halaman persetujuan - blog ahmad rapani ... · web viewpendahuluan 1.1. latar belakang kesehatan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan anak mempunyai arti penting dalam kehidupan keluarga,
mengingat mereka masih sepenuhnya tergantung pada orang tua atau orang
dewasa lain, jika kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan anak maka itu
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.(hendarson 1997:264)
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4
tahun. Hamper 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami
kejang demam. (Ngastiyah. 2005)
Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur, tinggi serta
cepatnya suhu tubuh meningkat. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda, tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan
menderita demam kejang pada kenaikan suhu tertentu. (Ngastiyah. 1997).
Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada lepasnya
muatan listrik yang berlebihan disel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan
gejala terganggunya fungsi otak dan keadaan ini hasru segera mendapatkan
penanganan medis secara tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya
komplikasi antara lain : Depresi pusat pernafasan, Pneumonia aspirasi, cedera
fisik dan retardasi mental.
Selain dampak biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam
keadaan ini klien akan merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya.
1
Klien juga aktivitasnya yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak. .(hendarson
1997:268)
Setelah penulis melihat ke rumah Sakit pada tanggal 05 agustus 2010. klien
diruangan Rawat Inap anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi lebih banyak kasus demam
kejang dari pada penyakit yang lain. Dan umumnya orang tua kurang mengetahui
dengan keadaan penyakit ini, sehingga banyak anak yang dibawa kerumah sakit
dalam keadaan yang berat. Bedasar kan data yang didapat kan di RSI Ibnusina
Bukittinggi Tahun 2010 Tepat nya diruangan anak Tanggal 5-7 Agustus 2010
Sekitar 4 orang yang menderita demam kejang dari 14 orang klien yang dirawat di
RSI Ibnusina Bukittinggi Dan termasuk 10 besar Penyakit yang terbanyak nomor
2 di Sumatra Barat ( Dokumentasi RSI Ibnusina Bukittinggi : 2010)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menerapkan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan demam kejang di Ruang Rawat Inap Anak RSI
Ibnu Sina Bukittinggi.
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada An. A dengan demam kejang
di Ruang Rawat Inap Anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada An. A dengan demam kejang di
ruang rawat inap anak RSI Ibnu sina bukittinggi
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. A dengan
demam kejang di ruang rawat inap anak RSI Ibnu sina bukittinggi
2
3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An.A dengan
demam kejang di ruang rawat inap anak RSI Ibnu sina bukittinggi
4. Mampu melakukan implementasi keperwatan sesuai dengan rencana
di ruang rawat inap anak RSI Ibnu sina bukittinggi
5. Mampu melakukan evaluasi dan mendokumentasikan dari proses
keperawatan yang telah dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan klien. di ruang rawat inap anak RSI Ibnu sina bukittinggi
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Melakukan Asuhan Keperawatan An. A dengan demam kejang di
Ruang Rawat Inap Anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi yang dilakukan selama 3
hari dari tanggal 5 Agustus – 7 Agustus 2010.
1.4. Metode Penulisan
1.4.1. Rencana Penulisan
Dalam penulisan makalah ini digunakan metode Deskriptif
dengan tipe study terhadap klien Deman Kejang di Ruang Rawat
Inap Anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi.
1.4.2. Lokasi Penelitian
Makalah ilmiah ini dimulai dari study kasus yang dilakukan di
Ruang Rawat Inap Anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi.
1.4.3. Teknik Pengumpulan data
1. Wawancara
Dilakukan pada orang tua klien dan tim kesehatan lainnya.
Data tersebut meliputi : data bio, psiko, sosial dan informasi
yang menunjang lainnya.
3
2. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik Inspeksi, Palpasi
dan Auskultasi
3. Observasi
Pengumpulan data dengan teknik pengamatan langsung
terhadap klien
4. Dokumentasi
Memperoleh data dari Medical Record yang ada di Ruang
Rawat Inap Anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi
1.4.4. Jenis Sumber Data
1.4.4.1. Jenis Data
1. Data Subjektif
Data yang diperoleh dari klien dan keluarga klien serta data
yang didapat dari keterangan tim kesehatan lainnya.
2. Data Objektif
Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik langsung pada
klien
1.4.4.2. Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari klien dan keluarga .
3. Data Skunder
Data yang diperoleh dari catatan medis , perawat, status
klien dan dari tim kesehatan lainnya.
4
1.4.5. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh diolah secara manual yaitu dengan jalan
mengklarifikasikan, menegakkan diagnosa, menyusun intervensi,
melakukan implementasi sampai evaluasi serta menyajikan data
secara berurutan.
1.5. Sistematis Penulisan
BAB : Pendahuluan
A. Latar Balakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematis Penulisan
BAB II : Tinjauan Teoritis
A. Konsep Dasar
B. Asuhan Keperawatan
BAB III : Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. KONSEP DASAR
2.1.1. Defenisi
Demam Kejang atau febril convulsion adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 o C) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium. (Ngatsiyah : 1997 )
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak tertama pada golongan anak yang berumur 6 bulan
sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi pembahasan sekelompok neuron
secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran, gerak, sensori
atau memori yang bersifat sementara. ( Aesceulaplus : 2000 )
Jenis-jenis demam Kejang :
1. Kejang Parsial
Kejang Persial Sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal
berikut ini :
- Tanda-tanda motorik kedutaan pada wajah, tangan atau
salah satu sisi tubuh umumnya gerakan setiap kejang sama
- Tanda atau gejala otomik, muntah, berkeringat, muka
merah, dilatasi pupil.
- Somotosenoris atau sensori khusus, mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara
- Gejala psikis, rasa takut
6
Kejang Parsial Kompleks
- Terapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya
sebagai kejang parsial simpleks
- Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik,
mengecap-ngecap bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang
berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya
- Tatapan terpakau. ( Natsiyah : 2004 )
2. Kejang Umum
Kejang Absens
- Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
- Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya
berlangsung kurang dari 15 menit
- Waitan dan akhiran cepat, setelah itu kembali waspada
dan berkonsentrasi penuh
- Umunya dimulai pada usia antara 4 tahun dan 14 tahun
dan sering sembuh dengan sendirinya saat usia 18 tahun
( Natsiyah : 2004 )
Kejang Mioklonik
- Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok
otot yang terjadi mendadak
Kejang Mioklonik Lanjutan
- Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila
patologik berupa kedutan-kedutan sinkron dari leher, bahu,
lengan dan atas kaki
7
- Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi
dalam kelompok
- Kehilangan kesadaran hanya sesaat
Kejang Tonik-Tonik
- Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik kaku
umum pada otot eksremitas, batang tuvuh dan wajah yang
berlangsung kurang dari 1 menit.
- Tidak ada respirasi dan sianosis
- Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada eksremitas
atas dan bawah
Kejang Atonik
- Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk / jatuh ke
tanah
- Singkat dan terjadi tanpa peringatan (Ngatsiyah : 2005 )
-
2.1.2. Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan
Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu
tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia,
8
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
dihilangkan (Corwin, 2001).
2.1.3. Tanda dan Gejala
Umumnya demam kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik-tonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi
seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kelaukan atau hanya sentakan atau
kelaukan fokal.
Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari 6 menit dan kurang 80
% berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi
setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
deficit neurology. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang yang pertama.
Dan orang tua akan mneggambarkan manifestasi kejang tonik-klonik
(yaitu, tonik-kontraksi otot, ekstensi eksremitas, kehlangan control defekasi
dan kandung kemih, sianosis dan hilangnya kesadaran. (Mary E Muscari)
2.1.4. Antonomi Fisiologi
Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf
terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari
9
cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla
spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous
system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua
cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous
system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan
parasymphatis (sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan
dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk
melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau
guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan
piamater.
Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :
a. Cerebrum (otak besar)
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan
superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum
cranialis anterior dan cavum cranialis media.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan
medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat
bicara, pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat penglihatan
/ visual, pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.
Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah
substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah
berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri
inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.
10
Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah :
1) Thalamus
Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali
impuls pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri. Fungsi
thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik.
Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.
2) Hypothalamus
Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III
hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing
mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus
merupakan daerah penting untuk mengatur fungsi alat demam
seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu
tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila
terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan-
perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus
berperan penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang
mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya
proses-proses patologik ekstrakranium.
3) Formation Reticularis
Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang
otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk mempengaruhi
aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis ini
terjadi stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls yang akan
dikirim ke cortex cerebri.
11
b. Serebellum
Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati
fossa cranial posterior. Terletak di superior dan inferior dari cerebrum
yang berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.
System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung
keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus
cranialis ada 12 pasang :
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
3) N. III : Nervus Okulamotorius
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
7) N. VII : Nervus Fasialis
8) N. VIII : Nervus Akustikus
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
10) N. X : Nervus Vagus
11) N. XI : Nervus Accesorius
12) N. XII : Nervus Hipoglosus.
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf
pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf
aferent dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di
mana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system
simpatis dan parasimpatis.
12
Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah :
1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya
2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus
symphatis
3) Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari
ganglion kolateral.
System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu :
Serabut saraf yang dicabagkan dari medulla spinalis:
1. Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang
otak
2. Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis.
( Gambar bagian-bagian saraf )
2.1.5. Patosiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme dan kebutuhan oksigen akan
meningkat. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
13
terjadi difusi dari ion kolium maupun ion natrium melalui membrane tersebut
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruhan sel maupun ke
membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neotransmitter
dan terjadi kejang (Ngatsiyah.1997).
WOC
Kejang demam
Inflamasi
Infeksi
Peningkatan suhu tubuh
Metabolisme basal meningkat
Kebutuhan O2 meningkat
Glukosa ke otak menurun
Perubahan konsentrasi dan jenis ion
di dalam dan di luar sel
Difusi ion Na+ dan K+
Kejang
Durasi pendek Durasi lama
Sembuh Apnea
14
Metabolisme otak meningkat
Resiko Tinggi injuri
O2 menurun
Kebutuhan O2 meningkat
Hipoxemia
Aktivitas otot meningkat
Hipoxia
Permeabilitas meningkat
Edema otak
Kerusakan sel neuron otak
Epilepsi
(burner and suddar, 2003 ).
2.1.6. Komplikasi
Komplikasi tergantung pada :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf
sebelum anak menderita demam kejang
3. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal
Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka
dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar
15
Hiperkapnia
Hipotensi arterialMetabolik Otak meningkat
13 % dibandingkan bila hanya 1 atau tidak ada sama sekali faktor
tersebut. Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja.
Hemiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang
lama ( berlangsung lebih dari 30 menit)
Dari suatu penelitian, demam kejang sederhana menyebabkan
kelainan pada IQ tetapi pada klien demam kejang yang sebelumnya telah
terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologist akan didapat
IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya, jika demam kejang
diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan
terjadi 5 kali lebih besar.
Demam kejang yang beralngsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
2.1.7. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
2. Pila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg
BB atau glukokortikoid seperti deksametason ½ - ampul setiap 6
jam sampai keadaan membaik.
3. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
4. Pemberian Fenobarbital secara IV
5. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion
secara IV
16
6. Pembedahan, terutama untuk pasien yang resisten terhadap
pengobatan yang tujuannya :
- Memetakan aktivitas listrik di otak
- Menentukan letak / focus epileprogenik
- Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya
- Namun pembedahan dapat meninbulkan berbagai
komplikasi lain : edema serebral, hemoragi, hidrocepalus,
infark serebral atau peningkatan kejang. (Ngastiyah, 1997).
2.1.8. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pertahanan suhu tubuh stabil
2. Menjelaskan cara perawatan anak demam
3. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres
panas serta menjelaskan tujuan
4. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi
konvulsan dapat diindikasikan pada anak-anak yang
memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau
kejang lama, abnormalitas neurology, kejang tanpa demam,
derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang multiple
kurang dari 24 jam.
2.1.9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak :
tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemoragik
17
2. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya
perubahan / patologis SSP
3. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk
mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui
adanya fraktur
4. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium )
Meliputi :
- Glukosa darah
- Kalsium fungsi ginjal dan hepar
- Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal
fungsi
- Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
- Pemeriksaan serologi imunologi
5. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang
dan menentukan lesi serta fungsi neurology (Ngastiyah,
1995).
2.2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta tanggal
masuk
18
2 Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami peningkatan suhu tubuh >380C, peningkatan
nadi, apnea, keletihan dan kelemahan umum, inkontinesia baik
urine ataupun fekal, sensitivitas terhadap makanan, mual /
muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Klien akan
merasa nyeri otot dan sakit kepala.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya klien riwayat terjatuh / trauma, faktur, adanya riwayat
alergi dan adanya infeksi.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah
deman, selain itu terdpat factor herediter.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi,
rambut klien tipis, mukosa mulut kering, skelera tidak iketrik,
konjungtiva anemis
b. Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak ada
kelainan).
c. Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa
d. abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus
e. Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan
cairan RL, turgor kulit jelek ± 3 detik, kekuatan otot
19
f. Genitalia : tidak ada keluhan
g. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37’5 C
- Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea,
pernapasan menurun / cepat; peingkatan mucus.
- Sirkulasi : Hipertensi, peningkatan nadi.
4. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita (0-5
tahun) (Smeltzer,2000)
a. Pertumbuhan
Pertambahan BB 2 kg / tahun pada usia 21 bulan, kelihatan kurus,
tapi aktifitas motorik tinggi, system tubuh matang (berjalan dan
lompat), TB 6-7 cm / tahun, kesulitan makan, eliminasi mandiri,
kognitif berkembang, mmebutuhkan pengalaman belajar, inisiatif
dan mampu identifikasi identitas diri.
b. Perkembangan (Motorik, bahasa, kognitif)
Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar acak,
menjepit benda, melambaikan tangan, makan sendiri,
menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan warna,
menyebutkan warna benda, mengerti kata sifat, menirukan
berbagai bunyi kata, paham dengan arti larangan berespon terhadap
panggilan, menagis bial dimarahi, permintaan sederhana,
kecemasan perpisahan orang terdekat, mengenali semua anggota
keluarga.
20
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak :
tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemogragik.
b. .MRI (Magnetic Resenance Imaging )
Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
c. Rontgen Tengkorak
Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang
kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
6. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium )
Meliputi :
- Glukosa darah
- Kalsium fungsi ginjal dan hepar
- Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi
- Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
- Pemeriksaan serologi imunologi
-
2.2.1. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperwatan utama pasien dapat
meliputi yang berikut : (Doenges E. Marilynn,2002)
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas motorik
dan hilangnya kesadaran selama kejang
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan mucus, obstruksi lidah dan benda asin
21
3. Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan tekanan
intracranial
4. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolic
5. Konsep diri : Body image, harga diri berhubungan dengan
kehilangan control tubuh, reaksi negative dari lingkungan
terhadap penyakit
6. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya
informasi
7. Resiko kejang demam berulang berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh
2.2.2. Intervensi
Berdasarkan dianosa keperawatan diatas, maka dapat disusun perencanaan
asuhan keperawatan. Pada tahap ini akan ditetapkan tujuan kriteria hasil
dan rencana tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan.
(Doenges E. Marilynn,2002)
No
No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1
.
I Tujuan : Kline
terhindar dari
banyak fisik
Kriteria hasil :
- Klien tenang
4.
keluarga berbagai
stimulasi yang dapat
menjadi pencetus kejang
5.
pada penghalang
tempat tidur
6.
untuk / berikan
pelindungan pada
kepala
7.
1. Stimulasi seperti lampu
yang terang dapat
meningkatkan aktivitas
otak yang selanjutnya
meningkatkan resiko
terjadinya kejang
2. Mengurangi trauma saat
kejang terjadi selama klien
berada ditempat tidur
3. Penggunaan penutup
kepala dapat memberikan
22
dengan bahan mental
atau dapat suhu melalui
lubang telinga jika
perlu
8.
secara ketat jika klien
mengalami tanda-tanda
timbulnya fase
prodomal / aura
9.
dalam waktu beberapa
lama selama / setelah
kejang
10.
kesalah satu sisi /
lakukan penghisapan
pada jalan nafas sesuai
indikasi
11.
diatas daerah yang
empuk atau Bantu
meletakkan pada lanati
jika keluar dari tempat
tidur jangan lakukan
restrein.
12.
13.
indikasi
14.
elektrolit dan glukosa
perlindungan tambahan
4. Menurunkan resiko
klien mengigit dan
menghancurkan
thermometer atau
kemungkinan mengalami
trauma jika taiba-tiba
terjadi kejang
5. Pemahaman
kepentingan untuk
mempertimbangkan
tentang pentingnya
kebutuhan keamanan diri
sendiri
6. Meningkatkan
keamanan klien dan
menghindari terjadinya
trauma
7. Menurunkan resiko
terjadinya trauma mulut
tetpi tidak boleh dipaksa
karena kerusakan pada gigi
dan jaringan lunak dapat
terjadi
8. Menurunkan resiko
trauma fisik ketika klien
kehilangan control
terhadap otot volunteer
9. Mencatat keadaan
postikal dan waktu
penyembuhan pada
keadaan normal
10. Untuk mengoptimalkan
penekanan terhadap
aktivitas kejang dengan
dosis obat yang terendah
dan efek samping yang
minimal
23
11. Mengidentifikasikan factor
yang memperberat ./
menurunkan ambang
kejang
2 II Tujuan : Pola
nafas menjadi
efektif
Kriteria hasil :
- Pernafasan
normal ( 16-
20x/I)
1. Anjurkan agar
mengososngkan mulut
klien dari benda / zat
tertentu
2. Letakkan klien pada
posisi miring,
permukaan datar
miringkan kepala
selama kejang
3. Lepaskan pakaian pada
daerah leher dan
abdomen
4. Masukkan spatel lidah /
jalan nafas buatan atau
gulungkan benad lunak
sesuai indikasi
5. Lakukan penghisapan
sesuai indikasi
6. Berikan tambahan
oksigen / ventilasi
manual sesuai
kebutuhan pada fase
posiktal
7. Siapkan untuk / Bantu
melakukan intubasi jika
ada indikasi
1. Menurunkan resiko
aspirasi atau masuknya
sesuatu benda asing ke
faring
2. Meningkatkan aliran
secret, mencegah lidah
jatuh dan menyumbat jalan
nafas
3. Untuk memfasilitasi
usaha bernafas / ekspasi
dada
4. Untuk mencegah
tergigitnya lidah dan
memudahkan saat
melakukan penghisapan
lender
5. Menurunkan resiko
aspirasi atau
asfiksiasekunder terhadap
spasme vaskuler selama
serangan kejang
6. Dapat menurunkan
hipoksia serebral sebagai
akibat dari sirkulasi yang
menurun atau oksigen
7. Munculnya apnea yang
berkepanjangan pada fase
postikal membutuhkan
dukungan ventilator
mekanik
3 III Tujuan :
Gangguan
perfusi serebral
terati
1. Tentukan faktor yang
berhubungan dengan
keadaan / penyebab
khusus selama koma /
penurunan perfusi
1. Kerusakan/kemunduran
tanda/gejala neurologist
atau kegagalan
memperbaikinya setelah
fase awal memerlukan
24
Kriteria hasil :
-
kesaradan
membaik
-
stabil
-
peningkatan
TIK
-
serebral dan potensial
terjadinya peningkatan
TIK
2. Pantau status
neurologist sesering
mungkin dan
bandingkan dengan
keadaan normal
3. Pantau tanda-tanda
vital
4. Evaluasi pupil, catat
ukuran, kesamaan,
bentuk dan reaksinya
terhadap cahaya
5. Letakkan kepala
dengan posisi agak
ditinggikan dan dalam
posisi anatomis
6. Pertahankan keadaan
tirah baring, cipatakan
lingkungan yang
tenang
7. Cegah terjadinya
mengdan saat defeksi
dan pernafasan yang
memaksa
8. Berikan oksigen sesuai
indikasi
9. Berikan obat sesuai
dengan indikasi
tindakan pembedahan
2. Mengetahui
kecenderungan tingkat
kesadaran dan potensial
pneningkatan TIK dan
mengetahu lokasi, luas dan
kemajuan/ resolusi
kerusakan SSP
3. Variasi mungkin terjadi
oleh karena tekanan /
trauma serebral pada
daerah vasomotor otak
4. Gangguan penglihatan
yang spesifik
mencerminkan daerah otak
yang terkena,
mengindikasikan kemanan
yang harus mendapat
perhatian dan
mempengaruhi intervensi
yang akan dilakukan
5. Menurunkan tekanan
arteri dengan
meningkatkan dramas dan
meningkatkan sirkulasi /
perfusi
6. Aktivitas / stimulasi yang
kontiniu dapat
meningkatkan TIK istirahat
total dan ketanangan
mungkin diperlukan untuk
pencehana terhadap
pendarahan dalam kasus
stroke
7. Mnauver valsava dapat
meningkatkan TIK dan
memperbesar resiko
terjadinya pendarahan
25
8. Menurunkan hipoksia
yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat/
terbentuknya edema
9. Dapat digunakan untuk
mengontrol kejang dan atau
untuk aktivitas sedatif
4 IV Tujuan : Suhu
tubuh kembali
normal
Kriteria hasil :
-
gelisah
-
istirahat
1. Monitor suhu tubuh
klien
2. Monitor tanda-tanda
vital klien
3. Lakukan kompres
dengan air hangat jika
temperature > 38 derajat
celcius
4. Cegah penggunaan
pakaian yang tebal dan
terlalu ketat
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat sesuai indikasi
1. Mengawasi keadaan yang
dapat menimbulkan
komplikasi
2. Kekurangan cairan
meningkatkan frekuensi
jantung, menurunkan TD dan
mengurangi volume nadi
3. Meningkatkan rasa nyaman
dengan menurunkan
vasodilatasi
4. Meningkatkan rasa nyaman
klien
5. Untuk mengoptimalkan
terhadap proses metabolic
dengan dosis obat yang
terendah dan dengan efek
samping yang minimal
5 V Tujuan : tidak
terjadinya
gangguan harga
diri
Kriteria hasil :
-
dalam
perubahan
gaya hidup
-
1. Anjurkan klien untuk
mengekspresikan
perasaanya
2. Anjurkan pada klien
untuk tidak
merahasiakan
masalahnya
3. Hindari pemberian
perlindungan yang
berlebihan pada klien,
anjurkan aktivitas
1. adanya keluhan merasa takut,
marah dan sangat
memperhatikan implikasinya
dimasa yang akan datang
dapat
2. Pengawasan perlu diberikan
pada beberapa aktivitas yang
berat
3. Pengawasan perlu diberikan
beberapa ativitas yang berat
4. Ansietas dari orang terdekat akan dirasakan oleh klien dan dapat meningkatkan persepsi negative terhadap diri sendiri / lingkungan
26
dengan memberikan
pengawasan / dengan
memantau jika ada
indikasi
4. Tekankan pentingnya
orang terdekat untuk
tetap dalam keadaan
tenang selama kejang
6 VI Tujuan : klien /
keluarga
mengerti kondisi
kesehatan
sekarang
Kriteria Hasil :
- Orang tua /
keluarga tidak
gelisah
1. Jelaskan mengenai
penyakit dan perlunya
pengobatan /
penanganan penyakit
sesuai indikasi
2. Berikan informasi
tentang penyebab /
timbulnya proses
penyakit pada klien /
keluarga
3. Berikan petunjuk yang
jelas pada klien untuk
minum obat bersamaan
dengan waktu makan
jika memungkinkan
4. Diskusikan mengenai
efek samping secara
khusus seperti
mengantuk, heperaktif,
gangguan tidur, mual /
muntah
5. Tekankan perlunya
untuk melakukan
evaluasi yang teratur /
melakukan pemeriksaan
laboratorium yang
teratur sesaui indikasi
6. Bicarakan kembali
kemungkinan efek dari
perubahan homone
1. Memberikan kesempatan
untuk mengklarifikasikan
kesalahan persepsi dan
keadaan penyakit yang ada
seabagi sesuatu yang dapat
ditangani dalam cara hidup
yang normal
2. Memberikan kemudahan
untuk mengidentifikasi
terjangkitnya penyakit
3. Dapat menurunkan iritasi
lambung
4. Dapat mengindikasikan
kebutuhan akan perubahan
dalam dosis / obat pilihan
yang lain.
5. Kebutuhan terapeutik dapat
berubah dan atau efek
samping obat yang serius
dapat terjadi
6. Ganggaun kadar hormonal
yang terjadi selama
kehamilan dapat
meningkatkan resiko kejang
7. Meningkatkan perasan sehat
dan mneingkatkan
kemampuan koping yang
baik
8. Menurunkan resiko infeksi
mulut dan hyperplasia dari
gusi
27
7. Diskusikan manfaat
kesehatan umum yang
baik seperti diit yang
adekuat
8. Tinjau kembali
pentingnya kebersihan
mulut dan perawatan gigi
yang teratur
7
.
VII Tujuanm : tidak
terjadi demam
kejang berulang
Kh : suhu tubuh
dalam batas
normal
1. Pantai tanda-tanda vital
2. Lakukan kompres
hangat
3. Anjurkan klien banyak
minum ±2000-2500
ml/hari
4. Berikan obat sesuai
indikasi dokter
1. Untuk
mengetahui perubahan suhu
tubuh
2. Untuk
menurunka panas
3. Untuk
mengganti cairan yang hilang
4. Untuk
mempercepat penyembuhan
klien
2.2.3. Implementasi
Implimentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keparawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
Implementasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan dapat
diterima oleh klien itu sendiri dan keluarga klien
Jenis tindakan pada implimentasi ini terdiri dari tindakan :
- Independent
- Dependent
- Interdependent
28
2.2.4. Evaluasi
Keefektifan intervensi keparawatan pada anak dengan kejang dapat
dilakukan dengan pengkajian secara terus menerus dan evaluasi terhadap
asuhan yang dapat di observasi :
1. Anak dan keluarga memahami tanda dan tingkah laku yang
menyebakan kejang
2. Mengkaji lingkungan / situasi yang dapat membahayakan anak saat
kejang
3. Keluarga mampu melakukan manajemen perawatan anak-anak
selama kejang
4. Anak dan keluarga memahami tentang tearpi pengobatan dan bisa
mengidentifikasi faktor-faktor akibat pengobatan
5. Keluarga merasa tenang dan mengerti tentang kondisi anaknya
6. Anak merasakan bahagia, memahami tentang kesehatannya dan
tetap berinteraksi dengan teman-teman
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. DATA DASAR
1. Identitas klien
- Nama : An. A
- Umur : 21 bulan
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Agama : islam
- Alamat : tengah sawah, bukittinggi
- Suku bangsa : Minang
- Tanggal masuk : 3 Agustus 2010 / jam 23.30
- Tanggal didata : 5 Agustus 2010 / jam 09:15
- No MR : 018620
- Diagnosa Medis : Demam Kejang ( 5 Agustus 2010
2. Penanggung Jawab
- Nama Ayah / Umur : Tn. B / 30 tahun
- Nama Ibu / Umur : Ny. C / 25 Tahun
- Pekerjaan Ayah : Pedagang
- Pekerjaan Ibu : IRT
- Pendidikan Ayah : SMU
30
- Pendidikan Ib : SMA
- Alamat : Bukittinggi
3.1.2. Alasan Masuk
Klien Masuk UGD RSI Ibnu Sina Bukittinggi diantar oleh orang
tuanya dalam keadaan sadar. Orang tua mengatakan An. A kejang
sebelum dibawa sakit .Pada saat pengkajian pada tanggal 5 Agustus
2010 orang tua mengatakan An. A demam (S : 38o C), An. A tampak
lemah dan letih, kepala sakit dan batuk kering
3.1..3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua mengatakan An. A demam 24 jam sebelum terjadinya
kejang dan saat kejang keluar buih dari mulut An. A orang tua
mengatakan lam kejang ± 10 menit, kemudian An. A dibawa
kerumah mantari dan orang tua mengatakan anak hanya digosokkan
alcohol diseluruh tubuhnya serta didekatkan kehidung An. A. setelah
itu An. A dibawa ke UGD RSI Ibnu Sina Bukittinggi dalam keadaan
sadar. Di UGD klien kejang 2 x, tapi tidak kelaur buih dari mulut dan
tadi pagi (5 agustus 2010) klien kejang lagi, sekrang klien masih
demam dengan suhu tubuh 38o C, an. A tampak lemah dan letih,
mencret dank lien terpasang infuse KA EN IB (11 tts/i) ( suhu
normal anak 360C- 37,50C
3.1.4. Riwayat Kesehatan Dahulu
31
Klien pernah di rawat dengan penyakit yang sama dengan 4 bulan
yang lalu.
Riwayat kehamilan :
Pre natal : Selama kehamilan ibu tidak pernah mengkonsumsi obat
sembarangan, ibu klien hanya mengkonsumsi obat yang
di berikan bidan ataupun dokter. Masa hamil ibu
mengalami mual dan muntah pada usia kehamilan 6
bulan.
Intra natal : Melahirkan di Bidan BB.2,6 kg PB 56 cm
Post natal : Bayi mendapatkan ASI selama 2 tahun, Bayi tidak
ikterik
3.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga
An. A tinggal bersama kedua orangtuanya. Orang tua mengatakan mereka
tinggal dirumah sendiri dan rumah mereka berada didepan jalan raya.
Didalam keluarga tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
yang sama dengan An. A
3.1.5 Riwayat Sosial
An. A diasuh oleh kedua orang tuanya, dimana An. A sangat dekat dengan
kedua orang tuanya
32
3.1.6. Kebutuhan Dasar
Pola kebiasaan sehri-hari Sebelum di rawat
Saat di rawat
a. Pola Nutrisi
Frekuensi makan
Diet
Nafsu makan
Alasan : mual / mual
Intake cairan
Berat badan
b. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi
Waktu
Warna
Konsistensi
Keluhan
BAK
Frekuensi
Warna
Keluhan
3x / hari
Makanan biasa
Baik
Tidak ada
3-4 gelas / hari
11 kg
1 – 2 x / hari
Pagi dan sore
Kuning
Lunak
Tidak ada
2 – 4 x / hari
Khas warna urine
3x / hari ½ porsi
Makanan lunak
Menurun
Muntah 5-6 kali/ hari
3-4 gelas / hari
11 kg
4-5 kali
Sering
Kuning
Encer
Tidak ada
2 - 3 X / hari
Khas warna urine tidak ada
Malam sering terbangun
3 jam + 8 jam
33
c. Pola istirahat dan tidur
Waktu
Lama
d. Mandi
Frekuensi
Tidak ada
Siang dan malam
1 jam + 9 jam
1 – 2 x / hari
1 x /
ha
ri
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat kesadaran : composmentis
2. Kemampuan motorik :
- An. A kelihatan lemah dan lelah
- An. A hanya tidur
3. An. A tidak sulit untuk bicara
4. Sensori
- An. A tampak gelisah dan rewel
- Tidak ada gangguan sensori pendengaran dan penglihatan
5. Kepala :
- Kulit kelihatan bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus berwarna hitam
6. Wajah
- Perubahan warna : tidak sianosis
- Bibir tidak ada stomatitis
- Mukosa bibir kering
7. Mata
- Konjungtiva sub anemis
- Mata Simetris kiri dan kanan
34
8. Telinga
- Tidak ada secret
- Bersih
- Tidak ada gangguan pendengaran
9. Hidung
- Ada secret
10. Dada
- Simetris kiri dan kanan
- Tidak ada bunyi wising
11. Abdomen
- Perut kembung
- Bising usus ( + ) 5-8 kali/menit
12. Genitalia
- tidak ada luka dan lecet
13. ekstremitas
- Tangan kiri terpasang infuse KA EN IB 11 tts / i
14 anda-tanda vital
- Suhu : 38 o C
- Nadi : 110 x i
- Pernafasan : 30 x / i
35
3.1.7 Keadaan Kesehatan Saat Ini
1. Dx. Medis : Demam kejang
- Status nutrisi : Normal dengan BB 11 kg
- Status cairan : Cairan parental
- Aktifitas : An. A hanya beraktifitas dan bermain ditempat
tidur
2. Hasil Labolatorium ( 5 Agustus 2010 )
- Darah : 7900/mm3 ( Normal 5000-10000 mm3)
- Eritrosit : 4570000 mm3( Normal 4 juta-5 juta)
- Hemoglobin : 11 g/dl (Normal 11-15 g/dl)
- Haematokrit : 31,1 % ( Normal 35-48 % )
3. Terapi Obat :
a. Terapi oral ( puyer ) :
Sanmol 125 mg 4 x 1
Diazepam 1,25 mg 4 x 1
Vantolin ¼ 3 x 1
GG ¼ 3 x 1
Mucera ¼ 3 x 1
b. Terapi parental
KA EN IB – 11 tts / i
3.1.8 Pemeriksaan Tingkat Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Kemandirian dalam bergaul
An. ABermain dengan teman sebaya dan orang tuanya
36
2. Motorik Halus
An. A dapat meniru gambar bujur sangakar dan dapat
menggunakan gunning
3. Motorik Kasar
An. A dapat mengendarai sepeda roda tiga, berdiri satu kaki
beberapa dan dapat melampar serta menangkap bola
4. Kognitif dan Bahasa
Mengatakan cerita yang berlebih-lebihan dan mengetahui 4
warna atau lebih.
3.2 ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan1 Do :
- S : 380C- N : 100x/menit- P : 30 x/ menit- Kulit anak terasa
kasar
Ds : - Ibu mengatakan
anak demam sejak semalam- Ibu mengatakan
badan anaknya terasa panas
Resiko demam kejang berulang
2 Do : An. A demam
(S:38o c) Bibir klien kering Turgor kulit kurang
DS Ibu mengatakan An.
A demam tinggi sejak semalam Ibu mengatakan
An.A kurang minum Muntah setiap
selesai makan
Kekurangan volume cairan tubuh
37
3Do : Orang tua
mengatakan tidak tau tentang penyakit demam kejang.
Orang tua kelihatan bingung
DS Orang tua
menanyakan apa yang menyebabkan anaknya kejang
Orang tua mennayakan apakah anaknya bisa kejang kembali
Orang tua menanyakan bagaimana cara agar anaknya tidak kembali kejang
Kurang pengetahuan
4Do : An. A Tampak letih
dan lemah Nafsu makan An.A
menurun Diit yang
disediakan tidak habis ½ porsi BB badan ( 11 kg ) Konjungtiva anemis Hemoglobin :
11g/dl
DS Ibu mengatakan An.
A nafsu makan An.A menurun Ibu An. A
mengatakan anaknya muntah setiap selesai makan
Ibu mengatakan makanan yang dihabiskan ¼ porsi
Ibu mengatakan anaka A muntah-muntah selesai makan
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko demam kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
38
2) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan peningkatan suhu
tubuh
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit klien
4) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan muntah
39
3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan / Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
a. Pantai tanda-tanda vital
b. Lakukan kompres hangat
c. Anjurkan klien banyak minum ±2000-
2500 ml/hari
d. Berikan obat sesuai indikasi dokter
a. Untuk mengetahui perubahan suhu tubuh
b. Untuk menurunka panas
c. Untuk mengganti cairan yang hilang
d. Untuk mempercepat penyembuhan klien
1 Resiko tinggi
kekurangan
cairan tubuh
b/d
peningkatan
suhu tubuh
Tujuan : Kekurangan
cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
i. TTV Klien
ii. Membran mukosa
lembab
a.Observasi tanda gejala kekurangan cairan
: turgor kulit kurang, membrane mukosa
kering, mata dan ubun-ubun cekung
b. Anjurkan
klien / keluarga untuk meningkatkan
intake cairan dan jelaskan tujuan
c. Ajarkan
pada orang tua cara perawatan demam
( demontrasikan dan jelaskan cara
kompres hangat)
d. Anjurkan
pada orang tua untuk memasangkan
a. mengetahui adanya kekurangan cairan
b. agar intake cairan terpenuhi
c. dengan mengajarkan perawatan ibu dapat
membantu proses perawatan anak
d. pakaian tipis dapat mengurangi terjadinya
panas yang berlebihan
e. untuk mengetahui perkembangan nutrisi anak
f. agar kebutuhan cairan terpenuhi
g. intake dan output seimbang
h. mempermudah proses tindakan keperawatan
40
pakaian yang tipis untuk anaknya.
e. Timbang
BB
f. Kontrol
pemberian cairan infuse
g. Mengontr
ol balance cairan
h. Libatkan
keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan
2 Kurang
pengetahuan
b/d kurang
informasi
tentang
penyakit klien
Tujuan : Klien / keluarga
mengerti dengan kondisi
sekarang
Kriteria hasil :
Orang tua tampak tidak
cemas / tenang
1. Bina hubungan yang baik dengan
orang tua klien
2. Berikan penjelasan tentang
keadaan anaknya
3. Berikan kesempatan orang tua
klien / keluarga untuk mengekpresikan
perasaanya
4. Berikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit anaknya
5. Libatkan orang tua dalam proses
1. Mempermudah dalam proses tindakan
keperawatan
2. Untuk mengurangi kecemasan keluarga
3. Mengetahui keluahan dan kecemasan yang
sedang dihapadi
4. Menambah pengetahuan ibu dan keluarga
5. Mempercepat proses penyembuhan
41
keperawatan
3. Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b / d
muntah
Tujuan : Nutrisi
seimbang
Kriteria hasil :
iii. Klien tidak lemah
dan letih
iv. Klien tidak mual
dan muntah
v. Diet yang
disediakan habis
1. Anjurkan orang tua untuk
memberikan anak makan dalam keadaan
hangat
2. Anjurkan orang tua untuk
memberikan anak makan porsi kecil tapi
sering
3. Kaji makan yang disukai klien
4. Monitor makan yang dihabiskan
setiap makan
5. Timbang BB Klien
6. Jelaskan pada orang tua pentingnya
nutrisi untuk pemulihan kesehatan
1. Mengurangi mual dan muntah
2. Menghindari terjadinya mual dan muntah
3. Menambah selera makan
4. Mengetahui kebutuhan nurtisi klien
5. Dengan menimbang berat badan perawat dapat
mengetahui perkembangan dan pertumbuhan
anak
6. Menambah pengetahuan ibu dan keluarga
42
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tanggal
No Dx Implementasi Evaluasi Para
f1 Kamis /
5
Agustus
2010
I 1. Memonitor TTV tubuh An.A
2. Melakukan dan mengajarkan orang
tua An.A cara kompres panas dan
menjelaskan tujuannya
3. Menganjurkan pada orang tua
untuk memasangkan anaknya pakain
yang tipis
4. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan
S.
- Orangtua mengatakan
anaknya masih demam
Orang tua mengatakan
ada melakukan kompres
hangat
O:
- an. A tampak lemah
- Bibir An.A kering
- Suhu 38 o C
- anak masih demam
A:
- Masalah belum teratasi
P :
- Intervensi dilanjutkan
1,2,3,4
II 1. membina hubungan yang baik
dengan orang tua klien
2. memberikan penjelasan tentang
demam kejang
3. Memberikan kesempatan orang
tua klien / keluarga untuk
mengekpresikan perasaanya
4. memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit anaknya
5. Melibatkan orang tua dalam proses
keperawatan
S.
- ibu mengatakan
mengerti dengan yang
dijelaskan
- Orang tua mengatakan
kecemasannya sudah
berkurang.
O : -ibu an. A tampak
mengerti
-Orang tua tampak
tenang
-ibu dapat menjawab
pertanyaan siswa
A :
Masalah teratasi,
intervensi dihentikan
III 1. mengnjurkan orang tua untuk
memberikan anak makan dalam
keadaan hangat
2. menganjurkan orang tua untuk
S.
- Ibu mengatakan
anaknya belum mau
43
memberikan anak makan porsi kecil
tapi sering
3. mengkaji makan yang disukai klien
4. memonitor makan yang dihabiskan
setiap makan
5. menimbang BB Klien
6. menjelaskan pada orang tua
pentingnya nutrisi untuk pemulihan
kesehatan
makan
- Orang tua mengataka
setengah porsi diit
habis
O.
- BB badan (11kg) Konjungtiva anemis Hemoglobin : 11g/dl
A:
- Masalah belum teratasi
- intervensi di lanjutkan
2 Juma’t /
6
Agustus
2010
I 1. Memonitor TTV tubuh An.A
2. Memotivasi orang tua An.A cara
kompres panas dan menjelaskan
tujuannya
3. Menganjurkan pada orang tua untuk
memasangkan anaknya pakain yang tipis
4. Melibatkan keluarga dalam pemberian
asuhan keperawatan
S.
- Ibu mengatakan AN. A
demam sudah
berkurang
- An.A dapat istirahat
O.
- (S;37,5o C, nadi 100 x /
I, pernafasan 28x/I
- AN. A tidak rewel
- Mukosa mulut lembab
- An. A masih tampak
lemah
A:
- Masalah sebagian
teratasi
P.
- Intervensi dilanjutkan
III 1. mengnjurkan orang tua untuk
memberikan anak makan dalam
keadaan hangat
2. menganjurkan orang tua untuk
memberikan anak makan porsi
kecil tapi sering
3. mengkaji makan yang disukai
klien
4. memonitor makan yang
S:
- Ibu mengatakan
anaknya sudah mau
makan
- ibu mengataka ¾ porsi
dihabiskan
O.
- BB badan (11,5 kg) Konjungtiva
anemis Makanan masih
44
dihabiskan setiap makan
5. menimbang BB Klien
6. menjelaskan pada orang tua
pentingnya nutrisi untuk
7. pemulihan kesehatan
brsisa seteang porsi
Anak A: - Masalah teratasi
P- Intervensi di
lanjutkan
3 Sabtu
7 Agust
2010
I 1. Memonitor TTV tubuh An.A
2. Melakukan dan mengajarkan orang tua
An.A cara kompres panas dan
menjelaskan tujuannya
3. Menganjurkan pada orang tua untuk
mempertahankan kompres hangat jika
suhu tinggi
4. Melibatkan keluarga dalam pemberian
asuhan keperawatan
S:
- Ibu mengatakan An .A
tidak demam lagi
O:
- Suhu : 37,5 o C
- Nadi : 100 x / i
- Pernafasan : 28 x / I
- An.A tampak mulai
bersemangat
- Mukosa mulut lembab
- BB : 11,10 Kg
A:
- Masalah setengah
teratasi
P:
- Intervensi lanjutkan
oleh pegawai ruangan
45
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Dalam pelaksanaan study asuhan keperawatan selama 3 hari berturut-
turut terhadap kasus demam kejang yang dimulai dari tanggal 5 Agustus – 7
agustus 2010 melalui proses keperawatan sebagai penyelesaian masalah yang
ditemukan. Selma melakukan study kasus penulis sudah mencoba melaksanakan
proses keperawatan dengan baik. Maka dalam pembahasan ini dapat diuraikan
sesuai dengan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap asuhan keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang klien. Dimana pengkajian dilakukan
dengan beberpa cara yaitu melalui wawancara, pemeriksaan fisik, observasi
dan dokumentasi. Pada pengkajian didapat data dasar, identitas klien, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan klien,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik dan data penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Diketahui bahwa klien kejang setelah demam dengan suhu >38 oC, klien
lemah dan letih, klien mencret. Hal ini disesuaikan dengan pengkajian
menurut teoritis bahwa demam kejang disebabkan oleh peningkatan suhu
tubuh >38 oC, klien akan lemah dan letih, inkontinensia baik urine maupun
fekal
46
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami kejang demam baru kali ini. Sebelumnya klien pernah
terjatuh dan kepala terbentur. Ini sesuai tioritis bahwa demam kejang dapat
dipengaruhi oleh herder sebagai factor intristik. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa klien menderita demam kejang dipengaruhi oleh factor lain yaitu
peningkatan suhu tubuh >38 oC dan adanya riwayat trauma
3. Femeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tingkat klien composmentis, tidak terdapat sianosis
pada klien, eksremitas tidak kaku. Sedangkan pada pemeriksaan secara
tioritis yaitu tingkat kesadaran klien bingung atau tidak ada respon,
sianosis, ekstremitas terjadi kelakuan. Hal ini disebabkan karena klien
sudah mendapatkan terapi dari tim medis dan sudah mendapatkan
keperawatan.
4. Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada An. A sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan pada usianya dan sesuai dengan
teoritis pada periode pertumbuhan dan perkembangan anak masa pra
sekolah (3-6 tahun)
4.2 Diagnosa Keperwatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan pada study kasus penulis berusaha
merumuskan diagnosa keperawatan menurut teoritis adalah :
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas
motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang
47
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan mucus, obstruksi lidah dan benda asing
3. Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan
tekanan intracranial
4. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolic
5. Ganggaun konsep diri : Body image, harga diri
berhubungan dengan kehilangan control tubuh, reaksi negative dari
lingkungan terhadap penyakit
6. Kurang pengetahuan behubungan dnegan kurangnya
informasi
Dari diagnosa keperawatan yang ada pada studi kepustakaan hanya satu yang
muncul diagnosa yang sama dari studi kasus dikerankan selama pengkajian
penulis tidak pernah menjumpai klien kejang dank lien telah mendapatkan
terapi dari tim medis.
Diagnosa-diagnosa yang muncul dalam studi kasus ini yaitu :
1. Resiko demam kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan peningkatan suhu
tubuh
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit klien
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan muntah
4.3. Implementasi
Salah satu bentuk implementasi keperawatan yang dilakukan yang sesuai
dengan intervensi cara perawatan teoritis adalah melakukan dan mengajarkan
48
serta menjelaskan cara perawatan anak demam yaitu cara kompres panas yang
terdapat pada diagnosa I. hal ini sesuai dengan intervensi keperawatan asuhan
keperawatan teoritis pada diagnosa 3 yaitu peningkatan suhu tubuh b/d satus
metabolic dimana intervensi keperawatannya :
5. Monitor suhu tubuh klien
6. Monitor tanda-tanda vital klien
7. Lakukan kompres dengan air hangat jika temperature >37,5oC
8. Cegah penggunaan pakaian yang tebal dan terlalu ketat
9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai
indikasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun. Salaam melaksanakan implementasi penulis tidak
menemukan kesulitan karena keluarga klien sangat kooperatif. Dan
implemntasi yang dilakukan dapat diterima oleh keluarga klien.
4.4.Evaluasi
Dari empat diagnosa yang dapat itegakkan selama study kasus hanya satu
diagnosa yang sama dengan diagnosa keperawatan menurut teoritis
dikarenakan klien dalam masa penyembuhan dan telah mendapatkan terapi
dari ti medis. Dan semua evaluasi dapat dicapai sesaui dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuh Keperawatan ini penulis sudah mampu untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa medisnya yaitu
demam kejang melalui proses:
5.1.1.Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, penulis dapat mengumpulkan data pada
klien dengan kejang demam yang dilakukan dengan wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan dokumentasi keperawatan. Sehingga
dengan pengkajian didapat data dasar berupa data demografi, riwayat
kesehatan sekarang, riawayat kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan
keluarga dan pemeriksaan fisik serta data penunjang
5.1.2.Diagnosa Keparawatan
Setelah pengumpulan data maka dapat ditemukan masalah-masalah
keperawatan melalui analisa data dengan diagnosa :
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan muntah
50
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi tentang
penyakit klien
Pada diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan terdapat 3 diagnosa
actual dan 1 diagnosa potensial
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dapat disusun rencana tindakan dengan prioritas
masalah yang bertujuan : keseimbangan cairan tubuh, demam berkurang,
napsu makan meningkat, tidak terjadi kejang berulang, kecemasan orang
tua berkurang.
2. Implementasi
Pada tahap ini merupakan realisasi mandiri dan kolaborasi dari
perencanaan yang sudah disusun.
3. Evaluasi
Pada tahap evaluasi dapat dinilai keberhasilan asuhan Keperawatan yang
sudah dijalankan. Pada umumnya tujuan tercapai sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Terlaksananya asuhan keperawatan ini tidak terlepas dari dukungan dari
tim medis, staf ruangan dan klien / keluarga klien.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil penerapan Asuhan keperawatan yang dilakukan maka
beberapa masukan yang dapat diberikan antara lain :
Klien dan keluarga
51
Kepada klien dan keluarga diharapkan mampu menjaga kesehatan serta
mempunyai keinginan untuk melaksanakan tindakan-tindakan dan
nasehat-nasuhat yang telah diberikan tenaga kesehatan demi kesehatan
klien agar tidak terjadi kejang berulang.
Tenaga Perawat
Dalam melakukan pengkajian pada klien / keluarga diharapkan perawat perlu
mempersiapkan diri dengan pengetahuan keterampilan dan komunikasi tereupetik.
Sehingga memudahkan dalam pengumpulan data
Agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya perencanaan
yang matang
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan adanya kerjasama yang
baik dengan klien, keluarag klien dan tim kesehatan lainnya
Institusi Pendidikan
Diharapkan study kasus ini dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga
kesehatan serta mengahsilkan tenaga kesehatan yang profesional
52
53
54