git skenario 2 ka wulan
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
1/23
Wulandari P. Handayaningrum
110.2008.322-B.14
Skenario 2- Blok GIT
Nyeri Perut Kanan Atas
1. Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis usus, colon, hepar
Anatomi makroskopis usus
Usu s b
esar terdiri dari sekum, kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, kolonsigmoideum dan rektum. Kolon ascendens panjangnya sekitar 13 cm,dimulai dari
caecum pada fossa iliaca dextra sampai flexura coli dextra pada dinding
dorsal abdomen sebelah kanan, terletak di sebelah ventral ren dextra, hanya bagian
ventral ditutup peritoneum visceral. Kolon transversum panjangnya sekitar 38 cm, ber
jalan dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai
hubungan dengan duodenum dan pankreas di sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri
lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi daripada yang kanan yaitu pada
poluscranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang mobile. Flexura coli
dextr erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus dextra bagian caudal)
yang terletak di sebelah ventralnya. Kolon descendens panjangnya sekitar 25 cm,
1
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
2/23
dimulai dari flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon
sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi
peritoneum. Kolon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya
intraperitoneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid
mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra.Kolon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantungisinya didalam lumen, bila
terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam kavum pelvis melalui aditus
pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan
akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri ke dalam rectum pada
dinding mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum.Batas antarakolon
dan rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga taenia idak tampak lagi. Batas ini
terletak di bawah ketinggian promontorium.
Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior. Arteri
mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari sekum sampaidua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika superior mempunyai
tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arterikolika media.
Sedangkan arteri mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri(mulai dari
sepertiga distal kolon transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri
mesenterika inferior mempunyai tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra, arterihemorro
idalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur
oleh arteria sakralis media dan arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik
vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan
inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang
mengalirkan darahke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah
ke vena iliaka danmerupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara
vena hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan
tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan
mengakibatkan hemorroid.
Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi
preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh
limfemelalui sistrna kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena
subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinomagastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran
balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh darah hemorroidalis superior
dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi
limfatisi iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anusdan kulit perineum
mengaikuti aliran limfe inguinalis superfisialis.Inervasi usus besar dilakukan oleh
sistem saraf otonom kecuali sfingter eksternus yang diatur secara voluntar. Serabut
parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan
saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut
simpatis yang berjalan dari pars torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai
simpatis ke ganglia simpatis preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang
2
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
3/23
mengikuti aliran arteri utama dan berakhir pada pleksus mienterikus
(Aurbach) dan submukosa (Meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan pengham
batan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan
sarafparasimpatis mempunyai efek yang berlawanan. Kendali usus yang paling
penting adalah aktivitas refleks lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosusintramural (Meissner dan Aurbach) dan interkoneksinya.
Anatomi mikroskopis usus
Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih banyak dibanding
usushalus) tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina
propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus
limpatikus. Tidak terdapat sel paneth tapi terdapat sel enteroendokrin. Dibawah
lamina terdapat muskularis mukosa
Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf
pleksus meissner
Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot
sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Tunika Serosa/Adventisia
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi
pembuluh darah dan sel-
sel lemak. Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh melalui
mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian kolon ini.
Sedangkan adventisia membungkus kolon ascendens dan descendens Karena
ketaknya peritoneal.
Anatomi hepar
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25%
berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi
sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas
atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati
berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem portahepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri
3
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
4/23
hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava
dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2
lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan
yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang
berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampaikandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya
daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi.
Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap
lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun
radial mengelilingi vena sentralis.
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini penting untuk
sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran
pencernaan.2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk
mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagi lobulus yaitu susunan
heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral. Hati memiliki bagianterkecil yang melakukan tugas diatas disebut sel hati (hepatosit), sel-sel epithelial
sistem empedu dalam jumlah yang bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di
dalamnya endotolium, sel kupffer dan sel stellata yang berbentuk seperti
bintang.Tugas aktifitas fagositik dilakukan oleh makrofag residen yang disebut sel
kupffer. Setiap hepatosit berkontak langsung dengan darah dari dua sumber. Darah
vena yang langsung datang dari saluran pecernaan dan darah arteri yang datang dari
aorta. Darah dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer
lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar disebut sinusoid.
4
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
5/23
Darah vena memasuki hati melalui hubungan vaskuler yang khas dan kompleks yang
dikenal sebagai sistem porta hati. Vena yang mengalir dari saluran cerna tidak secara
langsung menyatu pada vena cava inferior akan tetapi vena vena dari lambung dan
usus terlebih dahulu memasuki sistem vena porta. Pada sistem ini produk-produk
yang diserap dari saluran cerna untuk diolah, disimpan, dan didetoksifikasi sebelum
produk produk tersebut kembali ke sirkulasi besar.
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti
spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana
akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-
sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh
karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel
kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro
dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1
sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak
parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralisyg
merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar
dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikatyang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-
5
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
6/23
cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika
akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan
Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel
hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya
ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari
saluran empedu menuju kandung empedu.
6
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
7/23
2. Memahami dan menjelaskan fisiologi hati
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada beberapa fung
hati yaitu :
Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan
1 sama lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus
menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di
dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses
pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini,
hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah
glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa.
Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi,
biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis
senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus
krebs).
7
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
8/23
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
9/23
Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses
oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam
bahan seperti zat racun, obat over dosis.
Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan
melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi -
globulin sebagai imun livers mechanism.
Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500
cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica
25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke
hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran
ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan
organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
3. Memahami dan menjelaskan amubiasis hati yang disebabkan infeksi E.Hystolytica
E. Histolytica
Hospes : Manusia
Nama penyakit : Amebiasis
Distribusi Geografik
Amebiasis terdapat di seluruh dunia atau bersifat kosmopolit. Parasit ini
terutama ada di daerah tropic dan daerah beriklim sedang
Morfologi
Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium, yaitu bentuk histolitika,
minuta dan kista. Bentuk histolitika yang bersifat pathogen dan bentuk minuta
yang merupakan bentuk esensial adalah bentuk trofozoit, sedangkan bentuk
kista bukan merupakan bentuk pathogen tapi merupakan bentuk infektif
Daur Hidup
9
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
10/23
Amebiasis
Definisi
infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.
Epidemiologi
10
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
11/23
Amoebasis tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai
survei menunjukkan frekwensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan langsung
dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada
daerah tropik dan subtropik yang sanitasinya jelek, dan banyak dijumpai juga
dirumah rumah sosial, penjara, rumah sakit jiwa dan lain-lain. Sumber
infeksi terutama "carrier" yakni penderita amoebiasis tanpa gejala klinis yang
dapat bertahan lama megeluarkan kista yang jumlahnya ratusan ribu perhari.
Bentuk kista tersebut dapat bertahan diluar tubuh dalam waktu yang lama.
Kista dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau sayuran dan air yang
terkontaminasi dengan tinja yang mengandung kista. Infeksi dapat juga terjadi
dengan atau melalui vektor serangga seperti lalat dan kecoak (lipas) atau
tangan orang yang menyajikan makanan (food handler) yang menderita
sebagai "carrier", sayur-sayuran yang dipupuk dengan feses manusia dan
selada buah yang ditata atau disusun dengan tangan manusia. Bukti-bukti tidak
langsung tetapi jelas menunjukkan bahwa air merupakan perantara penularan.
Sumber air minum yang terkontaminasi pada feses yang berisi kista atau
secara tidak sengaja terjadi kebocoran pipa air minum yang berhubungan
dengan tangki kotoran atau parit.
Penularan diantara keluarga sering juga terjadi terutama pada ibu atau
pembantu rumah tangga yang merupakan "carrier", dapat mengkontaminasi
makanan sewaktu menyediakan atau menyajikan makanan tersebut.
Pada tingkat keadaan sosio ekonomi yang rendah sering terjadi infeksi yang
disebabkan berbagai masalah, antara lain:
1. Penyediaan air bersih, sumber air sering tercemar.
2. Tdak adanya jamban, defikasi disembarang tempat, memungkinkan
amoeba dapat dibawa oleh lalat atau kecoa.
3. Pembuangan sampah yang jelek merupakan tempat pembiakan lalat
atau lipas yang berperan sebagai vektor mekanik.
Pengandung kista yang jumlahnya besar dan penderita dalam keadaan
konvalesensi merupakan bahaya potensial yang merupakan sumber infeksi dan
harus diobati dengan sempurna karena keduanya merupakan masalah
kesehatan yang besar.
11
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
12/23
Kista dapat hidup lama dalam air (10 -14 hari). Dalam lingkungan yang dingin
dan lembab kista dapat hidup selama kurang lebih 12 hari, kista juga tahan
terhadap Khlor yang terdapat dalam air leding dan kista akan mati pada suhu
50 C atau dalam keadaan kering.
Entamoeba histolytica ini juga menyebabkan Dysenteriae amoeuba, abses hati
dan Giardia lamblia yang banyak ditemukan pada anak-anak. Infeksi juga
ditularkan dalam bentuk kista, sehingga pengandung kista adalah penting
dalam penyebaran penyakit ini.
Di Indonesia, amoebiasis kolon banyak dijumpai dalam keadaan endemi.
Prevalensi Entamoeba histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar
antara 10 18 %. Amoebiasis juga tersebar luas diberbagai negara diseluruh
dunia. Pada berbagai survei menunjukkan frekuensi diantara 0,2 -50 % dan
berhubungan dengan sanitasi lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak
dijumpai pada daerah tropic dan subtropik yang sanitasinya jelek.
Di RRC, Mesir, India dan negeri Belanda berkisar antara 10,1 11,5%, di
Eropa utara 5 -20%, di Eropa Selatan 20 -51 % dan di Amerika Serikat 20%.
Frekuensi infeksi Entamoeba histolytica diukur dengan jumlah pengandung
kista. Perbandingan berbagai macam amoebiasis di Indonesia adalah sebagai
berikut, amoebiasis kolon banyak ditemukan, amoebiasis hati hanya kadang-
kadang amoebiasis otak lebih jarang lagi dijumpai.
Patogenesis
Pembentukan bentuk infektif untuk inisiasi patogenesis dimulai dari adanya
bentuk minuta Entamoeba histolytica pada orang normal. Bentuk minuta ini
bersifat komensal sehingga orang normal itu tidak terinfeksi. Orang normal
inilah yang bertindak sebagai carrier. Bentuk minuta ini akan mengalami
pembelahan biner dan dilapisi hialin membentuk dinding. Dalam tahap ini,
bentuk minuta telah berkembang menjadi bentuk kista. Kista matang yang
dikeluarkan melalui tinja jika tertelan akan memulai infeksi Entamoeba
histolytica pada orang yang menelannya.
Kista matang tertelan
12
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
13/23
Kista masuk secara fecal-oral(rute gastrointestinal)
Kista tahan terhadap asam lambung
Dinding kista dicerna pada usus halus
Bentuk minuta menuju ke rongga usus besar
Bentuk histolitika yang patogen
Menginvasi mukosa usus besar
Mengeluarkan sistein proteinase(histolisin)
Nekrosis dengan lisis sel jaringan (lisis)
Menembus lapisan submukosa(kerusakan bertambah)
Menimbulkan luka ulkus ameba
Flask-shaped ulcer
Tinja disentri(tinja yang bercampur lendir dan darah)
Diagnosis
Untuk diagnosis amoebiasis hati dapat digunakan criteria Sherlock (1969),
criteria Ramachandran (1973) atau criteria Lamont dan Pooler.
Criteria Sherlock :
1. hepatomegali yang nyeri tekan
2. respon baik terhadap obat amoebisid
3. leukositosis
4. peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang kurang5. aspirasi pus
6. pada USG didapatkan rongga dalam hati
7. tes hemaglutinasi positif
Kriteria Ramachandran (bila didapatkan 3 atau lebih dari) :
1. hepatomegali yang nyeri
2. riwayat disentri
3. leukositosis
4. kelainan radiologis
13
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
14/23
5. respon terhadap terapi amoebisid
Kriteria Lamont dan Pooler (bila didapatkan 3 atau lebih dari ) :
1. hepatomegali yang nyeri
2. kelainan hematologis
3. kelainan radiologis
4. pus amoebik
5. tes serologic positif
6. kelainan sidikan hati
7. respon yang baik dengan terapi amoebisid
Diagnosis banding
Penyakit amebiasis perlu dibedakan dengan penyakit hati lainnya, penyakit
paru-paru dan penyakit infeksi sistemik.
a) Pada hepatitis infeksiosa dapat timbul kenaikan suhu badan, tetapi biasanya
rendah dan tidak ada lekositosis. Tidak dijumpai hepatomegali dan tanda
Ludwig negatif. Diafragma kanan tak meninggi. Tes faal hati menunjukkan
hati terganggu.
b) Penyakit paru-paru, misalnya pneumonia dan empyema kanan perlu
dibedakan dengan amebik abses hati, karena keluhan yang timbul dapat
serupa. Pada penyakit paru-paru tersebut di atas tidak dijumpai hepatomegali,
dan tidak adanya peninggian diafragma kanan.
c) Abses hati piogenik perlu dibedakan dengan amebik abses hati. Pada abses
piogenik biasanya ditemukan lekositosis yang hebat, dan tidak ditemukan
kuman ameba histolitika. Pengobatan dengan anti amebika tidak menunjukkan
perbaikan.
Disentri basiler Penyakit ini biasanya timbul secara akut, sering disertai
adanyatoksemia, tenesmus akan tetapi sakit biasanya sifatnya umum. Tinja biasanya
kecil-kecil, banyak, tak berbau, alkalis, berlendir, nanah dan berdarah, bila tinja
berbentuk dilapisi lendir. Daerah yang terserang biasanya sigmoid dan dapat juga
menyerang ileum. Biasanya daerahyang terserang akan mengalami hiperemia superfisial
ulseratif danselaput lendir akan menebal.
14
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
15/23
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
16/23
.Amebiasis intestinal ringan-sedang
Pada penderita ini ditemukan ulkus mukosa usus besar yang dapat mencapai
lapisan submukosa, dapat mengakibatkan gangguan peristaltik usus dengan
manifestasi klinis disentri tetapi tidak berat sehingga belum memerlukan
cairan dan elektrolit parenteral. Karena ditemukan trofozoid di dalam lumen
dan dinding usus besar maka obat amebisid yang rasional adalah amebisid
jaringan dan luminal seperti nitroimidazol. Namun golongan ini diabsorbsi
secara baik oleh usus halus sehingga konsentrasi terapeutik di lumen usus
besar lebih kecil dibandingkan di dalam jaringan, di samping masih ada
kemungkinan timbul abses hati ameba dalam jangka waktu 3-4 bulan
kemudian; penambahan amebisid luminal akan lebih efektif mengeradikasiE.
histolytica sampai 90%
Amebiasis intestinal berat.
Pada stadium ini penderita memerlukan terapi cairan dan elektrolit parenteral
atau bahkan transfusi darah. Selain pengobatan di atas (b) dapat ditambahkan
emetin/ dehidroemetin im/sk dalam (tidak intravena) dengan memantau
jantung melalui EKG atau kadar enzim jantung (terutama pada pemberian
emetin) Pemberian amebisid parenteral juga dianjurkan pada stadium ini
mengingat keadaan umum pasien serta gejala klinis berupa mual, muntahbahkan penurunan kesadaran.
Abses hati amebiasis
Penderita perlu dirawat inap. Farmakoterapi rasional adalah pemberian
golongan nitroimidazol selama 10 hari yang memberikan angka kesembuhan
di atas 95% pada kasus-kasus abses hati terlokalisasi. Amebisid luminal
sebaiknya juga diberikan. Jika dalam 3 hari tidak didapatkan kemajuan klinis
yang diharapkan, dilakukan drainase abses serta pemberian
dehidroemetin/emetin atau dengan klorokuin. Sebaliknya, bila dengan
metronidazol sudah menunjukkan perbaikan klinis maka dilanjutkan dengan
pemberian klorokuin selama 2-3
minggu untuk mencegah kegagalan pengobatan abses hati di kemudian hari.
Antibiotika hanya digunakan jika didapatkan infeksi bakterial pada abses hati;
hal ini jarang terjadi. Sebagian besar kasus abses hati amebiasis yang dikelola
secara rasional tidak memerlukan aspirasi cairan abses,
16
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
17/23
kecuali: (1) abses yang besar (lebih 5 cm), (2) abses lobus kiri hati yang
berhubungan dengan komplikasi berat, (3) tidak didapatkan perbaikan klinis
setelah 3 hari terapi standar, (4) untuk menyingkirkan abses hati piogenik
Ameboma dan amebiasis ekstra intestinal lainnya
Golongan nitroimidazol merupakan obat pilihan dan dapat ditambah dengan
hidroemetin/emetin selama 10 hari. Namun klorokuin tidak dapat dipakai
karena konsentrasinya di jaringan selain hati tidak cukup efektif untuk
mengeradikasi E. histolytica. Pemberian amebisid luminal dianjurkan
bersamaan dengan terapi di atas.
3) Berdasarkan preparat amebisidEmetin/dehidroemetin
Dehidroemetin mempunyai toksisitas lebih rendah dibanding emetin, namun
potensi dan half timenya juga lebih rendah, maka diperlukan dosis lebih tinggi
untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan. Emetin membunuhE.
histolytica secara langsung dan lebih efektif terhadap bentuk trofozoid
daripada kista. Kadarnya tertinggi di jaringan hati, hal yang sangat berarti bagi
pengobatan amebiasis hati. Pemberian obat ini hanya pada penderita amebiasis
ekstraintestinal yang tidak responsif terhadap metronidazol mengingat efek
sampingnya yang cukup mengkhawatirkan. Dosis emetin 1 mg/kgbb./hari
(maksimal 60 mg/hari) selama 3-5 hari. Tidak boleh lebih dari 5 hari (300 mgdalam satu kali pengobatan) mengingat sifat kumulatifnya di tubuh.
Pemberiannya dapat dibagi dalam 2 porsi. Terapi ulangan baru boleh diberikan
6-8 minggu setelah terapi pertama. Dosis dehidroemetin untuk dewasa 1,5
mg/kgbb./hari selama 5
hari. Dosis total sehari tidak boleh lebih 90 mg, dan pengobatan boleh diulang
2 minggu setelah pengobatan pertama dihentikan. Efek samping yang sering
terjadi adalah mual, muntah,
diare (gastrointestinal) aritmia, nekrosis miokardium, chest pain, kongesti
jantung (kardiovaskuler) otot-otot lemah, nyeri tekan, kaku dan tremor
(neuromuskuler) dan urtikaria
Klorokuin
Absorbsi klorokuin di usus halus sangat baik dan lengkap (kadar di hati 200-
700 kali di plasma), sehingga kadar dalam kolon sangat rendah. Oleh karena
itu perlu ditambah amebisid luminal untuk menghindari relaps. Pada penelitian
ditemukan bahwa kadar klorokuin setelah
17
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
18/23
diabsorbsi tertinggi di dalam jaringan hati; maka sangat baik untuk terapi
abses hati amebiasis. Dosis klorokuin untuk dewasa dengan amebiasis ekstra
intestinal 4250 mg (garam klorokuin), atau 150 mg basa klorokuin sehari
selama 2 hari pertama kemudian dilanjutkan dengan 2250 mg/hari selama 2-
3 minggu
Derivat 8-hidroksikuinolin
Beberapa derivat ini yang berperan dalam pengobatan amebiasis adalah
diyodohidroksikuin (iodokuinol), yodoklorhidroksikuin (kliokuinol),
broksikuinolin,
klorkuinadol dan kiniofon. Golongan amebisid ini memperlihatkan efeknya
langsung terhadapE.histolytica dalam lumen usus dan tidak efektif untuk
amebiasis jaringan. Namun efektif untuk trofozoid maupun kista. Jadi baik
sekali untuk pengobatan carrier/cyst passer. Di antara golongan ini,
diyodohidroksikuin yang masih digunakan secara luas. Amebisid ini
dikontraindikasikan kepada penderita dengan gangguan visus, anak-anak,
gangguan fungsi hati serta intoleransi yodium (penderita penyakit gondok).
Sehingga, pemakaian amebisid ini secara rutin tidak dianjurkan jika masih
tersedia amebisid lain yang lebih aman. Dosis yodokuinol yang rasional
3600-650mg sehari selama 20 hari (maksimum 2g/hari), dan
yodoklorohidroksikuin 3250 mg/hari selama 10 hari
Golongan nitroimidazol
Yang mempunyai efek amebisid adalah metronidazol, tinidazol dan ornidazol.
Dua obat terakhir mempunyai efek samping yang lebih ringan dibanding
metronidazol selain half timenya yang cukup panjang (14 jam dan 12-13 jam).
Golongan ini merupakan obat pilihan untuk amebiasis intra dan ekstra
intestinal. Amebisid ini efektif untuk amebiasis hati, namun jika absesnyabesar, tetap memerlukan aspirasi untuk mengeluarkan pus. Keuntungan lain,
adalah mampu membunuh kuman-kuman anaerob yang sering terdapat pada
kasus-kasus abses. Efek samping yang sering dijumpai ialah mual, muntah,
nyeri ulu hati, pusing, glositis, stomatitis, penurunan nafsu makan, dan
gangguan darah terutama jika diberikan pada orang muda dan penderita yang
rendah daya tahannya serta lama pemberian lebih dari 7 hari. Kontraindikasi
pada penderita dengan riwayat penyakit darah, ibu hamil trimester pertama.
Dosis pemberian metronidazol 35-50 mg./kgbb./hari atau 3 x 500-750 mg/hari
18
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
19/23
selama 10 hari, tinidazol 2 g/hari selama 2-3 hari atau 50 mg/kgbb./hari dan
ornidazol 50-60 mg/kg bb./hari atau 2 g/hari selama 3 hari.
Diklosanit furoat
Saat ini merupakan amebiasid luminal terbaik, karena efektif membunuh
trofozoid dan kista di lumen usus (80%- 85%), dengan efek samping yang
relatif kecil. Bahkan pada carrier, amebisid ini digunakan secara tunggal
untuk kasus-kasus amebiasis ekstra intestinal dikombinasi dengan amebisid
jaringan. Dosis pemberian 3500 mg/hari selama 10 hari atau 20
mg/kgbb./hari dalam dosis terbagi .
Tetrasiklin
Tetrasiklin mempunyai efek terapi yang kurang kuat terhadapE. histolytica,
namun efeknya terhadap kuman-kuman usus besar cukup berguna untukmengobati amebiasis intestinal ringan sampai sedang. Dosis yang dianjurkan
4x250mg/hari selama 5 hari, dilanjutkan dengan 4500 mg selama 5 hari.
Sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil serta anak kurang dari 8 tahun.
Paromomissin
Merupakan golongan aminoglikosida yang sangat buruk absorbsinya di usus,
sehingga konsentrasi di lumen usus cukup tinggi untuk
membunuhE.histolytica. Karena merupakan
antibiotika, maka memiliki juga efek antibakterial di dalam kolon. Efek
sampingnya antara lain: mual, muntah, ototoksik, dan nefrotoksik; sehingga
dikontraindikasikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan
pendengaran. Dosis pemberian 25-35 mg/kgbb./hari atau 3 x 500 mg/hari
selama 5-10 hari.
Macam-macam obat amebisida menurut tempat kerjanya :
a. Amebisida bekerja langsung, terutama di lumen usus.
derivat kuinolin : diiodohidroksikuin, iodoklorhidroksikuin, kiniofon.
derivat arsenikal : karbason, asetarsol, glikobiarsol.
golongan amida : klefamid, diloksanid furoat.
alkaloid : emetin bismuth-iodid.
19
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
20/23
b. Amebisida bekerja tak langsung, di lumen usus dan din-ding usus melalui
pengaruhnya terhadap bakteri. Contohnya : tetrasiklin, eritromisin dB.
c. Amebisida jaringan.
bekerja terutama di dinding usus dan hati : emetin, dehidroemetin.
bekerja terutama di hati : klorokuin.
d. Amebisida bekerja di lumen dan jaringan.
Derivat-derivat nitroimidazol : niridazol, metronodazol,tinidazol, ornidazol
dan seknidazol (turunan terbaru).
Prognosis
Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan
dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan. Pada
umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa
komplikasi. Prognosis yang kurang baik adalah abses otak ameba.Pada bentuk
yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan dini.
Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematianrendah; bentuk
dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipundalam
bentuk yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian yang rendah.
Komplikasi
Abses hati amuba
Perdarahan/perforasi ususAmeboma
Intususepsi
Striktur ususAmebiasis Pleura
Amebiasis kulit
Abses otak, limpa, dll
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica antara lain sebagai berikut:
20
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
21/23
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran, daging babi, daging sapi, dan
daging ikan), dan untuk buah dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan
air.
2. Minum air yang telah dimasak mendidih baru aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak
menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan
tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
5. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi
parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan
berobat ke rumah sakit.
7. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama
sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan
telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja,
hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara
teratur memeriksa dan mengobatinya.
4. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan penderita tampak kesakitan. Kalau jalan membungkuk
ke depan kanan sambil memegang perut kanan atas yang sakit, badan teraba panas
hati membesar dan bengkak. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan. Di
bagian yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri, berarti tempat tersebutlah
tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari mudah diketahui terutama bila
letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan tanda Ludwig positif dan
merupakan tanda khas abses hepatis. Lokalisasi abses yang terbanyak ialah di lobus
kanan, jarang di lobus kiri. Batas paru-paru hati meninggi. Ikterus jarang sekali
ditemukan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan tinja jarang sekali ditemukan ameba. Menurut beberapa
kepustakaan ditemukan sekitar 4 10%. Ditemukannya ameba dalam tinja, akan
banyak rembantu diagnosis. Walaupun demikian, pemeriksaan tinja harus dilakukan
berulang kali. Jumlah lekosit meninggi sekitar 10 20 ribu/mm3. Padabentuk akut
21
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
22/23
sering jumlah. lekosit melebihi 16.000/mm3, sedang pada bentuk kronik terdapat
sekitar 13.000/mm3. Tes faal hati menunjukkan batas-batas normal. Pada keadaan
yang berat dapat ditemukan penurunan kadar albumin dan sedikit peninggian kadar
globulin, dengan protein total dalam batas normal. Setelah penyakit sembuh, segala
fungsi hati kembali normal.
(a). penderita dengan tinja encer yang mengandung trofozoit-trofozoit hematofagos,
(b) penderita dengan tinja lembek pada kasus ringan atau kronis, mengandung
trofozoit atau kista, dan (c). penderita dengan tinja padat, asimtomatik, mengandung
kista. Penderita ini disebut pembawa kista (cyst passer). Pada kasus peralihan,
mungkin bentuk kista dijumpai bersama trofozoit di dalam tinja
PEMERIKSAAN RONTGEN
Pemeriksaan radiologi banyak membantu menegakkan diagnosis. Pada foto Toraks
terlihat diafragma kanan meninggi. Apabila dengan pemeriksaan sinar tembus jelas
nampak bahwa diafragma kanan selain meninggi juga tak bergerak, bentuk diafragma
melengkung ke atas atau bagian tengah diafragma kanan meninggi, berarti adanya
abses hati. Pada abses di lobus kiri hati, gambaran seperti tersebut di atas tidak nyata.
Abses di lobus kiri hati sering memberikan penekanan pada lambung, yang dapat
dilihat pada foto lambung dengan kontras barium.
Ultrasonografi
Gambaran ultrasonografi yaitu akan terlihat suatu daerah kosong atau daerah
sonolusen di hati dengan dinding ireguler. Bila intensitas atau gain ditinggikan, akan
terlihat sedikit pengisian internal ekho. Cara pemeriksaan ultrasonografi ini mudah
dikerjakan, tidak menimbulkan efek sampingan atau merusak jaringan.
a. Foto dada
kelainan foto dada pada amoebiasis hati dapat berupa : peninggian kubah diafragma
kanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
b. Foto polos abdomen
kelainan yang didapat tidak begitu banyak, mungkin dapat berupa gambaran ileus,
hepatomegali atau gambaran udara bebas di atas hati jarang didapatkan berupa air
fluid level yang jelas.
c. Ultrasonografi
22
-
7/29/2019 Git Skenario 2 Ka Wulan
23/23
untuk mendeteksi amoebiasis hati, USG sama efektifnya dengan CT atau MRI.
Gambaran USG pada amoebiasis hati adalah :
1. bentuk bulat atau oval
2. tidak ada gema dinding yang berarti
3. ekogenisitas lebih rendah dari parenkim hati normal4. bersentuhan dengan kapsul hati
5. peninggian sonic distal
d. tomografi komputer
sensitivitas tomografi komputer berkisar 95-100% dan lebih baik untuk melihat
kelainan di daerah posterior dan superior.
e. Pemeriksaan serologi
ada beberapa uji yang banyak digunakan antara lain indirect haemaglutination (IHA),counter immunoelectrophoresis (CIE), dan ELISA. Yang banyak dilakukan adalah tes
IHA. Tes IHA menunjukkan sensitivitas yang tinggi. Titer 1:128 bermakna untuk
diagnosis amoebiasis invasive.
23