hedonisme kaum remaja

8
Tugas 3 Etika Bisnis dan Profesi Seksi A Kelompok 8: Benny Immanuel (2012-012-366) Melinda Christine Subenny (2012-012-378) Felicia (2012-012-384) Edria Andhika (2012-012-523) Rizky Liliani Jatmiko (2013-012- 483) Hosiana Rebeka (2013-012-494)

Upload: edria-andhika

Post on 09-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

business ethics

TRANSCRIPT

Page 1: Hedonisme Kaum Remaja

Tugas 3 Etika Bisnis dan Profesi

Seksi A

Kelompok 8:

Benny Immanuel (2012-012-366)Melinda Christine Subenny (2012-012-378)Felicia (2012-012-384)Edria Andhika (2012-012-523)Rizky Liliani Jatmiko (2013-012-483)Hosiana Rebeka (2013-012-494)

Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Katolik Atma Jaya Jakarta

2015

Page 2: Hedonisme Kaum Remaja

T-3 Etika Bisnis dan ProfesiSeksi A

Kelompok 8:Benny Immanuel (2012-012-366)Melinda Christinie Subenny (2012-012-378)Felicia (2012-012-384)Edria Andhika (2012-012-523)Rizky Liliani Jatmiko (2013-012-483)Hosiana Rebeka (2013-012-494)

1. Kasus hedonisme

Hedonisme Kaum Remaja

Apa yang sedikit tetapi mencukupi lebih baik daripada banyak tetapi melalaikan. (HR. Abu Dawud)

Media memang menyuguhkan beberapa hal informasi, seperti berita politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Seperti juga penawaran iklan tentang berbagai produk yang secara sadar maupun tidak telah membius masyarakat. Kaum remaja yang masih diliputi jiwa yang labil menjadi sasaran utama para produsen produk-produk terkenal ini. Tidak mengherankan jika budaya konsumtif yang sebelumnya sudah melekat dalam diri bangsa ini dikuatkan lagi dengan budaya hedonisme. Globalisasi dalam segala aspek menjadi magnum opusnya . Siklus kehidupan yang seperti ini seakan menjadi suatu pola baru dan gaya hidup baru. Hedonism sendiri adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Sebuah kebiasaan yang ternyata realitanya menghancurkan tatanan masyarakat yang ada. Coba lihat kesenjangan social yang terjadi dimana-mana sudah menjadi fenomena yang wajar. “Si kaya semakin kaya, si miskin semakin miskin”, begitulah ungkapannya.

Kemunculan budaya hedonisme ini terjadi tanpa kita sadari seiring dengan gerak zaman yang semakin modern. Gaya hidup yang glamor semakin digandrungi oleh para remaja, seakan ada istilah “ga style itu ga zaman gan !!”. Mereka-mereka yang sudah tergila-gila dengan budaya konsumtif akan rela melakukan apa saja demi memenuhi hasratnya. Seperti perburuan akan fashion terbaru, jam tangan merek ternama, sepatu, dan bahkan dari ujung rambut sampai ujung kaki pun tak luput menjadi saksi bisu budaya ini. Keinginan hidup seperti borjuis memang menjadi daya tarik tersendiri, seperti Raja atau bangsawan pada masa lalu. Pada masa itu prestise sangat mempengaruhi terhadap penilaian masyarakat, tentang statusnya, kemewahannya dan tentunya kekuasaan yang sedang ia emban. Raja, bangsawan dan rakyat pun saling berlomba menunjukkan ciri khas masing-masing, dalam hal budaya tentunya. Seorang raja tentunya identik dengan kemewahan yang bergelimang, dia punya budaya sendiri yang kebanyakan sering ditiru oleh kelas bawanya entah bagaimana pun caranya.

Keinginan menjadi yang terbaik, be the best, memang hal yang bagus, akan tetapi jika selama masih diterima oleh logika. Terkait dengan budaya hedonisme ini tidak kita pungkiri, mereka berlomba-lomba menjadi number one. Hal tersebut sebenarnya dapat dikikis apabila remaja mau berpikir logis dan rasional terhadap gencarnya iklan dan globalisasi zaman yang semakin modern. Sadar terhadap trik dan intrik politik yang dimainkan oleh para kaum kapitalis pada umumnya dan para investor secara khusus sebagai pemasang iklan yang mempengaruhi konsumsi public. Remaja adalah masa dimana pemikiran logis, rasoinal dan juga realistis

Page 3: Hedonisme Kaum Remaja

kadang belum begitu bermain. Kesenganan dan kenikmatan hidup seperti yang dianut kaum hedonis memang menggiurkan. Perlawanan terhadap pola pikir public menjadi kunci utama, sebab budaya ini (hedonisme) sudah memasyarakat.

Dapat sedikit ditelisik berbagai faktor penyebab kemunculan budaya hedonisme. Pertama adalah sikap Individualisme atau sikap egois yang tinggi. Adanya sikap ini wajar munculnya karena manusia adalah makhluk individu tapi bersosial. Maksudnya manusia itu mempunyai pola pikir individualistis, namun mereka tidak dapat hidup sendiri. Mereka bersosial akan tetapi hanya dengan keluarganya, komunitasnya, golongannya dan sebagainya. Adanya sikap ini membuat para penikmat budaya hedonisme membelanjakan uangnya untuk kepentingan sendiri, tidak untuk bersosial. Hal ini adalah penyebab semakin membengkaknya jurang antara si kaya dan miskin. “duit-duit gue, terserah dong mau gue apain”, ucap seorang hedonis seraya menyingkirkan pengemis di depan sebuah pusat perbelanjaan.

Penyebab kedua adalah sifat psikologi dari remaja. Maksudnya mereka yang memiliki kekurangan dalam berbagai hal, maka dari itu muncul keinginan untuk menutupi kekurangannya supaya terlihat lebih dengan hal tersebut. Misalnya saja bersaing dalam hal berpakaian. Akan tetapi sebab kedua ini tidak mutlak begini, style yang sedang berkembang pada saat itu juga mendorong untuk segera mengikutinya. Selain itu perasaan cinta terhadap lawan jenis, membuat para remaja tampil extraordinary, dan dapat tampil lebih matching. Hal yang terakhir adalah sikap materialisme yang tinggi. Perasaan cinta pada uang dan materi yang berlebih membuat para remaja membelanjakan uangnya sesuka hati. Motifnya hanya supaya demi tercapainya status sosial yang tinggi dan membuat mereka sedikit dihargai oleh masyarakat disekitarnya.

Kebudayaan hedonisme yang sudah menggejala dan mengakar begitu kuat membuat pemerintah dan masyarakat semakin prihatin. Ketakutan tumbuhnya budaya hedonisme ini juga dirasakan oleh para pendidik. Himbauan-himbauan dari berbagai media, baik elektronik maupun cetak telah sering dipaparkan untuk meminimalisir budaya hedonisme ini. Adanya ketakutan dari berbagai pihak, seperti pemerintah dan sekelompok kalangan ini memang cukup berdasar. Pasalnya, budaya tersebuat sampai saat ini entah sadar atau tidak, hal ini sudah membudaya. Akan tetapi jumlah prosentase remaja yang tidak sadar adalah sebagian besar, dengan pertimbangan salah satunya banyaknya produk-produk yang laku keras, konsumen utamanya tidak lain adalah remaja.

Keinginan untuk merubah tatanan masyarakat yang sudah terlanjur skeptis dengan keadaan ini membuat mereka sulit untuk menerima perubahan lain. Hedonisme sudah menjadi semacam kultur masyarakat Indonesia, termasuk para remajanya. Jiwa-jiwa remaja yang ingin selalu cenderung tampil lebih baik dalam segala hal termasuk gaya yang tampak, style. Apakah mungkin jika para remaja tersebut tiba-tiba tersadar, kemudian berpaling dari budaya hedonisme yang sudah melekat? Entah sampai kapan jiwa dan perilaku ini akan menguasai mereka? Jawabannya kembali kepada diri kita masing-masing, apakah kita mau setidaknya mengikis hal ini, dan tidak menutup mata akan lingkungan sekitar yang ternyata masih membutuhkan bantuan kita. Faktanya banyak sekali celah-celah kehidupan ini supaya kita dapat berfikir rasional intelektual, bertindak positif sebagai pribadi yang religius dan kreatif. Berpegang teguh pada tali agama dan mencoba diaplikasikan secara nyata. Namun, memang harus kita pahami dan tidak bisa kita pungkiri, keberadaan kaum hedonis ini memang ada dan nyata. Mau tidak mau kita pun juga memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang kita kehendaki, tapi tentu dengan segala konsekuensinya. Siapa yang menanam, dia menuai!

Page 4: Hedonisme Kaum Remaja

2. Kelebihan dan kekurangan teori hedonisme

Gagasan inti dari teori etika hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Pada zaman ini budaya hedonisme sangat mempengaruhi kaum muda, misalnya para remaja, budaya ini sangat melekat pada kaum muda di Indonesia. Budaya hedonisme ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan pada budaya hedonisme yang pertama, membuat orang lupa akan tanggungjawabnya karena apa yang dia lakukan semata-mata untuk mencari kesenangan sendiri perlu diketahui manusia hidup tidak hanya mencari kenikmatan saja ada banyak contoh seperti Suster Teresa dari kalkutta dan para pekerja sosial lainnya yang bekerja bukan hanya demi kesenangan atau kenikmatan semata. Jadi perlu ditekankan manusia tidak hidup demi mencari kesenangan dan kenikmatan semata, karena masih banyak dorongan lain yang memacu orang untuk tetap hidup dan bekerja. Kedua, pemikiran bahwa segala yang menyenangkan pasti baik tidaklah bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena setiap yang menyenangkan belum tentu baik, sedangkan yang baik membawa kesenangan. Contoh, anak muda memakai narkoba untuk mencari kesenangan memang membawa kesenangan namun tidak adak nilai kebaikan di dalam tindakan tersebut. Sebaliknya ada anak sekolah yang mencari dana untuk anak-anak jalanan yang tidak sekolah agar mereka dapat sekolah, sudah ada nilai kebaikkan di sana dan diikuti nilai kesenangan karena bisa saja mereka mencari dana dengan cara menjual produk kerajinan tangan yang mereka buat sendiri yang di dalam proses membuat produk kerajinan tangan tersebut terdapat nilai kesenangan karena mereka dapat berkreasi dalam membuat produk kerajinan tangan. Ketiga, hedonisme melahirkan sikap egoisme. Kesenangan bersifat individual, dengan begitu individualisme akan tumbuh dan juga merusak suatu sistem nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat sekarang. Keempat, hedonisme tidak mengakui sesuatu yang pahit sebagai hal yang baik, padahal dalam kehidupan manusia, selain yang menyenangkan, ada juga yang tidak menyenangkan. Sesuatu yang pahit juga turut membentuk nilai baik di dalam diri manusia. Contoh, obat yang pahit digunakan untuk menyembuhkan manusia. Contoh lain, pengalaman pahit seorang Bill gates yang kaya raya sekarang tidak didapat dari pengalaman menyenangkan ia dropout dari Harvard University demi sebuah impian sebagai pembuat program terkenal. Pengalaman pahit memang diperlukan manusia untuk terus tumbuh dan berkembang. Kelima, hedonisme, khususnya Aristippos, hanya berbicara mengenai bagaimana mencari nikmat, dan tidak berbicara bagaimana mengembangkan diri, padahal mengembangkan diri menjadi bagian penting dalam mengungkapkan kemanusiaan seseorang karena itu menggali potensi-potensi menjadi perhatian banyak orang untuk meraih kesuksesan. Keenam, hedonisme tidak memperhatikan sifat relatif kesenangan. Kesenangan tidak sama bagi semua orang. Bagi masyarakat tradisional kesenangan diukur dari hidup yang berkecukupan. Sementara bagi masyarakat modern kesenangan diukur dari kehidupan yang glamor dan mewah. Masyarakat modern akan lebih cenderung konsumtif daripada produktif, juga terjadi kesenjangan sosial antara yang kaya dengan yang miskin, perilaku seperti ini akan merusak para kaum muda karena adanya kesenjangan sosial. Contoh, kaum muda yang lebih kaya akan merasa tidak sesuai bila bergaul dengan kaum muda yang lebih miskin

Page 5: Hedonisme Kaum Remaja

karena menurut mereka tidaklah pantas orang kaya bergaul dengan orang miskin padahal kenyataannya terlepas dari harta benda yang kita miliki kita semua memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Kita sama-sama manusia yang pada akhirnya harta tidak berarti lagi ketika kita meninggal. Sedangkan Kelebihan dari budaya hedonisme adalah berusaha mencari kesenangan manusiawi. Dalam hal ini hedonisme dapat memberi sumbangan besar dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja. Secara psikologis, segala hal yang dilakukan dengan senang hati dapat membawa hasil maksimal. Sebaliknya segala hal yang tidak kita sukai untuk dilakukan kurang berarti bagi kita. Dengan kata lain, intensi dalam bekerja penting, dan intensi ini akan besar kalau bersumber dari minat dan bakat. Contoh, dengan kaum muda yang lebih kaya akan merasa lebih mampu dalam membeli barang-barang tertentu sedangkan yang miskin tidak mampu membeli barang-barang tertentu. Kalau dilihat dari segi ekonomi jelas kaum muda yang kaya dan hedonis akan memberikan manfaat positif terhadap para produsen barang-barang karena akan membeli setiap produk yang ditawarkan oleh produsen, ketimbang kaum muda yang lebih miskin.

3. Alternatif teori etika yang relatif cocok digunakan untuk menyelesaikan kasus tentang hedonisme.

Alternatif teori etika yang relatif paling cocok untuk kasus tentang hedonisme adalah teori utilitarisme. Paham hedonisme yang dikemukakan Epikuros nyatanya adalah mencari kesenangan merupakan hal alamiah bagi manusia, dimana kesenangan tersebut dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatkan motivasi dan produtivitas kerja. Namun, selama ini teori hedonisme telah banyak yang keluar jalur, terutama bagi kaum remaja, dimana banyak remaja melakukan tindakan-tindakan sesuka hatinya demi mencapai kesenangan untuk diri sendiri, tanpa memerhatikan dampak negatif yang mungkin terjadi untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh, kaum remaja menghambur-hamburkan uang demi mencapai kesenangan memiliki barang-barang mewah atau ber-merk, padahal belum tentu barang tersebut memiliki dampak positif bagi dirinya. Contoh berikutnya, kebiasaan seks bebas yang semakin merajalela di kalangan remaja, dimana hal tersebut hanya dilakukan untuk mendapat kenikmatan semata, padahal akan membawa dampak negative bagi dirinya, seperti tertular penyakit menular seksual, hamil di luar nikah, dan sebagainya.

Dalam teori utilitarisme dijelaskan bahwa, suatu tindakan akan dikatakan baik apabila tindakan itu benar-benar membawa manfaat atau berguna. Tiga prinsip yang mendasari hal tersebut adalah, manfaat, manfaat terbesar, dan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Jadi, untuk mengatasi budaya paham hedonisme yang sudah keluar jalur, setiap manusia harus belajar mengenai teori utilitarisme, dimana manusia harus mampu memilih tindakan mana saja yang memiliki manfaat, lalu disaring tindakan mana yang memiliki manfaat lebih besar, kemudian disaring lagi tindakan mana yang memiliki manfaat terbesar dan berguna bagi banyak orang disekitarnya. Dengan kata lain, utilitarisme mengajarkan agar dalam bertindak kita harus memiliki alasan rasional. Dengan demikian, remaja dan masyarakat lainnya yang sudah terbiasa hidup dalam budaya hedonisme menyimpang, harus belajar untuk memahami makna teori utilitaritas agar mereka dapat menggunakan rasionalitas dalam mengambil tindakan-tindakan dalam hidupnya yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitarnya.