h09rap

99
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: harisa-gustinawati

Post on 11-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMENTAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

RANI APRILIAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGANFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009

RINGKASAN

RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.

Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.

Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003.

Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahuiTWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata.

Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Paysehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1.340.709.910.

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMENTAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

RANI APRILIAN

H44052011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGANFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA

ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN”

BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU

LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG

BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH

PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG

DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

Rani Aprilian H44052011

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis

merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan

Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun

1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat

Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk

dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan

sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental

and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu,

penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa

Music Agriculture Expression (MAX!!) periode 2007/2008.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun

skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman

Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini

memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka

terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata

serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui

pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat

banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan

sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala

keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Bogor, September 2009

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara

moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan

pengarahan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama.

4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen.

5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah

memberikan informasi dalam skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.

7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan

curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.

8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy,

Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman

seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42

untuk kebersamaannya selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas

kebaikannya.

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ....................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................... 11.2. Perumusan Masalah ............................................................ 51.3. Tujuan ................................................................................. 71.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 71.5. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

2.1. Pariwisata ............................................................................ 92.2. Rekreasi............................................................................... 102.3. Bentuk-Bentuk Pariwisata................................................... 112.4. Taman Wisata Alam............................................................ 132.5. Barang Publik...................................................................... 142.6. Penilaian Manfaat Ekonomi................................................ 152.7. Permintaan Wisata .............................................................. 162.8. Willingness To Pay.............................................................. 202.9. Regresi Poisson ................................................................... 212.10. Pendugaan Surplus Konsumen.......................................... 222.11. Penelitian Terdahulu ......................................................... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 26

3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik........................ 263.2. Permintaan Wisata .............................................................. 263.3. Metode Biaya perjalanan..................................................... 283.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen................ 293.5. Kerangka Operasional......................................................... 29

IV. METODE PENELITIAN.............................................................. 34

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 344.2 Metode Pengambilan Contoh............................................... 344.3 Pengolahan Data................................................................... 354.4 Pendugaan Surplus Konsumen............................................. 374.5 Hipotesis Penelitian.............................................................. 38

V. GAMBARAN UMUM..................................................................... 39

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis.............................................. 395.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung.............. 415.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung .......................... 425.4 Potensi Biotik Kawasan ....................................................... 435.5 Obyek Wisata ....................................................................... 44

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG ................................................................ 45

6.1 Karakteristik Responden ...................................................... 456.1.1 Umur ..................................................................... 456.1.2 Daerah Asal........................................................... 466.1.3 Tingkat Pendidikan ............................................... 476.1.4 Pekerjaan ............................................................... 476.1.5 Tingkat Pendapatan............................................... 486.1.6 Cara Kedatangan ................................................... 496.1.7 Jumlah Rombongan............................................... 506.1.8 Alat Transportasi................................................... 516.1.9 Sumber Informasi Lokasi...................................... 526.1.10 Lama Mengetahui Lokasi.................................... 536.1.11 Tujuan Wisata ..................................................... 546.1.12 Lama Kunjungan................................................. 546.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ..................... 55

6.2 Persepsi Pengunjung ............................................................ 576.2.1 Keamanan.............................................................. 576.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ............................... 586.2.3 Pelayanan Pengelola.............................................. 596.2.4 Penyediaan Sarana Informasi................................ 606.2.5 Aksesibilitas .......................................................... 616.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ................................... 626.2.7 Kualitas Udara....................................................... 636.2.8 Tingkat Kebisingan ............................................... 64

VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN ................................................................................ 65

7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model .............. 657.1.1 Fungsi Permintaan Wisata .................................... 657.1.2 Interpretasi Model ................................................. 68

7.2 Surplus Konsumen ............................................................... 74

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 78

8.1 Kesimpulan .......................................................................... 788.2 Saran..................................................................................... 79

IX. DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 81

LAMPIRAN.......................................................................................... 84

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002(dalam persen)......................................................................... 3

2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode PengambilanSampel dan Metode Analisis Data .......................................... 38

3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008-April 2009.............................................................................. 41

4. Hasil Analisis Regresi Poisson ............................................... 66

5. Perhitungan Surplus Konsumen.............................................. 75

6. Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009 ........ 76

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007.................. 2

2. Klasifikasi valuasi non-market................................................ 16

3. Kurva Permintaan Wisata ....................................................... 17

4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata ........... 20

5. Total Surplus Konsumen......................................................... 23

6. Surplus Konsumen .................................................................. 29

7. Alur Kerangka Pemikiran ....................................................... 33

8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ GunungTahun 2009 ............................................................................. 45

9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................ 46

10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 47

11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 48

12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................ 49

13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 50

14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................ 51

15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan RespondenPengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009......................... 52

16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 53

17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 53

18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 54

19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 .............................................. 55

20. Sebaran Jarak Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 56

21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................ 57

22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun 2009 .......................................... 58

23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009 .................................. 58

24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung.................................... 59

25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009 .......................... 60

26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009......................... 61

27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009....................................... 62

28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun 2009 ......................................... 63

29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009 ................................... 64

30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009............................ 64

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel ............................ 85

2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian Variabel .......................... 87

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi

tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat

memacu laju pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis

ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia

diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor tersebut mampu

meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat

di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan

dengan baik diharapkan sektor pariwisata dapat membantu sebagai katalisator

pembangunan di Indonesia (Yoeti, 2008).

Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan

sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai

dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positifnya

dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan

pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata

merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang

mempunyai dampak multidimensi (Lumaksono, 2009). Menurut Yoeti (2008),

dengan melihat pertumbuhan kunjungan wisatawan dan perolehan devisa, cukup

meyakinkan bahwa sektor pariwisata tetap memberikan yang terbaik bagi

perekonomian di indonesia. Berikut merupakan data perolehan devisa dari sektor

pariwisata.

4037.32

4797.94521.9

4447.98

5345.98

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Juta US $

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Devisa

Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) mengenai perkembangan

pariwisata dan transportasi nasional, secara keseluruhan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang

atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun

2007 sebesar 5,51 juta. Selanjutnya, penerimaan devisa tahun 2008 mencapai

US$ 7,5 milyar atau naik 41,5 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya

yang mencapai US$ 5,3 milyar. Kenaikan ini disebabkan karena

meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan pengeluaran per kunjungan,

sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri jumlahnya lebih besar lagi dan

kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional (Santosa,

2002).

Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif

oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama

ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata

memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa

dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini

mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang

politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan

asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Berikut merupakan tabel mengenai

besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor.

Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 (dalam persen)

Sumber devisa 1999 2000 2001 2002

Migas

Pariwisata

Tekstil

Garmen

Kayu Lapis

40,8

19,6

14,3

15,9

9,4

47,2

18,9

11,9

15,4

6,5

45,8

19,6

11,6

16,2

6,8

46,8

19,5

11,9

15,0

6,8

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi

ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam

sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi di Indonesia.

Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap

wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat

memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan

menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Sebagai

upaya pencapaian kondisi tersebut, diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi

yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang berperan

langsung dalam menangani pengelolaan sumberdaya alam yang ada di

wilayahnya. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang

memberikan kewenangan pada pemerintah di daerah untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan warganya dengan menggali dan mengelola sumberdaya alam yang

dimilikinya.

Pengelolaan sumberdaya yang optimal ditunjukkan melalui kesesuaian

tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk

biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki

suatu tempat wisata, maka penting untuk mengetahui faktor apa saja yang

mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik

dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari

tempat wisata tersebut.

Kabupaten Sukabumi berpotensi cukup besar untuk dikelola menjadi

daerah tujuan wisata karena terdapat beragam sumberdaya alam menarik di

dalamnya. Posisi wilayahnya yang berada di dataran tinggi memberikan nilai

tambah untuk menghasilkan suasana sejuk yang alami. Selain itu, akses

transportasi terhadap tempat wisata relatif mudah dijangkau. Salah satu obyek

wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik

adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung.

Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan suatu tempat wisata

yang menawarkan objek rekreasi dan daya tarik yang beragam seperti panorama

alam yang indah, danau atau situ, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara

pegunungan. Objek rekreasi yang terdapat di TWA Situ Gunung tersebut

tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana konsumsi yang

dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain

terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi

yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil

karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah,

udara yang sejuk dan lain sejenisnya.

1.2. Perumusan Masalah

Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan

negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai

potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di

Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan

serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang

dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan.

Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan

sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya

tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di

Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara

positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang

berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran

serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun

masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan

melestarikan potensi wisata yang dimilikinya.

Ratusan potensi ekowisata di Jawa Barat hingga kini belum tergarap

optimal menjadi obyek kunjungan yang bernilai ekonomi tinggi. Padahal, prospek

pengembangan wisata berbasis alam di provinsi ini merupakan yang terbesar

dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata

berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan

daerah1.

Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan

wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang

terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata

tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan

suatu objek wisata.

Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar

sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai

ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu,

perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa

lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya

akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.

Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi

besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun

salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode

Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Permintaan rekreasi berupa frekwensi

kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ

Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan,

umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya.

Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi

manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut 1Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal

.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009

meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan

pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan

mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ

Gunung?

2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan

wisata terhadap TWA Situ Gunung?

3. Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang

publik?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TWA Situ

Gunung.

2. Mengkaji fungsi permintaan wisata TWA Situ Gunung dengan

menggunakan metode biaya perjalanan.

3. Menduga nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan TWA Situ Gunung

berdasarkan nilai surplus konsumen yang diperoleh pengunjung

berdasarkan metode biaya perjalanan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Menambah wawasan terhadap aplikasi metode kuantitatif dalam

menentukan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang

belum memiliki nilai pasar.

2. Bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya

pengembangan lebih lanjut potensi TWA Situ Gunung.

3. Hasil dari penilaian manfaat ekonomi diharapkan dapat menjadi dasar

dalam menentukan alokasi sumberdaya yang optimum.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak

yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari

TWA Situ Gunung berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost

Method).

2. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik

sumberdaya alam yang dimilikinya.

3. Permintaan manfaat rekreasi merupakan jumlah kunjungan rekreasi selama

periode tertentu.

4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang

sama dengan pengunjung pada saat penelitian.

5. TWA Situ Gunung dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata

responden.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Definisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990

tentang kepariwisataan Bab I pasal 1 yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.

Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Wahab (1992) yaitu

pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,

standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Menurut Sabda

(2003) faktor penting yang terdapat dalam konsep pariwisata adalah : (1)

dilakukan hanya untuk sementara waktu, (2) dilakukan dari satu tempat ketempat

lain, (3) walaupun ada bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan

atau rekreasi dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari

nafkah atau mendapatkan penghasilan dan semata-mata sebagai konsumen di

tempat yang dikunjungi.

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9

Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora

dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba

dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia yang berwujud peninggalan purbakala, peninggalan

sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata

petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,

industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-

tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

2.2. Rekreasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), rekreasi adalah

penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan

menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Adapun ciri-ciri dari rekreasi antara lain

sebagai berikut (Pangemanan, 1993):

1. aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua

kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi asalkan

dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud

positif dari rekreasi.

2. rekreasi bersifat luwes, ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh

tempat, dapat berupa rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) dan

rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan

macam dan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan.

3. rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang.

4. rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin,

pangkat dan kedudukan sosial.

2.3. Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk

tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk

perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian

tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan

memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu

gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut :

1. menurut jumlah orang yang bepergian

a. pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang

bepergian.

b. pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat

hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan

bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu tour yang diorganisir

oleh suatu usaha perjalanan, dan biasanya rombongan ini didampingi

oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu

boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta.

2. menurut maksud bepergian

a. pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk

memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan

memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan

keletihan kerja selama di tempat rekreasi.

b. pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan

pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan

hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran

(fair), perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar

purbakala, dan lain-lain.

c. pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis

di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya

sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat,

perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara

khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini

memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya

kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas.

d. pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti

mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain

ski dan mendaki gunung.

e. pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuan-

pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata jenis ini

memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan

faktor-faktor lain yang penting seperti letak strategis, tersedianya

transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang

yang berperan serta dalam konferensi akan meminta fasilitas wisata

yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat membeli

cenderamata dan lain-lain.

3. menurut alat transportasi

a. pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api)

b. pariwisata tirta (laut, sungai, danau)

c. pariwisata dirgantara

4. menurut letak geografis

a. pariwisata domestik nasional, menunjukkan arus wisata yang

dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang

terbatas dalam suatu negara tertentu.

b. pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa

negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya

perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat

c. pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu

negara ke negara lain di dunia.

5. menurut umur, dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata

dewasa.

6. menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan

pariwisata wanita.

7. menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri dari

pariwisata taraf lux, pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata.

2.4. Taman Wisata Alam

Pengertian Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia (PP) Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam

dan Kawasan Pelestarian Alam, dalam pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan Taman Wisata Alam adalah Kawasan Pelestarian Alam dengan tujuan

utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

Pengertian Kawasan Alam itu sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,

baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,

serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pada pasal 33 dalam PP RI Nomor 68 Tahun 1998 tersebut dijelaskan pula

bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila

telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala

alam serta formasi geologi yang menarik,

2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi

dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam,

3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

2.5. Barang Publik

Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi

siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila

dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain

akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods)

didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas

yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat (Aristo, 2005).

Selanjutnya Aristo (2005) menyatakan bahwa barang publik memiliki dua

sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya, yaitu :

Non-rivalry.

Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan

satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan

konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat

mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang

diperoleh orang lain.

Non-excludable.

Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang

publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh

manfaat dari barang tersebut, dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke

barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun

tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebuah barang publik disebut

sebagai pure public goods atau barang publik murni apabila memiliki dua sifat ini

secara absolut.

2.6. Penilaian Ekonomi

Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk

memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan

sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi

barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang

tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua

kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga

implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang

dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed

WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah

Travel Cost Method, Hedonic Pricing dan teknik Random Utility Model.

Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana

keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung

diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang populer

dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method

(CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik

valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut :

Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-marketSumber : Fauzi, 2006

2.7. Permintaan Wisata

Definisi permintaan wisata berdasarkan beberapa ahli antara lain2 :

1. Ekonomi, dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan

elastisitas permintaan atau pendapatan dalam menggambarkan hubungan

antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan

variabel lainnya. Hal ini dapat diterangkan dalam kurva sebagai berikut :

2

Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm. Diakses: 8 February, 2009.

Contingent Valuation Contingent Choice Random Utility Model

Langsung (Expressed WTP)

Travel Cost Method, Hedonic Pricing Random Utility Model

VALUASI NON-MARKET

Tidak Langsung(Revealed WTP)

a.Faktor Harga terhadap Permintaan b.Faktor Nonharga terhadap Permintaan

Gambar 3. Kurva Permintaan WisataSumber: Ariyanto, 2004

Gambar tersebut menunjukkan perubahan yang terjadi pada kurva

permintaan. Pada panel a, perubahan sepanjang kurva permintaan

berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau

makin menurun. Sedangkan pada panel b, kurva permintaan akan

bergerak ke kanan atau ke kiri apabila terdapat perubahan–perubahan

terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor bukan harga.

Seperti jika harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai

faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu

akan menyebabkan kurva permintaan berpindah ke kanan atau ke kiri.

2. Geografi, menafsirkan permintaan dengan lebih luas dari sekedar pengaruh

harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan

perjalanan maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu

alasan tertentu.

3. Psikologi, lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi

antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam

jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

P1

P2

X1

P1

X X

P1 P2

X2X1X2

P P

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata adalah3:

1. Harga, dimana dengan harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata

maka akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang

akan bepergian atau calon wisatawan, sehingga permintaan wisatapun

akan berkurang, begitupula sebaliknya.

2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan

untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin

tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan

wisata jika dianggap menguntungkan.

3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau

dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisatawan

berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini

akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian informasi sebagai

khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

4. Sosial Politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah

tujuan wisata dalam situasi aman dan tentram, tetapi apabila hal tersebut

berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan terasa dampak

atau pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.

5. Intensitas Keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta

dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga

yang banyak maka keinginan untuk berlibur tersebut akan semakin besar,

hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

3

Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm. Diakses: 8 February, 2009.

6. Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek tersebut, harga barang

pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang

pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang

dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai tujuan wisata

utama di Indonesia, akibat suatu hal Bali tidak dapat memberikan

kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga

secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah

terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).

7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling

membantu dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang

saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang

komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan

obyek wisata lainnya.

Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata

tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan

watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang

untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan

pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat

dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya

kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah

dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung

dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi

wisatawan, seperti keamanan.

Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar

pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan

kegiatan berwisata atau tidak. Adapun faktor-faktor tersebut ditunjukkan dalam

gambar berikut ini :

Gambar 4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan WisataSumber : Wahab, 2003

2.8. Willingness To Pay

Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi

bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga (price tag) pada barang

dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu,

Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan (permintaan)

IRASIONAL(dorongan bawah sadar)

- sumber-sumber wisata (asset wisata)-(alam, panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial dan lain-lain)

- fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi).

- fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai dan lain-lain).

- kondisi lingkungan ( sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul).

- susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi)

- situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya).

- keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama dan lain-lain).

RASIONAL(dorongan yang disadari)

- lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga

- tingkah laku prestise- tiruan dan mode- pengaguman pribadi (dalam pola

tingkah laku)- perasaan-perasaan keagamaan- hubungan masyarakat dan promosi

pariwisata- iklan dan penyebaran informasi

pariwisata- kondisi ekonomi (faktor pendapatan

dan biaya)

digunakan apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam (Fauzi,

2006).

Selanjutnya Fauzi (2006) juga menyatakan secara umum, nilai ekonomi

didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin

mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara

formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang

terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan,

dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem dapat

diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang

dan jasa.

Haab dan McConnell (2002), menyatakan bahwa pengukuran WTP yang

dapat diterima atau reasonable harus memenuhi syarat :

1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif.

2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.

3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan

keacakan perhitungannya.

Pada pengukuran nilai sumber daya alam, nilai tersebut tidak selalu harus

diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Adapun yang diperlukan disini

adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar (purchasing power)

masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumber daya (Fauzi, 2006).

2.9. Regresi Poisson

Pada umumnya analisis regresi menggunakan variabel respon yang

merupakan variabel random kontinu dan berdistribusi normal, tetapi bisa saja

variabel respon yang digunakan adalah variabel diskrit dan berdistribusi Poisson.

Jika terdapat variabel respon yang berupa variabel numerik diskrit dan

berdistribusi Poisson, maka analisis regresi linier kurang tepat digunakan, dan

regresi yang tepat digunakan adalah regresi Poisson (Sundayani, 2004). Menurut

Hogg and Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random

mempunyai tipe diskrit dan menyatakan banyaknya kejadian dalam interval

tertentu (waktu, area, dan lain-lain), maka variabel random tersebut berdistribusi

Poisson.

Menurut Wijayanti (2003), estimator model permintaan rekreasi sering

dibuat dalam bentuk fungsi kontinu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least

Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang

rumit, antara lain :

1. Trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negatif

2. Metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung

melakukan kunjungan nol tidak akan diperoleh

3. Trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu

Menurut Smith dan Desvausges (1985) dalam Rahayu (1999), penggunaan

metode OLS dalam mengestimasi permintaan rekreasi akan menghasilkan

koefisien regresi yang bersifat bias, karena fungsi permintaan rekreasi merupakan

data cacah (count data) dari jumlah kunjungan dalam semusim atau setahun,

sehingga dependent variable merupakan bilangan bulat positif..

2.10. Pendugaan Surplus Konsumen

Surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh

konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan (Nicholson,

2002). Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari

partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari

luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga.

Gambar 5 menunjukkan supply barang X terhadap individu sebanyak 0x1.

Nilai marjinal X adalah 0P1. Guna membeli 0x1 barang X, pengeluaran uang

adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang dikonsumsi, atau daerah segiempat

0P1AX1. Kemauan membayar total jelas melebihi jumlah ini, karena jumlah

tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marjinal X dari 0 hingga X1, yaitu

daerah 0DAX1. Daerah ini merupakan penggambaran tingkat faedah total dan

merupakan manfaat kotor atau total dalam perhitungan manfaat-biaya. Daerah

yang diarsir DAP1 dikenal dengan nama surplus konsumen dan merupakan ukuran

kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al.,

1987).

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan

oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu,

surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang

dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya

manfaat ekonomi total (Hufschmidt et al., 1987).

Gambar 5. Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga

Sumber: Hufschmidt, 19872.11. Penelitian Terdahulu

Surplus Konsumen

Garis Harga

D

0

P1

X1

Banyaknya satuan barang X

Harga barang X tiap satuan

A

Pangemanan (1993) dalam penelitiannya di Taman Nasional Bunaken

Sulawesi Utara, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan

metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Zonal

Travel Cost Method. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai biaya perjalanan

dapat digunakan sebagai nilai pengganti bagi harga pasar barang publik (obyek

wisata Bunaken) melalui mekanisme pasar. Hal ini dapat dibuktikan dari tanda

koefisien regresi biaya perjalanan yang negatif dan nyata pada taraf kesalahan 1

persen.

Sabda (2003) menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Obyek

Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa timur. Penelitian tersebut mengkaji

pengaruh dua faktor ekonomi yaitu biaya perjalanan dan pendapatan perkapita

terhadap laju kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

kedua variabel tersebut mempengaruhi laju kunjungan wisatawan ke Obyek

Wisata Pasir Putih secara nyata, biaya perjalanan merupakan faktor pembatas

partisipasi seseorang dalam menikmati Obyek Wisata Pasir Putih.

Supriyatna (2004) menduga permintaan dan surplus konsumen pengunjung

Taman Wisata Danau Lido dengan menggunakan metode biaya perjalanan dan

metode kontingensi. Pendugaan fungsi permintaan dilakukan melalui Individual

Travel Cost Method, pengolahan data dianalisis melalui regresi Linear Berganda.

Peneliti mencoba membandingkan nilai WTP yang diperoleh berdasarkan metode

kontingensi dan metode biaya perjalanan. Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata kesediaan membayar pengunjung dengan metode kontingensi adalah

sebesar Rp 5.288,00 sedangkan dengan metode biaya perjalanan diperoleh Rp

41.462,00 per orang. Nilai manfaat rekreasi tahunan berdasarkan pendekatan

biaya perjalanan Rp 1.473.094.600,00 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai

manfaat rekreasi tahunan dengan pendekatan kontingensi Rp 202.530.400.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan biaya

perjalanan lebih tepat digunakan untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika

dibandingkan dengan pendekatan kontingensi.

Suharti (2007) dalam penelitiannya di di Kebun Wisata Pasir Mukti

menduga permintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya

perjalanan. Nilai manfaat ekonomi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan

Individual Travel Cost Method. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

biaya masuk / karcis responden berada di bawah Rp 34.000,00. Adapun variabel-

variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 % antara lain biaya perjalanan,

pendapatan individu per tahun, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama

mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya

tarik, tempat wisata alternatif, jenis kelamin dan status hari.

Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud

adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai

manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang yang membedakan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada alat

analisis. Alat analisis yang digunakan penulis untuk menentukan fungsi

permintaan wisata adalah analisis regresi poisson.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Objek Pariwisata Sebagai Barang Publik (Public Goods)

Beragam potensi pariwisata yang ada di berbagai daerah di Indonesia

sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam

yang alami pada umumnya termasuk kriteria barang publik. Barang publik atau

public goods merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang tidak akan

mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain

itu, barang publik juga memiliki sifat non excludable yang berarti seseorang tidak

dapat membatasi akses orang lain terhadap sumberdaya tersebut.

Manfaat ekonomi dari suatu barang publik sulit untuk diukur. Hal ini

dikarenakan belum adanya nilai pasar untuk sumberdaya tersebut, dengan kata

lain bersifat intangible. Maka dengan demikian diperlukan suatu pendekatan

untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu

sumberdaya alam.

3.2. Permintaan Wisata

Menurut Sinaga (1995), permintaan wisata terbagi ke dalam dua bagian,

yaitu : 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang

memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena

mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya masih belum mempunyai

waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan, 2) permintaan aktual (actual

demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke

suatu daerah tujuan tertentu.

Clawson dan Knetsch (1975), mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan wisata, yaitu :

1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial

a) jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata,

b) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang

berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal

wisata,

c) karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,

jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan,

d) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing

individu untuk keperluannya,

e) rata-rata waktu luang dan alokasinya,

f) pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan

dengan rekreasi.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah:

a) keindahan dan daya tarik,

b) intensitas dan sifat pengelolaannya,

c) alternatif pilihan tempat wisata lain,

d) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial,

e) karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata.

3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah:

a) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat

wisata,

b) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan,

c) biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata,

d) meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang

menarik.

3.3. Metode Biaya Perjalanan

Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan digunakan untuk

mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya melalui pendekatan

(proxy). Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya

digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut.

Metode ini terdiri dari dua pendekatan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM)

dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan estimasi Travel

Cost Method berdasarkan data yang berhubungan dengan zona asal pengunjung

(pengelompokan zona asal). Sedangkan ITCM merupakan estimasi Travel Cost

Method berdasarkan data survei dari setiap individu (pengunjung), bukan

berdasarkan pengelompokan zona.

Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method

karena lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik

statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode

zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan

bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi

tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir

bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu

yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya

perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu

yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi

permintaan terhadap daerah tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya

perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu.

(Turner et al, 1994).

3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen

Nilai surplus konsumen diartikan sebagai tambahan nilai yang diterima

individu untuk konsumsi sebuah barang melebihi dari yang dibayarkan

(Nicholson, 2002). Nilai yang bersedia dibayar oleh seseorang untuk memperoleh

haknya mengkonsumsi suatu barang pada harga yang sedang berlaku.

Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 6 berikut :

Gambar 6. Surplus KonsumenSumber: Nicholson, 2002

Pada harga P0 konsumen ini meminta sebesar X0 seperti ditunjukkan oleh

kurva permintaan hx. Jika harga naik ke P1 (mengurangi konsumsi X ke kuantitas

nol) konsumen ini akan membutuhkan tambahan pendapatn P1E0P0 untuk menjaga

kesejahteraannya tetap sama. Daerah ini disebut surplus konsumen.

3.5. Kerangka Operasional

Pembangunan di Indonesia saat ini mulai berorientasi terhadap

pengembangan di sektor industri pariwisata. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata

dinilai mampu bertahan, tidak terpengaruh krisis keuangan yang terjadi di dalam

negeri serta memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di

Harga

P0E0

0

X0

Kuantitas X per periode

P1

hx

sekitar kawasan wisata. Terlebih lagi sektor pariwisata merupakan sektor yang nir

konflik.

Pada dasarnya potensi objek wisata yang terdapat di daerah-daerah erat

kaitannya dengan sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan

dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap

tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang

lestari.

TWA Situ Gunung yang berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten

Sukabumi, merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk

dikembangkan lebih lanjut karena beragam potensi yang terdapat di dalamnya.

Saat ini, objek wisata tersebut selain menjadi kawasan pelestarian juga menjadi

sarana rekreasi. Panorama alam yang indah, danau, air terjun, flora dan fauna serta

sejuknya udara pegunungan menjadi daya tarik dan objek wisata dari tempat

wisata tersebut. Hal tersebut merupakan peluang besar bagi daerah setempat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui sektor pariwisata. Terlebih

lagi, saat ini motivasi kunjungan wisatawan mayoritas masih berorientasi pada

wisata sumber daya alam.

Peluang besar terhadap pasar yang dimiliki, hingga saat ini dirasa belum

dimanfaatkan secara optimal. Diperlukan pemanfaatan potensi sumber daya alam

secara bijaksana, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dari sisi sumberdaya

alam. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga diperlukan dari sisi kewilayahan.

Selain itu, dari sisi sumber daya manusia diperlukan peningkatan kualitas yang

memadai, dengan demikian optimalisasi pemanfaatan potensi diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dicirikan oleh tingginya

aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan yang ditawarkan.

Berdasarkan uraian dan kondisi indikator di atas, menggambarkan bahwa

ketersediaan potensi sumber daya dan peluang yang besar belum menjamin

kesejahteraan masyarakatnya. Ini berarti, dalam pengelolaan pariwisata diperlukan

upaya-upaya keras yang bersifat integratif dan kolektif serta terobosan-terobosan

baru yang melibatkan seluruh pihak terkait (multi stakeholders)4.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan

kualitas pengembangan ekowisata, antara lain ekologi, etnologi atau budaya,

ekonomi, edukasi, dan masalah estetika meliputi interior atau konsep bangunan5.

Terkait dengan faktor ekonomi, sebagian besar potensi wisata alam yang

ditawarkan di TWA Situ Gunung tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan

tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya

dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan

untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan

dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan

dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.

Potensi alam yang terdapat di TWA Situ Gunung merupakan sumber daya

alam yang tergolong barang publik dimana sumberdaya tersebut memiliki kriteria

non rivalry and non excludable. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu

penilaian manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung agar alokasi sumberdaya

tersebut menjadi optimum.

4 Profil Kabupaten Sukabumi. http://ppkipm.sukabumikab.net/?pilih=hal&id=2. Diakses: 4 September, 20095 Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum TergarapOptimal.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009

Guna mendapatkan nilai manfaat ekonomi tersebut, maka perlu diketahui

terlebih dahulu karakteristik dari pengunjung TWA Situ Gunung serta

menentukan fungsi permintaan wisata berdasarkan frekwensi kunjungan. Adapun

karakteristik tersebut meliputi faktor sosial ekonomi pengunjung TWA Situ

Gunung seperti pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur

dan jenis kelamin pengunjung, jumlah anggota rombongan, jarak tempuh, waktu

tempuh, lamanya rekreasi, daerah asal, pengetahuan pengunjung, pekerjaan

pengunjung, daya tarik lokasi, dan status hari kunjungan wisatawan.

Berdasarkan hasil regresi biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial

ekonomi pengunjung maka dapat diestimasi fungsi permintaan TWA Situ

Gunung. Selanjutnya, dari estimasi tersebut maka dapat diduga nilai surplus

konsumen pengunjung. Pada akhirnya, nilai manfaat ekonomi dapat diduga

dengan mengalikan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dengan

total kunjungan selama periode tertentu. Alur kerangka berfikir ditunjukkan pada

Gambar 7 berikut.

Keterangan :

Di luar Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran

Taman Wisata Alam Situ Gunung

Tujuan wisata

Belum diketahui nilai manfaat

ekonomi

Belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan wisata

Rekomendasi Pengelolaan dan Pengembangan Tempat Wisata

Tujuan pelestarian

Belum optimalnya pengelolaan TWA Situ Gunung Secara Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

wisata

Jasa lingkungansebagai barang publik

Belum diketahui karakteristik dan persepsi

pengunjung

Karakteristik dan persepsi pengunjung

Nilai manfaat ekonomi tempat

wisata

Potensi wisata

Analisis secara ekonomi TWA Situ Gunung

Analisis Deskriptif Analisis Regresi Poisson Pendugaan Surplus Konsumen

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di TWA Situ Gunung yang terletak di kaki Gunung

Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa

Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan

bahwa di kawasan tersebut memiliki beragam sumberdaya alam yang sangat

potensial untuk dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Adapun pengambilan

data primer dilakukan selama selang waktu ± 2 bulan, yaitu dari awal bulan April

sampai akhir bulan Mei 2009.

4.2. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive atau judgmental sampling

yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap pengunjung TWA

Situ Gunung. Adapun kriteria yang dikehendaki adalah pengunjung berusia di atas

15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden

dengan menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

Respoden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Angka tersebut

ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) yaitu :

η = N Keterangan :

1+ Ne2 η = ukuran sampel,

N = ukuran populasi,

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang

diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian

karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

Menurut data yang diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung, jumlah

kunjungan rata-rata pada periode Mei 2008-April 2009 terhadap lokasi wisata

tersebut adalah sebesar 2.385 orang. Berdasarkan rumus tersebut didapatkan

jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan batas kesalahan sebesar 10%.

Pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang

sebagai wakil kelompoknya.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode survei yaitu melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Data yang

dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni data primer dan data sekunder.

Data primer meliputi :

1. karakteristik pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, motivasi kunjungan dan cara kedatangan.

2. daerah asal,

3. banyaknya kunjungan rekreasi yang dilakukan,

4. total biaya rekreasi yang dikeluarkan oleh tiap individu,

5. penilaian pengunjung terhadap kawasan dan pelayanan seperti lokasi,

kebersihan, kualitas lingkungan, fasilitas rekreasi, keamanan, maupun

pelayanan dan informasi dari pengelola.

Data sekunder yang diperlukan meliputi karakteristik TWA Situ Gunung seperti

sejarah dan status kawasan, luas kawasan, lokasi, keadaan fisik, potensi wisata,

fasilitas penunjang dan lain sebagainya yang didapat dari studi literatur.

4.3. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan

menggunakan Stata 9 dan kemudian digunakan untuk membentuk model regresi

poisson. Pendugaan kunjungan ke TWA Situ Gunung dapat dilakukan dengan

Individual Travel Cost Method tiap individu per tahun kunjungan, yaitu :

Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10

+b11D1+b12D2+ b13D3+ei

b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9. b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1, X2, X3, X4,

X5, X6, X7, X8, X9, dan X10. b11, b12, b13 = Koefisien regresi untuk faktor

D1, D2, D3. Parameter yang diharapkan: b1, b6, b7, b10 < 0, b2, b3, b4, b5, , b8, b9 . b11,

b12, b13 > 0

dimana:

Y = Jumlah kunjungan ke lokasi TWA Situ Gunung dalam satu tahun

terakhir atau pada tahun diadakan penelitian (tahun 2009) dengan

kata lain frekuensi kunjungan per tahun.

b0 = Konstanta

X1 = Biaya perjalanan individu ke lokasi TWA Situ Gunung (rupiah per

orang).

X2 = Pendapatan responden (rupiah per tahun).

X3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun

mengenyam pendidikan (tahun).

X4 = Umur responden (tahun).

X5 = Jumlah anggota rombongan yang ikut serta melakukan rekreasi

(orang).

X6 = Jarak tempuh dari tempat tinggal, jarak yang ditempuh dari tempat

keberangkatan (km).

X7 = Waktu tempuh dari tempat keberangkatan hingga kembali ke

tempat asal (jam).

X8 = Waktu yang dihabiskan responden di lokasi wisata (jam).

X9 = Pengetahuan pengunjung mengenai tempat wisata yang dituju.

Dihitung berdasarkan jangka waktu responden mengetahui tempat

wisata tersebut (tahun).

X10 = Jumlah tanggungan pengunjung (orang).

D1 = Dummy daya tarik lokasi yang menyebabkan pengunjung ingin

melakukan kunjungan kembali atau tidak, dimana semakin baik

respon pengunjung maka semakin sering seseorang untuk

melakukan kunjungan lagi ke lokasi ini. Daya tarik dikategorikan

menjadi : ingin berkunjung kembali (1) dan tidak ingin berkunjung

kembali (0).

D2 = Dummy status hari pengunjung melakukan wisata, yang

dikategorikan dimana hari libur (0) dan hari biasa (1).

D3 = Dummy jenis kelamin, dimana laki-laki dikategorikan (1) dan

perempuan (0).

ei = Error term.

4.4. Pendugaan Surplus Konsumen

Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus

konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus

konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :

WTP ≈ Consumer Surplus = Y2

2b1

dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah

koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi, 2006).

4.5. Hipotesis Penelitian

1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah

tanggungan keluarga diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap

kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.

2. Pendapatan, umur, jumlah rombongan, lamanya kunjungan wisata dan

lama mengetahui lokasi diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap

kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.

3. Jenis kelamin, daya tarik dan status hari diperkirakan dapat berpengaruh

nyata terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.

Keterkaitan dalam metode penelitian ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data

No TujuanJenis Data

Metode Pengambilan Sampel

Metode Analisis Data

1Karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung

Data Primer, Data sekunder

Purposive samplingAnalisis Deskriptif

2

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Situ Gunung

Data Primer

Purposive samplingMetode Biaya Perjalanan

3Nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung

Data Primer, Data sekunder

Purposive samplingSurplus Konsumen

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Lokasi dan Kondisi Geografis

Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai luas 120 Ha. Secara

administrasi pemerintahan, tempat wisata ini terletak di Desa Gede Pangrango,

Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis berada pada

koordinat 106o 54’ 37” - 106o 55’ 30” BT dan 06o 39’ 40” – 06o 41’ 12” LS.

TWA Situ Gunung terletak di kaki Gunung Gede Pangrango pada

ketinggian antara 950-1.150 meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya

sebagian kecil datar dan sebagian besar berbukit. Adapun curah hujan di area ini

berkisar antara 3.500- 4.000 mm pertahun dengan 106 - 187 hari hujan per tahun.

Suhu udara berkisar 16 - 28oC dengan kelembaban rata-rata 84%.

Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Situ Gunung dapat ditempuh

melalui dua jalur yaitu :

1. Jakarta – Bogor – Cisaat – Situ Gunung yang jaraknya mencapai 123 km.

2. Bandung – Sukabumi – Cisaat dengan jarak kurang lebih 108 km.

Lokasi TWA Situ Gunung dapat dicapai dengan mudah. Adapun sarana

yang tersedia untuk menuju lokasi tersebut salah satunya yaitu kendaraan umum

dengan trayek Kadudampit - Cisaat. Jarak tempuh dari Cisaat ke Situ Gunung

kurang lebih 7 km. Jalan menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan

jalan aspal yang dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat

maupun bus atau truk.

Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di TWA Situ Gunung

antara lain adalah sebagai berikut :

- pasanggrahan yang tersedia sebanyak empat buah dan sebuah aula yang

dapat menampung lebih dari 200 orang

- bumi perkemahan seluas 5 Ha di bawah tegakan hutan damar

- kantor pusat informasi dan pelayanan

- jalan setapak dibuat dengan maksud untuk memperlancar dan sekaligus

memberikan petunjuk bagi wisatawan tentang potensi yang ada dalam

kawasan, karena itu jalan setapak ini dibuat sebagai penghubung tempat-

tempat yang mempunyai potensi dan atraksi wisata

- kafetaria, menyediakan dan melayani kebutuhan makanan dan minuman

- kios cindremata diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli kenang-

kenangan

- shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati

pemandangan alam

- fasilitas lainnya yaitu berupa tempat parkir, mushola, MCK, taman

bermain dan teater alam

TWA Situ Gunung adalah salah satu tempat wisata di Sukabumi yang

menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental. Jika mengunjungi tempat

wisata ini, bukan hanya pemandangan indah yang ditawarkan, tetapi sekaligus

rute tracking melewati membelah bukit dan pinggir danau. Berbagai sumberdaya

alam yang dimiliki oleh tempat wisata tersebut sangat potensial untuk

dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi TWA Situ Gunung merupakan tempat

wisata yang cukup banyak diminati. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan

wisatawan TWA Situ Gunung selama periode Mei 2008- April 2009.

Tabel 3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Peeriode Mei 2008-April 2009

Bulan (2008) Jumlah Kunjungan (orang)

Mei 1851Juni 2377Juli 3142

Agustus 2560

September 706

Oktober 7131November 1486

Desember 2206

Bulan (2009) Jumlah Kunjungan

Januari 1963

Februari 1098

Maret 2469

April 1630

TOTAL 28619

Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa yaitu

Rp 6.500,00. Berdasarkan cara kedatangan, pengunjung yang menggunakan

kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 1.500,00, kendaraan roda empat

dikenakan biaya Rp 2.500,00, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan biaya

Rp 6.000,00. Selain itu, TWA Situ Gunung menyediakan fasilitas akomodasi

berupa wisma yang disewakan. Tarif wisma dibedakan berdasarkan luasan, antara

lain Wisma Standar dengan tarif Rp 300.000,00, Wisma Deluxe dikenakan tarif

Rp 450.000,00, dan Aula dengan tarif sewa Rp 700.000,00. Di samping itu, untuk

fasilitas outbond dikenakan tarif sebesar Rp 500.000,00.

5.2. Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung

TWA Situ Gunung merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan

utama adalah untuk pariwisata dan rekreasi alam. Situ Gunung ditetapkan sebagai

Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

Nomor 6411/Kpts/Um/1975 tanggal 27 November 1975. Pada tanggal 4 Juni 1990

SK Dirjen tersebut dicabut/diganti dengan SK Mentri Kehutanan No.

184/kptsII/1990. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut maka disusunlah

Rencana Karya Lima Tahun Tahap II sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan

selama lima tahun (1997-2001) yang terarah dan terinci. Sejak tahun 1990 hak

pengusahaannya telah diserahkan kepada Perum Perhutani unit III Jawa Barat.

5.3. Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung

Telaga Situ Gunung dibangun pada tahun 1817 oleh Rangga Jagat

Syahadana yang lebih dikenal dengan nama Embah Jalun (1770-1841) sebagai

perwujudan rasa bahagia dan bangga karena dikaruniai seorang anak laki-laki

yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangannya. Rangga Jagat Syahadana

adalah seorang pejuang keturunan keluarga Raja Mataram yang berhaluan keras

dalam menentang penjajah Belanda, kemudian beliau meninggalkan Mataram

untuk bergabung dengan para pejuang dari Banten. Pada tahun 1808 Rangga Jagat

Syahadana tiba di Cirebon dan menikah dengan seorang gadis yang berasal dari

daerah Kuningan.

Selama melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dilakukan

dengan berpindah-pindah beliau pernah beberapa kali tertangkap yaitu tahun 1810

di Sumedang dan tahun 1840 di Sukabumi. Pada penangkapan terakhir Belanda

memutuskan hukuman gantung padanya di sebuah lapangan yang sekarang

menjadi alun-alun Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Berkat kesaktian yang

dimilikinya, akhirnya beliau dapat melepaskan diri dan memutuskan untuk pergi

ke Banten dengan meninggalkan anak dan istrinya. Namun, karena perjalanan

yang sulit serta usia yang sudah lanjut akhirnya beliau jatuh sakit dan meninggal

dunia di Bogor pada tahun 1841. Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih

secara paksa oleh Belanda dan dibangun kembali pada tahun 1850. Di kawasan

tersebut pernah dibangun suatu perhotelan dengan nama Hotel Situ Gunung yang

saat ini sudah tidak ada.

5.4. Potensi Biotik Kawasan

Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan habitat dari berbagi jenis

flora dan fauna, antara lain :

Flora

Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai keanekaragaman flora

diantaranya adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsa),

Damar (Agathis sp), Saninten (Castanopsis argentea), Hamirung

(Vemonea arborea), Gelam (Euginia fastigiata), Kisireum (Cleistocalyx

operculata), Lemo (Litsea cubeba), Beleketebe (Litsea sp), Suren (Toona

sureni), Riung anak (Castanopsis javanica), Walen (Ficus ribes), Merang

(Hibiscus surattensis), Kipangung (Trevesia sondaica), Kiputat

(Placchomia valida), Karembi (Homolanthus populnea), dan Manggong

(Macaranga rizoides). Selain jenis-jenis tersebut terdapat pula jenis

anggrek yang dilindungi diantaranya Anggrek Tanah Bunga Merah,

Anggrek Tanah Bunga Putih dan Anggrek Bajing Bunga Kuning.

Fauna

Fauna yang terdapat di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah 62 jenis

satwa liar yang terdiri dari 41 jenis burung (11 jenis yang dilindungi) dan

21 jenis Mamalia (8 jenis dilindungi). Jenis mamalia yang dilindungi

antara lain adalah Kucing hutan (Felis bengalensis), Anjing hutan (Cuon

alpinus), Owa (Hylobates moloch), Trenggiling (Manis javanica), Landak

(Hystrix branchura), Surili (Presbytis comata), Kijang (Munticus muntjak)

dan Kancil (Tragulus javanicus). Adapun jenis mamalia lainnya adalah

Bajing, Monyet ekor panjang, Lutung dan Babi hutan. Jenis burung yang

dilindungi di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah Elang Bondol

(Haliastur Indus), Alap-alap (Accipiter virgatus), burung Sesep Madu

(Aethopyga eximia), burung Kipas (Riphidura javanica), Cekaka (Halcyon

chloris), burung Madu Kuning (Nectarinia jugularis), burung Madu

Merah (Aethipiga sipraja), burung Madu Pipi Merah (Anthreptes

singalensis), burung Cabe (Dicaeum trochileum). Sedangkan jenis burung

lainnya antara lain Kutilang, Betet ekor panjang, Prenjak Tuwu, Emprit,

Cipoh, Kepondang, Tulung Tumpuk dan ayam hutan.

5.5. Obyek Wisata

TWA Situ Gunung memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup

beragam seperti panorama alam, flora dan fauna serta kualitas udara yang sejuk.

Selain itu, TWA Situ Gunung memiliki obyek wisata alam yang sangat menarik

untuk dikunjungi, diantaranya yaitu :

1. Danau Situ Gunung adalah sebuah telaga buatan yang luasnya sekitar

10 Ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon

damar. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Danau Situ

Gunung yakni menaiki perahu.

2. Air terjun yang terdapat di kawasan TWA Situ Gunung adalah Curug

Cimanaracun dan Curug Sawer.

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG

6.1. Karakteristik Responden

Penentuan karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung diperoleh

berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri

dari 69 orang laki-laki dan 31 orang perempuan. Pengunjung Taman Wisata Alam

Situ Gunung didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara

berkelompok.

6.1.1. Umur

Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung Taman Wisata

Alam Situ Gunung adalah kaum muda yang berusia antara 18-25 tahun yaitu

sebanyak 49%. Pengunjung yang usianya berkisar antara 26-33 tahun sebanyak

22%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 15% dan 14%

sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang

berusia di bawah 18 tahun tersebut didominasi oleh pelajar. Hal ini

merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di

tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat

pada Gambar 8 berikut ini.

14%

49%

22%

15%

<18 tahun

18-25tahun

26-33 tahun

>33 tahun

Gambar 8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.2. Daerah Asal

Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Taman Wisata Alam

Situ Gunung didominasi oleh mereka yang berasal dari Sukabumi yakni sebesar

71%. Pengunjung yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 19%.

Sisanya merupakan mereka yang datang dari daerah Bandung 8% dan dari daerah

lainnya sebanyak 2%. Data tersebut disajikan dalam Gambar 9 berikut.

19%

71%

8% 2%

Jakarta dan sekitarnya

Sukabumi

Bandung dan sekitarnya

Lainnya

Gambar 9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang masih berasal dari

Sukabumi merupakan konsumen potensial bagi tempat wisata ini. Hal tersebut

bisa dikarenakan masih minimnya tempat wisata di wilayah Sukabumi sehingga

banyak wisatawan yang menentukan pilihannya pada TWA Situ Gunung. Ini

dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai

fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih

banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Situ

Gunung masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih

diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari luar

daerah Sukabumi.

6.1.3. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA

Situ Gunung merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 43%. Pengunjung yang

berpendidikan akhir SMP sebanyak 23% dan SD sebanyak 1%. Sedangkan 33%

sisanya berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman

mereka akan pentingnya menjaga keberlanjutan dari suatu sumber daya alam dan

meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan

dari TWA Situ Gunung dapat terus dijaga. Terkait dengan karakteristik tingkat

pendidikan pengunjung TWA Situ Gunung, pengelola sebaiknya dapat menambah

dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah

dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan

terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden

ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini.

1%

23%

43%

33%

SD

SMP

SMA

PT

Gambar 10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.4. Pekerjaan

Jenis Pekerjaan dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung sangat

beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta (32%). Pelajar dan

mahasiswa (28%), wiraswasta (19%) dan sisanya merupakan Pegawai Negeri

Sipil, ibu Rumah Tangga dan buruh pabrik. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA

Situ Gunung lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung

memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu,

sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata

alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih

banyak lagi.

9%

19%

28%9%

32%

3%

PNS

Wiraswasta

Pelajar/Mahasiswa

Ibu Rumah Tangga

Pegawai Swasta

Buruh

Gambar 11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.5. Tingkat Pendapatan

Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar pengunjung TWA Situ

Gunung memiliki pendapatan kurang dari Rp 1.500.000,00. Gambar 12

menunjukkan 25% pengunjung memiliki pendapatan antara

Rp 1.000.001,00 - 1.500.000,00. Pengunjung yang berpendapatan antara

Rp 500.000,00 - 1.000.000,00 sebanyak 24% dan 22% lainnya memiliki

pendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Faktor pendapatan dapat mempengaruhi

kegiatan konsumsi termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata

merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, konsumen akan mengutamakan

kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk

berwisata. Diharapkan dengan semakin tingginya pendapatan, alokasinya terhadap

kegiatan rekreasi juga semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar

dari pengunjung juga dapat bertambah. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan

pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan

penambahan sarana dan prasarana pariwisata di Taman Wisata Alam Situ

Gunung.

22%

24%

25%

9%

7%

4%9%

<500.000

500.000-1.000.000

1.000.001-1.500.000

1.500.001-2.000.000

2.000.001-2.500.000

2.500.001-3.000.000

>3.000.000

Gambar 12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.6. Cara Kedatangan

Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung mendatangi

tempat wisata tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman

maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara

demikian yaitu sebesar 85%. Pengunjung lainnya memutuskan untuk

mengunjungi tempat wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 13% dan 2%

sisanya datang untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut,

penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung

TWA Situ Gunung yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata

dapat lebih terorganisir. Gambar 13 menunjukkan proporsi cara kedatangan

pengunjung TWA Situ Gunung.

85%

13%2%

Kelompok

Pasangan

Sendiri

Gambar 13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.7. Jumlah Rombongan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang

mengunjungi TWA Situ Gunung sebagian besar memutuskan untuk datang secara

berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <10 orang (69%). Pengunjung

lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 10-27 orang (27%) dan sisanya

datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 27 orang (4%). Adapun

wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya

merupakan perusahaan ataupun rombongan mahasiswa yang melakukan aktivitas

outbond. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk

meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas

lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah

rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan

dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini.

69%

27%

4%

<10 orang

10-27 orang

>27 orang

Gambar 14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.8. Alat Transportasi

Berdasarkan alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju tempat

wisata, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung datang dengan

menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 47%. Pengunjung lainnya

datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 22%. Sisanya memutuskan

untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan kendaraan umum (17%),

kendaraan charter atau bus (9%) dan berjalan kaki (5%).

Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang

datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih

ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi

wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung

yang membawa rombongan keluarganya. Bus biasanya digunakan oleh

rombongan karyawan perusahaan atau pun rombongan mahasiswa yang hendak

melakukan aktivitas outbond. Sedangkan mereka yang memilih berjalan kaki

merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari Taman Wisata

Alam Situ Gunung. Gambar 15 menunjukkan sebaran alat transportasi yang

digunakan pengunjung TWA Situ Gunung.

22%

47%

17%

9%5%

mobil

motor

umum

charter/bus

berjalan kaki

Gambar 15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.9. Sumber Informasi Lokasi

Menurut sumber informasi keberadaan TWA Situ Gunung, sebagian besar

pengunjung mengetahuinya dari teman atau saudara yaitu sebanyak 60%.

Pengunjung yang mengetahui dengan sendirinya sebanyak 35%. Mereka yang

menjawab demikian sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang telah lama

tinggal di sekitar tempat wisata ataupun wilayah Sukabumi dan mengetahui

keberadaan TWA Situ Gunung sejak lama sehingga sulit untuk menentukan dari

mana sumber pengetahuan mengenai TWA Situ Gunung tersebut. Sisanya

pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari media cetak atau

elektronik seperti koran, televisi maupun internet sebanyak 5%. Hal tersebut

diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya

lebih baik lagi baik melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat

menambah jumlah kunjungan wisatawan luar daerah. Sebaran sumber informasi

mengenai keberadaan TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 16 berikut ini.

5%

60%

35%Koran-Tv-Internet

Teman/Saudara

Tahu Sendiri

Gambar 16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.10. Lama Mengetahui Lokasi

Berdasarkan karakteristik lama mengetahui tempat wisata yang dihitung

dalam tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17, diketahui bahwa 41%

pengunjung TWA Situ Gunung baru mengetahui keberadaan tempat wisata

tersebut dalam kurun waktu 1-4 tahun. Sebanyak 23% lainnya telah mengetahui

keberadaan TWA Situ Gunung lebih dari 18 tahun yang lalu. Mereka yang

termasuk dalam kelas tersebut sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang

berasal dari daerah Sukabumi. Selain itu, 22% pengunjung telah mengetahui

keberadaan tempat wisata tersebut selama 10-18 tahun dan 14% sisanya sudah

mengetahui TWA Situ Gunung selama 5-9 tahun.

41%

14%

22%

23%

1-4 tahun

5-9 tahun

10-18 tahun

>18 tahun

Gambar 17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.11. Tujuan Wisata

TWA Situ Gunung mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan

alam. Panoramanya yang memikat mampu menarik minat banyak wisatawan yang

datang berkunjung hanya untuk sekedar menikmati keindahan alam dan suasana

sejuk di tempat tersebut. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di lokasi dan

sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 77%. Adapula pengunjung

lain yang datang ke TWA Situ Gunung melakukan aktivitas piknik bersama

keluarga ataupun rekan kerja sebesar 11%, 7% datang untuk berolah raga dan 5%

sisanya untuk melakukan kegiatan lain. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA

Situ Gunung disajikan pada Gambar 18. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan

fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan

pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Situ

Gunung.

77%

7%

11%5%

Menikmati Alam

Olahraga

Piknik

Lainnya

Gambar 18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.12. Lama kunjungan

Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di

TWA Situ Gunung. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 41%

pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut hanya 1-2 jam. Biasanya

mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana

sejuk di lokasi tersebut. Sehingga waktu yang dihabiskan di lokasi hanya sebentar.

Pengunjung lainnya memerlukan 3-4 jam untuk melakukan aktivitas wisata

(37%). Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 5-6 jam sebanyak

13% dan 7-8 jam sebanyak 6%. Pengunjung sisanya menghabiskan waktu untuk

berwisata di TWA Situ Gunung lebih dari 8 jam (9%). Pengunjung yang demikian

sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas survei

ataupun outbond. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar

menambah atraksi wisata alam yang menarik minat pengunjung, dengan demikian

diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu

berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung

dalam berwisata di TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 19 berikut ini.

41%

37%

13%

9%

1-2 jam

3-4jam

5-6jam

>6jam

Gambar 19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.13. Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh

Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Situ

Gunung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat

dengan lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak 2-32 km untuk

mencapai lokasi (65%). Diperkirakan mereka merupakan wisatawan lokal yang

berasal dari daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak lebih

dari 33 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari luar

kota. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Situ Gunung

ditunjukkan pada Gambar 20 berikut ini.

65%6%

6%

9%

3%2%5% 4%

2-32 km

33-63 km

64-94 km

95-125 km

126-156 km

157-187 km

188-218 km

>218 km

Gambar 20. Sebaran Jarak Tempuh Ke Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar

responden memerlukan waktu 1-2 jam untuk pulang pergi yakni sebanyak 60%.

Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal

dari daerah sekitar Sukabumi. Selain itu, 15% responden membutuhkan waktu

sebanyak 5-6 jam. Jumlah waktu sekian pada umumnya dibutuhkan oleh mereka

yang berasal dari daerah Cianjur, Bogor dan Sukabumi selatan. Jumlah waktu 3-4

jam dan 7-10 jam masing-masing 10% dari keseluruhan responden. Pengunjung

sisanya memerlukan waktu lebih dari 10 jam untuk pulang pergi dari TWA Situ

Gunung hingga ke daerah asal sebanyak 5%. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh

kemacetan yang mungkin terjadi di ruas jalan. Sebaran waktu tempuh yang

dibutuhkan pengunjung menuju TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 21

berikut ini.

60%

10%

15%

10%5%

1-2 jam

3-4 jam

5-6 jam

7-10 jam

>10 jam

Gambar 21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.2. Persepsi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung

Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali

informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Situ Gunung. Adapun

informasi tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas

rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan

informasi, dan kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu

pengunjung diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor

kebersihan, kualitas udara dan tingkat kebisingan. Hal ini perlu dilakukan agar

pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau

ditingkatkan dalam mengelola TWA Situ Gunung.

6.2.1. Keamanan

Hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Situ Gunung mengenai

tingkat keamanan di tempat wisata tersebut 74% responden menyatakan aman.

Pengunjung lainnya menyatakan sangat aman sebanyak 19% dan sisanya 7%

menyatakan kurang aman. Adapun kriteria aman yang dimaksud meliputi

kecelakaan fisik akibat aktivitas rekreasi maupun kriminalitas seperti terjadinya

kehilangan materi ataupun benda lain akibat pencurian. Berikut merupakan

proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Situ Gunung.

19%

74%

7%

sangat nyaman

aman

kurang aman

Gambar 22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun 2009

6.2.2. Penyediaan Fasilitas Rekreasi

Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Situ Gunung, seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 23, 68% responden menyatakan bahwa fasilitas di

tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan

fasilitas wisata disana memadai sebesar 26% dan sisanya menyatakan sangat

memadai sebesar 6%. Adapun responden yang menyatakan kurang memadai

melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat

perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan.

6%

26%

68%

sangat memadai

memadai

kurang memadai

Gambar 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009

Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain WC umum, tempat

ibadah dan tempat parkir. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu

untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah dan fasilitas bermain.

Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Situ Gunung.

Gambar 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung

Sebagian fasilitas yang disebutkan sebelumnya telah tersedia di Taman

Wisata Alam Situ Gunung. Akan tetapi kondisinya dinilai cukup tidak nyaman

untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu perhatian pengelola akan perbaikan dan

penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan tempat wisata

tersebut lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan

dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri.

6.2.3. Pelayanan Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung

Berdasarkan faktor pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung

yang melakukan rekreasi atau kegiatan lainnya di TWA Situ Gunung, Gambar 25

menunjukkan 7% dari pengunjung menilai bahwa pelayanan pengelola dalam

menerima kunjungan wisatawan sangat baik. Pengunjung yang berpendapat

pengelola cukup baik dalam melayani dan menerima kunjungan wisatawan

sebanyak 72%. Sebanyak 19% dari pengunjung menilai pelayanan pengelola

wisata setempat kurang baik bahkan 2% sisanya menyatakan sangat kurang baik.

Berdasarkan informasi tersebut, diperlukan perhatian dari pengelola tempat wisata

untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan

kunjungan kembali ke TWA Situ Gunung.

7%

72%

19%2%

sangat baik

baik

kurang baik

sangat kurang

Gambar 25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009

6.2.4. Penyediaan Sarana Informasi

Sarana informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup buku

petunjuk, peta ataupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk memenuhi segala

bentuk kebutuhan informasi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ

Gunung. Hasil penelitian menunjukkan 46% wisatawan menyatakan sarana

informasi di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Hanya 3% responden

yang menyatakan sangat memadai, 24% lainnya berpendapat sarana informasi

yang diberikan itu memadai. Sebanyak 27% sisanya bahkan menilai tidak ada. Hal

ini dapat dikarenakan baik peta wisata maupun papan petunjuk jalan serta bentuk

informasi lainnya masih sulit untuk ditemukan sehingga sebagian pengunjung

lebih memilih bertanya langsung kepada pengelola maupun pedagang di sekitar

kawasan untuk mengetahui informasi wisata yang diperlukan. Gambar 26

berikut menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai penyediaan

informasi di TWA Situ Gunung.

3%

24%

46%

27%

sangat memadai

memadai

kurang memadai

tidak ada

Gambar 26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009

6.2.5. Aksesibilitas

Menurut segi aksesibilitas yang meliputi kondisi jalan, mudah atau

tidaknya menemukan kendaraan umum serta alur jalan yang dilalui, 13%

responden menilai sangat mudah. Sebagian besar responden berpendapat bahwa

aksesibilitas menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung relatif mudah yakni

sebesar 50%. Sebanyak 31% responden mengatakan sulit dan hanya 6% sisanya

yang berpendapat aksesibilitas menuju tempat wisata tersebut sangat sulit untuk

dilalui.

Mereka yang berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Situ Gunung

sangat sulit untuk dilalui, sebagian besar merupakan pengguna kendaraan pribadi.

Adapun penilaian tersebut berdasarkan alur jalan yang berkelok-kelok serta

kondisi jalan dalam kawasan wisata yang berbatu dan berlubang. Oleh karena itu,

diperlukan suatu upaya dari pengelola lokasi wisata setempat untuk memperbaiki

jalan dalam kawasan wisata sehingga dapat meningkatkan kenyamanan

pengunjung yang membawa kendaraan. Gambar 27 menunjukkan proporsi

penilaian responden mengenai aksesibilitas di tempat wisata tersebut.

13%

50%

31%

6%

sangat mudah

mudah

sulit

sangat sulit

Gambar 27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009

6.2.6. Kebersihan Tempat Wisata

Faktor kebersihan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata.

Menurut hasil penelitian, hanya 6% yang mengemukakan bahwa kebersihan TWA

Situ Gunung tidak ada masalah. Responden menyatakan sedang karena belum

merasa terganggu dengan kondisi kebersihan di kawasan wisata tersebut sebanyak

59%. Sisanya 35% merupakan pengunjung yang menyatakan bermasalah. Dinilai

demikian dikarenakan banyaknya sampah yang berserakan akibat aktivitas wisata,

kurangnya tempat pembuangan sampah, rumput yang tumbuh tinggi serta

minimnya petugas kebersihan.

Menurut hasil observasi diketahui bahwa proses pembuangan sampah

dilakukan oleh para pedagang yang melakukan aktivitas ekonomi di lokasi

tersebut. Oleh karena itu, perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola

untuk menambah unit kebersihan dalam pengelolaan sampah serta perawatan

ruang terbuka hijau agar tercipta lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi

pengunjung yang melakukan rekreasi. Gambar 28 berikut menunjukkan proporsi

responden mengenai penilaian kebersihan di TWA Situ Gunung.

35%

59%

6%

bermasalah

sedang

tidak ada masalah

Gambar 28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun 2009

6.2.7. Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara

Kualitas udara di TWA Situ Gunung dinilai masih sangat sejuk dan belum

terganggu oleh polusi akibat kendaraan maupun aktivitas ekonomi. Sebagian

besar responden berpendapat demikian yakni sebanyak 78% dan sisanya 22%

menyatakan tingkat polusi udara sedang dengan alasan bahwa aktivitas rekreasi

yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut terlebih

bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Gambar 29

menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kualitas udara di TWA Situ

Gunung.

22%

78%

sedang

tidak ada masalah

Gambar 29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009

6.2.8. Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan

Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden adalah tingkat

kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, 75% pengunjung

berpendapat bahwa tidak ada masalah polusi suara di Taman Wisata Alam Situ

Gunung. Sebanyak 25% menyatakan sedang dengan alasan suara yang dihasilkan

dari aktivitas wisata berpotensi menciptakan kebisingan. Proporsi responden

mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Gambar 30 berikut

ini.

75%

25%

sedang

tidak ada masalah

Gambar 30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009

VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN

7.1. Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model

Model permintaan rekreasi di TWA Situ Gunung diturunkan melalui

pendekatan model persamaan regresi Poisson dengan menggunakan beberapa

variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi

kunjungan wisatawan. Pada penelitian terdahulu, pengujian jumlah kunjungan

wisata sering didasarkan pada ordinary regression method yang mengestimasi

permintaan rekreasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS).

Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa estimasi fungsi permintaan melalui

OLS kurang sesuai untuk digunakan. Berikut akan dijelaskan mengenai fungsi

permintaan wisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung beserta interpretasi

variabel-variabel yang mempengaruhinya.

7.1.1. Fungsi Permintaan Wisata

Guna menentukan fungsi permintaan wisata di TWA Situ Gunung,

sebelumnya ditentukan beberapa independent variable yang diperkirakan dapat

mempengaruhi wisatawan dalam menentukan jumlah kunjungan per tahun

terhadap TWA Situ Gunung. Terdapat 13 independent variable yang digunakan

untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan (dependent variable)

yakni biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan akhir, umur, jumlah rombongan,

jarak tempuh, waktu tempuh, lama kunjungan, lama mengetahui tempat wisata,

daya tarik wisata, status hari kunjungan, jenis kelamin dan jumlah tanggungan.

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan

stata 9 yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi poisson.

Berikut merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan regresi poisson.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Poisson

Independent Variable Coef. Std. Err. z P>|z|

Biaya Perjalanan (X1) -0.0000333 9.83E-06 -3.38 0.001*

Pendapatan (X2) 0.1114163 0.0320345 3.48 0.001*

Pendidikan Akhir (X3) -0.0303855 0.0238202 -1.28 0.202

Umur (X4) -0.0203148 0.0102944 -1.97 0.048**

Jumlah Rombongan (X5) 0.0027026 0.0043563 0.62 0.535

Waktu Tempuh (X7) -0.0516224 0.0337729 -1.53 0.126***

Lama Kunjungan (X8) 0.0403546 0.0333285 1.21 0.226

Lama Mengetahui (X9) 0.0287231 0.0079508 3.61 0.000*

Daya Tarik (D1) 0.7351865 0.4818184 1.53 0.127***

Status Hari (D2) -0.107277 0.1274805 -0.84 0.400

Jenis Kelamin (D3) 0.3098775 0.1353350 2.29 0.022**

_cons 0.7201758 0.5827132 1.24 0.216Sumber : Data Primer Diolah oleh Penulis Tahun 2009

Keterangan tabel: * nyata pada taraf uji 1% ** nyata pada taraf uji 5% *** nyata pada taraf uji 15%

Pengujian multikolinearitas terhadap ke-13 variabel diperlukan untuk

memperoleh ketepatan dalam pengukuran surplus konsumen. Jika kecenderungan

dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, dapat

dikatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.

Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel, perlu diukur seberapa kuat

hubungan antara variabel itu terjadi, dengan kata lain perlu ditentukan derajat

hubungan antara variabel-variabel. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk

pengujian tersebut. Perlakuan ini menyebabkan variabel yang sebenarnya

berpengaruh terpaksa dikeluarkan untuk membentuk model yang terbaik.

Menurut uji korelasi Pearson, diketahui bahwa variabel jarak tempuh

memiliki korelasi variabel waktu tempuh. Selain itu, diketahui pula variabel

jumlah tanggungan berkorelasi dengan variabel umur. Hal tersebut ditunjukkan

dengan nilai derajat hubungan yang dihasilkan oleh variabel jarak tempuh

terhadap waktu tempuh di atas 0,5 yaitu 0,8263. begitu pula dengan variabel

jumlah tanggungan yang memiliki nilai derajat hubungan sebesar 0,6174 terhadap

variabel umur. Berdasarkan kriteria tingkat hubungan dari suatu nilai koefisien

korelasi, diketahui bahwa variabel yang memiliki nilai derajat hubungan melebihi

0,5 diduga memiliki hubungan korelasi6. Guna memperoleh model yang terbaik

dan bebas dari masalah multikolinieritas, maka variabel jarak tempuh dan jumlah

tanggungan dikeluarkan dari model.

Interpretasi pengaruh koefisien independent variable regresi Poisson

terhadap dependent variable berbeda dengan interpretasi dalam OLS. Dalam

regresi linier, peningkatan koefisien positif akan meningkatkan nilai dependent

variable-nya. Jika dalam regresi Poisson, peningkatan nilai independent variable

akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian dari dependent variable

(Hellerstein et al, 1993).

Hasil analisis regresi poisson menunjukkan nilai pseudo R2 sebesar

23,10%. Tidak seperti regresi linier biasa yang diduga dengan OLS dimana R2

bersifat aditif terhadap model, pada regresi poisson nilai R2 bersifat parametrik

dan sudah dimasukkan ke dalam model sehingga tidak perlu diperhitungkan

(Hellerstein et al, 1993). Berdasarkan analisis tersebut didapat pula fungsi

permintaan wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung sebagai berikut :

6 Industrial Engineering. 2005. Statistik Industrihttp://statistikindustri.blogspot.com/2008/05/regresi-dan-korelasi.html. Diakses: 4 September, 2009

Y = 7,2.10-1 – 3,33.10-5 x1 + 1,11.10-1 x2 - 3,04.10-2 x3 – 2,03.10-2 x4 + 2,7.10-3

x5 -5,16.10-2 x7 + 4,03.10-2 x8 + 2,87.10-2 x9 + 7,35.10-1 x10 – 1,07.10-1 x11 + 3,1.10-1 x12 + e

Hasil analisis menunjukkan nilai P sebesar 0,000 berarti peluang untuk

menolak model persamaan tersebut sangat kecil, dengan kesalahan yang terjadi

sangat kecil (Nurdini, 2004). Berdasarkan hasil pengolahan data ditunjukkan

terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara

signifikan pada taraf uji 1%, 5% dan 15%. Pada taraf uji 1% variabel yang

berpengaruh secara signifikan antara lain biaya perjalanan (x1), pendapatan (x2)

dan lama mengetahui TWA Situ Gunung (x9). Selain itu, variabel yang

berpengaruh nyata pada taraf 5% antara lain variabel umur (x4) dan jenis kelamin

pengunjung (D3). Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15%

adalah adalah waktu tempuh (x7) dan daya tarik wisata (D1).

7.1.2. Interpretasi Model

Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan

atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi poisson, peningkatan

independent variabel yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata

dependent variabel. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata

jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin

meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-

rata jumlah kunjungan wisatawan terhadap TWA Situ Gunung.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang

mempengaruhi peluang rata-rata jumlah kunjungan wisata di Taman Wisata Alam

Situ Gunung. Empat variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Berikut

merupakan interpretasi hasil analisis regresi dari variabel-variabel sosial ekonomi

terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di tempat wisata tersebut.

Biaya Perjalanan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi poisson, diketahui bahwa

nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 1% sehingga dapat

dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan

wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisiennya yang bertanda negatif

menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai biaya perjalanan maka akan semakin

mengurangi peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan

hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan

mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Begitupun dengan keadaan di

lapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata kali kunjungan

wisatawan berkurang sejalan dengan semakin tingginya biaya perjalanan dari

wisata itu sendiri. Hal ini dapat dikarenakan biaya perjalanan merupakan faktor

yang sangat penting dalam keputusan melakukan suatu kegiatan rekreasi.

Pendapatan

Keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan konsumsi tidak dapat

terlepas dari pendapatan individu tersebut termasuk kegiatan konsumsi rekreasi.

Faktor pendapatan secara statistik berpengaruh nyata pada taraf 1% yang berarti

faktor ini mempengaruhi jumlah kunjungan wisata secara signifikan. Hasil

analisis menunjukkan tanda koefisien pendapatan bernilai positif. Ini mengartikan

bahwa semakin tinggi pendapatan wisatawan maka akan semakin tinggi pula

peluang rata-rata jumlah kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Hal tersebut

diperkirakan karena rata-rata pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan

yang relatif rendah sehingga sejalan dengan meningkatnya pendapatan

pengunjung maka mereka akan cenderung menambah kunjungannya ke TWA Situ

Gunung. Maka dari itu, faktor pendapatan dikatakan sesuai dengan hipotesis awal,

dimana dengan semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi konsumsi

dan kecenderungan mengalokasikan pendapatannya untuk rekreasi serta

pemenuhan kebutuhan tersiernya.

Pendidikan Akhir Pengunjung

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan akhir pengunjung

memiliki koefisien negatif, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

wisatawan maka justru akan cenderung menurunkan peluang rata-rata

kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Berlaku demikian diperkirakan karena

dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami

kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana

sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata

menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan

untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana

lebih baik.

Umur

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor umur memiliki tanda

koefisien yang negatif, berarti ada kecenderungan dimana semakin tua usia

wisatawan maka peluang rata-rata kunjungannya ke TWA Situ Gunung akan

menurun. Variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

kunjungan wisata pada taraf uji 5%. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan

dimana pengunjung dari tempat wisata tersebut sebagian besar merupakan kaum

muda. Smith (1996) dalam Muntasib (2007) menyatakan bahwa para pemuda

mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang

menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam.

Jumlah Rombongan

Jumlah rombongan memiliki koefisien positif tetapi tidak signifikan

mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Ini menunjukkan bahwa

dengan semakin banyak jumlah rombongan yang melakukan aktivitas wisata,

maka semakin besar peluang kunjungan rata-rata wisatawan. Hal ini dapat

dikarenakan TWA Situ Gunung merupakan suatu bentuk wisata alam yang

menyediakan fasilitas outbond, perahu serta ruang terbuka hijau yang luas,

sehingga memberikan alasan kepada pengunjung untuk datang beramai-ramai.

Waktu Tempuh

Waktu tempuh merupakan jumlah waktu pulang pergi yang diperlukan

wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata dari tempat keberangkatan

hingga kembali ke tempat asal. Pada analisis sebelumnya ditunjukkan bahwa

waktu tempuh mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan pada

taraf uji 15% dan memiliki koefisien negatif. Dapat diartikan dengan semakin

lama waktu tempuh yang dibutuhkan menuju tempat wisata, maka akan semakin

tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan, sehingga terdapat kecenderungan

wisatawan untuk mengalihkan tujuan wisatanya ke tempat rekreasi yang lebih

dekat. Berbeda halnya jika TWA Situ Gunung tergolong tempat wisata yang unik

yakni tempat wisata yang memiliki ciri khas tersendiri, dimana waktu tempuh bisa

saja berlaku positif yang berarti semakin lama waktu tempuh justru akan semakin

meningkatkan peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut,

TWA Situ Gunung dapat dikatakan tergolong tempat wisata biasa yakni tempat

wisata yang umum terdapat di berbagai daerah.

Lama Kunjungan

Waktu yang dihabiskan pengunjung di tempat wisata diartikan sebagai

lama kunjungan wisatawan. Hasil analisis menggunakan regresi poisson

menunjukkan bahwa lama kunjungan tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan

per tahun wisatawan secara signifikan. Tanda koefisien positif menunjukkan

dengan semakin lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung

maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke lokasi tersebut. Hal

ini dapat dikarenakan pengunjung belum merasa puas dan belum cukup

memahami lingkungan setempat sehingga dengan semakin lama waktu yang

dihabiskan di lokasi akan semakin menarik pengunjung untuk meningkatkan

peluang rata-rata kunjungannya.

Lama Mengetahui

Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan

mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung. Variabel lama mengetahui tempat

wisata berpengaruh nyata pada taraf 1%. Dari hasil wawancara diketahui bahwa

rata-rata pengunjung yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak kecil cenderung

mengunjungi tempat wisata tersebut lebih sering dibanding mereka yang baru

mengetahui satu atau dua tahun. Berdasarkan hasil wawancara pula diketahui

bahwa mereka yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak lama merupakan

wisatawan lokal yang berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Hal tersebut

menginterpretasikan tanda koefisien positif dari variabel lama mengetahui tempat

wisata.

Daya Tarik

Variabel daya tarik menjelaskan seberapa besar objek wisata Taman

Wisata Alam Situ Gunung mempengaruhi penentuan frekuensi kunjungan

wisatawan. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa variabel tersebut memiliki

koefisien positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15%. Dapat dikatakan

semakin sering seseorang berkunjung ke Taman Wisata Alam Situ Gunung maka

semakin tinggi peluang rata-rata kunjungannya di masa yang akan datang.

Status Hari

Hasil analisis menunjukkan bahwa status hari tidak mempengaruhi jumlah

kunjungan wisatawan secara signifikan. Adapun status hari ini dibedakan menjadi

hari libur dan hari biasa. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa jumlah

kunjungan wisata pada hari biasa lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan

pada hari libur.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap frekuensi

kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisien positif menjelaskan

bahwa wisatawan yang berjenis kelamin laki-laki akan cenderung meningkatkan

peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal tersebut yang berlaku di lapangan

dimana karakteristik pengunjungnya didominasi oleh wisatawan laki-laki.

Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa segmen pasar dari TWA

Situ Gunung merupakan kaum muda dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat

dipertimbangkan untuk pengembangan TWA Situ Gunung lebih lanjut. Pengelola

dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan

alam, wisata trackking, camping maupun hiking yang cocok dengan jiwa kaum

muda. Selain itu, dengan melihat faktor pendapatan yang memiliki kecenderungan

pengunjung dengan pendapatan menengah ke bawah, dapat disimpulkan tempat

wisata tersebut dapat dinikmati hampir oleh setiap kalangan karena biaya wisata

yang diperlukan relatif terjangkau.

Variabel waktu tempuh diketahui berpengaruh nyata terhadap peluang

rata-rata jumlah kunjungan ke TWA Situ Gunung. Hal ini dapat diatasi dengan

upaya promosi mengenai kelebihan dari wisata alam yang menawarkan

ketenangan dan kesejukkan suasana alam dengan panorama indah dan jauh dari

kebisingan. Sangat cocok bagi pengunjung yang suntuk dengan suasana kota

besar, sehingga lamanya waktu tempuh akan terbayar dengan jasa lingkungan

yang disediakan TWA Situ Gunung. Selain itu, variabel lama mengetahui lokasi

juga diketahui berpengaruh terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan, oleh

karena itu pengelola sebaiknya meningkatkan upaya promosi melalui berbagai

media sehingga sumber informasi mengenai TWA Situ Gunung dapat diakses

dengan mudah bagi para calon wisatawan.

7.2 Surplus Konsumen

Penentuan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung didasarkan

pada nilai surplus konsumen yang diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang

telah terbentuk sebelumnya. Menurut Fauzi (2006), setelah mengetahui fungsi

permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari

nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per

individu dapat diukur melalui formula SK = Y2/2b, dimana Y adalah jumlah

kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya

perjalanan. Garrod dan Willis (1999) menunjukkan perhitungan surplus konsumen

pada dua model persamaan yang disajikan pada Tabel 4 berikut :

Tabel 5. Perhitungan Surplus Konsumen

Fungsi Permintaan

PersamaanNilai SK Total Kunjungan Per Individu

Linier Y=α+βc SK = v2/-2β

Semi Log Ln v=α+βc SK = v/-βSumber : Garrod dan Willis (1999)Ket: y: jumlah kunjungan, c: biaya perjalanan, α: konstanta, β: koefisien biaya perjalanan

Perbedaan antara WTP wisatawan dengan pengeluaran aktual wisatawan

merupakan surplus konsumen. Surplus konsumen dikenal sebagai manfaat bersih

dan hal ini merepresentasikan suatu nilai (value) yang sangat berguna bagi

penentu kebijakan, manajer dan pengambil keputusan yang lain berkaitan dengan

kegiatan rekreasi dan industri wisata (Marsinko et al, 2002 dalam Wijayanti,

2009). Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai surplus konsumen

total kunjungan per individu sebesar Rp 277.477,00. Kemudian, diperoleh nilai

surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Konsep

surplus konsumen merupakan indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya

masih mau membayar lebih mahal dari tiket yang berlaku saat ini, yakni sebesar

Rp 6.500,00.

Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka

dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen

yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April

2009 saat penelitian berlangsung. Adapun jumlah kunjungan pada periode

tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009

Bulan (2008) Jumlah KunjunganSurplus Konsumen(Rupiah)

Mei 1851 86.713.513,52Juni 2377 111.354.955Juli 3142 147.192.792,8Agustus 2560 119.927.927,9September 706 33.073.873,88Oktober 7131 334.064.864,9November 1486 69.614.414,42Desember 2206 103.344.144,2

Bulan (2009) Jumlah KunjunganSurplus Konsumen(Rupiah)

Januari 1963 91.960.360,37Februari 1098 51.437.837,84Maret 2469 115.664.864,9April 1630 76.360.360,37

TOTAL 28619 1.340.709.910Sumber : Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung

Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar

pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas

rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang

menurut responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat

beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan jalan.

Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain anak

(playground), tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan fauna.

Pengelolaan yang baik dari TWA Situ Gunung sangat diperlukan untuk

meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. Nilai surplus konsumen yang

besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih

mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam

di TWA Situ Gunung. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas

dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi

pengelola maupun pengunjung TWA Situ Gunung dari kegiatan rekreasi tersebut

dapat mencapai optimum.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Situ Gunung didominasi

oleh pengunjung laki-laki dengan usia 18-25 tahun, berasal dari daerah

Sukabumi, dengan tingkat pendidikan SMA, sebagian besar pengunjung

merupakan pegawai swasta dengan pendapatan kurang dari

Rp. 1.500.000,00, mencapai lokasi menggunakan kendaraan roda dua

secara berkelompok. Pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari

teman atau saudara dan sudah mengetahuinya sejak 1-4 tahun yang lalu.

Adapun tujuan mereka berwisata untuk menikmati keindahan alam di

lokasi tersebut dan menghabiskan waktu berwisata 1-2 jam.

2. Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi jumlah kunjungan

rekreasi di TWA Situ Gunung secara signifikan antara lain biaya

perjalanan, pendapatan, lama mengetahui lokasi, umur, jenis kelamin

pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata.

3. Model biaya perjalanan merupakan salah satu dasar untuk menduga

surplus konsumen. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, didapatkan

bahwa nilai surplus konsumen total kunjungan per individu sebesar

Rp 277.477,00. Nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dari

TWA Situ Gunung sebesar Rp 46.847,00. Berdasarkan angka tersebut,

diketahui kesediaan pengunjung untuk membayar lebih tinggi dari tarif

masuk yang telah ditentukan cukup besar. Akan tetapi hal tersebut harus

disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, bentuk fasilitas yang menurut

responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat

beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan

jalan. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain

anak (playground), tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan

fauna. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP

sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang

telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April

2009 yaitu sebanyak 28.619 orang. Berdasarkan perhitungan tersebut,

diperoleh nilai manfaat ekonomi dari Taman Wisata Alam Situ Gunung

sebesar Rp 1.340.709.910,00.

8.2. Saran

1. TWA Situ Gunung merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial

untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya promosi dan pemberian

pengetahuan mengenai keberadaan tempat wisata tersebut dirasa masih

sangat kurang. Oleh karena itu, pengelola perlu meningkatkan aktivitas

promosi untuk menjaring wisatawan lebih banyak lagi. Tidak hanya di

daerah sekitar Sukabumi, melainkan hingga ke luar kota. Adapun aktivitas

promosi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media yang ada baik

cetak maupun elektronik.

2. Pengelola perlu memperhatikan peningkatan kualitas TWA Situ Gunung.

Terlebih ketika faktor-faktor yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan

menurut pengunjung dari hasil penelitian ini telah diketahui. Hal ini

dibutuhkan guna pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik dari

tempat wisata tersebut.

3. Nilai surplus konsumen yang telah diperoleh merupakan indikator sampai

sejauh mana pengunjung mampu mentolerir kenaikan harga tarif masuk.

Hal tersebut diharapkan dapat memberikan dasar informasi bagi

pengunjung dalam memperoleh manfaat rekreasi yang optimum, sesuai

dengan jumlah yang mereka bayarkan. Bagi pengelola, diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengembangan TWA Situ Gunung yang lebih baik

sehingga alokasi sumberdaya yang terdapat di tempat wisata tersebut dapat

mencapai optimum.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Aristo, A. D. 2005. Pendidikan tinggi : Public or Private Goods?.http://aristodiga.blogspot.com/2005/08/pendidikan-tinggi-public-atau-private.html. Diakses : 20 Maret, 2009.

Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. www.geocities.com. Diakses: 8 February, 2009.

Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. Diakses : 2 April,2009.

Clawson, M. and J. L. Knetsch. 1975. Economic Outdoor Recreation. The John Hopkins Press. Baltimore.

Djijono . 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Desertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Garrod, G. And K. G. Willis. 1999. Economic Vluation of The Environment: Method and Case Studies. Edward Elgar Publishing, Massachusetts.

Haab, T.C. and K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited.

Hellerstein, D. and R. Mendelson. 1993. A theoretical Foundation for Count Data Model. Amer.Jour.Agr.Econ. Vol 75, 1993, pp. 604-611.

Hufschmidt, M. M. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan. (Reksohadoprodjo, penterjemah). UGM Press. Yogyakarta.

Kasiman 1996. Analisis Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Lokawisata Baturraden Kabupaten DATI II Banyumas Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Lumaksono, A. Peranan Pariwisata Dalam Neraca Pembayaran.http://haisstis.org/data/buletin/03213.pdf. Diakses: 2 February, 2009.

Mankiw, G. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Muntasib, H. 2007. Diktat mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. (Bayu Mahendra dan Abdul Aziz, penterjemah). Jilid pertama. Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta.

Nurdini. 2004. Analisis Permintaan Ekoturisme Hutan Mangrove Muara Angke dengan Metode Biaya Perjalanan. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu, 1999. Analisis Nilai Surplus Konsumen Kebun Raya Bogor sebagai Tempat Rekreasi dengan menggunakan Model Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ross, 1998. Psikologi Pariwisata. Pengantar Toeti Heraty Noerhadi. Penerjemah : Marianto Samosir –ed.1 .Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Pangemanan, P.A. 1993. Aplikasi Model Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sabda, A. 2003. Aplikasi Metode Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santosa, P. S. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. Makasar. www.halmaherautara.com/en/artikel.php. Diakses: 2 February, 2009.

Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala, G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian (Alimuddin Tuwu dan Alamsyah, penterjemah). UI Press. Jakarta.

Sinaga, A. P. 1995. Studi Manfaat Ekonomi Rekreasi Berdasarkan Model Kesediaan Membayar (Willingness to Pay): Studi Kasus Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sundayani, 2004. Aplikasi Regresi Poisson Untuk Menganalisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Kematian Ibu Di Propinsi Jawa Timur. Universitas Airlangga.

Supriyatna, I. A. 2004. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Danau Lido sebagai Tempat Rekreasi dengan Metode Kontingensi dan Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharti, F. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasir Mukti dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Turner, K. D. Pearce, and Bateman, I. 1994. Environmental Economics : An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf Campus 400. May land Avenue Hemel Hampstead. Hertfordshire.

Undang-Undang Republik Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9.

Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan (Frans Gromang, penterjemah). Pradnya Paramita. Jakarta.

Wijayanti, P. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas Sebagai Tempat Rekreasi dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Yoeti, A. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan Implementasi. Kompas. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel

. poisson jmlkjg trvlcst income jaraktmph waktutmph penakhr umur jmlrmb

lamakjg lamatau dytrk sttshri jnsklmn jmltngn

Iteration 0: log likelihood = -191.58894

Iteration 1: log likelihood = -191.32349

Iteration 2: log likelihood = -191.32261

Iteration 3: log likelihood = -191.32261

Poisson regression Number of obs= 100

LR chi2(13) = 120.14

Prob > chi2 = 0.0000

Log likelihood = -191.32261 Pseudo R2 = 0.2390

--------------------------------------------------------------------------------------------------

jmlkjg | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

-------------+-----------------------------------------------------------------------------------

trvlcst | -.0000227 .0000108 -2.10 0.036 -.000044 -1.47e-06

income | .1230935 .0327715 3.76 0.000 .0588626 .1873244

jaraktmph | -.004916 .00268 -1.83 0.067 -.0101688 .0003367

waktutmph | .0120847 .0470239 0.26 0.797 -.0800804 .1042498

penakhr | -.0109255 .0293396 -0.37 0.710 -.0684302 .0465791

umur | -.0286343 .0130607 -2.19 0.028 -.0542328 .0030357

jmlrmb | .0035371 .0043855 0.81 0.420 -.0050584 .0121326

lamakjg | .0331437 .0341835 0.97 0.332 -.0338548 .1001422

lamatau | .0291997 .0080403 3.63 0.000 .0134409 .0449584

dytrk | .7579016 .4791031 1.58 0.114 -.1811231 1.696926

sttshri | -.1559718 .1320571 -1.18 0.238 -.414799 .1028554

jnsklmn | .3370954 .1365294 2.47 0.014 .0695027 .6046881

jmltngn | .0520737 .0519496 1.00 0.316 -.0497456 .1538931

_cons | .5051402 .5929144 0.85 0.394 -.6569508 1.667231

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Lampiran 2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian variabel

. poisson jmlkjg trvlcst income waktutmph penakhr umur jmlrmb lamakjg lamatau

dytrk sttshri jnsklmn

Iteration 0: log likelihood = -193.39928

Iteration 1: log likelihood = -193.3156

Iteration 2: log likelihood = -193.31541

Iteration 3: log likelihood = -193.31541

Poisson regression Number of obs= 100

LR chi2(11) = 116.16

Prob > chi2 = 0.0000

Log likelihood = -193.31541 Pseudo R2 = 0.2310

---------------------------------------------------------------------------------------------------

jmlkjg | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

-------------+------------------------------------------------------------------------------------

trvlcst | -.0000333 9.83e-06 -3.38 0.001 -.0000525 -.000014

income | .1114163 .0320345 3.48 0.001 .0486298 .1742029

waktutmph | -.0516224 .0337729 -1.53 0.126 -.1178161 .0145713

penakhr | -.0303855 .0238202 -1.28 0.202 -.0770722 .0163013

umur | -.0203148 .0102944 -1.97 0.048 -.0404914 .0001382

jmlrmb | .0027026 .0043563 0.62 0.535 -.0058356 .0112407

lamakjg | .0403546 .0333285 1.21 0.226 -.024968 .1056772

lamatau | .0287231 .0079508 3.61 0.000 .0131397 .0443065

dytrk | .7351865 .4818184 1.53 0.127 -.2091601 1.679533

sttshri | -.107277 .1274805 -0.84 0.400 -.3571342 .1425802

jnsklmn | .3098775 .135335 2.29 0.022 .0446257 .5751294

_cons | .7201758 .5827132 1.24 0.216 -.421921 1.862273

--------------------------------------------------------------------------------------------------