hindiarti_5113413007.pdf

24
ARTIKEL PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA ALAY DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS BAHASA INDONESIA SEMESTER II Disususn Oleh: Hindiarti 5113413007 Teknik Sipil Rombel 63 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: muhammad-khaerudin

Post on 23-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • ARTIKEL

    PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA ALAY DALAM

    PROSES BELAJAR MENGAJAR

    DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS BAHASA INDONESIA

    SEMESTER II

    Disususn Oleh:

    Hindiarti

    5113413007

    Teknik Sipil

    Rombel 63

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A Latar Belakang Masalah

    Belakangan ini pengguaan bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata

    maupun kehidupan fiksi, sudah mulai mengalami interverensi dan mulai bergeser

    digantikan oleh penggunaan bahasa alay. Dengan pemakaian bahasa alay

    pemakainya akan dikatakan orang modern atau orang kota dan bukan orang

    daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah, karena bahasa alay

    itu sangat dekat denagn bahasa Betawi yang tidak lain adalah salah satu daerah

    juga di Indonesia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa alay tentunya lebih modern

    dan lebih maju bahasa Indonesia. Ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa

    tingkat nasional yang merupkan gabungan dari bahasa daerah di Indonesia dan

    bahasa asing. Sedangkan bahasa alay merupakan bahasa tingkat daerah yang

    berasal dari daerah Betawi.

    Pengguna bahasa alay dalam masyarakat luas di Indonesia tentunya

    berdampak negatif terhadap pengguna bahasa Indonesia secara baik dan benar

    pada saat ini dan masa yang akan datang. Saat ini masyarakat sudah banyak

    menggunakan bahasa alay dan parahnya lagi generasi muda Indonesia tidak lepas

    dari penggunaan bahasa alayl ini. Bahkan para generasi muda inilah yang paling

    banyak menggunakan bahasa alay daripada bahasa Indonesia di kehidupan sehari-

    hari.

    Penggunaan bahasa alay dikalangan remaja dan anak muda sudah sangat

    luas, dan sudah memprihatinkan, karena bahasa alay yang mereka gunakan sudah

    aneh-aneh. Penggunaannya sudah tidak tahu tempat dan suasana, dengan siapa

    mereka bicara. Dengan terjadinya hal ini, sudah merusak keahlian dan kebakuan

    bahasa Indonesia.

    Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di Negara Kesatuan

    Republik Indonesia ini. Dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan

    benar, berati kita sudah menjunjung tinggi Bahasa Persatuan sebagaimana

    tercantum dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Menjunjung tinggi

    bahasa Indonesia bukan berarti kita melupakan bahasa daerah masing-masing.

  • Kita lebih baik berbahasa daerah daripada berbahasa alay dalam situasi

    yang tidak resmi apalagi dalam suasana resmi. Mengapa demikian? Karena

    dengan kita menggunakan bahasa daerah kita sudah melestarikan bahasa daerah

    yang merupakan pemerkaya bahasa nasional yang sekaligus pemerkaya bahasa

    Indonesia.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas

    adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana penggunaan bahasa alay di kalangan siswa?

    2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa alay terhadap perilaku siswa?

    3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahasa alay dalam

    proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?

    4. Bagaimana cara meminimalisasi penggunaan bahasa alay dalam proses

    kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?

    C. Tujuan

    Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai

    berikut:

    1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa alay di kalangan remaja.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan bahasa alay terhadap

    perilaku remaja.

    3. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang yang ditimbulkan akibat

    penggunaan bahasa alay dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam

    kelas.

    4. Untuk mengetahui cara meminimalisasi penggunaan bahasa alay dalam proses

    kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?

    D. Metodologi Penelitian

    Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik studi

    pustaka sebagai teknik utama. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari

    referensi sumber bacaan dari koran, majalah, dan buku mengenai topik yang kami

    bahas, baik itu melalui perpustakaan dan internet.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Asal Usul Bahasa

    Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai

    bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi.Ada dugaan kuat bahasa

    nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan

    bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial .Lebih dari itu, bahasa ucap

    bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara

    tepat di berbagi lokasi dalam sistem milik manusia yang memungkinkannya

    membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk menghasilkan

    ucapan.Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan manusia lebih

    awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat jari-jemari dan tangan yang

    memudahkan komunikasi noverbal. Konon, hewan primata (kera, monyet, gorila

    dan sejenisnya) berevolusi sejak kira-kira 70 juta tahun lalu, dimulai dengan

    hewan mirip tikus kecil yang hidup sejaman dengan dinosaurus.

    Dulu, nenek moyang kita yang juga disebut Cro Magnon ini tinggal di

    gua-gua. Mereka mempunyai sosok seperti kita, hanya saja lebih berotot dan lebih

    tegap, mungkin karena hidup mereka peuh semangat dan makan makanan yang

    lebih sehat. Mereka adalah pemburu dan pengumpul makanan yang berhasil.

    Ketika mereka belum mapu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi dengan

    gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, cadas dan dinding gua yang

    banyak ditemukan di Spanyol dan Perancis Selatan. Mereka menggambarkan

    bison, rusa kutub dan mamalia lainnya yang mereka buru. Inilah sarana pertama

    yang dikenal manusia untuk merekan informasi.

    Dalam tahap perkembangan berikutnya, antara 40.000 dan 35.000 tahun

    lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan.Ini mungkin karena mereka

    punya struktur tengkorak, lidah dan kotak suara yang mirip dengan yang kita

    miliki sekarang. Kelebihan homo sapiens dari makhluk sebelumnya adalah

    kemampuan mereka untuk mengembangkan salah satu jenis tanda yang disebut

    dengan simbol atau lambang. Sedangkan makhluk hidup sebelumnya lebih

  • mengandalkan ikon, sinyal atau indeks dalam komunikasi mereka.Kemampuan

    berbahasa inilah yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti

    makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah. Karena Cro Magnon dapat

    berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep, berburu dengan

    cara yang keras dan cuaca yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan.

    Sekitar 10.000 tahun Sebelum Makanan mereka menemukan cara-cara

    bertani demi kelangsunagn hidup mereka. Pendek kata, homo sapiens semakin

    makmur dari abad ke abad, karena mereka memiliki banyak pengetahuan untuk

    bertahan hidup dan mengembangan budaya mereka, yang kemudian mereka

    wariskan kepada generasi berikutnya. Mereka tidak hanya menggarap tanah dan

    beternak tetapi juga mengembangkan teknologi termasuk penggunaan logam,

    anyaman.Roda, kereta dan barang tembikar.Mereka juga punya waktu untuk

    bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi.Namun mereka belum

    dapat menulis.Sementara itu, bahasa pun semakin beraneka ragam.Cara bicara

    baru berkembang ketika orang-orang menyebar ke kawasan-kawasan baru tempat

    mereka menemukan dan mengatasi problem-problem baru.Bahasa-bahasa lama

    pun terus berevolusi dari generasi ke generasi.

    Sekitar 5000 tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan

    memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Transisi

    paling dini dilakukan bangsa Sumeria dan bagsa Mesir kuno, lalu juga bangsa

    Maya dan bangsa Cina yang mengembangkan sistem tulisan mereka secara

    independen. Tahun 2000 Sebelum Masehi, papirus digunakan secara luas di Mesir

    untuk menyampaikan pesan tertulis dan merekam informasi. Penyebaran sistem

    tulisan itu akhirnya sampai juga ke Yunani.Bangsa Yunanilah yabg kemudian

    menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan ini. Menjelang kira-kira

    500 Sebelum Masehi, mereka telah menggunakan alfabet ini secara luas.

    Akhirnya alfabet Yunani itu diteruskan ke Roma tempat sistem tulisan itu

    disempurnakan lagi.Sistem tulisan dan bahasa lisan itu terus berkembang hingga

    kini.Kita pun memasuki era pada abad ke 15, yang beberapa abad kemudian

    disusul oleh era radio, era televisi dan kini era komputer.Kesemuanya merekam

    hasil peradaban manusia untuk disempurnakan lagi oleh generasi-generasi

    mendatang lewat kemampuan mereka dalam berbahasa.

  • B. Pengertian Bahasa

    Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan

    sesuatu yang terlintas di dalam hati.Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat

    untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk

    menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.Dalam studi

    sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,

    bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.

    Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah

    komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.Sistem bahasa berupa

    lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang

    disebut makna atau konsep.Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau

    menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap

    suatu ujaran bahasa memiliki makna.Contoh lambang bahasa yang berbunyi

    nasi melambangkan konsep atau makna sesuatu yang biasa dimakan orang

    sebagai makanan pokok.

    C. Karakteristik Bahasa

    Telah disebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi,

    bersifat abritrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.Dari pengertian

    tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abritrer,

    produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.

    a. Bahasa Bersifat Abritrer

    Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang

    dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan

    mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.Secara kongkret,

    alasan kuda melambangkan sejenis binatang berkaki empat yang bisa

    dikendarai adalah tidak bisa dijelaskan.

    Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur

    suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang

    dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang buku hanya

    digunakan untuk menyatakan tumpukan kertas bercetak yang dijilid, dan

  • tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti

    dia telah melanggar konvensi itu.

    b. Bahasa Bersifat Produktif

    Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas,

    namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.Misalnya,

    menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta

    bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi

    dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak

    terbatas.

    c. Bahasa Bersifat Dinamis

    Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai

    kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat

    terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan

    leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang

    muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

    d. Bahasa Bersifat Beragam

    Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun

    karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai

    latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi

    beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada

    tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan

    yang digunakan di Yogyakarta.Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di

    Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.

    e. Bahasa Bersifat Manusiawi

    Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia.Hewan tidak

    mempunyai bahasa.Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang

    berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia

    dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi

    dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia,

    oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

    D. Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia

  • Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki

    orang, objek dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial.

    Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan, termasuk

    perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa

    dan basis bahasa dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang

    lalu menjadi konvensi. Mengapa matahari disebut matahari? Karena ia disebut

    matahari! Adalah keliru menganggap sesuatu itu mempunyai hanya satu nama

    yang benar. Benda yang kita terima dari tukang pos kita sebut surat. Ketika isinya

    kita ketahui menawarkan barang atau jasa kita sebut iklan.Karena kita tidak

    tertarik pada penawaran itu, benda itu kita buang ke keranjang sampah.Bagaimana

    kita menjuluki Emha Ainun Najib?Budayawan, cendekiawan, seniman, pelukis,

    kolumnis, kiai, penyanyi atau pelawak? Salah satu menjawabnya : Bergantung

    pada apa yang sedang ia lakukan saat itu. Bila ia sedang berceramah agama, ia

    kiai. Bila iamsedang menulis buku, artikel atau kolom ia penulis dan bila ia

    penulis dan bila ia sedang menyanyi dengan iringan kelompok musiknya ia

    penyanyi. Suatu objek mempunyai beberapa tingkat abstraksi.Ibu kita adalah ibu,

    ibu adalah wanita, wanita adalah manusia, manusia adalah makhluk hidup dan

    makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan.Semakin luas kelasnya, semakin abstrak

    konsep tersebut.Sepanjang hidup kita sebenarnya belajar mengabstraksikan segala

    sesuatu.

    Menurut Larry L.Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: Penamaan (naming

    atau labelling), interaksi dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan

    merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan

    menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi,

    menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat

    mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui

    bahasa, informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga Anda tidur kembali, dari

    orang lain, baik secara langsung atau tidak (melalui media massa misalnya).

    Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi informasi yang lintas waktu,

    dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan

    kesinambungan budaya dan tradisi kita .Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar

  • informasi; kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita

    rujuk dalam komunikasi kita.

    Dalam pada itu, Cansandra L. Book (1980), dalam Human

    Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar

    komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

    untuk mengenal dunia kita; berhubungan dengan orang lain; dan untuk

    menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Fungsi pertama bahasa ini jelas

    tidak terelakan. Melalui bahasa Anda mempelajari apa saja yang menarik minat

    Anda, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu yang tidak

    penah Anda temui, seperti bangsa Mesir kuno atau bangsa Yunani. Kita dapat

    berbagi pengalaman, bukan hanya peristiwa masa lalu yang kita alami sendiri,

    tetapi juga pengetahuan tentang masa lalu yang kita peroleh melalui sumber

    kedua, seperti media cetak atau media elektronik. Kita juga menggunakan bahasa

    untuk memperoleh dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pengalaman

    kita atau pendapat kita. Melalui bahasa pula Anda memperkirakan apa yang akan

    dikatakan atau dilakukan seorang kawan Anda, seperti dalam kalimat Kemarin

    kawan saya itu begitu marah kepada saya. Meskipun gambaran kita mengenai

    masa depan tidak terlalu akurat, setidaknya bahasa memungkinkan kita

    memikirkan, membicarakan dan mengantisipasi masa depan, misalnya apa yang

    akan terjadi terhadap manusia dan alam semestaa berdasarkan dugaan yang

    dikemukakan oleh para ahli ilmu pengetahuan dan orang bijak lainnya, juga

    berdasarkan wahyu Tuhan atau sabda Nabi.

    Fungsi kedua bahasa, yakni sebagai sarana untuk berhubungan dengan

    orang lain, sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi sosial dan instrumental.

    Ringkasnya, bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk

    kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui

    bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang sekitar

    kita.Seorang nyonya rumah dapat memerintahkan, Tolong bawakan minuman

    buat saya kepada pelayannya.Seorang kandidat dari sebuah partai politik dapat

    menyampaikan gagasannya, namun sekaligus juga membujuk rakyat untuk

    memilih partainya dan mempertimbangkan dirinya sebagai calon presiden yang

    potensial. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya

  • pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman yang sama dan makna yang

    sama yang kita berikan kepada kata-kita. Semakin jauh perbedaan antara bahasa

    yang kita gunakan dengan bahasa mitra komunikasi kita, semakin sulit bagi kita

    untuk mencapai saling pengertian. Meskipun orang Indonesia dan orang Malaysia

    berbicara bahasa Melayu, atau orang Amerika dan orang Inggris berbicara bahasa

    Inggris, mereka belum tentu mencapai kesepahaman, karena beberapa perbedaan

    yang ada dalam kedua bahsa tersebut.

    Sedangkan fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur,

    saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-

    tujuan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan semua itu dengan menyusun kata-

    kata secara acak, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita

    sepakati bersama. Akan tetapi, kita tidak sebenarnya tidak dapat selamanya dapat

    memenuhi ketiga fungsi bahasa tersebut, oleh karena itu, meskipun bahasa

    merupakan sarana komunikasi dengan manusia lain, saran ini secara inheren

    mengandung kendala, karena sifatnya yang cair dan keterbatasannya. Seperti

    dikatakan S.I Hayakawa, Kata itu bukan objek. Bila orang-orang memaknai

    suatu kata secara berbeda, maka akan timbul kesalahpahaman di antara mereka.

    E. Bahasa Alay

    1. Asal-usul Bahasa Alay

    Bahasa alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short

    Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif

    per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya.

    Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin

    melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang

    penerapan bahasa alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang

    lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah

    kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang

    membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan

    angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari

    yang dimaksud.

  • 2. Pengertian Bahasa Alay

    Alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena perilaku

    remaja di Indonesia. "Alay" merupakan singkatan dari "anak layangan"atau "anak

    lebay". Istilah ini merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak

    atau kampungan. Selain itu, alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan

    (lebay) dan selalu berusaha menarik perhatian. Seseorang yang dikategorikan alay

    umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup. Dalam gaya

    bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja

    menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan

    simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbicara

    dengan intonasi dan gaya yang berlebihan. Di Filipina terdapat fenomena yang

    mirip, sering disebut sebagai Jejemon.

    Alay merupakan sekelompok minoritas yang mempunyai karakterisitik

    unik di mana penampilan dan bahasa yang mereka gunakan terkadang

    menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa

    bersosialisasi dengannya. Biasanya para Alayers (panggilan para Alay)

    mempunyai trend busana tersendiri yang dapat menyebar cepat layaknya wabah

    virus dikalangan para Alayers yang lain, sehingga menciptakan satu keseragaman

    bentuk yang sedikit tidak lazim. Namun juga memiliki aturan huruf tersendiri,

    yaitu para alayers hanya diperbolehkan memakai 13 abjad huruf saja. Sisanya

    angka dan simbol.

    Kata Alay bisa diartikan sebagai Anak layangan, Anak lebay, Anak

    kelayapan, dan lain sebagainya. Di mana anak-anak tersebut sering didefinisikan

    sebagai anak-anak yang berkelakuan tidak biasa atau dapat dikatakan

    berlebihan. Anak-anak ini ingin diketahui statusnya diantara teman-teman

    sejawatnya, mereka ingin selalu memperlihatkan ke-eksis-an atau kenarsisan

    mereka dalam segala hal. Misalnya dalam hal berpakaian, bertingkah laku, serta

    berbahasa (baik lisan maupun tulis). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka

    dapat diketahui bahwa bahasa alay adalah bahasa yang digunakan oleh anak-anak

    alay.

    Menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik, Universitas

    Padjajaran, bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam

  • komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika

    digunakan dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara

    tertulis. Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik.

    Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia

    akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik

    ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau

    mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup

    dan berkembang karena fenomena sosial tertentu.

    Bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya

    komunitas anak-anak remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan,

    Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan

    anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan.

    Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren

    secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang

    dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di

    antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya

    berpakaian mereka.

    3. Ciri-ciri dari bangsa Alay atau lebay:

    1. Sok narsis dalam segala hal ( kalo foto biasanya mulutnya di

    gembungin/di monyongin, mukanya kadang di kerutin ) dll.

    2. Tongkrongannya di pinggir pinggir jalan (yang wanita godain pria, yang

    pria godain wanita yang lagi lewat, dan kalau ada hal yg menarik langsung

    disorakin) intinya kampungan dan berlebihan

    3. Kalo lagi ngumpul bawa handshet buat dengerin lagu lewat handphone

    (suka pamer tidak jelas dan sok asik). Terus sok telpon-telponan dan SMS-

    SMSan.. kondisi terparah, biasanya suka nunjukin SMS dari wanita/pria ke

    temannya biar dibilang kalau paarnya perhatian sama dia..

    4. Sok bergaya EMO/PUNK/ dsb tapi ditanya sejarahnya EMO tidak tahu.

    5. Sok pingin gaul mengikutin tren yang sekarang tapi terlalu LEBAY

    (berlebihan).

  • 6. Di mana-mana ada acara yg namanya putu putu narziz (Foto-foto narsis).

    7. Nama di Facebook panjang banget, contoh: Namakupanjangbanget

    Biarkeliatangaul Bangetdehhaha, atau biasanya namanya di kasih strip: -

    Namaku Alay Banget Ya-

    8. Suka ngirim bulbo tidak jelas di YM, FS atau FB : akko onlenndh

    dcnniih ato ayokk perang cummendh cmma saiia, dan lain-lain.

    9. Nama Facebook mengagung agungkan diri sendiri, seperti : pRinceSs

    cuTez,sHa luccU,tIkka cAntieqq,etc.

    10. Kata /singkatan selalu diakhiri huruf z/s (cth : nama adalah talitra,dbuat

    jadi : talz. nama adalah niken,dibuat jadi qens..dsb!

    Ciri-ciri tersebut bisa semakin banyak tergantung penilaian dari pribadi

    masing-masing tentang Alay. Bahasa alay tidak memiliki batasan yang

    membuat bahasa alay tidak dapat didefinisi, tetapi dapat kita tarik kesimpulan

    bahwa ALAY itu merupakan ungkapan cemoohan dan utnuk menggambarkan

    segala sesuatu yang berlebihan.

    F. Peranan siswa

    Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, murid berarti orang (anak yang

    sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali

    Khan, murid (pelajar) adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk

    memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah

    orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun,

    siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan

    intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya

    dan mengikuti jalan kebaikan.Murid atau anak didik adalah salah satu komponen

    manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di

    dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita,

    memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan

    menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang

    diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.Komponenkomponen pendidikan

    yang lain sangat bergantung kepada kondisi siswa.

  • Materi yang diperlukan, metode yang akan digunakan, media yang akan dipakai,

    semua itu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa

    menjadi subyek dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan modern, siswa

    tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga

    harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka

    dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

    dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengorganisasikan setiap kegiatan

    pembelajaran dan menghargai anak didiknya sebagai subyek yang memiliki

    potensi.

    Dengan demikian, siswa diharapkan lebih aktif dalam proses

    pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud di sini adalah aktivitas

    jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke

    dalam beberapa hal, yaitu:

    a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan

    eksperimen, dan demonstrasi

    b. Aktiviatas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab,

    diskusi dan menyanyi

    c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan

    guru, ceramah, pengarahan

    d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis

    e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah,

    membuat surat.

    Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang

    berbeda bergantung pada segi tujuan yang akan dicapai dalam proses

    pembelajaran. Yang jelas, aktivitas belajar siswa hendaknya memiliki kadar atau

    bobot yang lebih tinggi. Aktivitas belajar siswa dapat dilakukan secara individual

    dalam arti siswa di kelas dituntut untuk melakukan kegiatan belajar masing-

    masing, dapat dilakukan secara klasikal artinya setiap siswa mempelajari hal yang

    sama dalam waktu yang sama dan cara yang sama dan dapat dilakukan secara

    kelompok artinya siswa dihimpun dalam satu kelompok dan setiap kelompok

    diberi masalah oleh guru untuk dipecahkan bersama-sama.

  • Dalam kaitannya dengan aktifitas siswa, tugas-tugas yang harus dilakukan

    siswa secara umum menurut al-Ghazali antara lain adalah:

    a. Belajar sebagai sarana ibadah kepada Allah.

    b. Semampu mungkin siswa mengurangi ketergantungan dirinya.

    c. Bersifat rendah hati

    d. Harus mempelajari ilmu pengetahuan yang terpuji baik ilmu agama maupun

    dunia.

    e. Siswa perlu mengetahui nilai pengetahuan dari segi manfaat yang ia peroleh.

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Siswa

    Kehadiran bahasa alay atau prokem dalam pergaulan sosial di negeri ini

    agaknya tidak makin meyurut tetapi justru makin meluas. Ruang-ruang publik

    makin kuyup dengan idiom-idiom bahasa alay. Bahasa tersebut saat ini telah

    menyebar kemana-mana. Penggunanya tidak hanya kalangan siswa perkotaan

    tetapi juga telah merambah ke daerah-daerah pinggiran dan pedesaan akibat

    mobilitas urbanisasi yang kian sulit terkendali.

    Media massa merupakan alat yang paling canggih yang digunakan untuk

    menyebarluaskan bahasa alay di kalangan siswa. Penyebaran virus bahasa alay

    alay yang paling mudah adalah dengan media televisi. Bahasa alay yang

    digunakan oleh artis-artis idola masing-masing siswa menjadi sumber penyebaran

    bahasa alay, mulai dari siswa perkotaan hingga siswa di perdesaan.

    Bahasa alay yang sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat

    mudah diserap oleh masyarakatnya, terutama di kalangan remaja dan siswa

    sekolah. Dengan ide-ide kreatif siswa terkadang bahasa tersebut penggunaanya

    dapat di campur dengan bahasa daerah mereka yang nantinya akan memunculkan

    bahasa-bahasa yang baru lagi dan lucu. Dan kemudian mereka akan

    memperkenalkan bahasa tersebut kepada teman-teman sekelasnya.

    Bahasa alay akan cepat berkembang dikalangan siswa remaja, karena

    bahasa alay pada umunya digunakan sebagaai sarana komunikasi di antara siswa

    remaja sekelompoknya, baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah.

    Ketika seorang siswa sudah mengetahui satu bahasa alay yang menurut mereka itu

    masih asing, pasti mereka akan gunakan bahasa tersebut dalam percakapan

    mereka sehari-hari pada saat mereka bertemu dan berkumpul dengan teman

    sebaya mereka, pasti mereka akan menggunakan bahasa tersebut dalam

    percakapan mereka. Secara tidak langsung mereka sudah menularkan bahasa itu

    kepada teman-teman sekelompoknya. Itu wajar-wajar saja karena itu bahasa

    mereka. Apabila mereka tidak menggunakan bahasa alay mereka akan dikatakan

    kampungan.

  • Siswa remaja akan dikatakan dikatakan gaul dan modern oleh teman-

    temannya apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini. Yaitu

    mampu menyesuaikan dengan infromasi serta teknologi yang berkembang saat

    ini, serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal tersebut

    tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa alay yang akan mereka temui nanti yaitu

    ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini.

    Dalam era globalisasi ini di mana semua alat teknologi sudah canggih,

    pastinya semua siswa tidak ketinggalan. Sebagai contoh handphone di kalangan

    anak muda, semua anak muda di Indonesia khususnya siswa sudah memiliki

    handphone dari yang harganya selangit sampai yang terendah dengan berbagai

    macam fungsi dan kegunaanya. Melalui handphone siswa dapat berkomunikasi

    dan bertukar informasi dengan teman baik tentang pelajaran atau yang lainnya.

    Salah satunya melalui sms mereka dapat berkomunikasi secara tertulis.

    Bahasa yang mereka gunakan dalam sms bermacam-macam, yang pasti

    singkat dan mudah dimengerti. Bahasa alay yang tidak lepas dari peristiwa ini.

    Kalau tidak, mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi

    dalam sms. Mereka akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan. Dari

    kegiatan ini mereka akan menemukan bahasa-bahasa alay yang baru pula.

    Selain dari sms mereka juga akan menemukan berbagai bahasa melalui

    internet, karena jaringan ini lebih luas. Para siswa saat ini tidak ketinggalan

    dengan informasi yang ada di internet. Tidak hanya siswa, bahkan semua orang

    dapat menemukan segala sesuatu dari internet. Dari internet akan memudahkan

    orang dalam berkomunikasi.

    Komunikasi melalui internet saat ini salah satunya adalah melalui

    facebook. Yang dapat dilihat dari status dinding yang mereka tulis di facebook

    sangat bermacam-macam bahasanya. Kaum remaja, terutama siswa yang menjadi

    pengguna media sosial terbesar di negeri ini banyak sekali menggunakan bahasa

    alay dalam mengekspresikan statusnya. Bahkan kaum remaja pemillik akun

    jejaring sosial akan terstigma sebagai remaja yang kurang gaul apabila

    menggunkan bahasa yang resmi. Mereka juga akan menggunakan bahasa sesuai

    perkembangannya. Tidak hanya bahasa, nama facebok yang digunakan juga

    banyak yang alay tidak menggunakan nama aslinya.

  • Bahasa akan selalu berkembang sesuai latar sosial budaya pemakainya

    baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisis psikologis penggunanya.

    Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa

    pejabat, atau politikus, ragam bahasa remaja dan siswa termasuk bahasa alay. Hal

    tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus

    berkembang dan memiliki aneka ragam variasi.

    Kosakata bahasa alay di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang

    hidup di lingkunagn kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya

    sangat beragam pada kreatifitas pemakainya. Bahasa alay berfungsi sebagai

    ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan

    bahasa alay mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat

    yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.

    Kehadiran bahasa alay itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan

    tuntutan perkembangan nurani siswa yang berusia remaja. Masa hidupnya terbatas

    sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu pemakainyapun terbatas pula

    di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di

    luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunaknanya beralih ke bahasa lain

    yang berlaku secara umnum di lingkunagn masyarakat tempat mereka berada.

    Dengan memiliki bahasa tersendiri untuk mengekspresikan gaya mereka

    komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang

    dianggap tertutup bagi kelompopk usia lain atau agar pihak lain mengetahui apa

    yang sedang mereka bicarakan. Karena masa remaja memiliki karakter antara lain

    petualang pengelompokan dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa

    mereka. Keinginan untuk membuat kelompok ekslusif menyebabkan mereka

    menciptakan bahasa rahasia. Dari bahasa rahasia yang mereka ciptakanakan

    tercipta pula bahasa gaul.

    Persoalanya akan menjadi lain ketika bahasa alay digunakan dalam

    konteks tuturan yang bukan pada tempatnya. Akan menjadi sebuah persoalan

    serius apabila seorang siswa yang mengirimkan pesan singkat kepada orang

    tuanya atau dengan gurunya menggunakan bahasa alay, lebih-lebih ketika

    maereka terlibat langsung dalam proses komunikasi langsung.

  • Penggunaan bahasa dalam komunikasi memang bersifat arbitrer dan

    manasuka. Maraknya penggunaan bahasa alay dalam konteks komunikasi

    kekinian bisa dipahami sebagai ekspresi kaum remaja yang bersifat pragmatis

    untuk menciptakan situasi pergaulan yang lebih cair dan akrab. Meskipun

    demikian, sungguh celaka apabila dalam situasi formal, para penutur bersikap

    latah menggunakan bahasa alay. Sanksi formal memang tidak ada. Namun,

    ketaatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar perlu terus

    dijaga. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar membawa implikasi

    bahawa kita perlu bertindak tutur sesuai dengan konteks tuturan. Kepada siapa

    kita berbicara, topik apa yang dibicarakan, dan dalam situasi apa kita berbicara,

    perlu dijadikan sebagai pertimbangan utama bagi seorang penutur dalam

    berekspresi. Jangan sampai kita mencederai proses dan interaksi sosial akibat

    penggunaan ragam berbahasa yang tidak sesuai dengan konteks tuturan.

    Sudah selayaknya bagi seorang siswa menggunakan bahasa Indonesia

    yang baik dan benar sesuai dengan EYD yang berlaku saat berkomunikasi di

    dalam kelas saat belajar, terutama apabila berbicra dengan gurunya. Penggunaan

    bahasa alay oleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dianggap kurang

    sopan, akan lebih baik jika seorang siswa apabila berbicara dengan gurunya

    menggunakan bahasa yang baik dan benar.

    Sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa, sudah saatnya

    penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar terus dibumikan dalam

    konteks pergaulan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non-formal.

    Maraknya penggunaan bahasa alay dalam interaksi sosial perlu dimaknai sebagai

    bagian dari dinamika sosial yang bersifat temporer. Bahasa akan terus

    berkembang secara dinamis seiring perkembangan peradaban masyarakat

    penuturnya. Penggunaan bahasa Indonesia secar tertib, teratur, dan taat asas akan

    mencerminkan perilaku dan kultur bangsa kita di tengah kancah kesejagatan.

    B. Pengaruh Bahasa Alay Terhadap Perilaku Siswa

    Perkembangan bahasa alay di kalangan siswa sangatlah cepat yang

    didukung oleh beberapa faktor-faktor kondisi lingkungan siswa itu sendiri. Antara

    lain:

  • a. Adanya bahasa alay ditandai dengan menjamurnya internet dan situs-situs

    jejaring sosial yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa

    gaul. Penikmat situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja

    khususnya siswa, menjadi agen dalam menyebarkan pertukaran bahasa alay.

    Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini,

    akan dilihat dan bisa jadi ditiru oleh ribuan remaja lain. Misalnya, facebook,

    twitter, friendster.

    b. Pengaruh lingkungan. Umumnya para remaja khusunya siswa menyerap dari

    percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya, baik teman sebaya atau

    keluarga dan teman di sekolah.

    c. Peran media (elektronik) yang menggunakan istilah bahasa alay dalam film-

    film khusunya film remaja dan iklan, semisal dari adegan percakapan di

    televisi. Aritnya bahasa alay tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara

    masyarakat itu sendiri, tapi sebagian besar karena disuapi oleh media.

    Padahal media massa memiliki peran besar dalam perkembangan bahasa

    Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang yang telah ada.

    d. Media cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau koran.

    Selain itu, pembuatan karya sastra remaja misalnya cerpen atau novel yang

    umumnya menggunakan bahasa alay.

    e. Dampak dari pembangunan dan perkembangan zaman atau modernisasi, di

    mana segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date.

    Dampak dari modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara

    berpakaian, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara

    bertutur kata (pemakaian bahasa). Dilihat dari cara bertutur kata atau dalam

    pemakaian bahasa, dewasa ini munculnya Bahasa alay sangat fenomenal

    terutama terlihat pada kalangan remaja (siswa) khususnya yang ingin diakui

    sebagai remaja zaman sekarang yang gaul, funky, dan keren. Kemunculan

    bahasa alay ini dapat menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan

    benar.

    Bahasa alay akan selalu muncul dan berkembang sesuai zaman masing-

    masing. Beberapa tahun lalu, istilah memble aje atau Biarin, yang penting

    kece sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam dengan

  • sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, so what gitu loh,

    jayus, dan Kesian deh lo!

    C. Dampak Penggunaan Bahasa Alay dalam Kegiatan Belajar Mengajar di

    dalam Kelas

    Dampak positif dengan digunakannya bahasa alay dalam proses belajar

    mengajar adalah siswa menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau

    tidaknya bahasa alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau

    inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang

    tepat dan komunikan yang tepat juga.

    Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan

    mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang

    mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk

    tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk

    memahaminya.

    Penggunaan bahasa alay dalam kegiatan belajar mengajar ini mempunyai

    pengaruh negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara

    lain sebagai berikut ini :

    1. Siswa tidak mengenal lagi bahasa baku.

    2. Siswa tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

    3. Siswa menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya

    karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

    4. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan

    bahasa Indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital,

    dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun

    kalimat.

    5. Sopan santun siswa terhadap guru akan berkurang, dan guru mulai sudah tidak

    dihormati lagi oleh siswanya.

    Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya

    berbahasa Indonesia siswa, baik siswa remaja maupun anak-anak. Karena bahasa

    Indonesia merupakan bahasa remi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.

  • D. Cara Meminimalisasi Penggunaan Bahasa Alay dalam Proses Kegiatan

    Belajar Mengajar di dalam Kelas

    Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih

    menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan

    benar menurut EYD.

    Yang kedua, pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan

    siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa

    menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay tidak

    mendominasi kosakata yang kita miliki.

    Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan

    tulisan yang aneh. Seperti singkatan kata yang menjadi ygdan bukan yank,

    disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si

    penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.

    Yang keempat, banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa

    Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan

    yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya wacana, berita,

    ataupun informasi dalam surat kabar.

    Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak

    kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah satu

    wujud bangga terhadap bahasa kita.

  • BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Bahasa menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan

    mencerminkan bangsa kita. Walaupun bahasa alay tidak menjadi bahasa yang

    menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik penggunaan bahasa ini

    dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat

    masyarakat. Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya. Siapa lagi

    yang bangga dengan bahasa Indonesia jika bukan kita?

    Bahasa alay mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatif lebih

    cenderung menguasai dan mengakibatkan permasalahan bagi orang yang

    menggunakanya. Seperti sulit berbicara, menulis, membaca bahkan menyimak

    dalam bahasa yang sesuai EYD. Maka dari itu sebaiknya kita mencegah dengan

    cara meminimalisir bahasa alay yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

    Apabila kegemaran menggunakan bahasa alay ini berlangsung lama dan

    makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu,

    bahasa Indonesia.

    B. Saran

    Dari kesimpulan yang ditulis diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran

    antara lain:

    1. Para siswa dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa Indonesia yang

    baku sesuai dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.

    2. Dalam forum resmi hendaknya remajat khususnya para siswa dan anak muda

    tetap menggunakan tatanan bahasa Indonesia yang baku.

    3. Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan bahasa

    Indonesia yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.

    4 Menyadarkan para siswa terutama para generasi muda, bahwa bahasa

    Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.

    5. Meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dan perguruan tinggi

    dengan tugas praktik dialog atau monolog seperti dalam bermain drama,

    penulisaan artikel makalah dsb.

  • DAFTAR PUSTAKA

    http://id.wikipedia.org/wiki/Alay

    http://hanuem.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

    http://sanysetiawan.blogspot.com/2013/02/makalah-bahasa-alay.html