herpes zoster

19
HERPES ZOSTER Disusun Oleh : Pandu Anggoro, S.Ked Dedek Rahmat Pratama Arman, S.Ked Dosen Pembimbing : dr. Olivia Vistary KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS I PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Upload: dedek-rahmat-pratama-arman

Post on 11-Dec-2014

178 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

herpes zoster

TRANSCRIPT

Page 1: Herpes Zoster

HERPES ZOSTER

Disusun Oleh :

Pandu Anggoro, S.Ked

Dedek Rahmat Pratama Arman, S.Ked

Dosen Pembimbing : dr. Olivia Vistary

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS I

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013

Page 2: Herpes Zoster

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-

Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami

ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan

dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh se-

bab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga

dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

Penulis

2

Page 3: Herpes Zoster

BAB I

KASUS

1.1. HASIL ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ragunan

Tgl/Jam Masuk : Senin, 25 Maret 2013

Status Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status Penikahan : sudah menikah

Agama : Islam

DOKTER YANG MERAWAT : dr. Olivia

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Os. Mengeluhkan terdapat bercak pada bagian perut sejak 2

minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang : Bercak dirasakan semakin lama semakin banyak, dan lama-lama

bercaknya menjadi sakit, bercak lama-lama menyebar ke bagian

belakang badan, Os. Mengeluhkan pada bercaknya terasa panas

seperti terbakar dan kadang-kadang terasa gatal. Os. Kadang-

kadang mengeluhkan demam, tetapi tidak terlalu panas. Batuk

dan pilek disangkal pasien, pusing tidak di rasakan.

Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya belum pernah seperti ini, tetapi waktu kecil pernah

terkena cacar air

Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga Os tidak ada yang pernah seperti ini.

Riwayat Pengobatan : Belum berobat

Riwayat Alergi : Os tidak mempunyai alergi

3

Page 4: Herpes Zoster

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis

TANDA VITAL

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 100x/menit, reguler, kuat angkat

Pernafasan : 41x/menit

Tipe : -

Suhu : 37,1 oC

STATUS GENERALIS

Kepala : Normochepal, simetris, rambut agak cokelat,

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),

mata cekung (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret rhinore (-/-), darah (-/-), pernapasan

cuping hidung (-)

Telinga : Normotia (+/+), sekret (-/-)

Mulut : Perdarahan gusi (-), hiperemis (-), tonsil T0/T0

Leher : Pembesaran KGB (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak terdapat vesikel bergerombol di sertai terdapat krusta di perut

kanan dan menyebar ke bagian belakang

Auskultasi : Bising usus (+)

Perkusi : -

Ascites : (-)

Palpasi : -

RESUME

Seorang Ibu dating ke Poli umum dengan gejala terdapat bercak pada perut kanan sejak 2

minggu yang lalu, lama kelamaan bercaknya timbul cairan dan sekarang sudah menjadi krusta,

sekarang bercaknya menyebar ke bagian belakang badan, pada awal timbul bercak terasa sakit

dan panas sekali, kadang-kadang di rasakan Os gatal.

4

Page 5: Herpes Zoster

1.2. DIAGNOSIS KERJA, BANDING

WD

Herpes Zoster Dermatom Lumbal

DD

1. Varicella Zoster

2. Dermatitis Alergika

1.3. RENCANA PENATALAKSANAAN

ASSESMENT

Antivirus : Acyclovir tab 400mg, 5 x 800mg/ hari selama 7 hari

Acyclovir salep di oleskan sehari 3 x

Analgetik : As. Mefenamat tab 500mg 3 x 1 sehari jika terasa sakit

CTM jika terasa Gatal

5

Page 6: Herpes Zoster

BAB IIPEMBAHASAN

-

A. Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel

unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).

Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai

kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh

varicella dalam bentuk cacar air).

B. Epidemiolgi

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan

tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan

perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti

Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan

di Indonesia lebih kurang 1% setahun.

Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena

varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster.

Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam

keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di

atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah

melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

C. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus

berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.

Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel

tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ

dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel

yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus

herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang

6

Page 7: Herpes Zoster

laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus

herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang

pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA

polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel

yang terinfeksi.

D. Patogenesis

Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus

mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang

sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo

Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia

nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian

virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan

berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih

tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana

antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga

terjadi herpes zoster.

E. Gambaran Klinis

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom

yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala

konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama

pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.

Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah

kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.

Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam

kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.

Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat

menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua.

Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit

segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah

menghilang.

Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%),

kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).

7

Page 8: Herpes Zoster

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:

1. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf

trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala

konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari

sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata

bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

2. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi

herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.

8

Page 9: Herpes Zoster

3. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

1. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

9

Page 10: Herpes Zoster

6. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.

F. Diagnosis

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia

beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit.3 Adakalanya

sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan

malaise.9 Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang

menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga

terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan

dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.

Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa

nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan

sebagainya.4 Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan.

Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok,

dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan

diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan

vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik.4,9 Pada

pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel

dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi

10

Page 11: Herpes Zoster

bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen

virus herpes zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi.

Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi

pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:

1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop

elektron.

2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen

3. Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.

-

G. Komplikasi

1. Neuralgia paska herpetik

Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas

penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa

tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15

% dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin

tinggi persentasenya.

2. Infeksi sekunder

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut

dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

3. Kelainan pada mata

Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,

keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.

4. Sindrom Ramsay Hunt

Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,

sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang

sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,

nausea, dan gangguan pengecapan.

11

Page 12: Herpes Zoster

5. Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus

secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis

ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat

terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.

Umumnya akan sembuh spontan.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:

1. Mengatasi infeksi virus akut

2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

I . PENGOBATAN

1. Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada

orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar.

Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

2. Pengobatan Khusus

A. Sistemik

A.1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya

valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA

polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena.

Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir

peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui

intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau

penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai

terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari

selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir

juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase.

Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.

12

Page 13: Herpes Zoster

A.2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus

herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam

mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga

dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.

A.3. Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.

Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang

biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu

dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas

akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antivirus.

B. Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel

diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak

terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi

dapat diberikan salap antibiotik.

13

Page 14: Herpes Zoster

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

-

1. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.

2. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.

3. Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000, 128-9.

5. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.

6. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.

14