habitat

24
PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN HEWAN VERTEBRATA PADA BERBAGAI HABITAT Oleh : Nama : Arida Fauziyah NIM : B1J010173 Rombongan : VII Kelompok : 2 Asisten : Lu’luk Fuadah LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

Upload: arida-fauziyah

Post on 24-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum taksonomi hewan

TRANSCRIPT

PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN HEWAN VERTEBRATA PADA BERBAGAI HABITAT

Oleh :

Nama: Arida FauziyahNIM: B1J010173

Rombongan: VIIKelompok: 2

Asisten: Luluk FuadahLAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2013I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKarakter ekologi merupakan karakter non struktural yang antara lain meliputi habitat, inang, kebiasaan makanan, variasi makanan, parasit maupun reaksi inang. Habitat adalah tempat hidup dari suatu organisme atau komunitas organisme. Habitat ada dua tipe, yaitu habitat daratan dan habitat air (akuatik), karena suatu organisme adakalanya membutuhkan beberapa macam habitat dalam siklus hidupnya, sehingga dikenal pula adanya habitat akuatik, semi-akuatik, daratan (terestial) dan aboreal. Habitat hewan avertebrata dan vertebrata dapat dikelompokan menjadi hewan akuatik, semi-akuatik, daratan (terestial) dan aboreal. Hewan akuatik lebih banyak berada di air untuk aktivitas hidupnya dan hewan semi akuatik lebih banyak berada di air dan di darat dengan perbandingan waktu yang seimbang. Hewan terestial lebih banyak di darat daripada di air, dan hewan aboreal lebih banyak di pepohonan untuk melakukan aktivitasnya (Mayr, 1982).Berdasarkan habitatnya, habitat hewan avertebrata dan vertebrata dapat dikelompokkan menjadi hewan akuatik, semi-akuatik, terestrial, dan aboreal. Hewan akuatik lebih banyak berada di air untuk aktivitas hidupnya dan hewan semi-akuatik berada di air dan di darat dengan perbandingan waktu seimbang. Hewan terestrial lebih banyak di darat daripada di air, dan hewan aboreal lebih banyak berada di pepohonan untuk melakukan aktivitasnya (Indarmawan, 2010).B. Tujuan

Tujuan praktikum acara pengenalan hewan avetebrata dan vertebrata pada berbagai habitat adalah

1. mengenali ciri-ciri yang tampak pada tubuh hewan avertebrata dan vertebrata yang hidup di habitat terestrial, semi-akuatik, akuatik, dan aboreal 2. mendeskripsikan ciri-ciri tempat hidup hewan avertebrata yang diamati.II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Materi yang diamati adalah hewan avertebrata dan vertebrata yang hidup di habitat terrestrial, semi-akuatik, akuatik dan aboreal yaitu Burung hantu (Tyto alba), Capung (Anax junius), Bekicot (Achatina fulica), Kalajengking (Heterometrus sp.), Keong emas (Pomaceae canaliculata), dan Ikan pari (Himantura sp). . Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, jarum preparat, buku gambar, alat tulis, dan kamera. B. Metode

1. Dipersiapkan preparat yang akan diamati, minimal 1 jenis hewan avertebrata dan avertebrata dari masing-masing habitat.

2. Tempat hidup hewan avertebrata dan vertebrata yang diperoleh dikenali dan dicatat.3. Hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki diamati, digambar dan beri keterangan tempat hidupnya.

4. Gambar diberi keterangan sesuai dengan penjelasan asisten.

5. Data yang didapatkan didokumentasikan untuk digunakan pada waktu penyusunan laporan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Pengamatan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan habitatnya

NoHabitatNama lokalNama latinKeterangan

1Terestrial1. Bekicot

2. KalajengkingAchatina fulicaHeterometrus sp. Avertebrata

Avertebrata

2Akuatik 1. Ikan pari

2. Keong emasHimantura spPomaceae canaliculataVertebrata

Avertebrata

3Aboreal 1. Burung hantuTyto albaVertebrata

4Semi akuatik1. CapungAnax juniusAvertebrata

Gambar Hewan Preparat

Burung hantu Capung

(Tyto alba)

(Anax junius)

Bekicot Kalajengking

(Achatina fulica) (Heterometrus sp.) Keong emas Dorsal Keong emas Ventral

(Pomacea canaliculata) (Pomaceae canaliculata) Ikan pari Ventral Ikan pari Dorsal

(Himantura sp.) (Himantura sp.)

B. Pembahasan

Hasil praktikum menunjukkan bahwa bekicot, kalajengking, kecoa, dan kelinci merupakan hewan terestrial. Keong emas dan ikan pari termasuk hewan akuatik, Sedangkan capung dan burung hantu termasuk hewan aboreal. Hal ini sesuai dengan Siwi (1991), yang menyatakan bahwa hewan berkemampuan renang memilki spesialisasi pada morfologi dan fisiologi tubuhnya untuk habitat air atau akuatik. Hewan berkmampuan bertahan hidup pada kondisi yang lebih ekstrim dengan rintangan yang lebih besar pun mengalami diferensiasi dan spesialisasi morfologi dan fisiologi tubuhnya untuk hidup di darat atau terrestrial. Arboreal adalah habitat pepohonan terrestrial, pada umumnya hewan berkemampuan terbang sempurna hidup pada habitat yang tidak begitu jauh dari permukaan tanah. Hewan berhabitat semi-akuatik memilki diferensiasi dan spesialisasi morfologi dan fisiologi peralihan antara hewan terrestrial dan hewan akuatik. Berikut ini, Penjelasan masing-masing preparat beserta klasifikasinya :

1. Burung Hantu (Tyto alba)

Burung hantu, digolongkan sebagai hewan aboreal. Karena, banyak menghabiskan masa hidupnya di pohon. Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. (Djuhanda, 1985). Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

Klasifikasi burung hantu (Tyto alba) menurut Siwi (1991) adalah sebagai berikut:Kingdom:Animalia

Phylum:ChordataClass

:Aves

Order

:Strigiformes

Family :TytonidaeGenus

:Tyto

Species:Tyto alba 2. Bekicot (Achatina fulica)Bekicot adalah siput darat anggota suku Achatinidae, mempunyai cangkang sebagai tempat perlindungannya. Bekicot dewasa memiliki tinggi sekitar 7 cm, dan panjang 20 cm. Bekicot hidup pada area pertanian, hutan alami, dan tanah yang basah. Bekicot memakan macrophytophagous, buah-buahan, dan sayuran. Terkadang juga memakan tanah, batu yang sangat kecil.

Bekicot termasuk dalam golongan gastropoda. Gastropoda adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrl tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Johnson (2003) menambahkan bahwa Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. Bagian-bagian morfologi gastropoda dapat meliputi tentakel dorsal, mata, kepala, tentakel, kaki perut, sutura, apex dan ada yang mempunyai garis pertumbuhan pada cangkangnya.

Menurut Jasin (1989), klasifikasi Bekicot adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum: Mollusca

Class

: Gastropoda

Order

: Pulmonata

Family

: Achatinidae

Genus

: Achatina

Species: Achatina fulica3. Capung (Anax junius)

Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Siklus hidup capung, dari

(biologi)" telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernafas. Nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan (Siwi, 1991). Klasifikasi capung (Anax junius) menurut Selys (1854) adalah sebagai berikut :

Kingdom:AnimaliaPhylum:ArthropodaClass

:Insecta

Order

:Odonata

Family :AeshnidaeGenus

:AnaxSpecies:Anax junius4. Keong emas (Pomacea canaliculata)Keong emas adalah salah satu spesies gastropoda yang tidak hermaprodit. Hewan ini berkelamin tunggal yaitu berkelamin jantan dan betina. Ciri ciri morfologi dari keduanya adalah sebagai berikut:

1. Keong emas jantan : Bentuk bulat, ukuran relative kecil, apabila menutup cangkang penutupnya tidak terlalu masuk kedalm rongga cangkang.

2. Keong mas Betina : Bentuk bulat, ukuran lebih besar dari yang jantan, apabila menutup cangkang penutupnya kedalam rongga cangkang.

Ciriciri morfologi dari hewan ini sangat sulit untuk dibedakan disaat masih kecil. Hewan yang termasuk dalam rumpun molusca ini, mempunyai tubuh yang lunak (molis).

Menurut pitojo (1996) klasifikasi keong emas (Pomaceae caniculata) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum: Molusca

Class

: Gastropoda

Order

: Mesogastropoda

Family

: Ampullariidae

Genus

: PomaceaeSpecies : Pomaceae canaliculata5. Ikan pari (Himantura sp.)Ikan pari adalah salah satu spesies ikan pari terbesar di dunia. Lebar tubuhnya dari ujung sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 meter (kemungkinan lebih karena ada laporan yang mengatakan bahwa ada manta yang lebar tubuhnya mencapai 9,1 meter). Bobot terberat manta sendiri yang pernah diukur mencapai 3 ton. Ada 3 spesies yang sebelumnya dianggap merupakan bagian dari genus Manta: Manta birostris (pari manta Atlantik), Manta hamiltoni (pari manta Pasifik), dan Manta raya (pari manta Pangeran Alfred). Ketiga pari manta itu sendiri sangat mirip satu sama lain. Belakangan, setelah dilakukan penelitian terhadap contoh gen mereka, ketiga spesies itu dimasukkan dalam satu spesies yang sama: spesies Manta birostris. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa setidaknya ada 2 spesies manta: yang satu berukuran besar dan suka bermigrasi, sementara yang satunya lagi berukuran lebih kecil dan lebih suka menetap (Jasin, 1989). Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memanfaatkan sumberdaya ikan bertulang rawan hiu dan pari terbesar di dunia. Ada 14 jenis ikan pari dari marga Himantura yang ada di Indonesia. Habitat yang disenangi ikan pari adalah dasar perairan pantai dangkal dengan substrat pasir dan lumpur, dekat rataan terumbu karang, teluk, muara sungai dan air tawar (Agustono, 2008)

Himantura sp. memiliki fisik yang secara umum mirip dengan kebanyakan ikan pari dengan sirip dada yang lebar serta ekor kecil seperti cambuk. Sirip dadanya yang lebar membuat tubuhnya terlihat pipih. Ekor manta sendiri lebih pendek dibandingkan dengan ekor ikan pari kebanyakan dan tidak bersengat (Jasin, 1989).Klasifikasi dari ikan pari menurut Jasin (1980) adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia Phylum: ArthropodaClass

: ChondrichthyesOrdo

: Rajiformes Family

: Myliobatidae Genus

: HimanturaSpecies: Himantura sp.6. Kalajengking (Heterometrus sp.)Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua segmen: cephalothorax dan abdomen. Abdomen terdiri dari mesosoma dan metasoma. Seluruh spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa cytotoxic. Neurotoxin terdiri dari protein kecil dan juga sodium dan potassium, yang berguna untuk mengganggu transmisi neuro sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan. Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap arthropod lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah Androctonus australis (Jasin, 1989).

Klasifikasi dari kalajengking adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia Phylum: ArthropodaClass

: ArachnidaOrder

: ScorpionesFamily

: ScorpionoideaGenus

: Heterometrus Species: Heterometrus sp.Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop. Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu habitat pada suatu lokasi geografis tertentu. Berdasarkan habitatnya, habitat hewan avertebrata dan vertebrata dapat dikelompokkan menjadi hewan akuatik, semi-akuatik, terrestrial dan arboreal.

Hewan avertebrata metazoa tingkat tinggi, phyla Mollusca, Annelida, dan Arthropoda banyak dijumpai memiliki aktivitas di daratan. Achatina fulica dan Felicaulis sp. Merupakan contoh Mollusca yang hidup di darat. Beragam species cacing tanah dari genus Lumbricus dan Pheretima tersebar cukup luas di daratan ( Siwi, 1991). Hewan vertebrata sebagian besar memiliki habitat terrestrial (Amfibia, Reptilia, Aves dan Mamalia), adapun yang aktivitasnya lebih banyak di habitat akuatik antara lain adalah anggota dari Pisces; vertebrata semi-akuatik diantaranya adalah anggota dari Amfibia. Sedangkan yang berhabitat aboreal antara lain adalah anggota dari Amfibia (katak pohon) dan Aves.Perbedaan karakter sturktural dan non sturktural dijelaskan oleh Pitojo (1996), bahwa karakter ekologi sturktual merupakan karakter yang muncul dalam wujud sifat-sifat morfologi tubuh, meliputi bentuk dan susunan alat-alat tubuh, ukuran tubuh, serta warna tubuh (kulit dan bulu). Karakter ekologi merupakan karakter non sturktural yang antara lain meliputi habitat inang, kebiasaan makan, variasi makanan, parasit maupun reaksi inang. Sedangkan yang dimaksud dengan habitat adalah tempat hidup dari suatu organisme atau komunitas organism. Di bumi ini, pada dasarnya dikenal dua tipe habitat, yaitu habitat daratan dan habitat air (akuatik). Akan tetapi, karena suatu organisme adakalanya membutuhkan beberapa macam habitat dalam siklus hidupnya sehingga dikenal pula adanya habitat akuatik, semi akuatik, daratan (terestrial) dan aboreal.Penjelasan enam karakter ekologi

a. Habitat adalah tempat hidup dari suatu organism atau komunitas organisem (Begon,1986 )

Habitat ini terdiri dari :1. Terestrial (terrestrial) berarti terkait dengan tanah atau permukaan tanah (terra, tanah). Hewan terestrial adalah hewan-hewan yang biasa berkeliaran di atas tanah, seperti harimau, biawak dan lain-lain. Tumbuhan terestrial adalah tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, seperti kebanyakan jenis tanaman serta pohon. Pada hutan hujan tropis seperti di Pulau Sulawesi, ditemukan empat kelompok tumbuhan (herba, lumut, pohon, dan liana) dan delapan kelompok hewan (semut, kepik, burung, kupu-kupu, parasit, dan semut sutra) pada 15 area masing-masing 50 x 50 cm2 (Kessler et al, 2011). 2. Habitat akuatik adalah tempat hidup hewan yang berupa air, bak air tawar, air laut, maupun air payau. Sebagian besar permukaan bumi (lebih dari 70%) tertutup oleh air. Sebagian tersebar dari perairan tersebut berupa lautan. Air tawar yang terdapat di danau dan sungai hanya merupakan bagian kecil saja, yaitu 1 % dari luas seluruh permukaan air dan hanya 0,01 % dari volume seluruh air laut (Djuhanda, 1985)3. Hewan semi-akuatik merupakan hewan yang melakukan aktivitasnya di air dan di darat dengan perbandingan waktu yang seimbang. Katak merupakan salah satu contoh hewan semi-akuatik. Hewan arboreal lebih banyak berada di pepohonan untuk melakukan aktivitasnya. Burung salah satu contoh dari hewan aboreal.

b. Parasit merupakan hewan yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat mempengaruhi inangnya karena semua zat makanan dari inang diserapnya untuk memenuhi kebutuhannya. Parasit berupa hewan kecil dan organisme kecil yang termasuk jamur dan bakteri pathogen (Kane, 2008)c. Kebiasaan makan merupakan kebiasaan untuk mengkomsumsi bahan-bahan atau zat yang diperlukan oleh organisme untuk membangun tubuh. Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam mineral) dan zat-zat organic (tubuh organisme lain atau sisa-sisa tubuh organisme yang sudah mati) (Begon, 1986).Air Tawar siput termasuk genus Bulinus bertindak sebagai antara host dalam siklus hidup dari luas dan melemahkan schistosomiasis penyakit parasit di Afrika, madagaskar dan daerah berdekatan. Schistosome spesies dalam kelompok haematobium S. yang tergantung pada siput dari Bulinus untuk transmisi mencakup tiga manusia patogen (S. haematobium, S. intercalatum dan guiniensis S.) dan lima orang lainnya yang mungkin menginfeksi liar dan domestic ruminansia (S. bovis, S. curassoni, S. mattheei, S. leiperi dan S. margrebowiei). Hubungan dan interaksi antara schistosomes dan siput sangat spesifik dan kompatibilitas mungkin berbeda atas rentang geografis cukup kecil. Termasuk habitat semi-akuatik (Kane, 2008).

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mendreskripsikan hewan avertebrata dan vertebrata yang hidup di habitat teresterial, akuatik, semi-akuatik, dan aboreal.2. Hewan avertebrata yang hidup di habitat akuatik, semi-akuatik, daratan (terestial) dan aboreal seperti : Kalajengking (Heterometrus sp.), Keong emas (Pomaceae canaliculata), Capung (Anax junius), dan Bekicot (Achatina3. Hewan vertebrata yang hidup di habitat akuatik, semi-akuatik, daratan (terestial) dan aboreal seperti : Burung hantu (Tyto alba), Capung (Anax junius), Bekicot (Achatina fulica), , dan Ikan pari (Himantura sp).B.Saran

Saran untuk praktikum ini yakni:

1. Praktikan lebih berhati-hati dalam mengamati spesimen, karena preparat spesimen mudah rusak.

2. Praktikan harus membawa alat tulis masing-masing, karena dapat mengganggu praktikan lainnya.

3. Praktikan teliti dalam menggambar anatomi tubuh hewan.

DAFTAR REFERENSI

Agustono, P. 2008. Jenis-Jenis Ikan Pari dari marga Himantura yang Sering Ditemukan di Pasar atau Tempat Pelelangan Ikan. Warta Oceonografi. Vol XXII No 4.

Begon, M., T.L. Harper & C.R. Townsend. 1986. Ecology: Individuals Populations and Communities. Blacwell. Oxfor.

Djuhanda, T. 1985. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Bandung, Armico.Indarmawan, dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Taksonomi Hewan. Purwokerto, Unsoed.

Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematik Hewan (Avertebrata dan Vertebrata) untuk Universitas. Sinar Jaya, Surabaya.Johnson, P. D. 2003. Sustaining Americas Aquatic Biodiversity Freshwater Snail Biodiversity and Conservation. Virginia State University, Virginia.

Kane, R. A. 2008. Molecular characterization of freshwater snails in the genus Bulinus:. Parasites & Vectors , 1-15.Kendeigh, S.C.1980. Ecology With Special Reference to Animal & Man. Prentice Hall, New Jersey.

Kessler, Michael, et al. 2011. Cost-effectiveness of plant and animal biodiversity indicators in tropical forest and agroforest habitats. Journal of Applied Ecology 2011, 48, 330-339. University of Gottingen, Germany.

Mayr, Ernest. 1982. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengendalain dan Pemanfaatan Keong Emas. Trubus Agriwidya. Ungaran.

Selys.1854. Prinuples of Systematic Zoologi. Tata Mc Grow-Hill Publishing Company, New Delhi.

Siwi, Sri Suharni.1991. Kunci Determinasi. Kanisius, Yogyakarta.