hasil dan pembahasan keadaan umum lokasi kondisi … fileusaha yang dilakukan oleh kpsp saluyu...

18
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500 mm/tahun. Suhu rata-rata harian antara 18-32 0 C, dan ketinggian tempat berkisar antara 700-1.000 meter diatas permukaan laut (dpl). Potensi wilayah di Kecamatan Cigugur dikembangkan untuk usaha pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, pengairan, sumber mata air, panas bumi, dan konservasi sumber daya hayati. Peternakan sapi perah di Kecamatan Cigugur terpusat di tiga koperasi susu yaitu KPSP Saluyu, KSU Karya Nugraha dan Larasati. Usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cigugur mulai dilaksanakan pada tahun 1979. Teknik usaha yang dilakukan secara tradisional atau skala usaha rakyat hingga sekarang (Pemerintahan Kecamatan Cigugur, 2010). Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu didirikan pada tanggal 17 Juli 2006, dengan Badan Hukum No.01/BH/Diskop-10.18/VII/2006. KPSP Saluyu didirikan atas keberlanjutan dari gabungan kelompok peternak sapi perah bersatu yang berdiri sejak Juli 2004. Usaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit usaha pembeliaan dan pemeliharaan pedet dan unit pelayanan sarana produksi peternakan. (KPSP Saluyu, 2012) Produksi susu tahun 2011 oleh KPSP Saluyu sebesar 2.899.256 liter. Populasi sapi perah yang dipelihara oleh anggota sebesar 1.477 ekor dengan komposisi sapi laktasi 851 ekor, sapi dara 173 ekor, sapi anak 399 ekor, dan sapi jantan dewasa 54 ekor. Saat awal pendirian koperasi jumlah anggota yang tergabung adalah 30 anggota dan hingga akhir tahun 2011 jumlah anggota KPSP Saluyu adalah 550 anggota. KPSP Saluyu membagi 16 kelompok atau Tempat Penampungan Susu (TPS) yang bertujuan untuk memudahkan pelayanan.

Upload: dangthu

Post on 04-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Kondisi Geografis

Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara

1.000-3.500 mm/tahun. Suhu rata-rata harian antara 18-32 0C, dan ketinggian tempat

berkisar antara 700-1.000 meter diatas permukaan laut (dpl). Potensi wilayah di

Kecamatan Cigugur dikembangkan untuk usaha pertanian, peternakan, perikanan,

kehutanan, perkebunan, pengairan, sumber mata air, panas bumi, dan konservasi

sumber daya hayati. Peternakan sapi perah di Kecamatan Cigugur terpusat di tiga

koperasi susu yaitu KPSP Saluyu, KSU Karya Nugraha dan Larasati. Usaha

peternakan sapi perah di Kecamatan Cigugur mulai dilaksanakan pada tahun 1979.

Teknik usaha yang dilakukan secara tradisional atau skala usaha rakyat hingga

sekarang (Pemerintahan Kecamatan Cigugur, 2010).

Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu

Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu didirikan pada tanggal 17 Juli

2006, dengan Badan Hukum No.01/BH/Diskop-10.18/VII/2006. KPSP Saluyu

didirikan atas keberlanjutan dari gabungan kelompok peternak sapi perah bersatu

yang berdiri sejak Juli 2004. Usaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit

usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit usaha

pembeliaan dan pemeliharaan pedet dan unit pelayanan sarana produksi peternakan.

(KPSP Saluyu, 2012)

Produksi susu tahun 2011 oleh KPSP Saluyu sebesar 2.899.256 liter.

Populasi sapi perah yang dipelihara oleh anggota sebesar 1.477 ekor dengan

komposisi sapi laktasi 851 ekor, sapi dara 173 ekor, sapi anak 399 ekor, dan sapi

jantan dewasa 54 ekor. Saat awal pendirian koperasi jumlah anggota yang tergabung

adalah 30 anggota dan hingga akhir tahun 2011 jumlah anggota KPSP Saluyu adalah

550 anggota. KPSP Saluyu membagi 16 kelompok atau Tempat Penampungan Susu

(TPS) yang bertujuan untuk memudahkan pelayanan.

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

28

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak yang menjadi responden pada penelitian ini meliputi

umur, pendidikan, jenis kelamin, dan tujuan usaha ditulis pada Tabel 10.

Tabel 10. Umur, Pendidikan, Jenis kelamin, dan Tujuan Usaha Peternak Responden

No Uraian Jumlah Peternak

Orang Persentase (%)

1. Umur (tahun)

15-35 (muda) 11 33,33

36-51 (sedang) 16 48,49

≥ 52 (tua) 6 18,18

2. Pendidikan

Tidak sekolah -

SD 18 54,55

SMP 4 12,12

SMA 9 27,27

Diploma 2 6,06

Sarjana (S1) - 0

Pasca Sarjana - 0

3. Jenis Kelamin

Laki-laki 33 100

Perempuan - 0

4. Tujuan Usaha

Sambilan 11 33,33

Utama 22 66,67

Umur Peternak Responden

Berdasarkan Tabel 10, peternak anggota KPSP Saluyu yang dipilih sebagai

responden adalah sebesar 33,33% berusia 15-35 tahun, 48,49% berusia 36-51 tahun

dan 18,18% berusia lebih dari 51 tahun. Peternak yang paling dominan diwilayah ini

berusia 36-51 tahun. Usia 36-51 tahun merupakan usia yang produktif artinya secara

kemampuan dan tenaga masih cukup baik untuk mengelola peternakan. Dominasi

usia 36-51 tahun merupakan gambaran di daerah tersebut anak muda tidak berminat

menjadi peternak, mereka lebih berminat untuk sekolah dan bekerja di luar.

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

29

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan peternak responden di KPSP Saluyu berdasarkan Tabel

10 berturut-turut dari yang terbanyak adalah SD, SMA, SMP, dan Diploma.

Peternak responden yang tamat SD sebesar 54,55%, SMA sebesar 27,27%, SMP

12,12%, dan Diploma 6,06%. Tingkat pendidikan peternak responden masih rendah.

Faktor ini dipengaruhi oleh peternak responden angkatan sedang dan tua masih

mendominasi. Jaman dulu pendidikan dirasakan sangat sulit baik akses ataupun

kesadaran masyarakat. Peternak yang usianya diatas 35 tahun umumnya memiliki

tingkat pendidikan SD.

Jenis Kelamin dan Tujuan Usaha

Berdasarkan jenis kelamin dan tujuan usahanya menurut Tabel 10, jenis

kelamin peternak adalah 100% laki-laki dan tujuan usahanya sebesar 33,33%

sambilan dan 66,67% utama. Tenaga kerja laki-laki lebih cocok untuk menangani

peternakan sapi perah karena kemampuan penanganan sapi perah dan tenaganya

lebih kuat sehingga meningkatkan efisiensi penggunaaan tenaga kerja. Peternak

responden yang tujuan usahanya sambilan masih tinggi. Beternak secara sambilan

menjadi pilihan karena mempunyai usaha lain atau memiliki lahan pertanian yang

cukup tinggi.

Komposisi Sapi Perah

Komposisi ternak yang dimiliki oleh peternak responden menggambarkan

jumlah dan persentase dari populasi dari periode pertumbuhan yaitu pedet, dara, dan

dewasa (jantan, betina laktasi, dan betina kering). Komposisi ternak yang dipelihara

responden secara lengkap pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, rataan ternak yang

dipelihara oleh peternak responden adalah 3,82 ST. Peternak responden memelihara

sapi perah anatara 1,50-13,00 ST. Sapi perah yang dipelihara adalah sapi pedet

jantan, pedet betina, dara, jantan muda, laktasi, kering kandang dan jantan.

Persentase sapi yang dipelihara adalah 65,87% sapi laktasi, 10,32% sapi kering

kandang, 10,71% sapi dara, 1,59% pedet jantan, 4,36% pedet betina, dan 7,14% sapi

jantan.

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

30

Tabel 11. Komposisi Sapi Perah dari Total Responden

No Uraian Jumlah

Angka (ekor) ST Persentase (%)

1 Dewasa

Laktasi 83 83,0 65,87

Kering kandang 13 13,0 10,32

2 Sapi dara 27 13,5 10,71

3 Pedet

Jantan 8 2,0 1,59

Betina 22 5,5 4,36

4. Jantan 9 9,0 7,14

Jumlah 162 126 100

Komposisi sapi perah yang dipelihara merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan karena sangat erat kaitannya dengan efisiensi produksi. Pendapatan

peternak secara tunai adalah dari produksi susu sapi laktasi. Biaya yang dikeluarkan

untuk manajemen operasional sehari-hari dikalkulasikan dari hasil penjualan susu.

Menurut Sudono (1999) menyatakan peternakan yang baik adalah peternakan yang

memilki jumlah sapi laktasi >60%. Berdasarkan data diatas maka peternakan sapi

perah responden memiliki komposisi sapi perah yang baik.

Usaha ternak sapi perah merupakan usaha yang berkelanjutan, pemeliharaan

sapi induk selain menghasilkan susu juga diharapkan untuk menghasilkan bibit. Sapi

yang dijadikan bibit adalah pedet yang dipelihara sampai produksi. Sapi dara yang

dipelihara merupakan replacement stock untuk sapi yang sudah tua atau produksi

susunya menurun. Pemeliharaan jantan dilakukan oleh peternak dengan tujuan untuk

dibesarkan dan dijadikan sapi pedaging. Pemeliharaan sapi perah di Cigugur

menghasilkan produk utama berupa susu, pedet untuk bibitan dan sapi pejantan

untuk dijadikan sapi pedaging.

Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah

Menurut Sudono (1999) faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses

dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat menggabungkan

kemampuan manajemen yang baik. Manajemen pemeliharaan sapi perah adalah

pembibitan dan reproduksi, makanan ternak, pengelolaan, kandang dan peralatan,

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

31

dan kesehatan hewan. Hasil pengamatan terhadap manajemen peternakan sapi perah

di peternak anggota KPSP Saluyu, Kecamatan Cigugur dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pengamatan Aspek Teknis

Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSP Saluyu, Cigugur Kuningan

No Aspek Pengamatan Nilai

Harapan)a

Persen

Pencapaian (%)

1. Pembibitan dan reproduksi 192,06 ± 19,59 240 80,03

2. Makanan ternak 194,24 ± 12,26 260 74,71

3. Pengelolaan 160,45 ± 9,95 200 80,23

4. Kandang dan peralatan 71,88 ± 17,42 100 71,88

5. Kesehatan hewan 130,46 ± 15,83 200 65,23

Total 749,09 1.000 74,91

Keterangan )a Skor menurut Direktorat Jendral Peternakan (1983).

Berdasarkan Tabel 12, peternak responden telah menerapkan manajemen

sebesar 74,91% dari standar yang diberlakukan oleh Direktorat Jendral Peternakan

tahun 1983. Nilai pengamatan yang memiliki nilai paling rendah sampai paling

besar adalah kesehatan hewan, kandang dan peralatan, makanan ternak, pembibitan

dan reproduksi dan pengelolaan. Pencapaian manajemen pemeliharaan di peternak

anggota KPSP Saluyu perlu ditingkatkan dan dilakukan upaya pembenahan dari segi

manajemen pemeliharaannya.

Pembibitan dan Reproduksi

Aspek penilaian terhadap manajemen pembibitan dan reproduksi dapat dilihat

pada Tabel 13. Pembibitan dan reproduksi memiliki manajemen yang cukup baik,

karena sebagian tugas diambil perannya oleh koperasi yaitu pelaksanaan Inseminasi

Buatan (IB). Sebesar 100% responden menggunakan jasa IB dalam pelaksanaan

kawin. Pelaksanaan IB yang baik harus didukung oleh pengetahuan peternak dalam

mendeteksi birahi pada sapi perah. Peternak responden telah memiliki pemahaman

birahi yang cukup baik.

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

32

Tabel 13. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pengamatan Aspek Pembibitan dan

Reproduksi di KPSP Saluyu, Cigugur Kuningan

No. Aspek manajemen Pengamatan Nilai

Harapan)a

Persen

Pencapaian (%)

1. Bangsa sapi 20,60±2,42 30 68,69

2. Cara seleksi 20,90±11,82 40 52,27

3. Cara kawin 40,00±0,00 40 100

4. Pengetahuan birahi 38,18±7,26 40 95,45

5. Umur beranak pertama 36,36±7,83 40 90,91

6. Saat dikawinkan setelah

beranak 30,90±11,82 40 77,27

7. Calving interval 5,09±2,68 10 50,90

Total 192,06 240 80,03

Keterangan )a Skor menurut Direktorat Jendral Peternakan (1983)

Tabel 13 menunjukan bahwa beberapa sub aspek manajemen pembibitan dan

reproduksi masih jauh dari nilai harapan. Sub aspek cara seleksi, calving interval,

dan bangsa sapi yang dipelihara menjadi aspek terlemah. Peternak responden

menentukan seleksi bibit umumnya dari bentuk luar, sebagian dari produksi susu dan

dari silsilah. Peternak memelihara sapi FH dengan bibit berasal dari pembelian

kepada peternak lain di daerah tersebut atau daerah Jawa Tengah. Seleksi yang

dilakukan peternak untuk indukan sapi perah berasal dari sapi yang dipelihara

sebelumnya. Cara seleksi yang lebih banyak digunakan adalah melihat bentuk luar

dari sapi. Menurut Sudono et al. (2003) pemilihan bibit yang baik berasal dari bibit

dengan produktifitas tinggi, silsilah atau genetik yang baik, dan bentuk luar yang

proporsional, tidak kurus, tidak gemuk, kaki berdiri tegak, jarak antar kaki lebar dan

bulu mengkilat.

Cara kawin yang digunakan adalah dengan inseminasi buatan. Inseminasi

buatan dilakukan oleh pihak koperasi dimana inseminasi buatan merupakan layanan

koperasi untuk anggota. Peternak yang menggunakan inseminasi buatan dapat

menekan biaya pemeliharaan sapi dan keberhasilan kebuntingan lebih tinggi. Hasil

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

33

kebuntingan bisa didapatkan setelah 30-60 hari setelah konsepsi dan keberhasilan

70%-75%. Hasil tersebut merupakan perkiraan sementara bahwa sapi telah

mengalami kebuntingan dan memberikan informasi ini agar digunakan acuan dalam

pelaksanaan inseminasi buatan.

Sub aspek calving interval (jarak lahir) mempunyai catatan tersendiri, karena

sebagian besar peternak mengaku bahwa jarak lahir umumnya lebih dari 1,5 tahun.

Peternakan sapi perah yang baik dapat beranak satu tahun sekali, hal ini terjadi jika

kebutuhan nutrisi dari ternak tercukupi, pengetahuan birahi dan manajemen

inseminasi buatan yang baik. Pengetahuan birahi peternak responden cukup baik,

peternak memahami siklus birahi, ciri ternak birahi dan manajemen inseminasi

buatan yang dilakukan sesuai dengan standar ketentuan pelaksanaan inseminasi

buatan. Siklus birahi yaitu 18-22 hari, ciri ternak birahi adalah keluar lendir jernih

dari vagina, gelisah, melenguh, menunggangi sapi lain, pangkal ekor terangkat,

vagina merah, dan tidak nafsu makan (Partodiharjo, 1982). Pengaruh nutrisi

terhadap reproduksi dibahas pada aspek pakan ternak.

Sapi yang dipelihara oleh peternak responden adalah sapi FH, sapi FH

memiliki warna hitam dan putih ada juga berwarna merah. Peternak responden

umumnya membeli bibit dari peternak lain atau dari Jawa Tengah. Sapi FH dikenal

oleh masyarakat karena kemampuan produksi susu yang tinggi serta mampu

beradaptasi didaerah tropis (Sudono, 1999).

Pakan Ternak

Pakan ternak sapi perah terdiri dari konsentrat dan hijauan. Faktor yang

diamati adalah cara pemberian, jumlah pemberian, kualitas, frekuensi pemberian dan

pemberian air minum. Hasil penilaian terhadap aspek makanan ternak ditampilkan

pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14, peternak sapi perah di KPSP Saluyu telah

melakukan 74,71% aspek manajemen pakan yang telah distandarisasi oleh Direktorat

Jendral Peternakan tahun 1983. Manajemen pakan yang dilakukan oleh peternak

secara umum sama yaitu cara pemberian rumput dan konsentrat dilakukan sebelum

diperah, frekuensi pemberian selama dua kali yaitu pada saat melakukan pemerahan

dan pemberian air minum secara ad libitum.

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

34

Tabel 14. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pencapaian Aspek Makanan Ternak

No Aspek manajemen Pengamatan Nilai

Harapana

Persen

Pencapaian (%)

1. Cara pemberian hijauan 20,15±5,08 25 80,61

2. Jumlah pemberian hijauan 34,24±6,14 40 85,61

3. Kualitas hijaun 26,21±4,85 45 58,25

4. Frekuensi pemberian hijauan 19,67±2,78 20 98,48

5. Cara pemberian konsentarat 13,79±3,54 15 91,92

6. Jumlah pemberian konsentrat 30,30±3,94 35 86,59

7. Kualitas konsentrat 10,00±0,00 35 28,57

8. Frekuensi pemberian konsentrat 14,55±1,92 15 96,97

9. Pemberian air minum 25,30±5,85 30 84,40

Keterangan )a Skor menurut Direktorat Jendral Peternakan (1983)

Hijauan yang diberikan kepada sapi adalah hijaun lapangan yang diambil di

sawah atau daerah dekat gunung. Kualitas rumput lapangan sangat bervariasi yaitu

rumput liar yang diambil di alam. Cuaca dan iklim sangat mempengaruhi kualitas

rumput selain itu faktor umur pemanenan dan jenis rumput juga sangat beragam.

Pemberian pakan yang seperti ini untuk sapi perah memerlukan suplementasi guna

mengkoreksi ketidakseimbangan nutrien untuk produksi susu. Hijauan sangat penting

untuk sapi perah karena berhubungan dengan kualitas lemak susu. Kebijakan yang

diambil oleh koperasi adalah harga susu ditentukan salah satunya kandungan lemak

susu. Kandungan lemak susu peternak berkisar antara 3,4-4,4 (KPSP Saluyu, 2012).

Konsentrat yang diberikan kepada sapi perah adalah konsentrat dari mitra

koperasi. Kualitas konsentrat yang telah diujikan adalah kandungan protein kasar

14%. Konsentrat diberikan kepada pedet, dara, dan sapi induk. Kebutuhan nutrien

pakan pada sapi perah sangat menyesuaikan dengan periode pertumbuhan sapi.

Kualitas konsentrat yang diberikan tidak sesuai kebutuhan untuk produksi pada

setiap kelompok umur ternak. Kualitas konsentrat yang tidak sesuai ini berdampak

kepada pertumbuhan yang lambat, penundaan dewasa kelamin, keberhasilan

perkawinan yang rendah dan produksi susu yang tidak optimal.

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

35

Pengelolaan Sapi Perah

Tabel 15 menunjukan manajemen pengelolaan yang dilakukan dalam

pemeliharaan sapi perah sehari-hari. Pengelolaan sapi perah meliputi kegiatan

membersihkan sapi, kandang, peralatan, cara pemerahan, penanganan susu pasca

panen, penanganan pedet dan dara, pengeringan sapi laktasi, dan pencatatan usaha.

Pengelolaan sapi perah sangat bergantung kepada skala usaha yang diterapkan.

Peternak rakyat dengan skala usahanya masih kecil dalam melakukan pengelolaan

masih sederhana karena keterbatasan alat dan modal.

Kegiatan membersihkan kandang dan membersihkan sapi dilakukan dua kali

dalam sehari yaitu ketika akan dilakukan pemerahan. Kegiatan membersihkan

kandang bertujuan untuk menjaga kesehatan ternak dan menjaga susu dari

kontaminasi mikroba saat dilakuakan pemerahan. Kegiatan pembersihan kandang

menggunakan alat seperti sapu lidi, ember, selang, skop dan sikat. Peternak di

Cigugur telah melakukan kegiatan ini dengan baik yaitu > 90% dari standar yang

sudah diberlakukan oeh Direktorat Jendral Peternakan tahun 1983.

Cara pemerahan yang dilakukan oleh peternak sapi yaitu dengan pemerahan

tangan. Peternak melakukan pemerahan dua kali dalam sehari yaitu pukul 06.00 dan

pukul 16.00. Pemerahan diawali dengan membersihkan kandang dan sapi. Sapi

yang akan diperah pada ambing dibersihkan terlebih dahulu dengan air biasa dan

diolesi dengan vaselin pada daerah putingnya. Proses pemerahan dilakukan dengan

pemberian tekanan oleh tangan dibagian otot sekitar puting sehingga susu keluar.

Pemerahan dihentikan ketika susu tidak kelur lagi ketika ditekan putingya oleh

tangan. Proses pemerahan telah dilakukan dengan baik. Kesadaran peternak akan

kebersihan dalam pemerahan perlu ditingkatkan misalnya melakuakan striping cup

saat pemerahan telah dilakukan.

Penanganan susu pasca panen yang dilakukan oleh peternak masih perlu

ditingkatkan. Susu yang telah selesai diperah tidak semuanya dilakukan proses

penyaringan dan disimpan pada milk can, peternak ada yang menggunakan ember

biasa yang menyebabkan susu di ruang terbuka sehingga mikroba cepat tumbuh.

Kemudian diantarkan ke tempat penampungan susu sementara di masing-masing

daerah. Susu dibawa ke koperasi menggunakan mobil. Lama perjalanan sekitar 40

menit dari lokasi ke koperasi, kondisi ini membuat susu menjadi berkurang

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

36

kualitasnya akibat pertumbuhan mikroba patogen. Pendinginan susu dilakukan

setelah sampai di koperasi menggunakan cooling unit.

Pengelolaan sapi perah juga memperhatikan penanganan sapi pedet dan dara.

Sapi pedet dipelihara untuk dijadikan bibit atau menggantikan sapi yang sudah tua.

Pemeliharaan sapi pedet dikandangkan di kandang yang sama dengan sapi yang

dewasa. Kandang tidak representatif untuk pedet melakukan gerakan supaya ototnya

baik dan tidak mendapatkan cahaya matahari. Pemberian susu telah dilakukan

sampai usia 3-4 bulan. Pemberian konsentrat dilakukan saat sapi umur >1 bulan.

Kualitas konsentrat untuk pedet masih rendah dengan kadar PK 14%. Rumput yang

diberikan memiliki kualitas rendah yang didapatkan dari rumput lapangan. Sapi dara

dipelihara di satu kandang dengan sapi induk. Perlakuan pemberian pakan oleh

peternak yaitu diberikan pakan yang sama akan tetapi jumlahnya dikurangi. Kualitas

pakan konsentrat juga rendah sekitar PK 14%. Konsentrat yang baik yang diberikan

kepada sapi pedet adalah memilki PK 16%-21% dan sapi dara sekitar 15% (Badan

Standarisasi Nasional, 2009).

Pengeringan sapi betina bunting sudah dilakukan cukup baik yaitu dua bulan

sebelum melahirkan. Sapi yang sedang masuk periode kering diharapkan dapat

meningkatkan bobot badannya agar lebih siap untuk periode laktasi berikutnya.

Pengeringan sapi betina bunting bertujuan agar sapi dalam kondisi baik ketika

kelahiran. Konsentrat yang diberikan memiliki kualitas baik yaitu kandungan PK

14% dan diberikan mineral tambahan. Pengeringan sapi betina bunting dilakukan

secara baik karena peternak menyadari jika tidak dikeringkan akan membahayakan

janin dan induknya.

Pencatatan usaha bertujuan agar usaha yang peternak lakukan dapat

terkontrol, terevaluasi dan diketahui perkembangannya. Peternak di KPSP Saluyu

tidak melakukan catatan usaha sapi perah. Catatan usaha seperti produksi susu dan

pembelian konsentrat seluruhnya dilakukan koperasi. Peternak hanya menerima

laporan dan pembayaran susu setiap bulannya dari koperasi.

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

37

Tabel 15. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pencapaian Aspek Pengelolaan

No Aspek manajemen Pengamatan Nilai

Harapana

Persen

Pencapaian (%)

1. Membersihkan sapi 18,33±9,16 20 91,67

2. Membersihkan kandang 19,69±1,74 20 98,48

3. Cara pemerahan 34,54±2,61 35 98,70

4. Penanganan pasca panen 25,30±1,74 35 72,29

5. Penanganan pedet dan dara 27,73±4,52 35 79,22

6. Pengerigan sapi laktasi 29,09±2,92 30 96,97

7. Pencatatan usaha 5,76±1,82 20 28,79

Keterangan )a Skor menurut Direktorat Jendral Peternakan (1983)

Kandang dan Peralatan

Tabel 16 menjelaskan tentang kandang dan peralatan yang digunakan oleh

peternak. Kandang yang digunakan ada dua tipe yaitu tipe satu baris dan dua baris.

Kandang tipe satu baris adalah kandang dengan konstruksi posisi sapi satu baris.

Kandang tipe dua baris adalah kandang dengan kontruksi posisi sapi dua baris yaitu

saling berhadapan atau saling membelakangi. Letak kandang berada terpisah dengan

bangunan rumah dan tempat umum. Lokasi kandang berada pada tempat khusus

peternakan di daerah tersebut. Arah kandang membujur dari utara ke selatan.

Kontruksi kandang dibuat menggunakan kayu besar atau menggunakan dinding

semen, atap menggunakan asbes atau genteng dan lantai telah disemen. Ketinggian

atap sekitar 2,5 meter. Drainase kandang kurang baik karena terdapat genangan air

dan bau kotoran masih kuat. Tempat kotoran berada dekat dengan kandang dan

sebagian kotoran dialirkan langsung ke lahan pastura.

Peralatan yang digunakan ketika melakukan kegiatan dikandang terbagi

menjadi dua yaitu peralatan kandang dan peralatan pemerahan. Peternak

menggunakaan alat sederhana seperti ember, sapu, dan cangkul/skop untuk

membersihkan kandang. Tidak semua peternak memiliki alat yang lengkap untuk

yang disebutkan diatas. Peralatan pemerahan yang digunakan seperti ember, bangku

dan milk can. Semua peternak tidak menggunakan handuk khusus untuk

membersihkan ambing, cawan untuk tes mastitis dan bangku. Jadi, peralatan

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

38

pemerahan tidak lengkap dan tidak sesuai dengan persyaratan untuk melakukan

pemerahan yang higienis.

Tabel 16. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pencapaian Aspek Kandang dan

Peralatan

No Aspek manajemen Pengamatan Nilai

Harapana

Persen

Pencapaian (%)

1. Tata letak kandang 10,00±0,00 10 100

2. Konstruksi kandang 18,33±4,78 25 73,33

3. Drainase kandang 11,82±2,44 15 78,79

4. Tempat kotoran 8,24±4,85 10 82,42

5. Peralatan kandang 9,39±2,42 15 62,63

6. Peralatan susu 13,48±7,23 25 53,93

Keterangan )a Skor menurut Direktorat Jendral Peternakan (1983)

Peternak responden telah menerapkan aspek manajemen kandang dan

peralatan sebesar 71,88%. Sub aspek manajemen kandang dan peralatan yang

rendah adalah peralatan susu, peralatan kandang, dan konstruksi kandamg. Peternak

mengakui kekurangan ini karena ketidaktahuan dan keterbatasan biaya. Peralatan

kandang dan pemerahan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Menurut

Williamson dan Payne (1993) kualitas susu yang didapatkan dipengaruhi oleh

peralatan yang digunakan dan kebersihannya.

Kesehatan Hewan

Tabel 17 menerangkan tentang aspek manajemen kesehatan hewan. Aspek

kesehatan hewan terdiri dari sub aspek pengetahuan penyakit, pencegahan penyakit,

dan pengobatan hewan yang sakit. Sub aspek pengetahuan penyakit dan pencegahan

penyakit merupakan sub aspek yang paling lemah. Kesadaran peternak untuk

melakukan upaya pencegahan penyakit seperti vaksinasi, menjaga kebersihan

kandang, memberikan obat cacing secara berkala, dan pemberian vitamin tidak

dilakukan dengan baik. Koperasi melakukan vaksinasi dengan strain 19 untuk sapi

pedet betina agar tahan terhadap penyakit brucellosis. Pengetahuan peternak tentang

penyakit dirasakan masih rendah terutama gejala dan penyebabnya. Kejadian

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

39

penyakit yang sering terjadi pada ternaknya adalah bloat, mencret pada pedet, dan

mastitis. Pengobatan penyakit dilakukan oleh petugas koperasi.

Tabel 17. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pengamatan Aspek Kesehatan Hewan

No Aspek manajemen Pengamatan Nilai

Harapan

Persen

Keberhasilan (%)

1. Pengetahuan penyakit 26,52±16,23 40 66,29

2. Pencegahan penyakit 49,69±3,94 100 49,69

3. Pengobatan 54,24±12,51 60 90,40

Keterangan )a Skor menurut Direktorat Jendral Peternakan (1983)

Pencapaian aspek kesehatan hewan merupakan aspek yang paling lemah

dengan nilai 65,23% dari nilai harapan. Kesehatan hewan merupakan aspek yang

cukup penting dalam keberhasilan budidaya sapi perah. Pengetahuan dan kesadaran

para peternak memang perlu ditingkatkan, dengan melibatkan pemerintah atau Dinas

Pertanian Kabupaten Kuningan dalam melakukan vaksinasi atau penyuluhan.

Tenaga keswan di tingkat koperasi mempunyai tugas untuk mengobati ternak yang

sedang sakit. Hal yang baik perlu dilakukan dengan melihat contoh yang

disampaiakan Sembada (2011) bahwa keberhasilan peternak sapi perah di kawasan

KUNAK Kabupaten Bogor dalam kesehatan hewan adalah hasil kerjasama antara

akademisi dan Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dalam memberikan

pendampingan dan pencegahan penyakit.

Input dan Output Produksi Susu

Tabel 18 menjelaskan input dan output produksi susu peternak responden.

Rata-rata peternak responden menggunakan input produksi berupa rumput 83,61

kg/hari atau 36,99 kg/ekor/hari, konsentrat 19,04 kg/hari atau 8,42 kg/ekor/hari, dan

jam kerja 2,26 jam/hari. Penggunaan input tersebut adalah hasil perhitungan

terhadap sapi dalam keadaan laktasi. Output utama pada peternakan sapi perah

adalah produsi susu harian karena memiliki nilai tunai pada waktu tersebut. Rata-

rata peternak memproduksi susu 31,08 liter/hari atau 13,75 liter/ekor/hari.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

40

Tabel 18. Rataan dan Standar Deviasi Output serta Input yang Mempengaruhi

Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah.

Variabel Rataan SD Max Min Harga/unit (Rp)

Output

Produksi susu (lt/peternak/hari) 31,08 26,58 100 8 3.000

Input

Jumlah sapi dipelihara (ST)

Konsentrat (kg/peternak/hari) 19,04 12,64 2.300

Rumput (kg/hari/peternak) 83,61 61,71 250

Jam kerja (jam/hari) 3,47 1,63 6,5 1 20.000

Korelasi Input dan Output Produksi

Tabel 19 menjelaskan bahwa input yang digunakan untuk produksi sapi perah

memiliki korelasi yang nyata terhadap produksi susu pada (P<0,05). Produksi susu

dan konsentrat memiliki korelasi positif sebesar 0,871 artinya ada hubungan linier

yang nyata antara produksi susu dan konsentrat dimana semakin besar produksi susu

diikuti oleh kenaikan konsentrat. Produksi susu dan rumput memiliki nilai korelasi

positif 0,858 artinya ada hubungan yang linier yang nyata antara produksi susu dan

rumput yaitu semakin besar produksi susu diikuti oleh kenaikan jumlah rumput.

Sementara produksi susu dengan jam kerja mempunyai nilai korelasi 0,439 artinya

korelasi yang rendah karena mendekati nilai 0, dengan demikian faktor produksi jam

kerja berpengaruh sangat kecil terhadap produksi susu.

Tabel 19. Korelasi antar Variabel dalam Produksi Susu Sapi Perah.

Produksi Susu Konsentrat Rumput

Konsentrat 0,871*

Rumput 0,858* 0,863*

Jam Kerja 0,439* 0,525* 0,565*

Keterangan: * nyata pada (P<0,05)

Hasil analisis data diatas menunjukan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh

konsentrat, rumput, dan jam kerja. Input produksi konsentrat dan rumput memiliki

keterkaitan yang cukup besar, sedangkan faktor tenaga kerja keterkaitannya kecil.

Maka analisis yang digunakan untuk produksi susu adalah konsentrat dan rumput.

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

41

Konsentrat dan rumput mempunyai nilai korelasi 0,863 artinya terdapat autokorelasi

yang serius antara konsentrat dan rumput. Analisis yang digunakan saat terjadi

autokorelasi kurang baik jika menggunakan anlisis regresi berganda. Analisis yang

digunakan adalah analisis regresi sederhana menggunakan metode kuadrat terkecil.

Analisis Fungsi Produksi

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menganalisis fungsi produksi

adalah produksi susu sebagai dependent variabel dan konsumsi rumput dan

konsentrat sebagai independent variabel. Model produksi yang digunakan adalah

model produksi kubik dari pendugaan total produksi dan produksi sapi rata-rata.

Berdasarkan hasil estimasi kemudian dibandingkan nilai R-square, autokolerasi,

heterokedastisitas, dan multikolinearitas untuk mencari model fungsi terbaik yang

digunakan untuk melakukan analisis.

Tabel 20 menunjukan fungsi produksi yang digunakan untuk melihat

hubungan input dan output dalam produksi susu sapi perah. Hasil pendugaan fungsi

produksi untuk produksi susu dan konsentrat mempunyai koefisien determinasi R2

85,3% dan produksi susu dengan rumput R2 76,8% nyata pada taraf (P<0,05). Nilai

koefisien determinasi menunjukan bahwa variabel konsentrat dapat menjelaskan

85,3% produksi susu dan variabel rumput dapat menjelaskan 76,8% produksi susu.

a) Fungsi produksi konsentrat

Y = 27,69 - 3,783X + 0,2593X2 - 0,003087 X

3 (R

2 85,3%)

b) Fungsi produksi rumput

Y = -4.069+ 0,706X – 0,005X2 + 0,0000199X

3 (R

2 76,8%)

Keterangan

Y= produksi susu/peternak

X= input produksi

Hasil pendugaan fungsi produksi dapat digunakan untuk menganalisis

elastisitas produksi. Nilai elastisitas -0,07 menunjukan bahwa fungsi produksi

berada pada kondisi yang tidak rasional dan segala upaya untuk menambah

konsentrat tetap akan merugikan petani. Kondisi ini peternak harus mengurangi

pemberian konsentrat kepada ternak. Kualitas konsentrat juga mempengaruhi dari

produksi susu yang dihasilkan. Kualitas konsentrat yang digunakan oleh peternak

smasih dibawah standar yang ditetapkan oleh SNI.

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

42

Tabel 20. Model Pendugaan Fungsi Produksi Produksi Susu dengan Variabel

Konsentrat dan Rumput

Model Fungsi Kubik

Total Produksi Produksi Sapi Rata-rata

Konsentrat

Konstanta 27,693 14,176

b1 -3,783 0,00

b2 0,259 0,014

b3 0,03 -0,003

R-square 0,853** 0,109

P-value 0,00

Autokolerasi Tidak ada Tidak ada

Heterokedastisitas Tidak ada Tidak ada

Multikolinearitas Tidak ada Tidak ada

Rumput

Konstanta -4,069 26,808

b1 0,706 -1,493

b2 0,005 0.050

b3 0,0000199 -0.001

R-square 0,768** 0,202

P-value 0,00

Autokolerasi Tidak ada Tidak ada

Heterokedastisitas Tidak ada Tidak ada

Multikolinearitas Tidak ada Tidak ada

Keterangan : * nyata pada (P<0,05)

Elastisitas produksi untuk rumput memiliki nilai 0,69 artinya setiap

penambahan input satu persen akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,69%.

Nilai elastisitas 0,69 menunjukan bahwa fungsi produksi berada pada decreasing rate

atau peningkatan yang semakin menurun. Kondisi seperti ini peternak masih

dimungkinkan untuk menambah input produksi, tetapi tidak diimbangi dengan output

yang dihasilkan. Penggunaan rumput pada tingkat tertentu akan memberikan hasil

yang optimal.

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

43

Efisiensi Produksi

Efisiensi produksi terjadi ketika peternak mampu mencapai tingkat produksi

setinggi-tingginya namun secara ekonomi menguntungkan. Menurut Doll dan

Orazem (1984) efisiensi akan tercapai jika mampu memenuhi syarat kecukupan dan

syarat keharusan. Syarat keharusan dicukupi ketika produksi dilakukan pada daerah

rasional (elastisitas antara 0 dan 1), sedangkan syarat kecukupan jika Nilai Produk

Marginal (NPM) sama dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM).

Efisiensi teknis dilihat dari nilai elastisitas produksinya. Penggunaan

konsentrat di tingkat beternak secara teknis tidak efisien (Ep<0) atau berada didaerah

tidak rasional. Penggunaan rumput ditingkat peternak secara teknis sudah efisien

(0<Ep<1) atau berada pada daerah deminishing return. Agar lebih efisien peternak

harus melakukan upaya pengurangan pemberian konsentrat sehingga kurva bergeser

ke daerah deminishing return.

Tabel 21 menunjukan penggunaan konsentrat memiliki NPM sebesar -342,79

artinya penambahan 1 kg konsentrat akan mengurangi pendapatan -342,79 dan BKM

sebesar Rp 2.300,00. Rasio antar NPM dan BKM mempunyai nilai -0,15 artinya

penggunaan konsentrat tidak efisien (NPM<1) sehingga perlu pengurangan input

tersebut. Penggunaan rumput memiliki NPM sebesar 769,47 artinya penambahan 1

kg rumput akan menambah pendapatan peternak sebesar 769,47 dan BKM sebesar

Rp 250. Rasio antar NPM dan BKM mempunyai nilai 3,07 artinya penggunaan

rumput tidak efisien, peternak harus menambahkan rumput agar menjadi efisien.

Tabel 21. Nilai NPM dan BKM Faktor Hijauan serta Konsentrat pada Produksi Susu

Variabel NPM BKM NPM/BKM

Konsentrat -342,79 2.300 -0,15

Rumput 769,47 250 3,07

Hasil analisa menunjukan penggunaan konsentrat yang optimal sebesar 9

kg/peternak/hari atau jika dirata-ratakan 3,98 kg/ekor/hari. Penggunaan rumput tidak

diketahui penggunaan optimalnya karena fungsi produksi adalah fungsi kubik,

penggunaan rumput di tingkat peternak sudah efisien secara teknis tetapi secara

ekonomi tidak efisien. Penggunaan rumput masih bisa ditingkatkan dari jumlah yang

sudah diberikan yaitu 83,61 kg/peternak atau 36,99 kg/ekor/hari.

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi … fileUsaha yang dilakukan oleh KPSP Saluyu adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pengolahan dan pemasaran susu segar, unit

44

Aspek manajemen sangat berpengaruh terhadap nilai efisiensi. Manajemen

yang baik akan menghasilkan efisiensi yang baik (Soekartawi, 1994). Hasil analisa

terhadap aspek manajemen pakan ternak menyatakan bahwa aspek kualitas

konsentrat dan kualitas hijauan masih sangat rendah, sehingga pengaruhnya terasa

terhadap efisiensi yang dicapai. Penggunaan konsentrat tidak efisien karena ketika

konsentrat ditambahkan tidak menghasilkan susu yang lebih tinggi dan tidak

menguntungkan secara ekonomi. Rata-rata pemberian konsentrat per ekor 8,42 kg

lebih besar dari kebutuhan sekitar 4-6 kg yaitu 0,1% dari rataan bobot badan sapi

laktasi. Kualitas hijaun yang diberikan masih rendah karena rumput yang diberikan

rumput lapangan. Kelemahan rumput lapangan adalah secara kualitas dan kuantitas

tidak terkontrol. Rata-rata pemberian rumput adalah 36,99 kg lebih sedikit dari rata-

rata kebutuhan antara 40-50 kg yaitu 10% dari rataan bobot badan sapi.