hiperemesis gravidarum fad
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
1/9
0
Hiperemesis Gravidarum
Latar BelakangPada sebagian besar perempuan, mual dan muntah umum terjadi hingga usia
kehamilan 16 minggu. Pada beberapa perempuan, dapat menjadi berat dan tidak dapat
diperbaiki dengan modifikasi makanan ringan dan antiemetik.1 Insidennya adalah 1 dari 200
kehamilan (0.5%).2 Sumber lain menyatakan insidennya bervariasi antara 0.3% hingga 2%
dari seluruh kehamilan.3
Sumber lain menyatakan bahwa insidennya semakin jarang saat ini (kurang dari 1 dari
1000 kehamilan). Alasannya adalah pengetahuan perencanaan keluarga yang lebih baik
sehingga kehamilan tidak direncanakan semakin berkurang, asuhan antenatal lebih dini, dan
antihistamin poten serta obat antiemetik yang semakin baik.4
Mual dan muntah sangat umum terjadi selama hamil, dan terjadi pada 50-90% semua
perempuan. Hanya 20% perempuan yang mengalami gejala ini sepanjang kehamilan.
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai muntah berat sehingga menyebabkan efek
pada kesehatan ibu dan atau ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari, meliputi
kehilangan berat badan yang berat, defisiensi nutrisi, dehidrasi, alkalosis dari hilangnya asam
hidroklorik, dan hipokalemia.1,3,4
Asidosis berkembang dari kelaparan. Bahkan, dapat terjadi disfungsi hepar transien.
Insiden pada populasi bervariasi, dan tampaknya terdapat predileksi etnik atau familial. Pada
studi berdasarkan populasi dari California dan Nova Scotia, perawatan untuk hiperemesis
adalah 0.5 hingga 0.8 persen. Perawatan jarang terjadi pada perempuan obesitas. Perempuan
yang pernah dirawat karena hiperemesis, hingga 20% membutuhkan perawatan pada
kehamilan berikutnya.1
Etiologi
Etiologi terjadinya hiperemesis hingga saat ini belum jelas. Keadaan ini biasanya
terjadi pada trimester pertama, kehamilan pertama, riwayat keluarga hiperemesis gravidarum,
mola hidatidosa dan kehamilan multipel, dan kehamilan yang tidak direncanakan.4
1. HormonHiperemesis berhubungan dengan peningkatan kadar serum hormon kehamilan.
Meskipun stimulus pasti tidak diketahui, hCG (human chorionic gonadotropin), estrogen,
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
2/9
1
progesteron, leptin, hormon pertumbuhan plasenta, prolaktin, tiroksin, dan hormon
adrenokortikal.1-3
a. HCGHCG adalah faktor endokrin paling penting untuk terjadinya hiperemesis
gravidarum. Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara peningkatan
produksi HCG (seperti dalam kehamilan mola atau multipel) dan fakta insiden
hiperemesis paling tinggi ketika produksi HCG mencapai puncaknya selama
kehamilan (sekitar 9 minggu). Meskipun demikian, tidak terdapat bukti
mendukung hipotesis tersebut. Beberapa perempuan hamil tidak mengalami
mual dan muntah meskipun terjadi peningkatan kadar HCG. Pasien yang
mengalami koriokarsinoma tidak selalu muntah. Hal tersebut dijelaskan
dengan kemungkinan bahwa terdapat isoform HCG yang berbeda. Sebagai
tambahan, interaksi reseptor-hormon mungkin memodifikasi efek HCG
menyebabkan hiperemesis pada beberapa kasus, tetapi tidak ada konsekuensi
muntah.5
b. ProgesteronPada sebuah studi pada 44 perempuan hamil (22 perempuan hiperemesis, dan
22 perempuan hamil sehat) menunjukkan bahwa perempuan hiperemesis
mempunya kadar progesteron lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa
hiperemesis. Meskipun demikian, terdapat penelitian lain yang membuktikan
sebaliknya. Progesteron mungkin mengurangi motilitas gastrointestinal selama
kehamilan.5
c. EstrogenPeningkatan kadar estrogen dan estradiol diketahui menyebabkan mual dan
muntah selama kehamilan. Adanya fetus perempuan berhubungan dengan
mual dan muntah, menjelaskan terjadinya peningkatan konsentrasi estrogen in
utero.5
d. HipertiroidismeFungsi tiroid secara fisiologis berubah selama kehamilan, termasuk stimulasi
oleh HCG. Hipertiroidisme dengan fT3 dan fT4, tetapi kadar TSH menurun,
mungkin berimplikasi pada hiperemesis gravidarum. THHG (transient
hyperthyroidism of hyperemesis gravidarum) adalah penemuan berdasarkan
skrining pada perempuan dengan peningkatan kadar HCG dan fT4. THHG
mungkin bertahan hingga minggu 18 kehamilan, dan tidak membutuhkan
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
3/9
2
pengobatan. Kondisi ini mungkin sebagian disebabkan oleh kadar HCG yang
tinggi dan sering dijumpai pada pasien dengan hiperemesis gravidarum karena
HCG dan TSH mempunya struktur protein yang mirip, sehingga HCG mampu
bertindak seperti TRH dan terjadi hiperstimulasi tiroid. THHG didiagnosis
berdasarkan:
a. Serologi patologis selama hiperemesis;b. Tidak ada riwayat hipertiroid sebelum kehamilan;c. Tidak adanya antibodi tiroid.6
2. PsikogenikTidak ada keraguan bahwa tidak semua kasus berat, dan terdapat hubungan
psikologis. Pada beberapa kasus, hiperemesis diberikan sebagai alasan untuk
terminasi elektif.3,4
3. Defisiensi dietDiduga cadangan karbohidrat sedikit. Selain itu, defisiensi vitamin B6,
vitamin B1, dan protein mungkin memberikan efek.1,3-5
4. Alergi atau imunologiLaporan terbaru juga menunjukkan hubungan antara keparahan hiperemesis
dengan konsentrasi sel-sel bebas DNA fetus. DNA fetus berasal dari destruksi
trofoblas villi yang membatas rongga intervilli diisi dengan darah maternal. DNA
fetus dihancurkan oleh sistem imun maternal yang hiperaktif. Aktivasi fungsional dari
natural killer dan sel T-sitotoksik ditemukan lebih jelas pada perempuan hiperemesis
daripada tanpa hiperemesis. Secara klinis, keparahan hiperemesis berhubungan
dengan peningkatan DNA fetus. Jika sistem imun maternal telah mentoleransi fetus,
miometrium diinvasi oleh pertumbuhan trofoblas, tetapi adanya interaksi imun antara
ibu dan fetus, invasi trofoblas ke miometrium akan menyebabkan peningkatakan
konsentrasi DNA fetus dalam plasma maternal. Hiperaktivasi sistem imun maternal
akan menyebabkan hiperemesis. Lebih lanjut, kadar TNF-alfa ditemukan lebih tinggi
pada pasien dengan hiperemesis, dan dapat menjadi etiologi. Kadar IL-6 juga
ditemukan memperkuat sekresi -hCG dari sel trofoblas.5
5. Penurunan motilitas gaster46. Helicobacter pylori
Hubungan infeksi H. pylori telah diajukan, tetapi bukti belum ada. Goldberd,
dkk menunjukkan studi 14 kasus kontrol. Meskipun analisis diindikasikan, hubungan
antara H. pylori dan hiperemesis, heterogenisitas antara beberapa kelompok studi
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
4/9
3
ekstensif. Pada waktu ini, kami tidak mendiagnosis dan merawat infeksi gaster pada
perempuan dengan hiperemesis. Selain itu, H. pylori juga berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya preeklampsia. Pada studi oleh Dodds dkk, insiden
hipertensi dalam kehamilan tidak berbeda antara kelompok kasus dan kontrol. H.
pylori juga berhubungan dengan defisiensi besi pada kehamilan.1,3-5
7. Faktor lainFaktor-faktor lain yang meningkatkan risiko perawatan adalah hipertiroidisme,
kehamilan mola sebelumnya, diabetes, penyakit gastrointestinal, dan asma. Untuk
sebab yang tidak jelas, fetus perempuan meningkatkan risiko hingga 1.5 kali
terjadinya hiperemesis.1
Perubahan Metabolisme, Biokimia, dan Sirkulasi
Tidak adekuatnya asupan makanan menyebabkan kekurangan glikogen. Suplai energi,
simpanan lemak dipecah. Karena karbohidrat yang rendah, terdapat oksidasi tidak lengkap
dari lemak dan akumulasi badan keton dalam darah. Aseton biasanya diekskresikan melalui
ginjal dan pernapasan. Selain itu, terjadi pula peningkatan metabolisme protein dari jaringan
endogen sehingga terjadi ekskresi berlebihan dari nitrogen nonprotein dalam urine.
Hilangnya air dan garam melalui muntah menyebabkan penurunan natrium, kalium,
dan klorida plasma. Klorida urine mungkin dibawah normal 5 mg/liter atau mungkin tidak
ada. Disfungsi hepar menyebakan asidosis dan ketosis sehingga terjadi peningkatan urea
darah dan asam urat, hipoglikemia, hipoproteinemia, hipovitaminosis, dan
hiperbilirubinemia.
Dalam sistem sirkulasi, dapat terjadi hemokonsentrasi sehingga terjadi peningkatan
persentase hemoglobin, jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit. Selain itu, terdapat
jumlah sel darah putih dengan peningkatan eosinofil. Selain itu, terjadi pengurangan cairan
ekstraseluler.4
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Urinalisis: berat jenis dan bilirubin. Berat jenis menilai status cairan pasien danbilirubin digunakan untuk mengevaluasi hepatitis dan hemolisis. Selain itu, jumlah
urine sedikit, warna gelap, dan adanya aseton.
Elektrolit serum: kalium dan kreatinin diperlukan secara khusus.
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
5/9
4
Fungsi hati: tes ini menilai dehidrasi berat, dan akan meningkat pada keadaanhepatitis.
Fungsi tiroid: menyingkirkan tirotoksikosis.2,4Ultrasonografi: mengeksklusikan kemungkinan kehamilan mola, kehamilan mola parsial,ataupun kehamilan multipel.2,3
EKG: mendeteksi kelainan kalium.4
Diagnosis diferensial
Apendisitis akut Obstruksi usus Keracunan makanan Hepatitis Hernia hiatus Hipertiroidisme Kehamilan mola Pankreatitis Penyakit ulkus peptida
Pielonefritis Kolik renal2,5
Manifestasi Klinis
Hiperemesis gravidarum bermanifestasi antara minggu 4 dan 10 dan menghilang pada
minggu 20 kehamilan.2 Puncaknya terjadi pada antara minggu 8 dan minggu 12. Hanya pada
kasus yang sangat jarang, berlanjut hingga trimester kedua.3
Gambaran klinis dibagi 2, yaitu awal dan lanjut. Gejala awal adalah muntah sepanjang
hari tanpa bukti dehidrasi dan kelaparan. Gejala lanjut timbul jika dehidrasi dan kelaparan.
Gambaran dehidrasi dan ketoasidosis adalah lidah kering, mata cekung, bau aseton melalui
napas, takikardia, hipotensi, peningkatan suhu, jaundice.4
Komplikasi
Muntah dapat berkepanjangan, sering, dan berat. Kadar zinc plasma meningkat, kadar
tembaga menurun, dan kadar magnesium tidak berubah. Penemuan lebih dini pada sepertiga
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
6/9
5
perempuan dengan hiperemesis adalah elektroensefalogram (EEG) abnormal. Komplikasi
fatal potensial dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Komplikasi Mengancam Nyawa1,4
Hiperemesis gravidarum rekalsitran
Depresisebab versus efek?
Ruptur esofagussindrom Boerhaave
Hipotrombinemiavitamin K
Komplikasi hiperalimentasi
Robekan Mallory-Weiss perdarahan, pneumothrorax, pneumomediastinum,
pneumoperikardium
Gagal ginjalmungkin membutuhkan dialisis
Ensefalopati Wernickedefisiensi tiamin
Defisiensi vitamin K koagulopati maternal dan perdarahan intrakranial fetus
Terapi
Tujuan terapi adalah untuk mengendalikan muntah, mengoreksi cairan, elektrolit, dan
gangguan metabolit lain, serta untuk mencegah atau mendeteksi secara lebih awal komplikasi
yang mungkin terjadi.4
Review Cochrane oleh Jewell mengkonfirmasi bahwa larutan kristaloid diberikan
untuk mengoreksi dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan ketidakseimbangan asam basa.
Thiamin, 100 mg, diberikan untuk mencegah ensefalopati Wernicke. Jika muntah
berkelanjutan setelah rehidrasi dan kegagalan terapi, perawatan direkomendasikan.1
Berdasarkan SOGC, piridoksin sebaiknya digunakan sebagai standar karena terbukti efektif
dan keamanannya.7,8
Pasien sebaiknya mengubah gaya hidup dan diet. Pasien sebaiknya menghindari bau
yang tidak enak, makan sedikit tetapi sering, dan memisahkan makanan padat dan cairan
setidaknya 2 jam.3 Pasien boleh makan makanan apapun yang menarik bagi pasien.7,8
Pada persentase kecil, perempuan yang muntah berkelanjutan, dipertimbangkan untuk
memberikan nutrisi enteral. Vaisman, dkk mendeskripsikan keberhasilan menggunakan
nasojejunal feeding hingga hari ke 21. Perkutaneous endoskopi gastrotomi dengan port
jejunal PEG (J) dideskripsikan oleh Schrag, dkk. Berdasarkan pengalaman kami, hanya
sedikit perempuan yang memerlukan nutrisi parenteral. Studi dari 166 perempuan, Folk dkk
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
7/9
6
melaporkan bahwa 16 persen, akses vena sentral diperlukan untuk nutrisi. Komplikasi yang
timbul adalah sepsis pada 25% kasus, dan trombosis serta endokarditis pada satu perempuan.
Pada perawatan, pasien sebaiknya mendapatkan rehidrasi intravena untuk 24-48 jam
dengan cairan isotonik yang terdiri dari dekstrosa. Setelah 48 jam, diet dapat diberikan mulai
cairan hingga makanan karbohidrat sederhana, seperti roti kering.2
Koreksi dengan cairan dilakukan dengan cepat. Jika tidak bisa dengan oral, dilakukan
melalui intravena.3 Makanan oral dihentikan selama 24 jam selama masih muntah. Selama
periode ini, cairan diberikan melalui intravena. Jumlah cairan yang diberikan selama 24 jam
adalah 3 liter, setengahnya adalah dekstrosa 5%, dan setengahnya adalah ringer laktat.
Jumlah tambahan dekstrosa 5% setara dengan jumlah muntah dan urine dalam 24 jam.
Elektrolit serum dipertimbangkan juga dalam pemberian cairan.4,5
Antiemetik, seperti prometazine, prochlorperazine, chlorpromazine, atau
metokloperamid diberikan melalui parenteral.
Obat ini aman dan efektif. Prometazine dan prokloperazine digunakan secara oral dan secara rektal dan sangat
populer di Amerika.
Droperidol adalah antagonis dopamin yang tidak berespon sebagai terapi lini pertama.Infus berkelanjutan efektif untuk kasus yang refrakter.
Theclizine dan cyclinine adalah antihistamin yang efektif sendiri maupun kombinasidengan vitamin B6.2
Metokloperamid mempercepat pengosongan lambung.2,7,8 Terapi alternatif: jahe, akupressure pada titik PC-6, stimulasi aferen sensoris dengan
TENS (transcutaneous nerve stimulation) pada P6 di pergelangan tangan.2,6
Ondansentron terbukti efektif pada kasus yang refrakter.2Terdapat sedikit bukti bahwa pengobatan dengan glukokortikoid efektif. Dua percobaan
telah menemukan bahwa tidak ada keuntungan metilprednisolon dibandingkan dengan
plasebo, tetapi kelompok yang mendapat steroid mempunyai kecenderungan perawatan ulang
lebih rendah. Bondok, dkk menemukan bahwa terapi yang ditambahkan hidrokortison lebih
baik dibandingkan metokloperamid untuk mengurangi muntah dan perawatan ulang.1
Sementara itu, berdasarkan SOGC, kortikosteroid sebaiknya dihindari pada trimester pertama
karena kemungkinan dapat meningkatkan risiko terjadinya bibir sumbing dan dihindari pada
kasus yang kambuh.7
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
8/9
7
Antagonis serotonin adalah agen paling efektif untuk mengendalikan mual dan
muntah yang disebabkan kemoterapi. Bagaimanapun, ondansetron tidak lebih baik
dibandingkan prometazine. Antagonis serotonin tidak terbukti menyebabkan teratogenisitas.
Dengan muntah persisten setelah perawatan, langkah tepat sebaiknya diambil untuk
mengeksklusikan kemungkinan penyakit penyebab hiperemesis. Kemungkinan lain adalah
gastroenteritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptik, dan pielonefritis.
Preeklampsia dan perlemakan hati dipertimbangkan setelah pertengahan kehamilan. Selain
itu, tirotoksikosis dipertimbangkan sebagai sebab hiperemesis, dan kemungkinan terjadi
peningkatan abnormal kadar tiroksin serum lebih tinggi daripada kadar serum rata-rata hCG.
Hal tersebut dideskripsikan sebagai hipertiroidisme kimia. Panessar, dkk menunjukkan
bahwa sebuah kohort dengan perempuan hiperemesis mempunyai kadar serum tirotropin
lebih rendah. Kadar serum bebas tiroksin akan kembali normal lebih cepat dengan hidrasi.
Setelah mendapat terapi, perawatan berulang dapat terjadi sebanyak 25-35%. Jika
berhubungan dengan faktor psikiatri dan sosial, perempuan biasanya membaik dengan
perawatan, dan kambuh ketika pulang. Diperlukan terapi psikososial untuk mengatasi
masalah tersebut.1
Terminasi kehamilan jarang dilakukan. Jika komplikasi berhubungan dengan
gangguan ginjal atau neurologi dipertimbangkan untuk dilakukan terminasi.4
-
7/30/2019 Hiperemesis Gravidarum Fad
9/9
8
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetrics. 23rd Edition. New
York: McGraw Hill; 2010.
2. Evans AT. Manual of Obstetrics. 7th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007.
3. Philip B. Hyperemesis Gravidarum: Literature Review. Wisconsin Medical Journal 2003;
102(3): 46-51.
4. Duta DC. Textbook of Obstetrics. 6th Edition. Calcutta: New Central Book Agency; 2009.
5. Jueckstock JK, Kaetner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal
challenge. BMC Medicine 2010;8:46.
6. Sonkusare S. Hyperemesis Gravidarum: A Review. Med J Malaysia 2008;63(3).
7. Arsenault MY, Lane CA. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy. J
Obstet Gynaecol Can 2002;24(10):817-23.
8. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum: Assessment and Management. Australian Family
Physician 2007;36(9).