hematoskezia
DESCRIPTION
tdyfughTRANSCRIPT
Hematoskezia
dr. Winoto, Sp.B
Pedahuluan
Perdarahan saluran cerna bawah atau Lower gastrointestinal
bleeding (LGIB) didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari organ
traktus gastrointestinalis yang terletak distal dari Ligamentum Treitz yang
menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia simptomatis 1
Definisi
Hematochezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah
maroon yang keluar melalui anus dan merupakan manifestasi
tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Lebih dari 95% sampai 97% kasus, sumber perdarahan
berasal dari kolon, sedangkan 3 sampai 5% sisanya berasal
dari usus halus, LGIB memegang 15% dari episode
perdarahan gastrointestinal.
ETIOLOGI
Diverticulosis
Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan
kearah luar usus melalui lapisan otot.
Diverticulosis colon merupakan penyebab yang paling umum
dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (40% - 55% ) dari
kasus perdarahan dari semua kasus.
Dasar anatomi penyebab dari perdarahan ialah pecahnya
secara asimetris cabang intramural (di vasa recta) dari arteri
marginal pada kubah divertikulum atau pada margin
antimesenterikus.
Diverticulosis
Divertikula paling sering terletak pada kolon sigmoid dan
kolon descendens. Kemungkinannya disebabkan oleh faktor
traumatis lumen, termasuk fecalith yang menyebabkan abrasi
dari pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan.
Diverticulosis
Keluhan ringan : mual, nyeri pada perut kiri bawah, sembelit dan diare keluhan
berat : pecahnya usus, abses dan perdarahan.
Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan terasa nyeri.
Abses ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang sangat nyeri
disertai keluhan sembelit, demam dan keadaan umum penderita buruk.
Perdarahan baru nyata setelah keluar perdarahan saat penderita BAB, dan
mungkin terjadi anemia. Pada penderita usia lanjut, dapat terjadi perdarahan
yang hebat sehingga menyebabkan syok dan tidak jarang memerlukan transfusi
darah.
Angiodysplasia
adalah distensi atau dilatasi dari pembuluh darah kecil pada
submukosa saluran pencernaan.
Angiodisplasia dapat terjadi sepanjang saluran pencernaan dan
merupakan penyebab paling umum dari perdarahan dari usus kecil
pada pasien berusia di atas 50 tahun. 1,3
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah secara bertahap
atau kronis. Angiodisplasia adalah lesi degeneratif yang berkaitan
dengan penuaan.
Angiodisplasia tampak jelas pada kolonoskopi berwarna merah, lesi
rata dengan diameter sekitar 2 sampai 10 mm. Lesi tampak seperti
bintang, oval, tajam, atau tidak jelas.
Angiodysplasia
angiodisplasia cenderung menyebabkan pendarahan dengan
episode lambat tetapi berulang. Oleh karena itu, pasien
dengan angiodisplasia muncul dengan anemia dan episode
pingsan.
Angiodisplasia yang menyebabkan hilangnya darah dalam
jumlah besar jarang didapat.
Pendarahan lesi aktif dapat diobati dengan elektrokoagulasi
colonoskopi.1,3
Arteriovenous Malformation1
AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah
pada 3-40% pasien.
AVMs adalah suatu kelainan pada mukosa dan submukosa pembuluh
darah memiliki komunikasi langsung antara arteri dan vena tanpa campur
tangan kapiler. Lebih dari setengahnya berlokasi di kolon kanan, dan 47%
persen pasien mengalami hematochezia yang tanpa nyeri serupa dengan
perdarahan yang disebabkan oleh penyakit divertikular, dapat pula
muncul berupa perdarahan yang kronik dan intermitten.
Faktor resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60 tahun, lokasi di
sisi kanan kolon , dan pada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal
kronis dan stenosis aorta. Pemeriksaan terbaik untuk AVMs adalah
angiography
Arteriovenous Malformation1
tidak ada tes darah yang spesifik untuk kolitis iskemik, namun biasanya
terdapat kenaikan leukosit, amilase, kreatin fosfokinase dan serum laktat.
Foto rontgen polos biasanya tidak ditemukan sesuatu yang khas,
meskipun tanda edema submukosa dan pneumatosis dapat dilihat
biasanya pada pasien dengan penyakit lanjut.
Diagnosa dengan CT scan mungkin memperlihatkan penebalan segmental
kolon yang terkena.
Evaluasi endoskopi dengan sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yang tidak jelas
diagnosanya dan tidak memperlihatkan tanda-tanda peritonitis atau
perforasi.5
Kolitis
Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses
peradangan atau inflamasi pada kolon.
Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk bakteri,
yang terjadi pada individu yang rentan . Pelepasan bahan
toksin menimbulkan reaksi inflamasi yang menyebabkan
perubahan mukosa dan dinding.
Kolitis dibagi 2, yaitu kolitis ulseratif non spesifik dan kolitis
Crohn.
Kolitis
Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi
dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis
yang penting adalah nyeri abdomen, diare dan perdarahan
rektum
Benign Anorectal Disease
Penyakit anorektal jinak (misalnya, hemorrhoid, fissure ani,
fistula anorektal) dapat menyebabkan perdarahan rektum
intermiten.
Biasanya menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar
tetapi tidak bercampur dengan feses.
Polip dan karsinoma kadang menimbulkan perdarahan yang
mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu
pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan
karsinoma kolon.
Benign Anorectal Disease
Pemeriksaan dilakukan menggunakan anoskopi dan
kolonoskopi. Kelainan perianal diterapi dengan obat
(suppositoria, pelumas, hydroxitison) tetapi sering kambuh
sehingga skleroterapi / koagulasi, ligasi, atau intervensi
bedah dapat dipertimbangkan.5
Neoplasia kolon
Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis,
dan kebanyakan terjadi pada usia tua.
Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif.
Perdarahan bisa berupa sebentar-sebentar, atau kebanyakan
kasus adalah perdarahan tersembunyi ( occult blood).
Dulu, diagnosis dibuat menggunakan barium enema, namun
kini dengan menggunakan kolonoskopi dan biopsi diagnosa
dapat langsung dilakukan. Pengelolaan tumor saluran cerna
bagian bawah adalah dengan eksisi, baik dibantu oleh
endoskopi atau melalui operasi.
Manifestasi klinis
Perdarahan akut :
a.Sinkop : takikardia, kepala
pusing,melayang
b.Syok : - tekanan darah turun (sistolik< 90
mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula)
- takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt)
denyut kecil, lemah atau tidak teraba.
c. muka (kulit, mukosa) pucat
d. akral dingin
e.berkurangnya pembentukan air kemih.
berkurangnya aliran darah ke otak (bingung,
disorientasi, rasa mengantuk dan syok)
f. insomnia.
Perdarahan Kronik:
Akibat kehilangan darah kronik:
a. anemia def.Fe
b. palpitasi
c. lemas
d. sesak napas
e. anoreksia
DIAGNOSA
Tentukan penyebab atau lokasi perdarahan, dilakukan
setelah status hemodinamik stabil ( pada perdarahan akut )1
Anamnesis : tanyakan volume perdarahan, berapa kali
mengalami perdarahan , juga penting ditanyakan kepada
pasien mengenai riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien
menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran
cerna bawah (hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui
riwayat penyakit sekarang , beberapa petunjuk misalnya jika
pasien mengaku:1
Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan
akibat hemoroid.
Pemeriksaan Fisik
1) cek tanda vital :
a.Kesadaran
b.Tekanan darah : hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume darah.1 Bila penderita
syok tek. sistolik < 90 mmHg dan nadi > 100x/mnt,berkeringat dingin, muka pucat, akral dingin maka
kehilangan darah sekitar 40%.
c. Nadi
d.Pernafasan
e. Suhu
2) Mata : ada tidaknya anemis
3) Turgor kulit menurun
4) Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik
5)Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat
6)Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.1
auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak
7) Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan tes Guaiac.1
c. Pemeriksaan laboratorium :1
1) darah : cito dan pemeriksaan darah lengkap . Selanjutnya
perlu dicek Hb dan Ht tiap 6 jam
2) Elektrolit
3) BUN / serum creatinin
4) Liver Function Test
5) Faktor pembekuan : Prothrombin Time (PT)
activated Partial Thrombin Time
(aPTT)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rectum. Urgent Colonoscopy
Adalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah episode perdarahan.
Anoskopi untuk diagnosa perdarahan yang sumbernya adalah di daerah
anorectal dan anal canal, termasuk di dalamnya adalah hemoroid interna dan fissura anal.
Barium Enema Angiography
(merupakan satu cara visualisasi untuk mendiagnosa kelainan pada pembuluh darah seluruh tubuh dengan menggunakan sinar X)
TUJUAN :
stabilisasi hemodinamik
stop perdarahan aktif
-cegah perdarahan ulang
1. Resusitasi penderita : ( A – B – C )
a. Pasang infus : - Nadi > 100x/ mnt infus koloid atau NaCl 0.9%
b. Pernafasan : O2 2-4 ltr/menit Ambil contoh darah (cross matched blood untuk
transfusi)
3.Periksa hemoglobin,hematokrit,trombosit,leukosit (Hb kurang sesuai dengan
jumlah perdarahan pada tahap akut oleh krn belum terjadi hemodilusi, perlu waktu
minimal 8 jam)
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Pemberian transfusi segera pada :
- penderita syok
- perdarahan terus-menerus
- gejala-gejala angina pectoris
- hematokrit < 20%
- Koagulopati dan trombositopenia harus dikoreksi segera.
Trombosit harus dipertahankan diatas 50.000/ml dan kagulopati
harus dikoreksi dengan vitamin K atau dengan fresh frozen
plasma.
PENATALKSANAAN
Medikamentosa :
Perdarahan akut : Transamin 3x1 kaps
: Vit K 3x1 tab
Observasi dan monitoring terus tanda-tanda vital:
observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan,
temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan cepat,
nadi 110 x/menit, suhu antara 38 – 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat
atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal
berkurang, menyebabkan urine berkurang.
Penatalaksanaan