green construction solusi inovatif pembangunan konstruksi di indonesia

Upload: emas-agus-prastyo-wibowo

Post on 11-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tentang kajian konsep green construction

TRANSCRIPT

INDOCEMENT AWARDSSTR WRITING COMPETITION

KAJIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PEMBANGUNAN KONSTRUKSI DI INDONESIA

WRT-14-143

EMAS AGUS PRASTYO WIBOWOUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGSEKARAN,GUNUNG PATI

SEMARANG2014

ABSTRAKKerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.Perkembangan proyek konstruksi dianggap memiliki peran besar terhadap perubahan lingkungan di permukaan bumi ini.Di Indonesia saat ini, wacana green construction mulai tampak pada penerapan beberapa proyek yang dikerjakan oleh para kontraktor yang berhubungan langsung dengan sektor konstruksi ini. Diantaranya PT. Pembangunan Perumahan, PT. Wika, PT. Adhi Karya, dan beberapa kontraktor lain yang sudah mendeklarasikan diri untuk melaksanakan konsep green construction dalam setiap proyek yang mereka kerjakan. green construction merupakan praktik membangun dengan menerapkan proses yang memperhatikan lingkungan dan efisiensi sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan dari tapak untuk perencanaan, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. kriteria penerapan Green Construction pada proyek konstruksi antara lain adalah BREEAM (building research establishment enviromental assessment method),LEED (leadership in energy and environmental design) ,HKBEAM (Hong Kong building environmental assessment method), BEPAC (building environmental performance assessment criteria),CASBEE (comprehensive assessment system for building environmental efficiency), DQI (design quality indicator) ,GREENSHIP - GBCI (green building council Indonesia) .Hambatan utama dalam menerapkan green construction adalah permasalahan teknologi.Permasalahan teknologi, dimana kontraktor masih terkendala oleh beberapa hal sebagai berikut: (a) penggunaan bahan bakar alternatif, (b) teknologi daur ulang, (c) terbatasnyaketersediaan peralatan yang ramah lingkungan dalam hal tingkat kebisingan, (d)implementasi komponen prafabrikasi, (e) ragam material terbarukanKata kunci : Green construction,Kriteria,Hambatan

DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL iABSTRAKiiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUAN11.1. Latar Belakang 11.2. Rumusan masalah21.3. Tujuan 21.4. Manfaat Penulisan2BAB II TINJAUAN PUSTAKA3BAB III METODE PENULISAN43.1 Pengumpulan Data43.2 Sumber Data43.3 Teknik Analisis Data4BAB IV PEMBAHASAN54.1 Kriteria penerapan Green construction54.2 Analisa Dampak Lingkungan54.3Hambatan dalam Penerapan Green construction 7BAB V PENUTUP85.1 Kesimpulan85.2 Saran8DAFTAR PUSTAKA 9

iii

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.Perkembangan proyek konstruksi dianggap memiliki peran besar terhadap perubahan lingkungan di permukaan bumi ini. Dimulai dari tahap konstruksi hingga tahap operasional kegiatan konstruksi tidak dapat menghindari dari pemanfaatan sumber daya alam yang jumlahnya semakin terbatas, belum lagi dampak lain yang timbul dari penggunaan fasilitas bangunan serta pemilihan material bangunan yang terkait dengan peningkatan suhu di bumi. Proses konstruksi bangunan gedung yang banyak memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bakunya sangat dimungkinkan turut andil dalam menciptakan kerusakan tersebut.

Fenomena global warming yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca menjadi topik yang banyak dibahas dalam berbagai forum ilmiah. Salah satu indikator bahwa bumi tengah mengalami perubahan adalah tingginya konsentrasi karbondioksida (CO) diudara yang bersifat menghalangi pelepasan panas dari bumi.Kwanda (2003)mengemukakan, konsumsi energi yang besar dengan pertumbuhan 2% per tahun sampai tahun 2020 akan menghasilkan emisi global CO dan gas rumah kaca lainnya naik menjadi dua kali lipat dari tahun 1965-1998 yang berdampak pada perubahan iklim dunia. Hal senada juga diungkapkan oleh Salim (2010) yang menyatakan, bila cara-cara pembangunan tetap dilakukan seperti biasanya tanpa perubahan, maka pada tahun 2050 diperkirakan konsentrasi CO2 akan mencapai 500 part per million (ppm) atau menjadi dua kali lipat konsentrasinya bila dibandingkan sebelum revolusi industri.Secara global, Indonesia berada di urutan ke lima dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca atau sekitar 4,63% (World Resources Institute, 2005).

Di Indonesia saat ini, wacana green construction mulai tampak pada penerapan beberapa proyek yang dikerjakan oleh para kontraktor yang berhubungan langsung dengan sektor konstruksi ini. Diantaranya PT. Pembangunan Perumahan, PT. Wika, PT. Adhi Karya, dan beberapa kontraktor lain yang sudah mendeklarasikan diri untuk melaksanakan konsep green construction dalam setiap proyek yang mereka kerjakan.Semakin banyaknya pihak yang sadar akan pentingnya pembangunan proyek konstruksi yang ramah lingkungan, membuat para pelaku konstruksi harus memulai menerapkannya untuk kepentingan bersama. Dalam hal penerapan konsep ini pihak yang berperan penting dalam mewujudkan penerapan konsep green construction adalah owner dan kontraktor.Dari pihak owner sendiri, jika ingin membangun suatu bangunan dengan konsep green construction tentu harus menyediakan dana awal yang lebih besar pada saat pembangunan.

Davy Sukamta menyatakan bahwa pengusaha konstruksi di Indonesia memandang penerapan konsep green construction masih belum menguntungkan dan mereka belum memikirkan kualitas yang akan dihasilkan. Pada hal kenyataannya dalam penerapan konsep green construction tidak akan mengurangi kualitas, bahkan bisa sebaliknya. Oleh sebab itu konsep green construction akan tetap terbuka lebar untuk dikaji dan diterapkan di Indonesia. Mengingat akan kurangnya kesadaran perusahaan konstruksi dalam menerapkan green construction pada proyek konstruksi, penulis merasa perlu menganalisis kriteria apa saja yang menentukan dalam penerapan green construction ,hambatan hambatan apa saja yang dihadapi para pelaku konstruksi dan dampak lingkungan dalam menerapkan konsep green construction di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana kriteria penerapan green construction pada proyek konstruksi ?2. Apa dampak lingkungan dalam menerapkan green construction?3. Apa saja hambatan yang dihadapi para pelaku konstruksi dalam penerapan green construction?

1.3 Tujuan1. Mengetahui kriteria penerapan green construction pada proyek konstruksi.2. Mengetahui dampak lingkungan dalam menerapkan green construction.3. Mengetahui hambatan yang dihadapi para pelaku konstruksi dalam penerapan green construction.

1.4 ManfaatPenulisan ini memiliki beberapa manfaat antara lain:1. Manfaat Teoritis: a. Memberikan gambaran tentang green construction solusi inovatif pembangunan konstruksi di Indonesia.b. Sebagai masukan bagi dunia konstruksi khususnya tentang penerapan green construction2. Manfaat Praktis: a. Meningkatkan kesadaran pelaku konstruksi untuk berpartisipasi dalam pembangunan/kontruksi di Indonesia dengan menerapkan green construction.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

USEPA (2010) mendefinisikan green construction merupakan praktik membangun dengan menerapkan proses yang memperhatikan lingkungan dan efisiensi sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan dari tapak untuk perencanaan, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Green construction menurut Glavinich (2008) adalah perencanaan dan pengelolaan proyek konstruksi agar supaya pengaruh proses konstruksi terhadap lingkungan seminimal mungkin. Kontraktor harus berperan proaktif peduli terhadap lingkungan, selalu meningkatkan efisiensi dalam proses konstruksi, konservasi energi, efisiensi pemanfaatan air, dan sumberdaya lainnya selama masa konstruksi serta minimasi dan mengelola limbah konstruksi secara baik. Glavinich (2008) menyatakan bahwa konsep green construction mencakup hal-hal sebagai berikut: perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi, konservasi material, tepat guna lahan, manajemen limbah konstruksi,penyimpanan dan perlindungan material, kesehatan lingkungan kerja, menciptakanlingkungan kerja yang ramah lingkungan, pemilihan dan operasional peralatan konstruksi, dokumentasi.Kibert (2008) menyatakan bahwa konsep green construction mencakup hal-hal sebagai berikut: rencana perlindungan lokasi pekerjaan, program kesehatan dan keselamatan kerja, pengelolaan limbah pembangunan atau bongkaran, pelatihan bagi subkontraktor, reduksi jejak ekologis proses konstruksi, penanganan dan instalasi material, kualitas udara. Selanjutnya yang dimaksud dengan definisi green construction adalah: Suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.Pada lingkup lokal, upaya penerapan green construction sudah dilakukan, antara lainoleh kontraktor nasional P.T. Pembangunan Perumahan (PP). Instrumen yangdigunakan untuk menilai green construction disebut dengan Green Contractor Assessment Sheet yang mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) tepat guna lahan, (b)efisiensi dan konservasi energi, (c) konservasi air, (d) manajemen lingkungan proyek konstruksi, (e) sumber dan siklus material, (f) kesehatan dan kenyamanan di dalam lokasi proyek konstruksi. Untuk lingkup nasional, perangkat penilaian bangunan hijau di Indonesia untuk gedung baru digunakan Sistem Rating GREENSHIP Versi 1.0. Bila dikaji lebih lanjut, proporsi penilaian yang didasarkan item penilaian (66 item) lebih dominan terjadi pada tahap perencanaan (62,2%) dan tahap pengoperasian (33,3%) bila dibandingkan dengan tahap pembangunan (4,5%). Oleh karenanya, pada tahap pembangunan masih dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan instrumen penilaian. Berdasarkan pustaka tersebut diatas maka faktor green construction dapat disintesakan menjadi 16 faktor, yaitu: (1) Perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi; (2) Sumber dan siklus material; (3) Rencana perlindungan lokasi pekerjaan; (4) Manajemen limbah konstruksi; (5) Penyimpanan dan perlindungan material; (6) Kesehatan lingkungan kerja tahap konstruksi; (7) Program kesehatan dan keselamatan kerja; (8) Pemilihan dan operasional peralatan konstruksi; (9) Dokumentasi; (10) Pelatihan bagi subkontraktor; (11) Pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi; (12) Kualitas udara tahap konstruksi; (13) Konservasi air; (14)Tepat guna lahan; (15) Efisiensi dan konservasi energi; (16) Manajemen lingkungan proyek konstruksi.

BAB IIIMETODE PENULISAN

3.1 Pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang sudah ada sebelumnya dan menganalisis data baik itu melalui buku,jurnal maupun internet.3.2 Sumber DataData yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah data sekunder.Sumber data sekunder didapatkan dari pengumpulan dari pengumpulan jurnal ,buku dan internet3.3 Teknik Analisis DataData yang diperoleh dalam karya tulis ini dikumpulkan dengan cara :Studi Pustaka mempelajari informasi dari berbagai macam sumber pustaka kemudian membuat gabungan informasi secara sistematis dan lengkap.Data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:1. Klasifikasi data ,yaitu data yang telah terseleksi selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan pokok bahasab yang akan dibahas2. Mengedit data ,yaitu memperbaiki kualitas serta menghilangkan kerancuan data3. Penyusunan data ,yaitu menyusun data secara sistematis menurut tata urutan dalam pokok bahasan yang telah ditentukan dengan maksud untuk memudahkan dalam menganalisis data.

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Kriteria Penerapan Green Construction Kriteria tersebut antara lain adalah : Perbedaan acuan dalam menerapakan green construction pada proyek konstruksi. Faktor lain yang berhubungan dengan masalah tersebut dapat dilihat dengan banyaknya kriteria yang dirancang oleh beberapa lembaga baik dari dalam negeri maupun internasional. Beberapa standar yang membahas mengenai kriteria penerapan Green Construction pada proyek konstruksi antara lain adalah:a. BREEAM (building research establishment enviromental assessment method)b. LEED (leadership in energy and environmental design) c. HKBEAM (Hong Kong building environmental assessment method)d. BEPAC (building environmental performance assessment criteria)e. CASBEE (comprehensive assessment system for building environmental efficiency)f. DQI (design quality indicator) g. GREENSHIP - GBCI (green building council Indonesia)

Mengingat banyaknya standar yang digunakan dalam menerapkan green construction pada proyek konstruksi, penulis merasa perlu mengamati seperti apakah kriteria yang paling sering digunakan oleh para pelaku konstruksi dalam menerapkan green construction itu sendiri. Selain untuk pengamatan penulis juga ingin lebih memahami penerapan green construction pada proyek konstruksi. Manajemen Operasional a. Peran manajer vb. Pelatihan vc. Investasi vd. Program Pengelola Lingkungan ve. Penelitian dan Pengembangan vf. Perencanaan Lingkungan vg. Peralatan vh. Kontrol Polusi Air vi. Kontrol Polusi Udara vj. Kontrol Polusi Suara vk. Kontrol Polusi Limbah vl. Dampak Ekologis v m. Pemakaian Energi v( Tam dan Tsui ,2003)Kriteria tambahan dalam penerapa green construction antara lain adalah :a. Peran pemerintah (Manajemen)b. Kontrol Polusi Getaran (Operasional)(Asawidya,Mada,2011)4.2 Analisa Dampak LingkunganAnalisa dampak terhadap lingkungan ditinjau dari Pekerjaan Tepat Guna Lahan, Konservasi Energi,Konservasi Air, Manajemen Lingkungan Proyek, Penggunaan Begisting Hollow, Penggunaan Pelat Precast, dan mencantumkan syarat Green sertifikat ISO 14001, 2004 adalahNo.Sub PekerjaanGreen ConstructionNon Green Construction

1.Pekerjaan Tepat Guna Lahan Mengurangi dampak polusi udaraakibat kegiatan proyek, seperti pengecoran yang menghasilkan jejak karbon yang paling besar.Mengurangi beban drainase kota akibat limpasan air hujan dengan adanya sumur resapan Tidak ikut menjaga kelestarianlingkungan, khususnya kebersihan udara.Limpasan air hujan langsung masuk ke drainase kota, sehinggga membebani drainase kota.

2.Konservasi Energi Pemakaian listrik lebih terkontroldengan adanya KWH listrik dan tindakan pengontrolanPenggunaan LHE (Lampu Hemat Energi) menghemat pemakaian listrik, apabila diterapkan di setiap pelaksanaan proyek .Dengan dilakukan pengujian- pengujian seperti getaran, emisi, kebisingan, menjaga kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar proyek.Penggunaan cahaya alami secara optimal mengurangi penggunaan lampu di siang hari Penggunaan listrik tidak terkontrolDengan tidak memakai LHE (Lampu Hemat Energi) menambah beban listrik kota.Berdampak buruk kepada masyarakat sekitar akibat kebisingan, emisi dan getaran akibat alat-alat berat.Penggunaan lampu di siang hari apabila kontraktor keet tidak didesain menghadap timur dan barat akan menambah beban listrik kota.

3.Konservasi Air Pemakaian air lebih terkontroldengan adanya alat pengukur pemakaian air dan tindakan pengontrolanBiopori mengurangi limpasan air sekitar Kontraktor Keet Penggunaan air di proyek tidakterkontrolDengan tidak adanya biopori limpasan air dapat tergenang di sekitar Kontraktor Keet

4.Manajemen Lingkungan.Proyek Dengan penyediaan sampah yangdekat dengan lokasi pekerja dan dipilah berdasarkan jenisnya, pengelolaan sampah lebih tertata dengan baikMengurangi sampah akibat bungkus plastik makanan dengan memakai sistem makan cateringIkut mendukung konsep Go Green dengan memasang slogan dan logo green construction

Pemilahan sampah yang tidak baikakibat sampah organik dan anorganik menjadi satu, sehingga proses daur ulang lebih susah. Dengan makanan dibungkus plastik /kertas menambah beban sampah kotaDengan tidak adanya fasilitas tempat merokok berdampak perokok akan merokok di sembarang tempat di proyek sehingga mengganggu perokok pasif.

5.Penggunaan Begisting Hollow Mengurangi penggunaan kayu untukbegistingMasa pemakaian begisting hollow yang lebih lama daripada begisting kayu Hasil cetakan pengecoran lebih rapi Penggunaan kayu dalam jumlah besardan terus menerus merusak lingkungan akibat kebutuhan akan kayu. Hasil cetakan kurang rapi daripada menggunakan begisting hollow

6.Pemakaian Plat Precast Tidak perlu menggunakan kayu karena pabrikasi Metode konvensional / non green construction menggunakan kayu, dimana kayu bukan material ramah lingkungan.

7.Surat kontrak kerjamencantumkan syarat Green(sertifikat ISO 14001, 2004) Para stakeholder lebih terjamin akan SHE (Safety, Health and Energy) yang sesuai system kinerja yang terpercaya Dengan tidak menggunakan syarat Green, pelaksanaan di lapangan tidak mengikuti prosedur tolak ukur green construction

4.3 Hambatan dalam Penerapan Green ConstructionIndikator green construction meliputi kategori pelaku dan kategori minimum waste.Adapun kategori pelaku , kendalanya diantaranya adalah:Kendala/penjelasanRekomendasi

Lokasi Bangunan gedung relatif sempit kurang signifikan Bersifat situasional ,Pengadaan sumur resapan disekitar lokasi proyek sehingga tidak terjadi air limpasan ke luar lokasi proyek

Terkendala dengan ragam/jenis material yang terbarukanPermasalahan teknologi

Pada umumnya proyek gedung lokasinya sempit sehingga luasan yang menghasilkan top soil relative kecilPeran aktif pemilik proyek

Adapun kategori minimum waste diantaranya adalah :Kendala/penjelasanRekomendasi

Belum adanya peralatan yang tidak mengeluarkan kebisingan (misalnya alat bor belum ada teknologinya)Permasalahan teknologi

Kegiatan dekonstruksi belum umum dilaksanakan, Hanya material tertentu yang sudah digunakan yaitu besi tulanganPeran aktif Pemilik proyek dan Permasalaha teknologi

Adanya tambahan biaya untukpengadaan sumur pengisian serta bersifat kasuistisPeran aktif Pemilik proyekdan bersifat situasional

BAB VPENUTUP5.1 Kesimpulan1. Kriteria dalam penerapan green construction adalah BREEAM (building research establishment enviromental assessment method),LEED (leadership in energy and environmental design), HKBEAM (Hong Kong building environmental assessment method), BEPAC (building environmental performance assessment criteria), CASBEE (comprehensive assessment system for building environmental efficiency),DQI (design quality indicator) ,GREENSHIP - GBCI (green building council Indonesia) dan kriteria tambahan yakni Peran pemerintah (Manajemen) , Kontrol Polusi Getaran (Operasional)2. Permasalahan teknologi, dimana kontraktor masih terkendala oleh beberapa hal sebagai berikut: (a) penggunaan bahan bakar alternatif, (b) teknologi daur ulang, (c) terbatasnyaketersediaan peralatan yang ramah lingkungan dalam hal tingkat kebisingan, (d)implementasi komponen prafabrikasi, (e) ragam material terbarukan.3. Terbatasnya regulasi yang mengatur tentang implementasi green construction dalam beberapa hal sebagai berikut: (a) standarisasi terkait dengan penerangan yang sesuai untuk aktivitas konstruksi baik di dalam maupun diluar ruangan, (b) ketentuanpenggunaan peralatan konstruksi yang rendah emisi dan berbahan bakar alternatif.4. Campur tangan sumber pendanaan dalam hal peremajaan berbagai peralatan yang rendah emisi dan efisien bahan bakar.

5.2 Saran1. Peran aktif dari pemilik proyek dalam beberapa hal sebagai berikut: (a) mensyaratkan pemakaian kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya, (b) mensyaratkan pembuatan sistem untuk infiltrasi air tanah, (c) ketentuan filterisasi air yang akan disalurkan kedalam riol kota, (d) ketentuan tidak menebang pohon kecuali yang berada dalam massa bangunan, (e) mensyaratkan penggunaan air secara bertanggung jawab baik yang bersumber dari PDAM maupun air tanah, (f) melakukan monitoring sampah yang dihasilkan, (g) memantau kebisingan, getaran, dan kondisi air tanah yang diakibatkan oleh aktivitas proyek, (h) memantau kualitas udara selama proyek berlangsung untuk menciptakan udara bersih. 2. Belum adanya kejelasan tentang material ramah lingkungan,belum lengkapnya peraturan terkait dengan green construction dan kepedulian terhadap kesehatan pekerja belum menjadi perhatian utama.

DAFTAR PUSTAKA

Asawidya, Mada.2011. Analisis Kriteria Penerapan Green Construction Pada Proyek Konstruksi di Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.Glavinich, T.E.,2008 . Contractor's Guide to Green Building Construction. John Wiley.Kibert, C.,2008. Sustainable Construction. Canada: John Wiley&Sons.Kwanda,T. 2003.Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk mengurangi polusi udara. Dimensi Teknik Arsitektur, vol.31,no.1,hh.20-27.Prasaji, M.A. Evaluasi Biaya dan Dampak Lingkungan Penerapan Green Construction. Semarang: Universitas Diponegoro.Salim, E.2010. Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Jakarta: Gramedia.Sukamta, Davy. http://e-jornal.uajy.ac.id/491/2/1MTS01578.pdf, diakses tanggal 4 Agustus 2014Tam, Tsui.2003. Green construction assessment for environmental management in the construction industry. Hongkong.United States Environmental Protection Agency(USEPA). Definition of Green Building . www.epa.gov/greenbuilding/pubs/about.htm#1,diakses tanggal 4 Agustus 2014.World Resources Institute, 2005.

9