hayatus sahabah

95
HAYATUS SAHABAH "Dan orang-orang yang terdahulu lagi Yang mula-mula (masuk Islam) dari golongan "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang Yang menurut (jejak langkah) mereka Dengan baik, Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Allah dan Allah menyediakan untuk mereka Syurga-syurga Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama- lamanya. itulah kemenangan Yang besar." At Taubah ayat 100. SIFAT-SIFAT NABI MUHAMMAD SAW 1. FIZIKAL NABI Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata: Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya 1

Upload: iser84

Post on 01-Jul-2015

416 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hayatus Sahabah

HAYATUS SAHABAH

"Dan orang-orang yang terdahulu lagi Yang mula-mula (masuk Islam) dari golongan

"Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang Yang menurut (jejak langkah) mereka

Dengan baik, Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Allah dan Allah

menyediakan untuk mereka Syurga-syurga Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai,

mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. itulah kemenangan Yang besar." At Taubah

ayat 100.

SIFAT-SIFAT NABI MUHAMMAD SAW

1. FIZIKAL NABI

Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra.

katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan

aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW,

padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang

dapat aku mencontohinya, maka dia berkata: Adalah Rasulullah SAW itu seorang

yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam

purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya

bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga

ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah

di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum,

hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua

belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih

bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya

memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan

dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar,

kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus,

pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan

bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya

lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging,

panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda

1

Page 2: Hayatus Sahabah

berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah

air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut

(tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan

perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas

jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi,

kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit,

jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan

dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

2. KEBIASAAN NABI

Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku:

Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih,

senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila

tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya

dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu

kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak

terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil,

tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat

meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat

membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu

urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat

kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga

baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau

membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan

semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak

tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak

tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda

terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira

dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila

baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

2

Page 3: Hayatus Sahabah

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga.

Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati

ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu.

Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar

baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu

mengenai Rasulullah SAW itu.

3. RUMAH NABI

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang

masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila

sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya

dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian

untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan

bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia,

dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang

khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.

Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan

perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka

menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu

ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka

dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan

kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan

memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang

dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada

siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang

tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan

orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang

penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada

disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.

Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat

ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun

3

Page 4: Hayatus Sahabah

mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain

mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka

keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

4. LUARAN NABI

Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar,

dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar,

senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk

ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam

bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan

meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda

mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak

dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia.

Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu

bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji

dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak

membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau

menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau

menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah

orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang

paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling

bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

5. MAJLIS NABI

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan

bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu

majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT

baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta

ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu

tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh

4

Page 5: Hayatus Sahabah

membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya

kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di

majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya.

Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu

masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu

bangun dan kembali.

Baginda tidak pemah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu

keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-

kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya

sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di

sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya

semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar

suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik

dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah

diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu

selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan

Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama

dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya

mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka

berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong

kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan

orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat

jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang

dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak

berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan

pahala.

Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya

memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala

mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia

berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar

5

Page 6: Hayatus Sahabah

di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa

takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi

yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu

daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para

sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan

mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah

kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan

pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun,

baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong

bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara,

atau baginda menjauh dari tempat itu.

6. DIAMNYA NABI

Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya,

bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada

mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati,

kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur.

Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan

pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang

kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan

dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah,

ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-

hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya

untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia

mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang

buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari

jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat

mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)

6

Page 7: Hayatus Sahabah

PENTINGNYA SUNNAH RASULULLAH SAW

Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah SAW telah berkata kepadaku: 'Hai

anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan dendam kepada orang lain sejak dari pagi

sampai ke petangmu, hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau

menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku), dan barangsiapa yang

menyukai sunnahku, maka dia telah menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia

akan berada denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)

Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang

dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus

orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah

ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-

Targhib Wat-Tarhib 1: 44)

Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW telah bersabda: Orang yang

berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala

orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa

Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa

perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api.

(Kanzul Ummal 1: 47)

Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah SAW katanya: Orang

yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku! Demikian pula yang

dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya

berbunyi: Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.

Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari

Nabi SAW katanya: Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga!

Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi SAW katanya: Barangsiapa

yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku

dia akan memasuki syurga bersama-sama aku!

7

Page 8: Hayatus Sahabah

PENTINGNYA MENTAATI RASULULLAH SAW

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Barangsiapa yang

mentaatiku, maka dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka

dia telah mendurhakai Allah. Begitu pula, barangsiapa yang mentaati petugasku, maka

dia telah mentaatiku, dan barangsiapa mendurhakai petugasku, maka dia telah

mendurhakaiku.' (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. lagi, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Semua

ummatku akan memasuki syurga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang

mentaatiku akan memasuki syurga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang

yang enggan memasuki syurga.'(Riwayat Bukhari)

Jabir ra. bercerita, katanya: Suatu peristiwa datanglah beberapa Malaikat kepada

Nabi SAW ketika beliau sedang tidur, lalu mereka berkata: Bahwa sesungguhnya teman

kamu ini dapat diberikan beberapa perumpamaan, cobalah berikan perumpamaan

baginya! Maka berkata yang satu: Dia ini sedang tidur. Yang lain berkata: Meskipun

matanya tidur, namun hatinya tetap sadar! Lalu berkata pula Malaikat yang lain:

Perumpamaan temanmu ini ialah perumpamaan seorang lelaki yang baru selesai

membangun sebuah rumah, lalu dia pun mengadakan undangan makan, dan mengundang

orang datang kepadanya. Jadi, sesiapa yang menerima undangan itu, dia akan memasuki

rumah itu, dan dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan itu. Dan sesiapa

yang menolak undangan itu, tidak akan memasuki rumah itu, dan tidak dapatlah dia

memakan dari makanan yang disediakan di situ!

Kemudian berkata Malaikat yang mendengar perumpamaan itu: Jelaskanlah perkara

ini kepadanya (Nabi Muhammad) supaya dia mengertinya! Lalu ada Malaikat yang

berkata: Bukankah dia sedang tidur?! Jawab yang lain: Bukankah sudah aku katakan;

matanya saja yang tidur, namun hatinya sadar (dapat menangkap maksud dari berita ini).

Maka para Malaikat itu pun berkata: Rumah itu diibaratkan dengan 'Syurga', dan orang

yang mengundang itu ialah 'Muhammad' itu sendiri. Tegasnya, siapa saja yang mentaati

Muhammad, maka dia mentaati Allah. Dan siapa saja yang mendurhakai Muhammad,

maka dia mendurhakai Allah. Dan Muhammad itu adalah penengah (di antara Allah)

dengan manusia! (Riwayat Bukhari) Ad-Darimi juga mengeluarkan cerita yang sama dari

Rabitah Al-jarasyi ra. dengan maksudnya yang sama (kitab: Al-Misykah, hal. 21)

8

Page 9: Hayatus Sahabah

Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Hanyalah

perumpamaanku dan perumpamaan apa yang diutus Allah kepadaku adalah

perumpamaan seorang lelaki yang datang kepada suatu kaum, lalu dia berkata kepada

mereka: Hai kaumku! Saya lihat dengan mataku sendiri, ada suatu bala tentara yang

datang, dan saya adalah pemberi peringatan yang telanjang (dapat dimaksudkan: yang

paling jujur), maka selamatkanlah diri kamu! Selamatkanlah! Kerana itu ada di antara

kaumnya yang mentaatinya, maka dari sejak malam mereka telah keluar melarikan diri

dengan secara teratur, hingga akhirnya mereka selamat. Ketika sekumpulan yang lain

telah mendustakannya, dan mereka terus menetap di tempat mereka. Akhirnya, mereka

sejak pagi buta telah diserang oleh bala tentara (musuh) itu, yang membinasakan mereka

serta memukul bersih apa saja yang ada di hadapannya. Itulah dia perumpamaan siapa

yang mentaatiku serta menuruti apa yang saya sampaikan kepadanya. Demikian pula

perumpamaan siapa yang menderbakaiku serta mendustakan apa yang saya sampaikan

kepadanya dari perkara kebenaran itu.' (Riwayat Darimi)

Razin telah membawa suatu berita dari Umar ra. yang dirafakkannya kepada

Rasulullah SAW sabdanya: Aku sudah menanyakan Tuhanku tentang perselisihan para

sahabatku sepeninggalku, lalu Allah mewahyukan kepadaku, katanya: Wahai

Muhammad! Sesungguhnya semua para sahabatmu itu dalam pandanganku adalah

umpama bintang-bintang di langit, setengah mereka lebih teguh dari setengah yang lain,

namun bagi setiap satu darinya ada cahayanya yang tersendiri. Maka barangsiapa yang

mengambil sesuatu dari apa yang ada pada diri mereka tanpa memandang pada

perselisihan mereka itu, maka dia itu dalam pandanganku berada di atas kebenaran.

Kemudian Nabi SAW pun berkata: Para sahabatku itu seumpama bintang-bintang maka

siapa saja dari mereka yang kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk. (Jam'ul-Fawa'id

2:201)

Dari Al-Irbadh bin Sariyah ra. yang menceritakan suatu peristiwa, katanya: Pada

suatu hari Rasulullah SAW telah mengimami kami satu shalat, dan sesudah selesai shalat,

beliau lalu menghadapkan wajahnya kepada kami serta menyampaikan suatu pidato yang

sungguh berkesan sekali pada diri kami, sehingga bercucuranlah air mata kami dan

gemetarlah segala urat perut kami. Sehabis pidato itu, telah bangun seorang lelaki

berkata: Ya Rasulullah! Seolah-olah pidato ini adalah suatu pidato terakhir untuk

9

Page 10: Hayatus Sahabah

mengucapkan selamat tinggal! Jadi, apakah yang patut engkau pesankan untuk kami?!

jawab beliau: Aku berpesan kepada kamu supaya bertaqwa kepada Allah, selalu

mendengar perintah dan mentaatinya, walaupun yang memerintah itu seorang hamba

habsyi (yang hitam warna kulitnya). Kerana sesungguhnya, siapa saja yang hidup di

antara kamu sesudahku nanti dia akan melihat perselisihan-perselisihan yang banyak.

Maka ketika itu, hendaklah kamu berpegang teguh kepada perjalananku dan pejalanan

para Khulafaur-Rasyidin yang sudah tertunjuk (oleh hidayatku), hendaklah kamu

berpegang kuat dengannya, dan gigitlah dia dengan gigi geraham kamu. Berhati-hatilah

kamu dengan mengada-adakan (hukum) yang baru, kerana setiap hukum yang diada-

adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat! (Riwayat Tarmidzy dan Abu

Daud)

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra. telah merafakkan bicara ini kepada Nabi SAW

sabdanya: Aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan berada bersama-sama kamu. Tetapi

aku mengingatkan kamu supaya mengikuti dua orang ini sepeninggalku. Lalu beliau

menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar radhiallahu-anhuma. Sambungnya lagi: Ambillah

petunjuk yang diberikan Ammar, dan dengar apa yang dibicarakan Ibnu Mas'ud dan

percayailah dia!(Riwayat Tarmidzy)

Dari Bilal bin Al-Haris Al-Muzani ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:

'Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnat (jalan) dari sunnatku yang telah

ditinggalkan orang sepeninggalku, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang

mengamalkannya sesudah itu, tiada dikurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka

(yang mengamalkannya itu). Dan barangsiapa yang mengadaadakan suatu bid'ah yang

menyesatkan yang tiada diridhai Allah dan RasuINya, maka dia akan menanggung

dosanya seperti dosadosa orang yang mengamalkannya, tiada dikurangi sedikit pun dari

dosa-dosa orang yang mengamalkannya.'(Riwayat Tarmidzy) Ibnu Majah juga

meriwayatkan suatu Hadis yang serupa ini dari Katsir bin Abdullah bin Amru, dari

bapanya, dari datuknya.

Dari Amru bin Auf ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: 'Sesungguhnya

agama (Islam) itu akan kembali ke Hijaz, sebagaimana ular yang kembali ke dalam

lobangnya. Lalu agama itu akan tertambat di Hijaz umpama tertambatnya unta-unta di

puncak gunung. Sesungguhnya agama itu lahir asing (tidak dikenali orang), dan dia akan

10

Page 11: Hayatus Sahabah

kembali asing seperti mula lahimya. Maka berbahagialah orang-orang asing itu (yakni

kaum yang bukan Arab), kerana merekalah yang akan membetulkan apa yang dirusakkan

manusia dari sunnatku sepeninggalku nanti."(Riwayat Tarmidzy)

Dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Akan berlaku

ke atas ummatku seperti mana yang berlaku ke atas kaum Bani Israel umpama sepasang

sepatu, satu dengan yang lain, sampai terjadi di antara mereka orang yang mendatangi

(melakukan zina) ibunya secara terang-terangan, demikian pula yang akan berlaku pada

ummatku juga. Dan bahwasanya kaum Bani Israel akan terpecah-belah kepada tujuh

puluh dua kaum, dan ummatku pula akan terpecah-belah kepada tujuh puluh tiga kaum,

semuanya adalah di dalam neraka, kecuali satu kaum saja. Para sahabat bertanya: Siapa

kaum itu, hai Rasulullah?! jawab beliau: kaum yang mengikutiku dan mengikuti para

sahabatku!' (Riwayat Tarmidzy)

11

Page 12: Hayatus Sahabah

RASULULLAH SAW TAKUT TERHADAP KEDUNIAAN YANG MELIMPAH

Asy-Syaikhany mengeluarkan dari Abu Sa'id Al-Khudry di dalam sebuah hadits,

dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas mimbar dan kami

pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya yang paling kutakutkan

atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada

kalian." Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/144.

Asy-Syaikany juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay

Radhiyallahu Anhu, yang di dalamnya dia berkata, "Rasulullah Shallailahu Alaihi wa

Sallam bersabda, "TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah,

bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia

dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-

orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga

kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami." Begitulah yang disebutkan di dalam

At-Targhib Wat-Tarhib, 5/141

Ya'qub bin Sufyan mengeluarkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa

Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang

disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata, "Sesungguhnya Allah menyuruh engkau

untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan

sekaligus nabi." Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka

Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab, "Aku

pilih menjadi hamba dan nabi." Setelah kejadian ini beliau tidak pemah makan sambil

telentang, hingga beliau wafat. Yang serupa dengan ini juga diriwayatkan Al-Bukhary

dan An-Nasa'y. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 6:48. Ahmad

mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia

berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah

Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas

selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga

menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah

menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok

rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah

12

Page 13: Hayatus Sahabah

disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.

"Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau. "Wahai Nabi Allah,

bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung

engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di

antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang

pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu." "Wahai Ibnul-Khaththab,

apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya

mendapatkan dunia?" Al-Hakimjuga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat

Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas, dan dia menyebutkan yang seperti ini.

Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161

13

Page 14: Hayatus Sahabah

KEADAAN LAPAR RASULULLAH SAW

Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir ra. dia

berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu

mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad SAW hanya

mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!

Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir ra. katanya, bahwa pada

suatu ketika Umar ra. menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka

dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian menanggung lapar, karena

tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang

buruk saja untuk mengisi perutnya.

Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-

Najjar dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW

ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya

Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab

beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus

menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku

menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya

penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia

jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu

Bakar ra. (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu

aku tidak makan, tetapi Nabi SAW memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak

makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara

dengannya: Ini karena tidak punya lampu. Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan

ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab

Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan.

(At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)

Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Ada kalanya sampai

berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak ada satu hari pun

14

Page 15: Hayatus Sahabah

yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk

dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah ra. dia berkata:

Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami

senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah

Rasulullah SAW tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah

makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-

tetangga Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan.

Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum

susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah ra. katanya: sering kali kita duduk sampai

empat puluh hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami

berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup?

Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)

Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi

Aisyah ra. lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku

mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin

menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul

Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah SAW telah

meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging

dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)

Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah SAW kenyang

dari roti gandum tiga hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau

meninggal dunia. Di lain lain versi: Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah SAW dari

roti syair dua hari berturut-turut sehingga beliau wafat. Dalam versi lain lagi: Rasulullah

SAW telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air.

(Kanzul Ummal 4:38)

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah ra.:

Rasulullah SAW tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita

mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari

dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

15

Page 16: Hayatus Sahabah

Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan ra. secara mursal, katanya:

Rasulullah SAW selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal

bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara

teratur selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah. Bukhari

meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah SAW makan di atas piring,

tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia. Dalam riwayat

lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah

puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas ra. katanya: Rasulullah SAW sering

tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena

kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang

kasar. Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Pernah Rasulullah

SAW mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau

makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan. Dan Abu Hurairah ra. berkata:

Rasulullah SAW meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang

kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)

Pernah Fathimah binti Rasulullah SAW datang kepada Nabi SAW membawa

sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah ra:

Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak tiga hari yang lalu! Dalam

periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu: Maka Rasulullah SAW pun bertanya

kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab:

Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan

untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id

10:312)

Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Sekali

peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah SAW maka beliau

pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan

panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-

Tarhib 5:149)

Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad ra. dia berkata: Tidak pernah

Rasulullah SAW melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan

16

Page 17: Hayatus Sahabah

Allah hingga beliau meninggal dunia. Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman

Nabi SAW ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah SAW tidak pernah

melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya

orang itu lagi: Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih

dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya

sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan

dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah ra. katanya: Sekali peristiwa kami

datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah SAW lalu kami mengangkat kain kami,

di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami. Maka Rasulullah SAW pun

mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat dua batu demi dua batu. (At-

Targhib Wat-Tarhib 5:156)

Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair ra. dan dia ini dari para sahabat

Nabi SAW Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi SAW merasa terlalu lapar pada suatu hari,

lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda:

Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan

menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang

memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang

yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'

Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Bala

yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi SAW ialah

kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya,

lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya! (At-Targhib Wat-Tarhib

3:420).

17

Page 18: Hayatus Sahabah

RUMAH ISTERI-ISTERI NABI SAW

Ketika rombongan keluarga Nabi SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. sampai di

Madinah, ketika itu Rasulullah SAW sedang membangun masjid dan ruangan-ruangan di

sekeliling masjid itu. Lalu Nabi SAW menempatkan mereka di sebuah rumah milik

Haritsah bin Nu'man ra. Rasulullah SAW menyempurnakan pernikahannya dengan

'Aisyah di ruangan itu. Dan Rasulullah SAW pun dikuburkan di tempat yang sama.

Haritsah bin Nu'man memiliki beberapa rumah di sekitar masjid Nabawi. Apabila

Rasulullah SAW menikahi seseorang, maka Haritsah akan pindah dari rumahnya demi

beliau, sehingga akhirnya semua rumahnya digunakan untuk Rasulullah SAW dan istri-

istri beliau. Nabi SAW membuat pintu masuk ke masjid meialui pintu kamar 'Aisyah.

Sehingga diriwayatkan bahwa ketika beliau sedang beri'tikaf, beliau nienjengukkan

kepalanya dari masjid lewat pintu 'Aisyah. lalu 'Aisyah mencuci kepala beliau sementara

dia sedang haid. Setelah perombakan demi perombakan, akhirnya rumah para istri Nabi

SAW harus digusur pada masa Walid bin Abdul Malik. Abdullah bin Yazid berkata

tentang kejadian penggusuran itu, "Aku melihat rumah-rumah istri Rasulullah SAW

ketika dihancurkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul

Malik. Rumah-rumah itu disatukan dengan masjid. Rumah-rumah itu terbuat dari bata

kering, dan ruangan-ruangannya dibuat dari batang pohon kurma yang disatukan dengan

lumpur. Ada sembilan rumah dengan kamar-kamarnya. Rumah itu dimulai dari rumah

'Aisyah dengan pintu yang berhadapan dengan pintu kamar Rasulullah SAW, sampai

rumah Asma' binti Hasan. Aku melihat rumah Ummu Salamah dan ruangan-ruangannya

terbuat dari bata. Cucu laki-lakinya berkata, "Ketika Rasulullah SAW menyerang

Dumatut jandal, Ummu Salamah membangun ruangan dengan bata. Ketika Rasulullah

SAW datang dan melihat bata itu, beliau masuk menemui Ummu Salamah rha. dan

bertanya, bangunan apa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rasulullah SAW, aku ingin menghalangi

pandangan orang'. Beliau SAW berkata, 'Wahai Ummu Salamah, hal terburuk bagi

seorang Muslim dalam membelanjakan uangnya adalah untuk bangunan.'

Di antara makam dan mimbar, terdapat kamar-kamar istri Rasulullah SAW yang

terbuat dari batang pohon kurma dengan pintu-pintunya yang ditutupi dengan kain wol

hitam. Dan pada hari surat Walid bin Abdul Malik dibacakan, yang memerintahkan agar

18

Page 19: Hayatus Sahabah

kamar, kamar istri-istri Rasulullah SAW tersebut disatukan dengan masjid Nabi, banyak

orang yang menangis kehilangan. Sa'id bin Musayab rah.a. juga bercerita tentang hari itu,

'Demi Allah, aku berharap bahwa kamar-kamar itu dibiarkan sebagaimana adanya,

sehingga orang-orang Madinah dan para pengunjung dari jauh bisa melihat seolah-olah

Rasulullah SAW masih hidup. Hal itu termasuk bagian dari hal-hal yang akan memberi

semangat kepada umat untuk menahan diri dari mencari dan menyibukkan diri atas

sesuatu yang tidak berguna di dunia ini'.

lmran bin Abi Anas berkata, 'Di antara rumah-rumah itu ada empat buah rumah

yang terbuat dari bata dengan kamar-kamar dari pohon kurma. Ada lima rumah dari

batang pohon kurma dilapisi lumpur tanpa bata. Aku mengukur gordennya dan mendapati

ukurannya tiga kali satu cubit, dan areanya itu sedemikian, lebih atau kurang. Sedangkan

mengenai tangisan, aku bisa mengingat kembali diriku pada sebuah perkumpulan yang

dihadiri sebagian sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu Salamah bin Abdurrahman,

Abu Umamah bin Sahal, dan Kharijah bin Zaid. Mereka menangis sampai janggut

mereka basah oleh air mata. Tentang hari itu Abu Umamah berkata, 'Seandainya mereka

membiarkan dan tidak menghancurkannya sehingga orang-orang bisa menahan diri dari

membangun bangunan dan mencukupkan dengan apa yang Allah ridhai pada Rasul-Nya

walaupun kunci harta dunia di tangan beliau.'

19

Page 20: Hayatus Sahabah

HIJAB (TABIR/PURDAH) ISTERI-ISTERI NABI SAW

Anas bin Malik ra. berkata, 'Pertama kali ayat tentang hijab diturunkan adalah

ketika Rasulullah SAW menikahi Zainab binti jahsy. Pada pagi hari Rasulullah SAW

menikahi Zainab beliau mengundang orang-orang lalu mereka makan dan kemudian

pergi. Sekelompok orang masih tinggal bersama Nabi. Mereka tetap di sana untuk waktu

yang lama. Rasulullah SAW bangkit dan aku pergi bersamanya hingga kami sampai di

pintu ruangan 'Aisyah. Ketika beliau duga orang-orang itu mereka telah pergi, beliau

kembali dan aku kembali bersamanya dan mereka ternyata sudah pergi. Maka beliau

memasang tabir antara aku dan beliau lalu turunlah ayat tentang hijab, "Hai orang-orang

yang beriman! janganlah kamu memasuki rumah Nabi kecuali kamu diizinkan makan

dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang,

maka masuklah dan jika kamu selesai makan keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang

percakapan. sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu

kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). (QS. 33:53) Dan aku berumur 15 tahun pada

waktu itu. Menurut ibnu Abbas, Ayat tentang hijab istri-istri Rasulullah SAW diturunkan

ketika Umar ra. sedang makan bersama Nabi SAW. lalu tangannya menyentuh tangan

salah seorang istri Nabi SAW, maka ayat tentang hijab diturunkan. Orang-orang bertanya

kepada Zuhri, "Siapakah yang biasa mengunjungi para istri Nabi?" Dia menjawab,

"Setiap orang yang mempunyai hubungan keturunan atau sesusuan yang menghalangi

pernikahan". Ditanyakan, "Bagaimana dengan orang-orang lain?" Dia menjawab,

"Mereka harus menyelubungi diri dari mereka. Mereka harus berbicara dari balik tabir.

Dan tabirnya hanya selapis". Pernah juga Ummu Salamah dan Maimunah sedang

bersama Nabi SAW, tiba-tiba lbnu Ummi Maktum masuk. Peristiwa itu terjadi setelah

hijab diturunkan. Nabi SAW berkata kepada istri-istrinya, "Selubungilah diri kalian

darinya." lstrinya bertanya, "Ya Rasulullah SAW, bukankah dia buta?" Beliau SAW

menjawab, "Apakah kalian juga buta? Tidakkah kalian melihatnya?"

20

Page 21: Hayatus Sahabah

PENDERITAAN NABI SAW (1)

Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja'far ra. katanya: Apabila Abu Thalib

telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan ditentang secara terang-

terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda

jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak

membalas apa pun. Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu

membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya

diperlakukan orang seperti itu. Maka berkatalah Rasulullah SAW kepada puterinya itu:

'Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!' beliau

membujuk puterinya itu. Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy

tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehinggalah selepas Abu Thalib

meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau ketenteramanku.

Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat

kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah

engkau hilang dari mataku! (Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134)

Thabarani telah memberitakan dari Al-Harits bin Al-Harits yang menceritakan

peristiwa ini, katanya: Apabila aku melihat orang ramai berkumpul di situ, aku pun

tergesa-gesa datang ke situ, menarik tangan ayahku yang menuntunku ketika itu, lalu aku

bertanya kepada ayahku: 'Apa sebab orang ramai berkumpul di sini, ayah?' 'Mereka itu

berkumpul untuk mengganggu si pemuda Quraisy yang menukar agama nenek-

moyangnya!' jawab ayahku. Kami pun berhenti di situ melihat apa yang terjadi. Aku lihat

Rasulullah SAW mengajak orang ramai untuk mengesakan Allah azzawajaila dan

mempercayai dirinya sebagai Utusan Allah, tetapi aku lihat orang ramai mengejek-ngejek

seruannya itu dan mengganggunya dengan berbagai cara sehinggalah sampai waktu

tengah hari, maka mulailah orang bubar dari situ. Kemudian aku lihat seorang wanita

datang kepada beliau membawa air dan sehelai kain, lalu beliau menyambut tempat air

itu dan minum darinya. Kemudian beliau mengambil wudhuk dari air itu, sedang wanita

itu menuang air untuknya, dan ketika itu agak terbuka sedikit pangkal dada wanita itu.

Sesudah selesai berwudhuk, beliau lalu mengangkat kepalanya seraya berkata kepada

wanita itu: Puteriku! lain kali tutup rapat semua dadamu, dan jangan bimbang tentang

21

Page 22: Hayatus Sahabah

ayahmu! Ada orang bertanya: Siapa dia wanita itu? jawab mereka: Itu Zainab, puterinya -

radhiallahu anha. (Majma'uz-Zawa'id 6:21)

Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat

Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya:

'Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah 'Laa llaaha lliallaah!' nanti kamu akan terselamat!'

beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat,

ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya,

ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari. Kemudian aku lihat ada

seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu

membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan

berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan

dibunuh ... ! Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orangorang di situ:

Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah SAW dan wajahnya sungguh cantik.(Majma'uz Zawa'id

6:21)

22

Page 23: Hayatus Sahabah

PENDERITAAN NABI SAW (2)

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash

ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang

masuk Islam, kataku: 'Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah

dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW? Maka Amru berkata: Ketika

Nabi berada di Hijir Ka'bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu'aith, lalu dibelitkan

seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu

pula datang Abu Bakar ra. lalu dipautnya bahu Uqbah dan ditariknyanya dengan kuat

hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu. Abu Bakar berkata kepada

Uqbah: 'Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah

Allah!' padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!' (Al-Bidayah Wan-

Nihayah 3:46)

Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra.

katanya: Aku tidak pemah lihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi SAW

seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka'bah. Mereka bersepakat

merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka'bah. Apabila

Rasulullah SAW datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu

Mu'aith menuju kepada Rasulullah SAW dan membelitkan kain ridaknya ke tengkuk

beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas

kedua lututnya. Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati

karena cekikan keras dari Uqbah itu. Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan

melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah SAW itu dari belakangnya, seraya berkata:

Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah

Allah!' Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasuluilah SAW itu kembali ke

perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu. Rasulullah SAW hanya bersabar

saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri bersembahyang, dan sesudah selesai

sembahyangnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di

hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata: 'Hai kaum Quraisy! Demi jiwa

Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan! Aku diutus kepada kamu ini untuk

menyembelih kamu!' beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni

23

Page 24: Hayatus Sahabah

beliau rnenjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh. 'Ah, ini semua omong

kosong!' kata Abu jahal menafikan ancaman Nabi SAW itu. 'Ingatlah kataku ini, bahwa

engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!' sambil menunjukkan jarinya ke muka

Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327)

24

Page 25: Hayatus Sahabah

PENDERITAAN NABI SAW (3)

Ahmad memberitakan dari Urwah bin Az-Zubair dari Abdullah bin Amru ra.

bahwa Urwah pernah bertanya kepada Abdullah: 'Tolong beritahu aku apa yang pernah

engkau lihat dari kaum Quraisy ketika mereka menunjukkan permusuhannya kepada

Rasulullah SAW?'. Abdullah bercerita: Aku pernah hadir dalam salah satu peristiwa

ketika para pemuka Quraisy bermusyawarah di tepi Hijir (Ka'bah), mereka berkata: Apa

yang kita tanggung sekarang lebih dari yang dapat kita sabar lagi dari orang ini! Dia telah

mencaci nenek-moyang kita, memburuk-burukkan agama kita, memporak-perandakan

persatuan kita, dan mencerca tuhan-tuhan kita, siapa lagi yang dapat bersabar lebih dari

kita ... !' Di tengah mereka berbincang-bincang itu, tiba-tiba muncullah Rasulullah SAW

datang dan langsung menghadap sudut Ka'bah, lalu beliau bertawaf keliling Ka'bah, dan

apabila beliau berlalu di tempat kaum Quraisy itu sedang duduk, mereka melontarkan

beberapa perkataan kepadanya, namun beliau hanya berdiam diri belaka. Apabila beliau

bertawaf kali kedua, mereka tetap menyampaikan kata-kata mengejek, namun beliau

tidak berkata apa pun. Tetapi pada tawaf keliling ketiga, bila mereka mengejek-ngejek

lagi, beliau lalu berhenti seraya berkata kepada mercka: 'Hai pemuka Quraisy! Dengarlah

baik-baik! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan, sebenarnya

aku ini mendatangi kamu untuk menyembelih kamu!' Mendengar itu, semua orang yang

di situ merasa berat sekali, sehingga setiap seorang di antara mereka merasakan seolah-

olah burung besar datang untuk menyambarnya, sampai ada orang yang tidak sekeras

yang lain datang untuk menenangkan perasaan beliau supaya tidak mengeluarkan kata-

kata yang mengancam, karena mereka sangat bimbang dari kata-katanya. 'Kembalilah

sudah, wahai Abu Al-Qasim!' bujuk mereka. 'Janganlah engkau sampai berkata begitu!

Sesungguhnya kami sangat bimbang dengan kata-katamu itu!' Rasuluilah SAW pun

kembalilah ke rumahnya. Kemudian pada hari besoknya, mereka datang lagi ke Hijir

(Ka'bah) itu dan berbicarakan permasalahan yang sama, seperti kemarin, dan aku duduk

di antara mereka mendengar pembicaraan mereka itu. 'Kamu semua cuma berani berkata

saja, cuma berani mengumpat sesama sendiri saja, kemudian apabila Muhammad

mengatakan sesuatu yang kamu tidak senang, kamu lalu merasa takut, akhirnya kamu

membiarkannya!' kata yang satu kepada yang lain. 'Baiklah,' jawab mereka.' Kali ini kita

25

Page 26: Hayatus Sahabah

sama-sama bertindak, bila dia datang nanti.' Dan seperti biasa Rasulullah SAW pun

datang untuk bertawaf pada Ka'bah, maka tiba-tiba mereka melompat serentak

menerkamnya sambil mereka mengikutinya bertawaf mereka mengancamnya: 'Engkau

yang mencaci tuhan kami?' kata yang seseorang. 'Engkau yang memburuk-burukkan

kepercayaan kami, bukan?' kata yang lain. Yang lain lagi dengan ancaman yang lain pula.

Maka setiap diajukan satu soalan kepada Rasulullah SAW itu, setiap itulah dia

mengatakan: 'Memang benar, aku mengatakan begitu!' Lantaran sudah tidak tertanggung

lagi dari mendengar jawaban Nabi SAW itu, maka seorang dari mereka lalu membelitkan

kain ridaknya pada leher beliau, sambil menyentakkannya dengan kuat. Untung Abu

Bakar ra. berada di situ, lalu dia segera datang melerai mereka dari menyiksa Nabi SAW

sambil berkata: 'Apakah kamu sekalian mau membunuh seorang yang mengatakan

'Tuhanku ialah Allah! 'diulanginya kata-kata itu kepada kaum Quraisy itu, dengan

tangisan yang memilukan hati. Kemudian aku lihat kaum Quraisy itu meninggalkan

tempat itu. Dan itulah suatu peristiwa sedih yang pernah aku lihat dari kaum Quraisy itu

yang dilakukan terhadap Nabi SAW - demikian kata Abdullah bin Amru kepada Urwah

bin Az-Zubair ra. (Majma'uz Zawa'id 6:16)

26

Page 27: Hayatus Sahabah

PENDERITAAN NABI SAW (4)

Bazzar dan Thabarani telah memberitakan dari Abdullah bin Mas'ud r. a. katanya:

Satu peristiwa, ketika Rasulullah SAW bersembahyang di Masjidil Haram, dan ketika itu

pula Abu jahal bin Hisyam, Syaibah dan Utbah keduanya putera dari Rabi'ah, Uqbah bin

Abu Mu'aith, Umaiyah bin Khalaf dan dua orang yang lain, semua mereka tujuh orang,

mereka sekalian sedang duduk di Hijir, dan Rasuluilah SAW pula sedang asyik

bersembahyang, dan apabila beliau bersujud, selalunya beliau memanjangkan sujudnya.

Maka berkatalah Abu Jahal: 'Siapa berani pergi ke kandang unta suku Bani fulan, dan

mengambil taiknya untuk mencurahkan ke atas kedua bahunya, bila dia sedang sujud

nanti?' 'Aku!' jawab Uqbah bin Abu Mu'aith, orang yang paling jahat di antara yang tujuh

di situ. Lalu Uqbah pergi mengambil taik unta itu, dan diperhatikannya dari jauh, apabila

Rasulullah SAW bersujud dicurahkan taik unta itu ke atas kedua bahunya. Berkata

penyampai cerita ini, Abdullah bin Mas'ud ra.: Aku melihat perkara itu, tetapi aku tidak

berdaya untuk menghalangi atau melawan kaum Quraisy itu. Aku pun bangun dan

meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal dan sedih sekali. Kemudian aku

mendengar, bahwa Fathimah, puteri Rasulullah SAW datang dan membuangkan kotoran

itu dari bahu dan tengkuk beliau. Kemudian dia mendatangi mereka yang melakukan

perbuatan buruk itu, sambil memaki mereka, tetapi mereka diam saja, tidak menjawab

apa pun. Ketika itu Rasulullah SAW pun mengangkat kepalanya, sebagaimana beliau

mengangkat kepala sesudah sempurna sujud. Apabila sudah selesai dari sembahyangnya,

beliau lalu berdoa: Ya Allah! Ya Tuhanku! Balaslah kaum Quraisy itu atas

penganiayaannya kepadaku! Balaslah atas Utbah, Uqbah, Abu Jahal dan Syaibah!

Sekembalinya dari masjid, beliau telah ditemui di jalanan oleh Abul Bukhturi yang di

tangannya memegang cambuknya. Bila Abul Bukhturi melihat wajah Nabi SAW dia

merasa tidak senang, karena dia tahu ada sesuatu yang tidak baik terjadi terhadap dirinya:

'Hai Muhammad! Mengapa engkau begini?' tegur Abul Bukhturi. 'Biarkanlah aku!' jawab

Nabi SAW ' Tuhan tahu, bahwa aku tidak akan melepaskanmu sehingga engkau

memberitahuku, apa yang terjadi pada dirimu terlebih dulu?!' Abul Bukhturi mendesak

Nabi SAW untuk memberitahunya apa yang telah terjadi. Apabilla dilihatnya beliau

masih mendiamkan diri, dia berkata lagi: 'Aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada dirimu,

27

Page 28: Hayatus Sahabah

sekarang beritahu!' pinta Abul Bukhturi lagi Apabila Nabi SAW melihat bahwa Abul

Bukhturi tidak mau melepaskannya, melainkan sesudah beliau memberitahunya apa yang

terjadi, maka beliau memberitahunya apa yang terjadi: 'Abu jahal membuat angkara!'

beritahu Nabi SAW 'Abu jahal lagi? Memang sudah aku kira, apa yang dibuat kepadamu

kali ini?!' tanya Abul Bukhturi lagi. 'Dia menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke

atas badanku ketika aku sedang bersujud dalam sembahyangku,' jelas Nabi SAW 'Mari

ikut aku ke Ka'bah,' bujuk Abul Bukhturi.

Abul Bukhturi dan Nabi SAW pun pergi ke Ka'bah dan terus menuju ke arah

tempat duduk Abu jahal. Abul Bukhturi kelihatan marah sekali. 'Hai Bapaknya si

Hakam!' teriak Abul Bukhturi. 'Engkau yang menyuruh orang meletakkan kotoran unta

ke atas badan Muhammad ini?' katanya dengan keras. 'Ya,' jawab Abu Jahal. 'Apa yang

engkau mau?' Abul Bukhturi tidak banyak bicara, melainkan ditariknya cambuknya lalu

dipukulnya kepala Abu jahal berkali-kali. Orang ramai di situ lari berhamburan, dan

teman-teman Abu jahal hiruk-pikuk menyalahkan Abul Bukhturi. 'Celaka kamu!' jerit

Abu Jahal memprotes, dan badannya terlihat kesakitan karena pukulan cambuk Abul

Bukhturi itu.' Dia layak diperlakukan begitu, karena dia menimbulkan permusuhan di

antara kita sekalian, agar terselamat pula dia dan kawan-kawannya... !' tambah Abu jahal

lagi. (Majma'uz Zawa'id 6:18)

Menurut Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra. katanya: Aku

lihat semua orang yang dijanjikan Nabi SAW akan mati itu, semuanya terbunuh di medan

Badar, tiada seorang pun yang terselamat. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:44)

28

Page 29: Hayatus Sahabah

PERJALANAN KE THAIF

Bukhari meriwayatkan dari Urwah, bahwa Aisyah ra. isteri Nabi SAW bertanya

kepada Nabi SAW katanya: 'Adakah hari lain yang engkau rasakan lebih berat dari hari di

perang Uhud?' tanya Aisyah ra. 'Ya, memang banyak perkara berat yang aku tanggung

dari kaummu itu, dan yang paling berat ialah apa yang aku temui di hari Aqabah dulu itu.

Aku meminta perlindungan diriku kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi

malangnya dia tidak merestui permohonanku! 'Aku pun pergi dari situ, sedang hatiku

sangat sedih, dan mukaku muram sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak

sadar melainkan sesudah aku sampai di Qarnis-Tsa'alib. Aku pun mengangkat kepalaku,

tiba-tiba aku terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhkanku, aku lihat lagi, maka

aku lihat Malaikat jibril alaihis-salam berada di situ, dia menyeruku: 'Hai Muhammad!

Sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan apa yang

dijawabnya pula. Sekarang Allah telah mengutus kepadamu bersamaku Malaikat yang

bertugas menjaga bukit-bukit ini, maka perintahkanlah dia apa yang engkau hendak dan

jika engkau ingin dia menghimpitkan kedua-dua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas

mereka, niscaya dia akan melakukannya!' Dan bersamaan itu pula Malaikat penjaga

bukit-bukit itu menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku, katanya: 'Hai

Muhammad!' Malaikat itu lalu mengatakan kepadaku apa yang dikatakan oleh Malaikat

Jibril AS tadi. 'Berilah aku perintahmu, jika engkau hendak aku menghimpitkan kedua

bukit ini pun niscaya aku akan lakukan!' 'Jangan... jangan! Bahkan aku berharap Allah

akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah

semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun... !', demikian jawab Nabi SAW.

Musa bin Uqbah menyebut di dalam kitab 'Al-Maghazi' dari Ibnu Syihab katanya,

bahwa Rasulullah SAW apabila pamannya, Abu Thalib, meninggal dia keluar menuju ke

Tha'if dengan harapan agar penduduknya akan melindunginya di sana. Maka beliau

menemui tiga pemuka Tsaqif, dan mereka itu bersaudara, yaitu: Abdi Yalel, Khubaib dan

Mas'ud dari Bani Amru. Beliau menawarkan mereka untuk melindunginya serta

mengadukan halnya dan apa yang dibuat oleh kaumnya terhadap dirinya sesudah

kematian Abu Thalib itu, namun bukan saja mereka menolakbeliau, tetapi mereka

menghalaunya dan memperlakukan apa yang tidak sewajarnya.(Fathul Bari 6:198 - dari

29

Page 30: Hayatus Sahabah

sumber Ibnu Ishak, Shahjh Bukhari 1:458, dan berita ini dikeluarkan juga oleh Muslim

dan Nasa'i).

Abu Nu'aim memberitakan dengan lebih lengkapl dari Urwah bin Az-Zubair ra.

katanya: Apabila Abu Thalib meninggal, maka semakin bertambahlah penyiksaan kaum

Quraisy ke atas Nabi SAW Maka beliau berangkat ke Tha'if untuk menemui suku kaum

Tsaqif dengan harapan penuh, bahwa mereka akan dapat melindunginya dan

mempertahankannya. Beliau menemui tiga orang dari pemuka suku kaum Tsaqif, dan

mereka itu pula adalah bersaudara, yaitu: Abdi Yalel, Kbubaib dan Mas'ud, semua

mereka putera-putera dari Amru, lalu beliau menawarkan dirinya untuk diberikan

perlindungan, di samping beliau mengadukan perbuatan jahat kaum Quraisy terhadap

dirinya, dan apa yang ditimpakan ke atas pengikut-pengikutnya. Maka berkata salah

seorang dari mereka: Aku hendak mencuri kelambu Ka'bah, jika memang benar Allah

mengutusmu sesuatu seperti yang engkau katakan tadi?! Yang lain pula berkata: Demi

Allah, aku tidak dapat berkatakata kepadamu, walau satu kalimah sesudah pertemuan ini,

sebab jika engkau benar seorang Utusan Allah, niscaya engkau menjadi orang yang tinggi

kedudukannya dan besar pangkatnya, tentu tidak boleh aku berbicara lagi kepadamu?!

Dan yang terakhir pula berkata: Apakah Allah sampai begitu lemah untuk mengutus

orang selain engkau? Semua kata-kata pemuka Tsaqif kepada RasuluUah SAW itu

tersebar dengan cepat sekali kepada suku kaumnya, lalu mereka pun berkumpul

mengejek-ngejek beliau dengan kata-kata itu. Kemudian ketika beliau hendak pergi

meninggalkan Tha'if itu, mereka berbaris di tengah jalannya dua barisan, mereka

mengambil batu, lalu melempar beliau, setiap beliau melangkahkan kakinya batu-batu itu

mengenai semua tubuh beliau sehingga luka-luka berdarah, dan sambil mereka

melempar, mereka mengejek dan mencaci. Setelah bebas dari perbuatan suku kaum

Tsaqif itu, beliau terlihat sebuah perkebunan anggur yang subur di situ. Beliau berhenti di

salah satu pepohonannya untuk beristirahat dan membersihkan darah yang mengalir dari

kaki dan tubuhnya yang lain, sedang hatinya sungguh pilu dan menyesal atas perlakuan

kaum Tha'if itu. Tidak lama kemudian terlihatlah Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin

Rabi'ah yang baru sampai di situ. Beliau enggan datang menemui mereka, disebabkan

permusuhan mereka terhadap Allah dan RasulNya dan penentangan mereka terhadap

agama yang diutus Allah kepadanya. Tetapi Utbah dan Syaibah telah menyuruh hamba

30

Page 31: Hayatus Sahabah

mereka yang bemama Addas untuk datang kepada beliau membawa sedikit anggur

untuknya, dan Addas ini adalah seorang yang beragama kristen dari negeri Niniva (kota

lama dari Iraq). Apabila Addas datang membawa sedikit anggur untuk beliau, maka

beliau pun memakannya, dan sebelum itu membaca 'Bismillah!' Mendengar itu Addas

keheranan, kerana tidak pernah mendengar orang membaca seperti itu sebelumnya. 'Siapa

namamu?' tanya Nabi SAW 'Addas!' 'Dari mana engkau?' tanya beliau lagi. 'Dari negeri

Niniva!' jawab Addas. 'Oh, dari kota Nabi yang saleh, Yunus bin Matta!' Mendengar

jawaban Nabi itu, Addas menjadi lebih heran dari mana orang ini tahu tentang Nabi

Yunus bin Matta? Dia tidak sabar lagi hendak tahu, sementara tuannya Utbah dan

Syaibah melihat saja kelakuan hambanya yang terlihat begitu mesra dengan Nabi SAW

itu. 'Dari mana engkau tahu tentang Yunus bin Matta?!' Addas keheranan. 'Dia seorang

Nabi yang diutus Allah membawa agama kepada kaumnya,' jawab beliau. Beliau lalu

menceritakan apa yang diketahuinya tentang Nabi Yunus AS itu, dan sudah menjadi

tabiat beliau, beliau tidak pernah memperkecilkan siapa pun yang diutus Allah untuk

membawa perutusannya. Mendengar semua keterangan dari Rasulullah SAW Addas

semakin kuat mempercayai bahwa orang yang berkata-kata dengannya ini adalah seorang

Nabi yang diutus Allah. Lalu dia pun menundukkan kepalanya kepada beliau sambil

mencium kedua tapak kaki beliau yang penuh dengan darah itu. Melihat kelakuan Addas

yang terakhir ini, Utbah dan Syaibah semakin heran apa yang dibuat sang hamba itu.

Apabila kembali Addas kepada mereka, mereka lalu bertanya: 'Addas! Mari ke mari!'

panggil mereka. Addas datang kepada tuannya menunggu jika ada perintah yang akan

disuruhnya. 'Apa yang engkau lakukan kepada orang itu tadi?' 'Tidak ada apa-apa!' jawab

Addas. 'Kami lihat engkau menundukkan kepalamu kepadanya, lalu engkau menciurn

kedua belah kakinya, padahal kami belum pemah melihatmu berbuat seperti itu kepada

orang lain?!' Addas mendiamkan diri saja, tidak menjawab. 'Kenapa diam? Coba beritahu

kami, kami ingin tahu?' pinta Utbah dan Syaibah. 'Orang itu adalah orang yang baik, dia

menceritakan kepadaku tentang seorang Utusan Allah atau Nabi yang diutus kepada

kaum kami, 'jawab Addas. 'Siapa namanya Nabi itu?' 'Yunus bin Matta' jawab Addas lagi.

'Lalu?' 'Dia katakan, dia juga Nabi yang diutus!'Addas berkata jujur. 'Dia Nabi?!' Utbah

dan Syaibah tertawa terbahak-bahak, sedang Addas mendiamkan diri melihatkan sikap

orang yang mengingkari kebenaran Allah. 'Eh, engkau bukankah kristen?' 'Benar,'jawab

31

Page 32: Hayatus Sahabah

Addas. 'Tetaplah saja dalam kristenmu itu! Jangan tertipu oleh perkataan orang itu!'

Utbah dan Syaibah mengingatkan Addas. 'Dia itu seorang penipu, tahu tidak?!' Addas

terus mendiamkan dirinya . Sesudah itu, Rasuluilah SAW kembali ke Makkah dengan

hati yang kecewa sekali. (Dala'ilun-Nubuwah, hal. 103)

32

Page 33: Hayatus Sahabah

SIFAT-SIFAT PARA SAHABAT (1)

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam

maksud firman Allah ta'ala: "Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada

manusia..." (Ali Imran: 110). Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: Jika Allah berkehendak

niscaya Dia telah mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala

mau mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata

dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka saja, yang bakal menjadi

sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.

Tersebut pada Ibnu Jarir lagi yang meriwayatkannya dari Qatadah ra. katanya:

Diberitakan kepada kami bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. pemah membaca ayat Kuntum

khaira ummatin... kemudian dia berkata kepada orang ramai: "Hai manusia! Siapa yang

mau dikategorikan ke dalam golongan orang yang disebutkan ayat tadi, maka hendaklah

dia memenuhi syarat-syarat Allah padanya!"(Kanzul Ummal 1:238)

Abu Nu'aim telah-mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Sesungguhnya

Allah telah memandang pada hati para hambaNya,lalu dipilihnya Muhammad SAW dan

dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk

dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu,

lalu dipilihNya beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai

pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa

yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap

orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah".(Hilyatul-

Auliya' 1:375)

Abu Nu'aim juga telah mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya:

"Barangsiapa yang mau meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati,

iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena mereka itu adalah sebaik-

baik ummat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan

seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih

Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan bekerja untuk menyebarkan

agamanya. Karena itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan

33

Page 34: Hayatus Sahabah

mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan

lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!"(Hilyatul-Auliya' 1:305)

Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Kamulah orang

yang paling banyak puasanya, paling banyak shalatnya, dan terlalu banyak ijtihadnya dari

golongan sahabat Rasulullah SAW namun begitu mereka itu, yakni para sahabat adalah

lebih baik dari kamu! Mereka lalu berkata: "Hai bapak Abdul Rahman! Mengapa sampai

begitu? Jawab Ibnu Mas'ud: "Sebab mereka itu lebih banyak berzuhud pada dunia, dan

lebih kuat keinginannya pada akhirat!" (Hilyatul-Auliya' 1:136)

Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Abu Wa'il, yang mengatakan bahwa

Abdullah bin Mas'ud pernah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orang-orang

yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?! Lalu dijawab oleh

Abdullah: Mereka itulah Ash-habul labiyah, yang mengikat janji antara satu dengan yang

lain - dan mereka itu kesemuanya sebanyak 500 orang dari kaum Muslimin - agar mereka

tidak akan kembali lagi sehingga mereka sekalian pupus sampai ke akhirnya. Merekalalu

mencukur kepala mereka dan terus bertempur dengan musuh, sehingga semua mereka

mati, kecuali orang yang membawa berita ini! (Hiyatul-Auliya' 1: 135)

Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Umar ra. bahwa dia pemah mendengar

seorang lelaki berkata: Di manakah orangorang yang berzuhud pada dunia, dan yang

sangat mencintai akhirat? Ibnu Umar ra. Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan

makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya: Apakah engkau bertanya tentang mereka

ini? (Hilyatul-Auliya' 1:307)

Ibnu Abid-dunia pula mengeluarkan dari Abu Arakah, Sekali peristiwa aku

bershalat dengan Ali ra. shalat Subuh, dan setelah selesai shalat, dia lalu duduk miring ke

kanan, berdiam diri dan tampak pada wajahnya ada tanda susah, sehingga apabila

matahari meninggi setinggi tombak dia lalu bangun bershalat dua rakaat, kemudian dia

membalik-balikkan tangannya, seraya berkata: Demi Allah, aku telah melihat sendiri

betapa baiknya para sahabat Rasulullah SAW itu. Tetapi sayang sekali, tiada seorang pun

sekarang yang dapat menyerupai mereka. Mereka semua berwajah pucat berambut kusut

masai, berpakaian compang-camping, laksana segerombolan kambing dalam

gembalaannya. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah, bangun

beribadat karena membaca Kitab Allah. tanda-tanda itu dapat dilihat pada dahi-dahi

34

Page 35: Hayatus Sahabah

mereka dan tumit-tumit mereka. Bila mereka bangun pagi dan berzikir kepada Allah,

mereka seolah-olahnya seperti pepohonan yang bergerak karena ditiup angin menderu,

air mata mereka mengalir terus membasahi pakaian mereka.

Sayang sekali pada masa kini sudah tidak ada lagi orang yang menjejak

perjalanan mereka itu, karena semua orang telah ditimpa kelalaian. Kemudian Ali ra.

bangun dari tempatnya, dan kelihatan dia tidak pernah tertawa lagi selepas hari itu,

sehinggalah dia dibunuh oleh Ibnu Muljam, musuh Allah yang jahat itu. (Al-Bidayah

Wan-Nihayah 8:6) Berita yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim (Hilyatul

Auliya' 1:76) dan Ad-Dinauri, Al-Askari dan Ibnu Asakir (Kanzul Ummal 8:219)

35

Page 36: Hayatus Sahabah

SIFAT-SIFAT PARA SAHABAT (2)

Abu Nu'aim telah mengeluarkan dari Abu Saleh, katanya: Pernah Dhirar bin

Dhamrah Al-Kinani datang kepada Mu'awiyah, lalu Mu'awiyah berkata kepadanya:

Sifatkanlah kepada aku tentang diri Ali itu? Maka berkata Dhirar: Apakah engkau akan

memaafkanku nanti, hai Amirul Mukminin? Jawab Mu'awiyah: Baiklah, aku tidak marah

kepadamu. Berkata Dhirar: Kalau sudah semestinya aku sifatkan, maka Ali itu, demi

Allah, adalah jauh pandangannya, teguh cita-citanya, kata-katanya pemutus, hukumannya

adil, ilmu terpancar dari sekitarannya, dan hikmat terus berbicara dari liku-likunya. Dia

sentiasa membelakangi dunia dan kemewahannya, selalu menyambut kedatangan malam

dan kegelapannya. Dia, demi Allah, adalah kaya dalam ibaratnya, jauh pemikirannya,

mengangkat kedua tangan seraya berkata-kata kepada dirinya. Pakaian yang kasar itulah

yang selalu dipakainya, dan makanan yang rendah itulah yang sentiasa dimakannya. Dia

tidak berbeza dengan salah seorang kami. Dia akan mengajak duduk bersamanya bila

kami datang, dan sering menyahut bila kami menadah tangan. Meskipun dia terlalu akrab

dengan kami, dan selalu duduk bersama-sama kami, namun tidak pernah berkata-kata

dengan kami melainkan dengan penuh kehebatan. jika dia tersenyum, maka senyumannya

umpama mutiara yang berkilau-kilauan. Dia selalu menghormati ahli agama, suka

mendampingkan diri kepada orang miskin. Orang yang kuat tidak berharap akan terlepas

dari kesalahannya, dan orang yang lemah tidak putus asa dari keadilannya. Aku bersaksi

bahwa aku telah melihatnya dalam keadaan yang sungguh mengharukan yakni ketika

malam telah menabiri alam dengan kegelapannya, dan bintang-bintang menyiramkan

sekitaran dengan cahayanya padahal dia masih tetap duduk di mihrab tempat

sembahyangnya, tangannya terus menggenggam janggutnya, dia kelihatan sangat gelisah

seperti gelisahnya orang yang menanggung perkara yang besar, dan dia menangis, seperti

tangisannya seorang yang patah hati. Telingaku masih terngiang-ngiangkan suaranya

sekarang yang mengatakan: Tuhanku! ya Tuhanku! Dia terus bermunajat kepadanya

dengan mengadukan hal yang berbagai macam. Setelah itu, dia berkata pula kepada

Dunia: Apakah tiada selainku yang engkau hendak perdayakan? Kenapa kepadaku

engkau datang? Jauh panggang dari api! Pergilah perdayalah selain aku! Aku telah

menceraikanmu. karena umurmu sangat pendek, kedudukanmu sangat hina, dan

36

Page 37: Hayatus Sahabah

bahayamu mudah berlaku. Ah ... ah! Sangat sedikit bekalan yang di tangan, padahal

pelayaran masih amat jauh, dan penuh dengan keharuan dan kedahsyatan! Mendengar

ratapan itu, Mu'awiyah tidak tertahan dirinya, dia terus menangis, dan air matanya

menetes jatuh ke atas janggutnya. Dia segera mengelapnya dengan ujung pakaiannya.

Orang-orang yang di majelisnya turut terharu sambil menangis. Mu'awiyah lalu berkata:

"Memang benarlah apa yang engkau katakan tentang si bapak Hasan itu, moga-moga

Allah merahmatinya. Tetapi, bagaimana engkau dapati dirimu dengan kehilangannya, hai

Dhirar?!". Jawab Dhirar: "Kesedihanku atas kehilangannya umpama kesedihan orang

yang dibunuh anaknya di hadapan matanya sendiri, air matanya tidak akan mengering,

dan pilu hatinya tidak akan terlenyap". Kemudian Dhirar pun bangun dari majelis itu dan

pergi meninggalkan Mu'awiyah dengan kawan-kawannya.

Cerita yang sama dikeluarkan juga oleh Ibnu Abdil Bar dari Al-Hirmazi, seorang

lelaki dari suku Hamdan, yang menukil cerita itu dari Dhirar As-Shuda'i sendiri dengan

ringkas. (Al-Isti'ab 5:44)

Abu Nu'aim mengeluarkan dari Qatadah, katanya: Pernah Ibnu Umar ra. ditanya:

"Apakah para sahabat Nabi SAW pernah tertawa?". Jawabnya: "lya, akan tetapi iman

yang bersarang di dalam hati mereka lebih memuncak dari tingginya gunung!" (Hilyatul-

Auliya' 1:311)

Hannad pula telah mengeluarkan dari Said bin Umar Al-Qurasyi, bahwa Umar ra.

pernah melihat satu rombongan yang datang dari negeri Yaman, yang tinggal di dalam

sebuah kemah yang terbuat dari kulit, lalu dia berkata: Barangsiapa yang mau melihat

contoh dari kehidupan para sahabat Rasulullah SAW, maka lihatlah kepada orang-orang

ini! (Kanzul Ummal 7:165)

Al-Hakim pula telah mengeluarkan dari Abu Said Al-Maqburi, katanya: Apabila

Abu Ubaidah ra. ditikam orang, dia lalu menyuruh Mu'az, katanya: Hai Mu'az! Shalatlah

engkau dengan orang ramai!". Mu'az pun mengimami mereka. tidak berapa lama Abu

Ubaidah ra. pun meninggal dunia. Maka Mu'az ra. pun berdiri di hadapan orang ramai

berpidato: "Wahai sekalian manusia! Bertaubatlah kepada Allah dari semua dosa-dosa

kamu dengan taubat nashuha! karena setiap hamba Allah yang menemui Allah dalam

keadaan bertaubat dari dosa-dosanya, melainkan dia akan diampunkan Allah!".

37

Page 38: Hayatus Sahabah

Kemudian dia menyambung pidatonya lagi: "Wahai manusia! Sesungguhnya

kamu sekalian telah kehilangan seorang tokoh, yang demi Allah, aku belum pernah

melihat seorang hamba Allah sepertinya. Dia meskipun umurnya pendek, namun hatinya

suci, tiada suka mengkhianati orang, sangat cinta kepada akhirat, sangat mengambil berat

kepada urusan rakyat! Mohonkanlah doa sebanyaknya untuknya, dan keluarlah nanti ke

tanah lapang untuk shalat ke atasnya! Demi Allah, kamu tidak bakal menemui seorang

sepertinya lagi buat selama-lamanya! Kemudiab ramai manusia telah berkumpul untuk

mengiringi jenazah Abu Ubaidah ra. ke tanah lapang. Mu'az ra. shalat ke atasnya

bersama-sama orang ramai, kemudian mengiringi jenazahnya ke kuburan.

Mu'az bin Jabal, Amru bin Al-Ash dan Adh-Dhahhak bin Qais turut menurunkan

jenazah itu ke dalam liang lahadnya, kemudian ditimbunkan tanah ke atas kubur itu.

Ketika itu Mu'az bin Jabal berseru: "Hai Abu Ubaidah! Aku tetap akan memuji-mujimu,

dan aku tidak berkata yang dusta, karena aku bimbang akan ditimpa kemurkaan Allah,

jika aku berdusta. Hai Abu Ubaidah! Demi Allah, engkau sebenarnya tergolong orang

yang banyak berzikir kepada Allah, tergolong orang yang berjalan di atas muka bumi ini

dengan merendah diri, yang jika diajak bicara oleh orang-orang yang jahil (bodoh), dia

akan mengatakan'selamatlah untukmu!', dan engkau juga termasuk orang yang bila

bersedekah, tidak pernah boros atau kikir, bahkan senantiasa sederhana antara kedua segi

itu, dan engkau demi Allah, termasuk orang yang selalu beramah-tamah, merendahkan

diri, suka membelas-kasihani anak yatim dan orang miskin, dan sangat membenci orang

yang berkhianat dan mengangkat diri! (Al-Mustadrak 3:264)

38

Page 39: Hayatus Sahabah

ABDULLAH BIN ABBAS BERCERITA

Kemuliaan Beberapa Sahabat Nabi SAW Thabarani telah mengeluarkan dari Rib'i

bin Hirasy, Sekali peristiwa telah datang Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) ra. meminta

izin menemui Mu'awiyah ra. dan beberapa orang tokoh kaum Quraisy sedang berada di

sisi Mu'awiyah, dan Said bin Al-Ash duduk di sebelah kanannya. Apabila Abdullah bin

Abbas masuk ke majlis Mu'awiyah itu, dia berkata kepada Said bin Al-Ash: Hai Said!

Demi Allah, aku akan kemukakan beberapa masalah kepada Ibnu Abbas ini yang dapat

menjadikannya serba salah untuk menjawabnya. Jawab Said: Orang seperti Ibnu Abbas

ini, tidak ada apa pun yang dapat menahannya daripada menjawab pertanyaan-

pertanyaanmu itu! Setelah Ibnu Abbas ra. duduk, Mu'awiyah lalu melontarkan

pertanyaannya yang pertama, katanya: "Apa pandanganmu tentang pribadi Abu Bakar?"

tanya Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abu Bakar!" jawab Ibnu Abbas. "Itu

saja?!" tanya Mu'awiyah lagi. "Tidak!" kata Ibnu Abbas, "demi Allah, dia itu sangat suka

membaca Al-Quran, sangat membenci kepada kejahatan, tidak pernah membuat kekejian,

selalu melarang berbuat kemungkaran, sangat ahli tentang urusan agamanya, kepada

Allah amatlah takutnya, senantiasa bangun di waktu malamnya, bila siang berterusan

puasanya, senantiasa membelakangi urusan dunianya, kepada rakyat terkenal adilnya,

membuat makruf maksud kerjanya, senantiasa bersyukur dalam segala hal-keadaan, pagi

dan petang berzikir lidahnya, dan untuk maslahat diri ditinggalkan kesemuanya. Dia

senantiasa melebihi teman-temannya dalam kewara'an, dalam kesederhanaan. dalam

kezuhudan, dalam kecukupan, dalam kebajikan, dalam kelengkapan, dalam kethaatan dan

dalam menyesuaikan diri pada semua keadaan, maka kerana itu, mudah-mudahan Allah

akan menurunkan kutukannya terhadap siapa yang membencinya hinggalah ke hari

kiamat!". "Baiklah", kata Mu'awiyah,"apa pula pendapatmu tentang Umar?". "Moga-

moga Allah merahmati Abu Hafs (nama julukan Umar) itu", jawab Ibnu Abbas.

"Bukankah Umar itu pembela Islam, pelindung anak-anak yatim, induknya iman, tempat

bergantungnya orang-orang yang lemah dan tempat kembalinya semua orang yang

beragama. Dia adalah benteng bagi sekalian ummat, tempat bermohon bagi semua rakyat.

Dia berjuang menegakkan hak Allah dengan penuh tekun dan sabar, sehinggalah

Allah,memenangkan agama ini kepada ramai manusia, dan membuka banyak negara

39

Page 40: Hayatus Sahabah

yang di bawah taklukan musuhnya. Kini sebutan nama Allah tersebar pada setiap lembah

dan negeri, pada setiap tanah rata dan bukit-bukit, ada setiap kota dan kampung halaman.

Pada kata-kata yang keji ia selalu menjauhkan diri, pada keadaan susah dan senang ia

tetap mensyukuri, tidak pernah berhenti dari mengingati Allah dan selalu menepati janji.

Kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kemurkaannya kepada siapa yang

membencinya hingga ke hari penyesalan di hari kiamat nanti!" Mu'awiyah tidak berkata

apa-apa, tetapi dia ingin menanyai Ibnu Abbas tentang Usman bin Affan pula yang

datang dari sukunya sendiri, yakni Bani Umaiyah, katanya: "Sekarang, cobalah engkau

berikan pandanganmu kepada Usman bin Affan pula?" kata Mu'awiyah. Ibnu Abbas ra.

langsung menjawabnya, katanya: "Moga-moga Allah merahmati juga si bapak Amru itu!"

kata Ibnu Abbas. "Dia adalah semulia-mulia anak cucu, yang kepada kaum keluarga suka

membantu, dan dalam medan perang tidak gentar. Dia di waktu malam terus dalam

keadaan bersujud, bergenang air mata bila mengingati Tuhan, siang dan malam

menanggung fikiran, senantiasa bergerak ke arah sifat yang dimuliakan, senantiasa

menjauhkan diri dari perbuatan yang mencelakakan, demi memelihara diri dan mencari

keselamatan. Dia mengeluarkan hartanya untuk membiayai bala tentera, dan membayar

harga yang mahal untuk membeli sumber air untuk rakyat jelata, dan dia juga seorang

yang menikahi dua puteri Nabi yang mulia. Maka moga-moga Allah menurunkan

kemurkaannya ke atas siapa yang mencacinya hingga ke hari kiamat." "Sekarang, apa

pula katamu tentang Ali bin Abu Thalib?" tanya Mu'awiyah pula. "Moga-moga Allah

merahmati bapak si Hasan itu", kata Ibnu Abbas. "Dia itu, demi Allah, adalah panji-panji

hidayah, sarangnya taqwa, sumbemya segala akal dan kepintaran, pokok dari segala

kecantikan dan kesempurnaan. Dia adalah cahaya yang bersinar di tengah kegelapan

malam, selalu mengajak ke jalan yang benar dan mencari ilmu yang mendalam. Dia ahli

dalam mengartikan kitab-kitab yang purba, pakar tentang pentakwilan Al-Quran yang

mulia, senantiasa berpegang kepada sebab-sebab petunjuk agama, selalu membelakangi

sikap yang zalim atau suka menganiaya, selalu menjauhkan diri dari jalan-jalan buruk

dan binasa, suka mendampingkan diri kepada orang yang beriman yang taqwanya amat

ketara. Dia adalah sebaik-baik orang yang bergamis dan menutup kepala, seutama-utama

orang yang berhaji kemudian bersa'i pula.

40

Page 41: Hayatus Sahabah

Banyak toleransinya dalam segala perkara, nampak jelas keadilannya dalam

kehakimannya di mana saja, amat bijak dalam pidato dan berbicara, tiada siapa yang

dapat mengalahkannya biar datangnya dari segala penjuru alam dan dunia, hanya yang

dapat mengatasinya ialah sekalian para Nabi dan Rasul yang mendapat keutamaan Tuhan,

khususnya Nabi Muhammad yang terpelihara dan terutama dalam semua waktu dan

zaman. Dia adalah orang yang pernah bersembahyang dengan Nabi sehingga mereka

menghadapi ke arah dua kiblat, apakah ada orang lain yang dapat menandinginya? Dia

telah menikahi semulia-mulia kaum perempuan (yakni Siti Fathimah binti Rasulullah),

apakah ada orang yang dapat menyamainya? Kemudian dia juga ayah kepada dua

cucunda Rasulullah yang sangat dikasihinya, apakah ada lagi kelebihan yang lebih tinggi

daripadanya? Kedua belah biji mataku belum pernah melihat orang sepertinya, dan

barangkali tidak akan dapat melihat seumpamanya hingga ke hari kiamat, hari pertemuan

dengan Allah, Tuhan semesta alam. Jadi, siapa yang melaknatinya, maka turunlah laknat

Allah dan laknat para hambanya ke atas orang itu hinggalah ke hari kiamat."

"Baiklah, apa katamu terhadap Thalhah dan Az-Zubair?" kata Mu'awiyah. "Moga-

moga Allah merahmati keduanya", jawab Ibnu Abbas ra. "Mereka keduanya, demi Allah,

adalah bersih dari tuduhan, baik dalam amalan, mereka suci dan patut disucikan, syahid

dalam matinya, luas pengetahuannya.... cuma mereka tersilap, dan moga-moga Allah

akan mengampuni keduanya dalam kesilapannya itu, berkat pembelaannya yang sudah

terkenal dalam agama ini, dan persahabatan yang kekal dengan Nabi yang mulia, dan

kerana amalan-amalan mereka yang baik yang sudah tidak perlu diperkenalkan lagi."

"Apa katamu kepada Al-Abbas itu (yakni bapa Ibnu Abbas sendiri)?" tanya Mu'awiyah.

"Moga-moga Allah merahmati Abul Fadhl itu,'terang Ibnu Abbas, "dia itu bukan orang

lain. Dia adik kepada ayah Rasulullah SAW dan menjadi cahaya mata orang pilihan

Allah. Induk sekalian kaumnya, penghulu dari semua paman Nabinya. Pandangannya

amat tajam kepada segala perkara, telaahannya amat tepat pada semua akibat. Namanya

akan dikenang orang bila disebut tentang pengetahuannya, tiada siapa yang dapat

menandinginya bila disebutkan tentang keutamaannya, dan bila dibicarakan tentang

keturunannya, semua orang akan berundur diri kerana tidak sanggup menandingi

keturunannya. Betapa tidak! Kerana dia berada di bawah naungan dan peliharaan orang

41

Page 42: Hayatus Sahabah

yang sangat terkenal kemuliaannya pada setiap apa yang berjalan di atas muka bumi, dan

beterbangan di udara yang lepas bebas, iaitu Abdul Mutthalib. Dia adalah semulia-mulia

orang Quraisy yang berjalan di atas muka bumi, dan seutama-utama orang yang

menunggang kenderaan..."

42

Page 43: Hayatus Sahabah

SURAT BALASAN HERAKLIUS

Di dalam versi yang dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Abu Ya'la dari

Said bin Abu Rasyid, katanya: Aku pernah menemui orang Tanukhi (dari negeri Tanukh)

yang menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah SAW di Himsh (Syam), dan ketika itu

dia seorang yang sudah sangat tua, dan dia tetanggaku maka aku berkata kepadanya:

"Bolehkah engkau ceritakan kepadaku tentang surat kiriman Heraklius kepada

Nabi SAW dan surat Beliau yang dikirimkan kepada Heraklius", aku membujuknya.

"Boleh", jawabnya singkat. Orang tua itu lalu bercerita, katanya: Bila Rasulullah SAW

tiba di Tabuk, Beliau mengutus Dihyah Al-Kalbi ra. kepada Heraklius, pembesar

Romawi. Apabila surat Rasulullah SAW itu sampai ke tangan Heraklius, dipanggilnya

semua rahib-rahib gereja dan pendetanya. Bila semua mereka telah hadir ditutupnya

semua pintu-pintu, dan tinggallah kami bersama dengannya.

Heraklius berkata: "Utusan ini datang kepada kita, sebagaimana kamu sekalian

melihatnya, dan dia menyeruku untuk memilih salah satu dari tiga perkara berikut: Dia

menyeruku untuk mengikuti agamanya, ataupun membayar upeti Jizyah dari hasil negeri

kita, sedang negeri ini tetap di bawah kekuasaan kita, ataupun kita menemui mereka di

medan perang! Demi Allah, kamu semua telah mengetahui dari apa yang kamu baca di

dalam kitab-kitab kamu, bahwa kamu akan dikalahkannya. Maka lebih baiklah, kita

mengikut agamanya, ataupun kita berikan saja upeti dari hasil harta kita"! Semua yang

berkumpul di situ tidak senang dengan kata-kata Heraklius itu, muka mereka merah

padam kerana marah. Mereka berkata: "Apakah engkau mengajak kita untuk

meninggalkan agama Kristen, supaya kita menjadi hamba kepada si orang badui yang

datang dari negeri Hijaz itu?" Heraklius terkejut mendengar tentangan keras dari ahli-ahli

agama itu. Dia kini yakin, bila mereka keluar dari pertemuan itu, tentu mereka akan

sebarkan berita itu di luar kepada penguasa-penguasa negara, dan tentulah dia akan

diturunkan dari kerajaannya. Maka segeralah dia berkelit: "Eh, nanti dulu! Jangan terburu

nafsu!" kata Heraklius mempertahankan dirinya. "Sebenarnya aku katakan begitu hanya

untuk menguji pendirian kamu, apakah kamu tetap teguh atas agama kamu itu?!"

sambungnya lagi. Kemudian Heraklius memanggil seorang Arab berbangsa Tujib yang

memang menganut agama Nasrani dari kaum Arab Kristen, lalu dia memerintahkan:

43

Page 44: Hayatus Sahabah

"Tolong carikan bagiku", kata Heraklius, "seorang yang pandai berbicara bahasa Arab,

yang lidahnya lidah orang Arab. Bawa dia ke mari untuk membawa surat jawabanku

kepada si orang badui itu". Berkata orang tua dari Tanukhi itu memberitakan peristiwa

lama yang dialaminya, katanya: "Aku pun dibawa kepada Heraklius lalu dia

menyerahkan kepadaku sepucuk surat yang ditulis di atas tulang, lalu dia berkata pula:

"Bawalah suratku ini kepada orang yang mengaku Nabi itu", kata Heraklius. "Tetapi

dengar baik-baik apa yang dikatakannya, dan ingat tiga hal berikut ini, jika dia sebutkan.

Perhatikan jika dia menyebut sesuatu tentang surat yang dikirimkan kepadaku, dengar

apa komentarnya? Perhatikan bila dibacakan suratku kepadanya, apakah dia akan

menyebut perkataan malam! atau tidak? Dan yang terakhir, coba berusaha sampai engkau

dapat melihat di belakang tubuhnya, adakah suatu tanda yang menarik perhatianmu?!

Ingat baik-baik tiga perkara ini, dan beritahu apa yang engkau lihat kepadaku!" pesan

Heraklius dengan hati-hati. Aku pun berangkat pergi membawa surat Heraklius itu,

hingga aku tiba di Tabuk. Di situ aku bertanya kepada para sahabatnya: "Di mana ketua

kamu, yang dikatakan Nabi?" tanyaku. "Di sana itu! Yang sedang duduk dikelilingi

orang", jawab mereka. Aku lihat Nabi SAW itu sedang duduk di tepi takungan Air, di

mana dia telah dikelilingi oleh para sahabatnya. Aku pun maju ke depan, lalu mereka

memberikanku tempat di depannya, bila diketahuinya aku datang sebagai utusan dari

Heraklius. Aku pun menyerahkan surat itu kepadanya, dan diletakkan surat itu di atas

pangkuannya. Kemudian dia berkata kepadaku: "Dari mana engkau?" "Aku orang

Tanukh!" jawabku. "Maukah engkau kembali kepada agama yang suci dari kepercayaan

nenek moyang kamu Ibrahim (AS)?" tanya Nabi SAW kepadaku. "Aku ini utusan sebuah

negara dan menganut agama negara itu, tidaklah wajar aku mengubah agamaku ini

sehinggalah aku kembali kepada mereka dulu!" jawabku dengan jujur. "Memang benar

Tuhan telah mengatakan: Sesungguhnya engkau, hai Muhammad, tidak mampu

memberikan petunjuk kepada siapa yang engkau suka, akan tetapi Allah-lah yang akan

memberikan petunjuk itu kepada siapa yang disukai-Nya, dan Dia adalah lebih

mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk itu!" Nabi SAW terlihat kesal

sekali, apabila orang menolak untuk menerima Islam. Aku berdiam diri saja, tidak tahu

apa yang mesti aku katakan lagi. "Hai saudara dari Tanukh!" tiba-tiba Nabi SAW

menyeruku. "Aku telah menulis surat kepada Kisra (Pembesar Parsi), lalu suratku

44

Page 45: Hayatus Sahabah

dikoyak-koyakkannya, kelak Allah akan mengoyak-ngoyakkannya dan kerajaannya",

Nabi SAW berdiam sebentar. Kemudian menyambung lagi: "Dan aku menulis surat

kepada Pembesarmu, maka dia masih ragu-ragu lagi, dan orang ramai masih boleh

membuat alasan (tidak tahu) selama kehidupan mereka aman tenteram". Nabi SAW

berhenti sebentar. Mendengar ucapan Beliau tadi aku berkata kepada diriku: Nah, salah

satu dari tiga yang dipesan oleh Heraklius supaya aku ingat baik-baik. Aku pun keluarkan

sarung isi panahku, lalu aku catat pada kulitnya. Kemudian Beliau menyerahkan surat

Heraklius itu kepada seorang yang duduk di kirinya untuk dibacakannya. Aku lalu

membisik orang yang di sebelahku bertanya: "Siapa dia orang yang akan membaca surat

Heraklius itu?" "Mu'awiyah!" jawab mereka. Tiba-tiba dalam surat pembesarku

Heraklius ada sebutan mengajak ke syurga yang luasnya seluas petala langit dan bumi

yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa". Kemudian ada bertanya: "Di mana

letaknya neraka? Bila mendengar saja bunyi pertanyaan itu, Nabi SAW pun menjawab:

"Subhanallah!, ajaib sekali pertanyaan ini?!" ujar Nabi SAW "Jadi di manakah malam

bila datang siang?!" tanya Beliau. Aku berkata pada diriku: Ini satu lagi dari ucapan

Beliau yang mesti aku catat. Beliau telah menyebut malam, yang mesti aku sampaikan

kepada Heraklius nanti. Sesudah selesai dibacakan kepada Beliau surat yang aku bawa

itu, Beliau lalu berkata kepadaku: "Engkau patut diberi hadiah kerana engkau utusan

kepada kami", ujar Beliau. "Kalau kami ada hadiah, tentu kami akan berikan kepadamu.

Akan tetapi kami sekalian adalah orang-orang musafir yang memyimpan bekal yang

terbatas", jelas Beliau.

Tiba-tiba terdengar suatu suara dari hadapan Beliau, suara salah seorang

sahabatnya: "Aku yang akan memberikannya hadiah, jika engkau benarkan, ya

Rasulullah!" Orang itu lalu mengeluarkan dari bungkusannya sepasang pakaian kuning

dan diletakkannya di pangkuannya. Lalu aku bertanya ingin tahu: "Siapa yang

menghadiahkanku pakaian ini?" "Usman!" jawab mereka. Kemudian Rasulullah SAW

berkata pula: "Siapa suka menerima orang ini sebagai tamunya?" "Saya!" kata seorang

pemuda dari kaum Anshar. Orang Anshar itu pun bangun mengajak aku pergi.

Apabila aku hampir meninggalkan majlis Nabi SAW itu, Beliau memanggilku pula

seraya berkata: "Hai saudara dari Tanukh!", kata Nabi SAW. Aku pun segera

mendekatinya sehingga aku berdiri di sisinya. Beliau lalu menarik pakaiannya sehingga

45

Page 46: Hayatus Sahabah

terbuka bagian belakangnya, sambil berkata kepadaku: "Mari ke sini, tunaikanlah

tugasmu, sebagaimana yang disuruh oleh tuanmu!" kata Beliau. Maka terlihatlah padaku

apa yang bertanda di belakang badannya itu, yaitu semacam cap (khatamun-nubuwah) di

bagian atas bahunya seperti tanda bulat (Al-Haitsami: Ma'ma'uz-Zawa'id 8:235-236; Al-

Bidayah Wan-Nihayah 5:15

46

Page 47: Hayatus Sahabah

USAMAH RA. SEBAGAI PANGLIMA

Ibnu Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah bin Zaid ra.

bahwa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menyerang suku kaum Ubna pada

waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada

Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian Rasulullah SAW keluar

membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-

Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk

membuat markasnya di Jaraf di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat

persiapan untuk keluar berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat

berdekatan dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan dan

berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera datang ke perkemahan

itu, dan siapa yang masih ada urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu.

Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul, melainkan dia ikut dalam

pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu

Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail radiallahuanhum dan banyak

lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta. Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah

bin An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada di antara

kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu, karena usianya

masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak mengkritiknya ialah Aiyasy

bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana Rasuluilah mengangkat anak muda yang

belum berpengalaman ini, padahal banyak lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang

pernah memimpin perang". karena itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan

kepemimpinan Usamah ra. Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta

menjawab keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta

memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai tentang Usamah. Beliau SAW

sangat marah, lalu memakai sorbannya dan keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah

berkumpul di situ, beliau naik mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu

berkata: "Amma ba'du! Wahai sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai

kepadaku mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku

terhadap pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah

47

Page 48: Hayatus Sahabah

menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi Allah, si Zaid

itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya si Usamah juga layak menjadi

panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka

puteranya juga si Usamah sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik,

maka hendaklah kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah

di antara sebaik-baik manusia di antara kamu!".

Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya, pada

hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum Muhajirin yang hendak

berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada Rasulullah SAW untuk

mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin Al-khatthab ra. dan Rasulullah

SAW terus mengatakan kepada mereka: "Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu

pula Ummi Aiman ra. (yaitu ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata:

"Wahai Rasulullah! Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu

sebentar di perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra.

berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa bimbang dalam

perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan: "Biarkan segera Usamah

berangkat!".

Orang ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka

menginap di situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW

pada hari Ahad dan Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya

obat. Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu

Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum wanita dari

kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium Rasulullah SAW

sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua belah tangannya ke arah

langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata Usamah: "Aku tahu bahwa

Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku kemudian kembah ke markas

pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari Senin, aku menggerakkan pasukanku

sehingga kesemuanya telah siap untuk berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah

SAW telah segar sedikit, maka aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan

selamat tinggal, kata Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera

dengan diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah mereka

48

Page 49: Hayatus Sahabah

karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian datang pula Abu

Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat

lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan pernikahan puteri Kharijah,

izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah

perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra. pun kembali kepada pasukannya yang

sedang menunggu penntahnya untuk bergerak, dan dia telah memerintahkan siapa yang

masih belum berkumpul di markasnya supaya segera datang karena sudah tiba waktunya

untuk bergerak.

Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya,

datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW telah

kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan pasukan itu, dan

segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar ra. dan Abu Ubaidah ra. ke

rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia. Beliau

wafat ketika matahari tenggelam pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum

Muslimin yang bermarkas di Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke

Madinah. Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu

menancapkannya di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat

menjadi Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil bendera

perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak dilipat sehingga Usamah

memimpin pasukannya berangkat ke medan perang Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku

pun membawa bendera itu ke rumah Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke

Syam". Setelah selesai tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu

terus saya tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia.

Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab, sebagian

mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra. memanggil Usamah lalu

menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat memerangi bangsa Romawi

sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelum wafatnya dahulu.

pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di perkemahan mereka dulu. Buraidah ra.

yang diamanahkan untuk memegang bendera perang telah berada di markasnya di sana.

Tetapi para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu Ubaidah,

Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang kepada Khalifah

49

Page 50: Hayatus Sahabah

Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah! Sesungguhnya kaum Arab

sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar engkau akan membiarkan pasukan

Islam ini meninggalkan kami pada masa ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan

ini menjadi dua. Yang satu untuk engkau.

50

Page 51: Hayatus Sahabah

PERJUANGAN MENINGGIKAN KALIMATULLAH

Abu Nu'aim telah memberitakan dari Jubair bin Nufair dari ayahnya, katanya:

Ketika sedang kami duduk-duduk dengan Al-Miqdad bin Al-Aswad r.a. pada suatu hari,

tiba-tiba datang kepadanya seorang lelaki, lalu berkata: Beruntunglah kedua belah mata

yang telah melihat Rasulullah SAW. Demi Allah, kami sungguh bercita-cita jika dapat

melihat apa yang engkau lihat, dan menyaksikan apa yang engkau saksikan, engkau telah

mendengar, lalu engkau merasa kagum dari kebaikan yang dikatakan kepadamu!

Mendengar itu, Al-Miqdad bin Al-Aswad pun menghadapinya seraya berkata:

Mengapa sampai ada seseorang di antara kamu yang bercita-cita untuk berada dalam

sesuatu zaman yang telah dilewatkan oleh Allah azzawajalla, padahal dia sendiri masih

tidak yakin apa yang terjadi ke atas dirinya sekiranya dia hadir pada zaman itu! Demi

Allah, telah hadir di zaman Rasulullah SAW itu beberapa kaum, yang akan

ditelungkupkan muka mereka menghujam neraka jahannam, karena mereka tidak

menyambut seruannya dan tidak mempercayainya sama sekali. Bukan sebaiknya kamu

bersyukur kepada Allah, karena Dia tiada melahirkan kamu, melainkan kamu telah

mengenal Tuhan kamu serta mempercayai apa yang dibawa oleh Nabi kamu 'alaihis-

salam, sedang kamu terhindar dari azab yang ditimpakan ke atas selain kamu itu? Demi

Allah, sungguh Nabi SAW telah dibangkitkan pada suatu zaman yang sangat berat yang

pernah dibangkitkan dari para Nabi yang sebelumnya. Beliau dibangkitkan pada masa

yang penuh kerusakan dan jahiliah, yang mana manusia memandang agama itu tiada

yang lebih baik dari menyembah berhala sebagai tuhan. Lalu beliau didatangkan

membawa Al-Quran yang membedakan antara yang hak dengan yang batil, memisahkan

antara ayah dan anaknya, sehingga ada orang yang mendapati ayahnya, atau anaknya,

atau saudaranya sendiri kafir, sedang Allah telah membuka kunci hatinya untuk

menampung iman, dan dia mengetahui akan binasalah siapa yang memasuki api neraka

itu, sehingga tidak betah lagi pemikirannya karena dia mengetahui bahwa ada orang yang

paling dekat kekerabatnya berada di dalam api neraka! Dan hal itu tepat sekali dengan

apa yang disebutkan Allah azzawajalla 'Tuhan kami! jadikanlah anak isteri kami

penyelamat bagi kami!' (Hilyatul Auliya' 1:175)

51

Page 52: Hayatus Sahabah

Ibnu Ishak memberitakan dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi, katanya:pernah

suatu kali telah datang seorang dari penduduk Kufah, lalu berkata kepada Huzaifah bin

Al-Yaman ra.: 'Hai Abu Abdullah!' kata orang ahli Kufah itu. 'Apakah engkau telah

melihat Rasulullah dan bersahabat dengannya?' 'Ya, wahai saudaraku! ' jawab Huzaifah.

'Apakah yang sudah kamu lakukan terhadap beliau, coba ceritakan!' pinta orang dari

Kufah itu. 'Kami lakukan apa yang semampu kami saja,'jawab Huzaifah. 'Demi

Allah,'kata orang itu,'jika kita yang menemuinya pada zaman itu, niscaya kami tidak

membiarkannya berjalan di atas bumi sama sekali, niscaya kami memikulnya di atas

punggung kami!' 'Apa katamu, wahai saudaraku?!'tanya Huzaifah.'Demi Allah, aku masih

ingat ketika hari menggali parit (Khandak) itu, aku dapati betapa susah-payahnya

Rasulullah menanggung lapar dan dahaga, menanggung udara yang dingin dan merasa

takut sekali!' Dalam riwayat Muslim, maka berkata Huzaifah: "Engkau mengatakan yang

engkau akan berbuat begitu kepada Rasulullah SAW? Aku pernah menyaksikan mereka

bersama Rasulullah SAW pada malam perang Ahzab, pada suatu malam yang berangin

sangat kencang dengan udaranya yang sangat dingin, betapa mereka menanggung semua

itu. Kemudian Huzaifah melarang mereka mengatakan seperti itu terhadap para sahabat.

52

Page 53: Hayatus Sahabah

KECINTAAN PARA SAHABAT KEPADA RASULULLAH SAW

KECINTAAN SEORANG SAHABAT RA.

Dari 'Aisyah r.a katanya, "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW seraya

berkata, "Wahai Rasulullah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri dan engkau

lebih aku cintai daripada orang tuaku. Jika aku berada di rumah, aku senantiasa

merindukan dan tak sabar untuk secepatnya dapat bertemu dan melihatmu. dan apabila

aku teringat kematianku dan kematianmu, tetapi aku tahu engkau kelak dimasukan ke

dalam surga, tentunya engkau akan ditempatkan di surga yang paling tinggi beserta para

Nabi. Sedangkan jika aku dimasukkan ke dalam surga, aku takut jika kelak tidak dapat

melihatmu lagi". Nabi SAW tidak menjawab ucapan orang tersebut sampai Jibril

menurunkan firman Allah, Artinya: Dan barang siapa mencintai Allah dan Rasul-Nya

mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah

yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih.

Dan merekalah teman yang sebaik-baiknva. (An Nisaa': 69)

(Thabrani, Abu Nuaim. Al-Hilyah. 4/240) Dari Ibnu Abbas ra. dikatakan ada

seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata. "Wahai Rasulullah aku sangat

mencintaimu dan selalu mengingatimu. tapi vang aku takutkan jika kelak engkau

dimasukkan ke dalam surga di tingkat yang paling tinggi sedangkan aku dimasukkan di

tempat yang tidak sama denganmu, maka aku takut tidak dapat lagi melihatinu kelak di

akhirat". Rasulullah SAW tidak menjawab ucapan lelaki itu sampai Allah menurunkan

fimian-Nya. Wa man yutiillah war Raszila fa ulaika ma'al ladzina...(An Nisaa': 69).

Setelah itu Rasulullah SAW membacakan ayat tersebut di hadapan lelaki itu dan

mendoakanya." (Thabrani, Al-Haitsami. 4/7)

53

Page 54: Hayatus Sahabah

KECINTAAN SA'AD BIN MU'ADZ RA.

Dari Abdullah bin Abu Bakar ra., '.Sesungguhnya Sa'ad bin Muadz ra, berkata

kepada Nabi SAW . "Ya Rasulullah. maukah engkau kami buatkan sebuah benteng dan

kami siapkan di sisimu sebuah kendaraan. Kemudian kami maju berhadapan dengan

musuh, jika kami diberi kemenangan oleh Allah maka itulah yang kami harapkan. tapi

jika terjadi sebaliknya, maka engkau dapat segera pergi dengan kendaraan ini. menemui

pasukan kita yang masih ada di belakang kita. sebab di belakang kami tertinggal sejuklah

kaum yang sangat mencintaimu. Sungguh andaikata mereka tahu bahwa engkau akan

berperang pasti mereka akan ikut semuanya. Akan tetapi di karenakan mereka tidak tahu

bahwa engkau akan menemui pasukan musuh seperti ini. maka tidaklah heran jika

sebagian orang tidak ikut bersama engkau."Maka Rasullah SAW menyatakan

terimakasihnya dan mendoakan kebaikan baginva, kemudian mereka membangunkan

sebuah benteng bagi Nabi (Ibnu Ishaq, Al-Bidayah 3/268)

54

Page 55: Hayatus Sahabah

PERILAKU ABU AYYUB RA. TERHADAP NABI SAW.

Dari Abu Ayyub ra. "Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah. maka Beliau

tinggal di rumah Abu Ayyub ra. Rasulullah SAW tinggal di bagian bawah sedangkan

Abu Ayyub di bagian atas rumah. Ketika malam tiba. Abu Ayyub tersadar bahwa ia

tinggal di atas Nabi SAW berarti dirinya berada di antara Rasulullah SAW dan wahyu.

Hal itu membuat ia susah untuk tidur. la pun khawatir jikalau ia menggerakkan kakinya

dapat merontohkan debu-debu sehingga menyusahkan Nabi SAW. Ketika pagi hari tiba

maka ia berkata kepada Nabi SAW "Wahai Rasulullah, saya baru tersadar bahwa saya

berada diatasmu Dan engkau berada di bawahku. sehingga saya takut bergerak yang

menyebabkan jatuhnya debu-debu kepadamu Dan saya pun berada di antara engkau dan

wahyu." Jawab Nabi SAW, "Wahai Abu Ayyub jangan kamu berlebihan, maukah aku

ajarkan kepadamu suatu ucapan yang jika kamu mengucapkannya setiap pagi dan sore,

sebanyak sepuluh kali. maka Allah akan memberikan sepuluh kebaikan. menghapuskan

sepuluh dosa dan mengangkatmu sepuluh derajat dan kelak padi hari Kiamat engkau akan

digolongkan sebagai seorang yang telah mcmbebaskan sepuluh budak. Ucapan itu ialah:

Laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syarikalahu ... (Thabrani, Kanzul Ummal, 1/294)

Dari Abu Ayyub katanya,"Ketika beliau tinggal di rumahku maka aku berkata

kepadanya, "Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya daku merasa tidak enak jika tinggal di

atasmu dan engkau berada di bawahku." Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya lebih

mudah bagi kami untuk tinggal di bawah saja, agar memudahkan kami ketika menerima

tamu." (Thabrani)

Suatu ketika tempat airku pecah maka airnya tumpah ke lantai. maka aku bersama

istriku (Ummu Ayyub) segera mengeringkanya dengan kain milik kami padahal kami

tidak memiliki lagi selimut lain kecuali itu. dengan perasaan takut dan khawatir air

tersebut akan mengenai beliau dan menyusahkannva. Dan setiap hari kami

menghidangkan makanan bagi Rasulullah SAW dan jika ada sisa dari makanan tersebut

55

Page 56: Hayatus Sahabah

maka kami makan pada bagian bekas-bekas tangan Rasulullah SAW agar kami mendapat

berkat dengan hal itu.

Pada suatu malam ketika kami hidangkan makan malam. kami bubuhkan di dalam

masakan tersebut bawang. Beliau mengembalikannya kepada kami. Dan kami melihat

tidak ada sedikit pun bekas tangan beliau. Maka hal ini kami ceritakan kepada Rasulullah

SAW, mengenai makanan kami dan apa sebab beliau tidak mau menyentuh makanan

kami sedikit pun Kata Beliau, "Aku dapatkan pada makanan ini bau bawang putih, di

karenakan aku adalah seorang lelaki vang senantiasa berdzikir kepada Allah. maka aku

tidak senang bila mulutku tercium bau yang tidak enak. Sedangkan untuk kalian maka

silahkan kalian memakannya."

(Kanzul Ummal. 5/50)

56

Page 57: Hayatus Sahabah

KISAH SA'ID BIN AMIR BIN HUZAIM AL-JUMAHY

Abu Nu'aim mengeluarkan dari Khalid bin Ma'dan, dia berkata, "Umar bin Al-

Kbaththab ra. mengangkat Sa'id bin Amir bin Huzaim ra. sebagai amir kami di Himsh.

Ketika Umar datang ke sana, dia bertanya, "Wahai penduduk Himsh, apa pendapat kalian

tentang Sa'id bin Amir, amir kalian?" Maka banyak orang yang mengadu kepada Umar

ra. Mereka berkata, "Kami mengadukan empat perkara. Yang pertama karena dia selalu

keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang.' Umar ra. berkomentar, "Itu

yang paling besar. Lalu apa lagi?' Mereka menjawab, "Dia tidak mau menemui seseorang

jika malam hari." "Itu urusan yang cukup besar," komentar Umar ra. Lalu dia bertanya,

"Lalu apa lagi?" Mereka menjawab, "Sehari dalam satu bulan dia tidak keluar dari

rumahnya untuk menemui kami." "Itu urusan yang cukup besar," komentar Umar ra. Lalu

dia bertanya, "Lain apa lagi?" Mereka menjawab, "Beberapa hari ini dia seperti orang

yang akan meninggal dunia."

Kemudian Umar bin Al-Khaththab ra. mengkonfirmasi di antara Sa'id bin Amir

ra. dan orang-orang yang mengadukan beberapa masalah tersebut. Saat itu Umar ra.

berkata kepada dirinya sendiri, "Ya Allah, jangan sampai anggapanku tentang dirinya

keliru pada hari ini." Lalu dia bertanya kepada orang-orang yang mengadu, "Sekarang

sampaikan apa yang kalian keluhkan tentang diri Sa'id bin Amir ra.!'

"Dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang,' kata

mereka. Sa'id menanggapi, "Demi Allah, sebenamya aku tidak suka untuk

mengungkapkan hal ini. Harap diketahui, keluargaku tidak mempunyai pembantu,

sehingga aku sendiri yang harus menggiling adonan roti. Aku duduk sebentar hingga

adonan itu menjadi lumat, lalu membuat roti, mengambil wudhu', baru kemudian aku

keluar rumah untuk menemui mereka." Umar bertanya kepada mereka, "Apa keluhan

kalian yang lain?" Mereka menjawab, 'Dia tidak mau menemui seorangpun pada malam

hari." 'Lalu apa alibimu?' tanya Umar ra. kepada Sa'id bin Amir ra. "Sebenarnya aku tidak

suka untuk mengungkapkan hal ini. Aku menjadikan siang hari bagi mereka, dan

menjadikan malam hari bagi Allah." "Apa keluhan kalian yang lain?" tanya Umar kepada

mereka. Mereka menjawab, "Sehari dalam satu bulan dia tidak mau keluar dari rumahnya

untuk menemui kami." "Apa alibimu? tanya Umar ra. kepada Said ra. "Aku tidak

57

Page 58: Hayatus Sahabah

mempunyai seorang pembantu yang mencuci pakaianku, di samping itu, aku pun tidak

mempunyai pakaian pengganti yang lain." Maksudnya, hari itu dia mencuci pakaian satu-

satunya. "Apa keluhan kalian yang lain?" tanya Umar kepada mereka. Mereka menjawab,

"Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia." "Apa alibimu?" tanya

Umar ra. kepada Sa'id ra. Sa'id ra. menjawab, "Dulu aku menyaksikan terbunuhnya

Hubaib Al-Anshary di Makkah. Aku lihat bagaimana orang-orang Quraish mengiris-iris

kulit dan daging Hubaib ra. lalu mereka membawa tubuhnya ke tiang gantungan. Orang-

orang Quraisy itu bertanya kepada Hubaib, 'Sukakah engkau jika Muhammad

menggantikan dirimu saat ini?' Hubaib menjawab, 'Demi Allah, sekalipun aku berada di

tengah keluarga dan anak-anakku, aku tidak ingin Muhamrnad Shallallahu Alaihi wa

Sallam terkena duri sekalipun'. Kemudian dia berseru, 'Hai Muhammad, aku tidak ingat

lagi apa yang terjadi pada hari itu'. Sementara saat itu aku yang masih musyrik dan belum

beriman kepada Allah Yang Maha Agung, tidak berusaha untuk menolongnya, sehingga

aku beranggapan bahwa Allah ta'ala sama sekali tidak akan mengampuni dosaku. Karena

itulah barangkali keadaanku akhir-akhir ini seperti orang yang akan meninggal dunia."

Umar bin Al-Khaththab ra. berkata, "Segala puji bagi Allah, karena firasatku

tentang dirinya tidak meleset." Setelah itu Umar memberinya seribu dinar, seraya

berkata, "Pergunakanlah uang ini untak menunjang tugas-tugasmu." Istri Sa'id ra. berkata

kegirangan setelah menerima uang itu, 'Segala puji bagi Allah yang telah memberikan

kecukupan kepada kita atas tugas yang engkau emban ini." Sa'id bertanya kepada

istrinya, "Apakah engkau mau yang lebih baik lagi? Kita akan memberikan uang ini

kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada kita. "Boleh," jawab istrinya. Lalu

Sa'id memanggil salah seorang anggota keluarganya yang dapat dipercaya, dan dia

memasukkan uang ke dalam beberapa bungkusan, seraya berkata, "Bawalah bungkusan

ini dan berikan kepada janda keluarga Fulan, orang miskin keluarga Fulan, orang yang

terkena musibah keluarga Fulan. Selebihnya disimpan, Istrinya bertanya, "Mengapa

engkau tidak membeli seorang pembantu? Lalu untuk apa sisa uang itu?" Sa'id ra.

menjawab, "Sewaktu-waktu tentu akan datang orang yang lebih membutuhkan uang itu.

(Al-Hilyah, 1:245)

58

Page 59: Hayatus Sahabah

WASIAT ABU BAKAR R.A. SEBELUM KEMATIANNYA

Abul-Malih meriwayatkan, bahwa tatkala Abu Bakar Radhiyallahu'anhu hendak

meninggal dunia, dia mengirim utusan kepada Umar bin Al-Khatab ra, untuk

menyampaikan,

"Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu, dan engkau harus

menerimanya dariku, bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai hak pada malam hari yang

tidak diterima-Nya pada siang hari, dan Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak

diterima-Nya pada malam hari.

Sesungguhnya Dia tidak menerima nafilah (sunat) sebelum yang wajib

dilaksanakan. Orang-orang yang timbangannya berat di akhirat menjadi berat, karena

mereka mengikuti kebenaran di dunia, sehingga timbangan mereka pun menjadi berat.

Sudah selayaknya timbangan yang diatasnya diletakkan kebenaran menjadi berat.

Orang-orang yang timbangannya ringan di akhirat menjadi ringan, Karena mereka

mengikuti kebatilan, sehingga timbangan mereka pun ringan pula di dunia. Sudah

selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebatilan menjadi ringan, Apakah

engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan ayat yang ada harapan di dalam ayat yang

ada kepedihan, dan ayat yang ada kepedihan di dalam ayat yang ada harapan? Hal ini

dimaksudkan agar manusia takut dan sekaligus berharap, tidak menyeret dirinya kepada

kebinasaan dan tidak berharap kepada Allah secara tidak benar.

Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak

namun paling engkau sukai selain dari kematian, dan memang begitulah seharusnya. Jika

engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun

paling engkau benci selain kematian, dan memang begitulah seharusnya yang engkau

lakukan. Engkau tentu mampu melakukannya".

Ada yang menuturkan, bahwa sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq

ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair, "Tiada artinya harta

kekayaan bagi pemuda Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada".Abu Bakar ra.

59

Page 60: Hayatus Sahabah

menyingkap kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan begitu. Tetapi

ucapkan firman Allah,"

"Dan, datanglah sekaratul-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu

selalu lari darinya". (QS. Qaf:19)

Lalu dia berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan

kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih

memerlukan kain yang baru daripada orang yang sudah meninggal".

Ibnu Qudamah, Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Pustaka Al-Kautsar, 1997, hal 499-500

60

Page 61: Hayatus Sahabah

WASIAT ABU BAKAR KEPADA UMAR

Ibnu Asakir mengeluarkan dari Salim bin Abdullah bin Umar, dia berkata,

"Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka dia menulis wasiat, yang isinya:

'Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya

di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal masanya

menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat

seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau

menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab.

Kalau dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia

semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui

yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka

akan dibalikkan.'

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3:146. Ibnul-Mubarak, Ibnu Abi

Syaibah, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim meneluarkan dari Abdurrahman bin Sabith, dia

berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar memanggil Umar, lalu dia berkata kepadanya,

"Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah menetapkan

amalan yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika

dikerjakan malam hari, dan Allah telah menetapkan amalan yang harus dikeriakan pada

malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya

Allah juga tidak nienerima yang sunat sebelum yang wajib dikerjakan."

Begitulah yang disebutkan di dalarn Al-Kanzu, 4:363. Ibnu Sa'd mentakhrij dari

AI-Muththalib bin As-Sa'ib bin Abu Wada'ah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Abu

Bakar menulis surat kepada Arw bin Al-Ash, yang isinya: 'Aku sudah menulis surat

kepada Khalid bin AI-Walid agar dia bergabung ke pasukanmu dan mernbantumu. Jika

dia sudah datang, inaka hergaullah yang baik, jangan merasa lebih tinggi darinya, jangan

memutuskan perkara sendirian karena engkau merasa lebih tinggi darinya dan dari yang

lain, berrnusyawarahlah dan janganlah berselisih dengan mereka. Begitulah yang

disebutkan di dalam AI-Kanzu, 31133.

61