group 14 gang dolly

10
BUSINESS ETHICS “PENUTUPAN GANG DOLLY” Group 14 Muhammad Igor Beladin 374112 Muhammad Randhy Kurniawan 373471 MASTER OF MANAGEMENT FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS GADJAH MADA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2014

Upload: randhy-kurniawan

Post on 21-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Penutupan Gang Dolly dari sudut pandang Etika Bisnis

TRANSCRIPT

  • BUSINESS ETHICS

    PENUTUPAN GANG DOLLY

    Group 14

    Muhammad Igor Beladin 374112

    Muhammad Randhy Kurniawan 373471

    MASTER OF MANAGEMENT

    FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

    GADJAH MADA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2014

  • 2

    PENUTUPAN GANG DOLLY

    Dolly atau Gang Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak,

    Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur

    "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di

    Asia Tenggara lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura.Bahkan pernah

    terjadi kontroversi untuk memasukkan Gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan wisata Surabaya bagi

    wisatawan mancanegara. Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang

    perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart. Keturunan dari Dolly

    sampai sekarang masih ada di Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis. Kawasan Dolly berada

    di tengah kota, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat, di kawasan Putat, Surabaya. Kompleks

    lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak.Bukan hanya bagi pekerja seks, tetapi juga

    pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang ojek, dan tukang becak.Para pekerja seks berasal

    dari Semarang, Kudus, Pati, Purwodadi, Nganjuk, Surabaya, dan Kalimantan. (Wikipedia, 2014)

    Warga sekitar dan segala macam profesi yang ada di dalam Gang Dolly terancam kesejahteraan

    perekonomian dan sosial setelah Walikota Surabaya dan Pemkot Surabaya menutup lokalisasi tersebut

    karena ingin memperbaiki wajah kota Surabaya dan melindungi psikologis anak Surabaya. Salah satu

    alasan Walikota Surabaya untuk menyelamatkan masa depan anak-anak yang hidup disekitar Gang Dolly.

    Karena dari catatan, anak-anak yang tinggal di sekitar lokalisasi, menjadi pelaku kriminal perdagangan

    manusia atau mucikari cilik, ujar Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Kamis (8/5/2014). Penutupan

    Lokalisasi Dolly didukung oleh pemerintah provinsi, para ulama, dan tokoh agama di Jawa Timur. Risma

    pun menjelaskan alasan lain diambilnya keputusan tersebut. Pertama, letak lokalisasi Dolly berbaur

    dengan pemukiman masyarakat umum, kedua peraturan daerah melarang perdagangan manusia, dan

    yang ketiga dampak sosial bagi anak-anak yang tinggal di sekitar Lokalisasi Dolly sangat buruk, terang

    Risma. (Okezone, 2014)

    Rencana tersebut bukan tidak mungkin adanya penolakan. Warga setempat juga melakukan

    protes atas kebijakan pemkot Surabaya. Yaitu dengan memasang spanduk bertuliskan "Tolak Penutupan

    Lokalisasi Karena Tidak Manusiawi". Akan tetapi hal tersebut tidak membuat Walikota Ibu Risma

    menyurutkan niatnya. "Kami tidak akan surut (menutup lokalisasi pada 19 Juni). Kami sudah sosialisasi

    ke pemilik wisma dan juga tokoh-tokoh masyarakat setempat," ujar Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.

    Selain itu Risma juga mendapat tekanan bahkan akan diancam dibunuh karena kebijakannya menutup

    Gang Dolly tersebut. Akan tetapi Risma tetap pada pendiriannya bahwa akan menutup Gang Dolly

    tersebut dengan beralasan anak-anak yang tinggal di daerah lokalisasi itu. Walikota yang diusung PDI-P

  • 3

    ini menambahkan, pihaknya kini sudah menawarkan pada pemilik wisma untuk menjual rumahnya.

    Menurut rencana wisma tersebut akan digunakan menjadi sentra kerajinan, PAUD, ataupun tempat-

    tempat pelatihan bagi PSK, mucikari maupun warga sekitar. Sementara itu, Ketua DPRD Surabaya, M

    Machmud mengatakan, warga yang selama ini pendapatannya bertumpu pada geliatnya hiburan malam di

    Dolly, sudah saat ini untuk mencari alternatif pendapatan yang lain. Yang harus dipertimbangkan adalah

    dampak ketika lokalisasi peninggalan noni Belanda, Dolly Van Der Mart itu beroperasi. "PSK itu

    seharusnya bersyukur, ketika digusur dapat pesangon, apalagi mereka kebanyakan bukan orang Surabaya.

    PKL (pedagang kaki lima) saja, yang itu warga Surabaya kalau digusur tidak dikasih pesangon. Saya kira,

    penutupan harus tetap dilakukan.Pemkot tidak usah ragu, kalau ada penolakan harus dihadapi," katanya.

    (RRI, 2014)

    Keberadaan Dolly saat itu, lebih cenderung mendapat legalitas secara halus baik dari pemerintah

    pusat maupun daerah dengan tujuan menghapus porstitusi secara perlahan. Tetapi, pada praktiknya tak

    lepas dari campur tangan mafia prostitusi yang memanfaatkan Dolly untuk kepentingan politik. Saat ini

    Dolly dijadikan sebagai penyumbang kontribusi APBD terbesar daripada sector usaha lain di Surabaya.

    Dana puluhan triliun setiap tahun nya masuk ke kas Pemda, sehingga Dolly tetap menjadi lokalisasi yang

    berkembang pesat tanpa evaluasi dari pemerintah. (Tempo, 2014)

    Seperti yang sudah dibicarakan diatas tadi, penutupan Gang Dolly menimbulkan pro dan kontra

    diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Salah satunya Ketua LSM Ampera, Yoyok Arjuna mengatakan

    pihaknya sangat sepakat dengan wacana pemerintah Surabaya dalam upaya mewujudkan Surabaya Bebas

    Prostitusi. (News, Suara Publik, 2013)

    Selain itu juga beberapa elemen masyarakat di Kota Surabaya, antara lain Ikatan Keluarga

    Madura, Gerakan Arek Suroboyo, dan Pemuda Pancasila, mendatangi Balai Kota Surabaya untuk

    mendukung langkah Wali Kota Tri Rismaharini menutup lokalisasi prostitusi Dolly pada 19 Juni 2014.

    Koordinator aksi Mat Mochtar mengatakan sebagian besar warga Surabaya menginginkan Dolly ditutup.

    "Kami warga Surabaya tidak ingin mendapat predikat Kota Surabaya sebagai kota yang mempunyai

    lokalisasi terbesar di Asia Tenggara," ujarnya. (Tempo , 2014)

    Dukungan juga datang dari petisi online. Petisi ini menginginkan merubah wajah Dolly. Petisi

    online yang dibuat oleh Elemen Pemuda Surabaya (EMAS). "Kami hanya ingin mengajak mengajak

    masyarakat Indonesia untuk turut serta menandatangai petisi yang telah dibuat.Dan kami butuhkan

    sedikitnya 5.000 tanda tangan dalam sebuah petisi online," ujar Humas EMAS, Mustofa Sam. Mustofa

    mengungkapkan, sedikitnya 5.000 tanda tangan yang rencananya akan diserahkan kepada Mensos RI,

  • 4

    Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya saat deklarasi penutupan yang akan dilangsungkan di Islamic

    Center pada Rabu malam (18/6). Pihaknya juga mendorong semua pihak agar tidak menjadikan

    penutupan lokalisasi sebagai kewajiban pertama dan terakhir. (Detik.com, 2014)

    Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendukung penutupan lokalisasi prostitusi Dolly, menurut

    Ketua DPD Partai Demokrat Jatim itu, merupakan keputusan final pemerintah yang tidak mungkin ditarik

    kembali. "Kami yakin akan ada perubahan tingkat kesejahteraan warga setempat setelah Dolly ditutup,"

    tambahnya. (Kompas.com, 2014)

    Pendapat lain datang dari Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana, menolak penutupan

    lokalisi prostitusi Dolly pada 19 Juni mendatang. Menurut Wisnu yang juga Ketua DPC Partai Demokrasi

    Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya itu, meminta Pemkot Surabaya untuk mengkaji ulang waktu

    penutupan sampai warga sekitar benar-benar siap. Wisnu menilai, warga belum sepenuhnya menerima

    konsep recovery yang ditawarkan Pemkot Surabaya pascapenutupan Gang Dolly. "Pemkot harus lebih

    intensif lagi bertemu dengan warga sekitar dan merumuskan konsep terbaik yang saling menguntungkan,"

    katanya. Lanjut dia, kalau hanya memberi pesangon kepada pekerja seks komersial (PSK) dan juga

    mucikari, itu bukan solusi. Tanggung jawab Pemkot, kata Wisnu, menjamin keberlangsungan pendapatan

    warganya. Jika Dolly ditutup akan menimbulkan efek negatif, kata Wisnu, dipastikan muncul banyak

    prostitusi terselubung, berbentuk kos-kosan, karaoke dewasa, panti pijat, dan sebagainya, yang justru

    akan merugikan Pemkot. Sekarang saja, kata Wisnu, sudah banyak muncul kos-kosan yang dipakai

    mesum. (Tribunnews Jawa dan Bali, 2014)

    Gabungan dari beberapa oraganisasi masa atau ormas Laskar Merah Putih dan Pagar Jati datangi

    Kantor Walikota Surabaya jalan Balaikota Mustajab. Mereka mendesak kepada Pemkot Surabaya agar

    tidak melakukan penutupan dolly sebelum Pemkot menertibkan beberapa tempat hiburan yang berkedok

    panti pijat atau yang lainya. Selain itu, mereka menduga pihak Pemkot mempunyai kepentingan lain

    dalam penutupan dolly. Sekaligus membiarkan praktik prostitusi berkedok panti pijat, spa yang diduga

    milik pengusaha besar. Diharapkan pemerintah tidak terkesan tebang pilih dalam menyelesaikan

    persoalan prostitusi di Surabaya, ujar Osama, Ketua Laskar Merah Putih. (Surabayanews.co.id, 2014)

    Hal yang mengejutkan juga datang dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Surabaya.

    Mereka sangat bertolak belakang dengan Organisasi Muhammadiyah Surabaya melalui Ketuanya Zayyin

    Chudlori mendukung atas penutupan Dolly. IPM mempertanyakan penutupan tempat bersejarah tersebut

    oleh pemerintah.Apa alasan rasional Bu Risma mau menutup Dolly? Kalau Dolly menjadi pusat prostitusi

    di Surabaya itu tidak dibenarkan. IPM telah melakukan banyak Analisis Sosial (ANSOS) dengan

    mengunjungi berbagai tempat yang dianggap juga menjadi pusat prostitusi esekesek di Surabaya.

  • 5

    Menurut mereka, jika pemerintah dan ormas Islam ingin menutup gang tersebut dengan alasan moralitas

    dan ingin membebaskan kota pahlawan ini dari prostitusi. Kami organisasi yang bergerak dikalangan

    pelajar justru merasakan hal yang mubadzir jika hanya Dolly yang ditutup. Remaja di Surabaya justru

    lebih melakukan esekesek diberbagai tempat di Surabaya. Banyak pelajar yang melakukan hal yang

    lebih hina dari tempat prostitusi di Dolly dengan menggunakan tempat sepi dan hotel murah di Pantai

    Ria Kenjeran. Panti pijat liar dan legal juga masih berdirih kokoh ditanah Surabaya ini.Harga yang

    mereka taksir antara 250ribu rupiah sudah bisa melakukan hubungan esekesek. Club Malam dan Pub di

    Royal (360), Colurs, Penthouse dan di BG Juntioun menjadi tempat yang rekomendasi bagi pelajar untuk

    melakukan pesta sex bebas. Bukan hanya itu transaksi narkoba pun sering dilakukan di tempat-tempat

    tersebut. Masih banyak data IPM yang tidak bisa dibahas satu persatu didalam tulisan ini. Pemerintah dan

    Pihak Kepolisian juga harus peka melihat fenomena tempat-tempat yang lebih parah daripada Dolly yang

    sudah melegenda.Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang kami pegang. Yang menjadi

    pertanyaan IPM adalah Apakah penutupan dolly justru untuk melanggengkan tempat prostitusi elit yang

    lebih membahayakan daripada Gang Dolly?yang dimiliki oleh kaum kapitalis yang semakin mengeruk

    kekayaan negara kita tercinta. Ini adalah Ikhtiar Perjuangan IPM. (Jatimsatu.com, 2014)

    Terlepas dari pro kontra yang beredar di masyarakat, penutupan Gang Dolly dapat menimbulkan

    efek negatif dan positif. Seperti yang di utarakan IPM, bahwa penutupan Gang Dolly akan

    melanggengkan tempat-tempat prostitusi elit di Surabaya. Selain itu akan menimbulkan tempat prostitusi

    terselubung seperti, kos-kosan, hotel yang bertarif murah dan tempat-tempat yang sepi lainnya.

    (Jatimsatu.com, 2014)

    Selain itu munculnya E-Dolly. E-Dolly adalah menggunakan perangkat elektronik dan teknologi

    informasi untuk menjual jasa PSK. Caranya para penyedia PSK tetap mangkal di Dolly. Mereka

    menawarkan dengan menunjukkan foto-foto menggunakan tablet dan smartphone. Inilah generasi "E-

    Dolly". Generasi yang melanjutkan prostitusi setelah ratusan wisma di Dolly benar-benar mati. (Kompas,

    2014)

    Ketua LSM Ampera Yoyok Arjuna juga memiliki pendapat yang sama dengan IPM. Yoyok

    mengingatkan pemkot agar menyiapkan formula khusus agar nantinya tidak menimbulkan efek domino.

    Saya sangat mendukung langkah pemkot namun dengan syarat bahwa pemkot harus komitmen terhadap

    pemberantasan Prostitusi tuturnya. Selama ini, lanjut Yoyok, pemkot Surabaya tidak konsisten dalam

    memberantas prostitusi, sebab dipungkiri atau tidak bisnis ini cukup menggiurkan terutama bagi pemain

    kelas kakap. Penutupan Dolly hanyalah trigger untuk menumbuhkan bisnis prostitusi yang lebih

    terselebung, sebab siapapun tahu bahwa di Surabaya kini marak Prostitusi berkedok Panti Pijat Plus-plus

  • 6

    dan Spa tegasnya. Ditambahkan yoyok, Wacana penutupan Dolly merupakan ada konspirasi antara

    Pemkot dengan beberapa pengusaha Rumah Hiburan Umum (RHU) yang akhirnya berkutat pada

    perebutan bisnis esek-esek yang nilainya ditaksir mencapai ratusan milyar. Lanjut Yoyok, Coba berpikir

    secara logika, jumlah wisma di lokalisasi Dolly dan Jarak saja ada 400 wisma, sedangkan PSK-nya dari

    tahun 2012 saja ada 1080 dan 2013 mencapai 1022. Jadi perputaran omzet di Dolly mencapai rupiah yang

    fantastis yakni Rp 408.800.000 terangnya. Dan jika Rp 408.800.000 tersebut dikalikan 30 hari maka

    jumlah yang akan di dapat adalah Rp Rp 12.264.000.000 imbuhnya lagi. Yoyok berpendapat, Dari nilai

    itu saja anda sudah bisa mengkalkulasi sendiri dan membayangkan betapa fantastisnya nilai rupiah dari

    bisnis prostitusi tersebut. Nah, itulah yang diperebutkan pasar bisnis prostitusi. Yoyok juga

    menambahkan dari hasil risetnya, bahwa jumlah RHU pada tahun 2010 yang berijin maupun yang tak

    berijin di Surabaya, kurang lebih 500 RHU. Sedangkan pada tahun 2013, bertambah mencapai 20% yang

    di dominasi oleh hotel Sort Time, Karaoke Dewasa, panti pijat atau SPA, Pub dan diskotik. Saat ini,

    imbuh Yoyok, ada pergeseran pola masyarakat terkait prostitusi, jika dulunya dilakukan di tempat umum

    seperti dolly, maka kini masyarakat lebih enjoy menikmati di tempat tersembunyi. Pola ini dimanfaatkan

    oleh pelaku usaha kakap untuk membuka unit usaha seperti panti pijat plus2, karaoke dewasa demi

    menjaring konsumen" ujar yoyok. (News, Suara Publik, 2013)

    Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi juga memberikan pendapatnya. Beliau mengatakan

    bahwa penutupan lokalisasi Dolly, di Surabaya, bukan menjadi menjadi penyelesaian dalam penyebaran

    virus HIV. Belajar dari penutupan lokalisasi di Jakarta dan Bandung, ternyata tidak dapat menyelesaikan

    masalah. Karenanya, pelacuran akan tetap berjalan. Namun, dengan adanya lokalisasi dapat dijadikan

    scanning pengobatan dan pendataan. "Saya senang Dolly akan ditutup. namun, korelasi laki-laki pencari

    jasa seks sangat banyak. Tidak ada jaminan laki-laki pencari jasa seks," katanya, kepada wartawan.

    Menurutnya, lokalisasi yang ada bagus untuk pendidikan seks. Namun setelah lokalisasi ditutup, akan

    terjadi praktik seksual di luar lokalisasi, dan tidak ada akses pencegahan dan pengobatan. "Biasanya para

    jasa seks tersebut bersembunyai di rumah-rumah penduduk yang mengakibatkan susah terditeksinya,"

    jelasnya. Sementara itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono

    mengatakan, penutupan lokalisasi Dolly akan menjadi kontradiktif dan menyangkut permasalahan

    moralitas. Karenanya, hal tersebut menyakut penyakit sosial. "Selain itu, berkaitan dengan permasalahan

    kesehatan fisik, HIV, penyakit kelamin, sosial, dan kriminalitas yang tinggi," katanya, saat di temui di

    Kantor Kemenko Kesra. Menurutnya, diperlukan metode lain agar dapat menurunkan penularan inveksi

    baru HIV-AIDS. Tentunya, ada dampak positif dan negatif dari penggusuran lokalisasi Dolly. Dengan

    menggusur tempat lokalisasi dapat menghilangkan tempat lokalisasi. Sedangkan efek nantinya, akan sulit

    terlacaknya para pekerja seks yang sudah terkena HIV dan hidup dengan HIV. "Nantinya kehidupan

  • 7

    mereka kan sudah membaur kepada masyarakat luas. Maka perlu diantisipasi, ini menjadi tantangan

    pemda untuk memikirkan jangka waktu kedepan," tegasnya. (Sindonews.com, 2014)

    Sedangkan efek positifnya, ada para mantan PSK Dolly membuka usaha panti pijat. Ada juga

    yang pulang kampung membuka toko sembako dan menjadi petani. Modal yang mereka gunakan setelah

    tidak menjadi PSK di Dolly adalah uang kompensasi yang diberikan oleh pemkot sebesar Rp

    5.050.000,00 per PSK. (Liputan6.com, 2014)

    Tetapi ada juga yang mengembalikan kompensasi tersebut. Sekitar 70 Pekerja Seks Komersial

    (PSK) dan Mucikari lokalisasi Dolly dan Jarak akan mengembalikan dana kompensasi yang diberikan

    Pemerintah kepada Pemerintah. Hal tersebut dikarenakan mereka (Para PSK) masih ingin terus bekerja

    dilokalisasi terbesar Se-Asia Tenggara. Seperti yang disampaikan Santi (nama samaran) salah satu

    mucikari dilokalisasi Putat Jaya mengatakan bahwa dirinya tetap bekerja sebagai mucikari dilokalisasi

    tersebut karena banyaknya tanggungan. "Saya kembalikan uang lima juta rupiah ini karena tanggungan

    utang saya masih banyak, enggak cukup mas uang segitu untuk hidup sebulan," ujarnya. Sementara itu,

    menurut Iva (nama samaran) juga beralasan yang sama, masih ingin kerja sebagai mucikari, karena dana

    Rp 5 juta itu tak mencukupi kebutuhan sehari-hari. "Saya masih ingin usaha karaoke saya dibuka di

    lokalisasi dolly. Gak cukup, Duit segitu kalau dibuat kebutuhan sehari-hari saya dan keluarga saya," kata

    mucikari bertubuh subur ini. (Liputan6.com, 2014)

    Lain halnya dengan warga sekitar gang dolly, sepinya Gang Dolly berdampak pada urusan dapur

    beberapa warga. Menurut Ridwan, Ketua RT05/RWXII di kawasan Dolly, beberapa warga sekitar yang

    dulu memiliki kios di sepanjang Gang Dolly, masih banyak yang menganggur. Sebagian lagi bekerja

    serabutan. Ada memilih berjualan es tebu. Modalnya ya cari sana sini. Tidak ada bantuan dari pemkot.

    Itu yang saya sayangkan. Mengapa warga tidak diperhatikan. Seharusnya, pemkot mau membantu warga

    yang menggantungkan hidup di Gang Dolly, kata Ridwan. Dia mengaku sudah mendatangi lurah dan

    camat, namun tidak ada tanggapan berarti. Menurut Ridwan, saat ramai-ramai penutupan Dolly, pemkot

    sudah melakukan survei untuk keperluan warga yang dampak langsung oleh penutupan. Tapi sampai

    sekarang tidak ada realisasi dari pemkot untuk membantu perekonomian warga Dolly pasca-penutupan,

    katanya. (Kompas, 2014)

    Dengan demikian Lapangan pekerjaan yang layak merupakan resolusi dari penutupan Dolly

    untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menghapus porstitusi. Tentunya dengan ketersediaan

    lapangan kerja dan upah yang layak, para PSK dan muci kari Dolly akan lebih produktif dan memiliki

    kreatifitas dalam pemberdayaan masyarakat dengan menitik beratkan peran utama mereka dalam

    pembangunan daerah. Resolusi penutupan Dolly, kini telah memunculkan masalah baru bagi pemerintah

  • 8

    daerah, terutama dalam meningkatkan kualitas SDM masyarakat produktif sehingga mampu mendorong

    pertumbuhan perekonomian daerah dan mengambil peran penting dalam pembangunan demi terwujudnya

    keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Pertanyaan:

    1. Apakah Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini bertanggung jawab secara moral? Jelaskan!

    2. Sebutkan isu sistemik, isu korporasi, isu individual yang terjadi dalam kasus tersebut?

    3. Apakah tindakan penutupan Gang Dolly ini etis? Jelaskan menurut pandangan utilitarian, hak,

    keadilan, perhatian?

    4. Menurut Anda etiskah kompensasi yang diberikan pemkot Surabaya kepada PSK?

  • 9

    Bibliography Detik.com. (2014, Juni 17). Penutupan Lokalisasi Dolly Dapat Dukungan Lewat Petisi. Retrieved

    November 17, 2014, from http://news.detik.com:

    http://news.detik.com/surabaya/read/2014/06/17/172300/2610817/475/penutupan-lokalisasi-dolly-

    dapat-dukungan-lewat-petisi?n992204fksberita

    Jatimsatu.com. (2014, Mei 28). IPM SURABAYA : MENOLAK DOLLY DITUTUP. Retrieved November 17,

    2014, from http://www.jatimsatu.com: http://www.jatimsatu.com/index.php/news/item/279-ipm-

    surabaya-menolak-dolly-ditutup.html

    Kompas. (2014, Oktober 29). Gang Dolly Ditutup, Kini Muncul "E-Dolly" . Retrieved November 17, 2014,

    from http://regional.kompas.com:

    http://regional.kompas.com/read/2014/10/29/1248338/Gang.Dolly.Ditutup.Kini.Muncul.E-Dolly.1

    Kompas. (2014, Oktober 29). Warga Dolly Tunggu Janji Pemkot Sebelum Penutupan (4). Retrieved

    November 17, 2014, from kompas.com:

    http://regional.kompas.com/read/2014/10/29/15364641/Warga.Dolly.Tunggu.Janji.Pemkot.Sebelum.Pe

    nutupan.4

    Kompas.com. (2014, Juni 26). Soekarwo: Uang Diambil atau Dikembalikan, Dolly Tetap Ditutup.

    Retrieved November 17, 2014, from http://regional.kompas.com:

    http://regional.kompas.com/read/2014/06/26/1443221/Soekarwo.Uang.Diambil.atau.Dikembalikan.Dol

    ly.Tetap.Ditutup

    Liputan6.com. (2014, Juni 21). Pakai Dana Kompensasi, PSK Dolly Buka Panti Pijat. Retrieved November

    17, 2014, from http://news.liputan6.com: http://news.liputan6.com/read/2066790/pakai-dana-

    kompensasi-psk-dolly-buka-panti-pijat

    Liputan6.com. (2014, Juni 26). Puluhan PSK Kembalikan Uang Kompensasi Penutupan Dolly. Retrieved

    November 17, 2014, from http://news.liputan6.com: http://news.liputan6.com/read/2068890/puluhan-

    psk-kembalikan-uang-kompensasi-penutupan-dolly

    News, Suara Publik. (2013, December 24). Pro Kontra Penutupan Lokalisasi Gang Dolly Surabaya.

    Retrieved November 17, 2014, from suarapubliknews.net:

    http://suarapubliknews.net/index.php/pemerintahan/item/1268-pro-kontra-penutupan-lokalisasi-gang-

    dolly-surabaya

    Okezone. (2014, Mei 8). Ini Alasan Pemkot Surabaya Bersikeras Tutup Lokalisasi Dolly. Retrieved

    November 16, 2014, from news.okezone.com:

    http://news.okezone.com/read/2014/05/08/519/981894/large

    RRI. (2014, Mei 5). Meski ada Penolakan, Walikota Surabaya Bersikeras Tutup Lokalisasi Dolly. Retrieved

    Novembe 16, 2014, from rri.co.id:

    http://rri.co.id/post/berita/77807/daerah/meski_ada_penolakan_walikota_surabaya_bersikeras_tutup_

    lokalisasi_dolly.html

  • 10

    Sindonews.com. (2014, Juni 2). Penutupan Lokalisasi Dolly Bukan Jalan Terbaik. Retrieved November 17,

    2014, from http://daerah.sindonews.com: http://daerah.sindonews.com/read/869316/23/penutupan-

    lokalisasi-dolly-bukan-jalan-terbaik-1401702004

    Surabayanews.co.id. (2014, Mei 16). Tolak Penutupan Dolly, Gabungan Ormas Datangi Kantor Walikota.

    Retrieved November 17, 2014, from http://surabayanews.co.id:

    http://surabayanews.co.id/2014/05/16/2449/tolak-penutupan-dolly-gabungan-ormas-datangi-kantor-

    walikota.html

    Tempo . (2014, Mei 22). Massa Pro-Penutupan Dolly Datangi Wali Kota Risma . Retrieved November 17,

    2014, from tempo.co: http://www.tempo.co/read/news/2014/05/22/058579645/Massa-Pro-

    Penutupan-Dolly-Datangi-Wali-Kota-Risma

    Tempo. (2014, Juni 20). Risma, Resolusi dan Efek Dolly. Retrieved November 17, 2014, from

    www.tempokini.com: http://www.tempokini.com/2014/06/risma-resolusi-dan-efek-dolly/

    Tribunnews Jawa dan Bali. (2014, Mei 14). Wakil Tri Rismaharini Tolak Penutupan Lokalisasi Dolly.

    Retrieved November 17, 2014, from tribunnews.com:

    http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/14/wakil-tri-rismaharini-tolak-penutupan-lokalisasi-

    dolly

    Wikipedia. (2014, Juni 21). Sejarah Dolly Surabaya. Retrieved November 16, 2014, from wikipedia.org:

    http://id.wikipedia.org/wiki/Dolly,_Surabaya