gnato caecilia

41
BAB I PENDAHULUAN Oklusi merupakan hal yang kompleks yang terdiri dari gigi-geligi, rahang, ligamen periodontal, otot, sistem saraf serta sendi temporomandibular yang mempengaruhi kontak fungsional. Oklusi gigi-geligi yang merupakan salah satu dari sistem mastikasi akan berjalan normal apabila adanya interaksi yang serasi dan seimbang dari setiap komponen mastikasi yang terlibat. 1 Apabila ada perubahan kecil serta rangsangan yang menyimpang dalam hubungan kontak oklusi yang menghambat dicapainya oklusi normal (akibat adanya gangguan pada oklusi) respon yang timbul akan bervariasi secara biologis,yang umumnya merupakan respon adaptif. Akan terjadi perubahan-perubahan adaptif pada jaringan yang terlihat sebagai upaya menerima rangsangan yang menyimpang tersebut. Hal tersebut merupakan gangguan fisiologis. Gangguan fungsional adalah masalah-masalah 1

Upload: madat-yosa

Post on 17-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gnatologi

TRANSCRIPT

Page 1: Gnato Caecilia

BAB I

PENDAHULUAN

Oklusi merupakan hal yang kompleks yang terdiri dari gigi-geligi, rahang,

ligamen periodontal, otot, sistem saraf serta sendi temporomandibular yang

mempengaruhi kontak fungsional. Oklusi gigi-geligi yang merupakan salah satu

dari sistem mastikasi akan berjalan normal apabila adanya interaksi yang serasi

dan seimbang dari setiap komponen mastikasi yang terlibat.1

Apabila ada perubahan kecil serta rangsangan yang menyimpang dalam

hubungan kontak oklusi yang menghambat dicapainya oklusi normal (akibat

adanya gangguan pada oklusi) respon yang timbul akan bervariasi secara

biologis,yang umumnya merupakan respon adaptif. Akan terjadi perubahan-

perubahan adaptif pada jaringan yang terlihat sebagai upaya menerima rangsangan

yang menyimpang tersebut. Hal tersebut merupakan gangguan fisiologis.

Gangguan fungsional adalah masalah-masalah yang timbul akibat adanya

penyimpangan karena kelainan pada posisi dan atau fungsi gigi-geligi atau otot-

otot kunyah.2

Beberapa contoh perubahan adaptif ini adalah ausnya permukaan oklusal

gigi, timbulnya pelebaran membran periodontal, resorpsi alveolar ataupun

kelainan pada sendi temporo mandibula. Adaptasi tersebut akan terus berlangsung

sampai batas toleransi fisiologis otot-otot atau jaringan sekitar.2

1

Page 2: Gnato Caecilia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GANGGUAN OKLUSI

Sejak gigi erupsi, permukaan oklusal dan jaringan pendukungnya

berubah baik karena karies, penyakit periodontium serta keausan.Bentuk gigi,

tulang pendukung, dan ruang di antara gigi sudah ditentukan secara genetik

namun faktor tersebut belum tentu dapat memberikan fungsi yang optimal.Pada

umumnya terdapat fenomena adaptasi untuk memperoleh fungsi yang baik namun

hal tersebut tidak selalu memadai bagi kesehatan sistem mastikasi.

Gangguan oklusi adalah setiap perubahan pada fungsi oklusal pada

sistem mastikasi. Gangguan pada sistem mastikasi dapat berupa gangguan

struktural atau gangguan fungsional.3,4

A. Gangguan struktural

Gangguan struktural adalah gangguan yang disebabkan oleh

perubahan struktur akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit

infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.Gangguan pertumbuhan

kongenital berkaitan dengan hal-hal yang terjadi sebelum kelahiran yang

menyebabkan kelainan perkembangan yang muncul setelah kelahiran.Umumnya

gangguan tersebut terjadi pada kondilus yang menyebabkan kelainan selain pada

bentuk wajah yang menimbulkan masalah estetika juga masalah fungsional.

Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang mana cacat ini

dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula melibatkan

2

Page 3: Gnato Caecilia

permukaan diskus.Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang bawah,

peradangan dan kelainan struktural. Perubahan di dalam artikular juga dapat

terjadi karena tekanan emosi.Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat

mengakibatkan penipisan pada diskus yang pada akhirnya dapat mengakibatkan

perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang menyebabkan

terjadinya perubahan pada permukaan artikular.

B. Gangguan Fungsional

Adalah gangguan yang timbul akibat fungsi yang menyimpang karena

adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-gigi atau otot kunyah. Penyebab

gangguan fungsional antara lain:

1. Maloklusi

Maloklusi ini disebabkan akibatnya hilangnya satu atau beberapa gigi atau

penyakit periodontium.Tanggalnya gigi menyebabkan migrasi gigi. Pada

maloklusi dapat menyebabkan ketidakseimbangan neuromuskular dan

menyebabkan iskemik yang dapat menjadi faktor predisposisi dari gangguan dari

sendi temporomandibula.

2. Trauma

Pada trauma yang besar, tekanan yang terjadi secara langsung dapat

menyebabkan perubahan pada bagian discus artikularis dan processus condylaris

secara langsung. Trauma besar yang tiba-tiba dapat mengakibatkan perubahan

struktural seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan. Sedangkan pada trauma

ringan posisi discus artikularis dan processus condylaris dapat berubah secara

perlahan-lahan. Trauma ringan dalam waktu yang lama seperti bruxism dan

3

Page 4: Gnato Caecilia

clenching dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal, sendi dan

otot.

3. Stress

Stress dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas otot pada posisi istirahat

sehingga menimbulkan kelelahan dan spasme otot. Spasme otot yang terjadi akan

menimbulkan ketidakseimbangan otot serta atritis .Stres juga dapat menyebabkan

respon saraf simpatis yang menyebabkan nyeri pada otot mastikasi.

4. Aktifitas parafungsional

Aktifitas parafungsional adalah aktifitas diluar fungsi normal (mengunyah,

menelan, bicara) dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contoh dari aktifitas

parafungsional antara lain bruxism, clenching, grinding menggigit kuku, pensil,

tusuk gigi atau mengunyah permen karet. Pasien biasanya mempunyai keluhan

nyeri pada sendi rahang, gigi yang goyang atau kelelahan pada otot wajah saat

bangun tidur.

5. Fungsi unilateral

Adanya gigi yang tanggal atau sakit, kelainan gingiva atau mukosa dapat

menyebabkan mastikasi hanya terbatas pada satu sisi saja atau bahkan pada

segmen labial. Dan apabila terjadi penyimpangan seperti mengunyah pada satu

sisi rahang saja untuk jangka waktu lama maka akan menyebabkan posisi akhir

kondilus kanan dan kiri akan menjadi asimetris.

4

Page 5: Gnato Caecilia

2.2 PENGARUH GANGGUAN OKLUSI TERHADAP JARINGAN

PERIODONTAL

Sistem pengunyahan adalah unit kompleks yang dirancang untuk

melaksanakan tugas mengunyah, menelan dan berbicara. Fungsi ini merupakan

dasar kehidupan. Tugas tersebut dilakukan adalah dengan sistem neuromuskular

yang kompleks. Batang otak mengatur aksi otot sesuai dengan sensorik yang

diterima. Ketika terdapat masukan sensorik yang tidak terduga diterima,

mekanisme refleks perlindungan diaktifkan.

Struktur jaringan periodontal yang sehat yang terdiri dari gingiva,

sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar membentuk suatu organ

fungsional. Struktur ini dipengaruhi oleh kekuatan oklusi fungsional yang

mengaktivasi mekano-reseptor periodontal pada fisiologi sistem mastikasi.

Kekuatan oklusi menstimulasi reseptor pada ligamen periodontal untuk mengatur

pergerakan rahang dan kekuatan oklusi. Kekuatan fungsi oklusal ditahan oleh

trabekula tulang dan susunan dinding penopang tulang rahang atas dan rahang

bawah. Bila jaringan periodonsium utuh dan sehat, tulang alveolar dapat

mengatasi kekuatan oklusi.

2.2.1 Klasifikasi trauma oklusi yang mempengaruhi jaringan periodontal

Trauma karena oklusi yang menyertai lesi inflamasi aktif di periodontal

dapat bertindak sebagai kofaktor dalam destruksi jaringan periodontal dan

mengakibatkan poket yang lebih dalam serta kerusakan tulang alveolar.

Trauma oklusi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan

etiologi yang terjadi, yaitu :10

5

Page 6: Gnato Caecilia

A. Trauma oklusi primer

Terjadi jika terdapat peningkatan kekuatan dan durasi dari tekanan oklusal

yang berlebihan pada jaringan periodonsium normal atau sehat (tidak terdapat

kelainan gingiva, kehilangan jaringan ikat ataupun migrasi apikal dari epitel

junctional). Lesi yang ditimbulkan dari oklusi traumatik ini dapat atau tidak dapat

mengalami peradangan pada jaringan marginal pada periodonsium, tetapi pada

dasarnya lesi ini tidak mengalami kehilangan tulang alveolar. Contoh penyebab

trauma oklusi primer antara lain retorasi yang terlalu tinggi, pemasangan protesa

yang menyebabkan tekanan berlebih pada gigi penyangga atau pergerakan gigi yg

berlebih. Perubahan yang terjadi antara lain pelebaran ruang ligamen periodontal,

tidak menyebabkan kehilangan perlekatan periodontal, rasa sakit serta

kegoyangan gigi. Perubahan yang terjadi biasanya bersifat reversible, dapat hilang

jika oklusi traumatik dikoreksi atau dilakukan penyesuaian oklusi yang sebaik

mungkin.

B. Trauma oklusi sekunder

Terjadi ketika tekanan oklusal normal yang diterima menjadi berlebihan

karena telah terdapat kehilangan jaringan yang parah atau berkurangnya

kemampuan jaringan periodonsium untuk menahan tekanan oklusal. Tekanan

normal yang diterima menjadi tidak normal pada jaringan pendukung yang sudah

terkena penyakit dan akan menjadi semakin parah. Gigi yang mengalami trauma

sekunder dapat mengalami kerusakan tulang alveolar yang cepat dan juga

mengakibatkan pembentukan poket.

6

Page 7: Gnato Caecilia

Trauma oklusi primer dan sekunder dapat menyebabkan kerusakan

jaringan periodontal yang telah mengalami kerusakan. Sebagai akibatnya akan

terjadi inflamasi, pembentukan poket periodontal, lesi yang terjadi tidak dapat

diperbaiki dengan penyesuaian oklusi.

Trauma oklusi dapat juga bersifat akut atau kronis.3,4

A. Trauma oklusi akut didapat dari tekanan oklusal yang tiba-tiba seperti

ketika menggigit benda keras, restorasi atau alat prostetik lain yang dapat

merubah arah tekanan oklusal pada gigi juga dapat menyebabkan trauma oklusi.

Gejala yang ditimbulkan berupa gigi terasa sakit, sensitif terhadap perkusi dan

peningkatan mobilitas gigi. Jika tekanan ini dapat dihilangkan atau dikoreksi,

gejala akan hilang atau sembuh. Tetapi jika tidak dikoreksi, luka pada jaringan

periodonsium akan semakin parah dan dapat menimbulkan nekrosis jaringan.

B. Trauma oklusi kronis sering ditemukan dan menunjukkan gejala yang

lebih signifikan daripada trauma oklusi akut. Trauma bentuk ini disebabkan

karena perubahan secara bertahap dari oklusi akibat pergeseran gigi, ekstrusi gigi,

serta kebiasaan parafungsi seperti bruxism.

2.2.2 Akibat Gangguan Oklusi Terhadap Jaringan Periodontal

Tekanan oklusal yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan pada:

A. Respon sementum terhadap gangguan oklusi

Beban oklusal yang berlebihan dapat mempengaruhi akar gigi seperti

terjadinya resorpsi. Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan

struktur yang menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap

7

Page 8: Gnato Caecilia

resorpsi daripada tulang karena sementum lebih keras dan lebih termineralisasi

dibandingkan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga dapat

mencegah akses osteoklas. Namun bila kekuatan besar diberikan pada aspek gigi,

sementum juga dapat mengalami resorpsi. Beberapa studi mengatakan bahwa

tekanan yang ringan dan intermitten dapat memicu terjadinya hipersementosis

pada akar gigi.7

B. Respon tulang alveolar terhadap gangguan oklusi

Trauma karena oklusi dapat menyebabkan kerusakan tulang baik ada atau

tidak ada inflamasi. Jika tidak ada inflamasi, perubahan disebabkan oleh

berubahnya trauma oklusi dari peningkatan tekanan dan regangan dari ligamen

periodontal serta peningkatan osteoklas dari tulang alveolar, nekrosis ligamen

periodontal dan tulang serta resorbsi dari struktur tulang dan gigi. Perubahan ini

bersifat reversible karena dapat diperbaiki jika sumber tekanan dihilangkan.

Bagaimanapun trauma yang terus menerus dari oklusi menghasilkan pelebaran

yang berbentuk corong dari bagian puncak ligamen periodontal dan resorbsi dari

tulang di sekitarnya. Perubahan yang dapat menyebabkan puncak tulang yang

berbentuk angular ini menunjukkan adanya perubahan ligamen periodontal. Tetapi

bentuk tulang yang angular dapat memperlemah penyangga gigi dan

menyebabkan mobilitas gigi. Bila terdapat inflamasi maka trauma oklusi dapat

mempercepat kerusakan tulang.

C. Respon ligamen periodontal terhadap gangguan oklusi

Jika gigi mendapat tekanan yang melebihi kapasitas adaptif, maka akan

terjadi respon berupa pelebaran pada ruang ligamen pada ruang periodontal,

8

Page 9: Gnato Caecilia

penambahan dan pelebaran pada serat-serat ligamen periodontal. Tingkat

keparahan lesi trauma oklusal pada ruang ligamen periodontal tergantung pada

besarnya kekuatan. Pada kekuatan yang rendah, perubahan mikroskopis berupa

peningkatan vaskularisasi, terganggunya fibroblast dan serat kolagen. Pada

kekuatan sedang osteoklas terlihat pada permukaan alveolus dan membentuk jala

resorpsi tulang. Pada kekuatan yang lebih tinggi, dapat menyebabkan nekrosis

jaringan ligamen periodontal, gangguan pada pembuluh darah, serta hialinisasi

serat kolagen.7,8

D. Mobilitas gigi

Mobilitas atau goyangnya gigi bisa disebabkan oleh tekanan oklusal yang

berlebihan. Namun tanpa adanya lesi gingiva atau periodonsium maka gigi akan

kembali stabil jika gaya oklusal tersebut dihilangkan. Jika terdapat lesi

periodonsium serta eksfoliasi dalam derajat tertentu, gaya oklusal dapat

memperberat mobilitas. Oleh karena itu, interferensi tonjol bisa disebabkan oleh

kerusakan periodonsium dan merupakan penyebab kontak prematur dan

pergeseran gigi.

E. Migrasi gigi

Migrasi mengacu pada gerakan gigi dengan periodontium yang rusak yang

disebabkan karena aksi gigi antagonis atau otot tanpa bisa mengalami reposisi.

Gigi akan bergerak sampai mencapai kestabilan posisi antara otot-otot atau gigi

yang berlawanan. Kondisi ini biasanya mengenai gigi insisivus atas yang akan

bermigrasi ke depan atau ke lateral. Tidak jarang gigi-gigi ini akan bergeser ke

9

Page 10: Gnato Caecilia

luar dari bibir dan sesudahnya bibir bawah akan menjadi kekuatan tambahan

untuk menggeser gigi.

F. Nekrosis pulpa

Kelainan ini bisa disebabkan oleh kebiasaan clenching yang persisten pada

gigi individual ketika pembuluh darah yang melewati apeks gigi terganggu dan

akhirnya rusak. Kematian pulpa akan terjadi dan mengakibatkan nekrosis steril.

Toksin dari pulpa bisa keluar dari apeks gigi ke jaringan periodonsium

menyebabkan respon patologis. Bakteri yang beredar dalam darah akan

merangsang terjadinya kondisi penyakit yang nantinya akan dibuat lebih parah

oleh adanya tekanan oklusal. Kondisi tersebut umumnya tidak menimbulkan rasa

sakit dan untuk mendeteksinya diperlukan pemeriksaan radiografi atau

berdasarkan pada perubahan warna gingiva.4

G. Ulserasi mukosa

Hal tersebut akibat cedera karena insisvus bawah mengenai mukosa palatal

insisivus atas dan pada insisivus bawah terdapat cedera pada epitelium labial.

Penyebabnya adalah overclosure yang progresif dari mandibula dan biasanya

berhubungan dengan tanggalnya gigi-gigi posterior. Selain rasa nyeri karena

menutup mulut dan iritasi pada waktu mengunyah maka dapat juga

mengakibatkan terlepasnya mukosa pada permukaan gigi yang terkena.5

Pemeriksaan klinis trauma oklusal dapat berupa peningkatan mobilitas

dan migrasi atau penyimpangan gigi, fremitus serta rasa tidak nyaman saat makan.

Peningkatan mobilitas gigi (hipermobilitas) yang terjadi sebagai akibat dari

trauma oklusi dideteksi dengan adanya penurunan perlekatan periodontal pada

10

Page 11: Gnato Caecilia

pasien. Alasannya, trauma oklusi dapat mempercepat reduksi lebih lanjut dari

perlekatan periodontal pada pasien dengan periodontitis aktifnya berupa diagnosis

klinis trauma hanya dapat dipastikan jika mobilitas progresif dapat

diidentifikasikan melalui pengukuran berulang selama beberapa waktu.

2.2.3 Gambaran Klinis dan Radiografis

Kerusakan pada jaringan periodontal yang ditimbulkan oleh trauma oklusi

bervariasi, berdasarkan besar dan lamanya tekanan yang diterima.Keluhan yang

biasa dirasakan oleh penderita antara lain:3,5

1. Sensitif pada tekanan

2. Adanya rasa sakit

3. Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula

4. Resesi gingiva

5. Timbulnya poket periodontal

6. Mobilitas dan migrasi gigi

7. Celah pada gigi yang disebut Stillman’s Cleft

8. Pembesaran gingiva yang hiperplastis dan menyeluruh disebut

McCall’s Festoon

Gambaran radiografis pada jaringan periodontal yang mengalami trauma, antara

lain:10

1. Pelebaran ruang ligamen periodontal

2. Pelebaran bagian puncak dari ligamen periodontium

3. Penebalan lamina dura

11

Page 12: Gnato Caecilia

4. Radiolusensi pada furkasi

5. Kerusakan tulang alveolar

Gambar1;gambaran radiologis jaringan periodontal yang mengalami trauma.10

2.2.4 Tahap-Tahap Reaksi Jaringan Periodontal

Reaksi jaringan periodontal terhadap gangguan oklusi terdiri dari 3 tahap

yaitu cedera (injury),perbaikan/reparasi (repair) dan adaptasi jaringan

periodontal3,4,5

A. Tahap I : Cedera (injury)

Cedera pada jaringan periodontal disebabkan oleh daya oklusal yang

berlebihan. Jika daya tersebut bersifat kronis maka ligamen periodontal akan

mengalami pelebaran yang berdampak terhadap kehilangan tulang. Tegangan

yang berlebihan merangsang resorpsi tulang alveolar dan pelebaran ligamen

periodontal. Dalam area yang mengalami peningkatan tekanan, pembuluh darah

menjadi banyak dan ukurannya mengecil.

Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan

periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan

hyalinisasi. Kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian

terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen periodontal. Perubahan

pembuluh darah terjadi selama 30 menit, hambatan dan stase pembuluh darah

12

Page 13: Gnato Caecilia

terjadi selama 2 sampai 3 jam, pembuluh darah terlihat bersama eritrosit yang

mulai terbagi menjadi kepingan - kepingan dan dalam waktu 1 sampai 7 hari,

terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan isinya ke jaringan

sekitarnya. Pada keadaan ini terjadi peningkatan resorpsi tulang alveolar dan

permukaan gigi.

B. Tahap II : Perbaikan

Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang

normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan

yang rusak dihilangkan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat, tulang dan sementum

dibentuk dalam usaha untuk menggantikan jaringan periodonsium yang rusak.

Ketika tulang teresorpsi akibat tekanan oklusal yang berlebihan, tubuh berusaha

menggantikan tulang trabekula yang tipis dengan tulang baru. Proses ini

dinamakan buttressing bone formation yang merupakan gambaran proses reparatif

yang berhubungan dengan trauma oklusi.

C. Tahap III : Adaptasi jaringan periodonsium

Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan

oklusi, jaringan periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan

struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses ini

adalah penebalan pada ligamen periodontal dimana mempunyai bentuk seperti

tabung pada puncak tulang dan kerusakan angular pada tulang tanpa pembentukan

poket dan terjadi peningkatan vaskularisasi.

Tahap cedera menunjukkan peningkatan daerah resorpsi dan penurunan

pembentukan tulang. Tahap perbaikan penurunan resorpsi dan peningkatan

13

Page 14: Gnato Caecilia

pembentukan tulang setelah adaptasi periodontium, resorpsi dan pembentukan

tulang berjalan normal.

2.3 PENGARUH GANGGUAN OKLUSI TERHADAP SENDI

TEMPOROMANDIBULA

Sendi temporomandibula merupakan salah satu komponen dari sistem

pengunyahan yang terdiri dari sepasang sendi kiri dan kanan yang masing-masing

dapat bergerak bebas dalam batas-batas tertentu. Mekanismenya unik karena sendi

kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Ketidakserasian

oklusi dapat menghambat pergerakan mandibula tetapi kebanyakan sistem

pengunyahan akan berusaha untuk mempertahankan keserasian fungsi yaitu

dengan cara melakukan gerakan menghindar dari gangguan tersebut. Bila

kemampuan penyesuaian tersebut tidak dapat terlampaui, timbul ketegangan otot,

ketidakserasian fungsi dan disfungsi mandibula.11

Tidak seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti bahu, tangan atau kaki

yang dapat berfungsi sendiri-sendiri, gerakan yang terjadi secara simultan ini

dapat terjadi apabila otot-otot yang mengendalikan dalam keadaan sehat dan

berfungsi dengan baik. Gangguan pada temporomandibula adalah sekumpulan

gejala klinik yang melibatkan otot pengunyahan, sendi rahang atau keduanya.

2.3.1 Anatomi Temporo Mandibula Joint (TMJ)

Sendi temporomandibula (sendi rahang) merupakan salah satu organ yang

berperan penting dalam sistem stomatognatik. Sendi temporomandibula adalah

sendi yang unik karena bilateral, paling banyak digunakan serta paling kompleks.

14

Page 15: Gnato Caecilia

Berperan dalam pergerakan membuka dan menutup rahang serta untuk

mengunyah, berbicara ataupun menelan. Sendi temporomandibula merupakan

satu-satunya sendi di kepala yang merupakan artikulasi antara kondilus mandibula

dan skuamosa tulang temporal dimana lokasi sendi TMJ berada tepat di bawah

telinga.12

Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal

namun dipisahkan oleh meniskus atau diskus artikulae. Diskus ini tidak hanya

berperan sebagai pembatas tulang keras namun juga sebagai bantalan tekanan

yang ditransmisikan melalui sendi. Permukaan artikular tulang temporal terdiri

dari fossa artikulare yang cekung dan emensia artikulare yang berbentuk

cembung.12

Sendi temporomandibula dipersyarafi oleh nervus mandibularis,

aurikutemporal, maseterikus serta nervus facialis. Persyarafan sensorik yang

terpenting dilakukan oleh nervus aurikutemporal yang merupakan cabang pertama

posterior dari nervus mandibularis. Sendi temporomandibula juga dikontrol oleh

otot terutama otot pengunyahan antara lain otot mylomyoid, geniohyoid,

digastrikus, pterygoi interna dan eksterna.

2.3.2 Fisiologi

Interface antara processus condylaris dan discus articularis merupakan

tempat gerak engsel yang dimungkinkan terutama oleh perlekatan discus

articularis pada processus condylaris melalui ligamen diskus. M.pterygoideus

lateralis pars superior pada prinsipnya bersifat pasif dan berkontraksi hanya pada

penutupan paksa saja.Kontraksi m.pterygoideus lateralis inferior terjadi selama

15

Page 16: Gnato Caecilia

pergerakan membuka mulut dn mengakibatkan pergeseran processus condylaris

ke anterior. M. pterygoideus lateralis pars inferior juga berfungsi dalam

pergerakan mandibula ke lateral dan protusi dari mandibula. Kerjasama antara

sendi pada kedua sisi memungkinkan diperolehnya rentang gerakan menyeluruh

yang menyeluruh.

M. masseter menyebabkan elevasi dan protusi dari mandibula serta

berperan dalam proses mengunyah yang efektif. M. temporalis memiliki fungsi

yang utama untuk elevasi dan retrusi dari mandibula. M. pterygoideus medialis

berfungsi untuk elevasi, protrusi dan pergerakan mandibula ke lateral. Sedangkan

m. digastricus berperan dalam gerakan mandibula ke belakang dan dalam proses

mengunyah.

2.3.3 Gangguan Pada Sendi Temporomandibula

Apabila ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya, akibat adanya

gangguan pada oklusi, respon yang timbul akan bervariasi secara biologis, yang

umumnya merupakan respon adaptif. Akan terjadi perubahan-perubahan adaptif

pada jaringan yang terlihat sebagai upaya menerima rangsangan yang

menyimpang tersebut.

Adaptasi tersebut akan terus berlangsung sampai batas toleransi fisiologis

otot-otot atau jaringan sekitar. Gejala kelainan sendi temporomandibula dapat

dikelompokkan menjadi rasa nyeri, bunyi dan disfungsi. Rasa nyeri adalah gejala

yang paling sering menyebabkan pasien mencari perawatan.

A. Kliking

16

Page 17: Gnato Caecilia

Kliking sendi dihubungkan dengan oklusi yang tidak benar. Kehilangan

gigi, malposisi gigi serta ekstrusi gigi akan mengakibatkan perubahan

keseimbangan sehingga mengakibatkan ketidakharmonisan oklusi. Kehilangan

gigi dapat mengganggu keseimbangan gigi-geligi yang masih tersisa, gangguan

dapat berupa migrasi, rotasi serta ekstrusi gigi yang masih tersisa pada rahang.

Malposisi akibat kehilangan gigi tersebut mengakibatkan disharmoni oklusal serta

dapat menyebabkan kelainan TMJ karena ada perbedaan oklusi dan relasi sentris.

Adanya perubahan oklusi menghasilkan suatu perubahan koordinasi otot-otot.

Perubahan oklusi yang tidak sesuai dengan aksi otot-otot dan TMJ akan

menghasilkan hiperaktivitas otot dan perubahan posisi diskus. Kehilangan gigi

anterior, khususnya gigi kaninus menyebabkan pola oklusi menjadi lebih datar

karena berkurangnya tinggi tonjolan. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya

tinggi gigitan dan dimensi vertikal, yang dapat mengakibatkan dislokasi diskus ke

anterior. Hal ini terjadi pada saat membuka mulut kondil bergerak ke depan

mendorong diskus ke anterior sehingga terjadi lipatan dari diskus. Pada keadaan

tertentu dimana diskus tidak dapat didorong lagi, kondilus akan melompati lipatan

tersebut dan bergerak ke bawah diskus yang menyebabkan timbulnya

bunyi”KLIK”.17

Ekstruksi gigi antagonis juga akan mengakibatkan kurva spee

berubah,yang menimbulkan benturan antara gigi bawah dan atas saat mandibula

bergerak.

17

Page 18: Gnato Caecilia

Gambar 2: Kliking pada sendi temporomandibula.21

B. Asimetri kondil

Posisi mandibula pada akhir gerakan menutup mulut sangat ditentukan

oleh panduan yang diberikan oleh kontak pertama antara gigi-geligi rahang bawah

dan atas. Bila geseran kedua kontak tersebut lancar dan terjadi bersamaan antara

semua gigi posterior maka posisi mandibula akan stabil. Apabila ada kontak

prematur salah satu gigi, maka geseran kontak tersebut menjadi tidak lancar dan

akan membuat mandibula akan menyimpang dari pola gerakannya yang normal

sehingga posisi akhir yang dicapai juga menyimpang dari normal. Apabila

penyimpangan ini berjalan lama maka kondilus kanan dan kiri akan menjadi

asimetri.17

C. Arthritis TMJ

Pada kehilangan gigi posterior dapat menyebabkan kelainan pada TMJ

berupa arthritis karena kehilangan gigi posterior akan mengakibatkan

pemakaian gigi anterior untuk menggigit sehingga terjadi tekanan yang lebih

besar pada sendi. Jadi perubahan pola oklusi gigi-geligi yang menyebabkan

terjadinya perubahan dimensi vertikal oklusi ataupun perubahan dimensi vertikal

18

Page 19: Gnato Caecilia

reposisi akan mengakibatkan perubahan kondil dan akan menyebabkan gangguan

pada sendi temporomandibula.17

D.Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial

ataupun penggambaran kondisi dari kerusakan tersebut.13,16,19

Gambar 3: Rasa nyeri akibat gangguan oklusi.22

2.3.4 Perawatan Pada Sendi Rahang Yang Mengalami Gangguan17

A. Mengistirahatkan rahang

Sangat disarankan agar gigi-geligi diposisikan secara terpisah sebanyak

mungkin. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengunyah permen karet atau

memakan makanan yang keras, kenyal dan garing seperti sayuran mentah, permen

atau kacang-kacangan. Pasien juga dilarang untuk memakan makanan yang

memerlukan pembukaan mulut yang lebar seperti hamburger.

B. Terapi panas dan dingin

19

Page 20: Gnato Caecilia

Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan spasme otot-otot. Setelah

terjadi trauma, perawatan yang terbaik adalah dengan mengompres dengan

menggunakan es untuk mengurangi rasa sakit.

C. Obat-obatan

Obat-obatan yang digunakan sebagai anti peradangan antara lain aspirin,

naproxen, ibuprofen atau steroid dapat membantu mengontrol peradangan.

Perelaksasi otot seperti diazepam atau valium dapat membantu dalam mengurangi

spasme otot.

D. Penanganan stres

Konsultasi psikolog serta obat-obatan dapat membantu mengurangi

ketegangan otot.

E. Koreksi kelainan gigitan

Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics mungkin diperlukan untuk

mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi gigi juga menciptakan suatu

gigitan yang lebih stabil

F. Terapi fisik

Pasien dianjurkan untuk melakukan pembukaan dan penutupan rahang

secara pasif serta melakukan massage untuk membantu mengurangi rasa sakit.

G. Terapi oklusal

Pasien dibuatkan suatu alat yang dipakai pada malam hari yang berfungsi

untuk mengimbangi gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi

atau bruxism.

20

Page 21: Gnato Caecilia

2.4 PENGARUH GANGGUAN OKLUSI TERHADAP OTOT

PENGUNYAHAN

Oklusi merupakan proses bertemunya gigi-geligi di rahang atas dan

bawah. Kontak antara gigi rahang atas dan bawah hanya dapat terjadi oleh karena

adanya daya kerja otot-otot kunyah. Semua otot matikasi atau otot pengunyahan

berfungsi pada semua pergerakan mandibula baik untuk fase kontraksi maupun

fase relaksasi.18

Mastikasi merupakan hasil pergerakan pembukaan dan penutupan rahang

yang memerlukan koordinasi yang baik antara gigi, rahang dan otot pengunyahan,

di bawah kontrol neurologis susunan saraf pusat. Kelainan oklusi memicu

kerusakan otot baik saat mandibula bekerja maupun pada saat istirahat. Mengingat

aktifitas mastikasi mengandalkan kerja otot, maka keterkaitan antara gangguan

oklusi dan kerja otot serta kerusakan pada jaringan otot bisa dihubungkan dengan

jelas.18

Adapun otot-otot yang berperan di dalam proses mastikasi antara lain:

A. Otot temporalis, mencakup seluruh daerah gigi rahang atas dan wajah

bagian atas. Sakit kepala dan sakit gigi merupakan keluhan yang sering ditemui.

B. Otot masseter, titik pemicu yang terletak di lapisan superfisial otot

masseter merujuk ke gigi-gigi posterior rahang bawah dan atas serta pada wajah,

sakit gigi, sakit telinga dan keterbatasan dalam pembukaan rahang merupakan

keluhan yang paling sering ditemui.

21

Page 22: Gnato Caecilia

C. Otot disgastrikus, merupakan titik pemicu di daerah anterior otot

disgastrik yang merupakan bagian yang dipersyarafi oleh trigeminal, merujuk

nyeri ke daerah insisive mandibula.

D. Otot pterygoideus lateral superior, titik pemicu ini merujuk ke daerah

zigomatikus. Nyeri menyebar ke daerah molar.

E. Otot pterygoideus lateral inferior, titik pemicu pada daerah TMJ.

Maloklusi ringan dianggap sebagai disoklusi gigi-gigi posterior dan oklusi

prematur gigi anterior kontralateral.

F. Otot pterygoideus medialis, zona rujukan untuk otot ini untuk

mencakup bagian posterior mulut dan tenggorokan. Nyeri tenggorokan

merupakan keluhan yang paling sering ditemukan.

G. Otot trapezius, zona rujukannya pada sepanjang bagian posterolateral

pada leher, daerah post aurikular sudut mandibular dan pelipis.

H. Otot stemocleidomastoid, memiliki zona rujukan di seluruh wajah dan

kepala. Berbagai keluhan nyeri dan kepala mungkin muncul dari sumber tersebut.

Sakit telinga, nyeri temporomandibula dan sakit kepala frontal sering dikeluhkan.

Gambar 4:Otot-otot pada sistem mastikasi.22

22

Page 23: Gnato Caecilia

Disfungsi tatanan stomtognatik atau pengunyahan dapat menimbulkan:

A. Kelelahan dan kekakuan otot

Kebiasaan buruk seperti bruxism pada malam hari dapat mengakibatkan

kelelahan dan kekakuan otot pengunyahan (m. masseter) yang dihasilkan oleh

adanya pengkerutan otot terus menerus akibat adanya penambahan tenaga otot.20

B. Nyeri dan kekejangan otot

Pengkerutan otot secara terus menerus yang biasanya terjadi akibat

bruxism dapat menyebabkan keadaan tanpa zat asam (anoksia) setempat akibat

penutupan pembuluh darah yang memasok zat asam di daerah tersebut dan

pengambilan hasil buangan pertukaran zat (metabolism) menyebabkan nyeri

iskemia dalam otot. Sedangkan kekejangan otot dihasilkan oleh rasa nyeri dan

gerak pengkerutan tak sengaja yang hebat.20

Nyeri disfungsi rahang bawah sering timbul pada otot daerah pelipis

(temporal), pengunyahan (m. masseter) dan pterigoideus. Selain itu juga pada

nyeri daerah leher belakang kepala (serviko-osipital).20

Nyeri sisi kepala timbul karena otot daerah pelipis. Nyeri di daerah sudut

dan cabang (ramus) rahang bawah berasal dari otot kunyah muka lateral dan dari

otot pterygoideus medialis. Di daerah lengkung tulang pipi (zigomatik) nyeri

timbul melampaui daerah insersi otot pelipis ke processus coronoideus dan dari

perlekatan otot kunyah pada lengkung tulang pipi. Nyeri yang berkaitan dengan

sendi temporomandibula sering disebabkan karena tegangan dan kekejangan otot

pterygoideus lateral.20

C. Hipertropi dan atrofi otot

23

Page 24: Gnato Caecilia

Seseorang yang mempunyai riwayat kebiasaan buruk bruxism yang sudah

berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi hipertropi otot penutup,

yang mengakibatkan otot masseter yang membesar dan kencang yang dapat

dengan mudah dilihat pada ramus dan sudut rahang bawah. Kebiasaan

mengunyah satu sisi dapat mengakibatkan terjadinya hipertropi otot pada sisi yang

aktif, sementara pada sisi yang lainnya yang jarang digunakan dapat menyebabkan

atrofi pada otot.20

Manifestasi lain yang disebabkan oleh trauma oklusi di antaranya yang

berkaitan dengan tegangan otot pada daerah serviko oksipital. Gejala telinga

berdengung, melemahnya pendengaran, perasaan tekanan dan sumbatan pada

telinga merupakan sebagian gejala disfungsi rahang bawah. Bunyi dengungan atau

siulan terjadi karena tegangan dan kekejangan otot peregang rongga telinga

(sensor timpani). Gejala penyumbatan, kehilangan pendengaran, perubahan

tekanan atmosfer tiba-tiba bisa disebabkan karena tegangan dan kekejangan otot

palatum. Fungsi otot ini adalah untuk meregangkan palatum lunak dan membuka

tuba Eustachius ketika menelan.

BAB VI

24

Page 25: Gnato Caecilia

KESIMPULAN

Gangguan oklusi adalah setiap perubahan pada fungsi oklusal pada

sistem mastikasi. Gangguan pada sistem mastikasi dapat berupa gangguan

struktural atau gangguan fungsional. Pada umumnya terdapat fenomena adaptasi

untuk memperoleh fungsi yang baik namun hal tersebut tidak selalu memadai bagi

kesehatan sistem mastikasi.

Gangguan pada oklusi dapat menimbulkan efek yang tidak

menyenangkan dan bahkan menimbulkan kerusakan baik pada jaringan

periodontal, otot dan pada fungsi atau sendi temporomandibula. Faktor etiologi

dari gangguan oklusi tersebut harus dihilangkan sejak dini. Kita sebagai dokter

gigi harus dapat menegakkan diagnosa yang tepat dan memberikan diagnosa yang

tepat serta memberikan pengobatan yang tepat pula.

25

Page 26: Gnato Caecilia

DAFTAR PUSTAKA

1. Rateitschak, K.H, Edith M., H.F.Wolf. Color Atlas of Dental Medicine

Periodontology. 3th Ed. Newyork, Thieme Inc.;2005.

2. Jan Lindhe. Clinical periodontology and Implant Dentistry 4th edition.

Blackwell; 2003.

3. Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Clinical of Periodontology. 9th Ed.

Philadhelphia. WB Saunders.; 2002.

4. Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Clinical of Periodontology. 10th Ed.

Philadhelphia. WB Saunders.;2006.

5. Shalu Bathla, 2011. Periodontics Revisited. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers.

6. Lindhe J., 2008, Text Book of Periodontology 5th ed., Munksgaard. W.B

Saunders

7. Boever, J, De and Boever, A, De.Occlusion and Periodontal Health

8. Fedi, P.F., Arthur R. Vermino, Jhon L. Gray, 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta

9. Wiriadidjaja, Kartika.2007. Kerusakan Jaringan Periodonsium Pada Gigi

Premolar Yang disebabkan oleh Oklusi Traumatik. FKG UI.Jakarta

10. Http://en.m.wikipedia.org/wiki/Occlusal-trauma

11. Okeson JP.Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion

Ed.6th . Philadelphia: CV Mosby Inc, 2008. p.2,

12. Pedersen G, W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Jakarta. EGC: 1996.

13. Okeson JP. Orofacial Pain: Guidelines for Assesmement, diagnosis and

Management. Chicago. Quintessence Publish Inc. 1996

14. Quinn PD. Color Atlas of Temporomandibular Joint Surgery. St. Louis:

Mosby Co. 1998

26

Page 27: Gnato Caecilia

15. Pullinger AG, Seligman DA. Temporomandibular Disorders, Part II:

Occlusal Factor Associated With Temporomandibular Joint Tenderness

and Functions. J of Prosthetic Dentistry. 1988; 53 : 363

16. Aryanti, Sartika. 2007. Penanggulangan Gangguan Sendi

Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif. FKG

USU.

17. Haryo, Mustiko.2008. Gangguan Nyeri dan Bunyi Kliking Pada Sendi

Temporomandibula. Kajian Ilmiah Prostodontia. FKG UGM. Yogyakarta.

18. Pramono, Coen. Mastikasi, Oklusi, dan Artikulasi. FKG Airlangga.

19. Tanti, Ira.2007. Temporomandibular Joint : Hubungan antara literatur.

FKG UI. Jakarta.

20. Gross, Martin D. 1991.Oklusi dalam Kedokteran Gigi Restoratif.

Penerjemah: Krisnowati. Surabaya: Airlangga University Press.

21. http://constanfuckingshit.wordpress.com/2014/07/01/mecfs-co-morbidity-

temporomandibular-disorder-tmd/

22. Http://www.colgate.com/app/CP/US/EN/OC/Information/Articles/Oral-

and-Dental-Basics/Common-Concerns/Temporomandibular-Disorder/

article/What-is-temporomandibular-joint-disorder-TMJ.Cvsp

27