hindiarti_5113413007.pdf
TRANSCRIPT
-
ARTIKEL
PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA ALAY DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS BAHASA INDONESIA
SEMESTER II
Disususn Oleh:
Hindiarti
5113413007
Teknik Sipil
Rombel 63
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
-
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Belakangan ini pengguaan bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata
maupun kehidupan fiksi, sudah mulai mengalami interverensi dan mulai bergeser
digantikan oleh penggunaan bahasa alay. Dengan pemakaian bahasa alay
pemakainya akan dikatakan orang modern atau orang kota dan bukan orang
daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah, karena bahasa alay
itu sangat dekat denagn bahasa Betawi yang tidak lain adalah salah satu daerah
juga di Indonesia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa alay tentunya lebih modern
dan lebih maju bahasa Indonesia. Ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
tingkat nasional yang merupkan gabungan dari bahasa daerah di Indonesia dan
bahasa asing. Sedangkan bahasa alay merupakan bahasa tingkat daerah yang
berasal dari daerah Betawi.
Pengguna bahasa alay dalam masyarakat luas di Indonesia tentunya
berdampak negatif terhadap pengguna bahasa Indonesia secara baik dan benar
pada saat ini dan masa yang akan datang. Saat ini masyarakat sudah banyak
menggunakan bahasa alay dan parahnya lagi generasi muda Indonesia tidak lepas
dari penggunaan bahasa alayl ini. Bahkan para generasi muda inilah yang paling
banyak menggunakan bahasa alay daripada bahasa Indonesia di kehidupan sehari-
hari.
Penggunaan bahasa alay dikalangan remaja dan anak muda sudah sangat
luas, dan sudah memprihatinkan, karena bahasa alay yang mereka gunakan sudah
aneh-aneh. Penggunaannya sudah tidak tahu tempat dan suasana, dengan siapa
mereka bicara. Dengan terjadinya hal ini, sudah merusak keahlian dan kebakuan
bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini. Dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, berati kita sudah menjunjung tinggi Bahasa Persatuan sebagaimana
tercantum dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Menjunjung tinggi
bahasa Indonesia bukan berarti kita melupakan bahasa daerah masing-masing.
-
Kita lebih baik berbahasa daerah daripada berbahasa alay dalam situasi
yang tidak resmi apalagi dalam suasana resmi. Mengapa demikian? Karena
dengan kita menggunakan bahasa daerah kita sudah melestarikan bahasa daerah
yang merupakan pemerkaya bahasa nasional yang sekaligus pemerkaya bahasa
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan bahasa alay di kalangan siswa?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa alay terhadap perilaku siswa?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahasa alay dalam
proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?
4. Bagaimana cara meminimalisasi penggunaan bahasa alay dalam proses
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?
C. Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa alay di kalangan remaja.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan bahasa alay terhadap
perilaku remaja.
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang yang ditimbulkan akibat
penggunaan bahasa alay dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas.
4. Untuk mengetahui cara meminimalisasi penggunaan bahasa alay dalam proses
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?
D. Metodologi Penelitian
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik studi
pustaka sebagai teknik utama. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari
referensi sumber bacaan dari koran, majalah, dan buku mengenai topik yang kami
bahas, baik itu melalui perpustakaan dan internet.
-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Asal Usul Bahasa
Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai
bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi.Ada dugaan kuat bahasa
nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan
bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial .Lebih dari itu, bahasa ucap
bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara
tepat di berbagi lokasi dalam sistem milik manusia yang memungkinkannya
membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk menghasilkan
ucapan.Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan manusia lebih
awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat jari-jemari dan tangan yang
memudahkan komunikasi noverbal. Konon, hewan primata (kera, monyet, gorila
dan sejenisnya) berevolusi sejak kira-kira 70 juta tahun lalu, dimulai dengan
hewan mirip tikus kecil yang hidup sejaman dengan dinosaurus.
Dulu, nenek moyang kita yang juga disebut Cro Magnon ini tinggal di
gua-gua. Mereka mempunyai sosok seperti kita, hanya saja lebih berotot dan lebih
tegap, mungkin karena hidup mereka peuh semangat dan makan makanan yang
lebih sehat. Mereka adalah pemburu dan pengumpul makanan yang berhasil.
Ketika mereka belum mapu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi dengan
gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, cadas dan dinding gua yang
banyak ditemukan di Spanyol dan Perancis Selatan. Mereka menggambarkan
bison, rusa kutub dan mamalia lainnya yang mereka buru. Inilah sarana pertama
yang dikenal manusia untuk merekan informasi.
Dalam tahap perkembangan berikutnya, antara 40.000 dan 35.000 tahun
lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan.Ini mungkin karena mereka
punya struktur tengkorak, lidah dan kotak suara yang mirip dengan yang kita
miliki sekarang. Kelebihan homo sapiens dari makhluk sebelumnya adalah
kemampuan mereka untuk mengembangkan salah satu jenis tanda yang disebut
dengan simbol atau lambang. Sedangkan makhluk hidup sebelumnya lebih
-
mengandalkan ikon, sinyal atau indeks dalam komunikasi mereka.Kemampuan
berbahasa inilah yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti
makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah. Karena Cro Magnon dapat
berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep, berburu dengan
cara yang keras dan cuaca yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan.
Sekitar 10.000 tahun Sebelum Makanan mereka menemukan cara-cara
bertani demi kelangsunagn hidup mereka. Pendek kata, homo sapiens semakin
makmur dari abad ke abad, karena mereka memiliki banyak pengetahuan untuk
bertahan hidup dan mengembangan budaya mereka, yang kemudian mereka
wariskan kepada generasi berikutnya. Mereka tidak hanya menggarap tanah dan
beternak tetapi juga mengembangkan teknologi termasuk penggunaan logam,
anyaman.Roda, kereta dan barang tembikar.Mereka juga punya waktu untuk
bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi.Namun mereka belum
dapat menulis.Sementara itu, bahasa pun semakin beraneka ragam.Cara bicara
baru berkembang ketika orang-orang menyebar ke kawasan-kawasan baru tempat
mereka menemukan dan mengatasi problem-problem baru.Bahasa-bahasa lama
pun terus berevolusi dari generasi ke generasi.
Sekitar 5000 tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan
memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Transisi
paling dini dilakukan bangsa Sumeria dan bagsa Mesir kuno, lalu juga bangsa
Maya dan bangsa Cina yang mengembangkan sistem tulisan mereka secara
independen. Tahun 2000 Sebelum Masehi, papirus digunakan secara luas di Mesir
untuk menyampaikan pesan tertulis dan merekam informasi. Penyebaran sistem
tulisan itu akhirnya sampai juga ke Yunani.Bangsa Yunanilah yabg kemudian
menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan ini. Menjelang kira-kira
500 Sebelum Masehi, mereka telah menggunakan alfabet ini secara luas.
Akhirnya alfabet Yunani itu diteruskan ke Roma tempat sistem tulisan itu
disempurnakan lagi.Sistem tulisan dan bahasa lisan itu terus berkembang hingga
kini.Kita pun memasuki era pada abad ke 15, yang beberapa abad kemudian
disusul oleh era radio, era televisi dan kini era komputer.Kesemuanya merekam
hasil peradaban manusia untuk disempurnakan lagi oleh generasi-generasi
mendatang lewat kemampuan mereka dalam berbahasa.
-
B. Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
sesuatu yang terlintas di dalam hati.Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat
untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang
disebut makna atau konsep.Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau
menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
suatu ujaran bahasa memiliki makna.Contoh lambang bahasa yang berbunyi
nasi melambangkan konsep atau makna sesuatu yang biasa dimakan orang
sebagai makanan pokok.
C. Karakteristik Bahasa
Telah disebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi,
bersifat abritrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abritrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
a. Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.Secara kongkret,
alasan kuda melambangkan sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur
suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang buku hanya
digunakan untuk menyatakan tumpukan kertas bercetak yang dijilid, dan
-
tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti
dia telah melanggar konvensi itu.
b. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas,
namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.Misalnya,
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta
bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi
dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak
terbatas.
c. Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai
kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat
terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan
leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang
muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
d. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun
karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai
latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi
beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada
tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan
yang digunakan di Yogyakarta.Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di
Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
e. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia.Hewan tidak
mempunyai bahasa.Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang
berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia
dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi
dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia,
oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
D. Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia
-
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki
orang, objek dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial.
Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan, termasuk
perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa
dan basis bahasa dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang
lalu menjadi konvensi. Mengapa matahari disebut matahari? Karena ia disebut
matahari! Adalah keliru menganggap sesuatu itu mempunyai hanya satu nama
yang benar. Benda yang kita terima dari tukang pos kita sebut surat. Ketika isinya
kita ketahui menawarkan barang atau jasa kita sebut iklan.Karena kita tidak
tertarik pada penawaran itu, benda itu kita buang ke keranjang sampah.Bagaimana
kita menjuluki Emha Ainun Najib?Budayawan, cendekiawan, seniman, pelukis,
kolumnis, kiai, penyanyi atau pelawak? Salah satu menjawabnya : Bergantung
pada apa yang sedang ia lakukan saat itu. Bila ia sedang berceramah agama, ia
kiai. Bila iamsedang menulis buku, artikel atau kolom ia penulis dan bila ia
penulis dan bila ia sedang menyanyi dengan iringan kelompok musiknya ia
penyanyi. Suatu objek mempunyai beberapa tingkat abstraksi.Ibu kita adalah ibu,
ibu adalah wanita, wanita adalah manusia, manusia adalah makhluk hidup dan
makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan.Semakin luas kelasnya, semakin abstrak
konsep tersebut.Sepanjang hidup kita sebenarnya belajar mengabstraksikan segala
sesuatu.
Menurut Larry L.Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: Penamaan (naming
atau labelling), interaksi dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan
merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan
menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi,
menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui
bahasa, informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga Anda tidur kembali, dari
orang lain, baik secara langsung atau tidak (melalui media massa misalnya).
Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi informasi yang lintas waktu,
dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi kita .Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar
-
informasi; kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita
rujuk dalam komunikasi kita.
Dalam pada itu, Cansandra L. Book (1980), dalam Human
Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar
komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
untuk mengenal dunia kita; berhubungan dengan orang lain; dan untuk
menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Fungsi pertama bahasa ini jelas
tidak terelakan. Melalui bahasa Anda mempelajari apa saja yang menarik minat
Anda, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu yang tidak
penah Anda temui, seperti bangsa Mesir kuno atau bangsa Yunani. Kita dapat
berbagi pengalaman, bukan hanya peristiwa masa lalu yang kita alami sendiri,
tetapi juga pengetahuan tentang masa lalu yang kita peroleh melalui sumber
kedua, seperti media cetak atau media elektronik. Kita juga menggunakan bahasa
untuk memperoleh dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pengalaman
kita atau pendapat kita. Melalui bahasa pula Anda memperkirakan apa yang akan
dikatakan atau dilakukan seorang kawan Anda, seperti dalam kalimat Kemarin
kawan saya itu begitu marah kepada saya. Meskipun gambaran kita mengenai
masa depan tidak terlalu akurat, setidaknya bahasa memungkinkan kita
memikirkan, membicarakan dan mengantisipasi masa depan, misalnya apa yang
akan terjadi terhadap manusia dan alam semestaa berdasarkan dugaan yang
dikemukakan oleh para ahli ilmu pengetahuan dan orang bijak lainnya, juga
berdasarkan wahyu Tuhan atau sabda Nabi.
Fungsi kedua bahasa, yakni sebagai sarana untuk berhubungan dengan
orang lain, sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi sosial dan instrumental.
Ringkasnya, bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk
kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui
bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang sekitar
kita.Seorang nyonya rumah dapat memerintahkan, Tolong bawakan minuman
buat saya kepada pelayannya.Seorang kandidat dari sebuah partai politik dapat
menyampaikan gagasannya, namun sekaligus juga membujuk rakyat untuk
memilih partainya dan mempertimbangkan dirinya sebagai calon presiden yang
potensial. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya
-
pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman yang sama dan makna yang
sama yang kita berikan kepada kata-kita. Semakin jauh perbedaan antara bahasa
yang kita gunakan dengan bahasa mitra komunikasi kita, semakin sulit bagi kita
untuk mencapai saling pengertian. Meskipun orang Indonesia dan orang Malaysia
berbicara bahasa Melayu, atau orang Amerika dan orang Inggris berbicara bahasa
Inggris, mereka belum tentu mencapai kesepahaman, karena beberapa perbedaan
yang ada dalam kedua bahsa tersebut.
Sedangkan fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur,
saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-
tujuan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan semua itu dengan menyusun kata-
kata secara acak, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita
sepakati bersama. Akan tetapi, kita tidak sebenarnya tidak dapat selamanya dapat
memenuhi ketiga fungsi bahasa tersebut, oleh karena itu, meskipun bahasa
merupakan sarana komunikasi dengan manusia lain, saran ini secara inheren
mengandung kendala, karena sifatnya yang cair dan keterbatasannya. Seperti
dikatakan S.I Hayakawa, Kata itu bukan objek. Bila orang-orang memaknai
suatu kata secara berbeda, maka akan timbul kesalahpahaman di antara mereka.
E. Bahasa Alay
1. Asal-usul Bahasa Alay
Bahasa alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short
Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif
per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya.
Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin
melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang
penerapan bahasa alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang
lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah
kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang
membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan
angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari
yang dimaksud.
-
2. Pengertian Bahasa Alay
Alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena perilaku
remaja di Indonesia. "Alay" merupakan singkatan dari "anak layangan"atau "anak
lebay". Istilah ini merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak
atau kampungan. Selain itu, alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan
(lebay) dan selalu berusaha menarik perhatian. Seseorang yang dikategorikan alay
umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup. Dalam gaya
bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja
menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan
simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbicara
dengan intonasi dan gaya yang berlebihan. Di Filipina terdapat fenomena yang
mirip, sering disebut sebagai Jejemon.
Alay merupakan sekelompok minoritas yang mempunyai karakterisitik
unik di mana penampilan dan bahasa yang mereka gunakan terkadang
menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa
bersosialisasi dengannya. Biasanya para Alayers (panggilan para Alay)
mempunyai trend busana tersendiri yang dapat menyebar cepat layaknya wabah
virus dikalangan para Alayers yang lain, sehingga menciptakan satu keseragaman
bentuk yang sedikit tidak lazim. Namun juga memiliki aturan huruf tersendiri,
yaitu para alayers hanya diperbolehkan memakai 13 abjad huruf saja. Sisanya
angka dan simbol.
Kata Alay bisa diartikan sebagai Anak layangan, Anak lebay, Anak
kelayapan, dan lain sebagainya. Di mana anak-anak tersebut sering didefinisikan
sebagai anak-anak yang berkelakuan tidak biasa atau dapat dikatakan
berlebihan. Anak-anak ini ingin diketahui statusnya diantara teman-teman
sejawatnya, mereka ingin selalu memperlihatkan ke-eksis-an atau kenarsisan
mereka dalam segala hal. Misalnya dalam hal berpakaian, bertingkah laku, serta
berbahasa (baik lisan maupun tulis). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka
dapat diketahui bahwa bahasa alay adalah bahasa yang digunakan oleh anak-anak
alay.
Menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik, Universitas
Padjajaran, bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam
-
komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika
digunakan dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara
tertulis. Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik.
Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia
akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik
ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau
mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup
dan berkembang karena fenomena sosial tertentu.
Bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya
komunitas anak-anak remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan,
Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan
anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan.
Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren
secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang
dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di
antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya
berpakaian mereka.
3. Ciri-ciri dari bangsa Alay atau lebay:
1. Sok narsis dalam segala hal ( kalo foto biasanya mulutnya di
gembungin/di monyongin, mukanya kadang di kerutin ) dll.
2. Tongkrongannya di pinggir pinggir jalan (yang wanita godain pria, yang
pria godain wanita yang lagi lewat, dan kalau ada hal yg menarik langsung
disorakin) intinya kampungan dan berlebihan
3. Kalo lagi ngumpul bawa handshet buat dengerin lagu lewat handphone
(suka pamer tidak jelas dan sok asik). Terus sok telpon-telponan dan SMS-
SMSan.. kondisi terparah, biasanya suka nunjukin SMS dari wanita/pria ke
temannya biar dibilang kalau paarnya perhatian sama dia..
4. Sok bergaya EMO/PUNK/ dsb tapi ditanya sejarahnya EMO tidak tahu.
5. Sok pingin gaul mengikutin tren yang sekarang tapi terlalu LEBAY
(berlebihan).
-
6. Di mana-mana ada acara yg namanya putu putu narziz (Foto-foto narsis).
7. Nama di Facebook panjang banget, contoh: Namakupanjangbanget
Biarkeliatangaul Bangetdehhaha, atau biasanya namanya di kasih strip: -
Namaku Alay Banget Ya-
8. Suka ngirim bulbo tidak jelas di YM, FS atau FB : akko onlenndh
dcnniih ato ayokk perang cummendh cmma saiia, dan lain-lain.
9. Nama Facebook mengagung agungkan diri sendiri, seperti : pRinceSs
cuTez,sHa luccU,tIkka cAntieqq,etc.
10. Kata /singkatan selalu diakhiri huruf z/s (cth : nama adalah talitra,dbuat
jadi : talz. nama adalah niken,dibuat jadi qens..dsb!
Ciri-ciri tersebut bisa semakin banyak tergantung penilaian dari pribadi
masing-masing tentang Alay. Bahasa alay tidak memiliki batasan yang
membuat bahasa alay tidak dapat didefinisi, tetapi dapat kita tarik kesimpulan
bahwa ALAY itu merupakan ungkapan cemoohan dan utnuk menggambarkan
segala sesuatu yang berlebihan.
F. Peranan siswa
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, murid berarti orang (anak yang
sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali
Khan, murid (pelajar) adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk
memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah
orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun,
siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan
intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya
dan mengikuti jalan kebaikan.Murid atau anak didik adalah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di
dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita,
memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan
menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.Komponenkomponen pendidikan
yang lain sangat bergantung kepada kondisi siswa.
-
Materi yang diperlukan, metode yang akan digunakan, media yang akan dipakai,
semua itu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa
menjadi subyek dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan modern, siswa
tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga
harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka
dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengorganisasikan setiap kegiatan
pembelajaran dan menghargai anak didiknya sebagai subyek yang memiliki
potensi.
Dengan demikian, siswa diharapkan lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud di sini adalah aktivitas
jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke
dalam beberapa hal, yaitu:
a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen, dan demonstrasi
b. Aktiviatas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab,
diskusi dan menyanyi
c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan
guru, ceramah, pengarahan
d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis
e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah,
membuat surat.
Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang
berbeda bergantung pada segi tujuan yang akan dicapai dalam proses
pembelajaran. Yang jelas, aktivitas belajar siswa hendaknya memiliki kadar atau
bobot yang lebih tinggi. Aktivitas belajar siswa dapat dilakukan secara individual
dalam arti siswa di kelas dituntut untuk melakukan kegiatan belajar masing-
masing, dapat dilakukan secara klasikal artinya setiap siswa mempelajari hal yang
sama dalam waktu yang sama dan cara yang sama dan dapat dilakukan secara
kelompok artinya siswa dihimpun dalam satu kelompok dan setiap kelompok
diberi masalah oleh guru untuk dipecahkan bersama-sama.
-
Dalam kaitannya dengan aktifitas siswa, tugas-tugas yang harus dilakukan
siswa secara umum menurut al-Ghazali antara lain adalah:
a. Belajar sebagai sarana ibadah kepada Allah.
b. Semampu mungkin siswa mengurangi ketergantungan dirinya.
c. Bersifat rendah hati
d. Harus mempelajari ilmu pengetahuan yang terpuji baik ilmu agama maupun
dunia.
e. Siswa perlu mengetahui nilai pengetahuan dari segi manfaat yang ia peroleh.
-
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Siswa
Kehadiran bahasa alay atau prokem dalam pergaulan sosial di negeri ini
agaknya tidak makin meyurut tetapi justru makin meluas. Ruang-ruang publik
makin kuyup dengan idiom-idiom bahasa alay. Bahasa tersebut saat ini telah
menyebar kemana-mana. Penggunanya tidak hanya kalangan siswa perkotaan
tetapi juga telah merambah ke daerah-daerah pinggiran dan pedesaan akibat
mobilitas urbanisasi yang kian sulit terkendali.
Media massa merupakan alat yang paling canggih yang digunakan untuk
menyebarluaskan bahasa alay di kalangan siswa. Penyebaran virus bahasa alay
alay yang paling mudah adalah dengan media televisi. Bahasa alay yang
digunakan oleh artis-artis idola masing-masing siswa menjadi sumber penyebaran
bahasa alay, mulai dari siswa perkotaan hingga siswa di perdesaan.
Bahasa alay yang sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat
mudah diserap oleh masyarakatnya, terutama di kalangan remaja dan siswa
sekolah. Dengan ide-ide kreatif siswa terkadang bahasa tersebut penggunaanya
dapat di campur dengan bahasa daerah mereka yang nantinya akan memunculkan
bahasa-bahasa yang baru lagi dan lucu. Dan kemudian mereka akan
memperkenalkan bahasa tersebut kepada teman-teman sekelasnya.
Bahasa alay akan cepat berkembang dikalangan siswa remaja, karena
bahasa alay pada umunya digunakan sebagaai sarana komunikasi di antara siswa
remaja sekelompoknya, baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah.
Ketika seorang siswa sudah mengetahui satu bahasa alay yang menurut mereka itu
masih asing, pasti mereka akan gunakan bahasa tersebut dalam percakapan
mereka sehari-hari pada saat mereka bertemu dan berkumpul dengan teman
sebaya mereka, pasti mereka akan menggunakan bahasa tersebut dalam
percakapan mereka. Secara tidak langsung mereka sudah menularkan bahasa itu
kepada teman-teman sekelompoknya. Itu wajar-wajar saja karena itu bahasa
mereka. Apabila mereka tidak menggunakan bahasa alay mereka akan dikatakan
kampungan.
-
Siswa remaja akan dikatakan dikatakan gaul dan modern oleh teman-
temannya apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini. Yaitu
mampu menyesuaikan dengan infromasi serta teknologi yang berkembang saat
ini, serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal tersebut
tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa alay yang akan mereka temui nanti yaitu
ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini.
Dalam era globalisasi ini di mana semua alat teknologi sudah canggih,
pastinya semua siswa tidak ketinggalan. Sebagai contoh handphone di kalangan
anak muda, semua anak muda di Indonesia khususnya siswa sudah memiliki
handphone dari yang harganya selangit sampai yang terendah dengan berbagai
macam fungsi dan kegunaanya. Melalui handphone siswa dapat berkomunikasi
dan bertukar informasi dengan teman baik tentang pelajaran atau yang lainnya.
Salah satunya melalui sms mereka dapat berkomunikasi secara tertulis.
Bahasa yang mereka gunakan dalam sms bermacam-macam, yang pasti
singkat dan mudah dimengerti. Bahasa alay yang tidak lepas dari peristiwa ini.
Kalau tidak, mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi
dalam sms. Mereka akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan. Dari
kegiatan ini mereka akan menemukan bahasa-bahasa alay yang baru pula.
Selain dari sms mereka juga akan menemukan berbagai bahasa melalui
internet, karena jaringan ini lebih luas. Para siswa saat ini tidak ketinggalan
dengan informasi yang ada di internet. Tidak hanya siswa, bahkan semua orang
dapat menemukan segala sesuatu dari internet. Dari internet akan memudahkan
orang dalam berkomunikasi.
Komunikasi melalui internet saat ini salah satunya adalah melalui
facebook. Yang dapat dilihat dari status dinding yang mereka tulis di facebook
sangat bermacam-macam bahasanya. Kaum remaja, terutama siswa yang menjadi
pengguna media sosial terbesar di negeri ini banyak sekali menggunakan bahasa
alay dalam mengekspresikan statusnya. Bahkan kaum remaja pemillik akun
jejaring sosial akan terstigma sebagai remaja yang kurang gaul apabila
menggunkan bahasa yang resmi. Mereka juga akan menggunakan bahasa sesuai
perkembangannya. Tidak hanya bahasa, nama facebok yang digunakan juga
banyak yang alay tidak menggunakan nama aslinya.
-
Bahasa akan selalu berkembang sesuai latar sosial budaya pemakainya
baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisis psikologis penggunanya.
Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa
pejabat, atau politikus, ragam bahasa remaja dan siswa termasuk bahasa alay. Hal
tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus
berkembang dan memiliki aneka ragam variasi.
Kosakata bahasa alay di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang
hidup di lingkunagn kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya
sangat beragam pada kreatifitas pemakainya. Bahasa alay berfungsi sebagai
ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan
bahasa alay mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat
yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa alay itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan
tuntutan perkembangan nurani siswa yang berusia remaja. Masa hidupnya terbatas
sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu pemakainyapun terbatas pula
di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di
luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunaknanya beralih ke bahasa lain
yang berlaku secara umnum di lingkunagn masyarakat tempat mereka berada.
Dengan memiliki bahasa tersendiri untuk mengekspresikan gaya mereka
komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang
dianggap tertutup bagi kelompopk usia lain atau agar pihak lain mengetahui apa
yang sedang mereka bicarakan. Karena masa remaja memiliki karakter antara lain
petualang pengelompokan dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa
mereka. Keinginan untuk membuat kelompok ekslusif menyebabkan mereka
menciptakan bahasa rahasia. Dari bahasa rahasia yang mereka ciptakanakan
tercipta pula bahasa gaul.
Persoalanya akan menjadi lain ketika bahasa alay digunakan dalam
konteks tuturan yang bukan pada tempatnya. Akan menjadi sebuah persoalan
serius apabila seorang siswa yang mengirimkan pesan singkat kepada orang
tuanya atau dengan gurunya menggunakan bahasa alay, lebih-lebih ketika
maereka terlibat langsung dalam proses komunikasi langsung.
-
Penggunaan bahasa dalam komunikasi memang bersifat arbitrer dan
manasuka. Maraknya penggunaan bahasa alay dalam konteks komunikasi
kekinian bisa dipahami sebagai ekspresi kaum remaja yang bersifat pragmatis
untuk menciptakan situasi pergaulan yang lebih cair dan akrab. Meskipun
demikian, sungguh celaka apabila dalam situasi formal, para penutur bersikap
latah menggunakan bahasa alay. Sanksi formal memang tidak ada. Namun,
ketaatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar perlu terus
dijaga. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar membawa implikasi
bahawa kita perlu bertindak tutur sesuai dengan konteks tuturan. Kepada siapa
kita berbicara, topik apa yang dibicarakan, dan dalam situasi apa kita berbicara,
perlu dijadikan sebagai pertimbangan utama bagi seorang penutur dalam
berekspresi. Jangan sampai kita mencederai proses dan interaksi sosial akibat
penggunaan ragam berbahasa yang tidak sesuai dengan konteks tuturan.
Sudah selayaknya bagi seorang siswa menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan EYD yang berlaku saat berkomunikasi di
dalam kelas saat belajar, terutama apabila berbicra dengan gurunya. Penggunaan
bahasa alay oleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dianggap kurang
sopan, akan lebih baik jika seorang siswa apabila berbicara dengan gurunya
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa, sudah saatnya
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar terus dibumikan dalam
konteks pergaulan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non-formal.
Maraknya penggunaan bahasa alay dalam interaksi sosial perlu dimaknai sebagai
bagian dari dinamika sosial yang bersifat temporer. Bahasa akan terus
berkembang secara dinamis seiring perkembangan peradaban masyarakat
penuturnya. Penggunaan bahasa Indonesia secar tertib, teratur, dan taat asas akan
mencerminkan perilaku dan kultur bangsa kita di tengah kancah kesejagatan.
B. Pengaruh Bahasa Alay Terhadap Perilaku Siswa
Perkembangan bahasa alay di kalangan siswa sangatlah cepat yang
didukung oleh beberapa faktor-faktor kondisi lingkungan siswa itu sendiri. Antara
lain:
-
a. Adanya bahasa alay ditandai dengan menjamurnya internet dan situs-situs
jejaring sosial yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa
gaul. Penikmat situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja
khususnya siswa, menjadi agen dalam menyebarkan pertukaran bahasa alay.
Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini,
akan dilihat dan bisa jadi ditiru oleh ribuan remaja lain. Misalnya, facebook,
twitter, friendster.
b. Pengaruh lingkungan. Umumnya para remaja khusunya siswa menyerap dari
percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya, baik teman sebaya atau
keluarga dan teman di sekolah.
c. Peran media (elektronik) yang menggunakan istilah bahasa alay dalam film-
film khusunya film remaja dan iklan, semisal dari adegan percakapan di
televisi. Aritnya bahasa alay tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara
masyarakat itu sendiri, tapi sebagian besar karena disuapi oleh media.
Padahal media massa memiliki peran besar dalam perkembangan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang yang telah ada.
d. Media cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau koran.
Selain itu, pembuatan karya sastra remaja misalnya cerpen atau novel yang
umumnya menggunakan bahasa alay.
e. Dampak dari pembangunan dan perkembangan zaman atau modernisasi, di
mana segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date.
Dampak dari modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara
berpakaian, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara
bertutur kata (pemakaian bahasa). Dilihat dari cara bertutur kata atau dalam
pemakaian bahasa, dewasa ini munculnya Bahasa alay sangat fenomenal
terutama terlihat pada kalangan remaja (siswa) khususnya yang ingin diakui
sebagai remaja zaman sekarang yang gaul, funky, dan keren. Kemunculan
bahasa alay ini dapat menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Bahasa alay akan selalu muncul dan berkembang sesuai zaman masing-
masing. Beberapa tahun lalu, istilah memble aje atau Biarin, yang penting
kece sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam dengan
-
sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, so what gitu loh,
jayus, dan Kesian deh lo!
C. Dampak Penggunaan Bahasa Alay dalam Kegiatan Belajar Mengajar di
dalam Kelas
Dampak positif dengan digunakannya bahasa alay dalam proses belajar
mengajar adalah siswa menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau
tidaknya bahasa alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau
inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang
tepat dan komunikan yang tepat juga.
Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan
mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang
mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk
tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kegiatan belajar mengajar ini mempunyai
pengaruh negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara
lain sebagai berikut ini :
1. Siswa tidak mengenal lagi bahasa baku.
2. Siswa tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Siswa menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya
karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan
bahasa Indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital,
dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun
kalimat.
5. Sopan santun siswa terhadap guru akan berkurang, dan guru mulai sudah tidak
dihormati lagi oleh siswanya.
Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya
berbahasa Indonesia siswa, baik siswa remaja maupun anak-anak. Karena bahasa
Indonesia merupakan bahasa remi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
-
D. Cara Meminimalisasi Penggunaan Bahasa Alay dalam Proses Kegiatan
Belajar Mengajar di dalam Kelas
Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih
menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar menurut EYD.
Yang kedua, pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan
siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa
menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay tidak
mendominasi kosakata yang kita miliki.
Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan
tulisan yang aneh. Seperti singkatan kata yang menjadi ygdan bukan yank,
disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si
penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.
Yang keempat, banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan
yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya wacana, berita,
ataupun informasi dalam surat kabar.
Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak
kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah satu
wujud bangga terhadap bahasa kita.
-
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan
mencerminkan bangsa kita. Walaupun bahasa alay tidak menjadi bahasa yang
menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik penggunaan bahasa ini
dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat
masyarakat. Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya. Siapa lagi
yang bangga dengan bahasa Indonesia jika bukan kita?
Bahasa alay mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatif lebih
cenderung menguasai dan mengakibatkan permasalahan bagi orang yang
menggunakanya. Seperti sulit berbicara, menulis, membaca bahkan menyimak
dalam bahasa yang sesuai EYD. Maka dari itu sebaiknya kita mencegah dengan
cara meminimalisir bahasa alay yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kegemaran menggunakan bahasa alay ini berlangsung lama dan
makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu,
bahasa Indonesia.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ditulis diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran
antara lain:
1. Para siswa dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa Indonesia yang
baku sesuai dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam forum resmi hendaknya remajat khususnya para siswa dan anak muda
tetap menggunakan tatanan bahasa Indonesia yang baku.
3. Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan bahasa
Indonesia yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.
4 Menyadarkan para siswa terutama para generasi muda, bahwa bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.
5. Meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dan perguruan tinggi
dengan tugas praktik dialog atau monolog seperti dalam bermain drama,
penulisaan artikel makalah dsb.
-
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Alay
http://hanuem.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://sanysetiawan.blogspot.com/2013/02/makalah-bahasa-alay.html