnya pembicaraan tentang masalah pacar, pendidikan, hobi dan hal-

hal yang menarik lain yang tidak dapat mereka bicarakan dengan orang

tua atau orang dewasa lain. Hal ini disebabkan karena ada daya tarik

hubungan interpersonal di antara anggota kelompok teman sebaya. Pada

umumnya adalah adanya kesamaan dalam hal minat, nilai-nilai,

pendapat, hobi dan sifat-sifat kepribadian.

e. Ciri-ciri Peer Group

Kelompok sebaya merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh

individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial.

Kelompok sebaya ini mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

49

dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari kelompok sebaya atau peer group

menurut Slamet Santosa (1999:87) yaitu :”(1) Tidak mempunyai struktur

organisasi yang jelas (2) Bersifat sementara (3) Peer group mengajarkan

individu tentang kebudayaan yang luas (4) Anggotanya adalah individu yang

sebaya.”

Ciri-ciri Peer group dapat penulis jelaskan sebagai berikut :

1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas

Kelompok sebaya atau peer group terjadi secara spontan, karena

diantara anggota terjadi kecocokan sehingga terbentuklah peer group.

Kelompok ini tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena

semua anggota mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama. Walaupun

begitu, tetap ada satu orang di antara anggota dianggap sebagai seorang

pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan paling mendominasi

dalam kelompok tersebut. Pemimpin kelompok inilah yang biasanya

selalu mengatur kegiatan dan mengambil keputusan kelompok. Meskipun

demikian kelompok ini tidak ada struktur yang jelas seperti ketua,

sekertaris, anggota

2). Bersifat sementara

Kelompok sebaya ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi

dan kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur

organisasi yang jelas, lebih-lebih jika keinginan masing-masing anggota

berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Disamping itu apabila

kebutuhan diantara anggota kelompok sudah berbeda, maka mereka satu

persatu akan memisahkan diri dari kelompoknya. Sehingga kelompok

sebaya ini bersifat sementara. Ada kelompok teman sebaya yang

berlangsung dengan waktu yang singkat, namun banyak pula peer group

yang bertahan sangat lama.

3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas

Setiap anggota kelompok sebaya mungkin berasal dari lingkungan

yang berbeda dan mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula.

Dalam kelompok sebaya mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

50

masing-masing, sehingga mereka dapat saling belajar. Secara tidak

langsung kebiasaan-kebiasaan yang beraneka ragam tersebut dipilih dan

disesuai dengan kelompok, untuk selanjutnya dijadikan sebagai

kebiasaan kelompok. Misalnya saja ada anggota peer group yang berasal

dari sunda dan jawa, maka anggota kelompok sebaya itu otomatis akan

mengerti bagaimana kebudayaa orang sunda dan jawa, bahasa dari orang

sunda dan jawa serta dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan

tersebut dengan seringnya bergaul dengan anggota lainnya.

4). Anggotanya adalah individu yang sebaya

Kelompok sebaya yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan

individu-individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial.

Contoh konkritnya ialah pada anak-anak TK, SD, SMP atau SMA, di

mana mereka mempunyai tingkat usia, keinginan dan tujuan serta

kebutuhan yang sama. Teman sebaya itu mungkin adalah teman sekelas,

anak tetangga, teman sepermainan, saudara sepupu atau bahkan anak

kerabat. Dan teman sebaya itu memiliki anggota yang memiliki

kesamaan dalam hal umur.

f. Fungsi Peer Group

Kelompok teman sebaya merupakan suatu lingkungan yang penting dan

mendukung perkembangan sosial dan pribadi anak. Partisipasi di dalam peer

group menberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar

sosial. Melalui kelompok sebaya ini anak belajar menjadi manusia yang baik

sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakat. Menurut Vembriarto

(1990:65-68) mengemukakan “Fungsi kelompok sebaya yaitu: 1) Anak belajar

bergaul dengan sesamanya, 2) Mempelajari kebudayaan masyarakat, 3)

Mengajarkan mobilitas sosial, 4) Mempelajari peran sosial yang baru, 5) Patuh

pada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang impersonal pula”

Untuk lebih jelasnya, fungsi Peer group dapat penulis uraikan sebagai

berikut :

Page 66: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

51

1). Anak belajar bergaul dengan sesamanya

Di dalam kelompok sebaya, seorang remaja bergaul dengan

sesamanya. Remaja belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai

dengan cita-cita masyarakat. Dengan seringnya remaja bergaul dengan

sesamanya, maka ia akan mudah menyesuaikan pergaulan yang ada di

lingkungannya. Selain itu, remaja yang ikut dalam kelompok teman

sebaya akan mempunyai pengalaman yang banyak yang akan membantu

perkembangan psikologis remaja.

2). Mempelajari kebudayaan masyarakat

Kelompok teman sebaya juga mengajarkan budaya dewasa yang

merupakan bagian dari suku bangsa, agama, kelas sosial, dan budaya

daerah yang tersosialisasi diantara anggotanya. Jadi kelompok sebaya

juga merupakan kelompok yang yang mengajarkan tentang kebudayaan

masyarakat seperti agama, kelas sosial kepada anggota kelompok yang

ada didalamnya, agar kelompok tersebut tercipta toleransi, kerjasama,

dan rasa saling memiliki satu sama lain. Dengan kita menjadi anggota

kelompok teman sebaya, secara tidak langsung kita juga mempelajari

kebudayaan yang ada di masyarakat yang sering kita lupakan dari

kehidupan kita.

3). Mengajarkan mobilitas sosial

Di dalam masyarakat pasti terdapat kelas-kelas sosial yang berbeda

sesuai dengan derajat yang dimiliki. Misalnya ada kelas atas yang terdiri

dari pajabat pemerintah dan pengusaha, namun ada pula kelas bawah

yang terdiri dari buruh-buruh. Di dalam peer group kelas sosial bawah

dapat bergaul akrab dengan kelas sosial menengah atau atas. Remaja

kelas bawah menangkap dan mengadopsi cita-cita, nilai dan pola tingkah

laku remaja kelas sosial menengah atau atas. Sehingga biasanya akan

terjadi mobilitas sosial kelas bawah menjadi kelas sosial menengah atau

atas.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

52

4). Mempelajari peran sosial yang baru

Dalam kehidupan sosial, semua orang mempunyai keinginan untuk

dapat bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya manusia

adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan pertolongan dari orang lain

agar dapat mengaktualisasikan diri dalam penyesuaian diri dari

lingkungan masyarakat. Untuk itu proses mempelajari suatu peranan

sosial yang baru harus terus berjalan sesuai dengan kebutuhan dan

tuntutan dari masyarakat, maka individu secara tidak langsung juga

berusaha untuk mempelajari sosial yang baru agar dapat bertahan

didalam lingkungan masyarakat dimana individu itu tinggal.

5). Patuh pada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang

impersonal pula.

Dalam lingkungan pergaulan remaja tidak lepas dari kelompoknya,

karena kelompoknya selalu memberikan pengaruh dan motivasi yang

sangat besar. Apabila kelompok tersebut mengajarkan kedisiplinan

terhadap aturan dan kewibawaan, maka kelompok tersebut memberikan

pengaruh yang positif bagi anggota lainnya. Karena didalam peer group

diantara anggotanya saling terjadi ketertarikan dan saling mempengaruhi.

Sehingga apabila aturan sosial yang berada dalam masyarakat ditaati dan

dipatuhi oleh salah satu anggota, maka anggota yang lain juga akan

mengikutinya. Dalam kelompok itu pertama kalinya remaja menerapkan

prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dengan demikian

kelompok teman sebaya merupakan suatu lingkungan yang penting dan

mendukung perkembangan pribadi dan sosial seorang remaja.

g. Sifat-sifat Kelompok Sebaya

Setiap kelompok sebaya mempunyai aturan baik yang bersifat maupun

yang eksplisit, harapan-harapan terhadap anggotanya, dan cara hidupnya

sendiri. Menurut Abu Ahmadi (2004:195) “kelompok sebaya dibedakan

menjadi kelompok sebaya yang bersifat informal dan kelompok sebaya yang

bersifat formal.”

Page 68: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

53

Dari perbedaan sifat-sifat kelompok teman sebaya diatas akan penulis

jelaskan sebagai berikut :

1). Kelompok sebaya yang bersifat informal

Kelompok sebaya ini tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh

peraturan-peraturan, anggaran dasar, serta anggaran rumah tangga yang

tertulis. Kelompok sebaya informal ini dibentuk, diatur dan di pimpin

oleh anak sendiri. Kelompok teman sebaya yang bersifat informal dapat

terbentuk kapan saja dan dimana saja, tanpa adanya suatu peraturan yang

mengikat. Kelompok ini hubungannya intensif dan erat karena adanya

tatap muka yang sering dilakukan dan hubunganya bersifat kekeluargaan.

Yang termasuk kelompok sebaya informal ini adalah kelompok

permainan, geng, klik dan lainnya. Di dalam kelompok sebaya informal

tidak ada bimbingan dan partisipasi dari orang dewasa.

2). Kelompok sebaya yang bersifat formal

Kelompok sebaya yang bersifat formal atau kelompok resmi di

dukung oleh peraturan-peraturan, anggaran dasar serta anggaran rumah

tangga yang tertulis dan untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan

bermasyarakat secara obyektif dan rasional. Didalam kelompok sebaya

bersifat formal ini ada bimbingan, partisipasi, atau pengarahan dari orang

dewasa. Apabila pengarahan dan bimbingan dari orang dewasa itu

diberikan secara bijaksana, maka kelompok sebaya yang formal ini dapat

mejadi proses sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat

dalam masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok sebaya formal

misalnya organisasi siswa baik intra maupun ekstra, perkumpulan

pemuda, perkumpulan olah raga, klub dan masih banyak lainnya.

h. Bentuk-bentuk Peer Group

Kelompok teman sebaya, khususnya pada remaja, mempunyai anggota

yang berbeda. Ada kelompok sebaya yang mempunyai anggota banyak,

namun ada pula peer group yang mempunyai anggota sedikit. Tiap-tiap

bentuk peer group terdiri dari komunitas yang berbeda-beda sesuai dengan

minat dan kesamaan yang dimiliki. Adapun penggolongan kelompok remaja

Page 69: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

54

menurut Elizabeth B. Hurlock dalam Istiwidayanti (2005:215) yaitu teman

dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok terorganisasi, dan

kelompok geng.

Untuk lebih jelasnya bentuk-bentuk peer group tersebut akan penulis

uraikan sebagai berikut :

1). Teman dekat

Teman dekat biasa disebut dengan sahabat karib, dan biasanya

terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai jenis kelamin, minat

dan kemampuan yang hampir sama. Teman dekat adalah teman yang

biasanya diajak untuk berbagi baik senang maupun susah. Karena teman

dekat adalah teman yang mampu mengerti, memahami dan merasakan

apa yang dialami satu sama lain. Hubungan yang terjadi diantara teman

dekat lebih intensif dan lebih akrab karena mereka lebih sering bersama

dalam kehidupan sehari-hari. Diantara teman dekat biasanya saling

mempengaruhi, baik dalam mengambil keputusan maupun dalam

berperilaku sehari-hari. Selain itu teman dekat juga biasanya sering

memberikan suatu nasehat-nasehat dan saran apabila salah satu diantara

mereka bingung dalam menentukan pilihan.

2). Kelompok kecil

Kelompok kecil merupakan kelompok yang anggotanya terdiri dari

beberapa kelompok teman dekat. Awalnya diantara kelompok tersebut

terdiri dari jenis kelamin yang sama, namun kemudian seiring dengan

perkembangan zaman dan pergaulan yang sangat luas maka kelompok ini

meliputi jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Diantara orang-orang

yang berlainan jenis kelamin tersebut sering kali terjadi hubungan yang

akrab sehingga terbentuklah kelompok kecil ini. Di dalam kelompok ini

biasanya selalu merencanakan kegiatan bersama seperti makan bersama,

pergi bersama dan sebagainya.

3). Kelompok besar

Kelompok besar adalah kelompok yang terdiri dari beberapa

kelompok kecil dan teman dekat. Hubungan yang terjadi dalam

Page 70: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

55

kelompok ini kemudian berkembang dengan meningkatkan minat dan

interaksi diantara mereka. Karena kelompok ini anggotanya banyak,

maka penyesuaian minat antar anggota-anggotanya berkurang sehingga

terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara mereka dan terjadi sangat

kompleks. Karena besarnya kelompok ini, maka ada anggota yang

hubungannya begitu dekat namun ada pula yang hubungannya tidak

terlalu akrab bahkan jauh.

4). Kelompok yang terorganisasi

Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atatu susunan

kepengurusan yang jelas dan terwujud dalam sebuah organisasi sekolah

atau masyarakat, dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial para

remaja. Sehingga dalam kelompok ini juga terdapat pembagian tugas

pada masing-masing anggota kelompok tersebut. Kelompok ini masih

berada dalam pengawasan dan bimbingan dari orang dewasa yang

berpengalaman, sehingga kadang-kadang anggota yang mengikuti

kelompok ini merasa bosan karena mereka terlalu diatur dan dibatasi

ruang geraknya. Kelompok yang terorganisasi ini misalnya OSIS, karang

taruna (organisasi kepemudaan) dan sebagainya.

5). Kelompok geng

Kelompok geng adalah kelompok yang terdiri dari anak-anak yang

berjenis kelamin sama dan biasanya memiliki minat utama yaitu untuk

menghadapi penolakan teman-teman memiliki perilaku sosial. Dalam

kelompok geng biasanya mempunyai keinginan untuk diperhatikan oleh

orang lain sehingga sering bertindak yang mengundang perhatian orang

lain. Kelompok geng sebenarnya tidak berbahaya asalkan orang dewasa

tetap mengarahkan dan mengawasi tingkah laku mereka. Karena dalam

kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya

kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan,

kebutuhan mencari pengalaman baru, dan kebutuhan rasa aman yang

semuanya tersebut tidak diperoleh dari keluarga dan masyarakat serta

sekolah.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

56

B. Penelitian yang Relevan

Secara teoritis, kedisiplinan siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur dan

banyak faktor. Faktor dan unsur ini dapat berupa faktor yang berasal dari dari

dalam maupun dari luar individu. Dalam penelitian ini penulis mengkorelasikan

antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan.

Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini:

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Nawang Wulan tahun 2007

dengan judul ”Hubungan antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI

MAN 1 Sragen Tahun Ajaran 2006/2007”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

ada hubungan positif yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya

dengan kedisiplinan belajar yakni, rx1y = 0,402 dan p = 0,002 dengan peluang

galat (P<0,01) yaitu 0,002<0,01. Ada hubungan positif yang signifikan antara

interaksi siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan siswa yakni, rx2y = 0,404 dan

p = 0,002 dengan peluang galat yaitu (P<0,01) yaitu 0,002<0,01. Dan ada

hubungan yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya dan interaksi

siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar yakni, ry(x1,2) = 0,476 dan p =

0,001 dengan peluang galat yaitu (P<0,01) yaitu 0,001<0,01.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu

Widi Wijayanti tahun 2006 dengan judul ”Hubungan Keaktifan Berorganisasi

Intra Sekolah dan Pergaulan Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI

SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2005/2006”. Hasil dari penelitian ini adalah

ada hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dengan

kedisiplinan yakni, rx1y = 0,440 dan p = 0,001 sesuai dengan kaidah uji hipotesis

P<0,01 yaitu 0,001<0,01. Ada hubungan yang signifikan antara pergaulan peer

group dengan kedisiplinan yakni, rx2y = 0,342 dan p = 0,010 sesuai dengan

kaidah uji hipotesis P<0,01 yaitu 0,010=0,01. Dan ada hubungan yang signifikan

antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dan pergaulan peer group dengan

kedisiplinan yakni, ry(x12) = 0,229 dengan p = 0,001 sesuai dengan kaidah uji

hipotesis P<0,01 yaitu 0,001<0,01.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

57

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, kedisiplinan adalah suatu keadaan

yang yang melibatkan banyak unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Adapun kerangka berfikir penelitian yang penulis lakukan adalah :

1. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa.

Keaktifan berorganisasi adalah kegiatan dan kesibukan yang

dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk

mencapai suatu tujuan, meliputi rutin mengikuti rapat organisasi, ikut

berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan dan patuh menjalankan

peraturan organisasi tersebut. Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam

mengikuti organisasi, baik di sekolah maupun di rumah akan memberikan

banyak keuntungan bagi siswa. Keuntungan dari mengikuti organisasi ini

adalah ia memiliki jiwa kepemimpinan, dapat memecahkan masalah secara

rasional itu yang terpenting dalam satu tim, memberi pelajaran dalam

bekerja dalam satu tim, dan masih banyak lagi manfaat yang tanpa disadari

ia dapatkan jika bergabung dengan organisasi. Dengan organisasi dapat

mendidik kita untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang, belajar untuk

menyatukan tujuan bersama. Sikap kedisiplinan akan terlihat dalam siswa

yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian

kesehariannya dalam berorganisasi. Sikap disiplin memang sangat di

perlukan sekali untuk mencapai suatu tujuan, dengan sikap disiplin siswa

akan mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan, untuk itu sikap disiplin

harus di pupuk sejak dini supaya dalam melakukan dalam segala hal dapat

tercapai dengan sukses. Siswa yang aktif ikut berorganisasi akan

mendorong terbentuknya sikap kedisiplinan. Jadi keaktifan berorganisasi

(X1) akan terdapat hubungan signifikan yang positif apabila seorang siswa

aktif dalam mengikuti kegiatan keorganisasian karena melatih sikap mental

positif sehingga kedisiplinan siswa (Y) akan meningkat.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

58

2. Hubungan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa.

Kelompok teman sebaya (peer group) memberikan pengaruh yang

kuat dalam masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas

dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga

tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu

kesatuan yang terikat dan saling mendukung. Kohesivitas peer group adalah

tingkat ketergantungan atau kedekatan hubungan diantara anggota

kelompok anak sebaya di mana ia dapat berinteraksi antara anggota yang

satu dengan yang lain sehingga timbul rasa saling membutuhkan. Apabila

interaksi dalam peer group ini berhasil, maka proses sosialisasi akan

berjalan baik dan mempunyai dampak positif bagi perkembangan anak.

Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu

yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama

diantara mereka. Individu akan cenderung berperilaku sama atau searah

dengan kelompok teman sebayanya tersebut. Apabila salah satu anggota

menerapkan kedisiplinan, maka anggota lainnya juga akan bertindak sama

dengan anggota tersebut. Jadi kohesivitas peer group (X2) akan terdapat

hubungan yang positif apabila salah satu anggota peer group memberikan

pengaruh yang baik khususnya dalam hal sikap dan kepribadian sehingga

kedisiplinan (Y) akan meningkat.

3. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan

kedisiplinan siswa.

Keaktifan siswa di sekolah, rumah dan masyarakat adalah bentuk

peran aktif siswa dalam mencurahkan segala potensi yang ada pada dirinya

dalam berpikir atau bertindak untuk merealisasikan sesuatu terhadap suatu

objek dalam wadah usaha bersama dari sekelompok orang yang masing-

masing anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai

tujuan bersama, dalam hal ini keaktifan berorganisasi. Dengan aktif pada

organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di

masyarakat. Kegiatan dalam setiap organisasi membentuk sikap mental

positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

59

Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru,

yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang

ada dalam lingkungan keluarga remaja. Dalam jalinan yang kuat itu

terbentuk nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri, yang merupakan

simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah mereka masing-

masing. Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan lingkungan

peer group (kelompok sebaya) dimana remaja menginginkan teman yang

mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mempercayakan

masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan

orang tua atau guru. Kedekatan inilah yang dapat menimbulkan rasa

ketertarikan dan rasa satu kesatuan yang mengambarkan hubungan yang

saling ketergantungan (atau yang sering disebut dengan kohesivitas)

diantara mereka akan membuat remaja cenderung berperilaku searah

dengan kelompok teman sebayanya. Dapat dikatakan bahwa seorang remaja

telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan

kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri

remaja. Apabila teman-teman sebaya (peer group) itu memiliki motivasi

yang tinggi, jiwa kepemimpinan, disiplin bagi teman-teman yang lainnya.

Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa untuk

mendukung keberhasilan dalam proses belajar. Dengan keaktifan berorganisasi

dan kohesivitas peer group diharapkan seorang remaja mampu meningkatkan dan

memupuk sikap kedisiplinan. Karena kedisiplinan menjadi prasyarat bagi

pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan

mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Dengan demikian dua faktor

tersebut antar keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dimungkinkan

secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada

siswa. Hal ini terjadi bila siswa terus aktif dalam mengikuti organisasi dan

kohesivitas peer group lebih ditingkatkan khususnya dalam pengaruh

pembentukan sikap mental positif. Jadi keaktifan berorganisasi (X1) dan

kohesivitas peer group (X2) akan memiliki hubungan yang positif dengan

kedisiplinan siswa (Y).

Page 75: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

60

Dari uraian di atas, peneliti menggambarkan pemikiran yang tersusun pada

skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan

kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group

dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan

kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1

Tawangsari Sukoharjo.

Keaktifan Berorganisasi (X1)

Kedisiplinan siswa (Y)

Kohesivitas Peer Group (X2)

Page 76: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Tawangsari. Adapun yang melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah:

a. Tersedianya sumber informasi yang menyajikan data-data yang diperlukan

dalam pelaksanaan penelitian ini.

b. SMAN 1 Tawangsari belum pernah dijadikan objek penelitian dengan topik

yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan berguna bagi

sekolah.

c. Adanya ijin dari pihak SMAN 1 Tawangsari.

d. Peneliti adalah alumnus SMAN 1 Tawangsari, sehingga penulis sudah

menjalin relasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang

diinginkan dalam penelitian.

e. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau oleh peneliti.

f. Populasi yang digunakan cocok untuk dijadikan obyek dalam penelitian ini.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan 7 bulan dari bulan Januari 2010 sampai dengan

bulan juli 2010. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :

Tabel. 1 : Uraian Waktu Penelitian

Keterangan

Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Proposal Konsultasi bab I, II dan perizinan

Konsultasi bab III dan mengumpulkan data

Analisis data Penyusunan laporan

61

Page 77: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

62

B. Metode Penelitian

1. Pengertian Metode Penelitian

Untuk memperoleh suatu kebenaran dalam suatu penelitian diperlukan

metode ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat

dipertanggung jawabkan. Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk

memperoleh kebenaran secara ilmiah yang dilakukan untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuanseorang peneliti

dituntut dapat memilih dan menetapkan metode yang tepat. Metode penelitian

yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan

tujuan penelitian. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa definisi mengenai

metode penelitian yang dikemukakan oleh para ahli :

a. Menurut Kartini Kartono (1990:20) ”Metode penelitian adalah cara-cara

berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan

penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian”.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa metode penelitian merupakan

cara-cara beripikir dan berbuat yang dipersiapkan untuk mengadakan dan

mencapai tujuan penelitian yaitu memecahkan suatu permasalahan. Sebelum

mengadakan penelitian perlu untuk menetapkan cara yang akan digunakan

untuk mengali kebenaran dalam sebuah penelitian.

b. Menurut Winarno Surakhmad (1994:131) ”Metode merupakan cara utama

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji

hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”.

Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa metode dalam penelitian

adalah cara yang paling utama untuk digunakan sebagai alat mencapai tujuan

penelitian. Sehingga dapat dikatakan metode adalah alat untuk

mengumpulkan data dalam rangka memecahkan suatu permasalahan yang

sedang diteliti.

Dari kedua pendapat di atas, maka penelitian dapat menyimpulkan

bahwa metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang

dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam sebuah penelitian. Melalui

metode ini peneliti dapat mengumpulkan data dan bisa mengali kebenaran

Page 78: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

63

dalam rangka memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu

sebelum mengadakan penelitian, perlu menetapkan metode yang akan

dipakai dalam penelitian tersebut.

2. Macam-macam Metode Penelitian

Ada berbagai metode yang digunakan dalam penelitian, Consuelo G Sevilla,

Jesus A, O Chave, Twila C. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriert yang

diterjemahkan oleh Alimuntu Tuwu et al (1993:40) mengemukakan bahwa :

”metode yang dapat digunakan dalam penelitian ada 5 macam. Metode-metode penelitian yang dimaksud adalah metode penelitian sejarah (historis), metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperimen, metode penelitian expost facto (kausal komparatif), metode penelitian partisipatoris”.

Untuk memperjelas pendapat di atas tersebut, dapat penulis uraikan sebagai

berikut :

a. Metode penelitian sejarah (historis)

Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang menerapkan

pada metode pemecahan yang yang ilmiah dari perspektif historis dalam

suatu masalah. Metode ini merupakan sebuah proses yang meliputi

pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan

yang timbul dimasa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna

dalam usaha memahami situasi sekarang dan meramalkan perkembangan

yang akan datang.

b. Metode penelitian deskriptif

Metode penelitian deskriptif adalah cara yang digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode penelitian

deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta sebagaimana

keadaan sebenarnya yang bertujuan agar bisa membuat deskripsi, gambar-

gambar atau lukisan secara sistematis, vaktual dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diseklidiki.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

64

Penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis. Menurut Consoule G.

Sevilla et al (1993:73) jenis-jenis penelitian deskriptif antara lain :

1). Studi kasus 2). Survei 3). Penelitian Pengembangan (developmental study) 4). Penelitian Lanjutan (follow up study) 5). Analisis Dokumen 6). Analisis Kecenderungan (trend analysis) 7). Penelitian Korelasi (correlational study)

Secara singkat, jenis-jenis penelitian deskriptif tersebut dapat

dijabarkan penulis sebagai berikut :

1). Studi kasus

Studi kasus merupakan penelitian yang terinci tentang

seseorangatau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu. Pada metode

ini akan melibatkan kita dalam penelitian yang lebih mendalam dan

pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku individu. Contoh

studi kasus, misalnya penelitian tentang tradisi dalam suatu masyarakat

tertentu, tata pelaksanaan suatu upacara adap, dan lain sebagainya.

2). Survei

Survei merupakan metode yang lebih menekankan pada

penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang

individu. Metode survei ini digunakan untuk mengukur gejala-gejala

yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada (exist).

Contoh survei antara lain pendataan tentang prestasi akademik siswa,

sensus penduduk.

3). Penelitian Pengembangan (developmental study)

Penelitian perkembangan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan

dan perkembangan suatu variabel yang sejalan dalam kurun waktu

tertentu. Contoh dari studi pengembangan adalah penelitian mengenai

metode pembelajaran yang inovatif dan pengaruhnya terhadap prestasi

siswa, kurikulum, dan sebagainya.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

65

4). Penelitian Lanjutan (follow up study)

Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki perkembangan

lanjutan para subjek setelah diberi perlakuan tertentu atau setelah

kondisi tertentu. Penelitian ini biasa digunakan untuk menilai

kesuksesan program-program tertentu. Contoh dari penelitian lanjutan

antara lain penelitian keefektifan metode diskusi terhadap mental siswa

untuk mengemukakan pendapat, keefektifan program Keluarga

Berencana terhadap pengendalian jumlah penduduk dan sebagainya.

5). Analisis Dokumen

Analisis dokuman adalah metode atau cara yang digunakan

apabila kita ingin mengumpulkan data melalui pengujian arsip-arsip dan

dokumen. Contoh dari analisis dokuman yaitu penyelidikan tentang

berapa banyak rubrik pendidikan yang termuat dalam surat kabar

(Koran) setiap hari.

6). Analisis Kecenderungan (trend analysis)

Metode analisis kecenderungan adalah metode yang bertujuan

untuk mencari proyeksi permintaan atau keperluan orang-orang di masa

depan. Analisis kecenderungan dipakai untuk meramalkan suatu gejala.

Contoh dari analisis kecenderungan adalah sekolah swasta dan negeri

harus membuat perencanaan mata pelajaran yang diperlukan untuk

memenuhi tuntutan tenaga kerja pada masa depan.

7). Penelitian Korelasi (correlational study)

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dirancang untuk

menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam

suatu populasi. Melalui penelitian ini kita dapat menentukan apakah ada

dan seberapa kuat hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh dari

penelitian korelasi adalah hubungan antara media pembelajaran yang

dipakai dan kedisiplinan dengan prestasi akademik siswa.

c. Metode penelitian eksperimental

Metode penelitian eksperimental dilakukn denagn mengadakan

kegiatan percobaan untuk memperoleh suatu hasil. Tujuan eksperimental

Page 81: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

66

adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara

membandingkan berbagai peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu.

Metode ini digunakan pada penelitian-penelitian dengan mengadakan

kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu hasil dan

mempunyai tujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa kondisi terhadap

suatu gejala.

d. Metode penelitian expost facto (kausal komparatif)

Metode penelitian expost facto adalah metode atau cara-cara penelitian

yang dilakukan tanpa eksperimen, artinya variabel bebas atau perlakuan

(treatment) telah terjadi secara apa adanya (alamiah) tanpa dimanipulasi, dan

pengukuran (pengumpulan data) untuk semua variabel dilakukan dalam

waktu yang sama, setelah perlakuan berjalan lanjut.

e. Metode penelitian partisipatoris

Penelitian partisipatoris melibatkan semua partisipan dalam proses

penelitian, mulai dari formulasi masalah sampai dengan diskusi bagaimana

masalah tersebut diatasi dan bagaimana penemuan-penemuan akan

ditafsirkan. Partisipan penelitian harus melihat proses penelitian sebagai

keseluruhan pengalaman masyarakat dimana kebutuhan-kebutuhan

masyarakat dibangun, dan kesadaran serta kesepakatan dalam masyarakat

ditingkatkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif korelasional

karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan sifat atau keadaan yang

sementara sedang berjalan dan berusaha meneliti sejauh mana hubungan antara

variabel satu dengan variabel yang lainnya. Penelitian ini tidak hanya berusaha

menggambarkan suatu fenomena yang sesuai dengan fakta yang ada akan tetapi

juga mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti dengan cara

menguji hipotesis. Adapun variabel tersebut adalah variabel bebas yang dalam hal

ini adalah keaktifan berorganisasi yang diberi kode (X1) dan kohesivitas peer

group yang diberi kode (X2) kemudian variabel terikat dalam hal ini adalah

kedisiplinan siswa yang diberi kode (Y).

Page 82: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

67

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam sebuah penelitian, tidak akan terlepas dengan adanya penetapan

mengenai populasi dan sampel. Hal ini terjadi karena populasi dan sampel

merupakan subjek penelitian dan keduanya merupakan sumber data dalam sebuah

penelitian.

1. Populasi

Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu objek penelitian

yang sering disebut dengan populasi. Populasi dalam suatu penelitian merupakan

suatu kelompok individu yang menjadi objek untuk diselidiki. Aspek-aspek yang

diselidiki dalam penelitian ini adalah aspek keaktifan berorganisasi, kohesivitas

peer group dan kedisiplinan siswa. Berikut ini ada beberapa pengertian mengenai

populasi yang disampaikan oleh para ahli :

a. Menurut Sugiyono (2006:55), ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Pendapat diatas dapat diartikan bahwa populasi merupakan wilayah

generalisasi dalam suatu penelitian yang terdiri atas obyek dan subyek yang

mempunyai kesamaan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti. Sehingga

populasi bisa berupa hewan atau tumbuhan dan benda-benda alam lainnya

yang memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik inilah yang digunakan

oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya digeneralisasi.

b. Sutrisno Hadi (2001:102), bahwa ”Populasi adalah sejumlah individu yang

mempunyai sifat yang sama.”

Pendapat tersebut mengandung makna bahwa populasi merupakan

sejumlah individu yang mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik

sehingga dapat dijadikan sebagai obyek dalam penelitian. Dari obyek inilah,

maka akan ditarik kesimpulan.

Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek maupun obyek yang akan

dipelajari dan diteliti. Populasi dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, atau

Page 83: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

68

peristiwa lainnya yang mempunyai karakteristik tertentu yang sebelumnya telah

ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulan. Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Tawangsari tahun

ajaran 2009/2010.

2. Sampel

Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dilibatkan dalam

penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan

dalam diri peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah

populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Berikut ini ada beberapa

pengertian dari populasi yang disampaikan oleh para ahli :

a. Sugiyono (2006:56), ”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Pendapat diatas mengandung arti bahwa sampel merupakan sebagian

dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat

mewakili populasi tersebut. Sampel inilah yang akan menjadi sumber data

dalam penelitian untuk ditarik kesimpulan.

b. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), ”Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti.”

Pendapat diatas mempunyai makna bahwa sampel bagian atau

sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi yang akan

diteliti. Hasil penelitian dari sampel inilah yang akan mewakili seluruh

populasi penelitian.

Dari beberapa pendapat diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang digunakan untuk

mewakili populasi tersebut dan dijadikan sebagai objek penelitian. Penentuan

sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi, karena nantinya

akan digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau

mewakili populasi dalam penelitian tersebut. Mengenai besar kecilnya

pengambilan sampel, pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk

menentukan untuk menentukan ukuran sampel.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

69

3. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik

sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada.

Maksudnya adalah agar peneliti mendapatkan sampel yang representatif atau

dapat mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel ini sering disebut

dengan teknik sampling. Banyak para ahli yang mendefinisikan teknik sampling

menurut pandanganya masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Menurut Sutrisno Hadi (2000:75) mengemukakan bahwa ” Sampling adalah

cara yang digunakan untuk mengambil sampel”.

Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling adalah

cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah sampel

yang akan diteliti. Hal ini disebabkan dalam sebuah penelitian jumlah

populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, namun hanya sebagian saja

atau yang sering disebut dengan sampel.

b. Menurut Iqbal Hasan (2002:85) ”metode sampling adalah cara pengumpulan

data yang hanya mengambil sebagian elemen populasi atau karakteristik

yang ada dalam populasi”.

Maksud dari pendapat diatas adalah bahwa teknik sampling merupakan

cara atau upaya pengumpulan data dengan mengambil sebagian dari elemen

dan karakteristik yang ada di dalam populasi atau yang sering kita sebut

sampel. Dengan kata lain tidak semua populasi dikenai penelitian namun

hanya sebagian dari karakteristik populasi saja.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa teknik sampling adalah teknik atau cara yang

digunakan oleh peneliti untuk menetapkan jumlah sampel yang akan

mewakili jumlah populasi dalam penelitian. Dengan menggunakan cara atau

teknik ini diharapkan dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya

hasil penelitian ini yang akan ditarik kesimpulannya dan bisa

menggambarkan keadaan populasi.

Page 85: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

70

Pengambilan sampel dalam suatu penelitian memerlukan teknik tersendiri.

Menurut Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu (1993:163-169)

menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi menjadi lima macam,

yaitu:

a. Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampel) 1). Tabel nomer acak 2). Pengambilan sampel melalui undian

b. Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling) c. Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling) d. Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling) e. Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)

1). Pengambilan sampel purposif 2). Pengambilan sampel kuota 3). Pengambilan sampel dipermudah (convenience)

Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka

penulis akan menguraikannya sebagai berikut :

a. Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampel)

Dalam teknik ini pengambilan sampel dilakukan secara random atau

tanpa pandang bulu. Dalam random sampling semua individu dalam populasi

baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel atau anggota terpilih sebagai sampel

tidak mempengaruhi peluang anggota yang lain, maka dari itu teknik ini

sering disebut sebagai teknik yang paling baik. Teknik pengambilan sampel

secara acak meliputi :

1). Tabel nomer acak

Teknik ini merupakan teknik yang paling sistematis dalam

perolehan unit-unit sampel melalui acak. Tabel acak berisi kolom-

kolom digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer untuk

meyakinkan susunan acak. Hampir semua buku statistika dalam

penelitian membuat tabel-tabel nomor acak.

2). Pengambilan sampel melalui undian

Teknik ini disebut juga dengan fishbowl. Adapun teknik yang

digunakan dalam pengambilan sampel melalui undian dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu :

Page 86: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

71

a) Undian dengan pengembalian (with replacement)

b) Undian tanpa pengembalian (without replacement)

Adapun penjelasan dua teknik undian diatas adalah sebagai berikut

a) Undian dengan pengembalian (with replacement)

Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara

mengundi seluruh populasi penelitian sehingga keluar salah satu

sampel, kemudian sampel yang sudah keluar dikembalikan lagi dan

kembali diikutsertakan dalam proses pengundian selanjutnya. Proses

pengundian dengan cara ini lebih baik digunakan karena dengan

teknik ini mempunyai intensitas ketetapan pengembalian sampel

yang tetap.

b) Undian tanpa pengembalian (without replacement)

Teknik ini sering disebut dengan simple random sampling

dimana individu yang telah keluar dalam proses undian maka dia

tidak lagi ikut diundi, maka dari itu tidak akan ada kemungkinan

muncul nama yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel dalam

populasi mempunyai satu kali kesempatan untuk dijadikan sampel.

b. Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling)

Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya

dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan keanggotaan

dalam sampel. Yang dimaksud dengan sistem ini dalam hal ini adalah

strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah memulai

pemilihan acak, misalnya memilih nomer genap atau ganjil atau kelipatannya

tertentu dari suatu daftar yang telah disusun.

c. Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling)

Pengambilan sampel strata dilakukan dengan cara populasi atau elemen

populasinnya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.

Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkat harus

mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal

ini proporsi dari jumlah subyek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam

populasi yang harus dicerminkan dalam sampel, sehingga mereka dapat

Page 87: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

72

dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini sub-sub

kelompok (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili

dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub analisis dari

anggota sub-kelompok tersebut.

d. Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling)

Dalam teknik pengambilan sampel ini, satuan-satuan sampel tidak

terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. Sampling

ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan terhadap

kluster dipandang lebih murah dan mudah daripada observasi terhadap

individu yang terpencar-pencar.

e. Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)

Dalam pengambilan sampel ini tiap anggota populasi tidak mempunyai

pelluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel dalam penelitian. Beberapa

bagian tertentu dalam semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan

dalam pemilihan untuk mewakili sub-kelompok. Teknik pengambilan sampel

secara non acak meliputi :

1). Pengambilan sampel purposif

Dalam pengambilan sampel ini, pemilihan sekelompok subyek

didasarkan pada atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki

kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu

keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu di ragukan lagi.

Dengandemikian peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok

dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa

kelompok kunci saja.

2). Pengambilan sampel kuota

Dalam kuota sampling yang harus dan penting untuk dilakukan

adalah penetapan jumlah subyek yang akan diteliti. Kemudian

permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang menjadi

responden diserahkan kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk

mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Ciri utama dari kuota sampling adalah jumlah subyek yang sudah

Page 88: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

73

ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut

mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan.

3). Pengambilan sampel dipermudah (convenience)

Dalam pengambilan sampel dipermudah, pengambilan sampel

didasarkan atas kemudahan dari peneliti. Pengambilan sampel ini

dilakukan agar tidak menyulitkan peneliti untuk melakukan teknik

pengambilan sampel.

Untuk menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengacu

pada pendapat Sutrisno Hadi (1994:221) menyatakan ”Sampel adalah bagian

objek yang diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang

dilakukan adalah apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100, maka

sampel yang diambil 20% sampai 25%”. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI di SMAN 1 Tawangsari tahun pelajaran 2009/2010. Populasi

dalam penelitian ini berjumlah 267 siswa. jumlah sampel tersebut diperoleh

berdasarkan perhitungan sebagai berikut : 20% X 267 = 54 siswa.

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik simpel random sampling,

alasannya karena setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk menjadi anggota sampel. Anggota dari populasi diseleksi secara bebas

dalam satu waktu, satu kali mereka diseleksi maka tidak ada kesempatan untuk

kedua kali. Keuntungan dari simpel random sampling adalah sampel yang di dapat

tidak biasa dan tanpa banyak menggunakan teknik sulit, maka dari itu semua

anggota populasi mempunyai peluang yang sama menjadi sampel. Untuk itu

teknik simple random sampling peneliti pilih agar lebih cepat dan tidak memakan

waktu banyak. Teknik pengambilan sampel ini, sampel diambil dengan cara

undian satu kali kesempatan. Sampel yang sudah keluar dalam undian tidak lagi

mempunyai kesempatan diundi lagi, sehingga tidak mungkin muncul nama yang

sama, hal ini dilakukan agar tiap individu dalam populasi memiliki kesempatan

yang sama sebagai sampel.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

74

Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Menentukan lokasi penelitian , yaitu di SMAN 1 Tawangsari

b. Menetapkan populasi penelitian, yaitu kelas XI

c. Seluruh populasi terbagi menjadi 8 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3,

XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4, XI Bahasa

d. Membuat daftar yang berisikan semua subyek dalam populasi

e. Memberi kode angka pada setiap subyek

f. Menuliskan kode angka tersebut pada kertas-kertas kecil

g. Menggulung kertas yang bertuliskan kode itu baik-baik

h. Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng

i. Mengocok kaleng tersebut

j. Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan

metode simple random sampling atau random sampling dengan teknik

undian tanpa pengembalian pada kelas-kelas sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk

mendapatkan data tentang masalah yang diselidikinya. Data merupakan faktor

penting dalam suatu penelitian, untuk dapat mencapai syarat validitas dan

reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara atau teknik pengumpulan

data yang tepat. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan dua teknik yaitu teknik utama dan teknik bantu.

1. Teknik Utama

1. Angket

1). Pengertian Angket

Data merupakan faktor penting dalam suatu penelitian.

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu data atau

keterangan yang benar dan dapat dipercaya. Untuk dapat mencapai syarat

validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara

atau teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan dalam

Page 90: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

75

pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode angket. Ada

beberapa ahli yang memberikan definisi tentang angket yaitu sebagai

berikut :

a) Menurut Sanapiah Faisal (2001:122) ”angket adalah angket

pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis

ditujukan kepada subyek atau responden dalam penelitian.”

Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa angket

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan

data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis dan ditujukan

untuk responden atau subyek dalam suatu penelitian. Sehingga data

yang dikumpulkan adalah berupa jawaban dari pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti.

b) Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128) ”angket adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal

yang diketahui”.

Dari pendapat tersebut diatas mengandung arti bahwa angket

merupakan daftar pertanyaan tertulis yang dibuat dengan tujuan

memperoleh informasi mengenai data pribadi dan hal-hal yang

diketahui dari responden dalan suatu penelitian. Jawaban dan

tanggapan dari responden juga tertulis dan seperlunya.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang berisi

daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada responden/subyek

penelitian untuk mendapatkan informasi. Data yang terkumpul dari

angket yaitu berupa jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan

oleh peneliti.

2). Jenis-Jenis Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis

kepada subjek penelitian yang memperoleh jawaban atau tanggapan

secara tertulis sepenuhnya. Angket pada umumnya meminta keterangan

Page 91: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

76

tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai

pendapat dan sikap. Maksud serta tujuan penelitian akan mempunyai

pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan yang ada dalam angket

atau kuesioner.

Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.

Apabila di lihat dari cara penyampaiannya, menurut Kartini Kartono

(1990:224) membedakan angket menjadi dua jenis, yaitu : angket

langsung dan angket tidak langsung. Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut :

a) Angket langsung

Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang

diminta informasi tentang dirinya, dapat berupa tanggapan pribadi,

keyakinan, minat dan sebagainya.

b) Angket tidak langsung

Angket ini diberikan kepada responden untuk menilai keadaan

psikis orang lain. Responden tidak memberikan jawaban secara

langsung mengenai keadaan dirinya akan tetapi menjelaskan

keadaan orang lain.

Suharsimi Arikunto (2002:140) mengemukakan macam-macam

angket antara lain :

a) Dipandang dari cara menjawabnya, ada: (1). Angket terbuka, yang memberi kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri. (2). Angket tertutup, yang sudah disediakan jawabanya, sehingga

responden tinggal memilih. b) Dipandang dari bentuknya, angket dapat dibedakan menjadi empat

jenis yaitu : (1). Angket pilihan ganda, sebuah pertanyaan disusun dengan

berbagai kemungkinan jawaban, responden diminta memilih salah satu dari beberapa pilihan jawaban.

(2). Angket isian, sebuah pertanyaan ditulis dalam kalimat pertanyaan atau perumusan dan ada beberapa kalimat yang dihilangkan.

(3). Angket chek list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek (ü) pada kolom yang sesuai.

Page 92: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

77

(4). Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkat, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

Dalam penelitian ini, angkat yang digunakan adalah angket

langsung tertutup dengan bentuk pilihan ganda. Alasan digunakan teknik

ini adalah karena angket akan diberikan langsung kepada responden

untuk diisi. Bentuk pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar

memudahkan responden untuk memilih jawaban yang disediakan dalam

bentuk pilihan ganda yang telah disediakan dengan membatasi jawaban

yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

3). Kelebihan dan Kelemahan Angket

Angket adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Angket juga memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah

sebagai berikut.

Menurut Sutrisno Hadi (2000:157) metode angket banyak

digunakan oleh peneliti berdasarkan anggapan-anggapan sebagai berikut:

a) Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. b) Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya. c) Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti.

Anggapan-anggapan tersebut mempunyai beberapa kelemahan,

seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (2000:157) yaitu :

a) Unsur-unsur yang tidak disadari akan dapat terungkap. b) Besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan dipengaruhi

oleh keinginan-keinginan pribadi. c) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan, misalnya hal-hal

yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.

d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasa. e) Ada kecenderungan untuk berkonstruksi secara logis unsur-unsur

yang dirasa kurang berhubungan secara logis.

Page 93: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

78

4). Langkah-Langkah Menyusun Angket

Sedangkan langkah-langkah menyusun angket dapat penulis

uraikan sebagai berikut :

a) Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

langsung dan tertutup yaitu berupa angket yang daftar pertanyaanya

langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat,

keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya

sendiri.

b) Kisi-kisi Angket

Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat

ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat

ukur ini berupa kisi-kisi angket. Konsep ini dijabarkan ke dalam

variabel dan indikator yang dijadikan pedoman dalam menyusun

item-item angket sebagai instrumen pengukuran.

c) Butir Angket

Penyusunan butir-butir sebagai alat ukur didasarkan pula kisi-

kisi angket yang telah dibuat sebelumnya. Setelah indikator

ditetapkan, kemudian dituangkan kedalam butir-butir angket yang

terdiri butir positif dan butir negatif.

d) Prosedur Penyusunan Angket

Mengenai prosedur yang yang penulis tempuh dalam

penyusunan angket adalah :

(1). Menetapkan tujuan

Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini adalah

untuk memperoleh data tentang keaktifan berorganisasi,

kohesivitas peer group, dan kedisiplinan.

(2). Menetapkan aspek yang ingin diungkap

Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka

digunakan kisi-kisi angket. Kisi-kisi instrumen diperlukan

Page 94: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

79

untuk memperjelas serta mempermudah pembuatan item-item

instrumen. Pembuatan kisi-kisi dalam instrumen ini

disesuaikan dengan indikator-indikaator yang sudah ditentukan

sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan

tujuan yang hendak dicapai.

(3). Menentukan jenis dan bentuk angket

Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket

langsung tertutup. Alasan digunakan teknik ini karena angket

akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk

pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar memudahkan

responden untuk memilih jawaban yang telah disediakan dan

membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden

sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

(4). Menyusun item angket

Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket.

Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah

sebagai berikut :

(a) Membuat item-item pertanyaan.

(b) Membuat surat pengantar angket.

(c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket.

(5). Menentukan skor

Setelah angket disusun, maka disusun skor dari masing-

masing jawaban. Dalam penelitian angket ini, setiap item

mempunyai alternatif jawaban dan skor antara 1 sampai 4. dari

alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai

berikut:

Page 95: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

80

Bentuk item positif

(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4

(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3

(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2

(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 1

Bentuk item negatif

(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1

(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2

(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3

(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4

5). Uji Coba (Try Out) Angket

Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji cobakan

terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try

out. Tujuan diadakan try out ialah agar mendapatkan angket yang benar-

benar valid. Oleh karena itu instrumen penelitian perlu diuji melalui uji

validitas dan reliabilitas sebelum diterapkan di lapangan.

Dalam penelitian ini, try out dilakukan di SMAN 1 Tawangsari

pada kelas XI tahun ajaran 2009/2010 20 siswa. menurut Sutrisno Hadi

(2000:166) maksud diadakan try out adalah sebagai berikut :

a) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.

b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

c) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.

d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maksud peneliti

mengadakan try out angket ini adalah :

a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan tidak

jelas.

b) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak

diperlukan.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

81

c) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden.

d) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan

penelitian.

Selain itu, tujuan diadakan try out terhadap angket adalah untuk

mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan

untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam

menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket

tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.

a) Uji validitas angket

Menurut Nasution (2003:74) ”suatu alat pengukur dikatakan

valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu.

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang akan di ukur”. Dengan demikian validitas adalah

kesesuaian antara alat ukur dengan hal yang akan diukur. Penelitian

ini menggunakan teknik validitas internal yaitu korelasi antara skor

dengan skor total untuk menghitung besarnya koefisian korelasi

menggunakan teknik product moment dengan rumus:

xyr = ( )( )( ) ( ){ }{ }2222 YYnXXn

YXXYn

å-åå-å

åå-å

(Saifuddin Azwar, 2002:19)

Keterangan :

xyr = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Xå = jumlah skor dalam sebaran X

Yå = jumlah skor dalam sebaran Y

XYå = jumlah perkalian skor X dan skor Y yang berpasangan

2Xå = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

2Yå = jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran Y

n = jumlah subyek

Page 97: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

82

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian validitas item

adalah sebagai berikut :

(1). Membuat tabulasi hasil skor angket

(2). Mencari skor untuk variabel x

(3). Mencari skor untuk variabel y

(4). Mencari skor untuk kuadrat x

(5). Mencari skor untuk kuadrat y

Kriteria uji validitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah valid, sebaliknya jika

p>0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak valid.

b) Uji Reliabilitas

Menurut Sudarwan Danim (2000:195) ”reliabilitas instrumen

adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur

meskipun digunakan secara berulang kali pada subyek yang sama

ataupun berbeda”. Dengan demikian reliabilitas merupakan istilah

yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran

sampel konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih

bahkan untuk subyek yang sama dan berbeda. Dengan kata lain

reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menghitung

reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach sesuai dengan rumus

Saifuddin Azwar (2002:78) sebagai berikut :

11r = ( )úûù

êë

é-1kk

úû

ùêë

é å-

21

2

1ss b

Keterangan :

11r = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal

2bs = Varians butir

21s = Varians total

Page 98: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

83

Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah reliabel, sebaliknya jika

p>0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak reliabel.

2. Teknik Bantu

1. Dokumentasi

Selain menggunakan metode angket, penelitian ini juga menggunakan

metode dokumentasi yang merupakan teknik bantu. Menurut Suharsimi

Arikunto (2002:148) yang dimaksud dengan ”Metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulan rapat, legger, agenda dan

sebagainya”. Dengan demikian dokumentasi merupakan suatu metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data melalui hal-hal atau variabel mengenai

bukti tertulis. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah

1). Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan

menghemat waktu

2). Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.

3). Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.

4). Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan.

Metode dokumantasi dalam penelitian ini merupakan metode yang

digunakan untuk memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain

tentang jumlah siswa dan daftar nama siswa yang bisa penulis dapatkan

dikantor TU (Tata Usaha).

2. Observasi

Di dalam pergertian psikologik, observasi atau yang disebut pula

dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini hanya digunakan

sebagai pendukung saja dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran

umum wilayah penelitian dengan jelas.

Page 99: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

84

3. Wawancara

Interview atau yang disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog

yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

responden (interviewer). Metode ini sebagai metode bantu dalam penelitian

yang digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang

disusun dalam angket sudah dipahami oleh responden atau belum.

3. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau yang disebut juga variabel eksperimental, atau

variabel X adalah variabel yang diselidiki pengaruhnya. Sebagai variabel

bebas dalam penelitian ini adalah keaktifan berorganisasi (X1) dan kohesivitas

peer group (X2).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol, variabel ramalan,

ataupun variabel Y, adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam

hubungan yang fungsional (atau sebagai pengaruh dari) variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa (Y).

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini data mengenai keaktifan berorganisasi, kohesivitas

peer group dan kedisiplinan siswa diambil dari siswa kelas XI SMA Negeri 1

Tawangsari tahun ajaran 2009/2010.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi multiple dengan dua prediktor yaitu cara atau teknik khusus untuk

mencari hubungan antar dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain

(sebagai kriterium). Alasan digunakan teknik ini adalah :

Page 100: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

85

1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel

kriterium,

2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus

dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.

Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam

analisis dengan pedoman sebagai berikut :

Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer :

Jika P (probabilitas) <0,01 = sangat signifikan

Jika P (probabilitas) <0,05 = signifikan

Jika P (probabilitas) <0,15 = cukup signifikan

Jika P (probabilitas) <0,30 = kurang signifikan

Jika P (probabilitas) >0,30 = tidak signifikan

Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi)

Jika P (probabilitas) <0,01 = sangat signifikan

Jika P (probabilitas) <0,05 = signifikan

Jika P (probabilitas) >0,05 = tidak signifikan

Dalam uji butir tes menggunakan signifikansi p<0,05.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji

persyaratan analisis regresi ganda adalah :

1. Menyusun tabulasi data dari keaktifan berorganisasi (X1), kohesivitas peer

group (X2), dan kedisiplinan siswa (Y).

2. Penyajian data statistik (deskripsi data) yang diperlukan

3. Menghitung harga a, b1, dan b2 dari persamaan garis regresi

Rumus persamaan regresi untuk dua prediktor adalah :

Ù

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan :

Ù

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang

Page 101: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

86

didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka

naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu.

4. Pengujian prasyarat analisis data

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu

variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

X 2 = åfh

fhfo 2)( -

(Sutrisno Hadi 2001:346)

Keterangan :

X 2 = koefisien chi kuadrat

Fo = jumlah frekuensi yang telah diperoleh

Fh = jumlah frekuensi yang diharapkan

Jika p>0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal,

sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh tidak berdistribusi

normal.

b. Uji homogenitas populasi

Untuk menguji homogenitas populasi digunakan uji Bortlet yaitu

dengan menggunakan uji chi kuadrat ( 2C ). Apabila Xo<Xt, maka

hipotesis diterima. Oleh karena itu populasi yang diteliti adalah

homogen.

c. Uji linieritas

Uji linieritas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk

mengetahui tingkat kelinieran data atau untuk mengetahui bahwa setiap

peningkatan variabel X juga diikuti dengan variabel Y. Uji linieritas

dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana (2001:332) sebagai

berikut :

Page 102: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

87

1). JK (G) = å 1X( )

úúû

ù

êêë

é- åå N

YY

2

2

2). JK (TC) = JK (S) – JK (G)

3). dK(G) = n – K

4). dK (TC) = k – 2

5). RJK (TC) = )(

)(

T Cd f

T CJ K

6). RJK (G) = )(

)(

Gd f

GJ K

7). F hitung = )(

)(

GR J K

T CR J K

Keterangan :

JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat

JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

dK (G) = Derajat Kebebasan Galat

dK (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok

RJK (G) = Kuadrat Tengah Galad

RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok

Jika p>0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier,

sebaliknya jika p<0,05 maka korelasinya tidak linier.

5. Pengujian Hipotesis

Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian

hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi

ganda. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

Page 103: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

88

a. Uji hipotesis pertama dan kedua

yxr ,1 =

( )( )( ){ } ( ){ }222

12

1

11

YYnXXn

YXYXn

å-åå-å

åå-å

(Sutrisno Hadi, 2001:4)

Keterangan :

n = Menyatakan jumlah data observasi

X = Variabel predictor

Y = Variabel kriterium

yxr ,1 = Koefisien korelasi X1 dan Y

yxr ,2 = Koefisien korelasi X2 dan Y

b. Uji hipotesis ketiga

2

2211

)2,1( Y

YXaYXa

yrå

+ åå=

(Sutrisno Hadi, 2001:225)

Keterangan :

ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2

a1 = Koefisien prediktor X 1

a2 = Koefisien prediktor X 2

X1Y = Jumlah produk antara X1 dan Y

X2Y = Jumlah produk antara X2 dan Y

2yå = Jumlah kuadrat kriterium Y

Jika p> 0,05 maka data yang diperoleh korelasinya signifikan,

sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh korelasinya tidak

signifikan.

Page 104: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

89

6. Pengujian signifikansi R.

Langkah selanjutnya adalah mengadakan uji signifikansi atau keberartian

antara kriterium dengan prediktor-prediktornya. Uji signifikansi

menggunakan rumus :

F reg =)1(

)1(2

2

RmmNR

---

Keterangan :

F reg = harga F garis regresi

N = jumlah sampel

R = pengaruh secara bersama-samaX1, X2 terhadap Y

m = jumlah kelompok dalam sampel

7. Pengujian signifikansi koefisien regresi.

Untuk menghitung t dengan rumus :

t = bS

b

jika to > tt , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga yang di uji berarti.

8. Penghitungan Sumbangan Relatif dan sumbangan Efektif.

Mencari sumbangan relatif sumbangan relatif X1 dan X 2 terhadap

Y dengan rumus:

Untuk X1 = ( )%1 0 011 x

regJK

YXa å

Untuk X 2 = ( )%10022 x

regJK

YXa å

(Sutrisno Hadi, 2001: 42)

Untuk mencari sumbangan efektif X1 dan X 2 terhadap Y, dengan rumus:

R 2 =SE = ( )( )

%1 0 0xTJ K

re gJ K

Page 105: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

90

a) Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y:

SE% X1 = SR% X2

1 xR

b) Mencari sumbangan efektif X 2 terhadap Y :

SE% X 222 % xRXSR=

(Sutrisno Hadi, 2001: 46)

Keterangan :

SR : Sumbangan Relatif masing-masing prediktor.

SE : Sumbangan Efektif masing-masing prediktor.

R² : Koefisien antara X1 dan X2.

Dimana R 2 = SE adalah efektifitas garis regresi.

9. Penulisan Kesimpulan.

Page 106: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

91

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tawangsari adalah salah satu SMA

Negeri yang ada di kabupaten Sukoharjo dan merupakan satu-satunya SMA

Negeri di kecamatan Tawangsari. Secara geografis SMA Negeri 1 Tawangsari

terletak di bagian selatan kabupaten Sukoharjo, tepatnya berada di Jl. Pattimura

No. 105, Tawangsari Sukoharjo. Batas-batas SMA Negeri 1 Tawangsari :

a. Timur : Areal persawahan

b. Selatan : Jalan Pattimura / Lembaga Primagama

c. Barat : Areal persawahan

d. Utara : Perkampungan penduduk.

Sedangkan kondisi fisik sekolah memiliki luas tanah 24.320 2m dan luas

bangunan 3.328 2m . SMA Negeri 1 Tawangsari berdiri tahun 1983, merupakan

salah satu sekolah milik pemerintah.

SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki berbagai fasilitas belajar seperti

ruang kelas sebanyak 24 ruang yang terdiri dari 8 (delapan) ruang untuk kelas X,

8 (delapan) ruang untuk kelas XI yang terbagi dalam 4 (empat) ruang untuk IPS, 3

(tiga)ruang untuk IPA dan 1 (satu) ruang untuk Bahasa. Sedangkan kelas XII

terdiri dari 8 (delapan) ruang yang terbagi dalam 4 (empat) ruang untuk IPS, 3

(tiga) ruang untuk IPA dan 1 (satu) ruang untuk Bahasa. Untuk menunjang

kegiatan praktikum, SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki beberapa ruang

laboratorium, yaitu laboratorium Biologi, laboratorium Kimia, laboratorium

Fisika, laboratorium Bahasa dan laboratorium Komputer.

SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki prasarana penunjang KBM seperti

ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan dan

konseling, aula, kantin, ruang UKS, ruang multi media, ruang seni musik,

perpustakaan, masjid, parkiran yang luas, lapangan tenis, lapangan basket dan

lapangan sepak bola.

91

Page 107: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

92

2. Data Uji Coba (Try-Out)

Uji coba (try-out) dilaksanakan dengan jumlah responden sebanyak 20

siswa. Berdasarkan hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas. Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Uji validitas item dengan menggunakan teknik analisis product

moment. Adapun hasil perhitungan dari uji validitas item pertanyaan sebagai

berikut :

1). Variabel keaktifan berorganisasi

Hasil uji validitas variabel keaktifan berorganisasi (X1) didapatkan

hasil bahwa dari 45 butir item pertanyaan untuk variabel keaktifan

berorganisasi (X1), yang dinyatakan valid terdapat 44 item dan yang

dinyatakan tidak valid ada 1 item yaitu nomor 45. Hasil perhitungan

keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 145.

2). Variabel kohesivitas peer group

Hasil uji validitas variabel kohesivitas peer group (X2) didapatkan

hasil bahwa dari 50 butir item pertanyaan untuk variabel kohesivitas peer

group (X2), yang dinyatakan valid terdapat 47 item dan yang dinyatakan

tidak valid ada 3 item yaitu nomor 47, 48 dan 49. Hasil perhitungan

kohesivitas peer group selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

halaman 150.

3). Variabel kedisiplinan siswa

Hasil uji validitas variabel kedisiplinan siswa (Y) didapatkan hasil

bahwa dari 45 butir item pertanyaan untuk variabel kedisiplinan siswa

(Y), yang dinyatakan valid terdapat 39 item dan yang dinyatakan tidak

valid ada 6 item yaitu nomor 11, 36, 37, 38, 42 dan 43. Hasil

perhitungan kedisiplinan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

11 halaman 155.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

93

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas item dilakukan dengan menggunakan rumus formula

Alpha Cronbach. Adapun hasil perhitungan reliabilitas item sebagai berikut :

1). Variabel keaktifan berorganisasi

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha

Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai

koefisien alpha (rtt) = 0,966 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 %

yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas

keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9

halaman 147.

2). Variabel kohesivitas peer group

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha

Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai

koefisien alpha (rtt) = 0,962 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 %

yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas

kohesivitas peer group selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

halaman 152.

3). Variabel kedisiplinan siswa

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha

Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai

koefisien alpha (rtt) = 0,962 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 %

yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas

keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11

halaman 157.

Page 109: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

94

3. Deskripsi Data Variabel Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dan

Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Kelas XI SMAN 1

Tawangsari tahun ajaran 2009/2010, meliputi tiga macam data yaitu :

a. Deskripsi Data Tentang Keaktifan Berorganisasi (X1)

Keaktifan berorganisasi dalam penelitian ini adalah variabel bebas

(X1). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 184.

Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai

berikut :

1). Mean = 142,70

2). Median = 141,50

3). Modus = 141,50

4). SB = 11,34

5). SR = 9,05

6). Nilai tertinggi = 166,00

7). Nilai terendah = 117,00

Distribusi frekuensi data keaktifan berorganisasi disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Berorganisasi (X1)

Variant f fx 2fx f % fk %-naik

156,5-166,5 7 1.132,00 183.122,00 12,96 100,00

146,5-156,5 11 1.681,00 256.975,00 20,37 87,04

136,5-146,5 18 2.529,00 355.503,00 33,33 66,67

126,5-136,5 16 2.122,00 281.576,00 29,63 33,33

116,5-126,5 2 242,00 29.314,00 3,70 3,70

Total 54 7.706,00 1.106.490,00 100,00 _

Page 110: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

95

Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16

halaman 184 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Deskriptif Data Keaktifan Berorganisasi (X1)

Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR

Keaktifan berorganisasi 166 117 142,70 141,50 141,50 11,34 9,05

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel keaaktifan berorganisasi

maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3

pada interval 136,5-146,5 dengan prosentase 33,33 %, kemudian diikuti oleh

kelas ke-4 pada interval 126,5-136,5 dengan prosentase 29,63 %, kemudian

diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 146,5-156,5 dengan prosentase 20,37 %,

kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-1 pada interval 156,5-166,5 dengan

prosentase 12,96 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas

ke-5 pada interval 116,5-126,5 dengan prosentase 3,70 %. Penyebaran data

dapat diperiksa dalam histogram berikut ini :

Gambar 1. Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)

Gambar 1. Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)

Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

116,5-126,5 126,5-136,5 136,5-146,5 146,5-156,6 156,5-166,5

Interval

Fre

ku

en

si

Page 111: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

96

b. Deskripsi Data Tentang Kohesivitas Peer Group (X2)

Kohesivitas peer group dalam penelitian ini adalah variabel bebas

(X2). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 185.

Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai

berikut :

1). Mean = 152,91

2). Median = 151,88

3). Modus = 149,00

4). SB = 11,16

5). SR = 8,48

6). Nilai tertinggi = 174,00

7). Nilai terendah = 122,00

Distribusi frekuensi data kohesivitas peer group disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kohesivitas Peer Group (X2)

Variant f fx 2fx f % fk %-naik

165,5-176,5 8 1.354,00 229.238,00 14,81 100,00

154,5-165,5 14 2.239,00 358.163,00 25,93 85,19

143,5-154,5 21 3.156,00 474.494,00 38,89 59,26

132,5-143,5 8 1.128,00 159.094,00 14,81 20,37

121,5-132,5 3 380,00 48.168,00 5,56 5,56

Total 54 8.257,00 1.269.157,00 100,00 _

Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16

halaman 185 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Deskriptif Data Kohesivitas Peer Group (X2)

Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR

Kohesivitas peer group 174 122 152,91 151,88 149 11,16 8,48

Page 112: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

97

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel keaaktifan berorganisasi

maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3

pada interval 143,5-154,5 dengan prosentase 38,89 %; kemudian diikuti oleh

kelas ke-2 pada interval 154,5-165,5 dengan prosentase 25,93 %; kemudian

diikuti lagi oleh kelas ke-1 dan ke-4 pada interval 165,5-176,5 dan 132,5-

143,5 dengan prosentase masing-masing 14,81 %. Sedangkan responden

paling sedikit berada pada kelas ke-5 pada interval 121,5-132,5 dengan

prosentase 5,56 %. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut

ini :

Gambar 2. Grafik Histogram Kohesivitas Peer Group (X2)

c. Deskripsi Data Tentang Kedisiplinan Siswa (Y)

Kedisiplinan siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).

Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 186.

Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai

berikut :

1). Mean = 130,57

2). Median = 131,85

3). Modus = 134,50

4). SB = 12,49

Deskripsi Data Kohesivitas Peer Group

0

5

10

15

20

25

121,5-132,5 132,5-143,5 143,5-154,5 154,5-165,5 165,5-176,5

Interval

Fre

ku

en

si

Page 113: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

98

5). SR = 10,30

6). Nilai tertinggi = 149,00

7). Nilai terendah = 100,00

Distribusi frekuensi data kedisiplinan siswa disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa (Y)

Variant f fx 2fx f % fk %-naik

139,5-149,5 14 2.029,00 294.163,00 25,93 100,00

129,5-139,5 17 2.297,00 310.485,00 31,48 74,07

119,5-129,5 12 1.489,00 184.891,00 22,22 42,59

109,5-119,5 8 931,00 108.393,00 14,81 20,37

99,5-109,5 3 305,00 31.017,00 5,56 5,56

Total 54 7.051,00 928.949,00 100,00 _

Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16

halaman 186 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 6. Deskriptif Data Kedisiplinan Siswa (Y)

Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR

Kedisiplinan siswa 149 100 130,57 131,85 134,50 12,49 10,30

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel kedisiplinan siswa maka

dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-2 pada

interval 129,5-139,5 dengan prosentase 31,48 %; kemudian diikuti oleh kelas

ke-1 pada interval 139,5-149,5 dengan prosentase 25,93 %; kemudian diikuti

oleh kelas ke-3 pada interval 119,5-129,5 dengan prosentase 22,22 %;

kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-4 pada interval 109,5-119,5 dengan

prosentase 14,81 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas

ke-5 pada interval 99,5-109,5 dengan prosentse 5,56 %. Penyebaran data dapat

diperiksa dalam histogram berikut ini :

Page 114: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

99

Gambar 3. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (Y)

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Data yang telah tersusun secara sistematis seperti pada lampiran,

selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat

analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data

harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel

terikat.

Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat dijelaskan

dalam uraian sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Jika r >0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, dan

apabila r <0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal.

a. Uji Normalitas Variabel X1

Pada uji normalitas X1 (keaktifan berorganisasi), langkah pertama

yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel X1 (lampiran

17 halaman 188). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

Deskripsi Data Kedisiplinan Siswa

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

99,5-109,5 109,5-119,5 119,5-129,5 129,5-139,5 139,5-149,5

Interval

Fre

ku

ensi

Page 115: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

100

2X = 6,357

r = 0,704

Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,704 > 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan

populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 188.

b. Uji Normalitas Variabel X2

Pada uji normalitas X2 (kohesivitas peer group), langkah pertama

yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel X2 (lampiran

17 halaman 189). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

2X = 4,873

r = 0,845

Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,845 > 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan

populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 189.

c. Uji Normalitas Variabel Y

Pada uji normalitas Y (kedisiplinan siswa), langkah pertama yang

dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel Y (lampiran 17

halaman 190). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 2X = 8,576

r = 0,477

Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,477 > 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan

populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 190.

Page 116: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

101

2. Uji Linieritas dan Keberartian

Berdasarkan kaidah yang berlaku, data dalam penelitian dikatakan

memiliki korelasi yang linier apabila r > 0,05 maka data dalam penelitian

memiliki korelasi yang linier, dan apabila r < 0,05 maka data dalam

penelitian korelasinya tidak linier.

a. Uji Linieritas Variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan

Kedisiplinan Siswa (Y)

Berdasarkan hasil uji linieritas antara keaktifan beroganisasi

dengan kedisiplinan siswa, diperoleh r = 0,843 dan F = 0,037. karena

r > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan beroganisasi

dan kedisiplinan siswa diperkirakan mempunyai korelasi yang linier

(lihat pada lampiran 18 halaman 192). Hasil uji linieritas keaktifan

beroganisasi dengan kedisiplinan siswa dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 7. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y

Sumber Derajat 2R db Var F r

Regresi

Residu

ke 1 0,392

0,608

1

52

0,392

0,012

33,467

--

0,000

--

Regresi

Beda

Residu

ke 2

ke 2 - ke 1

0,392

0,000

0,608

2

1

51

0,196

0,000

0,012

16,442

0,037

--

0,000

0,843

--

Korelasinya Linier

Berikut ini gambar hasil uji linieritas keaktifan beroganisasi

dengan kedisiplinan siswa :

Page 117: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

102

KEDISIPL

KEAKTIFA

170160150140130120110

150

140

130

120

110

100

90

Observed

Linear

Gambar 4. Grafik Hasil Uji Linieritas X1 dan Y

Berdasarkan gambar di atas disimpulkan sebagai berikut :

1). Variabel X1 dan variabel Y mempunyai hubungan yang cukup

dekat. Hal ini dikarenakan titik-titik yang dihubungkan atau diagram

pencar diperkirakan dekat dengan garis regresi atau tidak jauh dari

garis lurus (titik-titik diperkirakan dengan dekat dengan garis lurus).

2). Variabel X1 dan variabel Y memiliki hubungan yang positif karena

titik-titik yang dihubungkan (diagram pencarnya) menunjukkan

gejala dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas.

3). Mempunyai korelasi yang linier karena titik-titik yang telah

dihubungkan tersebut diperkirakan menunjukkan gejala garis lurus.

b. Uji Linieritas Variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan

Kedisiplinan Siswa (Y)

Berdasarkan hasil uji linieritas antara kohesivitas peer group

dengan kedisiplinan siswa, diperoleh r = 0,532 dan F = 0,551. karena

r > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa kohesivitas peer group

dan kedisiplinan siswa mempunyai korelasi yang linier (lihat pada

lampiran 18 halaman 192). Hasil uji linieritas kohesivitas peer group

dengan kedisiplinan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 118: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

103

Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y

Sumber Derajat 2R db Var F r

Regresi

Residu

ke 1 0,446

0,554

1

52

0,446

0,011

41,909

--

0,000

--

Regresi

Beda

Residu

ke 2

ke 2 - ke 1

0,452

0,006

0,548

2

1

51

0,226

0,006

0,011

21,049

0,551

--

0,000

0,532

--

Korelasinya Linier

Berikut ini gambar hasil uji linieritas kohesivitas peer group

dengan kedisiplinan siswa :

KEDISIPL

KOHESIVI

180170160150140130120

150

140

130

120

110

100

90

Observed

Linear

Gambar 5. Grafik Hasil Uji Linieritas X2 dan Y

Berdasarkan gambar di atas disimpulkan sebagai berikut :

1). Variabel X2 dan variabel Y mempunyai hubungan yang cukup

dekat. Hal ini dikarenakan titik-titik yang dihubungkan atau diagram

pencar diperkirakan dekat dengan garis regresi atau tidak jauh dari

garis lurus (titik-titik diperkirakan dengan dekat dengan garis lurus).

Page 119: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

104

2). Variabel X2 dan variabel Y memiliki hubungan yang positif karena

titik-titik yang dihubungkan (diagram pencarnya) menunjukkan

gejala dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas.

3). Mempunyai korelasi yang linier karena titik-titik yang telah

dihubungkan tersebut diperkirakan menunjukkan gejala garis lurus

3. Persamaan Garis Regresi

a. Persamaan Regresi Linier Sederhana

1). Persamaan regresi linier antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan

Kedisiplinan Siswa (Y)

Y’ = a + b1X1

Y’ = 0,499 + 0,368 (X1)

Artinya :

a) Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Keaktifan

Berorganisasi (X1), maka Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai

siswa sebesar 0,499.

b) Koefisien regresi 0,368 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan

satu unit Keaktifan Berorganisasi (X1) maka akan

meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,368 . Untuk

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19

halaman 195.

2). Persamaan regresi linier antara Kohesivitas Peer Group (X2) dengan

Kedisiplinan Siswa (Y)

Y’ = a + b2X2

Y’ = 0,499 + 0,507 (X2)

Artinya :

a) Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada

Kohesivitas Peer group (X2), maka Kedisiplinan Siswa (Y)

yang dicapai siswa sebesar 0,499.

Page 120: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

105

b) Koefisien regresi 0,507 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan

satu unit Kohesivitas Peer group (X2) maka akan

meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,507. Untuk

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19

halaman 195.

b. Persamaan Regresi Linier Ganda

Y’ = a + b1X1 + b2X2

Y’ = 0,499 + 0,368 (X1) + 0,507 (X2)

Artinya :

1). Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Keaktifan

Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer group (X2), maka

Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 0,499.

2). Koefisien regresi 0,368 X, menyatakan bahwa setiap penambahan

satu unit Keaktifan Berorganisasi (X1) maka akan meningkatkan

Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,368 .

3). Koefisien regresi 0,507 X, menyatakan bahwa setiap penambahan

satu unit Kohesivitas Peer group (X2) maka akan meningkatkan

Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,507. Untuk perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa rata-rata Kedisiplinan Siswa (Y) akan meningkat dan

menurun sebesar 0,499. dalam hal ini setiap peningkatan atau

penurunan satu unit keaktifan berorganisasi (X1) akan meningkatkan

atau menurunkan kedisiplinan siswa (Y)sebesar 0,368. demikian halnya

dengan kohesivitas peer group (X2) akan meningkatkan atau

menurunkan kedisiplinan siswa (Y) sebesar 0,507.

Page 121: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

106

C. Pengujian Hipotesis

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan

analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda menggunakan

komputer seri SPS edisi : Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM

Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Menghitung Koefisien Korelasi antara X1 dan Y ; X2 dan Y

a. Koefisien korelasi sederhana antara keaktifan berorganisasi dengan

kedisiplinan siswa

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi

dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari

Sukoharjo.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan

berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1

Tawangsari Sukoharjo.

Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195,

selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga

diperoleh :

rx1y = 0,626

r = 0,000

Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji

hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM

Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang

berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan

berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1

Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.

Page 122: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

107

b. Koefisien korelasi sederhana antara kohesivitas peer group dengan

kedisiplinan siswa

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group

dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari

Sukoharjo.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer

group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1

Tawangsari Sukoharjo.

Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195,

selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga

diperoleh :

rx2y = 0,668

r = 0,000

Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji

hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM

Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang

berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer

group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari

Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 19 halaman 195.

2. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1, X2 dengan Y

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi

dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer

group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari

Sukoharjo.

Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195,

selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh:

Page 123: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

108

r(x12)y = 0,715

r = 0,000

F = 26,725

Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji

hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM

Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang

berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan

berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.

3. Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Persamaan Regresi

Berdasarkan hasil uji signifikansi diperoleh hasil sebagai berikut :

F reg =)1(

)1(2

2

RmmNR

---

= )715,01(2

)1254(715,0-

-- = 63,973

Jadi harga Fhitung = 63,973. Kesimpulannya Fhitung >Ft yaitu

63,973 > 26,725, maka koefisien korelasi ganda yang di uji signifikansi

pada taraf kesalahan 1 %. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

4. Hasil Perhitungan Sumbangan Masing-masing Variabel X1, X2 dengan Y

Tabel 9. Perhitungan bobot Prediktor-Model Penuh

Variabel

X

Korelasi Lugas Korelasi Parsial Koefisien Determinasi

r xy r r par-xy r SD Relatif % SD Efektif %

1

2

0,626

0,668

0,000

0,000

0,344

0,444

0,002

0,000

12,793

87,207

6,546

44,626

Total -- -- -- -- 100,000 51,172

Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh

tersebut di atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan

relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa

dijelaskan sebagai berikut :

Page 124: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

109

a. Sumbangan Relatif (SR) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan

variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 12,793 %. Sedangkan

Sumbangan Efektif (SE) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan

variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 6,546 %.

b. Sumbangan Relatif (SR) variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan

variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 87,207 %. Sedangkan

Sumbangan Efektif (SE) variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan

variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 44,626 %.

c. Sumbangan Relatif (SR) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dan

variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan variabel Kedisiplinan

Siswa (Y) sebesar 100 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel

Keaktifan Berorganisasi (X1) dan variabel Kohesivitas Peer Group

(X2) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 51,172 %. Untuk

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis maka

pembahasan analisis data sebagai berikut :

1. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan Kedisiplinan

Siswa (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena variabel keaktifan

berorganisasi diperoleh rx1y = 0,626 dengan nilai signifikansi sebesar

0,000. Keaktifan dalam mengikuti organisasi yang seperti, rutin mengikuti

rapat organisasi, ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan dan

patuh menjalankan peraturan organisasi dapat melatih sikap mental yang

positif bagi siswa.

Page 125: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

110

Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam mengikuti organisasi, baik

di sekolah maupun di masyarakat memberikan banyak keuntungan bagi

siswa khususnya dalam hal kedisiplinan. Sikap kedisiplinan dapat dilihat dari

perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan, nilai-nilai dan

norma yang ada. Kedisiplinan dapat diterapkan oleh siswa di sekolah, di

rumah dan di masyarakat seperti patuh kepada peraturan yang ditetapkan

sekolah, pulang ke rumah tepat pada waktunya dan sebagainya. Siswa yang

aktif ikut berorganisasi mendorong terbentuknya sikap kedisiplinan. Jadi

keaktifan berorganisasi memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan

siswa.

2. Hubungan antara Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan

Siswa (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena variabel kohesivitas peer

group diperoleh rx2y = 0,668 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Kelompok teman sebaya (peer group) memberikan pengaruh yang kuat

dalam masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari

adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap

anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan

yang terikat dan saling mendukung.

Adanya keakraban dalam suatu kelompok membuat individu-

individu yang menjadi anggotanya bersedia melakukan kegiatan yang sama

diantara mereka. Individu cenderung berperilaku sama atau searah dengan

kelompok teman sebayanya tersebut. Apabila salah satu anggota menerapkan

kedisiplinan, maka anggota lainnya juga akan bertindak sama dengan

anggota tersebut. Kuatnya kohesivitas peer group memberikan dampak yang

baik apabila salah satu anggota peer group memberikan pengaruh yang baik

pula, khususnya dalam hal sikap dan kepribadian sehingga kedisiplinan juga

meningkat. Jadi kohesivitas peer group memiliki hubungan positif dengan

kedisiplinan siswa.

Page 126: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

111

3. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer

Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan

kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima,

karena berdasarkan uji hipotesis prediktor diperoleh r = 0,000 karena harga

r lebih kecil dari 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Keaktifan berorganisasi dan

kohesivitas peer group memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa.

Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan tidak bisa terlepas dari kehidupan

siswa. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group menjadi sarana

untuk melatih kedisiplinan bagi siswa.

Dengan aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar

hidup berkelompok di masyarakat. Kegiatan dalam setiap organisasi

membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan,

kejujuran, dan percaya diri. Disamping itu lingkungan teman sebaya

merupakan suatu kelompok yang bisa membentuk nilai-nilai, norma, dan

simbol-simbol tersendiri, yang merupakan simbol yang lain atau berbeda

dengan yang ada di rumah mereka masing-masing. Apabila interaksi dalam

peer group ini berhasil, maka proses sosialisasi akan berjalan baik dan

mempunyai dampak positif bagi perkembangan anak.

Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa untuk

mendukung keberhasilan dalam proses belajar. Dengan keaktifan

berorganisasi dan kohesivitas peer group, seorang remaja mampu

meningkatkan dan memupuk sikap kedisiplinan. Karena kedisiplinan

menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan

berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar.

Dengan demikian dua faktor tersebut antara keaktifan berorganisasi dan

kohesivitas peer group secara bersama-sama mempunyai korelasi yang

positif dengan kedisiplinan pada siswa.

Page 127: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

112

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara teoritik hipotesis yang pertama berbunyi “Ada hubungan positif yang

signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Dikatakan memiliki hubungan

positif bila seorang siswa semakin aktif berorganisasi, maka akan semakin

tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Setelah dilakukan penelitian

diperoleh rx1y sebesar 0,626 dan r = 0,000 dan hal ini menunjukkan

adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi

dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 %

( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada

hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan

kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”

dinyatakan diterima.

2. Secara teoritik hipotesis yang kedua berbunyi “Ada hubungan positif yang

signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Dikatakan memiliki hubungan

positif bila semakin baik kohesivitas peer group, maka akan semakin tinggi

pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Setelah dilakukan penelitian diperoleh

rx2y sebesar 0,668 dan r = 0,000 dan hal ini menunjukkan adanya

hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan

kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % ( r <0,01).

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan

positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima.

112

Page 128: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

113

3. Secara teoritik hipotesis yang ketiga berbunyi “Ada hubungan positif yang

signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan

kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”.

Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut terlihat bila kedisiplinan siswa akan

meningkat, apabila seorang siswa semakin aktif berorganisasi dan semakin

baik pula kohesivitas peer group. Setelah dilakukan penelitian diperoleh

r(x12)y sebesar 0,715 , r = 0,000 dan F = 26,725 sehingga menunjukkan

adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan

kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih

kecil dari 1 % ( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan

berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :

1. Keaktifan berorganisasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan

kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena semakin aktif seorang

siswa dalam berorganisasi, maka semakin tinggi pula perilaku kedisiplinan

pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide atau

masukan untuk berbagai pihak yang berkaitan dengan siswa, terutama bagi

orang tua dan pihak sekolah. Orang tua harus mendorong anaknya untuk

aktif mengikuti organisasi, baik organisasi yang berada di masyarakat

maupun yang berada di sekolah. Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam

mengikuti organisasi memberikan banyak keuntungan bagi siswa, salah

satunya adalah melatih sikap mental positif terutama kedisiplinan. Selain itu

bagi pihak sekolah harus mengembangkan organisasi yang berada di sekolah

dan memberi penyuluhan pada siswa untuk terus aktif di dalam organisasi

sebagai sarana menumbuhkan sikap kedisiplinan bagi siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 129: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

114

2. Kohesivitas peer group memiliki hubungan positif yang signifikan dengan

kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena semakin baik

kohesivitas peer group yang terjalin diantara siswa, maka akan semakin

tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini

dapat memberikan ide dan masukan bagi siswa untuk mengembangkan diri

dengan cara memperluas dan memilih pergaulan yang bisa membawa

pengaruh yang baik khususnya dalam hal sikap dan kepribadian. Hal ini

disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam

menjalankan kehidupan dan mengembangkan dirinya dibutuhkan interaksi

dengan sesamanya. Melalui kelompok teman sebaya (peer group), seorang

siswa bisa mengembangkan diri ke arah yang lebih baik selama peer group

itu memberikan dampak yang positif bagi anggotanya. Orang tua maupun

guru harus membantu dan memberikan bimbingan anak didiknya dalam

bergaul dengan teman sebaya dengan baik agar meningkatkan kedisiplinan

dan kepribadian yang lebih baik.

3. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group memiliki hubungan

positif yang signifikan dengan kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif

karena kedisiplinan siswa dapat ditingkatkan melalui seorang siswa semakin

aktif berorganisasi dan semakin baik pula kohesivitas peer group. Dengan

aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup tertib dan

hidup berkelompok di masyarakat. Disamping itu, adanya kohesivitas dalam

peer group membuat individu-individu menjadi lebih baik selama proses

sosialisasi yang terjadi terjalin dengan baik pula. Dengan demikian antara

keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group secara bersama-sama

mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada siswa. Oleh

karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide atau masukan untuk berbagai

pihak yang berkaitan dengan siswa, terutama bagi orang tua dan pihak

sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan. Orang tua dan guru yang

mempunyai peran yang besar dalam hal ini dan harus cermat mengawasi dan

mendidik putra putrinya agar lebih berdisiplin dengan cara mendorong untuk

aktif berorganisasi dan membimbing kohesivitas peer group-nya.

Page 130: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

115

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah penulis uraikan di atas,

maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Orang Tua

a. Orang tua hendaknya mendorong anak untuk ikut aktif dalam

organisasi baik organisasi yang berada di sekolah maupun masyarakat.

b. Diharapkan orang tua mampu mendorong anaknya untuk memperluas

dan memilih-milih pergaulan, salah satunya melalui peer group. Selain

itu orang tua juga harus membimbing kohesivitas peer groupnya agar

selalu mengembangkan diri secara positif.

2. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan memiliki kesadaran untuk menaati nilai, norma dan

peraturan, baik yang berada di sekolah, rumah dan masyarakat.

b. Seorang siswa hendaknya mampu melatih kedisiplinan dengan cara

aktif mengikuti organisasi, baik organisasi yang ada di sekolah maupun

di masyarakat.

c. Siswa diharapkan memilih teman sebaya yang bisa memberi motivasi

untuk melakukan hal-hal yang positif dan dapat membawa ke arah yang

lebih baik.

3. Bagi Pihak Sekolah

a. Kepala Sekolah hendaknya memberi penyuluhan pada siswa untuk terus

aktif di dalam organisasi untuk mempertahankan kemajuan organisasi

yang ada di sekolah dan menegakkan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan.

b. Guru hendaknya dapat memberikan motivasi untuk lebih

mengembangkan keaktifan berorganisasi siswa dan membantu anak

didiknya dalam bergaul dengan teman sebaya dengan baik.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan lebih dipelajari lagi apabila ingin dijadikan acuan

peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang hampir

sama.

Page 131: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

116

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan (cetakan kedua). Jakarta : Rineka Cipta. Alimuddin Tuwu. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan dari Sevilla,

Consuelo G,et all judul asli “An Introduction to Research Methods”. Jakarta: UI- Press.

Arni Muhammad. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Diazz. 2009. SDM Indonesia dalam Persaingan Global(http://www.sdm-

indonesia-dalam-persaingan-global.htm, diakses tanggal 9 februari 2010 pukul 13.12 WIB.

Eko Winarto. 2009. Kebebasan Berorganisasi. http://ekowinarto.files.wordpress.

com/03/bab-36.pdf., diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.55 WIB Gibson, Ivoncevich.Donally. 2000. Organizations Behaviour Structure Proses.

USA: Mc. Graw Hill. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta: Ghalia Indonesia Istiwidayanti 1999. Perkembangan Anak. Terjemahan dari Elizabeth B. Hurlock

Jakarta : Erlangga. Istiwidayanti. 2000. Psikologi Perkembangan. Terjemahan dari Elizabeth

Hurlock. Jakarta : Erlangga. Winardi. 2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Terjemahan dari John M.

Ivan Cevich. Jakarta : Erlangga Kartini Kartono. 1990. Pengantar metodologi Riset Nasional. Bandung : Mandar

Maju. Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. http://www.

gramediashop.com/book/detail/9796860058, diakses tanggal 05 Februari 2010 pukul 14.35 WIB.

Littlejohn, W. Stephen dan Karen A. Foss. 2004. Theories of Human

Communication. New York : Thompson Learning.

116

Page 132: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

117

Malayu S.P Hasibuan. 2005. Organisasi dan Motivasi (Dasar Peningkatan Produktivitas). Jakarta : Bumi Aksara.

Moeliono.1933. Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling dan

Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Samudra http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1, diakses tanggal 23 Maret 2010 pukul 16.15 WIB.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdya

Karya. Nasution. 2003. Metode Research Jakarta : Bumi Aksara. Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. (Cetakan Keduapuluh). Bandung:

Remaja Rosdyakarya. Nurkolis. 2009 Manfaat Berorganisasi, (http://researchengines.com/

nurkolis1.html.) diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.46 WIB Ratna.S. 1990. Pendidikan Moral. Terjemahan dari Emile Durkheim. Jakarta:

Erlangga. Saifuddin Azwar. 2002. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saptono dan Bambang Suteng S. 2006. Sosiologi Kelas XI. Jakarta: Phibeta Aneka

Gama. Sanapiah Faizal. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindi

Persada. Santrock, J.W. 2003. Adolescence. New York: Mc. Graw Hill. Sarlito Wirawan Sarwono. 2004. Psikologi Remaja: Individu dan Teori Psikologi

Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Slamet Santoso. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara. Soegeng Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya

Paramita. Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung

: Tarsito. _______. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Page 133: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

118

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung. ALFABETA Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 2001. Psikologi Pendidikan.(Cetakan Kesepuluh). Jakarta :

Raja Grafindo Persada Susilowati, Harning Setyo.2005. Pengaruh Disiplin Belajar, Lingkungan

Keluarga dan Lingkungan Sekolah terhadap prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester I tahun Ajaran 2004/2005 SMA N I Gemolong Kabupaten Sragen. Skripsi: Universitas Negeri Semarang

Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid I dan II. Yogyakarta : Andi

Offset ____________ 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset. Tim Media. 2002. Kamus Ilmiah Populer. : Media Center

Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Vembriarto, ST. 1993. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan pendidikan Paramitha.

Wahdini Nugrahani Sakti. 2008. Hubungan Keaktifan Berorganisasi Intra

Sekolah dan Kohesivitas Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Pusat.

Winarno Surachmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, Teknik.

Bandung: Transito.

Page 134: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

LAMPIRAN

Page 135: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

160

SOAL-SOAL ANGKET I. Petunjuk Pengisian

1. Tulis terlebih dahulu nama, kelas dan nomer absen anda pada tempat yang

telah disediakan.

2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan

keadaan anda pada jawaban yang telah tersedia.

3. Jawablah dengan jujur, cermat, dan teliti karena jawaban tersebut tidak

mempengaruhi hasil belajar/prestasi anda di sekolah.

4. Telitilah Pekerjaan anda sebelum dikumpulkan.

II. Pertanyaan Tentang Keaktifan Berorganisasi 1. Apakah anda termasuk salah satu anggota organisasi di sekolah anda?

a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

2. Anda selalu menghadiri kegiatan organisasi secara rutin. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apakah anda selalu belajar kelompok jika mendapatkan tugas dari Bp/Ibu guru?. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Saya selalu menolak jika ditunjuk sebagai pengurus dalam suatu organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apabila ketua organisasi datang terlambat dalam suatu kegiatan, saya juga mengikutinya. a. Selalu

Nama :

Kelas :

No Absen :

Page 136: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

161

b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apabila anda ketua kelas, apakah anda bersedia melaksanakan tanggung jawab dengan baik? a. Sangat bersedia b. Bersedia c. Kurang bersedia d. Tidak bersedia

7. Apakah anda selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan OSIS? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Anda sangat senang mengikuti kegiatan Pramuka yang ada di sekolah? a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang

9. Apakah anda aktif mengikuti kegiatan karang taruna didesa anda? a. Sangat aktif b. Aktif c. Kurang aktif d. Tidak aktif

10. Apakah anda mengajak teman lain ikut bergabung organisasi keagaamaan yang ada di masyarakat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Jika ditunjuk sebagai pimpinan regu dalam pramuka, saya selalu menolak. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Kegiatan di dalam OSIS tidak memberikan manfaat bagi kehidupan saya. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

13. Kegiatan yang diadakan organisasi karang taruna di desa kita akan membatasi pergaulan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju

Page 137: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

162

d. Tidak setuju 14. Dengan aktif dalam kegiatan organisasi masyarakat, akan mengurangi waktu

belajar. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

15. Apakah anda saling memberi masukan kepada teman dalam kegiatan organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

16. Apakah anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam suatu organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

17. Apakah anda malas untuk memberikan pendapat saat ada rapat organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

18. Apakah anda kurang peduli dengan perkembangan organisasi yang anda ikuti? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

19. Apakah anda selalu melaksanakan tugas yang diberikan organisasi kepada anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

20. Saya akan bertanggung jawab apabila terpilih menjadi ketua organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

21. Anda selalu memberikan ide-ide demi kemajuan organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 138: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

163

22. Saya lebih suka bekerja sendiri dari pada harus bekerjasama.

a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

23. Apakah anda selalu mengabaikan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24. Seberapa besar kemandirian yang anda peroleh dalam organisasi? a. Sangat besar b. Besar c. Kurang besar d. Tidak besar

25. Menurut anda, apakah dengan aktif berorganisasi akan melatih sikap mental positif? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

26. Kegiatan dalam organisasi akan menambah pengalaman kita. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

27. Berorganisasi dapat mengembangkan nilai-nilai kepribadian siswa. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

28. Berorganisasi akan menghambat belajar siswa. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

29. Dengan seringnya kita berorganisasi waktu kita akan banyak terbuang. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

30. Apakah aktif dalam berorganisasi akan mengurangi pergaulan dengan teman-teman kita. a. Sangat benar

Page 139: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

164

b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

31. Dengan seringnya kita berorganisasi, akan menambah pengetahuan tentang organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

32. Organisasi membuat kita melakukan kegiatan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

33. Apakah anda lebih senang membicarakan masalah orang lain dari pada masalah organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

34. Apakah berorganisasi membuat anda menyampingkan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

35. Apakah aktif berorganisasi akan mengembangkan potensi yang ada pada diri kita? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

36. Apakah anda termasuk salah satu anggota organisasi karang taruna di masyarakat? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

37. Saya selalu terlambat saat menghadiri rapat organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

38. Saya selalu berpartisipasi jika ada kegiatan bersih desa yang diselenggarakan oleh karang taruna.

Page 140: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

165

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

39. Berorganisasi dapat menghambat kemampuan siswa dalam hal berpikir. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Kurang setuju

40. Saya lebih senang mengerjakan tugas sendiri dari pada belajar kelompok. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

41. Apakah anda memilih diam saja jika rapat organisasi sedang berlangsung. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

42. Apakah anda lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

43. Kegiatan dalam organisasi akan menambah pengalaman kita. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

44. Apakah anda kurang aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi masyarakat? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

Page 141: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

166

Pertanyaan Tentang Kohesivitas Peer Group 1. Apakah anda tidak senang bergaul karena menyita waktu untuk belajar?

a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

2. Apakah anda selalu berharap bersama teman anda terus? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apabila ada teman yang mempunyai pendapat berbeda dengan pendapat anda, anda akan menjauhinya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Apakah anda curhat dengan teman anda tentang masalah anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah anda menolong teman anda yang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah anda selalu dihargai teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah teman anda selalu menegur jika anda melakukan kesalahan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Apabila ada kesulitan belajar, apakah anda selalu bertanya kepada teman yang lebih pandai? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Apakah anda tidak membeda-bedakan status sosial teman dalam bergaul? a. Selalu b. Sering

Page 142: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

167

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Apakah anda meniru gaya bicara teman untuk mengikuti trend gaul walaupun maknanya kurang baik? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Apakah anda dalam berperilaku selalu meniru perilaku teman anda yang belum tentu benar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Saya akan senang berteman dengan siapapun. a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang

13. Apa yang anda lakukan bila teman anda berbuat salah? a. Memarahi b. Menegur c. Membiarkan d. Ikut-ikutan

14. Apakah anda selalu memilih-milih teman dalam bergaul? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Bagaimana jika anda mempunyai teman yang mempunyai status ekonomi tinggi? a. Bangga b. Biasa saja c. Merendahkan d. Sangat merendahkan

16. Apabila teman memukul anda, apakah anda akan balas memukul? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

17. Bagaimana jika anda mempunyai teman yang mempunyai status ekonomi rendah? a. Bangga b. Biasa saja c. Merendahkan d. Sangat merendahkan

Page 143: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

168

18. Apakah teman anda selalu mengajak untuk aktif dalam organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

19. Apakah yang anda lakukan apabila salah satu teman anda memusuhi teman satu kelompok? a. Memarahi b. Menegur c. Membiarkan d. Ikut-ikutan

20. Apakah teman anda sering mengajak anda untuk datang terlambat ke sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21. Apakah yang anda lakukan sering kali dianggap salah teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22. Anda selalu mengajak teman untuk datang tepat waktu ke sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Apakah anda selalu mengajak teman untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadand d. Tidak pernah

24. Anda selalu memberikan contoh berpakaian rapi kepada teman anda. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25. Anda tidak mempunyai hubungan baik dengan teman anda? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

26. Anda gampang terpengaruh dengan teman anda, meskipun teman anda tidak benar. a. Sangat benar b. Benar

Page 144: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

169

c. Kurang benar d. Tidak benar

27. Seberapa besar komunikasi yang anda jalin dengan teman anda? a. Sangat besar b. Besar c. Kurang besar d. Tidak besar

28. Apabila ada teman yang rajin, saya selalu mengikutinya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

29. Anda selalu iri melihat teman yang lain memiliki keahlian tertentu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

30. Apakah anda memberitahu keadaan anda kepada teman anda setiap hari? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

31. Apabila teman anda pergi ke perpustakaan, anda selalu ikut? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

32. Apabila ada teman yang mendapatkan penghargaan tertentu, maka anda termotivasi untuk mendapatkan penghargaan juga. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

33. Apakah anda sering mencontoh pekerjaan teman dalam mengerjakan tugas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

34. Apabila teman membolos, anda juga akan ikut bolos. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 145: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

170

35. Apakah anda akan belajar dari teman anda apabila teman anda memiliki keahlian olahraga? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

36. Anda tidak akan belajar pada teman yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

37. Apakah anda memperdulikan teman anda apabila sedang mempunyai masalah? a. Sangat peduli b. Peduli c. Kurang peduli d. Tidak peduli

38. Apakah anda sering meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

39. Apakah anda bersikap acuh tak acuh apabila ada teman yang sedang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

40. Apakah anda kurang terbuka dengan teman-teman terutama masalah pribadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

41. Apakah anda diam saja jika ada teman yang mendapat masalah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

42. Apakah anda menghargai teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 146: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

171

43. Saya diam saja jika ada teman yang melakukan kesalahan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

44. Apakah anda membantu teman anda yang tertinggal dalam pelajaran. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

45. Apabila ada teman yang sombong, maka anda akan mengucilkannya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

46. Apakah anda akan belajar dari teman apabila teman anda memiliki keahlian memainkan alat musik. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

47. Apakah anda cenderung diam saja jika mempunyai masalah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 147: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

172

Pertanyaan Tentang Kedisiplinan Siswa

1. Apakah anda selalu datang ke sekolah sebelum bel tanda masuk berbunyi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Apakah anda selalu datang ke sekolah secara rutin? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Setelah mendengar bel masuk berbunyi saya langsung masuk kelas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Apakah anda malas datang ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah anda terlambat masuk kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah anda tepat waktu dalam mengumpulkan PR? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah anda tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru? a. Selalu b. sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Saya selalu melirik tugas teman tanpa meminta ijin terlebih dahulu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Saya selalu mengerjakan tugas tanpa menunda-nunda waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 148: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

173

10. Apakah anda selalu mengerjakan tugas apabila batas waktu yang ditentukan sudah dekat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Apakah anda lebih senang mendengarkan guru saat menyampaikan materi pelajaran daripada berbicara dengan teman? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Apakah anda selalu menggunakan seragam secara lengkap? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

13. Apakah anda selalu berbicara dengan teman anda apabila Bp/Ibu guru sedang memberikan materi pelajaran? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Saya selalu aktif bertanya kepada Bp/Ibu guru apabila mengalami kesulitan tentang materi yang diajarkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Apakah anda lebih suka meminjam peralatan tulis teman dari pada peralatan tulis sendiri? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

16. Apakah anda tepat waktu dalam membayar iuran koperasi siswa? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

17. Apakah anda menggunakan seragam sesuai dengan hari yang ditentukan oleh sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 149: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

174

18. Saya sering pura-pura sakit kemudian ke UKS untuk menghindari upacara bendera yang diselenggarakan oleh sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

19. Apakah anda datang terlambat jika ada giliran piket kebersihan di kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

20. Apakah anda pulang kerumah tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21. Apakah anda memberi tahu orang tua apabila pulang terlambat karena ada jam tambahan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22. Saya selalu mencari-cari alasan apabila pulang ke rumah terlambat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Apakah anda pamit kepada orang tua apabila akan berangkat ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24. Saya selalu mampir ke rumah teman terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25. Setelah pulang dari sekolah saya selalu membantu pekerjaan orang tua di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 150: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

175

26. Apakah anda selalu mendiskusikan segala permasalahan dengan orang tua? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

27. Saya kurang perduli dengan kebersihan di rumah walaupun keadaan rumah sangat kotor. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar

28. Saya selalu menunda-nunda untuk belajar di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

29. Apakah anda mengendarai kendaraan di jalur sebelah kiri jalan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

30. Apakah anda selalu makan dengan tangan kanan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

31. Saya selalu memakan makanan yang halal sesuai ajaran agama. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

32. Apakah anda berpakaian kurang sopan jika menghadiri acara resmi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

33. Apakah anda kurang memperhatikan kebersihan di tempat-tempat umum seperti tempat ibadah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

34. Saya selalu mematuhi peraturan yang berlaku di masyarakat. a. Selalu b. Sering

Page 151: HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO ... Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi ... Lampiran

176

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

35. Saya selalu datang lebih awal untuk mengerjakan piket kebersihan kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

36. Saya selalu terlambat membayar iuran koperasi siswa. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

37. Saya lebih senang pulang ke rumah terlebih dahulu sebelum bermain kerumah teman. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

38. Apakah anda lupa memakai helm jika mengendarai sepeda motor? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

39. Saya selalu terlambat pulang ke rumah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah