hubungan antara efikasi core skills dengan...

21
1 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR Oleh : Reni Tri Wijayanti Emi Zulaifah PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Upload: hatuong

Post on 31-Jan-2018

233 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN

KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Oleh :

Reni Tri Wijayanti

Emi Zulaifah

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

2

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN

KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Telah Disetujui Pada Tanggal

_______________________

Dosen Pembimbing Utama

(Drs. Emi Zulaifah, M. Sc)

3

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA

PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Reni Tri Wijayanti Emi Zulaifah

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Asumsi awal yang diajukan adalah ada pengaruh positif antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir dimana semakin kuat efikasi core skills subyek maka pengaruhnya terhadap kesiapan kerja semakin meningkat dan juga berlaku sebaliknya.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir yaitu yang sedang menempuh mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Subjek yang diambil berjumlah 100 orang.

Data diungkap dengan menggunakan metode angket dimana angket yang digunakan ada dua yaitu (1) Angket Efikasi Core Skills yang disusun berdasarkan teori dari Buku Pedoman Core Skills Scottish Qualification Authorithy (2003). Terdiri dari 51 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,218-0,702 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,937. (2) Angket Kesiapan Kerja yang dibuat dengan mengacu pada aspek-aspek kesiapan kerja yang dikemukakan oleh Ward dan Riddle (2002) yang terdiri dari 76 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara -0,143-0,692 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,953.

Metode analisis data yang digunakan adalah tekhnik Analisis Korelasi Product Moment Pearson. Perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15.0 for windows. Hasilnya menunjukkan efikasi core skills memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada kesiapan kerja mahasiswa semester akhir. Koefisien korelasi efikasi core skills dengan kesiapan kerja adalah 0,740 dengan p = 0,000 (p<0,01). Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Efikasi core skills, kesiapan kerja

4

PENGANTAR

Berdasarkan data dari BPS bahwa pada tahun 2007 terdapat 10.547.917

orang pengangguran. Diantaranya terdapat 409.890 adalah lulusan dari

universitas. Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Provinsi Jawa

Tengah, Hertoto (2007) mengkritisi kebijakan pemerintah Indonesia soal

rancangan pendidikan dan industri. Ini terbukti, ketika mahasiswa Indonesia

melaksanakan magang, persiapan tenaga kerja hanya mencapai 30 persen. Jika

dibandingkan di Jepang, mahasiswa magang memiliki persiapan tenaga kerja

mencapai 80 persen. Menurut Simanjuntak (2004), masalah ketenagakerjaan

juga mencakup masalah pengupahan dan jaminan sosial, penetapan upah

minimum, syarat-syarat kerja, perlindungan tenaga kerja, penyelesaian

perselisihan, kebebasan berserikat dan hubungan industrial, serta hubungan dan

kerjasama internasional. Semuanya mengandung dimensi ekonomis, sosial dan

politis. Dengan kata lain, masalah ketenagakerjaan tersebut mempunyai dimensi

yang beragam, cakupan luas dan sangat kompleks.

Permasalahan tenaga kerja, tak hanya terletak pada ketersediaan

lapangan kerja. Tetapi juga disebabkan oleh ketidaksesuaian kompetensi

pendidikan untuk menembus lapangan pekerjaan (Radar Jogja, 2 Mei 2007).

Menurut Sudhamek (2007), Bila dipikirkan dengan mendalam, maka faktor paling

utama di dalam perusahaan agar mampu mempertahankan serta meningkatkan

daya saing, adalah sumber daya manusianya. Sumber daya manusia (SDM)

menjadi faktor kunci, karena mesin dan peralatan bisa dibeli, modal kerja bisa

dicari, namun setelah semuanya tersedia maka dibutuhkan SDM yang mau dan

mampu (kompeten) untuk menjalankannya.

5

Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian akan

melanjutkan ke dunia kerja. Mahasiswa merasa yakin bahwa dirinya siap untuk

masuk dunia kerja walaupun nantinya belum mengetahui jenis pekerjaan yang

akan di dapat. Hal ini dikarenakan mahasiswa merasa nantinya akan belajar

pekerjaan itu setelah mengetahui jenis pekerjaan yang didapatnya. Mahasiswa

juga ada yang belum yakin dengan kompetensi yang dimilikinya tetapi yakin

dengan dirinya bahwa ia mampu dan siap untuk masuk dunia kerja. Hal ini

dipertegas oleh Nia (2007), salah satu mahasiswa semester akhir Fakultas

Psikologi mengatakan bahwa dirinya merasa belum terlalu siap bekerja, mungkin

harus belajar sedikit-sedikit karena tidak menegtahui bagaimana di lapangannya.

Saya rasa dengan proses belajar itu akan bisa.

Menurut Hersey dan Blanchard (1993), ketika seseorang merasa tidak

mampu dan tidak memiliki kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat

melakukan tugasnya dengan baik, tidak mampu memimpin, menjadi

prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya,

menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman.

Kemudian menurut Ward dan Riddle (2002), untuk memiliki kesiapan

kerja yang tinggi diperlukan beberapa hal yaitu 1. Employability, employability ini

meliputi, membuat keputusan tentang karir atau kemampuan untuk mengetahui

jenis pekerjaan apa yang sesuai dengan dirinya, ketrampilan atau memiliki

ketrampilan jenis pekerjaan yang diinginkan, mencari pekerjaan atau memiliki

kemampuan untuk mencari pekerjaan, menjaga pekerjaan atau memiliki

kemampuan untuk bisa menjaga pekerjaan yang telah didapatkan, dan mengatur

perpindahan pekerjaan atau mampu mengatur perpindahan pekerjaan, 2.

Dukungan untuk membantu menyelesaikan tantangan. Aspek ini meliputi efikasi

6

diri atau keyakinan diri untuk dapat melakukan yang terbaik, harapan atau

pengharapan akan kesuksesan, dukungan sosial atau jaringan atau hubungan

dengan orang lain yang bisa diakses untuk meminta bantuan, dan pengalaman

atau sejarah pekerjaan yang pernah berhasil dilakukan, 3. Tantangan, aspek ini

meliputi tantangan terhadap diri sendiri , tantangan dari lingkungan, dan

tantangan sistematik atau stress dari keadaan fisik. Tantangan ini harus sudah

dipahami oleh setiap individu untuk masuk dunia kerja (Ward dan Riddle, 2002).

Gould & Harvey (1999), menjelaskan bahwa penerimaan karyawan yang

diambil dari lulusan dipengaruhi juga dua kombinasi yaitu pengalaman kerja

penuh dan part time. Kemudian kapasitas akademik yang dilambangkan dengan

gelar sarjana dan perolehan nilai, kontribusinya tak lebih dari 30% hingga 40%

pada pencapaian karir seseorang. Sisanya, justru ditentukan oleh soft skill, mulai

dari kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, kemampuan beradaptasi,

serta pemikiran yang terbuka (Kompas, 10 Juli 2007). Hal ini menjelaskan bahwa

dalam dunia kerja perolehan nilai dalam kuliah hanya memberikan kontribusi 30-

40 % saja, selebihnya dipengaruhi oleh kemampuan soft skills. Jamil (2007),

menyatakan bahwa di dunia kerja ini penggangguran terus bertambah setiap

tahunnya khususnya penggangguran dari lulusan perguruan tinggi dan ia

menjelaskan permasalahan atau hal yang masih dipertanyakan mengenai

sarjana-sarjana yang masih segar atau fresh graduate yaitu apakah mereka

sudah mempunyai kompetensi unutuk bekerja dan mengaplikasikan ilmunya ke

dunia kerja. Hal ini dikarenakan, lowongan yang tersedia sebenarnya tidak begitu

kecil hanya saja yang menjadi kendala utama bagi seorang sarjana untuk

mendapatkan pekerjaan adalah kesiapan mereka untuk bekerja. Hal ini

7

menyebabkan seorang sarjana selalu gagal dalam seleksi akademik sebagai

awal dari seleksi yang dilakukan pada proses rekruitmen.

Wea (2007), menyatakan bahwa kebutuhan dunia usaha akan komponen

kompetensi juga didukung dengan hasil studi JICA tahun 1996 tentang

Engineering Manpower Development Plannning, yang salah satu hasilnya

menyatakan, bahwa dari komponen kompetensi, sikap (attitude) angkatan kerja

lulusan perguruan tinggi menduduki ranking pertama dalam seleksi penerimaan

pekerja dunia usaha. Sehubungan dengan itu, maka perlu kebijakan dari dunia

pendidikan dan pelatihan untuk menyesuaikan kurikulumnya. Hal ini menjelaskan

bahwa disamping kompetensi, sikap angkatan kerja juga sangat mempengaruhi

seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Hardani (2008), mengatakan

bahwa di dalam kehidupan yang semakin sulit dan kompetitif, penguasaan

ketrampilan menjadi kunci sukses masa depan. Karena itulah penyelenggara

pendidikan tinggi pun perlu memberikan ketrampilan atau soft-skill pada

mahasiswanya.

Menurut Buku Panduan Core Skills dari Scottish Qualification Authority

(2003), pada perkembangan zaman ini kemampuan yang diperlukan oleh calon

tenaga kerja adalah core skills. Kemampuan core skills sendiri terdiri dari

kemampuan komunikasi, kemampuan angka atau numeracy, kemampuan IT,

kemampuan belajar, dan kemampuan kerja sama.

Setiap individu yang akan memasuki dunia kerja minimal harus memiliki

core skills. Hal ini dikarenakan dengan memiliki core skills individu akan berada

pada tingkatan mampu untuk memecahkan masalah, berpikir kreatif untuk

meningkatkan metode yang digunakan dan menjadi pekerja yang efektif (Bailey

1997, Packer 1998). Dan juga seharusnya anak umur 16 tahun individu harus

8

sudah memiliki ketrampilan belajar (SCANS, 1991). Sehingga hal ini juga

termasuk pada lulusan perguruan tinggi dengan memiliki kemampuan core skills

akan menjadi lebih aktif dan tanggap dalam melakukan pekerjaannya. Dan

lulusan perguruan tinggi yang memiliki core skills akan bekerja lebih baik

dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki core skills

tersebut (Buku Panduan Core Skills, 2003).

Untuk meningkatkan kemampuan core skills pada diri seseorang juga

diperlukan self efficacy. Hal ini dijelaskan oleh Bandura (1997), self efficacy juga

merupakan kunci dari fungsi manusia yaitu tingkat motivasi, perasaan, dan

tindakan sebagai dasar keyakinan mereka bahwa kemampuan mereka benar.

Sehingga self efficacy juga diperlukan oleh seseorang untuk percaya akan

kemampuannya. Frank Pajares (2002), juga menjelaskan bahwa ada banyak

penelitian yang membuktikan bahwa self efficacy memberikan sentuhan pada

setiap aspek kehidupan orang. Apakah itu mereka berpikir produktif, kelemahan

diri, pesimis atau optismis. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya self

efficacy pada diri seseorang akan semakin meningkatkan keyakinannya pada

kemampuan dirinya. Karena dengan tidak memiliki self efficacy maka individu

tersebut akan tidak yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan.

Wahyono (2004), juga menemukan bahwa pelatihan efikasi diri dalam

bidang pekerjaan akan meningkatkan kesiapan kerja pada calon tenaga kerja.

Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya efikasi core skills dapat

mempengaruhi kesiapan kerja calon lulusan. Keyakinan akan kemampuan dapat

memberikan pengaruh dalam menetapkan jalannya kehidupan kerja seseorang

(Betz & Hackett, 1986; Lent & Hackett, 1987). Rendahnya efikasi akan menutup

perhatian pada pilihan lapangan pekerjaan meskipun di dorong oleh adanya

9

kesempatan dan ketertarikan. (Bandura, 1997). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kemampuan yang dimiliki oleh calon lulusan harus didampingi dengan self

efficacy. Dan dapat disebut juga efikasi core skills. Dari penjelasan diatas, maka

peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara efikasi core skills dengan

kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir yang

mengambil mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Dalam mencari subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala ini terdiri

dari skala efikasi core skills yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek

yang dikemukakan dalam Buku Pedoman Core Skills dari Scottish Qualifications

Authority (2003) yang juga berpedoman pada skala transferable core skills Hibah

A3 Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dan skala kesiapan kerja yang

juga disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukan oleh Ward

dan Riddle (2002). Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis

statistik. Untuk melihat hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja

pada mahasiswa semester akhir yaitu dengan menggunakan korelasi product

momet Pearson.

HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis korelasi product moment Pearson untuk menguji

hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji

linieritas.

10

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini

terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05

maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak

normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program

For Social Science) versi 15.0 for Windows dengan teknik one sample

Kolmogorof Smirnov menunjukkan nilai K-S-Z sebesar 1,310 dengan p = 0,65

(p>0,05) untuk skala efikasi core skills dan nilai K-S-Z sebesar 1,297 dengan p =

0,69 (p>0,05) untuk skala kesiapan kerja. Hasil uji normalitas ini menunjukkan

bahwa skala efikasi core skills dan skala kesiapan kerja memiliki sebaran normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel efikasi core skills

dan kesiapan kerja memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua

variabel dikatakan linier apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara

kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05.

Hasil uji linearitas dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic

Program For Social Science) versi 15.0 for Windows dengan teknik Compare

Means menunjukkan F = 87,682; p = 0,000. Berdasarkan hasil analisis di atas,

dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier karena

p<0,05.

4. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui adanya hubungan antara efikasi core skills dengan

kesiapan kerja, maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi

11

product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS

(Statistic Program For Social Science) versi 15.0 for Windows.

Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel kerja efikasi core

skills dengan kesiapan kerja nilai r = 0,740 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini

berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

kerja efikasi core skills dengan kesiapan pada mahasiswa/i semester akhir,

sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.

Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara efikasi core skills dengan

kesiapan kerja menunjukkan angka sebesar 0,548 yang berarti efikasi core skills

memberikan sumbangan sebesar 54,8 % terhadap kesiapan kerja.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diketahui bahwa efikasi core skills mempengaruhi

kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin tinggi efikasi core skills

yang dimiliki mahasiswa semester akhir maka semakin tinggi pula kesiapan kerja

yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir.

Aspek komunikasi, baik oral dan tulisan, merupakan keperluan untuk

mengklarifikasi apa yang kamu pikirkan, untuk menjalin hubungan dengan orang

lain, dan untuk belajar dan bekerja. Ketrampilan ini juga diperlukan agar individu

dapat menjadi bagian dalam diskusi dan membuat presentasi, berinteraksi

dengan penonton secara tepat. Dengan memiliki ketrampilan komunikasi yang

tinggi maka mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi

pula dan sebaliknya apabila mahasiswa semester akhir tidak memiliki

ketrampilan komunikasi yang rendah maka mahasiswa semester akhir tersebut

akan memiliki kesiapan kerja yang rendah.

12

Dengan memiliki ketrampilan angka akan membantu individu untuk

memahami, memprediksi dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan

dengan angka sehingga ketika individu bekerja dalam situasi yang kompleks

dimana analisis diperlukan dapat menyelesaikannya dengan baik. Dan ketika

mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan bekerja dengan angka yang

tinggi maka mahasiswa semester akhir tersebut akan memiliki kesiapan kerja

yang tinggi dan sebaliknya apabila mahasiswa semester akhir memiliki

ketrampilan bekerja dengan angka yang rendah maka kesiapan kerjanya juga

rendah.

Ketrampilan IT diperlukan untuk memproses informasi dengan berbagai

macam cara yang mana dapat dikerjakan di tempat kerja dan di rumah. Dengan

memiliki ketrampilan IT sistem komputer akan lebih efektif, tanggung jawab dan

terjamin keamanan. Hal ini diperlukan mahasiswa semester akhir untuk dapat

siap kerja. Karena ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan IT yang

tinggi maka kesiapan kerjanya juga tinggi dan sebalikanya apabila mahasiswa

semester akhir memiliki ketrampilan IT yang rendah maka kesiapan kerjanya

juga rendah.

Ketrampilan memecahkan masalah merupakan ketrampilan yang

diperlukan untuk memecahkan masalah baik masalah pribadi, sosial, dan

pekerjaan. Ketrampilan memecahkan masalah diperlukan oleh mahasiswa

semester akhir untuk siap bekerja. Hal ini dikarenakan ketika mahasiswa

semester akhir memiliki ketrampilan memecahkan masalah yang tinggi maka

mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula dan

sebaliknya ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan memecahkan

masalah yang rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah.

13

Kemudian ketrampilan kerja sama dengan orang lain memperlihatkan

pentingnya dalam pembelajaran kerjasama dan situasi pekerjaan. Mahasiswa

semester akhir harus memiliki ketrampilan kerja sama dengan orang lain yang

tinggi sehingga mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang

tinggi pula dan sebaliknya ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan

bekerja sama dengan orang lain rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah.

Core skills menjadi penting untuk melihat kesiapan kerja seseorang. Hal ini dapat

dilihat bahwa setiap komponen core skills dapat memberikan sumbangan

ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam dunia kerja.

Diterimanya hipotesis ini sesuai dengan Bandura (1997) yang

menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu dalam memperkirakan

kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan

yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dengan memiliki keyakinan

bahwa dirinya memiliki kemampuan maka akan menimbulkan pada diri

seseorang bahwa ia pun siap untuk bekerja karena ia yakin ia memiliki

kemampuan. Hasil ini juga dapat dinyatakan bahwa efikasi core skills perlu

dimasukkan ke dalam indikator dalam kesiapan kerja. Hal ini dikarenakan hasil

hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja sebesar 0,740 yang

tentunya menyumbangkan cukup besar pengaruh efikasi core skills terhadap

kesiapan kerja dimana ketika individu untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi

maka individu tersebut juga memiliki efikasi core skills yang tinggi.

Kapasitas akademik yang dilambangkan dengan gelar sarjana dan

perolehan nilai, kontribusinya tak lebih dari 30% hingga 40% pada pencapaian

karir seseorang. Sisanya, justru ditentukan oleh soft skill, mulai dari kemampuan

berkomunikasi, bekerja dalam tim, kemampuan beradaptasi, serta pemikiran

14

yang terbuka (Kompas, 10 Juli 2007). Yang menjelaskan bahwa untuk siap kerja

seseorang harus terlebih dahulu memiliki soft skills. Lulusan yang memiliki

kemampuan core skills akan menjadi lebih aktif dan tanggap dalam melakukan

pekerjaannya. Dan lulusan yang memiliki core skills akan bekerja lebih baik

dibandingkan dengan lulusan yang tidak memiliki core skills tersebut.

Wea (2007) menyatakan bahwa sikap angkatan kerja juga sangat

mempengaruhi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Kemudian

Gould & Harvey (1999), menjelaskan bahwa penerimaan karyawan yang diambil

dari lulusan dipengaruhi juga dua kombinasi yaitu pengalaman kerja penuh dan

part time. Kemudian kondisi mental atau kejiwaan juga dapat mempengaruhi

kesiapan kerja seseorang. Hal ini dikarenakan adanya rehabilitasi terlebih dahulu

sebelum individu tersebut masuk kembali ke dunia kerja (Roberts dan Pratt,

2007).

Hasil kategorisasi pada nilai masing-masing skala menunjukkan bahwa

efikasi core skills pada mahasiswa semester akhir berada dalam kategori tinggi.

Para mahasiswa yang menjadi subjek penelitian rata-rata memiliki efikasi core

skills yang berada dalam kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa keyakinan

para mahasiswa mengenai kemampuan dasar yang dimiliki yang diperlukan

untuk masuk ke dunia kerja, adalah tinggi. Hal ini disebabkan oleh keyakinan

individu dalam memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas

atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil

tertentu (Bandura, 1997).

Sedangkan pada skala kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir

juga berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyono

(2004), kesiapan kerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan efikasi diri pada calon

15

tenaga Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi core

skills subjek mempengaruhi kesiapan kerja subjek itu sendiri. Hal ini dapat dilihat

bahwa kesiapan kerja yang dimiliki oleh kebanyakan subjek berada pada

kategori tinggi dan begitu juga pada efikasi core skills subjek berada pada

kategori tinggi.

Peneliti mengakui dalam penelitian ini masih terdapat beberapa

kelemahan, yaitu pada aspek pengalaman atau sejarah pekerjaan yang pernah

berhasil dilakukan pada skala kesiapan kerja tidak diikutsertakan dalam analisis

data. Hal ini dikarenakan aitem-aitem pada skala belum spesifik sesuai dengan

jurusan pendidikan yang diambil oleh subyek sehingga jawaban yang diperoleh

kurang sesuia dan juga adanya ketidaksesuain cara pengambilan data yaitu

menggunakan skala tertutup sehingga jawaban yang diterima tidak bisa dijawab

oleh mahasiswa semester akhir dan kurangnya data kualitatif berupa wawancara

dan observasi sebagai pendukung data penelitian dan pemilihan kata-kata dalam

penyusunan aitem yang kurang tepat menyebabkan adanya social desirability

pada subjek penelitian dalam mengisi skala sehingga kurang menggambarkan

keadaan yang dialami subjek penelitian.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan efikasi core skills memiliki hubungan dengan

kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Adanya hubungan antara

kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,740.

2. Hal ini berarti semakin tinggi efikasi core skills maka semakin tinggi pula

kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir. Begitu pula

16

sebaliknya semakin rendah efikasi core skills maka semakin rendah pula

kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa/i semester akhir.

3. Efikasi core skills memberikan sumbangan sebesar 54,8 % terhadap

kesiapan kerja dan selebihnya sebesar 45,2 % dipengaruhi oleh faktor lain di

luar efikasi core skills.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat

dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian yang berkaitan dengan efikasi core skills dan kesiapan kerja

pada mahasiswa semester akhir masih perlu untuk diungkap khususnya

yang berupa data kualitatif. Selain itu perlu dilakukan penelitian lain

dengan subjek yang berbeda, misalnya pada SMK-SMK dan alumni-

alumni fakultas lainnya sehingga menghasilkan berbagai macam variasi

penelitian.

b. Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih teliti dalam pemilihan aitem

dalam pembuatan skala yang sesuai dengan kondisi subjek sehingga

dapat meminimalisirkan adanya social desirability pada diri subjek saat

mengisi skala.

c. Untuk penelitian selanjutnya pada aspek kesiapan kerja yaitu

pengalaman atau sejarah keberhasilan dalam bekerja diharapkan

membuat aitem-aitem yang lebih spesifik lagi sesuai dengan jurusan

pendidikan yang diambil oleh subjek dan juga diukur dengan

17

menggunakan skala terbuka sehingga dapat memberikan gambaran

jawaban secara jelas.

2. Bagi Praktisi Pengembangan SDM

Dari hasil penelitian ini, efikasi core skills menjelaskan bahwa indikator efikasi

core skills memberikan pengaruh terhadap kesiapan kerja pada mahasiswa.

Sehingga bagi praktisi pengembangan SDM diharapkan untuk memasukkan

efikasi core skills ke dalam indikator yang dapat mempengaruhi kesiapan

kerja seseorang.

3. Bagi Mahasiswa/Peserta Pendidikan

Mahasiswa perlu memerhatikan mengenai efikasi core skills-nya yang dapat

mempengaruhi kesiapan kerja mereka.

4. Bagi Fakultas/Penyelenggara Pendidikan

Diharapkan untuk memperhatikan indikator efikasi core skills dimana

indikator ini mempengaruhi kesiapan kerja lulusan fakultas itu sendiri

18

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

________. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bandura, Albert. 1997. Self efficacy: the exercise of control. New York:Freeman

Bernaddin, H. J. & Russel, J. E. A. 1998. Human Resouce Management: An Experiential Approach. New York: Mc Graw-Hill

BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Employment Statistics, Population & Type of Activity (2004-2007) dan Unemployment by Educational Attaintment 2004-2007).Available at http://www.bps.go.id, 23/08/07

Chan, Henky, dkk. 2006. Validation of Lam Assessment of Employment Readiness (C-LASER) for Chinese Injured Workers. Journal Occupation Rehabilitation, 16:697-705

Green, Andy. 1998. Core Skills, Key Skills and General Culture: In Search of The Common Foundation in Vocational Education. Journal Evaluation and Research in Education, Vol 12, No. 1

Hadi, S. 2001. Statistik Jilid 1. Yogyakarta : Andi

__________. 2005. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi

Hardani, Sri. 2008. Ketrampilan, Kunci Sukses Masa Depan. Kedaulatan Rakyat, 26/04/08

Jamil, Bahrum. 2007. Kompetensi Alumni Memasuki Dunia Kerja. Artikel, at http://www.waspada.com, 21/01/08

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press

Nugroho. 2006. Menimbang Daya Saing Perguruan Tinggi. Artikel, http://.www.suaramerdeka.com, 23/08/07

Pajares, Frank. 2005. Current Directions in Self Efficacy Research.

http://.www.emory.edu/EDUCATION/mpp/epp.html, 31/01/08

19

Project, The Keynote. 2007. Key Skills Audit. http://.www.the keynote project.com, 06/12/07

Rizvi, Afiani, dkk. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika, Tahun II, No. 3, hal. 51 – 66

Robert, M, M and C. W. Pratt. 2007. Putative Evidence of Employment Readiness. Psychiatric Rehabilitation Journal, Vol. 30, N0. 3, 175-181

Scottish Qualification Authority. 2001. Core Skills Framework: An Introduction. http://.www.sqa.org.uk/files/svg/coreskills/qa/pdf, 12/05/06

Soeparno, Erman. 2007. Kartu Kuning Harus Digratiskan. Radar Jogja, 2/03/07

Sudhamek A.W.S. 2007. Mengasuh SDM Sebagai Agen Perubahan. Artikel. http://.www.jendela_mbi.php.htm, 23/08/07

Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset

Tim penyusun Hibah A3 Psikologi. Angket Transferable Core Skills. Universitas Islam Indonesia

Tim Penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Wahyono, Tekad. 2004. Peningkatan Kesiapan Kerja Melalui Pelatihan Efikasi Diri Dalam Bidang Pekerjaan Pada Calon Tenaga Kerja. Jurnal Psikologika, Tahun IX, No. 18, hal. 54 – 63

Ward, V. G. And D. I. Riddle. 2006. Building Employment Readiness. Jurnal. http://.natcon.org/natcon/papers/natcon_papers_2006_e6.pdf, 25/11/07

_______. 2002. Ensuring Effective Employment Services. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2003/pdf/pdf-02-11.pdf, 31/01/08

_______. 2004. Maximizing Employment Readiness. Jurnal.

http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2004/pdf/pdf-04-08.pdf, 31/01/08

_______. 2005. Measuring and Evaluating Performance. Jurnal. http://.conat.org/papers/natcon_papers_2005_e10.pdf, 31/01/08

20

_______. 2003. Measuring Employment Readiness. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2003/pdf/pdf-03-03.pdf, 31/01/08

_______. 2000. Ongoing Career Management in the Millennium. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2004/pdf/pdf-04-08.pdf, 31/01/08

Wea, Jacob Nuwa. 2007. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja. Artikel, http://.www.pikiranrakyat.com, 22/05/07

Wijaya, Vina, dkk. ‘Hari Gini’ Cuma Modal Ijazah dan IPK. 2007. Kompas, 10/07/07

Vinokur, Amiram. D, Jim Nam Choi dan Richard H. Price. 2003. Self Efficacy Changes in Groups: Effects of Diversity, Leadership, and Group Climate. Journa; of Organizational Behaviour, Vol 24, 357-372. http://.www.interscience.wiley.com, 10/07/07

Zulaifah, Emi, dkk. 2007. Relevant Competencies for Psychology Graduates. Biennial International Conference On I/O Psychology

21

IDENTITAS PENULIS

Nama : Reni Tri Wijayanti

Alamat Rumah : Jl. Melur no. 15 Komplek Pusri Palembang

Sumatera Selatan

No. Telp/HP : 0711-712222 ex. 2915/ 08179447779