hasil survey jadi.doc
DESCRIPTION
srveyTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar
penyakit yang paling sering dikeluhan masyarakat Indonesia. Persepsi dan
perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya kebersihan rongga mulut dan penyakit mulut
di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal yang sangat mempengaruhi masalah
tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat, yang
berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat
khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Survei pendahuluan dilakukan terhadap masyarakat di Dusun Langon
Desa Ambulu Kecamatan Ambulu membuktikan bahwa sebanyak 76,1%
masyarakat tidak pernah memeriksakan gigi, sebanyak 76,3 % tidak pernah
membersihkan karang gigi, sebanyak 77,2% menjawab jika gigi bermasalah
dibiarkan saja, dan sebanyak 69,6% masyarakat mengaku tidak pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data sekunder
yang didapatkan dari puskesmas Ambulu didapatkan bahwa kelainan penyakit
pulpa dan periapikal menempati urutan ke-3 sebanyak 1933 pada tahun 2011
diantara 10 penyakit terbesar yang tercatat pada kunjungan pasien di puskesmas
Ambulu.
Selain itu, dilihat dari ilmu pengetahuan, masih banyak dari masyarakat
yang belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga
mereka juga tidak mengetahui dampak dan efek yang timbul apabila mereka tidak
menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut. Terdapat beberapa kelompok
masyarakat yang hanya mengetahui tapi tidak paham sehingga mereka tidak
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
1
semakin luas pula pengetahuannya. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek
lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan
kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Kesehatan gigi adalah bagian
intergral dari kesehatan umum, sehingga perlu bagi kesehatan gigi untuk
senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan
pada umumnya. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada
masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2004). Hal tersebut dilandasi oleh
kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.
Penyakit gigi-geligi merupakan proses biologis yang fase awalnya tidak
dapat ditentukan secara klinis. Suatu proses perjalanan penyakit akan
menyebabkan perubahan patologis yang dapat diamati secara objektif. Pada
umumnya pasien tersebut baru sadar akan sakitnya (sakit gigi, gigi goyang) dalam
stadium yang sangat lambat, dan apabila mereka sudah menyadari, keadaan
tersebut sudah menjadi suatu proses yang kronik. Oleh karena itulah biasanya
seseorang terlambat untuk melakukan perawatan terhadap kondisinya tersebut
(Houwink et al, 1993). Salah satu penyakit gigi dan mulut tersebut adalah karies
gigi.
Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan mulut,gigi, dan gusi untuk mencegah dari penyakit gigi dan mulut
terutama yang disebabkan plak dan kalkulus, mencegah penyakit menular yang
penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki
fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan(Hermawan dalam Najib, 2010).
OHI-s (Oral Hygiene Index Simplified) merupakan metode yang digunakan untuk
mengklasifikasikan status oral hygiene(kebersihan rongga mulut) dari suatu
kelompok atau populasi yang telah disederhanakan (Hiremath ,2007: 183).
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan
2
mulut terhadap indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa
Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013?
1.3 TujuanPenelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat
Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Dusun Langon Desa Ambulu
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ambulu yang terletak
di sebelah selatan Kabupaten Jember dengan jarak 30 km dan waktu tempuh
kurang lebih satu jam. Wilayah kerja Ambulu meliputi 3 desa yaitu Desa Ambulu,
(terdiri dari 3 dusun), Desa Karanganyar (terdiri dari 4 dusun) dan Desa Tegalsari
(terdiri dari 3 dusun). Pada penelitian kali ini, dilakukan di Dusun Langon Desa
Ambulu. Dusun Langon memiliki 7 posyandu dimana setiap posyandu
membawahi 75 Kepala keluarga, sehingga didapatkan jumlah total kepala
keluarga pada 7 posyandu adalah sebanyak 525 kepala keluarga.
2.2. Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti
segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran).Adapun pengetahuanmenurut beberapa
ahli adalah:
1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia
atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek
dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-
bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat
kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh
teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan
yang sesuai.
3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
4
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus
bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses belajar
Depdiknas. (2008). KBBI Daring. Dipetik Februari 07, 2012, dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
2.3. Karies gigi
Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut.
Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor
hereditas hanya memainkan peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah
penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus
berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor
tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat dan waktu (Dwi, 2010).
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang diikuti timbulnya kerusakan komponen organiknya.
Akibatnya terjadi infeksi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Ginting B, 1984).
Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko karies tinggi,
sedang dan rendah. Agar dapat mengidentifikasi risiko karies anak digunakan
suatu penilaian risiko karies (Tinanoff, 2002).
5
Karies bisa digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan
beerkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda-beda
tergantung keparahan karies yang dihadapi. Oleh karena itu karies disebut karies
ringan jika yang terkena karies adalah daerah yang sangat rentan terhadap karies
misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen. Dikatakan moderate jika karies
meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior, dan dikatakan parah jika
kariestelah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya bebas karies
(Kidd dan Joyston, 1992).
2.4 Kebersihan Gigi dan Mulut
Dari data puskesmas Ambulu didapatkan data bahwa penyakit pulpa dan
periodontal menempati urutan ke-3 dari 15 besar angka kejadian penyakit di desa
Ambulu. Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah
karies gigi dan penyakit periodontal.Kesehatan gigi dan mulut sangat penting
untuk diperhatikan.Mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi
perkembangan bakteri karena temperatur, kelembaban dan makanan yang cukup
tersedia disana. Bakteri inilah yang berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.
Gigi dan mulut yang sehat selain akan menghindarkandari kuman dan
bakteri yang sering menimbulkan berbagai keluhan sakit gigi, juga akan menjaga
kesegaran aroma mulut dan menjadikan senyum terlihat lebih menawan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki mulut yang sehat dapat membantu
mencegah penyakit jantung, stroke dan sejumlah penyakit lainnya.
Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan
plak. Plak merupakan faktor etiologi utama terjadinya karies dan penyakit
periodontal karena plak mengandung bakteri patogen yang melekat pada
permukaan gigi dan gingiva. Plak terjadi ketika makanan yang mengandung
karbohidrat (gula dan zat tepung) seperti susu, minuman ringan, kismis, kue, atau
permen tersisa pada gigi. Upaya dalam mencegah penyakit gigi dan mulut serta
meningkatkankebersihan mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan
menghilangkan akumulasi plak. Kebersihan rongga mulut sangat
dianjurkansebagai upayauntuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Upaya
6
pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak. Ada tiga cara yang
digunakan dalam kontrol plak yaitu mekanik, kemis, dan modifikasi metode
mekanik dan kemis. Sampai saat ini, kontrol plak masih mengandalkan pada
pembersihan secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan
menyikat gigi.
Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang
cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan
pemeliharaan kesehatan gigi danmulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan
alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.
Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metode penyikatan
gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi
2.5 Indeks DMF-T
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T
adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut
dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah
total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan
DMF-T
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Setiap gigi dicatat satu kali
2. D = Decay atau rusak
a. Ada karies pada gigi dan restorasi
b. b. Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3. M = Missing atau hilang
a. Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
b. Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
4. F = Filled atau tambal
a. Tambalan permanen dan sementara
b. Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
7
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang
tidak dihitung adalah sebagai berikut :
1. Gigi molar ketiga
2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang
menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi
sebagian(partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption).
3. Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih
(supernumerary teeth).
4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan
ortodontik.
5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan.
6. Gigi susu yang belum tanggal
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa
derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997).
1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1
2. Rendah : 1,2 – 2,6
3. Moderat : 2,7 – 4,4
4. Tinggi : 4,5 – 6,5
5. Sangat Tinggi : > 6,6
(Anne Agustina, 2008)
2.4 OHI-S
Oral hygiene Index (OHI) dikenalkan oleh Green dan Vermillion pada
tahun 1960. Pada tahun 1964 terjadi perkembangan yaitu OHI di modifikasi
dengan Simplified yang dikenal Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). OHI-S
merupakan indeks status kebersihan rongga mulut dengan mengukur enam
permukaan gigi, dimana semua permukaan telah mewakiti segmen anterior dan
posterior dari permukaan gigi dan mulut (Newman et al, 2002).
OHI-S adalah hasil penjumlahan dari skor Debris Indeks Simplified (DI-S)
dan Calculus Indeks Simplified (CI-S) (Hiremath 2007: 184).
8
Gambar 2.1 Komponen Oral Hygiene Index
(Sumber: Hiremath,2007: 183)
Penentuan DI-S dan CI-S ini didapatkan dari enam area permukaan gigi.
Enam area yang dinilai OHI-S nya adalah empat permukaan fasial gigi 11, 16, 26,
dan 31 (insisivus satu atas kanan, molar satu atas kanan, molar satu atas kiri, dan
insisivus satu bawah kiri) dan dua permukaan lingual dari gigi 36 dan 46 (molar
satu bawah kanan dan kiri). Permukaan gigi tersebut dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu 1/3 gingival, daerah 1/3 bagian tengah, dan daerah 1/3 insisal. Pembagian
daerah permukaan gigi menjadi 3 bagian digunakan dalam skoring DI-S dan CI-s
(Newman et al, 2002).
2.4.1 Penentuan Status OHI-S
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan untuk menentukan nilai OHI-S.
Tahapan yang dilakukan adalah penentuan skor DI-S dan CI-S. Nilai dari DI-S
dan CI-S berkisar antara 0-3. Skoring DI-S dan CI-S digolongkan sendiri-sendiri
dan indeks tiap perhitungan berbeda tetapi dengan cara yang sama.
9
Penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S adalah OHI-S (Hiremath,2007: 183).
Gambar 2.2 Skor Debris Indeks
Sumber: Hiremath (2007: 183)
a. Penghitungan Debris Index Simplified
Tabel 2.1 Skor Debris Indeks
Skor Kriteria
0 Tidak ada debris / stain terlihat pada permukaan
gigi
1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi atau tampak stain tanpa
memperhatikan debris pada permukaan gigi.
2 Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak
lebih dari 2/3 permukaan gigi
3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan
gigi
Sumber : Hiremath (2007: 183)
DI-s = Jumlah skor debris
Jumlah gigi yang diperiksa
10
b. Penghitungan Calculus Index Simplified
Tabel 2.2 Skor Calculus Index
Skor Kriteria
0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari
1/3 permukaan gigi .
2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3
tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi atau
bercak kalkulus subgingiva
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi atau kalkulus subgingiva yg
mengelilingi servikal gigi.
Sumber : Hiremath (2007: 183)
CI-s = Jumlah skor calculus
Jumlah gigi yang diperiksa
c. Penghitungan Oral Hygiene Index Simplified
Dilakukan penjumlahan hasil dari DI-S dan CI-S untuk mendapatkan nilai
OHI-S (Hiremath, 2007: 183).
11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2013 di Dusun Langon,
Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai indeks DMF-T dan indeks
OHI-S
3.4 Definisi Operasional
3.4.1 Pengetahuan kesehatan gigi adalah merupakan hasil “tahu” dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
dimana objek tersebut merupakan kondisi umum gigi geligi.
3.4.2 Indeks DMF-T adalah indeks yang digunakan untuk melihat status karies
gigi, perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan
perawatan, membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari
satu daerah ke daerah lain atau untuk membandingkan antara sebelum dan
sesudah pelaksanaan program serta untuk memantau perkembangan status
perkembangan karies individu.
12
3.4.3 Indeks OHI-S adalah merupakan indeks status kebersihan rongga mulut
dengan mengukur enam permukaan gigi, dimana semua permukaan telah
mewakiti segmen anterior dan posterior dari permukaan gigi dan mulut
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah warga Dusun Langon, Desa Ambulu,
Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
3.5.2 Sampel Penelitian
a. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
dari warga Dusun Langon, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, Kabupaten
Jember.
b. Kriteria Sampel
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Warga Dusun Langon, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu,
Kabupaten Jember.
2. Bersedia menjadi sampel penelitian.
3. Usia 17-60 tahun.
c. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan
berdasarkan rumus sampel sebagai berikut (Sujarweni. W, 2005):
keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Populasi
e = prosentasi kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan
pengambilan sampel yg masih diinginkan.
13
n = 355,4
n = 356.
3.6 Metode Pengukuran Sampel
3.6.1 Pengetahuan kesehatan rongga mulut dengan metode angket.
3.6.2 Indeks DMF-T diukur dengan memeriksa seluruh gigi yang mengalami
pengalaman karies (decay, missing, dan filling).
3.6.3 Indeks OHI-S diukur yang didahului dengan DI-S dan CI-S. Gigi yang
diperiksaadalah gigi 11dan 31 bagian fasial, 16 dan 26 bagian bukal, 36
dan 46 bagian lingual. Setelah didapat indeks DI-S dan CI-S kedua skor
akan ditambahkan dan akan didapatkan skor indeks OHI-S
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat tulis
3.7.2 Lembar kuesioner (kuesioner tertutup).
3.7.3 Alkohol 70%.
3.7.4 Sarung tangan (Everglove Latex Examination).
3.7.5 Masker (Diapro Disposable Face Mask).
3.7.6 Kaca mulut (Medica).
3.7.7 Pinset (Medica).
3.7.8 Deppen Glass.
3.8 Analisa Data
Data disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisis dengan uji
korelasi untuk mengukur hubungan antara pengetahuan terhadap indeks DMF-T
dan OHI-S. Uji stati stik dilakukan dengan kepercayaan 95%.
14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 453 responden yang diambil dari warga
Dusun Langon, Desa Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui pengetahuan
responden tentang kesehatan gigi dan mulut dan pengamatan langsung atau
pemeriksaan terhadap rongga mulut responden untuk mengetahui tingkat karies
gigi dan kebersihan rongga mulutnya. Karies gigi dan kebersihan rongga mulut
dilakukan melalui pemeriksaan langsung dengan menggunakan skor DMF-T dan
OHI-S.
Berdasarkan kuesioner yang ditanyakan kepada responden di dapat
karakteristik resonden sebagai berikut :
4.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Berdasarkan Umur
Rentang Umur Frekuensi %
15 – 30 th 150 33,1
30 – 45 th 183 40,4
45 – 60 th 120 26,5
Total 453 100,0
15
4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Frekuensi %
Laki – Laki 233 48,6
Perempuan 220 51,4
Total 453 100,0
4.3 Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi %
TS 17 3,8
SD 143 31,6
SMA 110 24,3
PT 73 16,1
Total 453 100,0
4.4 Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi %
PNS 11 2,4
Wiraswasta 82 18,1
Swasta 52 11,5
Petani 133 29,4
Guru 94 20,8
IRT 81 17,9
Total 453 100,0
16
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.2 . Tabel tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin
PENGETAHUAN
TotalBURUK SEDANG BAIK
JENIS KELAMIN P 27 155 30 212
% 12,73 73,11 14,15 100,0
L 17 179 45 241
% 7,05 74,27 18,67 100,0
Total 44 334 75 453
Hasil analisis data yang dilakukan pada responden, didapatkan
pengetahuan buruk pada 12,73% responden perempuan dan 7,05% pada
responden laki-laki, pengetahuan sedang pada 73,11% responden perempuan dan
74,27 pada responden laki-laki, dan pengetahuan buruk pada 45% responden
perempuan dan respnden laki-laki sebesar 18,67%.
Tabel 2a. Tabel dan Diagram jumlah responden berdasarkan usia
Pengetahuan
TotalBuruk Sedang Baik
Umur 17 -40 Count 18 191 59 268
% within Umur 6.7% 71.3% 22.0% 100.0%
41-60 Count 26 143 16 185
% within Umur 14.1% 77.3% 8.6% 100.0%
Total Count 44 334 75 453
% within Umur 9.7% 73.7% 16.6% 100.0%
17
Hasil analisis data yang dilakukan pada 453 responden, didapatkan
pengetahuan buruk pada 6,7% responden berumur 17 – 40 tahun dan 14,1%
resonden berumur 41 – 60 tahun, pengetahuan sedang pada 71,3% responden
berumur 17 – 40 tahun dan 77,3% pada responden berumur 41 – 60 tahun, dan
pengetahuan buruk pada 22% responden berumur 17 – 40 tahun dan responden
berumur 41 – 60 tahun sebesar 8,6%.
Tabel 2b. Tabel jumlah responden berdasarkan pendidikan
18
Pengetahuan
TotalBuruk Sedang Baik
pendidikan TS Count 7 12 0 19
% within pendidikan 36.8% 63.2% .0% 100.0%
SD Count 25 121 4 150
% within pendidikan 16.7% 80.7% 2.7% 100.0%
SMP Count 10 110 17 137
% within pendidikan 7.3% 80.3% 12.4% 100.0%
SMA Count 2 83 33 118
% within pendidikan 1.7% 70.3% 28.0% 100.0%
D3 Count 0 1 4 5
% within pendidikan .0% 20.0% 80.0% 100.0%
S1 Count 0 7 17 24
% within pendidikan .0% 29.2% 70.8% 100.0%
Total Count 44 334 75 453
% within pendidikan 9.7% 73.7% 16.6% 100.0%
Tabel 2c. Diagram tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan
19
Hasil analisis data yang dilakukan pada 453 responden, didapatkan
pengetahuan buruk pada 36,8% responden yang tidak pernah sekolah, 16,7%
responden berpendidikan terakhir SD, 7,3% responden berpendidikan terakhir
SMP, 1,7% responden berpendidikan terakhir SMA, dan 0% responden
berpendidikan terakhir D3 dan S1. Pengetahuan sedang pada 63,2% responden
yang tidak pernah sekolah, 80,7% responden berpendidikan terakhir SD, 80,3%
responden berpendidikan terakhir SMP, 70,3% responden berpendidikan terakhir
SMA, 20% pada responden berpendidikan terakhir D3 dan 29,2% responden
berpendidikan terakhir S1. Pengetahuan baik pada 0% responden yang tidak
pernah sekolah, 27% responden berpendidikan terakhir SD, 12,4% responden
berpendidikan terakhir SMP, 28% responden berpendidikan terakhir SMA, 80%
pada responden berpendidikan terakhir D3 dan 70,8% responden berpendidikan
terakhir S1.
Tabel 2d. Tabel dan diagram tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan
20
pekerjaan * Pengetahuan Crosstabulation
Pengetahuan
TotalBuruk Sedang Baik
pekerjaan PNS Count 1 2 10 13
% within
pekerjaan
7.7% 15.4% 76.9% 100.0%
Wiraswasta Count 5 69 19 93
% within
pekerjaan
5.4% 74.2% 20.4% 100.0%
Swasta Count 2 47 12 61
% within
pekerjaan
3.3% 77.0% 19.7% 100.0%
Petani Count 23 106 7 136
% within
pekerjaan
16.9% 77.9% 5.1% 100.0%
Guru Count 0 5 11 16
% within
pekerjaan
.0% 31.3% 68.8% 100.0%
IRT Count 12 94 11 117
% within
pekerjaan
10.3% 80.3% 9.4% 100.0%
lain-lain Count 1 11 5 17
% within
pekerjaan
5.9% 64.7% 29.4% 100.0%
Total Count 44 334 75 453
% within
pekerjaan
9.7% 73.7% 16.6% 100.0%
21
Hasil analisis data yang dilakukan pada 453 responden, didapatkan
pengetahuan buruk pada 7,7% responden yang bekerja sebagai PNS, 5,4% pada
responden yang bekerja sebagai wiraswasta, 3,3% responden yang bekerja pada
perusahaan swasta, 16,9% responden yang bekerja sebagai petani, dan 0%
responden yang bekerja sebagai guru, 10,3% pada responden yang bekerja sebagai
IRT, dan 5,9% pada responden yang pekerjaanya selain pekerjaan di atas.
Pengetahuan sedang pada 15,4% responden yang bekerja sebagai PNS, 74,2%
pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta, 77,0% responden yang bekerja
pada perusahaan swasta, 77,9% responden yang bekerja sebagai petani, dan
31,3% responden yang bekerja sebagai guru, 80,3% pada responden yang bekerja
sebagai IRT, dan 64,7% pada responden yang pekerjaanya selain pekerjaan di
atas. Pengetahuan baik pada 76,9% responden yang bekerja sebagai PNS, 20,4%
pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta, 19,7% responden yang bekerja
pada perusahaan swasta, 5,1% responden yang bekerja sebagai petani, dan 68,8%
responden yang bekerja sebagai guru, 9,4% pada responden yang bekerja sebagai
IRT, dan 29,4% pada responden yang pekerjaanya selain pekerjaan di atas.
22
Tabel tingkat pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 75 16,6 16,6 16,6
Sedang 334 73,7 73,7 90,3
Buruk 44 9,7 9,7 100,0
Total 453 100,0 100,0
diagram 3b. diagram tingkat pengetahuan
Hasil analisis data yang dilakukan pada 453 responden, didapatkan
pengetahuan buruk pada 16,6% responden, pengetahuan sedang pada 73,7%
responden, dan pengetahuan baik pada 9,3% responden.
Tabel tabel ohi-s
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 25 5,5 5,5 5,5
Sedang 304 67,1 67,1 72,6
Buruk 124 27,4 27,4 100,0
Total 453 100,0 100,0
23
diagraml 3b. diagram tingkat OHI-S
Hasil analisis data yang dilakukan pada 453 responden, didapatkan
tingkat OHI-S buruk pada 27,4% responden, tingkat OHI-S sedang sedang pada
67,1% responden, dan tingkat OHI-S baik pada 5,5% responden.
Diagram DMF
Hasil analisis data yang dilakukan pada 453 responden, didapatkan nilai D
(decay) sebesar 5,2. Nilai M (Missing) sebesar 2,2 dan nilai F (Filing) sebesar )
0,1.
24
4.4 Hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks
DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa Ambulu Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ohis dmft
pengetahua
n
N 453 453 453
Normal
Parameters(a,b)
Mean 2,5487 7,4614 1,93
Std. Deviation 1,02182 2,87289 ,509
Most Extreme
Differences
Absolute ,089 ,111 ,388
Positive ,089 ,111 ,349
Negative -,056 -,079 -,388
Kolmogorov-Smirnov Z 1,887 2,356 8,257
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,000
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Correlations
pengetahua
n ohis dmft
Spearman's
rho
Pengetahua
n
Correlation
Coefficient1,000 ,137(**) ,216(**)
Sig. (2-tailed) . ,004 ,000
N 453 453 453
Ohis Correlation
Coefficient,137(**) 1,000 ,209(**)
25
Sig. (2-tailed) ,004 . ,000
N 453 453 453
Dmft Correlation
Coefficient,216(**) ,209(**) 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 .
N 453 453 453
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji Spearman didapatkan
hasil terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap
indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa Ambulu
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013. Hal ini ditunjukkan dari
signifikan kurang dari 0,05 yaitu sebesar
26
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada masyarakat Dusun Langon,
Desa Ambulu Kecamatan Ambulu terdapat 3 variabel yang diteliti, yaitu tingkat
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut , indeks DMF-t, dan indeks OHI-S. Alat
ukur yang digunakan untuk mengukur pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
adalah kuesioner, sedangkan untuk tingkat karies dan tingkat kebersihan rongga
mulut digunakan indeks DMF-t dan OHI-S dengan cara pemeriksaan secara
lagsung. Tingkat pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dikategorikan menjadi 3
kategori, yaitu baik, sedang, dan buruk
Survey yang dilakukan pada 453 responden di Dusun Langon, Desa
Ambulu menunjukkan mayoritas masyarakat memiliki tingkat pengetahuan
sedang yaitu 339 responden (73,7%). Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan buruk sebanyak 49 responden (9,7%) dan 75 responden (16,6%)
Baik
Tingkat Karies yang diukur dengan DMF-t di Dusun Langon menunjukkan
angka 7,46 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, tingkat
kebersihan rongga mulut yang diukur menggunakan indeks OHI-S menunjukkan
hanya 25 responden (5,5%) memiliki tingkat OHI-S baik. Sebagian besar
masyarakat Dusun Langon memiliki tingkat OHI-S sedang yaitu sebayak 304
responden (67,4%).
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji analisa statistik
Spearman yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi atau
hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat pada daerah tersebut dengan
indeks DMF-T dan OHI-S, hal ini ditunjukkan dengan didapatkannya nilai
signifikansi (0,00 dan 0,04) yang berarti data tersebut signifikan (sig<0,05).
27
BAB 5. KESIMPILAN DAN SARAN
1.4 Kesimpulan
Terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap
indeks DMF-T dan OHI-S pada masyarakat Dusun Langon Desa Ambulu
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2013.
1.5 Saran
1. Diharapkan adanya upaya peningkataan pencegahan penyakit gigi
dan mulut.
2.
28