h09rap
TRANSCRIPT
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMENTAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN
METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGANFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009
RINGKASAN
RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.
Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003.
Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahuiTWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata.
Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Paysehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1.340.709.910.
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMENTAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN
METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN
H44052011
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGANFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA
ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN”
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, September 2009
Rani Aprilian H44052011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan
Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun
1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat
Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk
dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan
sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental
and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu,
penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa
Music Agriculture Expression (MAX!!) periode 2007/2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun
skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman
Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini
memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka
terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata
serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui
pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala
keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor, September 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan
pengarahan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama.
4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah
memberikan informasi dalam skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan
curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy,
Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman
seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42
untuk kebersamaannya selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas
kebaikannya.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 11.2. Perumusan Masalah ............................................................ 51.3. Tujuan ................................................................................. 71.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 71.5. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9
2.1. Pariwisata ............................................................................ 92.2. Rekreasi............................................................................... 102.3. Bentuk-Bentuk Pariwisata................................................... 112.4. Taman Wisata Alam............................................................ 132.5. Barang Publik...................................................................... 142.6. Penilaian Manfaat Ekonomi................................................ 152.7. Permintaan Wisata .............................................................. 162.8. Willingness To Pay.............................................................. 202.9. Regresi Poisson ................................................................... 212.10. Pendugaan Surplus Konsumen.......................................... 222.11. Penelitian Terdahulu ......................................................... 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 26
3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik........................ 263.2. Permintaan Wisata .............................................................. 263.3. Metode Biaya perjalanan..................................................... 283.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen................ 293.5. Kerangka Operasional......................................................... 29
IV. METODE PENELITIAN.............................................................. 34
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 344.2 Metode Pengambilan Contoh............................................... 344.3 Pengolahan Data................................................................... 354.4 Pendugaan Surplus Konsumen............................................. 374.5 Hipotesis Penelitian.............................................................. 38
V. GAMBARAN UMUM..................................................................... 39
5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis.............................................. 395.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung.............. 415.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung .......................... 425.4 Potensi Biotik Kawasan ....................................................... 435.5 Obyek Wisata ....................................................................... 44
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG ................................................................ 45
6.1 Karakteristik Responden ...................................................... 456.1.1 Umur ..................................................................... 456.1.2 Daerah Asal........................................................... 466.1.3 Tingkat Pendidikan ............................................... 476.1.4 Pekerjaan ............................................................... 476.1.5 Tingkat Pendapatan............................................... 486.1.6 Cara Kedatangan ................................................... 496.1.7 Jumlah Rombongan............................................... 506.1.8 Alat Transportasi................................................... 516.1.9 Sumber Informasi Lokasi...................................... 526.1.10 Lama Mengetahui Lokasi.................................... 536.1.11 Tujuan Wisata ..................................................... 546.1.12 Lama Kunjungan................................................. 546.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ..................... 55
6.2 Persepsi Pengunjung ............................................................ 576.2.1 Keamanan.............................................................. 576.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ............................... 586.2.3 Pelayanan Pengelola.............................................. 596.2.4 Penyediaan Sarana Informasi................................ 606.2.5 Aksesibilitas .......................................................... 616.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ................................... 626.2.7 Kualitas Udara....................................................... 636.2.8 Tingkat Kebisingan ............................................... 64
VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN ................................................................................ 65
7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model .............. 657.1.1 Fungsi Permintaan Wisata .................................... 657.1.2 Interpretasi Model ................................................. 68
7.2 Surplus Konsumen ............................................................... 74
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 78
8.1 Kesimpulan .......................................................................... 788.2 Saran..................................................................................... 79
IX. DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 81
LAMPIRAN.......................................................................................... 84
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002(dalam persen)......................................................................... 3
2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode PengambilanSampel dan Metode Analisis Data .......................................... 38
3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008-April 2009.............................................................................. 41
4. Hasil Analisis Regresi Poisson ............................................... 66
5. Perhitungan Surplus Konsumen.............................................. 75
6. Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009 ........ 76
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007.................. 2
2. Klasifikasi valuasi non-market................................................ 16
3. Kurva Permintaan Wisata ....................................................... 17
4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata ........... 20
5. Total Surplus Konsumen......................................................... 23
6. Surplus Konsumen .................................................................. 29
7. Alur Kerangka Pemikiran ....................................................... 33
8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ GunungTahun 2009 ............................................................................. 45
9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................ 46
10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 47
11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 48
12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................ 49
13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 50
14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................ 51
15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan RespondenPengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009......................... 52
16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 53
17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 53
18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 54
19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 .............................................. 55
20. Sebaran Jarak Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 56
21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 57
22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun 2009 .......................................... 58
23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009 .................................. 58
24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung.................................... 59
25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009 .......................... 60
26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009......................... 61
27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009....................................... 62
28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun 2009 ......................................... 63
29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009 ................................... 64
30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009............................ 64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel ............................ 85
2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian Variabel .......................... 87
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi
tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat
memacu laju pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis
ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia
diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor tersebut mampu
meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat
di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan
dengan baik diharapkan sektor pariwisata dapat membantu sebagai katalisator
pembangunan di Indonesia (Yoeti, 2008).
Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan
sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai
dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positifnya
dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan
pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata
merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang
mempunyai dampak multidimensi (Lumaksono, 2009). Menurut Yoeti (2008),
dengan melihat pertumbuhan kunjungan wisatawan dan perolehan devisa, cukup
meyakinkan bahwa sektor pariwisata tetap memberikan yang terbaik bagi
perekonomian di indonesia. Berikut merupakan data perolehan devisa dari sektor
pariwisata.
4037.32
4797.94521.9
4447.98
5345.98
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Juta US $
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Devisa
Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) mengenai perkembangan
pariwisata dan transportasi nasional, secara keseluruhan jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang
atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun
2007 sebesar 5,51 juta. Selanjutnya, penerimaan devisa tahun 2008 mencapai
US$ 7,5 milyar atau naik 41,5 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya
yang mencapai US$ 5,3 milyar. Kenaikan ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan pengeluaran per kunjungan,
sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri jumlahnya lebih besar lagi dan
kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional (Santosa,
2002).
Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif
oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama
ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata
memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa
dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini
mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang
politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan
asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Berikut merupakan tabel mengenai
besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor.
Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 (dalam persen)
Sumber devisa 1999 2000 2001 2002
Migas
Pariwisata
Tekstil
Garmen
Kayu Lapis
40,8
19,6
14,3
15,9
9,4
47,2
18,9
11,9
15,4
6,5
45,8
19,6
11,6
16,2
6,8
46,8
19,5
11,9
15,0
6,8
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi
ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam
sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap
wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat
memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan
menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Sebagai
upaya pencapaian kondisi tersebut, diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi
yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang berperan
langsung dalam menangani pengelolaan sumberdaya alam yang ada di
wilayahnya. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang
memberikan kewenangan pada pemerintah di daerah untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan warganya dengan menggali dan mengelola sumberdaya alam yang
dimilikinya.
Pengelolaan sumberdaya yang optimal ditunjukkan melalui kesesuaian
tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk
biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki
suatu tempat wisata, maka penting untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik
dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari
tempat wisata tersebut.
Kabupaten Sukabumi berpotensi cukup besar untuk dikelola menjadi
daerah tujuan wisata karena terdapat beragam sumberdaya alam menarik di
dalamnya. Posisi wilayahnya yang berada di dataran tinggi memberikan nilai
tambah untuk menghasilkan suasana sejuk yang alami. Selain itu, akses
transportasi terhadap tempat wisata relatif mudah dijangkau. Salah satu obyek
wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik
adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan suatu tempat wisata
yang menawarkan objek rekreasi dan daya tarik yang beragam seperti panorama
alam yang indah, danau atau situ, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara
pegunungan. Objek rekreasi yang terdapat di TWA Situ Gunung tersebut
tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana konsumsi yang
dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi
yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil
karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah,
udara yang sejuk dan lain sejenisnya.
1.2. Perumusan Masalah
Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan
negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai
potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di
Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan
serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang
dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan.
Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan
sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di
Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara
positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang
berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran
serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan
melestarikan potensi wisata yang dimilikinya.
Ratusan potensi ekowisata di Jawa Barat hingga kini belum tergarap
optimal menjadi obyek kunjungan yang bernilai ekonomi tinggi. Padahal, prospek
pengembangan wisata berbasis alam di provinsi ini merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata
berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan
daerah1.
Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan
wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang
terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata
tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan
suatu objek wisata.
Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar
sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai
ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu,
perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa
lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya
akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.
Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi
besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun
salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode
Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Permintaan rekreasi berupa frekwensi
kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ
Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan,
umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya.
Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi
manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut 1Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal
.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan
pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan
mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ
Gunung?
2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan
wisata terhadap TWA Situ Gunung?
3. Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang
publik?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TWA Situ
Gunung.
2. Mengkaji fungsi permintaan wisata TWA Situ Gunung dengan
menggunakan metode biaya perjalanan.
3. Menduga nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan TWA Situ Gunung
berdasarkan nilai surplus konsumen yang diperoleh pengunjung
berdasarkan metode biaya perjalanan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Menambah wawasan terhadap aplikasi metode kuantitatif dalam
menentukan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang
belum memiliki nilai pasar.
2. Bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya
pengembangan lebih lanjut potensi TWA Situ Gunung.
3. Hasil dari penilaian manfaat ekonomi diharapkan dapat menjadi dasar
dalam menentukan alokasi sumberdaya yang optimum.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak
yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari
TWA Situ Gunung berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost
Method).
2. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik
sumberdaya alam yang dimilikinya.
3. Permintaan manfaat rekreasi merupakan jumlah kunjungan rekreasi selama
periode tertentu.
4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang
sama dengan pengunjung pada saat penelitian.
5. TWA Situ Gunung dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata
responden.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Definisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990
tentang kepariwisataan Bab I pasal 1 yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Wahab (1992) yaitu
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Menurut Sabda
(2003) faktor penting yang terdapat dalam konsep pariwisata adalah : (1)
dilakukan hanya untuk sementara waktu, (2) dilakukan dari satu tempat ketempat
lain, (3) walaupun ada bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan
atau rekreasi dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari
nafkah atau mendapatkan penghasilan dan semata-mata sebagai konsumen di
tempat yang dikunjungi.
Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9
Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :
1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora
dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba
dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
2. Karya manusia yang berwujud peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata
petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,
industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-
tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.
2.2. Rekreasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), rekreasi adalah
penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan
menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Adapun ciri-ciri dari rekreasi antara lain
sebagai berikut (Pangemanan, 1993):
1. aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua
kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi asalkan
dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud
positif dari rekreasi.
2. rekreasi bersifat luwes, ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh
tempat, dapat berupa rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) dan
rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan
macam dan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan.
3. rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang.
4. rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin,
pangkat dan kedudukan sosial.
2.3. Bentuk-bentuk Pariwisata
Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk
tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk
perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian
tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan
memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu
gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut :
1. menurut jumlah orang yang bepergian
a. pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang
bepergian.
b. pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat
hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan
bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu tour yang diorganisir
oleh suatu usaha perjalanan, dan biasanya rombongan ini didampingi
oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu
boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta.
2. menurut maksud bepergian
a. pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk
memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan
memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan
keletihan kerja selama di tempat rekreasi.
b. pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan
pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan
hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran
(fair), perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar
purbakala, dan lain-lain.
c. pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis
di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya
sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat,
perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara
khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya
kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas.
d. pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti
mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain
ski dan mendaki gunung.
e. pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuan-
pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata jenis ini
memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan
faktor-faktor lain yang penting seperti letak strategis, tersedianya
transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang
yang berperan serta dalam konferensi akan meminta fasilitas wisata
yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat membeli
cenderamata dan lain-lain.
3. menurut alat transportasi
a. pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api)
b. pariwisata tirta (laut, sungai, danau)
c. pariwisata dirgantara
4. menurut letak geografis
a. pariwisata domestik nasional, menunjukkan arus wisata yang
dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang
terbatas dalam suatu negara tertentu.
b. pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa
negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya
perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat
c. pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu
negara ke negara lain di dunia.
5. menurut umur, dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata
dewasa.
6. menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan
pariwisata wanita.
7. menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri dari
pariwisata taraf lux, pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata.
2.4. Taman Wisata Alam
Pengertian Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam, dalam pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Taman Wisata Alam adalah Kawasan Pelestarian Alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Pengertian Kawasan Alam itu sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pada pasal 33 dalam PP RI Nomor 68 Tahun 1998 tersebut dijelaskan pula
bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila
telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
alam serta formasi geologi yang menarik,
2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi
dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam,
3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
2.5. Barang Publik
Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi
siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila
dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods)
didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas
yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat (Aristo, 2005).
Selanjutnya Aristo (2005) menyatakan bahwa barang publik memiliki dua
sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya, yaitu :
Non-rivalry.
Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan
satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan
konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat
mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang
diperoleh orang lain.
Non-excludable.
Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang
publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh
manfaat dari barang tersebut, dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke
barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun
tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebuah barang publik disebut
sebagai pure public goods atau barang publik murni apabila memiliki dua sifat ini
secara absolut.
2.6. Penilaian Ekonomi
Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi
barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang
tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga
implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang
dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed
WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah
Travel Cost Method, Hedonic Pricing dan teknik Random Utility Model.
Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana
keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung
diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang populer
dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method
(CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik
valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut :
Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-marketSumber : Fauzi, 2006
2.7. Permintaan Wisata
Definisi permintaan wisata berdasarkan beberapa ahli antara lain2 :
1. Ekonomi, dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan
elastisitas permintaan atau pendapatan dalam menggambarkan hubungan
antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan
variabel lainnya. Hal ini dapat diterangkan dalam kurva sebagai berikut :
2
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm. Diakses: 8 February, 2009.
Contingent Valuation Contingent Choice Random Utility Model
Langsung (Expressed WTP)
Travel Cost Method, Hedonic Pricing Random Utility Model
VALUASI NON-MARKET
Tidak Langsung(Revealed WTP)
a.Faktor Harga terhadap Permintaan b.Faktor Nonharga terhadap Permintaan
Gambar 3. Kurva Permintaan WisataSumber: Ariyanto, 2004
Gambar tersebut menunjukkan perubahan yang terjadi pada kurva
permintaan. Pada panel a, perubahan sepanjang kurva permintaan
berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau
makin menurun. Sedangkan pada panel b, kurva permintaan akan
bergerak ke kanan atau ke kiri apabila terdapat perubahan–perubahan
terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor bukan harga.
Seperti jika harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai
faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu
akan menyebabkan kurva permintaan berpindah ke kanan atau ke kiri.
2. Geografi, menafsirkan permintaan dengan lebih luas dari sekedar pengaruh
harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan
perjalanan maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu
alasan tertentu.
3. Psikologi, lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi
antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam
jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.
P1
P2
X1
P1
X X
P1 P2
X2X1X2
P P
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata adalah3:
1. Harga, dimana dengan harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata
maka akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang
akan bepergian atau calon wisatawan, sehingga permintaan wisatapun
akan berkurang, begitupula sebaliknya.
2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan
untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin
tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan
wisata jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisatawan
berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini
akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian informasi sebagai
khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4. Sosial Politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah
tujuan wisata dalam situasi aman dan tentram, tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan terasa dampak
atau pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta
dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga
yang banyak maka keinginan untuk berlibur tersebut akan semakin besar,
hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
3
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm. Diakses: 8 February, 2009.
6. Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek tersebut, harga barang
pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang
pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang
dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai tujuan wisata
utama di Indonesia, akibat suatu hal Bali tidak dapat memberikan
kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga
secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah
terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).
7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling
membantu dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang
saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang
komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan
obyek wisata lainnya.
Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata
tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan
watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang
untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan
pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat
dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya
kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah
dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung
dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi
wisatawan, seperti keamanan.
Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar
pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan
kegiatan berwisata atau tidak. Adapun faktor-faktor tersebut ditunjukkan dalam
gambar berikut ini :
Gambar 4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan WisataSumber : Wahab, 2003
2.8. Willingness To Pay
Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi
bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga (price tag) pada barang
dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu,
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan (permintaan)
IRASIONAL(dorongan bawah sadar)
- sumber-sumber wisata (asset wisata)-(alam, panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial dan lain-lain)
- fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi).
- fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai dan lain-lain).
- kondisi lingkungan ( sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul).
- susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi)
- situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya).
- keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama dan lain-lain).
RASIONAL(dorongan yang disadari)
- lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga
- tingkah laku prestise- tiruan dan mode- pengaguman pribadi (dalam pola
tingkah laku)- perasaan-perasaan keagamaan- hubungan masyarakat dan promosi
pariwisata- iklan dan penyebaran informasi
pariwisata- kondisi ekonomi (faktor pendapatan
dan biaya)
digunakan apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam (Fauzi,
2006).
Selanjutnya Fauzi (2006) juga menyatakan secara umum, nilai ekonomi
didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara
formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan,
dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang
dan jasa.
Haab dan McConnell (2002), menyatakan bahwa pengukuran WTP yang
dapat diterima atau reasonable harus memenuhi syarat :
1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif.
2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.
3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan
keacakan perhitungannya.
Pada pengukuran nilai sumber daya alam, nilai tersebut tidak selalu harus
diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Adapun yang diperlukan disini
adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar (purchasing power)
masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumber daya (Fauzi, 2006).
2.9. Regresi Poisson
Pada umumnya analisis regresi menggunakan variabel respon yang
merupakan variabel random kontinu dan berdistribusi normal, tetapi bisa saja
variabel respon yang digunakan adalah variabel diskrit dan berdistribusi Poisson.
Jika terdapat variabel respon yang berupa variabel numerik diskrit dan
berdistribusi Poisson, maka analisis regresi linier kurang tepat digunakan, dan
regresi yang tepat digunakan adalah regresi Poisson (Sundayani, 2004). Menurut
Hogg and Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random
mempunyai tipe diskrit dan menyatakan banyaknya kejadian dalam interval
tertentu (waktu, area, dan lain-lain), maka variabel random tersebut berdistribusi
Poisson.
Menurut Wijayanti (2003), estimator model permintaan rekreasi sering
dibuat dalam bentuk fungsi kontinu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least
Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang
rumit, antara lain :
1. Trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negatif
2. Metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung
melakukan kunjungan nol tidak akan diperoleh
3. Trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu
Menurut Smith dan Desvausges (1985) dalam Rahayu (1999), penggunaan
metode OLS dalam mengestimasi permintaan rekreasi akan menghasilkan
koefisien regresi yang bersifat bias, karena fungsi permintaan rekreasi merupakan
data cacah (count data) dari jumlah kunjungan dalam semusim atau setahun,
sehingga dependent variable merupakan bilangan bulat positif..
2.10. Pendugaan Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh
konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan (Nicholson,
2002). Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari
partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari
luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga.
Gambar 5 menunjukkan supply barang X terhadap individu sebanyak 0x1.
Nilai marjinal X adalah 0P1. Guna membeli 0x1 barang X, pengeluaran uang
adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang dikonsumsi, atau daerah segiempat
0P1AX1. Kemauan membayar total jelas melebihi jumlah ini, karena jumlah
tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marjinal X dari 0 hingga X1, yaitu
daerah 0DAX1. Daerah ini merupakan penggambaran tingkat faedah total dan
merupakan manfaat kotor atau total dalam perhitungan manfaat-biaya. Daerah
yang diarsir DAP1 dikenal dengan nama surplus konsumen dan merupakan ukuran
kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al.,
1987).
Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan
oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu,
surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang
dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya
manfaat ekonomi total (Hufschmidt et al., 1987).
Gambar 5. Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga
Sumber: Hufschmidt, 19872.11. Penelitian Terdahulu
Surplus Konsumen
Garis Harga
D
0
P1
X1
Banyaknya satuan barang X
Harga barang X tiap satuan
A
Pangemanan (1993) dalam penelitiannya di Taman Nasional Bunaken
Sulawesi Utara, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan
metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Zonal
Travel Cost Method. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai biaya perjalanan
dapat digunakan sebagai nilai pengganti bagi harga pasar barang publik (obyek
wisata Bunaken) melalui mekanisme pasar. Hal ini dapat dibuktikan dari tanda
koefisien regresi biaya perjalanan yang negatif dan nyata pada taraf kesalahan 1
persen.
Sabda (2003) menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Obyek
Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa timur. Penelitian tersebut mengkaji
pengaruh dua faktor ekonomi yaitu biaya perjalanan dan pendapatan perkapita
terhadap laju kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
kedua variabel tersebut mempengaruhi laju kunjungan wisatawan ke Obyek
Wisata Pasir Putih secara nyata, biaya perjalanan merupakan faktor pembatas
partisipasi seseorang dalam menikmati Obyek Wisata Pasir Putih.
Supriyatna (2004) menduga permintaan dan surplus konsumen pengunjung
Taman Wisata Danau Lido dengan menggunakan metode biaya perjalanan dan
metode kontingensi. Pendugaan fungsi permintaan dilakukan melalui Individual
Travel Cost Method, pengolahan data dianalisis melalui regresi Linear Berganda.
Peneliti mencoba membandingkan nilai WTP yang diperoleh berdasarkan metode
kontingensi dan metode biaya perjalanan. Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata kesediaan membayar pengunjung dengan metode kontingensi adalah
sebesar Rp 5.288,00 sedangkan dengan metode biaya perjalanan diperoleh Rp
41.462,00 per orang. Nilai manfaat rekreasi tahunan berdasarkan pendekatan
biaya perjalanan Rp 1.473.094.600,00 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
manfaat rekreasi tahunan dengan pendekatan kontingensi Rp 202.530.400.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan biaya
perjalanan lebih tepat digunakan untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika
dibandingkan dengan pendekatan kontingensi.
Suharti (2007) dalam penelitiannya di di Kebun Wisata Pasir Mukti
menduga permintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya
perjalanan. Nilai manfaat ekonomi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan
Individual Travel Cost Method. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
biaya masuk / karcis responden berada di bawah Rp 34.000,00. Adapun variabel-
variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 % antara lain biaya perjalanan,
pendapatan individu per tahun, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama
mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya
tarik, tempat wisata alternatif, jenis kelamin dan status hari.
Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud
adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai
manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang yang membedakan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada alat
analisis. Alat analisis yang digunakan penulis untuk menentukan fungsi
permintaan wisata adalah analisis regresi poisson.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Objek Pariwisata Sebagai Barang Publik (Public Goods)
Beragam potensi pariwisata yang ada di berbagai daerah di Indonesia
sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam
yang alami pada umumnya termasuk kriteria barang publik. Barang publik atau
public goods merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang tidak akan
mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain
itu, barang publik juga memiliki sifat non excludable yang berarti seseorang tidak
dapat membatasi akses orang lain terhadap sumberdaya tersebut.
Manfaat ekonomi dari suatu barang publik sulit untuk diukur. Hal ini
dikarenakan belum adanya nilai pasar untuk sumberdaya tersebut, dengan kata
lain bersifat intangible. Maka dengan demikian diperlukan suatu pendekatan
untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu
sumberdaya alam.
3.2. Permintaan Wisata
Menurut Sinaga (1995), permintaan wisata terbagi ke dalam dua bagian,
yaitu : 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang
memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena
mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya masih belum mempunyai
waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan, 2) permintaan aktual (actual
demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke
suatu daerah tujuan tertentu.
Clawson dan Knetsch (1975), mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan wisata, yaitu :
1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial
a) jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata,
b) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang
berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal
wisata,
c) karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan,
d) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing
individu untuk keperluannya,
e) rata-rata waktu luang dan alokasinya,
f) pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan
dengan rekreasi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah:
a) keindahan dan daya tarik,
b) intensitas dan sifat pengelolaannya,
c) alternatif pilihan tempat wisata lain,
d) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial,
e) karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata.
3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah:
a) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat
wisata,
b) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan,
c) biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata,
d) meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang
menarik.
3.3. Metode Biaya Perjalanan
Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan digunakan untuk
mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya melalui pendekatan
(proxy). Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya
digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut.
Metode ini terdiri dari dua pendekatan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM)
dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan estimasi Travel
Cost Method berdasarkan data yang berhubungan dengan zona asal pengunjung
(pengelompokan zona asal). Sedangkan ITCM merupakan estimasi Travel Cost
Method berdasarkan data survei dari setiap individu (pengunjung), bukan
berdasarkan pengelompokan zona.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method
karena lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik
statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode
zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan
bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi
tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir
bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu
yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya
perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu
yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi
permintaan terhadap daerah tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya
perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu.
(Turner et al, 1994).
3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen
Nilai surplus konsumen diartikan sebagai tambahan nilai yang diterima
individu untuk konsumsi sebuah barang melebihi dari yang dibayarkan
(Nicholson, 2002). Nilai yang bersedia dibayar oleh seseorang untuk memperoleh
haknya mengkonsumsi suatu barang pada harga yang sedang berlaku.
Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 6 berikut :
Gambar 6. Surplus KonsumenSumber: Nicholson, 2002
Pada harga P0 konsumen ini meminta sebesar X0 seperti ditunjukkan oleh
kurva permintaan hx. Jika harga naik ke P1 (mengurangi konsumsi X ke kuantitas
nol) konsumen ini akan membutuhkan tambahan pendapatn P1E0P0 untuk menjaga
kesejahteraannya tetap sama. Daerah ini disebut surplus konsumen.
3.5. Kerangka Operasional
Pembangunan di Indonesia saat ini mulai berorientasi terhadap
pengembangan di sektor industri pariwisata. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata
dinilai mampu bertahan, tidak terpengaruh krisis keuangan yang terjadi di dalam
negeri serta memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di
Harga
P0E0
0
X0
Kuantitas X per periode
P1
hx
sekitar kawasan wisata. Terlebih lagi sektor pariwisata merupakan sektor yang nir
konflik.
Pada dasarnya potensi objek wisata yang terdapat di daerah-daerah erat
kaitannya dengan sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan
dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap
tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang
lestari.
TWA Situ Gunung yang berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten
Sukabumi, merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut karena beragam potensi yang terdapat di dalamnya.
Saat ini, objek wisata tersebut selain menjadi kawasan pelestarian juga menjadi
sarana rekreasi. Panorama alam yang indah, danau, air terjun, flora dan fauna serta
sejuknya udara pegunungan menjadi daya tarik dan objek wisata dari tempat
wisata tersebut. Hal tersebut merupakan peluang besar bagi daerah setempat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui sektor pariwisata. Terlebih
lagi, saat ini motivasi kunjungan wisatawan mayoritas masih berorientasi pada
wisata sumber daya alam.
Peluang besar terhadap pasar yang dimiliki, hingga saat ini dirasa belum
dimanfaatkan secara optimal. Diperlukan pemanfaatan potensi sumber daya alam
secara bijaksana, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dari sisi sumberdaya
alam. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga diperlukan dari sisi kewilayahan.
Selain itu, dari sisi sumber daya manusia diperlukan peningkatan kualitas yang
memadai, dengan demikian optimalisasi pemanfaatan potensi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dicirikan oleh tingginya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan yang ditawarkan.
Berdasarkan uraian dan kondisi indikator di atas, menggambarkan bahwa
ketersediaan potensi sumber daya dan peluang yang besar belum menjamin
kesejahteraan masyarakatnya. Ini berarti, dalam pengelolaan pariwisata diperlukan
upaya-upaya keras yang bersifat integratif dan kolektif serta terobosan-terobosan
baru yang melibatkan seluruh pihak terkait (multi stakeholders)4.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan
kualitas pengembangan ekowisata, antara lain ekologi, etnologi atau budaya,
ekonomi, edukasi, dan masalah estetika meliputi interior atau konsep bangunan5.
Terkait dengan faktor ekonomi, sebagian besar potensi wisata alam yang
ditawarkan di TWA Situ Gunung tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan
tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya
dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan
untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan
dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.
Potensi alam yang terdapat di TWA Situ Gunung merupakan sumber daya
alam yang tergolong barang publik dimana sumberdaya tersebut memiliki kriteria
non rivalry and non excludable. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu
penilaian manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung agar alokasi sumberdaya
tersebut menjadi optimum.
4 Profil Kabupaten Sukabumi. http://ppkipm.sukabumikab.net/?pilih=hal&id=2. Diakses: 4 September, 20095 Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum TergarapOptimal.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
Guna mendapatkan nilai manfaat ekonomi tersebut, maka perlu diketahui
terlebih dahulu karakteristik dari pengunjung TWA Situ Gunung serta
menentukan fungsi permintaan wisata berdasarkan frekwensi kunjungan. Adapun
karakteristik tersebut meliputi faktor sosial ekonomi pengunjung TWA Situ
Gunung seperti pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur
dan jenis kelamin pengunjung, jumlah anggota rombongan, jarak tempuh, waktu
tempuh, lamanya rekreasi, daerah asal, pengetahuan pengunjung, pekerjaan
pengunjung, daya tarik lokasi, dan status hari kunjungan wisatawan.
Berdasarkan hasil regresi biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial
ekonomi pengunjung maka dapat diestimasi fungsi permintaan TWA Situ
Gunung. Selanjutnya, dari estimasi tersebut maka dapat diduga nilai surplus
konsumen pengunjung. Pada akhirnya, nilai manfaat ekonomi dapat diduga
dengan mengalikan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dengan
total kunjungan selama periode tertentu. Alur kerangka berfikir ditunjukkan pada
Gambar 7 berikut.
Keterangan :
Di luar Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran
Taman Wisata Alam Situ Gunung
Tujuan wisata
Belum diketahui nilai manfaat
ekonomi
Belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata
Rekomendasi Pengelolaan dan Pengembangan Tempat Wisata
Tujuan pelestarian
Belum optimalnya pengelolaan TWA Situ Gunung Secara Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
wisata
Jasa lingkungansebagai barang publik
Belum diketahui karakteristik dan persepsi
pengunjung
Karakteristik dan persepsi pengunjung
Nilai manfaat ekonomi tempat
wisata
Potensi wisata
Analisis secara ekonomi TWA Situ Gunung
Analisis Deskriptif Analisis Regresi Poisson Pendugaan Surplus Konsumen
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di TWA Situ Gunung yang terletak di kaki Gunung
Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan
bahwa di kawasan tersebut memiliki beragam sumberdaya alam yang sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Adapun pengambilan
data primer dilakukan selama selang waktu ± 2 bulan, yaitu dari awal bulan April
sampai akhir bulan Mei 2009.
4.2. Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive atau judgmental sampling
yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap pengunjung TWA
Situ Gunung. Adapun kriteria yang dikehendaki adalah pengunjung berusia di atas
15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden
dengan menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Respoden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Angka tersebut
ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) yaitu :
η = N Keterangan :
1+ Ne2 η = ukuran sampel,
N = ukuran populasi,
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang
diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian
karena kesalahan pengambilan sampel populasi).
Menurut data yang diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung, jumlah
kunjungan rata-rata pada periode Mei 2008-April 2009 terhadap lokasi wisata
tersebut adalah sebesar 2.385 orang. Berdasarkan rumus tersebut didapatkan
jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan batas kesalahan sebesar 10%.
Pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang
sebagai wakil kelompoknya.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode survei yaitu melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Data yang
dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi :
1. karakteristik pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, motivasi kunjungan dan cara kedatangan.
2. daerah asal,
3. banyaknya kunjungan rekreasi yang dilakukan,
4. total biaya rekreasi yang dikeluarkan oleh tiap individu,
5. penilaian pengunjung terhadap kawasan dan pelayanan seperti lokasi,
kebersihan, kualitas lingkungan, fasilitas rekreasi, keamanan, maupun
pelayanan dan informasi dari pengelola.
Data sekunder yang diperlukan meliputi karakteristik TWA Situ Gunung seperti
sejarah dan status kawasan, luas kawasan, lokasi, keadaan fisik, potensi wisata,
fasilitas penunjang dan lain sebagainya yang didapat dari studi literatur.
4.3. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan Stata 9 dan kemudian digunakan untuk membentuk model regresi
poisson. Pendugaan kunjungan ke TWA Situ Gunung dapat dilakukan dengan
Individual Travel Cost Method tiap individu per tahun kunjungan, yaitu :
Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10
+b11D1+b12D2+ b13D3+ei
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9. b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X7, X8, X9, dan X10. b11, b12, b13 = Koefisien regresi untuk faktor
D1, D2, D3. Parameter yang diharapkan: b1, b6, b7, b10 < 0, b2, b3, b4, b5, , b8, b9 . b11,
b12, b13 > 0
dimana:
Y = Jumlah kunjungan ke lokasi TWA Situ Gunung dalam satu tahun
terakhir atau pada tahun diadakan penelitian (tahun 2009) dengan
kata lain frekuensi kunjungan per tahun.
b0 = Konstanta
X1 = Biaya perjalanan individu ke lokasi TWA Situ Gunung (rupiah per
orang).
X2 = Pendapatan responden (rupiah per tahun).
X3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun
mengenyam pendidikan (tahun).
X4 = Umur responden (tahun).
X5 = Jumlah anggota rombongan yang ikut serta melakukan rekreasi
(orang).
X6 = Jarak tempuh dari tempat tinggal, jarak yang ditempuh dari tempat
keberangkatan (km).
X7 = Waktu tempuh dari tempat keberangkatan hingga kembali ke
tempat asal (jam).
X8 = Waktu yang dihabiskan responden di lokasi wisata (jam).
X9 = Pengetahuan pengunjung mengenai tempat wisata yang dituju.
Dihitung berdasarkan jangka waktu responden mengetahui tempat
wisata tersebut (tahun).
X10 = Jumlah tanggungan pengunjung (orang).
D1 = Dummy daya tarik lokasi yang menyebabkan pengunjung ingin
melakukan kunjungan kembali atau tidak, dimana semakin baik
respon pengunjung maka semakin sering seseorang untuk
melakukan kunjungan lagi ke lokasi ini. Daya tarik dikategorikan
menjadi : ingin berkunjung kembali (1) dan tidak ingin berkunjung
kembali (0).
D2 = Dummy status hari pengunjung melakukan wisata, yang
dikategorikan dimana hari libur (0) dan hari biasa (1).
D3 = Dummy jenis kelamin, dimana laki-laki dikategorikan (1) dan
perempuan (0).
ei = Error term.
4.4. Pendugaan Surplus Konsumen
Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus
konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus
konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :
WTP ≈ Consumer Surplus = Y2
2b1
dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah
koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi, 2006).
4.5. Hipotesis Penelitian
1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah
tanggungan keluarga diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap
kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.
2. Pendapatan, umur, jumlah rombongan, lamanya kunjungan wisata dan
lama mengetahui lokasi diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap
kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.
3. Jenis kelamin, daya tarik dan status hari diperkirakan dapat berpengaruh
nyata terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Keterkaitan dalam metode penelitian ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data
No TujuanJenis Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Analisis Data
1Karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung
Data Primer, Data sekunder
Purposive samplingAnalisis Deskriptif
2
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Situ Gunung
Data Primer
Purposive samplingMetode Biaya Perjalanan
3Nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung
Data Primer, Data sekunder
Purposive samplingSurplus Konsumen
V. GAMBARAN UMUM
5.1. Lokasi dan Kondisi Geografis
Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai luas 120 Ha. Secara
administrasi pemerintahan, tempat wisata ini terletak di Desa Gede Pangrango,
Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis berada pada
koordinat 106o 54’ 37” - 106o 55’ 30” BT dan 06o 39’ 40” – 06o 41’ 12” LS.
TWA Situ Gunung terletak di kaki Gunung Gede Pangrango pada
ketinggian antara 950-1.150 meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya
sebagian kecil datar dan sebagian besar berbukit. Adapun curah hujan di area ini
berkisar antara 3.500- 4.000 mm pertahun dengan 106 - 187 hari hujan per tahun.
Suhu udara berkisar 16 - 28oC dengan kelembaban rata-rata 84%.
Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Situ Gunung dapat ditempuh
melalui dua jalur yaitu :
1. Jakarta – Bogor – Cisaat – Situ Gunung yang jaraknya mencapai 123 km.
2. Bandung – Sukabumi – Cisaat dengan jarak kurang lebih 108 km.
Lokasi TWA Situ Gunung dapat dicapai dengan mudah. Adapun sarana
yang tersedia untuk menuju lokasi tersebut salah satunya yaitu kendaraan umum
dengan trayek Kadudampit - Cisaat. Jarak tempuh dari Cisaat ke Situ Gunung
kurang lebih 7 km. Jalan menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan
jalan aspal yang dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat
maupun bus atau truk.
Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di TWA Situ Gunung
antara lain adalah sebagai berikut :
- pasanggrahan yang tersedia sebanyak empat buah dan sebuah aula yang
dapat menampung lebih dari 200 orang
- bumi perkemahan seluas 5 Ha di bawah tegakan hutan damar
- kantor pusat informasi dan pelayanan
- jalan setapak dibuat dengan maksud untuk memperlancar dan sekaligus
memberikan petunjuk bagi wisatawan tentang potensi yang ada dalam
kawasan, karena itu jalan setapak ini dibuat sebagai penghubung tempat-
tempat yang mempunyai potensi dan atraksi wisata
- kafetaria, menyediakan dan melayani kebutuhan makanan dan minuman
- kios cindremata diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli kenang-
kenangan
- shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati
pemandangan alam
- fasilitas lainnya yaitu berupa tempat parkir, mushola, MCK, taman
bermain dan teater alam
TWA Situ Gunung adalah salah satu tempat wisata di Sukabumi yang
menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental. Jika mengunjungi tempat
wisata ini, bukan hanya pemandangan indah yang ditawarkan, tetapi sekaligus
rute tracking melewati membelah bukit dan pinggir danau. Berbagai sumberdaya
alam yang dimiliki oleh tempat wisata tersebut sangat potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi TWA Situ Gunung merupakan tempat
wisata yang cukup banyak diminati. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan
wisatawan TWA Situ Gunung selama periode Mei 2008- April 2009.
Tabel 3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Peeriode Mei 2008-April 2009
Bulan (2008) Jumlah Kunjungan (orang)
Mei 1851Juni 2377Juli 3142
Agustus 2560
September 706
Oktober 7131November 1486
Desember 2206
Bulan (2009) Jumlah Kunjungan
Januari 1963
Februari 1098
Maret 2469
April 1630
TOTAL 28619
Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa yaitu
Rp 6.500,00. Berdasarkan cara kedatangan, pengunjung yang menggunakan
kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 1.500,00, kendaraan roda empat
dikenakan biaya Rp 2.500,00, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan biaya
Rp 6.000,00. Selain itu, TWA Situ Gunung menyediakan fasilitas akomodasi
berupa wisma yang disewakan. Tarif wisma dibedakan berdasarkan luasan, antara
lain Wisma Standar dengan tarif Rp 300.000,00, Wisma Deluxe dikenakan tarif
Rp 450.000,00, dan Aula dengan tarif sewa Rp 700.000,00. Di samping itu, untuk
fasilitas outbond dikenakan tarif sebesar Rp 500.000,00.
5.2. Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung
TWA Situ Gunung merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama adalah untuk pariwisata dan rekreasi alam. Situ Gunung ditetapkan sebagai
Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 6411/Kpts/Um/1975 tanggal 27 November 1975. Pada tanggal 4 Juni 1990
SK Dirjen tersebut dicabut/diganti dengan SK Mentri Kehutanan No.
184/kptsII/1990. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut maka disusunlah
Rencana Karya Lima Tahun Tahap II sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan
selama lima tahun (1997-2001) yang terarah dan terinci. Sejak tahun 1990 hak
pengusahaannya telah diserahkan kepada Perum Perhutani unit III Jawa Barat.
5.3. Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung
Telaga Situ Gunung dibangun pada tahun 1817 oleh Rangga Jagat
Syahadana yang lebih dikenal dengan nama Embah Jalun (1770-1841) sebagai
perwujudan rasa bahagia dan bangga karena dikaruniai seorang anak laki-laki
yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangannya. Rangga Jagat Syahadana
adalah seorang pejuang keturunan keluarga Raja Mataram yang berhaluan keras
dalam menentang penjajah Belanda, kemudian beliau meninggalkan Mataram
untuk bergabung dengan para pejuang dari Banten. Pada tahun 1808 Rangga Jagat
Syahadana tiba di Cirebon dan menikah dengan seorang gadis yang berasal dari
daerah Kuningan.
Selama melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dilakukan
dengan berpindah-pindah beliau pernah beberapa kali tertangkap yaitu tahun 1810
di Sumedang dan tahun 1840 di Sukabumi. Pada penangkapan terakhir Belanda
memutuskan hukuman gantung padanya di sebuah lapangan yang sekarang
menjadi alun-alun Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Berkat kesaktian yang
dimilikinya, akhirnya beliau dapat melepaskan diri dan memutuskan untuk pergi
ke Banten dengan meninggalkan anak dan istrinya. Namun, karena perjalanan
yang sulit serta usia yang sudah lanjut akhirnya beliau jatuh sakit dan meninggal
dunia di Bogor pada tahun 1841. Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih
secara paksa oleh Belanda dan dibangun kembali pada tahun 1850. Di kawasan
tersebut pernah dibangun suatu perhotelan dengan nama Hotel Situ Gunung yang
saat ini sudah tidak ada.
5.4. Potensi Biotik Kawasan
Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan habitat dari berbagi jenis
flora dan fauna, antara lain :
Flora
Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai keanekaragaman flora
diantaranya adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsa),
Damar (Agathis sp), Saninten (Castanopsis argentea), Hamirung
(Vemonea arborea), Gelam (Euginia fastigiata), Kisireum (Cleistocalyx
operculata), Lemo (Litsea cubeba), Beleketebe (Litsea sp), Suren (Toona
sureni), Riung anak (Castanopsis javanica), Walen (Ficus ribes), Merang
(Hibiscus surattensis), Kipangung (Trevesia sondaica), Kiputat
(Placchomia valida), Karembi (Homolanthus populnea), dan Manggong
(Macaranga rizoides). Selain jenis-jenis tersebut terdapat pula jenis
anggrek yang dilindungi diantaranya Anggrek Tanah Bunga Merah,
Anggrek Tanah Bunga Putih dan Anggrek Bajing Bunga Kuning.
Fauna
Fauna yang terdapat di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah 62 jenis
satwa liar yang terdiri dari 41 jenis burung (11 jenis yang dilindungi) dan
21 jenis Mamalia (8 jenis dilindungi). Jenis mamalia yang dilindungi
antara lain adalah Kucing hutan (Felis bengalensis), Anjing hutan (Cuon
alpinus), Owa (Hylobates moloch), Trenggiling (Manis javanica), Landak
(Hystrix branchura), Surili (Presbytis comata), Kijang (Munticus muntjak)
dan Kancil (Tragulus javanicus). Adapun jenis mamalia lainnya adalah
Bajing, Monyet ekor panjang, Lutung dan Babi hutan. Jenis burung yang
dilindungi di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah Elang Bondol
(Haliastur Indus), Alap-alap (Accipiter virgatus), burung Sesep Madu
(Aethopyga eximia), burung Kipas (Riphidura javanica), Cekaka (Halcyon
chloris), burung Madu Kuning (Nectarinia jugularis), burung Madu
Merah (Aethipiga sipraja), burung Madu Pipi Merah (Anthreptes
singalensis), burung Cabe (Dicaeum trochileum). Sedangkan jenis burung
lainnya antara lain Kutilang, Betet ekor panjang, Prenjak Tuwu, Emprit,
Cipoh, Kepondang, Tulung Tumpuk dan ayam hutan.
5.5. Obyek Wisata
TWA Situ Gunung memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup
beragam seperti panorama alam, flora dan fauna serta kualitas udara yang sejuk.
Selain itu, TWA Situ Gunung memiliki obyek wisata alam yang sangat menarik
untuk dikunjungi, diantaranya yaitu :
1. Danau Situ Gunung adalah sebuah telaga buatan yang luasnya sekitar
10 Ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon
damar. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Danau Situ
Gunung yakni menaiki perahu.
2. Air terjun yang terdapat di kawasan TWA Situ Gunung adalah Curug
Cimanaracun dan Curug Sawer.
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG
6.1. Karakteristik Responden
Penentuan karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung diperoleh
berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri
dari 69 orang laki-laki dan 31 orang perempuan. Pengunjung Taman Wisata Alam
Situ Gunung didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara
berkelompok.
6.1.1. Umur
Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung Taman Wisata
Alam Situ Gunung adalah kaum muda yang berusia antara 18-25 tahun yaitu
sebanyak 49%. Pengunjung yang usianya berkisar antara 26-33 tahun sebanyak
22%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 15% dan 14%
sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang
berusia di bawah 18 tahun tersebut didominasi oleh pelajar. Hal ini
merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di
tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat
pada Gambar 8 berikut ini.
14%
49%
22%
15%
<18 tahun
18-25tahun
26-33 tahun
>33 tahun
Gambar 8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.2. Daerah Asal
Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Taman Wisata Alam
Situ Gunung didominasi oleh mereka yang berasal dari Sukabumi yakni sebesar
71%. Pengunjung yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 19%.
Sisanya merupakan mereka yang datang dari daerah Bandung 8% dan dari daerah
lainnya sebanyak 2%. Data tersebut disajikan dalam Gambar 9 berikut.
19%
71%
8% 2%
Jakarta dan sekitarnya
Sukabumi
Bandung dan sekitarnya
Lainnya
Gambar 9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang masih berasal dari
Sukabumi merupakan konsumen potensial bagi tempat wisata ini. Hal tersebut
bisa dikarenakan masih minimnya tempat wisata di wilayah Sukabumi sehingga
banyak wisatawan yang menentukan pilihannya pada TWA Situ Gunung. Ini
dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai
fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih
banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Situ
Gunung masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih
diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari luar
daerah Sukabumi.
6.1.3. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA
Situ Gunung merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 43%. Pengunjung yang
berpendidikan akhir SMP sebanyak 23% dan SD sebanyak 1%. Sedangkan 33%
sisanya berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman
mereka akan pentingnya menjaga keberlanjutan dari suatu sumber daya alam dan
meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan
dari TWA Situ Gunung dapat terus dijaga. Terkait dengan karakteristik tingkat
pendidikan pengunjung TWA Situ Gunung, pengelola sebaiknya dapat menambah
dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah
dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan
terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden
ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini.
1%
23%
43%
33%
SD
SMP
SMA
PT
Gambar 10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.4. Pekerjaan
Jenis Pekerjaan dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung sangat
beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta (32%). Pelajar dan
mahasiswa (28%), wiraswasta (19%) dan sisanya merupakan Pegawai Negeri
Sipil, ibu Rumah Tangga dan buruh pabrik. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA
Situ Gunung lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung
memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu,
sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata
alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih
banyak lagi.
9%
19%
28%9%
32%
3%
PNS
Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Swasta
Buruh
Gambar 11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.5. Tingkat Pendapatan
Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar pengunjung TWA Situ
Gunung memiliki pendapatan kurang dari Rp 1.500.000,00. Gambar 12
menunjukkan 25% pengunjung memiliki pendapatan antara
Rp 1.000.001,00 - 1.500.000,00. Pengunjung yang berpendapatan antara
Rp 500.000,00 - 1.000.000,00 sebanyak 24% dan 22% lainnya memiliki
pendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Faktor pendapatan dapat mempengaruhi
kegiatan konsumsi termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata
merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, konsumen akan mengutamakan
kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
berwisata. Diharapkan dengan semakin tingginya pendapatan, alokasinya terhadap
kegiatan rekreasi juga semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar
dari pengunjung juga dapat bertambah. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan
pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan
penambahan sarana dan prasarana pariwisata di Taman Wisata Alam Situ
Gunung.
22%
24%
25%
9%
7%
4%9%
<500.000
500.000-1.000.000
1.000.001-1.500.000
1.500.001-2.000.000
2.000.001-2.500.000
2.500.001-3.000.000
>3.000.000
Gambar 12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.6. Cara Kedatangan
Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung mendatangi
tempat wisata tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman
maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara
demikian yaitu sebesar 85%. Pengunjung lainnya memutuskan untuk
mengunjungi tempat wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 13% dan 2%
sisanya datang untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut,
penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung
TWA Situ Gunung yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata
dapat lebih terorganisir. Gambar 13 menunjukkan proporsi cara kedatangan
pengunjung TWA Situ Gunung.
85%
13%2%
Kelompok
Pasangan
Sendiri
Gambar 13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.7. Jumlah Rombongan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang
mengunjungi TWA Situ Gunung sebagian besar memutuskan untuk datang secara
berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <10 orang (69%). Pengunjung
lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 10-27 orang (27%) dan sisanya
datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 27 orang (4%). Adapun
wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya
merupakan perusahaan ataupun rombongan mahasiswa yang melakukan aktivitas
outbond. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk
meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas
lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah
rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan
dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini.
69%
27%
4%
<10 orang
10-27 orang
>27 orang
Gambar 14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.8. Alat Transportasi
Berdasarkan alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju tempat
wisata, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung datang dengan
menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 47%. Pengunjung lainnya
datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 22%. Sisanya memutuskan
untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan kendaraan umum (17%),
kendaraan charter atau bus (9%) dan berjalan kaki (5%).
Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang
datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih
ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi
wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung
yang membawa rombongan keluarganya. Bus biasanya digunakan oleh
rombongan karyawan perusahaan atau pun rombongan mahasiswa yang hendak
melakukan aktivitas outbond. Sedangkan mereka yang memilih berjalan kaki
merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari Taman Wisata
Alam Situ Gunung. Gambar 15 menunjukkan sebaran alat transportasi yang
digunakan pengunjung TWA Situ Gunung.
22%
47%
17%
9%5%
mobil
motor
umum
charter/bus
berjalan kaki
Gambar 15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.9. Sumber Informasi Lokasi
Menurut sumber informasi keberadaan TWA Situ Gunung, sebagian besar
pengunjung mengetahuinya dari teman atau saudara yaitu sebanyak 60%.
Pengunjung yang mengetahui dengan sendirinya sebanyak 35%. Mereka yang
menjawab demikian sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang telah lama
tinggal di sekitar tempat wisata ataupun wilayah Sukabumi dan mengetahui
keberadaan TWA Situ Gunung sejak lama sehingga sulit untuk menentukan dari
mana sumber pengetahuan mengenai TWA Situ Gunung tersebut. Sisanya
pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari media cetak atau
elektronik seperti koran, televisi maupun internet sebanyak 5%. Hal tersebut
diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya
lebih baik lagi baik melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat
menambah jumlah kunjungan wisatawan luar daerah. Sebaran sumber informasi
mengenai keberadaan TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 16 berikut ini.
5%
60%
35%Koran-Tv-Internet
Teman/Saudara
Tahu Sendiri
Gambar 16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.10. Lama Mengetahui Lokasi
Berdasarkan karakteristik lama mengetahui tempat wisata yang dihitung
dalam tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17, diketahui bahwa 41%
pengunjung TWA Situ Gunung baru mengetahui keberadaan tempat wisata
tersebut dalam kurun waktu 1-4 tahun. Sebanyak 23% lainnya telah mengetahui
keberadaan TWA Situ Gunung lebih dari 18 tahun yang lalu. Mereka yang
termasuk dalam kelas tersebut sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang
berasal dari daerah Sukabumi. Selain itu, 22% pengunjung telah mengetahui
keberadaan tempat wisata tersebut selama 10-18 tahun dan 14% sisanya sudah
mengetahui TWA Situ Gunung selama 5-9 tahun.
41%
14%
22%
23%
1-4 tahun
5-9 tahun
10-18 tahun
>18 tahun
Gambar 17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.11. Tujuan Wisata
TWA Situ Gunung mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan
alam. Panoramanya yang memikat mampu menarik minat banyak wisatawan yang
datang berkunjung hanya untuk sekedar menikmati keindahan alam dan suasana
sejuk di tempat tersebut. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di lokasi dan
sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 77%. Adapula pengunjung
lain yang datang ke TWA Situ Gunung melakukan aktivitas piknik bersama
keluarga ataupun rekan kerja sebesar 11%, 7% datang untuk berolah raga dan 5%
sisanya untuk melakukan kegiatan lain. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA
Situ Gunung disajikan pada Gambar 18. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan
fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan
pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Situ
Gunung.
77%
7%
11%5%
Menikmati Alam
Olahraga
Piknik
Lainnya
Gambar 18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.12. Lama kunjungan
Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di
TWA Situ Gunung. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 41%
pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut hanya 1-2 jam. Biasanya
mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana
sejuk di lokasi tersebut. Sehingga waktu yang dihabiskan di lokasi hanya sebentar.
Pengunjung lainnya memerlukan 3-4 jam untuk melakukan aktivitas wisata
(37%). Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 5-6 jam sebanyak
13% dan 7-8 jam sebanyak 6%. Pengunjung sisanya menghabiskan waktu untuk
berwisata di TWA Situ Gunung lebih dari 8 jam (9%). Pengunjung yang demikian
sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas survei
ataupun outbond. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar
menambah atraksi wisata alam yang menarik minat pengunjung, dengan demikian
diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu
berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung
dalam berwisata di TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 19 berikut ini.
41%
37%
13%
9%
1-2 jam
3-4jam
5-6jam
>6jam
Gambar 19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.13. Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh
Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Situ
Gunung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat
dengan lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak 2-32 km untuk
mencapai lokasi (65%). Diperkirakan mereka merupakan wisatawan lokal yang
berasal dari daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak lebih
dari 33 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari luar
kota. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Situ Gunung
ditunjukkan pada Gambar 20 berikut ini.
65%6%
6%
9%
3%2%5% 4%
2-32 km
33-63 km
64-94 km
95-125 km
126-156 km
157-187 km
188-218 km
>218 km
Gambar 20. Sebaran Jarak Tempuh Ke Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar
responden memerlukan waktu 1-2 jam untuk pulang pergi yakni sebanyak 60%.
Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal
dari daerah sekitar Sukabumi. Selain itu, 15% responden membutuhkan waktu
sebanyak 5-6 jam. Jumlah waktu sekian pada umumnya dibutuhkan oleh mereka
yang berasal dari daerah Cianjur, Bogor dan Sukabumi selatan. Jumlah waktu 3-4
jam dan 7-10 jam masing-masing 10% dari keseluruhan responden. Pengunjung
sisanya memerlukan waktu lebih dari 10 jam untuk pulang pergi dari TWA Situ
Gunung hingga ke daerah asal sebanyak 5%. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
kemacetan yang mungkin terjadi di ruas jalan. Sebaran waktu tempuh yang
dibutuhkan pengunjung menuju TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 21
berikut ini.
60%
10%
15%
10%5%
1-2 jam
3-4 jam
5-6 jam
7-10 jam
>10 jam
Gambar 21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.2. Persepsi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung
Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali
informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Situ Gunung. Adapun
informasi tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas
rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan
informasi, dan kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu
pengunjung diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor
kebersihan, kualitas udara dan tingkat kebisingan. Hal ini perlu dilakukan agar
pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau
ditingkatkan dalam mengelola TWA Situ Gunung.
6.2.1. Keamanan
Hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Situ Gunung mengenai
tingkat keamanan di tempat wisata tersebut 74% responden menyatakan aman.
Pengunjung lainnya menyatakan sangat aman sebanyak 19% dan sisanya 7%
menyatakan kurang aman. Adapun kriteria aman yang dimaksud meliputi
kecelakaan fisik akibat aktivitas rekreasi maupun kriminalitas seperti terjadinya
kehilangan materi ataupun benda lain akibat pencurian. Berikut merupakan
proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Situ Gunung.
19%
74%
7%
sangat nyaman
aman
kurang aman
Gambar 22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun 2009
6.2.2. Penyediaan Fasilitas Rekreasi
Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Situ Gunung, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 23, 68% responden menyatakan bahwa fasilitas di
tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan
fasilitas wisata disana memadai sebesar 26% dan sisanya menyatakan sangat
memadai sebesar 6%. Adapun responden yang menyatakan kurang memadai
melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat
perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan.
6%
26%
68%
sangat memadai
memadai
kurang memadai
Gambar 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009
Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain WC umum, tempat
ibadah dan tempat parkir. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu
untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah dan fasilitas bermain.
Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Situ Gunung.
Gambar 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung
Sebagian fasilitas yang disebutkan sebelumnya telah tersedia di Taman
Wisata Alam Situ Gunung. Akan tetapi kondisinya dinilai cukup tidak nyaman
untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu perhatian pengelola akan perbaikan dan
penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan tempat wisata
tersebut lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri.
6.2.3. Pelayanan Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung
Berdasarkan faktor pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung
yang melakukan rekreasi atau kegiatan lainnya di TWA Situ Gunung, Gambar 25
menunjukkan 7% dari pengunjung menilai bahwa pelayanan pengelola dalam
menerima kunjungan wisatawan sangat baik. Pengunjung yang berpendapat
pengelola cukup baik dalam melayani dan menerima kunjungan wisatawan
sebanyak 72%. Sebanyak 19% dari pengunjung menilai pelayanan pengelola
wisata setempat kurang baik bahkan 2% sisanya menyatakan sangat kurang baik.
Berdasarkan informasi tersebut, diperlukan perhatian dari pengelola tempat wisata
untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan
kunjungan kembali ke TWA Situ Gunung.
7%
72%
19%2%
sangat baik
baik
kurang baik
sangat kurang
Gambar 25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009
6.2.4. Penyediaan Sarana Informasi
Sarana informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup buku
petunjuk, peta ataupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk memenuhi segala
bentuk kebutuhan informasi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ
Gunung. Hasil penelitian menunjukkan 46% wisatawan menyatakan sarana
informasi di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Hanya 3% responden
yang menyatakan sangat memadai, 24% lainnya berpendapat sarana informasi
yang diberikan itu memadai. Sebanyak 27% sisanya bahkan menilai tidak ada. Hal
ini dapat dikarenakan baik peta wisata maupun papan petunjuk jalan serta bentuk
informasi lainnya masih sulit untuk ditemukan sehingga sebagian pengunjung
lebih memilih bertanya langsung kepada pengelola maupun pedagang di sekitar
kawasan untuk mengetahui informasi wisata yang diperlukan. Gambar 26
berikut menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai penyediaan
informasi di TWA Situ Gunung.
3%
24%
46%
27%
sangat memadai
memadai
kurang memadai
tidak ada
Gambar 26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009
6.2.5. Aksesibilitas
Menurut segi aksesibilitas yang meliputi kondisi jalan, mudah atau
tidaknya menemukan kendaraan umum serta alur jalan yang dilalui, 13%
responden menilai sangat mudah. Sebagian besar responden berpendapat bahwa
aksesibilitas menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung relatif mudah yakni
sebesar 50%. Sebanyak 31% responden mengatakan sulit dan hanya 6% sisanya
yang berpendapat aksesibilitas menuju tempat wisata tersebut sangat sulit untuk
dilalui.
Mereka yang berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Situ Gunung
sangat sulit untuk dilalui, sebagian besar merupakan pengguna kendaraan pribadi.
Adapun penilaian tersebut berdasarkan alur jalan yang berkelok-kelok serta
kondisi jalan dalam kawasan wisata yang berbatu dan berlubang. Oleh karena itu,
diperlukan suatu upaya dari pengelola lokasi wisata setempat untuk memperbaiki
jalan dalam kawasan wisata sehingga dapat meningkatkan kenyamanan
pengunjung yang membawa kendaraan. Gambar 27 menunjukkan proporsi
penilaian responden mengenai aksesibilitas di tempat wisata tersebut.
13%
50%
31%
6%
sangat mudah
mudah
sulit
sangat sulit
Gambar 27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009
6.2.6. Kebersihan Tempat Wisata
Faktor kebersihan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata.
Menurut hasil penelitian, hanya 6% yang mengemukakan bahwa kebersihan TWA
Situ Gunung tidak ada masalah. Responden menyatakan sedang karena belum
merasa terganggu dengan kondisi kebersihan di kawasan wisata tersebut sebanyak
59%. Sisanya 35% merupakan pengunjung yang menyatakan bermasalah. Dinilai
demikian dikarenakan banyaknya sampah yang berserakan akibat aktivitas wisata,
kurangnya tempat pembuangan sampah, rumput yang tumbuh tinggi serta
minimnya petugas kebersihan.
Menurut hasil observasi diketahui bahwa proses pembuangan sampah
dilakukan oleh para pedagang yang melakukan aktivitas ekonomi di lokasi
tersebut. Oleh karena itu, perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola
untuk menambah unit kebersihan dalam pengelolaan sampah serta perawatan
ruang terbuka hijau agar tercipta lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi
pengunjung yang melakukan rekreasi. Gambar 28 berikut menunjukkan proporsi
responden mengenai penilaian kebersihan di TWA Situ Gunung.
35%
59%
6%
bermasalah
sedang
tidak ada masalah
Gambar 28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun 2009
6.2.7. Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara
Kualitas udara di TWA Situ Gunung dinilai masih sangat sejuk dan belum
terganggu oleh polusi akibat kendaraan maupun aktivitas ekonomi. Sebagian
besar responden berpendapat demikian yakni sebanyak 78% dan sisanya 22%
menyatakan tingkat polusi udara sedang dengan alasan bahwa aktivitas rekreasi
yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut terlebih
bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Gambar 29
menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kualitas udara di TWA Situ
Gunung.
22%
78%
sedang
tidak ada masalah
Gambar 29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009
6.2.8. Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan
Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden adalah tingkat
kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, 75% pengunjung
berpendapat bahwa tidak ada masalah polusi suara di Taman Wisata Alam Situ
Gunung. Sebanyak 25% menyatakan sedang dengan alasan suara yang dihasilkan
dari aktivitas wisata berpotensi menciptakan kebisingan. Proporsi responden
mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Gambar 30 berikut
ini.
75%
25%
sedang
tidak ada masalah
Gambar 30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009
VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN
7.1. Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model
Model permintaan rekreasi di TWA Situ Gunung diturunkan melalui
pendekatan model persamaan regresi Poisson dengan menggunakan beberapa
variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi
kunjungan wisatawan. Pada penelitian terdahulu, pengujian jumlah kunjungan
wisata sering didasarkan pada ordinary regression method yang mengestimasi
permintaan rekreasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa estimasi fungsi permintaan melalui
OLS kurang sesuai untuk digunakan. Berikut akan dijelaskan mengenai fungsi
permintaan wisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung beserta interpretasi
variabel-variabel yang mempengaruhinya.
7.1.1. Fungsi Permintaan Wisata
Guna menentukan fungsi permintaan wisata di TWA Situ Gunung,
sebelumnya ditentukan beberapa independent variable yang diperkirakan dapat
mempengaruhi wisatawan dalam menentukan jumlah kunjungan per tahun
terhadap TWA Situ Gunung. Terdapat 13 independent variable yang digunakan
untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan (dependent variable)
yakni biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan akhir, umur, jumlah rombongan,
jarak tempuh, waktu tempuh, lama kunjungan, lama mengetahui tempat wisata,
daya tarik wisata, status hari kunjungan, jenis kelamin dan jumlah tanggungan.
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan
stata 9 yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi poisson.
Berikut merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan regresi poisson.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Poisson
Independent Variable Coef. Std. Err. z P>|z|
Biaya Perjalanan (X1) -0.0000333 9.83E-06 -3.38 0.001*
Pendapatan (X2) 0.1114163 0.0320345 3.48 0.001*
Pendidikan Akhir (X3) -0.0303855 0.0238202 -1.28 0.202
Umur (X4) -0.0203148 0.0102944 -1.97 0.048**
Jumlah Rombongan (X5) 0.0027026 0.0043563 0.62 0.535
Waktu Tempuh (X7) -0.0516224 0.0337729 -1.53 0.126***
Lama Kunjungan (X8) 0.0403546 0.0333285 1.21 0.226
Lama Mengetahui (X9) 0.0287231 0.0079508 3.61 0.000*
Daya Tarik (D1) 0.7351865 0.4818184 1.53 0.127***
Status Hari (D2) -0.107277 0.1274805 -0.84 0.400
Jenis Kelamin (D3) 0.3098775 0.1353350 2.29 0.022**
_cons 0.7201758 0.5827132 1.24 0.216Sumber : Data Primer Diolah oleh Penulis Tahun 2009
Keterangan tabel: * nyata pada taraf uji 1% ** nyata pada taraf uji 5% *** nyata pada taraf uji 15%
Pengujian multikolinearitas terhadap ke-13 variabel diperlukan untuk
memperoleh ketepatan dalam pengukuran surplus konsumen. Jika kecenderungan
dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, dapat
dikatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.
Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel, perlu diukur seberapa kuat
hubungan antara variabel itu terjadi, dengan kata lain perlu ditentukan derajat
hubungan antara variabel-variabel. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk
pengujian tersebut. Perlakuan ini menyebabkan variabel yang sebenarnya
berpengaruh terpaksa dikeluarkan untuk membentuk model yang terbaik.
Menurut uji korelasi Pearson, diketahui bahwa variabel jarak tempuh
memiliki korelasi variabel waktu tempuh. Selain itu, diketahui pula variabel
jumlah tanggungan berkorelasi dengan variabel umur. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai derajat hubungan yang dihasilkan oleh variabel jarak tempuh
terhadap waktu tempuh di atas 0,5 yaitu 0,8263. begitu pula dengan variabel
jumlah tanggungan yang memiliki nilai derajat hubungan sebesar 0,6174 terhadap
variabel umur. Berdasarkan kriteria tingkat hubungan dari suatu nilai koefisien
korelasi, diketahui bahwa variabel yang memiliki nilai derajat hubungan melebihi
0,5 diduga memiliki hubungan korelasi6. Guna memperoleh model yang terbaik
dan bebas dari masalah multikolinieritas, maka variabel jarak tempuh dan jumlah
tanggungan dikeluarkan dari model.
Interpretasi pengaruh koefisien independent variable regresi Poisson
terhadap dependent variable berbeda dengan interpretasi dalam OLS. Dalam
regresi linier, peningkatan koefisien positif akan meningkatkan nilai dependent
variable-nya. Jika dalam regresi Poisson, peningkatan nilai independent variable
akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian dari dependent variable
(Hellerstein et al, 1993).
Hasil analisis regresi poisson menunjukkan nilai pseudo R2 sebesar
23,10%. Tidak seperti regresi linier biasa yang diduga dengan OLS dimana R2
bersifat aditif terhadap model, pada regresi poisson nilai R2 bersifat parametrik
dan sudah dimasukkan ke dalam model sehingga tidak perlu diperhitungkan
(Hellerstein et al, 1993). Berdasarkan analisis tersebut didapat pula fungsi
permintaan wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung sebagai berikut :
6 Industrial Engineering. 2005. Statistik Industrihttp://statistikindustri.blogspot.com/2008/05/regresi-dan-korelasi.html. Diakses: 4 September, 2009
Y = 7,2.10-1 – 3,33.10-5 x1 + 1,11.10-1 x2 - 3,04.10-2 x3 – 2,03.10-2 x4 + 2,7.10-3
x5 -5,16.10-2 x7 + 4,03.10-2 x8 + 2,87.10-2 x9 + 7,35.10-1 x10 – 1,07.10-1 x11 + 3,1.10-1 x12 + e
Hasil analisis menunjukkan nilai P sebesar 0,000 berarti peluang untuk
menolak model persamaan tersebut sangat kecil, dengan kesalahan yang terjadi
sangat kecil (Nurdini, 2004). Berdasarkan hasil pengolahan data ditunjukkan
terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara
signifikan pada taraf uji 1%, 5% dan 15%. Pada taraf uji 1% variabel yang
berpengaruh secara signifikan antara lain biaya perjalanan (x1), pendapatan (x2)
dan lama mengetahui TWA Situ Gunung (x9). Selain itu, variabel yang
berpengaruh nyata pada taraf 5% antara lain variabel umur (x4) dan jenis kelamin
pengunjung (D3). Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15%
adalah adalah waktu tempuh (x7) dan daya tarik wisata (D1).
7.1.2. Interpretasi Model
Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan
atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi poisson, peningkatan
independent variabel yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata
dependent variabel. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata
jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin
meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-
rata jumlah kunjungan wisatawan terhadap TWA Situ Gunung.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang
mempengaruhi peluang rata-rata jumlah kunjungan wisata di Taman Wisata Alam
Situ Gunung. Empat variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Berikut
merupakan interpretasi hasil analisis regresi dari variabel-variabel sosial ekonomi
terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di tempat wisata tersebut.
Biaya Perjalanan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi poisson, diketahui bahwa
nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 1% sehingga dapat
dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan
wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisiennya yang bertanda negatif
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai biaya perjalanan maka akan semakin
mengurangi peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan
hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan
mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Begitupun dengan keadaan di
lapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata kali kunjungan
wisatawan berkurang sejalan dengan semakin tingginya biaya perjalanan dari
wisata itu sendiri. Hal ini dapat dikarenakan biaya perjalanan merupakan faktor
yang sangat penting dalam keputusan melakukan suatu kegiatan rekreasi.
Pendapatan
Keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan konsumsi tidak dapat
terlepas dari pendapatan individu tersebut termasuk kegiatan konsumsi rekreasi.
Faktor pendapatan secara statistik berpengaruh nyata pada taraf 1% yang berarti
faktor ini mempengaruhi jumlah kunjungan wisata secara signifikan. Hasil
analisis menunjukkan tanda koefisien pendapatan bernilai positif. Ini mengartikan
bahwa semakin tinggi pendapatan wisatawan maka akan semakin tinggi pula
peluang rata-rata jumlah kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Hal tersebut
diperkirakan karena rata-rata pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan
yang relatif rendah sehingga sejalan dengan meningkatnya pendapatan
pengunjung maka mereka akan cenderung menambah kunjungannya ke TWA Situ
Gunung. Maka dari itu, faktor pendapatan dikatakan sesuai dengan hipotesis awal,
dimana dengan semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi konsumsi
dan kecenderungan mengalokasikan pendapatannya untuk rekreasi serta
pemenuhan kebutuhan tersiernya.
Pendidikan Akhir Pengunjung
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan akhir pengunjung
memiliki koefisien negatif, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
wisatawan maka justru akan cenderung menurunkan peluang rata-rata
kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Berlaku demikian diperkirakan karena
dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami
kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana
sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata
menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan
untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana
lebih baik.
Umur
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor umur memiliki tanda
koefisien yang negatif, berarti ada kecenderungan dimana semakin tua usia
wisatawan maka peluang rata-rata kunjungannya ke TWA Situ Gunung akan
menurun. Variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
kunjungan wisata pada taraf uji 5%. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan
dimana pengunjung dari tempat wisata tersebut sebagian besar merupakan kaum
muda. Smith (1996) dalam Muntasib (2007) menyatakan bahwa para pemuda
mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang
menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam.
Jumlah Rombongan
Jumlah rombongan memiliki koefisien positif tetapi tidak signifikan
mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Ini menunjukkan bahwa
dengan semakin banyak jumlah rombongan yang melakukan aktivitas wisata,
maka semakin besar peluang kunjungan rata-rata wisatawan. Hal ini dapat
dikarenakan TWA Situ Gunung merupakan suatu bentuk wisata alam yang
menyediakan fasilitas outbond, perahu serta ruang terbuka hijau yang luas,
sehingga memberikan alasan kepada pengunjung untuk datang beramai-ramai.
Waktu Tempuh
Waktu tempuh merupakan jumlah waktu pulang pergi yang diperlukan
wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata dari tempat keberangkatan
hingga kembali ke tempat asal. Pada analisis sebelumnya ditunjukkan bahwa
waktu tempuh mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan pada
taraf uji 15% dan memiliki koefisien negatif. Dapat diartikan dengan semakin
lama waktu tempuh yang dibutuhkan menuju tempat wisata, maka akan semakin
tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan, sehingga terdapat kecenderungan
wisatawan untuk mengalihkan tujuan wisatanya ke tempat rekreasi yang lebih
dekat. Berbeda halnya jika TWA Situ Gunung tergolong tempat wisata yang unik
yakni tempat wisata yang memiliki ciri khas tersendiri, dimana waktu tempuh bisa
saja berlaku positif yang berarti semakin lama waktu tempuh justru akan semakin
meningkatkan peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut,
TWA Situ Gunung dapat dikatakan tergolong tempat wisata biasa yakni tempat
wisata yang umum terdapat di berbagai daerah.
Lama Kunjungan
Waktu yang dihabiskan pengunjung di tempat wisata diartikan sebagai
lama kunjungan wisatawan. Hasil analisis menggunakan regresi poisson
menunjukkan bahwa lama kunjungan tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan
per tahun wisatawan secara signifikan. Tanda koefisien positif menunjukkan
dengan semakin lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung
maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke lokasi tersebut. Hal
ini dapat dikarenakan pengunjung belum merasa puas dan belum cukup
memahami lingkungan setempat sehingga dengan semakin lama waktu yang
dihabiskan di lokasi akan semakin menarik pengunjung untuk meningkatkan
peluang rata-rata kunjungannya.
Lama Mengetahui
Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan
mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung. Variabel lama mengetahui tempat
wisata berpengaruh nyata pada taraf 1%. Dari hasil wawancara diketahui bahwa
rata-rata pengunjung yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak kecil cenderung
mengunjungi tempat wisata tersebut lebih sering dibanding mereka yang baru
mengetahui satu atau dua tahun. Berdasarkan hasil wawancara pula diketahui
bahwa mereka yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak lama merupakan
wisatawan lokal yang berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Hal tersebut
menginterpretasikan tanda koefisien positif dari variabel lama mengetahui tempat
wisata.
Daya Tarik
Variabel daya tarik menjelaskan seberapa besar objek wisata Taman
Wisata Alam Situ Gunung mempengaruhi penentuan frekuensi kunjungan
wisatawan. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa variabel tersebut memiliki
koefisien positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15%. Dapat dikatakan
semakin sering seseorang berkunjung ke Taman Wisata Alam Situ Gunung maka
semakin tinggi peluang rata-rata kunjungannya di masa yang akan datang.
Status Hari
Hasil analisis menunjukkan bahwa status hari tidak mempengaruhi jumlah
kunjungan wisatawan secara signifikan. Adapun status hari ini dibedakan menjadi
hari libur dan hari biasa. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan wisata pada hari biasa lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan
pada hari libur.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap frekuensi
kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisien positif menjelaskan
bahwa wisatawan yang berjenis kelamin laki-laki akan cenderung meningkatkan
peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal tersebut yang berlaku di lapangan
dimana karakteristik pengunjungnya didominasi oleh wisatawan laki-laki.
Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa segmen pasar dari TWA
Situ Gunung merupakan kaum muda dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat
dipertimbangkan untuk pengembangan TWA Situ Gunung lebih lanjut. Pengelola
dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan
alam, wisata trackking, camping maupun hiking yang cocok dengan jiwa kaum
muda. Selain itu, dengan melihat faktor pendapatan yang memiliki kecenderungan
pengunjung dengan pendapatan menengah ke bawah, dapat disimpulkan tempat
wisata tersebut dapat dinikmati hampir oleh setiap kalangan karena biaya wisata
yang diperlukan relatif terjangkau.
Variabel waktu tempuh diketahui berpengaruh nyata terhadap peluang
rata-rata jumlah kunjungan ke TWA Situ Gunung. Hal ini dapat diatasi dengan
upaya promosi mengenai kelebihan dari wisata alam yang menawarkan
ketenangan dan kesejukkan suasana alam dengan panorama indah dan jauh dari
kebisingan. Sangat cocok bagi pengunjung yang suntuk dengan suasana kota
besar, sehingga lamanya waktu tempuh akan terbayar dengan jasa lingkungan
yang disediakan TWA Situ Gunung. Selain itu, variabel lama mengetahui lokasi
juga diketahui berpengaruh terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan, oleh
karena itu pengelola sebaiknya meningkatkan upaya promosi melalui berbagai
media sehingga sumber informasi mengenai TWA Situ Gunung dapat diakses
dengan mudah bagi para calon wisatawan.
7.2 Surplus Konsumen
Penentuan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung didasarkan
pada nilai surplus konsumen yang diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang
telah terbentuk sebelumnya. Menurut Fauzi (2006), setelah mengetahui fungsi
permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari
nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per
individu dapat diukur melalui formula SK = Y2/2b, dimana Y adalah jumlah
kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya
perjalanan. Garrod dan Willis (1999) menunjukkan perhitungan surplus konsumen
pada dua model persamaan yang disajikan pada Tabel 4 berikut :
Tabel 5. Perhitungan Surplus Konsumen
Fungsi Permintaan
PersamaanNilai SK Total Kunjungan Per Individu
Linier Y=α+βc SK = v2/-2β
Semi Log Ln v=α+βc SK = v/-βSumber : Garrod dan Willis (1999)Ket: y: jumlah kunjungan, c: biaya perjalanan, α: konstanta, β: koefisien biaya perjalanan
Perbedaan antara WTP wisatawan dengan pengeluaran aktual wisatawan
merupakan surplus konsumen. Surplus konsumen dikenal sebagai manfaat bersih
dan hal ini merepresentasikan suatu nilai (value) yang sangat berguna bagi
penentu kebijakan, manajer dan pengambil keputusan yang lain berkaitan dengan
kegiatan rekreasi dan industri wisata (Marsinko et al, 2002 dalam Wijayanti,
2009). Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai surplus konsumen
total kunjungan per individu sebesar Rp 277.477,00. Kemudian, diperoleh nilai
surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Konsep
surplus konsumen merupakan indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya
masih mau membayar lebih mahal dari tiket yang berlaku saat ini, yakni sebesar
Rp 6.500,00.
Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka
dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen
yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April
2009 saat penelitian berlangsung. Adapun jumlah kunjungan pada periode
tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009
Bulan (2008) Jumlah KunjunganSurplus Konsumen(Rupiah)
Mei 1851 86.713.513,52Juni 2377 111.354.955Juli 3142 147.192.792,8Agustus 2560 119.927.927,9September 706 33.073.873,88Oktober 7131 334.064.864,9November 1486 69.614.414,42Desember 2206 103.344.144,2
Bulan (2009) Jumlah KunjunganSurplus Konsumen(Rupiah)
Januari 1963 91.960.360,37Februari 1098 51.437.837,84Maret 2469 115.664.864,9April 1630 76.360.360,37
TOTAL 28619 1.340.709.910Sumber : Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung
Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar
pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas
rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang
menurut responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat
beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan jalan.
Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain anak
(playground), tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan fauna.
Pengelolaan yang baik dari TWA Situ Gunung sangat diperlukan untuk
meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. Nilai surplus konsumen yang
besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih
mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam
di TWA Situ Gunung. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas
dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi
pengelola maupun pengunjung TWA Situ Gunung dari kegiatan rekreasi tersebut
dapat mencapai optimum.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Situ Gunung didominasi
oleh pengunjung laki-laki dengan usia 18-25 tahun, berasal dari daerah
Sukabumi, dengan tingkat pendidikan SMA, sebagian besar pengunjung
merupakan pegawai swasta dengan pendapatan kurang dari
Rp. 1.500.000,00, mencapai lokasi menggunakan kendaraan roda dua
secara berkelompok. Pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari
teman atau saudara dan sudah mengetahuinya sejak 1-4 tahun yang lalu.
Adapun tujuan mereka berwisata untuk menikmati keindahan alam di
lokasi tersebut dan menghabiskan waktu berwisata 1-2 jam.
2. Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi jumlah kunjungan
rekreasi di TWA Situ Gunung secara signifikan antara lain biaya
perjalanan, pendapatan, lama mengetahui lokasi, umur, jenis kelamin
pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata.
3. Model biaya perjalanan merupakan salah satu dasar untuk menduga
surplus konsumen. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, didapatkan
bahwa nilai surplus konsumen total kunjungan per individu sebesar
Rp 277.477,00. Nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dari
TWA Situ Gunung sebesar Rp 46.847,00. Berdasarkan angka tersebut,
diketahui kesediaan pengunjung untuk membayar lebih tinggi dari tarif
masuk yang telah ditentukan cukup besar. Akan tetapi hal tersebut harus
disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, bentuk fasilitas yang menurut
responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat
beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan
jalan. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain
anak (playground), tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan
fauna. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP
sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang
telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April
2009 yaitu sebanyak 28.619 orang. Berdasarkan perhitungan tersebut,
diperoleh nilai manfaat ekonomi dari Taman Wisata Alam Situ Gunung
sebesar Rp 1.340.709.910,00.
8.2. Saran
1. TWA Situ Gunung merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial
untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya promosi dan pemberian
pengetahuan mengenai keberadaan tempat wisata tersebut dirasa masih
sangat kurang. Oleh karena itu, pengelola perlu meningkatkan aktivitas
promosi untuk menjaring wisatawan lebih banyak lagi. Tidak hanya di
daerah sekitar Sukabumi, melainkan hingga ke luar kota. Adapun aktivitas
promosi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media yang ada baik
cetak maupun elektronik.
2. Pengelola perlu memperhatikan peningkatan kualitas TWA Situ Gunung.
Terlebih ketika faktor-faktor yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
menurut pengunjung dari hasil penelitian ini telah diketahui. Hal ini
dibutuhkan guna pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik dari
tempat wisata tersebut.
3. Nilai surplus konsumen yang telah diperoleh merupakan indikator sampai
sejauh mana pengunjung mampu mentolerir kenaikan harga tarif masuk.
Hal tersebut diharapkan dapat memberikan dasar informasi bagi
pengunjung dalam memperoleh manfaat rekreasi yang optimum, sesuai
dengan jumlah yang mereka bayarkan. Bagi pengelola, diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengembangan TWA Situ Gunung yang lebih baik
sehingga alokasi sumberdaya yang terdapat di tempat wisata tersebut dapat
mencapai optimum.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Aristo, A. D. 2005. Pendidikan tinggi : Public or Private Goods?.http://aristodiga.blogspot.com/2005/08/pendidikan-tinggi-public-atau-private.html. Diakses : 20 Maret, 2009.
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. www.geocities.com. Diakses: 8 February, 2009.
Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. Diakses : 2 April,2009.
Clawson, M. and J. L. Knetsch. 1975. Economic Outdoor Recreation. The John Hopkins Press. Baltimore.
Djijono . 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Desertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Garrod, G. And K. G. Willis. 1999. Economic Vluation of The Environment: Method and Case Studies. Edward Elgar Publishing, Massachusetts.
Haab, T.C. and K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited.
Hellerstein, D. and R. Mendelson. 1993. A theoretical Foundation for Count Data Model. Amer.Jour.Agr.Econ. Vol 75, 1993, pp. 604-611.
Hufschmidt, M. M. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan. (Reksohadoprodjo, penterjemah). UGM Press. Yogyakarta.
Kasiman 1996. Analisis Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Lokawisata Baturraden Kabupaten DATI II Banyumas Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Lumaksono, A. Peranan Pariwisata Dalam Neraca Pembayaran.http://haisstis.org/data/buletin/03213.pdf. Diakses: 2 February, 2009.
Mankiw, G. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Muntasib, H. 2007. Diktat mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. (Bayu Mahendra dan Abdul Aziz, penterjemah). Jilid pertama. Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta.
Nurdini. 2004. Analisis Permintaan Ekoturisme Hutan Mangrove Muara Angke dengan Metode Biaya Perjalanan. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahayu, 1999. Analisis Nilai Surplus Konsumen Kebun Raya Bogor sebagai Tempat Rekreasi dengan menggunakan Model Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ross, 1998. Psikologi Pariwisata. Pengantar Toeti Heraty Noerhadi. Penerjemah : Marianto Samosir –ed.1 .Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Pangemanan, P.A. 1993. Aplikasi Model Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sabda, A. 2003. Aplikasi Metode Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santosa, P. S. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. Makasar. www.halmaherautara.com/en/artikel.php. Diakses: 2 February, 2009.
Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala, G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian (Alimuddin Tuwu dan Alamsyah, penterjemah). UI Press. Jakarta.
Sinaga, A. P. 1995. Studi Manfaat Ekonomi Rekreasi Berdasarkan Model Kesediaan Membayar (Willingness to Pay): Studi Kasus Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sundayani, 2004. Aplikasi Regresi Poisson Untuk Menganalisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Kematian Ibu Di Propinsi Jawa Timur. Universitas Airlangga.
Supriyatna, I. A. 2004. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Danau Lido sebagai Tempat Rekreasi dengan Metode Kontingensi dan Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suharti, F. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasir Mukti dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Turner, K. D. Pearce, and Bateman, I. 1994. Environmental Economics : An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf Campus 400. May land Avenue Hemel Hampstead. Hertfordshire.
Undang-Undang Republik Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9.
Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan (Frans Gromang, penterjemah). Pradnya Paramita. Jakarta.
Wijayanti, P. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas Sebagai Tempat Rekreasi dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Yoeti, A. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan Implementasi. Kompas. Jakarta.
Lampiran 1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel
. poisson jmlkjg trvlcst income jaraktmph waktutmph penakhr umur jmlrmb
lamakjg lamatau dytrk sttshri jnsklmn jmltngn
Iteration 0: log likelihood = -191.58894
Iteration 1: log likelihood = -191.32349
Iteration 2: log likelihood = -191.32261
Iteration 3: log likelihood = -191.32261
Poisson regression Number of obs= 100
LR chi2(13) = 120.14
Prob > chi2 = 0.0000
Log likelihood = -191.32261 Pseudo R2 = 0.2390
--------------------------------------------------------------------------------------------------
jmlkjg | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
-------------+-----------------------------------------------------------------------------------
trvlcst | -.0000227 .0000108 -2.10 0.036 -.000044 -1.47e-06
income | .1230935 .0327715 3.76 0.000 .0588626 .1873244
jaraktmph | -.004916 .00268 -1.83 0.067 -.0101688 .0003367
waktutmph | .0120847 .0470239 0.26 0.797 -.0800804 .1042498
penakhr | -.0109255 .0293396 -0.37 0.710 -.0684302 .0465791
umur | -.0286343 .0130607 -2.19 0.028 -.0542328 .0030357
jmlrmb | .0035371 .0043855 0.81 0.420 -.0050584 .0121326
lamakjg | .0331437 .0341835 0.97 0.332 -.0338548 .1001422
lamatau | .0291997 .0080403 3.63 0.000 .0134409 .0449584
dytrk | .7579016 .4791031 1.58 0.114 -.1811231 1.696926
sttshri | -.1559718 .1320571 -1.18 0.238 -.414799 .1028554
jnsklmn | .3370954 .1365294 2.47 0.014 .0695027 .6046881
jmltngn | .0520737 .0519496 1.00 0.316 -.0497456 .1538931
_cons | .5051402 .5929144 0.85 0.394 -.6569508 1.667231
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian variabel
. poisson jmlkjg trvlcst income waktutmph penakhr umur jmlrmb lamakjg lamatau
dytrk sttshri jnsklmn
Iteration 0: log likelihood = -193.39928
Iteration 1: log likelihood = -193.3156
Iteration 2: log likelihood = -193.31541
Iteration 3: log likelihood = -193.31541
Poisson regression Number of obs= 100
LR chi2(11) = 116.16
Prob > chi2 = 0.0000
Log likelihood = -193.31541 Pseudo R2 = 0.2310
---------------------------------------------------------------------------------------------------
jmlkjg | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
-------------+------------------------------------------------------------------------------------
trvlcst | -.0000333 9.83e-06 -3.38 0.001 -.0000525 -.000014
income | .1114163 .0320345 3.48 0.001 .0486298 .1742029
waktutmph | -.0516224 .0337729 -1.53 0.126 -.1178161 .0145713
penakhr | -.0303855 .0238202 -1.28 0.202 -.0770722 .0163013
umur | -.0203148 .0102944 -1.97 0.048 -.0404914 .0001382
jmlrmb | .0027026 .0043563 0.62 0.535 -.0058356 .0112407
lamakjg | .0403546 .0333285 1.21 0.226 -.024968 .1056772
lamatau | .0287231 .0079508 3.61 0.000 .0131397 .0443065
dytrk | .7351865 .4818184 1.53 0.127 -.2091601 1.679533
sttshri | -.107277 .1274805 -0.84 0.400 -.3571342 .1425802
jnsklmn | .3098775 .135335 2.29 0.022 .0446257 .5751294
_cons | .7201758 .5827132 1.24 0.216 -.421921 1.862273
--------------------------------------------------------------------------------------------------