halaman judul ukhuwah menurut tafsir al-azharrepository.uinjambi.ac.id/2063/1/mohammad miqdad... ·...
TRANSCRIPT
-
HALAMAN JUDUL
UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHAR
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh:
MOHAMMAD MIQDAD BIN SULEHAN
NIM: IAT 301170012
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
-
ii
NOTA DINAS
-
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
-
iv
PENGESAHAN
-
v
MOTTO
ا ٱلُۡمۡؤِمُنونَّ إِۡخوَّةٞ ُمونَّ إِن َّمَّ ل َُّكۡم تُرۡحَّ َّ لَّعَّ ُقواْ ٱّلل َّ ۡيُكۡمۚۡ وَّٱت َّ وَّ خََّّۡينَّ أ ۡصلُِحواْ بَّ
َّ ٠١فَّأ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.” (QS, Al-Hujurāt: 10)1
1 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkenleema, 2010), 516
-
vi
PERSEMBAHAN
ِ ٱلر َِّنَٰمۡح ٱلر َِّحيمِ ِمۡسِب ٱّلل َّ
Segala puji dan syukur kepada Allah atas rahmat dan karunia-Nya penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini. Selawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad serta
keluarga dan sahabat Baginda. Saya persembahkan sebuah karya kecil ini kepada
orang yang sangat kucintai dan kusayangi
Mama dan Baba Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada
baba Sulehan Bin Kusni dan mama Hamidah Binti Md Aris yang telah
membesarkanku dengan penuh kasih sayang, segala pengorbanan, sokongan yang
tiada terhingga dan doa yang tidak putus-putus.
Kakak, Abang, Adik-adik dan Iparku Tercinta
Kupersembahkan ucapan terima kasih kepada adik-beradikku Fauzi Bin Sulehan,
Norhanan Binti Sulehan, Nurul Afifah Binti Sulehan, Nurulizzah Syakirah
Binti Sulehan, Nazrin Binti Fazri dan Fuad Bin Salekhan atas doa dan sokongan
moral maupun material.
Terima kasih atas segalanya.
-
vii
ABSTRAK
Penelitian ini di latarbelakangi oleh realitas yang memprihatinkan dan
memerlukan perhatian, yaitu ukhuwah berdasarkan firman Allah dalam surah Al-
Hujurat ayat 10. Ukhuwah mengajarkan kepada umat Islam untuk saling bantu-
membantu,saling menghargai dan tidak membedakan dengan yang lain. Umat
Islam satu dengan yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan dan saling
membutuhkan. Tidak boleh menyinggung maupun menyakiti hati orang lain.
Kewajiban saudara sesama Islam adalah menjawab salam memenuhi undangan
dan yang lainnya. Dengan ukhuwah Islam yang baik, umat Islam akan menjadi
insan yang beriman dan mulia di sisi Allah SWT.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian (tafsir
tematik) dengan pendekatan penelitian pustaka (library research), fokus
penelitiannya berdasarkan data-data dan informasi dengan bantuan berbagai macam
literatur yang ada di perpustakaan atau datanya diambil dari karya atau bahan-bahan
tertulis yang telah dipublikasikan, baik melalui media cetak maupun elektronik
seperti bahan pustaka karya Dr.Hamka.
Hasilnya penulis menemukan bahwa Tafsir Al-Azhar mengklasifikasikan
ukhuwah sebagai pokok hidup orang yang beriman, yaitu bersaudara, bahwasanya
kalau orang sudah sama-sama tumbuh Iman dalam hatinya, tidak mungkin mereka
akan bermusuhan. Diperingatkan kembali bahwasanya di antara dua golongan
orang yang beriman pastilah bersaudara. Tidak ada kepentingan diri sendiri yang
akan mereka pertahankan. Manakala metode penafsiran Tafsir Al-Azhar ini
menggunakan metode Tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Tahlili
adalah metode yang mufassirnya berupaya untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat
Al-Quran dari berbagai sisi dengan memperhatikan urutan ayat ayat Al-Quran
sebagaimana yang termaktub dalam mushaf. Akhirnya, penulis merekomendasikan
agar umat Islam mendalami dan memahami maksud ukhuwah dengan lebih
mendalam bukan sahaja tertumpu dalam Tafsir Al-Azhar tetapi secara keseluruhan
sama ada dalam Al-Quran maupun hadis. Tafsir Al-Azhar ini dapat membantu
memberi penerangan sedikit sebanyak mengenai persatuan umat Islam dan
memberi pencerahan kepada masyarakat tang apa yang dimaksudkan dengan
ukhuwah itu melalui penafsiran surah Al-Hujurat ini.
-
viii
KATA PENGANTAR
ِحيمِ ِن ٱلرَّ ۡحم َٰ بِۡسِم ٱللَِّه ٱلرَّ
َوَعلَى اَِلِه َوَصْحبِِه اْلَحْمُد ِللِه َربِِّ اْلعَالَِمْيَن َوالصَّالَةُ َوالسَّالَُم َعلَى أَْشَرِف اأْلَنْبِيَاِء َواْلُمْرَسِلْينَ
ا بَْعدُ أَْجَمِعْين أَمَّ
Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq dan hidayah ke jalan yang
benar. Hanya Engkaulah sebaik-baik pembimbing dan penolong. Selawat dan salam
atas junjungan Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabat Baginda, karena
dengan berkat dan rahmat-Nya judul “Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar” ini
dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai memenuhi
salah satu syarat untuk memperolehi Sarjana Strata Satu (S.I) Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama dalam Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, UIN Sulthan Thaha
Saifuddin,Jambi. Tidak lupa juga rasa terima kasih yang mendalam penulis ucapkan
kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Nilyati,
S.Ag., M.Fil.I selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan
meluangkan waktu dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Ermawati, MA, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas
Usuluddin dan Studi Agama yang telah banyak membimbing dari semester
awal hingga akhir.
3. Prof. Drs. H. A. Kadir Shobur, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akedemik
yang membimbing dari semester lima sampai semester delapan.
4. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama.
5. Bapak Dr.Masiyan, M.Ag, H.Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D, Dr. Pirhat
Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama.
6. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D, selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd, dan Ibu Dr.Hj Fadilah, M. Pd, selaku Wakil
Rektor II, dan III UIN STS Jambi
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Usuluddin dan Studi Agama Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
9. Para Karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
10. Para karyawan dan pegawai Perpustakaan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Perpustakaan Fakultas Usuluddin dan Studi
Agama maupun Perpustakaan Provinsi Jambi.
11. Sahabat-sahabat Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama Universitas Isla Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
12. Sahabat-sahabat dari Malaysia yang selalu memberikan kata-kata semangat.
13. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberi sokongan dan
inspirasi kepada penulis.
-
ix
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
NOTA DINAS ........................................................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... iii
PENGESAHAN..................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Permasalahan .................................................................. 2 C. Batasan Masalah ............................................................. 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................... 5 E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 5 F. Metode Penelitian ............................................................ 7 G. Sistematika Penulisan ...................................................... 9
BAB II BIOGRAFI HAMKA
A. Riwayat Hidup ................................................................ 11 B. Metode Penafsiran dan Corak ......................................... 19 C. Pemikiran Hamka .......................................................... 20
BAB III KONSEP UKHUWAH SECARA UMUM
A. Pengertian Ukhuwah ....................................................... 22 B. Hak-hak Persaudaraan .................................................... 24 C. Sebab Perusak Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar ......... 29 D. Klasifikasi Ayat Ukhuwah dari Segi Makkiyah dan Madaniyah 43
BAB IV UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHAR
A. Ayat-ayat Ukhuwah Dan Asbābun nuzūl ........................ 45 B. Munasabah Ayat-Ayat Ukhuwah ................................... 47 C. Penafsiran Ayat Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar ...... 50 D. Pandangan Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar ............... 56 E. Penafsiran Ayat Ukhuwah Menurut Mufassir Lain ......... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 70 B. Saran.............................................................................. 71
-
xi
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
LAMPIRAN
-
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ’ ا
ẓ ظ b ب
‘ ع t ت
gh غ th ث
f ف j ج
q ق ḥ ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dh ذ
n ن r ر
h ه z ز
w و s س
٬ ء sh ش
y ي ṣ ص
ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
َ ا a ا ā ِىا ī
وا á ا ى u ا aw
وا i اِ ū ىا ay
-
xiii
C. Tā’ Marbtūṭah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia
Ṣalāh صالة
Mir’āh مراة
2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وزارة التربية
Mir’āt al-zaman مراة الزمن
3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجنة
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda –beda satu sama
lain. Perbedaan tersebut bahkan dinyatakan didalam Al-Quran sebagai hukum yang
berlaku dalam kehidupan. Ada tujuan disebalik terciptanya perbedaan itu. Tujuan
itu adalah agar manusia dapat menjaga keharmonian hidup dan mencapai tujuan
bersama-sama.
Ketahuilah bahawasanya saling mencintai karena Allah Ta’ala dan
ukhuwah dalam agama-Nya termasuk ibadah yang paling utama. Ia adalah buah
dari akhlak yang baik dan kedua-duanya terpuji.2
Ukhuwah Islamiyyah biasanya diartikan sebagai ukhuwah yang bersifat
Islami atau yang diajarkan kepada umat Islam. Sesama umat Islam hendaknya
bantu-membantu tidak ada kedengkian dan hasad buruk sehingga menjadikan
ukhuwah Islam dekat karenanya. Dalam Al-Quran dan Hadits telah banyak
menyebutkan hak dan kewajiban antara sesama Islam, dan darinya dapat dirasakan
nikmat iman.
Perbedaan manusia mensyaratkan adanya persaudaraan bagi umat Islam.
Hal ini dimaksudkan agar pola kehidupan dapat berlangsung harmoni. Dalam Islam
terdapat ajaran yang menyatakan setiap muslim adalah bersaudara sehingga setiap
pihak bisa merasakan suka dan duka yang di alami sesamanya.
Di dalam Islam dianjurkan untuk menyambung hubungan ukhuwah sesama
muslim supaya tercipta hubungan yang baik. Ukhuwah merupakan hal yang umum,
ukhuwah yang timbul karena saling memperkuat ikatan-ikatan persaudaraan dan
sebagai faktor untuk mencapai kesejahteraan masyarakat islam. Allah Taala
berfirman:
2 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ringkasan IHYA’ Ulumiddin,
(Selangor Pustaka Al-Ehsan,2013), 187.
-
2
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat.”. (QS. Al-Hujurat: 10)3
Seorang muslim dituntut supaya bermuamalah antara saudara sesama
muslim dengan cara yang boleh melahirkan perhubungan hati. Allah melarang
melakukan hal-hal yang bisa memicu perpecahan hati dan diantara pemicu
keretakan hati yang paling utama adalah kezaliman, rasa tidak peduli, dustadan
merendahkan peribadi orang lain.
Maka kesimpulan daripada Surah al-Hujurat yang kita artikan Sūrah
“kamar-kamar” ini ialah menunjukkan budi dan kesopanan atau dalam bahasa yang
halus ialah “ETIKET” dalam pergaulan seorang Muslim dengan Rasul. Demikian
juga pergaulan seorang Muslim dengan sesama Muslim. Karena kehidupan muslim
ialah hubungan yang baik dalam memegang Hablum Minallah, tali dengan Allah
dan Hablum Minannas, tali dengan sesama manusia.4Allah Ta’ala berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran: 103)5
Berpegang teguh dimaksud dalam ayat ini adalah mengupayakan sekuat
tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan lainnya dengan tuntutan Allah SWT. Jika
ada yang lupa atau tergelincir maka, saling mengingatkan dengan cara bijaksana
3 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkenleema, 2010), 516 4 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Quran Al-Azhar, Jilid 9, 6807 5 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkenleema, 2010), 63
-
3
dan lemah lembut. Ketika Allah mengatakan “…dan janganlah kamu bercerai berai
dan ingatlah nikmat kamu Allah kepadamu…” bermaksud betapa buruk hidup di
zaman jahiliyah yang setiap hari harus bertengkar di mana mana dengan persoalan.
Lalu Allah mempersatukan hati kamu pada satu jalan dan arah yang sama,
dan menjadilah kamu karena nikmat Allah yaitu dengan agama Islam orang-orang
bersaudara. Hakikat ukhuwah dalam islam adalah saling memperhatikan, dalam arti
saling memahami , saling mengerti, saling membantu, dan membela terhadap
sesama Islam, karena adanya sahabat yang membantu dan membela saudaranya
yang diserang atau dianiaya oleh orang lain. Saling memperhatikan boleh jadi
karena adanya persamaanantara satu sama yang lain.
Bangunan tidak akan berdiri jika salah satu komponen nya rusak ataupun
tidak mencukupi ia menggambarkan betapa kukuhnya hubungan persaudaraan
sesama muslim. Umat Islam harus bersatu dan saling membantu karena ukhuwah
seiman lebih erat daripada ukhuwah sedarah. Itulah yang menjadi kekuatan umat
Islam, setiap muslim merasakan penderitaan saudara nya dan menghulurkan tangan
untuk membantu sebelum diminta.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim Rasullulah SAW bersabda :
ق ْيلٍ دَّث ن ا اللَّْيث ع ْن ع ْيٍر ح دَّث ن ا ي ْحي ى ْبن ب ك اٍب أ نَّ س ح ا ع ْن اْبِن ِشه اِلما
س ول اللَِّه ه أ نَّ ر ا أ ْخب ر م ْنه ِضي اللَّه ع ر ر ِه ْبن ع م ْبد اللَّ ه أ نَّ ع أ ْخب ر
ه َل ي ْسِلم ه و ْسِلِم َل ي ْظِلم و اْلم ْسِلم أ خ لَّم ق ال اْلم س ل ْيِه و لَّى اللَّه ع ص
ْن ك ان ِفي م ْسِلٍم و ْن م ج ع ْن ف رَّ م تِِه و اج ِة أ ِخيِه ك ان اللَّه فِي ح اج ح
ا ْسِلما ت ر م ْن س م ِة و ب اِت ي ْوِم اْلِقي ام ْنه ك ْرب ةا ِمْن ك ر ج اللَّه ع ك ْرب ةا ف رَّ
ةِ ه اللَّه ي ْوم اْلِقي ام س ت ر
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan
kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Salim
mengabarkannya bahwa 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma
mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak
menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang
membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.
Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah
menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari
-
4
qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan
menutup aibnya pada hari qiyamat"6
Ukhuwah mengajarkan kepada umat Islam untuk saling bantu-
membantu,saling menghargai dan tidak membedakan dengan yang lain. Umat
Islam satu dengan yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan dan saling
membutuhkan. Tidak boleh menyinggung maupun menyakiti hati orang lain.
Kewajiban saudara sesama Islam adalah menjawab salam memenuhi undangan
dan yang lainnya. Dengan ukhuwah Islam yang baik, umat Islam akan menjadi
insan yang beriman dan mulia di sisi Allah SWT.
Alasan penulisan judul adalah melihat dari kemajuan Negara pada masa
ini menjadikan umat Islam hidup sendiri dan mulai sombong dengan saudara
Islam yang lain dikarenakan hal yang kecil berlaku permusuhan antara mereka.
Oleh karena itu, penulis memilih penelitian ini menurut Tafsir Al-Azhar dengan
metode studi tokoh dari 4 ayat Al-Quran pada seorang penafsir yaitu Hamka
karena Tafsir Al-Azhar adalah antara karya-karya Hamka yang utama, terbesar
dan gemilang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, pokok masalah yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian adalah : Bagaimana ukhuwah dalam Al-
Quran menurut Tafsir Al-Azhar? Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan
dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana ukhuwah dalam Al-Quran menurut Tafsir Al-Azhar?
2. Apakah penyebab rusaknya ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar?
3. Apakah pandangan ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar?
C Batasan Masalah
Sehubungan dengan pendapat tentang ukhuwah sesama Islam, maka
batasan yang menjadi tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi
kesalahan fahaman dalam pembahasan, baik terhadap penulis sendiri maupun para
6 Dato’ Syeikh Muhammad Fuad Bin Kamaludin, Ringkasan Sahih Al-Bukhari,(Selangor:
Sofa Production Sdn Bhd, 2014) 589.
-
5
pembaca. Maka penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan
ukhuwah dalam Al-Quran menurut Tafsir Al-Azhar.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Begitu juga dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai
agar peroleh gambaran yang jelas dan tepat. Berdasarkan latar belakang,
permasalahan dan batasan yang dibahaskan, maka secara umum penelitian
diusahakan untuk mencapai bagi mengetahui diantaranya adalah :
1. Mengetahui maksud ukhuwah di dalam Al-Quran menurut Tafsir Al-Azhar.
2. Untuk mengetahui penyebab rusaknya ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar.
3. Ingin mengetahui pandangan Tafsir Al-Azhar tentang ukhuwah.
Dari rangkaian rumusan masalah, maka kegunaan dari penelitian ini
diharapkan bersifat teoritis dan juga praktis yaitu :
1. Secara umum diharapkan dapat memberi kesedaran dan menjadikan teladan
untuk ukhuwah sesama Islam semakin baik dan mengikut perintah Allah
SWT.
2. Untuk memberikan informasi tentang ukhuwah menurut perspektif Al-Quran.
3. Menjadi kontribusi keilmuan penulis terhadap UIN STS Jambi yang sedang
mengembangkan paradigma keilmuan yang berwawasan global dalam bentuk
Universitas Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis akan meneliti beberapa ayat Al-quran dan berbicara tentang
ukhuwah menurut perspektif Islam melalui penelitian pustaka (library research).
Terdapat banyak kitab tafsir yang telah ada sekarang sebagai rujukan kepada para
pengkaji yang memiliki hubungannya dalam bidang tafsir.
Berkaitan dengan tema penelitian skripsi, penulis telah melakukan
prapenelitian serangkaian tela’ah terhadap beberapa literatur, hal ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana penelitian dan kajian tentang ayat-ayat yang berkaitan
dengan ukhuwah menurut perspektif Al-Quran yang telah dilakukan. Diantara
tinjauan yang dilakukan adalah :
-
6
Skripsi yang berjudul “Persaudaraan Keagamaan dalam Katolik dan Islam”
karya Hayatin Nufus (NIM 1983214712) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004
yang mengkaji tentang pandangan ukhuwah menurut agama Katolik dan agama
Islam7.
Jurnal yang berjudul “Al-Ukhuwah Al-Ijtima’iyah wa Al-Insaniah: Kajian
terhadap Pluralisme Agama dan Kerjasama Kemanusiaan” karya Hamidah
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang yang
merumuskan didalam jurnalnya berkaitan pluralisme agama dan kerjasama
kemanusian. Paradigm kebebasan dan toleransi beragama dalam Islam
mengandungi ajaran tentang persamaan manusia.8
Jurnal yang berjudul “Konsep Persaudaraan Menurut Islam dan Budha”
karya Amalia Irfani yang menceritakan tentang konsep ukhuwah yang dibawa oleh
agama Islam dan budha yang mana keduanya membawa keharmonian dalam
ukhuwah.9
Jurnal seterusnya berjudul “Saling Mencintai dan Persaudaraan Sesama
Islam” yang disusun oleh Mahmud Muhammad al-Khazandar yang mana penyusun
menceritakan tentang hubungan antara cinta dan ukhuwah adalah hubungan yang
hebat dan larangan tentang sebagian berbuat jahat terhadap muslim.
Seterusnya jurnal yang berjudul “Makna Ukhuwah Islamiyyah” karya Nevi
Zuairina, jurnal yang menceritakan tentang maksud ukhuwah islamiyyah dan
konsep ukhuwah itu sendiri yang mana ukhuwah bukan sahaja dalam bentuk
ukhuwah tetapi ia juga saling tolong-menolong dan memberi jaminan sehingga
menimbulkan rasa aman.10
Menurut analisis kajian yang dijumpai ini penulis merasakan perlu lebih
mendalami kajian tentang ukhuwah menurut perspektif Al-Quran karena penulis
belum menemukan pembahasan tentang ukhuwah menurut perspektif tafsir Al-
Azhar dengan lebih terperinci dan pembahasannya tentang sebab yang menjadi
7 Hayatin Nufus, “Ukhuwah Keagamaan Dalam Katolik Dan Islam”. Tesis. (Jakarta:
Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), 8 Hamidah, “Al-Ukhuwah Al-Ijtima’iyah wa Al-Insaniah”, Vol. 21, No. 2 (2015), 321. 9 Amalia Irfani, “Konsep Ukhuwah Menurut Islam dan Budha” Jakarta. 10 Nevi Zuairina, “Makna Ukhuwah Islamiyah”, 5 Juni 2017.
-
7
perusak hubungan ukhuwah dalam Islam. Dalam penelitian ini, fokus pembahasan
terletak pada penafsiran Dr. Hamka tentang ayat-ayat ukhuwah menurut perspektif
Al-Quran dalam Kitab Tafsir Al-Azhar.
F Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian (tafsir
tematik) dengan pendekatan penelitian pustaka (library research) dengan
menggunakan :
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Yakni
penelitian yang fokus penelitiannya berdasarkan data-data dan informasi dengan
bantuan berbagai macam literatur yang ada di perpustakaan11 dan datanya diambil
dari buku ilmiah, jurnal, majalah, atau artikel yang berkaitan dengan pembahasan
yang terkait dengan judul ini.
2. Sumber Dan Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka karena itu sumber data dalam
penelitian ini adalah data-data literature, dokumentasi, atau berbagai sumber tertulis
lainnya seperti buku ilmiah, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi,
ataupun berbagai artikel.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini penulis
klasifikasikan dalam dua jenis, yaitu data primer dan data skunder. Data primer
merupakan literature yang secara langsung memiliki hubungan langsung dengan
topik perbahasan penelitian, berupa sumber-sumber yang langsung ditulis oleh Dr.
Hamka, yaitu kitab Tafsir Al-Azhar. Adapun data skunder berupa buku-buku
majalah, karya ilmiah, artikel, internet dan karya yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian.
Di dalam sumber-sumber tersebut penulis juga menyandarkan data hadits
dalam membangun penelitian ini, sehingga diharapkan relatif dapat di terima oleh
kalangan akademik dan kalangan umum.
11 Adib Sofia, Metode Penulisan Karya Ilmiah (Yogyakarta:Karyamedia,2012), 102.
-
8
3. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat penelitian ini adalah library research, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi yaitu dengan mencari dan
mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu melakukan
penulusuran pustaka dengan membaca, menela’ah dan menganalisa kemudian
mengkaji dan menelaah berbagai buku dan tulisan yang berkaitan dengan masalah
yang penulis bahas termasuk Al-Quran dan Hadits.
4. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif dalam studi tokoh dapat dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menemukan pola atau tema tertentu. Artinya, peneliti berusaha menangkap
karakteristik, pemikiran Hamka dengan cara menata dan melihatnya
berdasarkan dimensi suatu bidang keilmuan sehingga dapat ditemukan pola
atau tema tertentu.
b. Mencari hubungan logis antara pemikiran Hamka dalam berbagai bidang
sehingga dapat ditemukan alasan mengenai pemikiran tersebut. Di samping itu,
peneliti juga berupaya untuk menentukan arti di balik pemikiran tersebut,
berdasarkan kondisi social, ekonomi, dan politik yang mengintarinya.
c. Mengklasifikasikan dalam arti membuat pengelompokan pemikiran sang tokoh
sehingga dapat dikelompokkan ke dalam berbagai bidang.
d. Mencari generalisasi gagasan yang spesifik. Artinya, berdasarkan temuan-
temuan yang spesifik tentang Hamka, peneliti mungkin akan dapat
digenerallisasikan untuk tokoh-tokoh lain yang serupa.12
Selain itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
maudhu’i/tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu
tema tertentu, lalu mencari pandangan Al-Quran tentang tema tersebut dengan jalan
menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan
memahaminya ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam bentuk ayat yang
bersifat umum dikaitkan dengan yang khusus, yang Muthlaq digandengkan dengan
12 H. Arief Furchan dan H. Agus Maimun, STUDI TOKOH, Metode Penelitian Mengenai
Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 60.
-
9
hadist-hadist yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan
pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut tema yang dibahas itu. 13
Data juga dianalisis melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan cara
sebagai berikut:
a. Induktif yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus,
peristiwa yang kongkrit, kemudian dengan peristiwa tersebut ditarik
generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.
b. Deduktif yaitu secara mengambil keputusan (pengertian) yang bersifat khusus
dari kesimpulan yang bersifat umum. Kemudian dari yang bersifat khusus
tersebut dijadikan sebagai titik bayangan dalam mengetrapkan hal yang bersifat
lebih umum.
G Sistematika Penulisan
Untuk mensistematisasi penulisan dan menjawab pertanyaan dalam
penelitian ini, penelitian merujuk pada teknik penulisan yang disepakati pada
Fakultas Ushuluddin Uin STS Jambi. Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa
bab.
Bab I membahas tentang latar belakang masalah, permasalahan, batasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian
serta sistematika penulisan.
Bab II, penulis akan mendiskripsikan sosok Hamka dan kitab tafsirnya yaitu
Tafsir Al-Azhar. Pada bagian pertama akan dipaparkan tentang biografi Hamka,
kemudian dilanjutkan pada pembahasan mengenai gambaran umum tentang kitab
tafsir Al-Azhar yang meliputi nama tafsir, ringkasan tafsir Al-Azhar, corak dan
metode penafsiran, keistimewaan tafsir Al-Azhar serta sikap atau pendapat Hamka
terhadap Israiliyat serta sistematika penafsirannya. Sedangkan pada bagian
berikutnya akan dipaparkan mengenai beberapa penilaian ulama terhadap Hamka
dan sumber tafsir Hamka. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran lengkap
13 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, Dan Aturan yang Patut Anda
Ketahui Dalam Memahami Al-Quran, (Tangerang: Lantera Hati, 2013), 385.
-
10
dari pemikiran dan metode penafsiran Al-Azhar terhadap ayat-ayat ukhuwah
sesama Islam.
Bab III, berisi pengertian mengenai ukhuwah yang meliputi tentang definisi
ukhuwah secara etimologi dan terminology, dan pengertian ukhuwah menurut
Tafsir Al-Azhar. Ini dimaksudkan untuk melihat argument masing-masing tentang
perbedaan pendapat mengenai definisi kata ukhuwah. Kemudian dilanjutkan pada
pembahasan tentang sebab-sebab menjadi perusak hubungan ukhuwah menurut
Tafsir Al-Azhar dan membahaskan tentang hak-hak persaudaraan Islam. Klasifikasi
ayat ukhuwah dari segi makiyyah dan madaniyyah.
Bab IV,berisi ayat-ayat tentang ukhuwah yang terdapat pada beberapa
Sūrah di dalam Al-Quran dan menceritakan tentang asbābun nuzūl ayat Al-Quran
tersebut. Seterusnya membahas tentang penafsiran ayat ukhuwah menurut tafsir al-
azhar, pandangan Tafsir Al-Azhar tentang ukhuwah dan penafsiran ayat ukhuwah
menurut para mufassir yang lain.
Akhirnya bab V, merupakan penutup penelitian, berisikan bahasan tentang
kesimpulan akhir penelitian, saran-saran penulis tentang manfaat dan kekurangan
tentang ukhuwah bagi umat Islam, serta kata penutup yang akan mengakhiri
penelitian.
-
11
BAB II
BIOGRAFI TAFSIR AL-AZHAR DAN BUYA HAMKA
A. Riwayat Hidup
Buya Hamka atau nama aslinya Haji Abdul Malik Karim Amrullah lahir di
Sungai Batang, Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908 M./13
Muharram 1326 H yaitu pada hari Ahad , dari kalangan keluarga yang taat agama.
Ayahnya Haji Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rasul Bin Syekh
Muhammad Amarullah Bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah
seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, sedangkan ibunya
bernama Siti Shafiyah Tanjung Binti Haji Zakaria ia juga berasal dari keturunan
taat agama.14
Sejak kecil, beliau menerima dasar-dasar agama dan membaca Al-Quran
langsung dari ayahnya. Ketika usianya 6 tahun beliau dibawa ayahnya ke Padang
Panjang, dan kemudian beliau di masukkan ke sekolah desa selama 3 tahun karena
kenakalannya beliau dikeluarkan dari sekolah.15
Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan dan
mengembangkan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Ditempat itulah Hamka
mempelajari ilmu agama dan mendalami ilmu bahasa arab. Sumatera Thawalib
adalah sebuah sekolah dan perguruan tinggi yang mengusahakan dan memajukan
macam-macam pengetahuan berkaitan dengan Islam yang membawa kebaikan dan
kemajuan di dunia dan akhirat. Awalnya Sumatera Thawalib adalah sebuah
organisasi atau perkumpulan murid-murid atau pelajar mengaji di Surau Jembatan
Besi Padang Panjang dan surau Parabek Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun dalam
perkembangannya, Sumatera Thawalib langsung bergerak dalam bidang
pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perguruan yang mengubah pengajian
surau menjadi sekolah berkelas.
Secara formal, pendidikan yang ditempuh Hamka tidaklah tinggi. Pada usia
8-15 tahun, ia mulai belajar agama di sekolah Diniyyah School dan Sumatera
14 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES
Anggota IKAPI, 1985), Cet-3, hlm. 46. 15 Hamka, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 46
-
12
Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Diantara gurunya adalah Syekh Ibrahim
Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid, Sutan Marajo dan Zainuddin Labay el-
Yunusy. Keadaan Padang Panjang pada saat itu ramai dengan penuntut ilmu agama
Islam, di bawah pimpinan ayahnya sendiri. Pelaksanaan pendidikan waktu itu
masih bersifat tradisional dengan menggunakan sistem halaqah.4 Pada tahun 1916,
sistem klasikal baru diperkenalkan di Sumatera Thawalib Jembatan Besi. Hanya
saja, pada saat itu sistem klasikal yang diperkenalkan belum memiliki bangku,
meja, kapur dan papan tulis. Materi pendidikan masih berorientasi pada pengajian
kitab-kitab klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq, bayan, fiqh, dan yang sejenisnya.
Pendekatan pendidikan dilakukan dengan menekankan pada aspek hafalan. Pada
waktu itu, sistem hafalan merupakan cara yang paling efektif bagi pelaksanaan
pendidikan.16
Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan menulis huruf arab dan latin,
akan tetapi yang lebih diutamakan adalah mempelajari dengan membaca kitab-kitab
arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran sekolah agama rendah di Mesir.
Pendekatan pelaksanaan pendidikan tersebut tidak diiringi dengan belajar menulis
secara maksimal. Akibatnya banyak diantara teman-teman Hamka yang fasih
membaca kitab, akan tetapi tidak bisa menulis dengan baik. Meskipun tidak puas
dengan sistem pendidikan waktu itu, namun ia tetap mengikutinya dengan seksama.
Di antara metode yang digunakan guru-gurunya, hanya metode pendidikan yang
digunakan Engku Zainuddin Labay el-Yunusy yang menarik hatinya. Pendekatan
yang dilakukan Engku Zainuddin, bukan hanya mengajar (transfer of knowledge),
akan tetapi juga melakukan proses ’mendidik’ (transformation of value).
Melalui Diniyyah School Padang Panjang yang didirikannya, ia telah
memperkenalkan bentuk lembaga pendidikan Islam modern dengan menyusun
kurikulum pendidikan yang lebih sistematis, memperkenalkan sistem pendidikan
klasikal dengan menyediakan kursi dan bangku tempat duduk siswa, menggunakan
buku-buku di luar kitab standar, serta memberikan ilmu-ilmu umum seperti, bahasa,
matematika, sejarah dan ilmu bumi
16 Badiatul Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009).
53
-
13
Rajin membaca membuat Hamka semakin kurang puas dengan pelaksanaan
pendidikan yang ada. Kegelisahan intelektual yang dialaminya itu telah
menyebabkan ia berhasrat untuk merantau guna menambah wawasannya. Oleh
karnanya, di usia yang sangat muda Hamka sudah melalang buana. Tatkala usianya
masih 16 tahun, tapatnya pada tahun 1924, ia sudah meninggalkan Minangkabau
menuju Jawa, Yogyakarta. Ia tinggal bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah. Di
Yogyakarta Hamka mulai berkenalan dengan Serikat Islam (SI). Ide-ide pergerakan
ini banyak mempengaruhi pembentukan pemikiran Hamka tentang Islam sebagai
suatu yang hidup dan dinamis. Hamka mulai melihat perbedaan yang demikian
nyata antara Islam yang hidup di Minangkabau, yang terkesan statis, dengan Islam
yang hidup di Yogyakarta, yang bersifat dinamis. Di sinilah mulai berkembang
dinamika pemikiran keislaman Hamka. Perjalanan ilmiahnya dilanjutkan ke
Pekalongan, dan belajar dengan iparnya, AR. St. Mansur, seorang tokoh
Muhammadiyah.
Hamka banyak belajar tentang Islam dan juga politik. Di sini pula Hamka
mulai berkenalan dengan ide pembaruan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha yang berupaya mendobrak kebekuan umat. Rihlah Ilmiah
yang dilakukan Hamka ke pulau Pulau Jawa selama kurang lebih setahun ini sudah
cukup mewarnai wawasannya tentang dinamika dan universalitas Islam. Dengan
bekal tersebut, Hamka kembali pulang ke Maninjau (pada tahun 1925) dengan
membawa semangat baru tentang Islam. Ia kembali ke Sumatera Barat bersama AR.
St. Mansur.17 Di tempat tersebut, AR. St. Mansur menjadi mubaligh dan penyebar
Muhammadiyah, sejak saat itu Hamka menjadi pengiringnya dalam setiap kegiatan
kemuhammadiyahan. Dua tahun setelah kembalinya dari Jawa (1927), Hamka pergi
ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Kesempatan ibadah haji itu ia
manfaatkan untuk memperluas pergaulan dan bekerja. Selama enam bulan ia
bekerja di bidang percetakan di Mekkah. Sekembalinya dari Mekkah, ia tidak
langsung pulang ke Minangkabau, akan tetapi singgah di Medan untuk beberapa
waktu lamanya. Di Medan inilah peran Hamka sebagai intelektual mulai terbentuk.
17 M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensi dan Perilaku Politik Bangsa (Bandung:
Mizan, 1993). 201-202
-
14
Hal tersebut bisa diketahui dari kesaksian Rusydi Hamka, salah seorang puteranya.
Bagi Buya, Medan adalah sebuah kota yang penuh kenangan.18
Dari kota ini ia mulai melangkahkan kakinya menjadi seorang pengarang
yang melahirkan sejumlah novel dan buku-buku agama, falsafah, tasawuf, dan lain-
lain. Di sini pula ia memperoleh sukses sebagai wartawan dengan Pedoman
Masyarakat. Di Medan ia mendapat tawaran dari Haji Asbiran Ya’kub dan
Muhammad Rasami, bekas sekretaris Muhammdiyah Bengkalis untuk memimpin
majalah mingguan Pedoman Masyarakat. Meskipun mendapatkan banyak
rintangan dan kritikan, sampai tahun 1938 peredaran majalah ini berkembang cukup
pesat, bahkan oplahnya mencapai19
Hamka merupakan koresponden di banyak majalah dan seorang yang amat
produktif dalam berkarya. Hal ini sesuai dengan penilaian Andries Teew, seorang
guru besar Universitas Leiden dalam bukunya yang berjudul Modern Indonesian
Literature Menurutnya, sebagai pengarang, Hamka adalah penulis yang paling
banyak tulisannya, yaitu tulisan yang bernafaskan Islam berbentuk sastra.15 Untuk
menghargai jasa-jasanya dalam penyiaran Islam dengan bahasa Indonesia yang
indah itu, maka pada permulaan tahun 1959 Majelis Tinggi University al-Azhar
Kairo memberikan gelar Ustaziyah Fakhiriyah (Doctor Honoris Causa) kepada
Hamka. Sejak itu ia menyandang titel ”Dr” di pangkal namanya. Kemudian pada 6
Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas
Kebangsaan Malaysia pada bidang kesusastraan.20 Secara kronologis, karir Hamka
yang tersirat dalam perjalanan hidupnya adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1927 Hamka memulai karirnya sebagai guru Agama di Perkebunan
Medan dan guru Agama di Padang Panjang.
2. Pendiri sekolah Tabligh School, yang kemudian diganti namanya menjadi
Kulliyyatul Muballighin (1934-1935). Tujuan lembaga ini adalah menyiapkan
mubaligh yang sanggup melaksanakan dakwah dan menjadi khatib,
18 Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema
Islami, 2006), 62 19 Rusydi Hamka, Pribadi Dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983). 2 20 Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987). XIX
-
15
mempersiapkan guru sekolah menengah tingkat Tsanawiyyah, serta membentuk
kader-kader pimpinan Muhammadiyah danpimpinan masyarakat pada
umumnya.
3. Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947), Konstituante melalui
partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum (1955).
4. Koresponden pelbagai majalah, seperti Pelita Andalas (Medan), Seruan Islam
(Tanjung Pura), Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah (Yogyakarta),
Pemandangan dan Harian Merdeka (Jakarta).
5. Pembicara konggres Muhammadiyah ke 19 di Bukittinggi (1930) dan konggres
Muhammadiyah ke 20 (1931).
6. Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah (1934).
7. Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)
8. Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)
9. Menjabat anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat pada
pemerintahan Jepang (1944).
10. Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949).
11. Pendiri majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel oleh pemerintah
karna dengan tajam mengkritik konsep demikrasi terpimpin dan memaparkan
pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang telah dilakukan Soekarno. Majalah
ini diterbitkan kembali pada pemerintahan Soeharto.
12. Memenuhi undangan pemerintahan Amerika (1952), anggota komisi
kebudayaan di Muangthai (1953), menghadiri peringatan mangkatnya Budha
ke-2500 di Burma (1954), di lantik sebagai pengajar di Universitas Islam
Jakarta pada tahun 1957 hingga tahun 1958, di lantik menjadi Rektor perguruan
tinggi Islam dan Profesor Universitas Mustapa, Jakarta. menghadiri konferensi
Islam di Lahore (1958), menghadiri konferensi negara-negara Islam di Rabat
(1968), Muktamar Masjid di Makkah (1976), seminar tentang Islam dan
Peradapan di Kuala Lumpur, menghadiri peringatan 100 tahun Muhammad
Iqbal di Lahore, dan Konferensi ulama di Kairo (1977), Badan pertimbangan
kebudayaan kementerian PP dan K, Guru besar perguruan tinggi Islam di
Universitas Islam di Makassar.
13. Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim, Penasehat
Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTIQ.
-
16
14. Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian namanya diganti
oleh Rektor Universitas al-Azhar Mesir, Syaikh Mahmud Syaltut menjadi
Masjid Agung al-Azhar. Dalam perkembangannya, al-Azhar adalah pelopor
sistem pendidikan Islam modern yang punya cabang di berbagai kota dan daerah,
serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah modern berbasis Islam. Lewat
mimbarnya di al-Azhar, Hamka melancarkan kritik-kritiknya terhadap
demokrasi terpimpin yang sedang digalakkan oleh Soekarno Pasca Dekrit
Presiden tahun 1959. Karena dianggap berbahaya, Hamka pun dipenjarakan
Soekarno pada tahun 1964. Ia baru dibebaskan setelah Soekarno runtuh dan orde
baru lahir, tahun 1967. Tapi selama dipenjara itu, Hamka berhasil menyelesaikan
sebuah karya monumental, Tafsir Al-Azhar 30 juz.
15. Ketua MUI (1975-1981), Buya Hamka, dipilih secara aklamasi dan tidak ada
calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai ketua umum dewan pimpinan
MUI. Ia dipilih dalam suatu musyawarah, baik oleh ulama maupun pejabat.
Namun di tengah tugasnya, ia mundur dari jabatannya karna berseberangan
prinsip dengan pemerintah yang ada.21
Dua bulan setelah Hamka mengundurkan diri sebagai ketua umum MUI,
beliau masuk rumah sakit. Setelah kurang lebih satu minggu dirawat di Rumah
Sakit Pusat Pertamina, tepat pada tanggal 24 Juli 1981 ajal menjemputnya untuk
kembali menghadap ke hadirat-Nya dalam usia 73 tahun. Buya Hamka bukan saja
sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan budayawan, tapi juga seorang pemikir
pendidikan yang pemikirannya masih relevan dan dapat digunakan pada zaman
sekarang, itu semua dapat dilihat dari karya-karya peninggalan beliau.22
Karya-Karya buya Hamka. Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka
tidak hanya merefleksikan kemerdekaan melalui berbagai mimbar dalam cerama
agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karyanya berbentuk
tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi,
tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai
21 Rusydi Hamka, Hamka di Mata Hati Umat (Jakarta: Sinar Harapan, 1984). 55 22 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof Hamka (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1983). 230
-
17
penulis yang sangat produktif, Hamka menulis puluhan buku yang tidak kurang dari
103 buku. Beberapa di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut:
1. Tasawuf modern (1983), pada awalnya, karyanya ini merupakan kumpulan
artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakat antara tahun 1937-
1937. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel tersebut kemudian
dibukukan. Dalam karya monumentalnya ini, ia memaparkan pembahasannya
ke dalam XII bab. Buku ini diawali dengan penjelasan mengenai tasawuf.
2. Lembaga Budi (1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari XI bab.
Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab-sebab budi menjadi rusak,
penyakit budi, budi orang yang memegang pemerintahan, budi mulia yang
seyogyanya dimiliki oleh seorang raja (penguasa), budi pengusaha, budi
saudagar, budi pekerja, budi ilmuwan, tinjauan budi, dan percikan pengalaman.
secara tersirat, buku ini juga berisi tentang pemikiran Hamka terhadap
pendidikan Islam.
3. Tafsir Al-Azhar Juz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karyanya yang paling
monumental. Kitab ini mulai ditulis pada tahun 1962. Sebagian besar isi tafsir
ini diselesaikan di dalam penjara, yaitu ketika ia menjadi tahanan antara tahun
1964-1967.
4. Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan autobiografi
Hamka.
5. Studi Islam (1976), membicarakan tentang aspek politik dan kenegaraan Islam.
Pembicaraannya meliputi; syariat Islam, studi Islam, dan perbandingan antara
hak-hak azasi manusia deklarasi PBB dan Islam.
6. Revolusi pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi,
Negara Islam, Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman,
Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam Dan Demokrasi, Dilamun Ombak
Masyarakat, Menunggu Beduk Berbunyi.
7. Ayahku; Riwayat Hidup Dr. Haji Amarullah dan Perjuangan Kaum Agama di
Sumatera (1958). Buku ini berisi tentang kepribadian dan sepak terjang ayahnya,
Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rosul. Hamka melukiskan
perjuangan umat pada umumnya dan khususnya perjuangan ayahnya, yang oleh
-
18
Belanda diasingkan ke Sukabumi dan akhirnya meninggal dunia di Jakarta
tanggal 2 Juni 1945.23
8. Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan autobiografi
Hamka. 9. Islam dan Adat Minangkabau (1984). Buku ini merupakan
kritikannya terhadap adat dan mentalitas masyarakatnya yang dianggapnya tak
sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagai pendidik, Buya Hamka telah mampu menunjukan bukti
menyakinkan akan keberhasilannya. Walaupun tidak menjadi pendidik dalam arti
guru profesional, ia memancarkan secara keseluruhan sikap mendidik sepanjang
hidupnya, baik melalui mengajar langsung atau melalui tulisan-tulisannya. Salah
satu karyanya yang paling populer adalah Tafsir Al-Azhar, yang mana kitab ini
penulis jadikan objek penelitian di dalam skripsi ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kitab Tafsir Al-Azhar cetakan
PT. Pustaka Panjimas Jakarta tahun 1982. Kitab ini berjumlah 15 jilid disetiap
jilidnya terdapat 2 Juz dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Untuk lebih
jelasnya penulis memberikan penjelasan dari Hamka sendiri dalam pendahuluan
tafsirnya tentang petunjuk untuk pembaca.
Tafsir ini pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang disampaikan
pada kuliah subuh oleh Hamka di masjid al-Azhar yang terletak di Kebayoran Baru
sejak tahun 1959. Nama al-Azhar bagi masjid tersebut telah diberikan oleh Syeikh
Mahmud Shaltut, Rektor Universitas Al-Azhar semasa kunjungan beliau ke
Indonesia pada Desember 1960 dengan harapan supaya menjadi kampus al-Azhar
di Jakarta. Penamaan tafsir Hamka dengan nama Tafsir Al-Azhar berkaitan erat
dengan tempat lahirnya tafsir tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar. Terdapat
beberapa faktor yang mendorong Hamka untuk menghasilkan karya tafsir tersebut,
hal ini dinyatakan sendiri oleh Hamka dalam mukadimah kitab tafsirnya.
Buya Hamka dalam menyusun Tafsir al-Azhar beliau menggunakan tartib
usmani yaitu menafsirkan ayat secara runtut berdasarkan penyusunan mushaf
usmani. Keistimewaan yang didapatkan dari tafsir ini karena mengawali dengan
23 Mif Baihaqi, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan: Dari Abendanon Hingga Imam Zarkasyi
(Bandung: Nuansa, 2007). 62
-
19
pendahuluan yang berbicara banyak tentang ilmu-ilmu Alquran, seperti definisi
Alquran, Makkiyah dan Madaniyah, Nuzul Al-qur’an, Pembukuan Mushaf, I’jaz
dan lain-lain. Sebuah kemudahan yang didapatkan sebab Hamka menyusun tafsiran
ayat demi ayat dengan cara pengelompokan pokok bahasan sebagaimana tafsir
Sayyid Qutb dan atau al-Maragi. bahkan terkadang beliau memberikan judul
terhadap pokok bahasan yang hendak ditafsirkan dalam kelompok ayat tersebut.
B. Metode dan Corak Penafsiran
1. Metode penafsiran
Metode Penafsiran Tafsir Al-Azhar ini menggunakan metode Tahlili dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Tahlili adalah metode yang mufassirnya berupaya
untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai sisi dengan
memperhatikan urutan ayat ayat Al-Quran sebagaimana yang termaktub dalam
mushaf.24
Dalam mukaddimah Tafsir al-Azhar, Buya sempat membahas kekuatan dan
pengaruh karya-karya tafsir yang dirujuknya, seperti Tafsir Al-Razi, Al-Kasysyaf
karya al-Zamakhsyâri, Rûh Al-Ma’ani karya Al-Alusi, Al-Jami’ li Ahkam Al-
Quran karya Al-Qurthubi, Tafsîr Al-Maraghi, Al-Qasimi, Al-Khazin, Al-Thabari,
dan Al-Manar. HAMKA memelihara sebaik-baiknya hubungan di antara naql
dengan aql. Di antara riwâyah dengan dirâyah. Ia tidak hanya mengutip atau
memindah pendapat orang yang terdahulu, tetapi mempergunakan juga tinjauan dan
pengalaman sendiri.
2. Corak Penafsiran
Menurut penulis, corak yang mendominasi penafsiran Hamka adalah al-
adab al-ijtima’’i yang nampak terlihat dari latar belakang Hamka sebagai seorang
sastrawan dengan lahirnya novel-novel karya beliau sehingga beliau berupaya agar
menafsirkan ayat dengan bahasa yang dipahami semua golongan dan bukan hanya
ditingkat akademisi atau ulama, di samping itu beliau memberikan penjelasan
24 Dewi Murni, “Tafsir Al-Azhar Suatu Tinjauan Biorafis Dan Metodologis”, Jurnal
Syahadah, Vol. III, No. 2, (2015), 33
-
20
berdasarkan kondisi sosial yang sedang berlangsung (pemerintahan orde lama) dan
situasi politik kala itu.25
Aspek yang lain juga membuktikan bahwa dalam perkembangannya,
Hamka sendiri banyak merujuk pada tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh,
juga mengakui dirinya bahwa Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zilal Al-Qur’an
sangat banyak mempengaruhi Hamka dalam menulis Tafsir yang notabene bercorak
al-adab al-ijtima’i.
C. Pemikiran Hamka
Hamka tidak merumuskan pengertian pendidik secara utuh, namun
pandangannya mengenai hal ini dapat dilihat dari ia mengungkapkan pendapatnya
tentang tugas seorang pendidik, yaitu sosok yang membantu mempersiapkan dan
mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak
mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.26
Hal ini diinsafi dan dirasai oleh beberapa orang pemuka pendidikan bangsa
ini, sebagai Ki Hajar Dewantara, M. Syafei, Dr. Sutomo dan lain-lain. Dr. Sutomo
pernah menganjurkan supaya sistim pondok secara dahulu dihidupkan kembali.
Diadakan seorang pemimpin, pembimbing pendidikan; dalam hal ini penulis
menyebut pendidik untuk jangan sampai murid-murid itu hanya menjadi orang
pintar, tetapi tidak berguna untuk masyarakat bangsanya. Karna pendidikan adalah
untuk membentuk watak pribadi. Manusia yang telah lahir ke dunia ini supaya
menjadi orang yang berguna dalam masyarakatnya. Supaya dia tahu mana yang
baik dan mana yang buruk.27
Hamka juga menegaskan bahwa kewajiban ibu dan bapak mendidik anak
jangan diserahkan kepada gurunya di sekolah saja. Karena tempo yang dipakainya
di dalam sekolah, tidaklah sepanjang tempo yang dipakainya di rumah. Tiap-tiap
25 Dewi Murni, “Tafsir Al-Azhar Suatu Tinjauan Biorafis Dan Metodologis”, Jurnal
Syahadah, Vol. III, No. 2, (2015), 35 26 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 136 27 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1962), 224
-
21
anak mesti mendapat didikan dan pengajaran, yang akan diterimanya di sekolah
hanyalah ajaran, sedang didikan sebahagian besar di dapatnya di rumah.28
Menurut Hamka, anak-anak umur 7 tahun hendaklah disuruh sembahyang,
umur 10 tahun paksa supaya jangan ditinggalkannya, sembahyang di awal waktu
dengan segera, kalau dapat hendaklah dengan hati tunduk (thau’an). Kalau hati ragu
hendaklah paksa pula hati itu (karhan). Inilah yang bernama sugesti menurut ilmu
jiwa zaman sekarang. Mudah-mudahan lantaran tiap hari telah diadakan pengaruh
demikian, jalan itu akhirnya akan terbuka juga.29
Pendidikan agama ini amat perlu, walaupun pada sekolah-sekolah yang
tidak mengajarkan agama. Karena sebagaimana dikatakan tadi, pendidikan dan
pengajaran adalah hal yang berbeda. Hamka berpendapat, apa gunanya
bersembunyi, bahwasannya pada masa ini, pun banyak terdapat sekolah-sekolah
yang mengajarkan agama, tetapi tidak mendidikan agama. Maka keluar pulalah
anak-anak muda yang alim ulama, bahasa Arabnya seperti air yang mengalir, tetapi
budinya rendah. Sama sajalah harganya sekolah-sekolah semacam ini dengan
sekolah yang tidak mengajarkan dan mendidikan agama.
28 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1962), 178 29 Hamka, Falsafah Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), Cet-XI, 60
-
22
BAB III
KONSEP UKHUWAH SECARA UMUM
A. Pengertian Ukhuwah
Ukhuwah di sini adalah Ukhuwah Islamiyyah atau disebut dalam bahasa
Indonesia Persaudaraan sesama Islam adalah satu karunia cahaya dan nikmat
Ilahiyah yang dituangkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya yang ikhlas, para
wali pilihan dan orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya.30 Firman Allah S.W.T :
َِٰكن َّ وَّ لَّ وبِهِۡم وَّل َّۡفتَّ بَّيۡنَّ قُلُ
َّآ أ ِميٗعا م َّ ۡرِض جَّ
َّا فِي ٱلۡأ ۡقتَّ مَّ نفَّ
ََّّۡو أ وبِهِۡمۚۡ ل
ل َّفَّ بَّۡينَّ قُلَُّأ
ِكيٞم زِيٌز حَّ ُهۥ عَّفَّ بَّۡينَُّهۡمۚۡ إِن َّ
ل َََّّّ أ ٣٦ٱّلل َّ
“dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman).
Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan
hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal: 63)31
Secara bahasa Ukhuwah Islamiyah bermaksud Persaudaraan Islam. Adapun
secara istilah, Ukhuwah (أخوة ) dapat diartikan sebagai persaudaraan, terambil dari
akar kata yang awalnya berarti “memperhatikan”. Sehingga dari makna asal ini,
Ukhuwah memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian
semua pihak yang merasa bersaudara.32 Perasaan persaudaraan ini melahirkan
keutamaan dan keikhlasan serta melahirkan sikap positif seperti tolong menolong,
mengutamakan orang lain, pemaaf, pemurah.
Adapun maksud ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar adalah orang-orang
beriman itu pasti bersaudara, yang mana Allah menyuruh orang-orang beriman
berpegang teguh pada tali Allah dan bersatu padu. Allah melarang umat Islam yang
beriman bercerai-berai disini pentingnya berjamaah, berpegang pada tali Allah
sendiri-sendiri tidak ada faedahnya inin karena tidak ada rasa kemanisan dalam
ukhuwah.
30 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Persaudaraan Islam (Jakarta: Al-Ishlahy Press, 1985), 3 31 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010), 185 32 Abrar Azfar Al-Akram, “Konsep Ukhuwah Dalam Al Qur’an Studi Komparatif Antara
Kitab Tafsir Al-Lubab Dan The Message Of The Quran”, Skripsi (Salatiga: Program Strata Satu
IAIN Salatiga, 2018), 14.
-
23
Dalam Tafsir Al-Azhar menerangkan umat Islam yang sudah masuk ke
dalam syurga pasti Allah mencabut segala rasa dengki, benci, dengan, dan kesumat
dari dalam dada ini karena rahmat yang Allah karuniakan untuk hambanya yang
sentiasa menjaga tali ukhuwah sesama Islam. Allah memberi peringatan kepada
orang beriman kalau ada orang membawa berita buruk dari pihak sebelah kaum
muslimin hendaklah diselidiki terlebih dahulu dengan saksama, supaya jangan
sampai satu kaum ditimpa musibah hanya karena kejahilan kita. Itu adalah menjaga
jangan sampai timbul permusuhan dan kekacauan di antara dua golongan kaum
muslimin.
Oleh sebab itu, Ukhuwah Islamiyah adalah sifat yang menyatu dengan iman
dan taqwa. Tidak ada ukhuwah tanpa iman, dan tidak ada iman tanpa Ukhuwah.
Begitu juga tidak ada persahabatan tanpa taqwa, dan tidak ada taqwa tanpa
persahabatan.
Tidak diragukan lagi, jika Ukhuwah ini kosong dari iman, maka yang
menjadi ikatannya adalah kepentingan dan manfaat pribadi, kelompok atau
golongan. Hal ini jelas akan menghancurkan Ukhuwah itu sendiri,cepat atau lambat.
Sedangkan persahabatan, apabila lepas dari akarnya yaitu taqwa, maka dapat
dipastikan akan mewariskan permusuhan dan kebencian.
Jika seseorang yang mengaku beriman dan bertaqwa, sedangkan dia tidak
memiliki sifat ukhuwah dan persahabatan murni, berarti imannya masih setengah-
setengah dan taqwanya adalah palsu.
Orang yang kemanusiaannya terbentuk oleh iman dan taqwa, jika bertemu
dengan orang yang sejiwa, ia akan tumbuh rasa simpati sejak awal pertemuannya
dan merasa suka cita pada pertemuan pertama.
Tidak diragukan lagi bahwa kita berada di suatu zaman di mana nilai-nilai
ukhuwah yang dibina karena Allah semakin pudar. Orang-orang tidak saling
berhubungan melainkan karena pertimbangan materi sahaja. Mereka saling
mencintai dan membenci karena dunia. Tidaklah salah seorang dari mereka
mendekati yang lain dengan wajah yang manis kecuali karena ada maunya. Tatkala
kepentingan itu tidak tercapai, maka senyuman pun berubah menjadi raut masam.
-
24
Hal ini bukanlah termasuk dalam gaya hidup para Salafush Shalih. Sungguh,
mereka sangat jauh dari model hidup seperti ini.
Seorang muslim harus menyadari bahwa ukhuwah dan rasa cinta diantara
sesama kaum mukminin yang dilandasi karena Allah merupakan suatu nikmat yang
sangat agung dari Allah. Maka hendaknya senantiasa dijaga dan dipelihara. Yang
menjadikan hati-hati manusia bersatu dalam ibadah kepada Allah, sekaligus saling
mencintai, padahal mereka berasal dari berbagai penjuru dunia, hanyalah Allah
semata, dengan nikmat-Nya yang tiada bandingnya. Ini adalah nikmat yang
selayaknya seorang muslim bergembira dengannya.33
Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SAW. Bila umat
Islam melakukannya tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah
hidup dalam kebersamaan. Inilah kekuatan Islam, marilah kita mulai dari diri kita,
keluarga, masyarakat terdekat untuk menjalinkan persaudaraan Islam ini.
B. Hak-Hak Persaudaraan Islam
Hak persaudaraan dan persahabatan merupakan perkara agung yang
ditegaskan oleh banyak nash syar’i, baik dari Al-Quran maupun Sunnah. Menjaga
hal ini berarti menjaga salah satu bentuk ibadah. Sebaliknya, mengabaikannya
berarti meremehkan salah satu bentuk ibadah. Sebab hakikat ibadah adalah nama
yang mencakupi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Diantara hak-hak
yang dituntut dalam persaudaraan Islam ialah:
1. Mencintai Saudaranya Karena Allah
Seharusnya seorang mukmin tidak mencintai saudaranya kecuali karena
Allah, bukan karena kepentingan dunia. Jika persaudaraan dan persahabatan
dilandasi karena Allah, maka persahabatan tersebut akan kekal. Adapun jika
persahabatan karena kepentingan dunia, maka persahabatan tersebut akan pudar.34
33 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 3 34 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 15
-
25
Barangsiapa yang tertanam dalam hatinya hakikat ini, kemudian dia
menerapkannya yaitu ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, maka akan
tampak buah yang manis pada tindakan-tindakannya sesuai dengan kadar
keikhlasannya. Buah yang manis itu juga akan tampak pada hak-hak ukhuwah
lainnya sebagaimana yang dijelaskan buah yang manis dari hasil persahabatan
karena Allah adalah persahabatan itu akan kekal.
Seseorang itu harus mengkondisikan dirinya untuk tidak mencintai
seseorang melainkan karena Allah, sehingga membuahkan faedah yang sangat
besar dalam relasinya dengan saudaranya, dalam bermu’amalah, dalam menjaga
hak-hak saudaranya, dan dalam ibadah yang merupakan perkara yang paling agung.
2. Memberikan Bantuan Kepada Saudaranya
Kedudukan dan martabat manusia itu bertingkat-tingkat sebagian mereka
membantu sebagian yang lain. Orang yang berkemampuan membantu orang yang
kurang mampu. Begitu juga sebaliknya orang yang terpandang membantu orang
yang tidak terpandang. Demikianlah manusia, harkat dan martabat mereka
bertingkat-tingkat.35
Allah menjadikan keadaan demikian, sehingga ada diantara mereka yang
masih merendahkan yang lain. Menjadi sunnatullah bahwa manusia diciptakan
dengan berbagai ragam. Jika demikian, maka termasuk hak-hak ukhuwah seorang
mukmin harus berkorban membantu yang lain, hakikat persaudaraan
mengutamakan saudara daripada diri sendiri.
Allah berfirman:
إِ ارَّ وَّٱلۡ لَّا يَِّجُدونَّ فِي وَّٱل َِّذينَّ تَّبَّو َُّءو ٱلد َّ ۡيهِۡم وَّ
رَّ إِلَّ اجَّ ۡن هَّ ۡبلِِهۡم يُِحب ُونَّ مَّ َٰنَّ مِن قَّ يمَّۚۡ وَّمَّن يُوقَّ ةٞ اصَّ صَّ انَّ بِهِۡم خَّ
َّۡو كَّ ل نُفِسهِۡم وََّّلَّيَٰٓ أ ُيۡؤثُِرونَّ عَّ وتُواْ وَّ
ُآ أ ِم َّ ٗة م اجَّ ُصُدورِهِۡم حَّ
ئِكَّ ُهُم ٱلُۡمۡفلُِحونَّ َٰٓ ْولَُّ ٩ُشح َّ نَّۡفِسهِۦ فَّأ
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang
yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan
mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga
35 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 21
-
26
memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hashr: 9)36
Di antara hak-hak ukhuwah adalah mengorbankan harta untuk saudara yang
lain, ini merupan martabat yang tinggi. Ini merupakan perkara yang agung, yaitu
mengorbankan jiwa tanpa diminta terlebih dahulu. Dengan demikian kamu telah
membantunya karena mengorbankan harta akan lebih mempererat tali persaudaraan
antara sesama Islam.
3. Menjauhi Perdebatan dengan Saudaranya
Menjauhi perdebatan dengan saudara yang lain juga termasuk di dalam hak-
hak ukhuwah karena perdebatan yang tidak baik atau tidak memberi manfaat akan
memudarkan lagi rasa cinta dan akan menyebabkan rusaknya tali persaudaraan dan
menimbulkan rasa benci sesama sendiri.37
Seorang muslim wajib bersama saudara dan sahabatnya untuk menjauhi
perdebatan karena pemikiran setiap manusia itu berbeda-beda. Semakin luas
pandangan semakin luas pemikiran dan pengetahuan seseorang, maka ia akan
mengetahui pandangan terhadap sebagian permasalahan ternyata luas dan tidak
terbatas pada satu sisi sahaja.
Jika demikian, diskusi tidak berarti perdebatan. Jika tampak bahwa diskusi
mulai berubah menjadi perdebatan, maka hendaknya salah seorang menarik diri
daripada perdebatan tersebut, baik kebenaran itu ada padanya maupun dia, karena
itu meninggalkan perdebatan adalah perkara terpuji sekaligus merupakan hak
seorang muslim atas saudaranya.
4. Menjauhi Sifat Buruk Sangka
Berburuk sangka adalah tindakan tidak terpuji yang harus dihindari sebisa
mungkin, su’zhon adalah berprasangka buruk pada orang lain tanpa ada dasar yang
jelas. Haram hukumnya seseorang itu berprasangka buruk karena dapat merusak
36 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010), 546 37 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 62
-
27
tatanan hidup dalam keluarga, sahabat dan masyarakat. Ia juga merupakan sebab
terputusnya tali persaudaraan sesama Islam.38
Sebagai menjaga hak-hak persaudaraan Islam , seorang muslim wajib
menjauhi sifat buruk sangka terhadap saudaranya. Konsekuensi dari ukhuwah
adalah adanya kejujuran, kebaikan, dan ketaatan di antara dua orang yang
bersaudara. Hal ini merupakan hukum asal seorang muslim yang sentiasa taat
kepada Allah.
Jika muslim tersebut termasuk sahabat karib, maka ia memiliki dua hak, hak
umum dan hak khusus, yaitu jauhi sifat buruk sangka terhadapnya dan dia menjaga
dirimu dari buruk sangka, karena Allah melarang buruk sangka. Allah berfirman :
لَّ ُسواْ وَّ س َّ ِ إِثٞۡمۖٞ وَّ لَّا تَّجَّ ن ن ِ إِن َّ بَّۡعضَّ ٱلظ َّ
ِنَّ ٱلظ َّ ثِيٗرا م نُواْ ٱۡجتَّنُِبواْ كَّ امَّ ا ٱل َِّذينَّ ءَّ هَّ ي َُّأ َٰٓ ايَّ
ۡيٗتا ِخيهِ مََُّّكلَّ لَّۡحمَّ أ
ُۡكلَّ يَّأ
ۡن يَّأ
َُّدُكۡم أ حَّ
َّيُِحب ُ أ
َّۚۡ أ ۡغتَّب ب َّۡعُضُكم بَّۡعًضا يَّ
َّ تَّو َّاٞب ر َِّحيٞم ۚۡ إِن َّ ٱّلل َّ َّ ۚۡ وَّٱت َُّقواْ ٱّلل َّ رِۡهُتُموهُ ٠١فَّكَّ“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”(QS. Al-
Hujurat: 12)39
5. Memaafkan Kesalahan Suadaranya
Termasuk hak-hak persaudaraan adalah memaafkan saudara yang bersalah,
karena tidaklah ada dua orang saudara atau lebih kecuali pasti ada di antara mereka
yang berbuat kesalahan. Pasti salah satu melihat kesalahan yang lain,dan darinya
akan timbul luka karena mereka manusia, sedangkan manusia pasti berbuat
kesalahan.
Jika kesalahan menyangkut hakmu, maka hak ukhuwah yang pertama
adalah jangan diperbesarkan kesalahan tersebut, karena akan datang syaitan ia
menghasut anak adam supaya kesalahan itu menjadi besar, kemudian terputuslah
38 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 50 39 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010), 517
-
28
tali cinta dan tali persaudaraan yang sebelumnya terjalin. Hubungan itu akhirnya
terputus hanya karena dunia.40
6. Musyawarah Dalam Membuat Keputusan
Hendaknya dia antara sesama saudara terjadi musyawarah. Jaganlah salah
seorang dari kalian memutuskan sesuatu perkaranya sendiri, namun hendaknya
dimusyawarahkan. Allah telah memuji orang-orang beriman yang
bermusyawarah.41 Mohon kepada Allah agar menjadikan kita semua sebagai orang-
orang yang saling mencintai karena Allah, dalam firman-Nya:
َُٰهۡم زَّقۡنَّ ا رَّ ِمم َّ ىَٰ بَّۡينَُّهۡم وَّ ۡمرُُهۡم ُشورََّّأ لَّوَٰةَّ وَّ ْ ٱلص َّ قَّاُموا
َّأ ب ِِهۡم وَّ ْ لِرَّ ابُوا وَّٱل َِّذينَّ ٱۡستَّجَّ
٦٣ونَّ يُنفِقُ “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka,” (QS. Al-Shuura: 38).42
7. Gembira dengan Karunia yang Allah Berikan kepada Saudaranya
Gembira dengan karunia yang Allah berikan kepada saudaranya termasuk
hak-hak persaudaraan Islam. Allah telah membagi-bagi akhlak manusia,
sebagaimana Dia membagi rizki mereka. Allah memuliakan sebagian mereka di
atas sebagian yang lain, jika Allah memberikan pada salah seorang saudara karunia
dan kenikmatan, adalah kamu turut gembira dengan hal itu. Seolah-olah Allah juga
memberikan karunia itu kepadamu, karena hal ini menjauhkan rasa hasad dengki
terhadap saudaramu.
Barangsiapa yang tidak gembira dengan karunia yang Allah berikan kepada
saudaranya, maka mungkin ia hanya sekadar tidak turut gembira atau hal ini diiringi
dengan sifat hasad dengki. Ini merupakan perusak persaudaraan yang telah terjalin.
40 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 81 41 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media
Tarbiyah, 2006). 94 42 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010), 487
-
29
C. Sebab Perusak Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar
Di dalam Tafsir Al-Azhar banyak menceritakan tentang sebab-sebab yang
menjadi perusak ukhuwah atau perusak hubungan persaudaraan dalam Islam. Di
antara sebab rusak atau perpecahan ukhuwah adalah karena kesucian Kitab-kitab
Suci sudah dikotori oleh tulisan manusia, sehingga tidak dapat dibedakan lagi mana
yang wahyu dan mana yang tambahan pemuka agama.
Menurut Tafsir Al-Azhar dalam surat Al-Hujurat apabila sesuatu kaum
membawa berita buruk hendaklah diselidiki kebenaran berita itu agar tidak berlaku
salah faham yang boleh menyebabkan berlaku permusuhan diantara dua saudara
yang beriman. Di dalam ayat yang lain permusuhan dan berbenci-bencian adalah
sengketa yang sangat menghabiskan tenaga jiwa. Walaupun manusia hakikatnya
satu tetapi dalam dirinya terdapat rangsangan hawa nafsu yang membawa selisih.
Tafsir Al-Azhar menceritakan tentang Aus dan Khazraj mereka berkelahi
disebabkan merebut kebanggaan dan kemegahan duniawi yang tidak berarti.
Kebanggan kabilah juga menjadi faktor perusak ukhuwah yang wajib dihindari
supaya setiap manusia dapat merasakan kemanisan nikmat bersaudara. Dan selama
kita hidup di dunia ini dapatlah mencari teman, sahabat atau saudara yang karib
dalam menegakkan Iman dan Taqwa kepada Allah.
Allah menerangkan bahwa rasa benci telah dicabut dari dalam dada apabila
semua yang diberi rahmat oleh Allah telah berjumpa di dalam syurga , karena di
dalam syurga tidak ada perlombaan, tidak ada masa berebut pengaruh, yang ada
cuma persahabatan dan persaudaran.
Cinta saling mengasihi dan persaudaraan sesama muslim merupakan
perkara yang agung. Allah Ta’ala menjadikannya sebagai ciri utama orang-orang
beriman, baik ketika mereka di dunia ataupun di akhirat nanti. Persaudaraan yang
terjadi antara mukmin ini dihasilkan dari iman dan akidah yang mereka anut.
Dengan kata lain, persaudaraan tersebut diikat oleh kecintaan kepada Allah sebagai
tali pengikat yang paling kuat bagi suatu persaudaraan.
Persaudaraan sesama muslim merupakan persaudaraan yang paling tinggi
tingkatannya. Ia merupakan hubungan yang paling luhur yang pernah dijumpai oleh
manusia. Dari sisi lain, ikatan akidah yang mempertautkan persaudaraan ini
-
30
merupakan tali pengikat yang kuat melebihi ikatan nasab. Mengingat betapa
pentingnya ikatan persaudaraan antara mukmin ini, Allah telah menjanjikan pahala
yang besar serta menjadikan mereka sebagai orang-orang yang dikasihi-Nya. Ini
terbukti, di antara tujuh golongan yang mendapatkan naungan di hari tidak ada lagi
naungan kecuali naungan-Nya adalah “Dua orang yang mengasihi karena Allah,
berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
Dengan Al-Quran, persahabatan, arahan yang terus-menerus,
pendampingan insentif, teladan dari diri sendiri, kepedulian dan dengan praktek
keimanan secara nyata. Rasulullah mendidik para sahabatnya sehingga mereka
mampu menciptakan prestasi yang gemilang sepeninggalan beliau. Dengan
persaudaraan semacam ini, beliau telah berhasil mengokohkan bangunan
persaudaraan yang unsur-unsurnya saling menguatkan satu sama lain.
Berdasarkan semua hal tersebut, maka sebagai konsekuensinya kita
seharusnya tidak meremehkan terhadap hal-hal apa saja yang dapat merusak
persaudaraan atau persahabatan kita. Kita juga harus mengetahui dengan benar apa
saja hal-hal perusak itu agar kita semua dapat terhindarkan dari perpecahan.
Semoga Allah Ta’ala melanggengkan kasih sayang di antara kita dan
menjadikannya sebagai bekal bagi kita semua dalam menempuh bahtera kehidupan
dan menunaikan risalah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya
kepada-Nya kita berserah diri.
Di sini penulis ada menyebutkan berapa hal yang boleh menjadi perusak
hubungan persaudaraan dari segi pandangan lain dan yang perlu kita semua ketahui
agar kita semua dapat terhindarkan dari perpecahan.
1. Melanggar Syarak dengan Amal Saleh
Sejauh mana kita melihat saudara kita mampu menjaga diri dan bersikap
saleh, maka sejauh itulah hati kita tulus dan cinta kepadanya. Sejauh mana saudara
kita mampu menghembuskan aroma persahabatan, pentingnya taat kepada Allah
dan berdakwah di jalan-Nya, maka sejauh itulah kekuatan dan perasaan cinta kita
kepadanya akan terjaga.43
43 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun
Publishing, 2012). 10
-
31
Sebaliknya apabila suatu persahabatan terlewatkan tanpa zikir, ibadah,
saling menasihati, dan memningatkan akan akhirat serta saling memotivasi
melalukan dakwah, nescaya persaudaraan itu terasa lebih sempurna. Berikutnya
kerasnya hati dan rasa bosan akan menghampiri hubungan itu. Ketahuilah,
seringnya melakukan perbuatan tidak berguna, maka hal itu akan membuka pintu-
pintu kejahatan dan perselisihan.
Akibatnya datanglah dosa yang akan memisahkan dan meretas tali
persaudaraan hingga benar-benar putus. Jika kita menginginkan saudara muslim
yang mencintai dan menghormati kita, maka sebelumnya kita harus memperbaiki
hubungan kita dengan Allah Ta’ala, konsekuenlah terhadap perintah syarak dan
hindari segala bentuk kemaksiatan.
2. Pengabaian Etika Komunikasi
Masalah ini merupakan pintu masuk musuh umat Islam yang amat
luas unuk menceraiberaikan dan permusuhan antara saudara. Masalah ini
timbul karena dipicu oleh sebuah keyakinan bahwa kedekatan seseorang
dengan sahabatnya akan menghilangkan batas-batas etika, termasuk etika
berkomunikasi.44
Berikut adalah beberapa factor bagi putusnya tali persaudaraan
yang timbul akibat penyampingan etika komunikasi, yaitu ucapan tajam
dengansuara keras. Faktor ini yang membuatkan saudara kita merasa
tersinggung. Selain itu ia juga bertentangan dengan nilai umum etika
Islami, yang seharusnya seorang muslim terus menjaganya. Allah Ta’ala
berfirman:
ِميرِ وُۡت ٱلۡحَّ َِٰت لَّصَّ ۡصوََّّرَّ ٱلۡأ نكَّ
َّۚۡ إِن َّ أ ۡوتِكَّ ۡشيِكَّ وَّٱۡغُضۡض ِمن صَّ ٠٩وَّٱقِۡصۡد فِي مَّ
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)45
44 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun
Publishing, 2012). 25 45 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010), 412
-
32
Hendaknya seseorang berkomunikasi dengan saudaranya dengan lemah
lembut, perkataan yang baik, tidak menjatuhkan kehormatannya, tidak
membuatnya malu, atau berkata kotor. Bersikap acuh dan tidak interes. Sikap acuh
ini biasanya terjadi ketika saudara kita mengucapkan salam atau berbicara kepada
kita, dan kita tidak memperhatikan dan tidak memberikan penghormatan kepada
seseorang. Bahkan, sikap kita yang mengalihkan tema pembicaraan atau
menganggu bicaranya juga termasuk sikap yang membuat seseorang saudara
merasa teracuhkan.
3. Berhati Dingin
Tanpa rindu dan kelembutan hati persaudaraan terasa hambar. Tanpa itu
semua, persaudaraan akan terasa dingin, dan masing-masing hanya saling
membebani saudaranya. Emosional seperti inilah dalam tingkatannya yang paling
luhur, akan mendorong seseorang mahu berkorban untuk saudaranya. Bahkan, lebih
dari itu ia sangat senang melakukannya. Emosional yang timbul dari dorongan hati
dan akal dalam suatu ukhuwah menjadikan hidup serasa indah dan nikmat yang
hanya boleh dirasakan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya.46
Sebagian orang mengesampingkan emosional dan perasaan dalam ukhuwah
mereka. Menurut mereka, ukhuwah hanya sebatas memenuhi hak kewajiban sesuai
anjuran syarak. Dengan arti kata lain dalam membina suatu persaudaraan, perasaan
dan emosi tidak boleh ikut-ikutan. Yang penting hak dan kewajibannya telah
terpenuhi sudah cukup.
4. Bicara di Belakang
Allah Ta’ala berfirman:
يۡ آر ِهِۡم شَّ لَّيۡسَّ بِضَّ ُنواْ وَّ امَّ َِٰن لِيَّۡحُزنَّ ٱل َِّذينَّ ءَّ ۡيطَّ ا ٱلن َّۡجوَّىَٰ ِمنَّ ٱلش َّ ًا إِل َّا بِإِۡذِن إِن َّمَّ ِٔٔ ٱلُۡمۡؤمِنُونَّ
ّك َّ ِ فَّلۡيَّتَّوَّ لَّي ٱّلل َّ ِۚۡ وَّعَّ ٠١ٱّلل َّ“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar
orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedang (pembicaraan) itu tidaklah
memberi bencana sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Dan
46 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun
Publishing, 2012). 40
-
33
kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.” (QS. Al-
Mujadilah: 10)47
Hikmah meminta izin kepada orang ketiga barangkali untuk memastikan
bahwa ia merelakan pembicaraan rahasia yang dilakukan oleh kedua orang. Dalam
hal ini, keduanya tidak dibenarkan memaksa atau tanpa izin sahabatnya melakukan
pembicaraan rahasia dengan alasan malu, padahal ia tidak tidak diberi kesempatan
untuk menyatakan sikapnya atau belum tentu bahwa dirinya benar-benar rela.
Misalnya, salah satu antara mereka menarik tangab sahabatnya lalu membisikkan
sesuatu dengan cepat sambil berkata kepada sahabat ketiga, “maaf kami minta izin
dulu ya!”48
Seharusnya, meminta izin dilakukan sebelum pembicaraan rahasia tersebut
dilakukan dan sebelum mereka berdua kembali menemui sahabat yang ketiga. Ini
dilakukan agar masing-masing terhindar dari kesalahpahaman dan buat pihak ketiga
tersinggung atau berprasangka buruk. Bertakwalah kepada-Nya dan Insya Allah
pembicaraan itu tidak akan mendapat mudarat apa pun.
5. Keras Kepala
Sikap ini yang membuat seseorang merasa terpisahkan oleh dinding
pemisah. Ia merasa kesulitan untuk bersikap terbuka dalam setiap pembicaraan
dengan kita. Bahkan, ia akan menganggap orang itu sombong. Dari sinilah bibit-
bibit kebencian bersemi dalam hatinya. Akhirnya ia tidak sanggup melanjutkan tali
persaudaraan dengan kita. Maka dari itu, jangan sekali-kali mengeluarkan kata-kata
cenderung meremehkan karya saudara kita yang lain, menganggap rendah ide dan
sarannya. Sebaliknya, kita harus memberi sokongan menanggapi secara sopan dan
penuh lapang dada, apalagi jika sikapnya tidak terlalu berlebihan.49
Rasulullah saw sering didatangi oleh para sahabat dan istri-istri beliau untuk
memberikan ide dan saran dalam berbagai hal. Beliau mau menerima dan menuruti
saran merena dengan senang hati dan lapang dada meskipun berbentuk pernyataan
47 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010), 534 48 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun
Publishing, 2012). 71 49 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun
Publishing, 2012).74
-
34
keberatan, kritik atau sekadar pertanyaan. Ketika perang Uhud, sebagian besar
sahabat menyarankan agar mempertahankan Madinah dari luar kota. Rasulullah
saw, menerima saran tersebut, lalu beliau keluar kota menuju Uhud meskipun
beliau memiliki pendapat yang berbeda.
Jika peristiwa di atas merupakan contoh dari seorang Nabi dengan segala
keluhuran dan keistimewaannya di hadapan para sahabatnya, sudah tentu orang
biasa harus lebih santun dengan sahabatnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw
tetap bersikap rendah hati, siap dikritik, dinasihati dan sebagainya. Betapa besar
kesabaran Rasulullah saw dalam menghadapi berbagai bentuk perlakuan dan
pertanyaan yang bernada kasar.
Demikian sikap Rasulullah saw. Beliau sangat sabar terhadap perlakuan
orang-orang yang lebih rendah darinya. Di antara sikap buruk janganlah kita selalu
memperlakukan sahabat dalam posisi menerima, melayani, menuruti dan