hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · hama tanaman juga ikut mempengaruhi pertumbuhan dan...
TRANSCRIPT
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pertanaman
Kondisi bibit tanaman semangka I saat persemaian dalam tray cukup
lemah. Bibit yang tumbuh sebagian besar daunnya menguning kemudian layu dan
mati. Dari gejalanya, diperkirakan bibit tanaman terserang penyakit layu fusarium
atau tidak dapat beradaptasi dengan media tanam yang diberikan. Jumlah bibit
yang hidup dan ditanam di lapang hanya sebesar 18.6% pada galur 1 dan 7% pada
galur 2. Akan tetapi menurut Priadi et al 2005, pemberian kolkisin juga memberi
efek terhadap jumlah benih yang tumbuh, lama perkecambahan benih dan
pertumbuhan kecambah.
Saat di lapang, tanaman semangka penelitian I terlihat sulit untuk
beradaptasi. Banyak bibit yang ditanam mati yakni sebanyak 38% pada galur 1
dan 66% pada galur 2. Kondisi ini diduga karena suhu udara yang cukup tinggi
yaitu berkisar 22.9 - 31.8 0C dan curah hujan yang rendah sebesar 198 mm/bulan
pada bulan Mei (BMG, 2007). Cahyono (1996) menyatakan bahwa suhu yang
baik untuk perkecambahan tanaman semangka adalah 250C–300C. Hal tersebut
mengakibatkan, semua tanaman galur 2 dicabut dan tanaman pada ulangan tiga
galur 1 dipindah tanam ke dalam ulangan satu dan dua. Setelah itu, lahan yang
tanamannya telah dicabut dan dipindah tanam, digunakan untuk menanam
penelitian II.
Kondisi awal tanaman penelitian II cukup baik, yaitu sebesar 70% daya
berkecambah dari benih yang ditanam langsung di lapang. Hal ini disebabkan
kondisi iklim yang cukup mendukung yaitu suhu yang menurun pada bulan Juni,
berkisar antara 22.3 – 31.4 0C dan curah hujan yang menaik cukup tajam
dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 274 mm/bulan (BMG, 2007). Akan
tetapi curah hujan yang tinggi menyebabkan saluran irigasi meluap dan
menggenangi lahan pertanaman, sehingga terjadi banjir. Keamanan lingkungan
juga turut mempengaruhi, yakni adanya gangguan hewan anjing pada malam hari
yang mengganggu tanaman dan merusak mulsa. Hal ini mengakibatkan pula pada
kematian sebagian tanaman.
Hama tanaman juga ikut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman semangka. Pada tahap vegetatif penelitian I dan II terserang hama
oteng-oteng (Aulocophora femoralis Motschulsk) atau disebut juga kumbang daun
yang menimbulkan luka pada daun berbentuk lingkaran. Ulat daun (Plutella sp)
atau disebut juga ulat tritip, sempat menyerang dan membuat sebagian tanaman
daunnya berlubang (Cahyono, 1996). Namun serangan dari kedua hama tersebut
tidak begitu hebat sehingga masih dapat ditangani oleh pestisida.
Saat tanaman penelitian I mulai berbuah, hama kutu daun
(Aphis gossypii Glov) menyerang. Serangan ini cukup hebat dan sulit
dikendalikan, sehingga berakibat pada pembesaran dan kualitas buah. Setelah
tanaman penelitian I mati dan dipanen, maka hama kutu daun berpindah ke
pertanaman sebelahnya yaitu penelitian II yang sedang dalam fase generatif. Kutu
daun menyerap cairan daun sehingga daun mengerut dan layu karena kekurangan
cairan, kemudian timbul bercak-bercak kuning yang meluas pada daun, makin
lama daun berubah menjadi coklat. Pada akhirnya daun akan mengering dan
gugur. Dampak lebih lanjutnya adalah buah yang dihasilkan menjadi sedikit,
kecil-kecil, dan kurang manis karena tanaman tidak mampu lagi melakukan
fotosintesis (Cahyono 1996). Serangan hama-hama di atas didukung pula oleh
faktor iklim pada bulan Juli dimana curah hujan yang menurun yakni sebesar
134 mm/bulan dan suhu udara yang cukup tinggi yaitu sebesar 21.8 –31.70C
(BMG, 2007).
Hama ulat tanah (Agrotis Epsilon sp) juga muncul pada saat buah mulai
membesar. Ulat ini memakan daun, bunga, dan bahkan buah yang masih kecil
(Cahyono, 1996). Sehingga buah berlubang dan terkadang tidak dapat
berkembang lebih lanjut. Ketika pembesaran buah, ulat penggerek buah
(Helicovora sp) dan ulat grayak (Spodotera sp) menyerang. Ulat penggerek
menyerang buah pada bagian luar, membuat kulit buah terlihat bercak-bercak
melingkar karena lapisan luarnya dimakan ulat. Hal ini mengakibatkan
penampilan buah kurang menarik. Sedangkan ulat grayak menyerang pada bagian
dalam buah. Ulat ini membuat lubang terowongan pada buah dan memakan isi
buah, sehingga buah menjadi busuk (Duljapar et al, 2000).
Pada saat mulai panen buah yakni bulan Agustus curah hujan naik menjadi
248 mm/bulan, akan tetapi hari hujan hanya 15 hari per bulan. Hal ini berarti
bahwa pada bulan tersebut hujan jarang turun atau cuaca panas, akan tetapi
diselingi dengan hujan yang cukup lebat. Keadaan ini mengkondisikan buah
dalam perubahan suhu yang ekstrim. Sehingga mengakibatkan banyak buah yang
pecah dan akhirnya busuk terserang ulat. Jumlah buah yang pecah sebesar 9% dari
total 223 buah yang dipanen pada penelitian I dan II.
Gambar 5. Gejala Serangan Hama pada Semangka : A. Layu saat perkecambahan,
B. Mati saat di pindah tanam ke lapang, C. Luka akibat oteng-oteng, D. Ulat daun (Plusia sp.), E. Kutu daun (aphids), F. Buah pecah, G. Serangan ulat penggerek buah, H. Serangan ulat penggorok buah (Helicoverpa sp.)
A B
C F E D
G H
Gambar 6. Serangan kutu daun (aphids) pada tanaman
Karakter Kuantitatif
Nilai Koefisien Keragaman pada penelitian I dan II sebagian besar di atas
30%, sehingga harus dilakukan transformasi data untuk semua peubah pada
penelitian I dan beberapa peubah pada penelitian II. Nilai Koefisien Keragaman
yang besar tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu genotipe yang
digunakan adalah keturunan F4, sehingga keragaman yang ada sangat tinggi,
kemudian ada tidaknya tanaman yang mengganda pada pertanaman hasil
perlakuan kolkisin.
Penelitian I
Hasil sidik ragam penelitian I pada setiap ulangan menunjukkan tidak
adanya perbedaan nyata untuk semua peubah percobaan, pada 3, 4, 5, dan 6 MST.
Hasil sidik ragam untuk peubah kuantitatif penelitian I dapat dilihat pada Tabel 1
dan nilai rataan tiap peubah terdapat pada Tabel Lampiran 30 – 38.
Pada awal pertumbuhan tanaman, yaitu sekitar 1-2 MST, pertumbuhan
daun tampak bergerombol pada titik tumbuh pada beberapa perlakuan ataupun
genotipe perlakuan. Warna daun tampak lebih hijau jika dibandingkan dengan
kontrol. Daun juga terlihat lebih tebal pada beberapa tanaman perlakuan kolkisin.
Gejala demikian menunjukkan adanya penggandaan kromosom pada tanaman
A
(kecambah) tersebut (Gambar 7 dan 8). Jumlah buah penelitian I pada ulangan
satu sebanyak 36 buah, ulangan dua sebanyak 23 buah. Rata-rata jumlah buah tiap
tanaman sebanyak 2 buah.
Gambar 7. Bibit Penelitian I saat Persemaian (Tampak Samping) : A. Bibit
dengan Perlakuan Kolkisin, B. Bibit tanpa Perlakuan Kolkisin (Kontrol)
Kalie (2004) menyatakan bahwa dosis penetesan efektif untuk
menghasilkan semangka 4x adalah 0.2% dan 0.4% dengan perendaman dalam
larutan kolkisin selama 24 jam. Menurut Kalie (2004) dan Priadi et al (2005),
tanaman semangka poliploidi memiliki warna hijau lebih gelap, ukuran tubuh
lebih besar, daun mengandung lilin lebih banyak, daun lebih tebal dan membulat,
dan stomata lebih besar.
Salah satu ciri tanaman mengganda adalah daun yang membulat, dimana
panjang dan lebar daun sama besar atau lebar daun lebih besar dari panjangnya
(Kalie, 2004). Akan tetapi dalam percobaan ini, tidak ditemukan kecenderungan
suatu perlakuan yang menghambat panjang daun dan di lain sisi meningkatkan
lebar daun. Suryo (2007) menyatakan bahwa bila konsentrasi larutan masih terlalu
rendah atau lamanya waktu perlakuan belum cukup, maka sifat tetraploid belum
akan tercapai.
A B
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah Kuantitatif Penelitian Semangka I Hasil Transformasi
Peubah Waktu pengamatan
Peluang Koefisien Keragaman (%)
3 MST 0.48 31.77 4 MST 0.43 30.69 5 MST 0.54 30.51
Panjang batang tanaman (cm)
6 MST 0.50 29.00 3 MST 0.38 31.13 4 MST 0.38 31.16 5 MST 0.54 33.25
Jumlah daun
6 MST 0.56 32.47 3 MST 0.43 33.06 4 MST 0.45 30.17 5 MST 0.50 29.30
Panjang daun (cm)
6 MST 0.42 27.62 3 MST 0.43 31.96 4 MST 0.46 30.36 5 MST 0.51 29.47
Lebar daun (cm)
6 MST 0.49 28.71 3 MST 0.41 29.42 4 MST 0.51 30.34 5 MST 0.54 30.34
Diameter batang (mm)
6 MST 0.66 32.16 Jumlah stomata 0.61 30.89 Diameter stomata (mm) 0.41 27.43 Bobot buah (kg) 0.72 49.50 Lingkar buah (cm) 0.70 48.84 Panjang buah (cm) 0.68 48.38 Panjang batang buah (cm) 0.60 46.53 Padatan Terlarut Total (0Brix) 0.77 50.72 Jumlah biji 0.70 49.05
Dari data individu tanaman, dapat dibuat perkiraan persentase yang
mengganda dari tiap perlakuan dan ulangan (Tabel 2). Perlakuan P6 ulangan 1
diduga mempunyai persentase mengganda paling tinggi.
Tabel 2. Perkiraan persentase Tanaman Mengganda pada Tiap Perlakuan dan Ulangan Penelitian I
Persentase Mengganda Perlakuan
Ulangan 1 Ulangan 2
P0 0 0
P1 7 20
P2 11 0
P3 7 12
P4 0 10
P5 16.7 6
P6 25 12
Gambar 8. Bibit Penelitian I saat di Persemaian (Tampak Atas) : A. Bibit Tanpa Perlakuan Kolkisin, B dan C. Bibit dengan Perlakuan Kolkisin Menunjukkan Pertumbuhan Daun yang Bergerombol pada Titik Tumbuh dan Warna Daun Lebih Hijau (B).
Penelitian II
Pada penelitian II perlakuan kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap
peubah panjang batang tanaman, sedangkan perlakuan genotipe berpengaruh
sangat nyata terhadap jarak buah saat panen. Kemudian perlakuan kolkisin
berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan
diameter batang. Sementara itu, perlakuan tidak berpengauh nyata terhadap
jumlah stomata, diameter stomata, bobot buah, keliling buah, panjang buah, dan
Padatan Terlarut Total (PTT). Jumlah buah pada ulangan I sebanyak 97 buah,
sedangkan ulangan II sebanyak 66 buah. Jumlah buah rata-rata tiap tanaman
adalah 2 buah per tanaman.
A B C
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah Kuantitatif Penelitian Semangka II
Peubah Waktu Pengamatan
K G KG Koefisien Keragaman (%)
3 MST 0.002** 0.50 0.97 27.03 4 MST 1.00 0.52 0.64 20.11 5 MST 0.28 0.43 0.77 18.87
Panjang batang tanaman (cm)
6 MST 1.00 0.55 0.84 17.22 3 MST 0.051 0.15 0.60 14.91 4 MST 0.03* 0.18 0.62 21.71 5 MST 0.011* 0.18 0.35 26.54
Jumlah daun
6 MST 0.03* 0.28 0.80 18.08 3 MST 0.77 0.30 0.73 24.95 4 MST 0.08 0.64 0.63 25.46 5 MST 0.014* 0.80 0.83 24.43
Panjang daun (cm)
6 MST 0.07 0.58 0.76 16.65 3 MST 0.96 0.24 0.78 23.24 4 MST 0.13 0.37 0.75 23.41 5 MST 0.02* 0.62 0.73 22.39
Lebar daun (cm)
6 MST 0.053 0.25 0.62 15.82 3 MST 0.33 0.87 0.76 45.35 4 MST 0.15 0.47 0.86 26.72 5 MST 0.05* 0.58 0.59 22.30
Diameter batang (mm)
6 MST 0.78 0.64 0.76 24.23 Jumlah stomata 0.78 0.89 0.98 15.06 Diameter stomata (mm) 0.13 0.32 0.13 6.11 Bobot buah (kg) 0.95 0.25 0.56 22.41 Lingkar buah (cm) 0.96 0.13 0.19 12.53 Panjang buah (cm) 0.37 0.44 0.61 15.86 Jarak buah yang dipanen (cm) 0.44 0.01** 0.54 17.19 Padatan Terlarut Total (0Brix) 0.63 0.25 0.32 11.90 Jumlah biji 0.24 0.37 0.97 25.39
Keterangan : * = menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada taraf 5% ** = menunjukkan terdapat perbedaan sangat nyata pada taraf 1% K = Nilai peluang perlakuan kolkisin G = Nilai peluang perlakuan genotipe KG = Nilai peluang interaksi perlakuan kolkisin dan genotipe
Data transformasi pada peubah panjang batang tanaman (4, 5, dan 6 MST), diameter batang (3, 4, 5, dan 6 MST), jumlah daun (6 MST), bobot buah, panjang buah, jarak buah yang dipanen, dan jumlah biji.
Berdasarkan data individu tanaman, maka dapat dibuat perkiraan
persentase tanaman yang mengganda pada penelitian II dari tiap genotipe dan
ulangan (Tabel 4). Pada pengamatan tanaman secara individu saat
perkecambahan, yaitu sekitar 1-2 MST, dapat ditemukan ciri penggandaan
kromosom pada beberapa tanaman yang diberi perlakuan kolkisin. Ciri tersebut
seperti pertumbuhan daun yang bergerombol pada titik tumbuh, warna daun lebih
hijau dibandingkan kontrol, dan daun yang terlihat lebih tebal (Gambar 9).
Tabel 4. Perkiraan persentase Tanaman Mengganda pada Tiap Perlakuan dan
Ulangan Penelitian II Persentase Mengganda Perlakuan Keterangan
Ulangan 1 Ulangan 2
G1 20-2 17.9 15.6
G2 17OP 10.7 6.3
G3 4-2 lurik 10.7 11.4
G4 9-2 12.5 17.3
G5 16-2 13.6 18.8
G6 29 13.9 17.8
G7 19OP 22.1 17.8
Gambar 9. Bibit Penelitian II di Lapang : A. Tanpa Perlakuan Kolkisin, B. Dengan Perlakuan Kolkisin Warna Daun Lebih Hijau, C. Dengan Perlakuan Kolkisin Menunjukkan Pertumbuhan Daun yang Bergerombol pada Titik Tumbuh
Panjang Batang Tanaman dan Jumlah Daun
Berdasarkan uji F, perlakuan kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang batang tanaman pada 3 MST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun pada 4, 5, dan 6 MST (Tabel 3). Berdasarkan uji lanjut Duncan, panjang
batang tanaman berbeda nyata pada perlakuan kolkisin pada 3 MST (Tabel 5) dan
jumlah daun pada 4, 5, dan 6 MST (Tabel 6). Sementara itu, perlakuan genotipe
tidak berpengaruh nyata terhadap panjang batang tanaman maupun jumlah daun.
A B C
Nilai rata-rata panjang batang tanaman dan jumlah daun tertinggi adalah pada
genotipe 9-2 dan 29 (Tabel 5 dan 6).
Tabel 5. Rataan Panjang Batang Tanaman Penelitian II
Perlakuan Panjang Batang Tanaman (cm) 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Kolkisin Tanpa Kolkisin 4.69b 22.59 51.12 108.76 Dengan Kolkisin 6.98a 22.14 43.32 86.20 Genotipe 20-2 6.16 23.01 49.90 95.22 17OP 6.36 22.53 49.04 91.66 4-2lurik 4.47 16.37 32.25 75.21 9-2 6.83 29.04 61.30 114.09 16-2 5.45 19.71 42.33 89.62 29 5.57 25.22 51.19 118.36 19OP 5.98 20.67 44.50 98.19
Tabel 6. Rataan Jumlah Daun Penelitian II
Perlakuan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Kolkisin Tanpa Kolkisin 4.66 10.50a 22.79a 54.34a Dengan Kolkisin 4.13 8.57b 16.92b 39.08b Genotipe 20-2 4.54 8.50 17.68 38.67 17OP 4.60 10.34 20.29 49.64 4-2lurik 3.60 7.27 15.46 31.69 9-2 5.11 11.55 25.77 56.01 16-2 4.18 9.45 18.36 43.77 29 4.37 10.34 23.01 60.35 19OP 4.36 9.36 18.43 46.85
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Panjang Daun dan Lebar Daun
Berdasarkan uji F, perlakuan kolkisin berpengaruh nyata terhadap panjang
daun dan lebar daun pada 5 MST (Tabel 3). Berdasarkan uji lanjut Duncan,
poerlakuan kolkisin berbeda nyata pada terhadap panjang dan lebar daun pada
5 MST (Tabel 7 dan 8). Nilai rata-rata panjang daun tertinggi adalah pada
genotipe 17, 9-2, dan 29 (Tabel 7), sedangkan nilai rata-rata lebar daun tertinggi
adalah pada genotipe 9-2 dan 17 (Tabel 8).
Tabel 7. Rataan Panjang Daun Penelitian II
Perlakuan Panjang Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Kolkisin Tanpa Kolkisin 4.95 6.93 8.76a 10.37 Dengan Kolkisin 4.81 5.76 6.73b 9.17 Genotipe 20-2 5.27 6.76 8.38 10.49 17OP 5.37 6.64 7.59 10.29 4-2lurik 3.58 5.22 7.41 9.29 9-2 5.76 7.12 8.56 9.87 16-2 4.69 6.32 7.01 8.75 29 4.93 6.76 8.28 10.61 19OP 4.53 5.62 8.97 9.09
Tabel 8. Rataan Lebar Daun Penelitian II
Perlakuan Lebar Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Kolkisin Tanpa Kolkisin 4.87 6.73 9.50a 11.32 Dengan Kolkisin 4.85 5.83 7.62b 9.92 Genotipe 20-2 5.08 6.57 8.61 11.05 17OP 5.59 7.48 9.58 12.14 4-2lurik 3.58 5.01 7.58 10.16 9-2 5.57 6.09 9.45 10.33 16-2 4.79 6.40 7.96 9.39 29 5.02 6.79 9.07 11.65 19OP 4.42 5.63 7.69 9.62
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Diameter Batang dan Jarak Buah yang Dipanen
Berdasarkan uji F, perlakuan kolkisin berbeda nyata terhadap diameter
batang pada 5 MST (Tabel 3). Akan tetapi, perlakuan kolkisin tidak berpengaruh
nyata terhadap jarak buah saat panen (Tabel 9). Sementara itu, perlakuan genotipe
tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, melainkan berpengaruh sangat
nyata terhadap jarak buah saat panen (Tabel 10). Nilai rata-rata diameter batang
tertinggi adalah pada genotipe 9-2 dan 17 (Tabel 9), sedangkan nilai rata-rata
tertinggi jarak buah saat panen adalah pada genotipe 19 (Tabel 10). Tabel 9. Rataan Diameter Batang Penelitian II
Perlakuan Diameter Batang 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Kolkisin Tanpa Kolkisin 0.76 4.45 4.34a 4.23 Dengan Kolkisin 1.25 3.49 3.16b 3.33 Genotipe 20-2 0.00 4.04 3.45 3.62 17OP 1.03 4.97 4.55 4.89 4-2lurik 0.00 2.36 2.93 2.86 9-2 2.34 4.69 4.07 4.33 16-2 1.99 4.36 4.06 4.19 29 0.00 3.16 3.08 3.40 19OP 1.68 4.22 4.11 3.85
Tabel 10. Rataan Jarak Buah yang Dipanen Penelitian II
Perlakuan Jarak Buah yang Dipanen Kolkisin Tanpa Kolkisin 214.12 Dengan Kolkisin 184.01 Genotipe 20-2 150.57b 17OP 194.14b 4-2lurik 151.19b 9-2 190.89b 16-2 145.04b 29 159.44b 19OP 402.21a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Karakter Kualitatif
Karakter kualitatif yang diamati diantaranya warna daun, warna kulit
buah, dan warna daging buah. Warna daun diamati dengan Munsell Color Chart.
Warna daun dapat mengindikasikan adanya pengaruh dari kolkisin. Warna daun
hijau yang lebih gelap biasanya dimiliki oleh tanaman yang mengganda akibat
efek kolkisin. Suryo (2007) menyatakan bahwa tanaman tetraploid daunnya
berukuran lebih besar dan warnanya lebih hijau.
Warna kulit buah menandakan genotipe tanaman yang digunakan. Warna
daging buah diantaranya merah, kuning, dan campuran keduanya (sebagian
merah, sebagian kuning). Warna merah biasanya pada bagian tengah buah
(Gambar 10).
Secara umum tanaman memiliki warna daun dari hijau tua hingga hijau
muda. Warna kulit buah diantaranya, hijau tua lurik, hijau muda, dan hijau muda
lurik. Sedangkan warna daging buah adalah merah dan kuning. Peubah-peubah
kualitatif penelitian I dapat dilihat pada tabel 9, dan penelitian II pada tabel 10.
Gambar 10. Warna Kulit dan Daging Buah : A. Hijau tua lurik, B. Hijau muda lurik, C. Hijau muda, D. Merah dan kuning, E dan F. Merah
A B C
D E F
Penelitian I
Warna daun hijau tua hingga hijau muda pada penelitian I dimiliki oleh
tanaman kontrol, P4 (kombinasi perlakuan perendaman 12 jam, penetesan 0.2%),
P5 (kombinasi perlakuan perendaman 24 jam, penetesan 0.2%), dan
P6 (kombinasi perlakuan perendaman 36 jam, penetesan 0.2%). Warna daun hijau
tua hingga hijau, pada perlakuan P1 (kombinasi perendaman 12 jam, penetesan
0.1%), P2 (kombinasi perendaman 24 jam, penetesan 0.1%), dan P3 (kombinasi
perendaman 36 jam, penetesan 0.1%). Dalam tabel dapat dilihat bahwa pada
perlakuan P1, P2, dan P3 cenderung mempunyai daun yang berwarna lebih gelap.
Warna kulit buah pada penelitian I adalah sama untuk semua perlakuan,
yaitu hijau tua lurik. Hal ini dikarenakan, genotipe yang digunakan adalah
genotipe yang sama. Warna daging buah untuk semua perlakuan sama, yaitu
merah. Kecuali pada P5, terdapat beberapa buah yang daging buahnya berwarna
kuning (Tabel 11).
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Penelitian I
Perlakuan Dosis Warna Daun Warna Kulit Buah Warna Daging Buah
P0 Kontrol Hijau Tua - Hijau muda
Hijau Tua Lurik Merah
P1 12 jam, 0.1 %
Hijau Tua-Hijau Hijau Tua Lurik Merah
P2 24 jam, 0.1 %
Hijau Tua-Hijau Hijau Tua Lurik Merah
P3 36 jam, 0.1%
Hijau Tua-Hijau Hijau Tua Lurik Merah
P4 12 jam, 0.2%
Hijau Tua-Hijau muda
Hijau Tua Lurik Merah
P5 24 jam, 0.2 %
Hijau Tua-Hijau muda
Hijau Tua Lurik Merah/ Kuning
P6 36 jam, 0.2 %
Hijau Tua-Hijau muda
Hijau Tua Lurik Merah
Penelitian II
Pada penelitian II, warna daun hijau muda hingga hijau tua pada perlakuan
dengan kolkisin, adalah genotipe 20-2, 9-2, 16-2, 29, dan 19. Sedangkan warna
daun hijau hingga hijau tua pada genotipe 4-2 lurik. Genotipe 4-2 lurik cenderung
memiliki warna daun hijau yang lebih gelap. Warna daun hijau muda hingga hijau
tua pada perlakuan tanpa kolkisin, terdapat pada genotipe 4-2 lurik, 9-2, 16-2, 29,
dan 19. Sedangkan warna daun hijau hingga hijau tua pada genotipe 20-2 dan 17.
Genotipe 20-2 dan 17 memiliki warna daun yang lebih gelap. Genotipe 4-2 lurik
dengan perlakuan kolkisin memiliki warna daun yang lebih gelap, yaitu hijau
hingga hijau tua, dibandingkan dengan yang tanpa kolkisin, yaitu hijau muda
hingga hijau tua (Tabel 12).
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Penelitian II
Perlakuan Genotipe Warna Daun Warna Kulit Buah
Warna Daging Buah
G1 20-2 Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda Kuning
G2 17OP
Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda lurik Kuning
G3 4-2 lurik Hijau tua-hijau Hijau muda lurik Merah G4 9-2 Hijau Tua-Hijau
muda Hijau muda Merah
G5 16-2 Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda lurik Merah
G6 29 Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda Merah
Dengan Kolkisin
G7 19OP Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda lurik Kuning
G1 20-2 Hijau tua-hijau Hijau muda Kuning G2 17OP Hijau tua-hijau Hijau muda lurik Kuning G3 4-2 lurik Hijau Tua-Hijau
muda Hijau muda lurik Kuning
G4 9-2 Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda Kuning
G5 16-2 Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda lurik Merah
G6 29 Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda Merah
Tanpa Kolkisin
G7 19OP Hijau Tua-Hijau muda
Hijau muda lurik Kuning
Warna kulit buah hijau muda terdapat pada genotipe 20-2, 9-2, dan 29 baik
pada perlakuan dengan kolkisin maupun tanpa kolkisin. Warna kulit hijau muda
lurik terdapat pada genotipe 17OP, 4-2 lurik, 16-2, dan 19OP pada perlakuan
dengan dan tanpa kolkisin. Warna daging buah merah pada genotipe 4-2 lurik,
9-2, 16-2, dan 29 pada perlakuan dengan kolkisin. Sedangkan pada perlakuan
tanpa kolkisin hanya terdapat pada perlakuan 16-2 dan 29. Pada perlakuan dengan
kolkisin, genotipe 20-2, 17OP, dan 19OP memiliki warna daging kuning.
Sedangkan pada perlakuan tanpa kolkisin, warna daging kuning pada perlakuan
genotipe 20-1, 17OP, 4-2 lurik, 9-2, dan 19OP.