hasil karya wisata ke bali nur laeli
DESCRIPTION
jrfjTRANSCRIPT
LAPORAN KARYA WISATA KE BALI
Disusun untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Kelas XII IPA 1
Disusun Oleh:
Nama : Nur Laeli
Kelas : XII IPA 1
NIS : 117663
SMA NEGERI 1 PANGKAHKAB. TEGAL
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
i
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini telah diteliti dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Oleh :
Mengetahui,
Kepala SMA N 1 Pangkah Pembimbing
Guru Mapel Bahasa Indonesia
Drs. Munaseh Hesti Peni Yuliani, S.Pd
NIP. 19620412 199203 1 010 NIP. 19700726 199702 2 004
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Suatu pekerjaan tanpa rasa tekun,sabar dan iklas maka sia-sialah pekerjaan
itu.
2. Raihlah semua cita-cita yang kita inginkan.
3. Dengan agama hidup terarah.
4. Dengan ilmu hidup menjadi mudah.
5. Cobaan adalah ajaran untuk memulai kehidupan yang lebih baik.
6. Masa lalu adalah kenangan masa sekarang adalah kenyataan dan masa depan
adalah harapan.
7. Jangan jadikan hidup ini sebagai beban jadikanlah hidup ini sebagai sebuah
kesempatan.
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu tercinta yang penuh
kasih sayang serta doa yang tulus
2. Bapak Munaseh selaku Kepala SMA
N 1 Pangkah
3. Ibu Hesti Peni Yuliani S.Pd selaku
pembimbing Bahasa dan Sastra
Indonesia
4. Semua teman-teman baik yang ada
dalam sekolah maupun di luar
sekolah yng senantiasa mendukung
penulis
5. Para pembaca yang budiman
iii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
hidayahnya kepada saya , sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini .
Meskipun mengalami banyak kesulitan , namun berkat usaha dan bantuan semua
pihat , saya dapat menyelesaikan dengan baik .
Saya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menyusun laporan ini
dan berusaha mencari sumber data yang di anggap penting dan juga wawancara
tentanghal yang berkaitan dengan laporan ini .
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Munaseh, selaku kepala sekolah SMA N 1 Pangkah
2. Ibu Hesti PeniYuliani, S.Pd, selaku guru Bahasa Indonesia
3. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini .
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna , maka oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca .
Pangkah , September 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................... iii
HALAMAN KATA PENGATAR............................................................ iv
HALAMAN DAFTAR ISI........................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1. Latar Belakang................................................................... 1
2. Tujuan................................................................................ 1
3. Metode Pengumpulan Data ............................................... 1
4. Sistematika Laporan .......................................................... 2
BAB II HASIL KUNJUNGAN............................................................. 3
1. Tempat Dan Waktu Pelaksaan........................................... 3
2. Objek Wisata Yang Dikunjungi......................................... 3
A. Tari Barong................................................................. 3
1. Definisi Tari barong............................................. 3
2. Jenis-jenis Tari Barong........................................ 5
3. Pementasan.......................................................... 6
4. Keistimewaan....................................................... 8
5. Lokasi dan Harga Tiket........................................ 8
6. Akomodasi Dan Fasilitas lainnya........................ 9
B. Hutan Kera Sangeh..................................................... 9
1. Status Kawasan.................................................... 9
2. Lokasi Dan Aksebilitas........................................ 9
3. Tipe Ekosistem.................................................... 10
4. Tujuan Pengelolaan.............................................. 10
5. Topografi Dan Iklim............................................ 11
6. Potensi Flora Dan Fauna...................................... 11
7. Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam................... 11
v
8. Sarana Dan Prasarana.......................................... 12
C. Museum Bajrashandi.................................................. 12
BAB III PENUTUP................................................................................. 15
A. Kesimpulan ....................................................................... 15
B. Saran................................................................................... 15
LAMPIRAN ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 19
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang besar dan kaya akan
budaya dan panorama alam yang tidak dapat di temukan di Negara lain. Salah
satunya yaitu “Pulau Bali” yang terkenal dengan panorama lautnya yang
sangat eksotik.
Bali merupakan salah satu pulau yang menyidikan berbagai obyek
wisata, berbagai wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan
mancanegara berduyung-duyung ke “Pulau Bali”.
Bali dengan obyek-obyek wisata yang begitu banyaknya dapat
memberikan devisa bagi Negara Indoneasia, dan sekaligus dapat
meningkatkan kehidupan perekonomian khususnya pada masyarakat Bali.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengenalkan lebih dekat tentang keindahan panorama PulauBali
Mengenalkan berbagai kebudayaan yang ada di Pulau Bali
Mengajarkan kepada para siswa untuk lebih menghormati
kebudayaan dan adat istiadat di Pulai Bali
b. Tujuan Khusus
Untuk Memenuhi Tugas Bahasa B.Indonesia Kelas XII IPA 1
3. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara
berkunjung langsung ke obyek wisata yang ada di Bali. Yang dilaksanakan
selama tiga hari.
1
4. Sistematika Laporan
Penulis membuat sistematika laporan sebagai berikut :
Pada bab pertama Adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang
latar belakang pemilihan obyek wisata, tujuan penulisan, metote
pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan.
Pada bab dua menguraikan tentang tempat dan waktu pelaksanaan
kunjungan, tujuan kunjungan serta isi dari hasil pengamatan tentang kilas
balik pulau bali dan berbagai obyek wisata yang ada disana,serta
budayanya.
Pada bab tiga penulis mengambil kesimpulan saran-saran dan Daftar
pustaka yang mana merupakan akhir atau penutuplaporan, serta lampiran.
2
BAB II
HASIL KUNJUNGAN OBYEK WISATA
1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
Waktu Kunjungan
Waktu berkunjung kami di objek wisata adalah sebaga berikut :
1. Oleh-oleh Bali hari pertama jam 20.00 - 21.00 WITA.
2. Museum Bajrasandi hari kedua jam 08.30 – 10.00 WITA.
3. Tari Barong hari kedua jam 11.45 – 12.30 WITA.
4. Tanjung Benoa hari kedua jam 15.00 – 16.30 WITA.
5. Pantai Kuta hari kedua jam 18.00 – 18.30 WITA.
6. Jogger hari kedua jam 19.00 – 20.30 WITA.
7. Pasar Seni Sukawati hari ketiga jam 08.30 – 09.30 WITA.
8. Hutan Sangeh hari ketiga jam 10.30 – 11.30 WITA.
9. Bedugul hari ketiga jam 12.30 – 14.00 WITA.
2. Objek Wisata Yang Dikunjungi
A. TARI BARONG
1. Definisi
Tari barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khasanah
kebudayaan pra-Hindu.Tarian ini menggambarkan pertarungan antara
kebaikan (drama) dan kebatilan (adharma). Wujud kebaikan
dilakokan oleh barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki
empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis.
Diduga kata barong berasal dari kata bahrwang atau diartikan
beruang, seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib,
dianggap sebagai pelindung. Dan di Bali barong tidak hanya
diwujudkan dalam binatang berkaki empat akan tetapi ada pula yang
berkaki dua. Topeng barong dibuat dari kayu yang diambil dari
tempat-tempat angker seperti kuburan, oleh sebab itu barong
3
merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat
hindu bali.
Sementara wujud kebatilan dimainkan oleh rangda, yaitu sosok
yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Sedangkan dari golongan sudra disebut Balu. Kata balu dalam bahasa
Bali alusnya adalah rangda. Perkembangan selanjutnya istilah rangda
untuk janda semakin jarang kita dengar, karena dikhawatirkan
menimbulkan kesan tidak enak mengingat wujud rangda yang ‘aeng’
(seram) dan menakutkan serta identik dengan orang orang yang
mempunyai ilmu kiri (pengiwa).
Hal ini terutama kita dapatkan dalam pertunjukan-pertunjukan
cerita rakyat.Dengan kata lain,ada kesan rasa takut, tersinggung dan
malu bila dikatakan bisa nerangjana (ngeleak).
Sesungguhnya pengertian di atas lebih banyak diilhami cerita-
cerita rakyat yang di dalamnya terdapat unsur rangda. Cerita yang
paling besar pengaruhnya adalah calon arang.
Ada juga cerita yang lain, namun itu hanyalah kreasi para
seniman seperti: lakin kunti srya, nang aprak, celedu nginyah, men
muntregan, balian batur, campur taluh (talo) dan kaki tua. Juga cerita-
cerita mythologi dan sejarah seperti kalikek, jayapati dan sudarsana.
Jenis-jenis Rangda
Mengidentifikasi jenis-jenis Rangda yang berkembang di Bali
amat sulit. Hal ini mengingat wujud Rangda pada umumnya
adalah sama. Memang dalam cerita calon arang ada wujud
Rangda yang lain seperti Rarung, Celuluk namun itu adalah
antek-antek dari si calon arang dan kedudukannya lebih banyak
dalam cerita-cerita bukan disakralkan. Untuk membedakan wujud
rangda adalah dengan melihat bentuk mukanya (prerai), yaitu:
Bentuk nyinga
4
Apabila bentuk muka rangda itu menyerupai singa dan
sedikit menonjol ke depan (muju). Sifat dari rangda ini
adalah galak dan buas.
Bentuk Nyeleme
Apabila bentuk muka rangda itu menyerupai wajah manusia
dan sedikit melebar (lumbeng). Bentuk rangda seperti ini,
menunjukan sifat yang beerwibawa dan angker.
Bentuk Raksasa
Apabila bentuk muka rangda ini menyerupai wujud raksasa
seperti ini yang umum kita lihat rangda pada umumnya.
Biasanya rangda ini menyeramkan.
2. Jenis-jenis tari barong
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa di tampilkan di
Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong
Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan.
Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering
menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang
memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan
antara singa, harimau, dan lembu atau keket yang oleh orang Bali
dianggap sebagai raja hutan yang disebut dengan nama Banaspati
Raja. Barong Ket badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit,
potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari
serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari laki-laki
(juru saluk atau juru bapang): seorang mengambil posisi di depan
memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara seorang
lagi berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan
Barongsai yang biasa dipertunjukan oleh masyarakat China. Hanya
saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu
5
cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan
tokoh-tokoh lainnya, seperti kera (sahabat Barong), Dewi Kunti,
Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
3. Pementasan
Gending pembukaan
Barong dan kera sedang berada didalam hutan yang lebat,
kemudian datang tiga orang bertopeng yang menggambarkan sedang
membuat keributan dan merusak ketenangan hutan. Mereka bertemu
dengan kera dan akhirnya berkelahi, dimana kera dapat memotong
hidung salah seorang dari mereka.
Babak pertama
Dua orang penari muncul dan mereka adalah pengikut dari
Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang
dalam perjalanan untuk menemui patihnya.
Babak kedua
Pengikut-pengikut Dewi Kunti tiba. Salah seorang pengikut
Rangda berubah menjadi setan semacam Rangda dan memasukkan
roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka
bisa menjadi marah. Keduanya menemui patih dan bersama-sama
menghadap Dewi Kunti.
Babak ketiga
Munculah Dewi Kunti dan anaknya Sahadewa dan Dewi Kunti
telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai
korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan
anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi setan (semacam Rangda)
memasuki roh jahat kepadanya yang menyebabkan Dewi Kunti bisa
menjadi marah dan berniat mengorbankan anaknya serta
6
memerintahkan kepada patihnya untuk membuang Sahadewa ke
dalam hutan. Dan patih inipun tak luput dari kemasukkan roh jahat
oleh setan ke dalam hutan dan mengikatnya di muka Istana Sang
Rangda.
Babak keempat
Turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian kepada
Sahadewa dan keabadian ini tidak diketahui oleh Rangda kemudian
datanglah Rangda, untuk mengoyak-koyak dan membunuh Sahadewa
tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang dianugerahkan
oleh Dewa Siwa. Rangda menyerahkan kepada Sahadewa dan
memohon untuk diselamatkan agar demikian dia bisa masuk sorga.
Permaintaan ini dipenuhi oleh Sahadewa dan Sang Rangda mendapat
sorga.
Babak kelima
Kalika adalah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa,
penolakan ini menimbulkan perkelahian, dan Kalika berubah rupa
menjadi “Babi Hutan” dan di dalam pertarungan antara Sahadewa
melawan “Babi Hutan” Sahadewa mendapat kemenangan kemudian
Kalika (Babi Hutan) ini berubah menjadi “Burung” tetapi tetap
dikalahkan. Dan akhirnya Kalika (Burung) berubah rupalagi menjadi
Rangda. Oleh karena saktinya Rangda ini maka Sahadewa tidak dapat
membunuhnya dan akhirnya Sahadewa berubah menjadi Barong.
Karena sama saktinya maka pertarungan antara Barong melawan
Rangda ini tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan
dan perkelahian ini berlangsung terus abadi “kebajikan” melawan
“kebatilan” kemudian muncullah pengikut-pengikut Barong masing-
masing dengan kerisnya yang hendak menolong Barong dalam
pertarungan melawan Rangda. Mereka semua pun tidak berhasil
melumpuhkan kesaktian Sang Rangda.
7
4. Keistimewaan
Keistimewaan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi
dan unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan. Unsur-
unsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan
untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya
tokoh kera yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan
lucu atau menggigit telinga lawan mainnya untuk mengundang tawa
penonton.
Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang
berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan
mitologis yang menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga
nampak dalam pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya
diperoleh dari kayu di tempat-tempat yamg dianggap angker,
misalnya kuburan. Unsur mitologis inilah yang membuat Barong
disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu, tari Barong juga
seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di mana para
penarinya menusukkan keris ke tubuh masing-masing layaknya
pertunjukan debus.
5. Lokasi dan Harga Tiket
Tari Barong dapat disaksikan di beberapa tempat di Kabupaten
Gianyar, Bali, di antaranya di Pura dalem Ubud yang biasanya mulai
dipentaskan pada jam 19.30 WITA, serta di beberapa sanggar seni di
Desa Batubulan yang dipentaskan pada jam 09.30 WITA.
Untuk menyaksikan pertunjukan Tari Barong, wisatawan
domestik maupun macanegara dikenakan biaya sebesar Rp 50.000
per orang. Dengan membayar tiket sejumlah itu, wisatawan juga akan
memperoleh panduan cerita pementasan dalam bentuk cetak dengan
berbagai pilihan bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris,
Prancis, Italia, jepang, dan Mandarin.
8
6. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Selain menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan juga dapat
menyewa jasa travel untuk menonton tarian ini. Penyedia jasa travel
umumnya telah memiliki jadwal tetap pertunjukan Tari Barong di
Desa Batubulan. Namun, apabila ingin lebih leluasa dengan agenda
wisata yang diinginkan, wisatawan dapat menyewa mobil carteran
dengan biaya sewa yang dihitung per hari.
Kecuali menyaksikan pertunjukan tari, salah satu agenda wisata
yang bisa dilakukan di desa ini adalah berbelanja aneka cenderamata
yang dijual oleh toko-toko souvenir maupun galeri seni yang ada di
sepanjang jalan di Desa Batubulan. Benda-benda seni seperti patung
maupun ukiran merupakan cenderamata khas dari desa ini. Apabila
memerlukan akomoda dan fasilitas seperti penginapan (losmen, hotel
melati, maupun hotel berbintang), warung makan, serta tempat
hiburan malam, maka wisatawan dapat menemukannya di kota
terdekat, yaitu Kota Denpasar.
B. HUTAN KERA SANGEH
1. Status Kawasan
Status kawasan ini sebelumnya adalah Cagar Alam, Dengan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 87/Kpts-II/1993 tanggal 16
Februari 1993, status Cagar Alam diubah menjadi Taman Wisata
Alam dengan luas 13,97 Ha.
2. Lokasi dan Aksebilitas
Taman Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh Kecamatan
Abiansemal, Kabupaten Badung. Termasuk dalam Register Tanah
Kehutanan (RTK) 21, Kelompok Hutan Sangeh, yang terletak pada
koordinat geografis 8027’-8029’ LS dan 115012’-115013’ BT, dengan
jarak + 25 kn di utara Kota Denpasar. Kelompok Hutan Sangeh
hanya terdiri dari Taman Wisata Alam Sangeh, terdiri dari hutan alam
9
seluas 13,97 Ha. Kelompok atau Kawasan Hutan ini terletak ditengah
persawahan dan pemukiman. Batas kawasan Taman Wisata Alam
Sangeh adalah:
Di sebelah utara: Desa Sangeh
Di sebelah selatan: Desa Sangeh
Di sebelah timur: Desa Sangeh
Di sebelah barat: Desa Cau Blayu, Kabupaten Tabanan.
Untuk mencapai lokasi dapat mempergunakan kendaraan umum
(minibus) dari Terminal Wangaya, Denpasar dengan jurusan
Denpasar-petang dan kemudian turun di Sangeh, dengan jarak +
25km dan waktu tempuh kurang lebih 30 menit perjalanan.
3. Tipe Ekosistem
Tipe ekosistem di Taman Wisata Alam Sangeh termasuk tipe
hutan dataran rendah, yang didominasi oleh jenis pohon Pala
(Dipterocarpus trinervis) alam, suatu tipe ekosistem hutan alam yang
menempati luasan yang cukup besar, yang masih tersisa di Bali.
Ekosistem ini menjadi sangat penting dari aspek ilmu pengetahuan,
karena pada saat ini hutan alam jenis tersebut hanya dijumpai di
Sumatera, dan Kalimantan.
4. Tujuan Pengelolaan
Penetapan kawasan ini sebagai Taman Wisata Alam, bertujuan
untuk:
a. Melindungi ekosistem hutan Pala alam, dengan luasan yang
relatif besar, sebgai ekosistem Pala alam yang masih tersisa di
Bali.
b. Perlindungan dan pengawetan tumbuhan dan satwa liar yang
langka dan penting, seperti pohon Pala, Amplas, Buni, dan jenis
satwa seperti Elang, Alap-alap, dan terutama Kera Abu, dan
lain-lain.
10
c. Pelestarian budaya, berupa Pura Bukit Sari dan Pura melanting,
yang keduanya terletak didalam kawasan Taman Wisata Alam
Sangeh.
d. Pemanfaatan secara berkelanjutan potensi wisata alam yang
didominasi oleh keberadaan koloni kera Abu dalam jumlah yang
cukup banyak, dan jinak, maupun komunitas pohon Pala sebagai
bahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
5. Topografi dan Iklim
Keadaan topografi kawasan relatif datar dengan ketinggian
antara 100-150 m dari permukaan laut (dpl). Menurut klasifikasi
iklim Schmidt & Ferguson, iklim di kawasan ini termasuk kedalam
iklim Tipe C dengan rata-rata curah hujan 2.700-3.200 mm/tahun dan
suhu udara berkisar antara 180 C – 280 C.
6. Potensi Flora dan Fauna
Selain didominasi oleh pohon pala, terdapat jenis flora yang
sudah mulai langka seperti Amplas, Pule, Buni, Cempaka Kuning,
Kepohpoh dan lain sebagainya.
Kera Abu-abu, Alap-alap, Elang, Burung Hantu, Terocok,
Musang, Kucing Hutan, Sendanglawe dan lain sebagainya.
7. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
Daya tarik utama yang dimiliki oleh Taman Wisata Alam
Sangeh adalah komunitas kera abu/kera ekor panjang yang cukup
jinak dan nakal, dengan jumlah populasi + 400 ekor yang terbagi
dalam tiga kelompok. Kera-kera tersebut sering bertingkah laku yang
menarik pengunjung. Selain itu terdapat pula Tegakan Pohon Pala
alam murni, yang sangat khas dan mendominasi jenis flora didalam
kawasan ini.
11
Di dalam kawasan ini terdapat dua pura (tempat suci umat
Hindu) penting, yaitu Pura Bukit Sari dan Pura Melanting, yang
menambahkan daya tarik khas kawasan ini. Selain daya tarik diatas,
kawasan ini dekat dengan obyek wisata lainnya di wilayah Badung
Utara seperti Taman Wisata Tanah Wuk, Taman Wisata Mumbul,
dan Taman Ayun di Mengwi. Obyek wisata ini diperuntukkan bagi
rekreasi, wisata ilmiah/widya sambil menikmati panorama alam yang
khas dan udara yang sejuk.
8. Sarana dan Prasarana
Disekitar kawasan telah tersedia sarana prasarana pengunjung
wisata yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Badung,
maupun perorangan antara lain MCK, tempat parkir, jasa pelayanan
foto polaroid, art shop pos serta pemandu wisata. Didalam dan di
sekeliling kawasan telah dibangun jalan setapak (yang dibangun oleh
Desa Adat dan Pemerintah Kabupaten Badung) sehingga pengunjung
dapat dengan mudah mengelilingi kawasan ini. Juga tersedia pos jaga
Resort KSDA Sangeh dengan petugas /tenaga pemandu yang siap
memandu masuk kedalam kawasan.
C. Museum Bajrashandi
12
Museum Negeri Propinsi Bali yang berlokasi di Jantung Kota
Denpasar di depan Lapangan Puputan Badung, Museum ini memiliki
nilai historis sebagai ajang peristiwa Puputan Badung. Sejak diresmikan
tanggal 8 Desember 1932 sampai kini, Museum Bali memiliki 13.206
buah koleksi yang dipamerkan pada 4 gedung, 5 ruangan yaitu Gedung
Timur,Gedung Buleleng, Gedung Karangasem dan Gedung Tabanan.
Museum Bajra Sandi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang
terletak di areal lapangan Niti Mandala Denpasar, Jl. Raya Puputan.
Museum ini dibangun dengan meniru mentuk bajra yang sering
digunakan oleh pemangku/sulinggih. Museum ini dibangun di atas tanah
seluas 13,8 hektar dengan luas gedung 70 x 70 meter. Museum ini
menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta
merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali
dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang
semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu
utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen
yang menjulang setinggi 45 meter.Bentuk museum ini diambil
berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri Mandara
oleh Para Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air
Suci Kehidupan.Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum
ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama
Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan
upacara Agama Hindu. Adapun bagian-bagian yang penting dalam
museum ini adalah sebagai berikut :Bangunan Museum yang menjulang
melambangkan Gunung Giri Mandara.Guci Amertha dilambangkan
dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum.Naga yang
13
melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali
dalam pemutaran Giri Mandara.Kura-kura yang terdapat di bagian bawah
museum merupakan simbul dari Bedawang Akupa yang digunakan
sebagai alas pemutaran Giri Mandara. Kolam yang terdapat disekeliling
museum merupakan simbul dari Lautan Susu yang mengelilingi Giri
Mandara tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Objek wisata di pulau Bali memiliki karakteristik / daya tarik tersendiri
bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut yang
membuat pulau Bali dijadikan sebagai tempat berlibur maupun sebagai
tempat kunjungan Study Tour.
2. Pesona alam serta kebudayaan yang ada di pulau Bali membuat wawasan
peserta Study Tour akan kebudayaan Nusantara bertambah.
3. Keunikan dan ciri khas tersendiri dari pulau Bali membuat Indonesia
semakin terkenal di dunia luar serta menghasilkan devisa yang besar bagi
Indonesia.
4. Dalam Study Tour ini peserta dapat lebih memahami dan menghormati
budaya-budaya yang masih kental yang berada di Indonesia serta dapat
mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa tanpa membeda-
bedakan golongan, ras, budaya, dan agamanya.
B. SARAN
1. Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang dan warisan kita bersama
maka dari itu harus kita jaga dan lestarikan bersama.
2. Mengembangkan dan meningkatkan usaha pemerintah dalam melestarikan
serta menjaga kebudayaan Indonesia.
3. Segala fasilitas, sarana dan prasarana serta pelayanan terhadap pengunjung
agar lebih bisa ditingkatkan.
15
16
LAMPIRAN
Museum bajrashandi
17
Tari barong
18
Hutan Kera Sangeh
19
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
…
20