gigi tiruan lengkap cs3

12
Gigi tiruan lengkap A. Indikasi Indikasi GTL anrata lain : 1. Edentulous ridge 2. Pasien yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut 3. Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang masih ada dan tidak mungkin diperbaiki 4. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya (prognosis GTSL buruk) 5. Keadaan mulut dan kondisi pasien baik 6. Resorbsi tulang berlebihan 7. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan diperoleh Kontra indikasi GTL antara lain: 1. Pasien yang tidak kooperatif 2. Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien tersebut 3. Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien 4. OH yang buruk 5. Riwayat alergi bahan B. Pengukuran Dimensi Vertikal Physiological rest position. Pencatatan rahang dalam keadaan physiological rest position menunjukan suatu indikasi untuk dimensi vertikal relatif

Upload: alice-green

Post on 10-Jul-2016

45 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

GTL

TRANSCRIPT

Page 1: Gigi Tiruan Lengkap CS3

Gigi tiruan lengkap

A. Indikasi

Indikasi GTL anrata lain :

1.      Edentulous ridge

2.      Pasien yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut

3.      Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang masih ada dan tidak mungkin diperbaiki

4.      Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya (prognosis GTSL buruk)

5.      Keadaan mulut dan kondisi pasien baik

6.      Resorbsi tulang berlebihan

7.      Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan diperoleh

Kontra indikasi GTL antara lain:

1.      Pasien yang tidak kooperatif

2.      Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien tersebut

3.      Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien

4.      OH yang buruk

5.      Riwayat alergi bahan

B. Pengukuran Dimensi Vertikal

Physiological rest position. Pencatatan rahang dalam keadaan physiological rest position menunjukan suatu indikasi

untuk dimensi vertikal relatif yang benar. Hal ini bisa jadi bukan petunjuk yang pasti, namun bila digunakan dengan metode lain, dapat membantupenentuan relasi vertikal rahang bawah terhadap rahang atas.Cara yang dianjurkan adalah pasien diminta untuk memposisikan keadaan istirahat saat tanggul gigitan telah ditempatkan, dengan posisi tegak dan kepala tidak didukung. Setelah tanggul gigitan dimasukkan ke dalam mulut pasien, pasien kemudian diminta untuk menelan dan meletakkan rahangnya dalam keadaan istirahat. Saat terjadi relaksasi, dengan perlahan bibir agak

Page 2: Gigi Tiruan Lengkap CS3

dibuka untuk melihat besarnya jarak antara kedua tanggul gigitan.Pasien harus membiarkan dokter gigi memisahkan bibir tanpa bantuan atau tanpa pergerakan rahang atau bibir. Jarak inter-oklusal pada saat posisi istirahat hendaknya berkisar antara 2-4 mm bila dilihat dari regio premolar.

Jarak antar rahang dan posisi istirahat dapat diukur dengan menempelkan plester atau titik dengan pensil tinta pada wajah. Bila perbedaan lebih besar dari 4 mm, dapat dikatakan bahwa dimensi vertikal saat oklusinya terlalu kecil; Bila kurang dari 2 mm, dimensi vertikalnya terlalu besar. Tanggul gigitan disesuaikan hingga dokter gigi tersebut puas akan besar jarak antar rahang. (Gambar 12-4 sampai gambar 12-6). Hal ini penting karena jarak interoklusal yang cukup terjadi saat rahang bawah berada pada keadaanphysiological rest position.1 Gbr. 12-4 Pengukuran dilakukan antara dua titik pada wajah saat rahang berada pada hubungan vertikal physiological rest position2 Gbr 12-5 Dengan tanggul gigitan di dalam mulut dan rahang pada dimensi vertikal posisi istirahat, jarak interoklusal tampak memuaskan. Perhatikan ruangan antara tanggul gigitan.3 Gbr 12-6  Dengan tanggul gigitan berkontak, jarak antara titik-titik di wajah adalah 3-4 mm lebih kecil dibandingkan ketika rahang berada dalam keadaan physiological rest position.Fonetik dan estetik. 

Uji fonetik dimensi vertikal akan lebih baik dengan mendengarkan suara yang dihasilkan daripada mengobservasi hubungan antar gigi selama berbicara. Produksi suara ch, s dan j dihasilkan dari pertemuan tertutup gigi anterior. Saat penempatan benar, gigi insisif bawah akan bergerak ke depan ke posisi hampir langsung dibawah dan hampir menyentuh insisif sentral atas. Bila jarak terlalu besar, artinya bahwa dimensi vertikal saat oklusi yang didapatkan terlalu kecil. Bila gigi anterior bersentuhan ketika suara dihasilkan, kemungkinan dimensi vertikal saat oklusi terlalu besar. Sebaliknya, bila gigi mengunci bersama saat berbicara kemungkinan dimensi vertikal saat oklusi terlalu besar.

Estetik, juga dipengaruhioleh relasi vertikal rahang bawah terhadap rahang atas.Suatupenelitian yang membandingkan kulit bibir dengan kulit diatas bagian wajah lainnya dapat digunakan sebagai acuan. Normalnya, tonus kulit harus sama secara keseluruhan. Namun harus disadari bahwa posisi anteroposterior relatif gigi juga sama-sama terlibat dalam relasi vertikal rahang seperti pada perubahan tonus kulit.

Kontur bibir tergantung pada struktur intrinsiknya dan pendukung di belakangnya. Oleh karena itu, pertama kali dokter gigi harus membuat kontur permukaan labial tanggul gigitan sehingga dapat secara tepat berkontak dengan posisi anteroposterior gigi dan kontur dasar landasan, sebaliknya harus mengganti atau memperbaiki dukungan jaringan, yang disediakan oleh struktur alami (Gbr. 12-7)

Page 3: Gigi Tiruan Lengkap CS3

Bila bibir tidak memiliki dukungan yang tepat pada bagian anterior, maka bagian tersebut akan lebih ke vertikal daripada ketika didukung secara alami oleh jaringan. Pada kondisi seperti itu terdapat kecenderungan meningkatnya dimensi vertikal oklusi untuk menyediakan dukungan bagi bibir, dan hal ini bisa menimbulkan kegagalan.

Panduan estetis untuk relasi rahang atas terhadap rahang bawahvertikal yang benar adalah, yang pertama, untuk memililih gigi yang memiliki ukuran yang sama dengan gigi asli dan, kedua, untuk memperkirakan dengan tepat jumlah kehilangan jaringan dari linggir alveolar. Jumlah kehilangan jaringan dapat dinilai dari riwayat gigi geligi dan lamanya gigi telah hilang.

4Gbr. 12-7 Tanggul gigitan rahang atas dibuat kontur sehingga permukaan labial akan menyerupai landasan dan gigi artificial gigi tiruan akhir. A, dari samping, B, pandangan oklusal menunjukkan kontur dan dimensi zona netral, yang telah disesuaikan pada tanggul gigitan ini. Prinsip yang sama diterapkan pada pembuatan kontur tanggul gigitan rahang bawah.

Ambang batas penelanan.Posisi rahang bawah pada permulaan tindakan penelanan telah digunakan sebagai

bimbingan untuk dimensi vertikal saat oklusi. Teorinya adalah, ketika seseorang menelan, gigi geligi bertemu dengan kontak yang sangat ringan pada awal dari siklus penelanan. Jika oklusi gigi tiruan terus hilang selama penelanan, dimensi vertikal oklusi dapat menjadi tidak memadai (terlalu rendah). Berdasarkan hal inilah, catatan relasi kedua rahang pada tahap siklus penelanan ini digunakan sebagai dimensi vertikalsaat oklusi. Teknik ini melibatkan pembuatan soft wax cone pada basis gigi tiruan rahang bawah pada suatu keadaan dimana ia berkontak dengan tepian oklusi rahang atas ketika rahang membuka terlalu lebar (Lihat Gbr. 13-11). Kemudian aliran saliva distimulasi dengan menggunakan permen atau dengan cara lain. Tindakan menelan saliva berulang kali akan mengurangi tinggi soft wax cone secara bertahap untuk memungkinkan rahang bawah mencapai ketinggian dimensi vertikal saat oklusi. Lamanya waktu aksi ini dilakukan dan kelembutan relatif dari corong lilin akan mempengaruhi hasilnya. Kami, bagaimana pun juga, belum menemukan ketetapan dalam pemosisian vertikal akhir rahang bawah dengan metode ini.

Sensasi taktil dan kenyamanan yang dirasakan pasien.Sensasi taktil pasien digunakan sebagai pemandu untuk penentuan dimensi vertikal

oklusal yang benar.Adjustable central bearing screw dilekatkan pada palatal gigi tiruan rahang atas atau tepian oklusi, dan central bearing plate dilekatkan pada tepian tanggul gigitan rahang bawah atau basis gigi tiruan percobaan (lihat Gbr. 13-8). Central bearing screw,pertama-tama

Page 4: Gigi Tiruan Lengkap CS3

disesuaikan sehingga terlihat jelas sangat panjang. Kemudian, dalam langkah progresif, screw kemudian disesuaikan ke bawah hingga pasien mengindikasikan bahwa rahang terlalu menutup. Prosedur ini diulangi dalam arah yang berlawanan hingga pasien mengindikasikan giginya terasa terlalu panjang. Screw kemudian disesuaikan ke bawah hingga pasien mengindikasikan panjangnya telah tepat, dan penyesuaian dilakukan berulang-ulang hingga tinggi kontak terasa benar. Permasalahan dengan metode ini berkaitan dengan keberadaan benda asing di ruangan palatal dan lidah. Penentuan akhir harus dibuat pada percobaan setelah gigi berada pada posisinya.Partisipasi pasien dalam penentuan untuk mendapatkan catatan dimensi vertikal juga harus dipertimbangkan, karena ada keuntungan fisiologis dan psikologik dengan pendekatan ini.

Tes relasi rahang vertikal dengan tanggul gigitanPemisahan rahang vertikal yang dicapai dalam mulut dengan tanggul gigitan dan

ditempatkan padaartikulator adalah dimensi vertikal saat oklusi. Hubungan pendahuluan ini dicapai dan dipertahankan oleh  tanggul gigitan. Hal ini mendahului penentuan hubungan horizontal rahang dan pada akhirnya catatan relasi sentrik pendahuluan.

Berikut ini adalah beberapa tes yang membantu dokter gigi dalam memastikan relasi vertikal oklusi yang tepat dengan  tanggul gigitan:

1. Penilaian dukungan wajah keseluruhan2. Observasi visual jumlah ruangan antar tanggul gigitan ketika rahang berada dalam posisi

istirahat.3. Pengukuran antara titik-titik pada wajah ketika rahang berada dalam posisi istirahat dimana

tanggul gigitan tidak berkontak dan saat oklusi dimana tanggul gigitan berkontak.4. Observasi dilakukan ketika pasien mengucapkan suara desisan, untuk memastikan tanggul

gigitan berdekatan bersamaan tetapi tidak berkontak.5. Opini pasien terhadap kenyamanan yang dirasakan dengan tinggi tanggul gigitan yang

diperoleh.Pengunaan tes-tes ini memungkinkan dokter gigi untuk membuat penentuan pendahuluan dan tentatif dari dimensi vertikal saat oklusi. Penentuan final, bagaimanapun juga, tidak dapat dibuat dengan metode apapun hingga gigi geligi terposisikan pada gigi tiruan lilin percobaan dan dimensi vertikal dipastikan di mulut

Page 5: Gigi Tiruan Lengkap CS3

C. Respon jaringan

Penggunaan gigi tiruan dalam waktu lama dan tidak menjaga kebersihan  mulut dan gigi tiruan dapat menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan mulut yaitu, stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia jaringan mulut dan denturestomatitis

perlekatan mikrobial pada permukaan gigi tiruan dapat mengakibatkan proliferasi koloni bakieri sehingga terjadi pembentukan plak yang menyebabkan bau mulut dan denture stomatitis Perkcmbangan denture stomatitis dipengaruhi oleh adanya gigi tiruan. kandida sp. dan rnikroorganisrne Iainnya, serta faktor lokal dan sisternik seperti pH asam saliva. asupan tinggi karbohidrat terapi. antibiotik dalam jangka wakiu panjang. terapi hormonal pada penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan arterial hypertension

DENTURE STOMATITIS

Soenartyo, Hadi. Denture Stomatitis: Penyebab dan Pengelolaannya. Majalah kedokteran gigi, 2000; 4(33): 148-51

Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah. Denture Sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.

Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang biasanya dirasakan pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas peradangan berbeda-beda, kadang terbatas pada daerah tertentu atau bisa pula mengenai seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Kelainan ini cenderung terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah.  menurut Newton.

Secara klinis denture stomatitis dibagi 3 tipe yaitu :

Tipe I : Tampak Hyperaemia berupa noda atau titik sebesar jarum pentul

Tipe II : Eritema yang tidak terbatas tegas

Tipe III : Inflamasi Granuler atau hyperplasia papiler

Atropi epitel, stratum korneum yang tipis disertai infiltrasi leukosit pada epitel, adalah gambaran yang sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi, meskipun keadaan ini sering dijumpai pada denture stomatitis oleh karena Candida albicans disbanding denture stomatitis yang disebabkan trauma.

Beberapa prosedur di bawah ini dapat di anjurkan untuk perawatan stomatitis akibat gigi tiruan :

Page 6: Gigi Tiruan Lengkap CS3

1. pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi tiruan yang baik diikuti dengan mengistirahatkan jaringan , perbaikan oklusi, serta perbaikan gigi tiruan.

2. Terapi antijamur. Dilakukan setelah pemeriksaan apus jaringan membuktikan adanya infeksi Candida. Pemberian tablet nistatin cukup efektif untuk mengendalikan infeksi ini.

3. pengambilan papilomatosia secara bedah

Stomatitis karena gigi tiruan dapat timbul bersama-sama dengan keilitis angularis yaitu suatu peradangan pada sudut mulut yang kadang-kadang terasa sakit. Keilitis angularis dapat sembuh dengan pemberian salep antijamur pada daerah yang terkena

Penyebab utama dari hiperplasia ini adalah tepi basis gigi tiruan yang terlalu panjang yang mungkin disebabkan oleh resorpsi prosesus alveolaris (Pala, 2002: 9-10). Trauma pada mukosa juga dapat terjadi karena penekanan tepi basis gigi tiruan pada mukosa bergerak atau pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak akibat oklusi yang tidak seimbang sehingga tepi basis gigi tiruan masuk ke jaringan sulkus. Selain itu, disebabkan oleh iritasi kronis dari gigi tiruan yang longgar (Damayanti, 2009: 7).

Hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan sering asimtomatik dan terbatas pada jaringan di sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual atau palatal, dan di bagian sisa prosesus alveolar (Damayanti, 2009: 7).Secara klinis, lesi ini berwarna merah muda, sedikit pucat dari warna mukosa normal. Lesi terletak sejajar terhadap ridge dengan dasar lamina propia serta mempunyai panjang lima mm sampai tiga mm dan tinggi lima mm sampai sepuluh mm. Tidak jarang, dua atau tiga lesi terdapat dalam mulut, lesi terbesar terletak paling dekat dengan ridge. Lesi ini bersifat elastis dan lunak mirip polip fibro-epitel. Limpadenopati regional tidak ditemukan di sekitar gigi tiruan (Gayford, 1993: 123).

Hiperplasia merupakan akibat dari respon fibroepitelial karena pemakaian gigi tiruan yang disebabkan tepi basis gigi tiruan yang terlalu panjang dan gigi tiruan yang longgar. Hiperplasia ini berupa lesi yang berwarna merah muda, elastik, dan lunak. Lesi ini timbul di jaringan sekitar gigi tiruan. Perawatan  hiperplasia dapat dilakukan dengan pembedahan untuk lesi yang besar dan penghentian pemakaian gigi tiruan sementara waktu.

D. Pencetakan

Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah pencetakan (impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan dipakai sebagai basal seal prothesa (Swenson, 1964).

            Dua macam cetakan, yaitu:

Page 7: Gigi Tiruan Lengkap CS3

1.      Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan  tidak menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang dipakai adalah compound, alginat.

2.      Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak individual yang  dibuat dari bahan shellac atau self curing acrilic resin. Hasil cetakannya digunakan sebagai work model.

Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression.

Cara membuat sendok cetak individual (Itjiningsih, 1993):

            Shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan. Lakukan pemotongan sesuai dengan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak asal jangan mudah lepas dari rahang pasien. Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada jaringan pendukungnya.

E. Prosedur perawatan GTL

Perawatan pre insersi

1.      Preparasi mulut

Secara gaeis besar ada 2 tahapan preparasi mulut. Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah dan perawatan periodontal. Tinadakan ini dilakukan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima gigi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan peertama ini ditujukan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat.

Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur, mencari bidang bimbing, dan menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan perubahan-perubahan.

2.      Tindakan bedah praprostetik

Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Memang ada pula pengecualian dalam hal ini, umpamanya ekstraksi perlu ditangguhkan sampai dapat dilakukan pembuatan geligi tiruan

Page 8: Gigi Tiruan Lengkap CS3

imidiat. Dengan cara ini protesa dimanfaatkan sebagai pelindung luka sampai sembuh, sehingga membantu mencegah resopsi tulang berlebihan.

Eksostosis yang emngganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara bedah, bila tidak dapat lagi diatasi dengan cara non-bedah. Pembuangan daerah ini tergantung pada ukuran, lokasi dalam kaitan dengan prothesa yang akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar.

 Jaringan hiperplastik yang mengganggu desain dan stabilitas, termasuk pembesaran tuberositas, mukosa kendur, papilomatosis palatal atau epulis.

Frenulum labialis atas dan lingualis bawah mungkin paling sering menimbilkan gangguan pada desain geligi tiruan, karena itu mungkin pula membutuhkan tindakan bedah.

Pada kasus dimana dijumpai pembesaran tuberositas dan mengganggu ruang intermaksila, perlu dibuat rontgen foto terlebih dahulu untuk melihat lokasi sinus dan kemungkinan dilakukan tindakan bedah.

Perawatan post insersi

·         Pasien diinformasikan bahwa akan ada perubahan suara dan rasa tidak nyaman setelah pemasangan gigi tiruan, namun hal itu tidak berlangsung lama dan akan kembali normal

·         Pasien diintruksikan untuk memakai prothesa siang dan malam untuk 2-3 hari pertama pemakaian dan hanya dilepas untuk dibersihkan setelah makan, sebelum tidur, dan pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat penyesuaian mukosa terhadap bentuk gigi tiruan yang baru

·         Pasien diintruksikan untuk membaca atau bicara keras-keras selama 20menit/hari untuk penyesuaian dengan prothesa serta sering minum untuk membasahi rongga mulutnya

·         Pasien diintruksikan untuk kontrol 3-4 haro setelah pemakaian prothesa untuk pasien biasa dan 1-2 hari untuk pasien yang memiliki kasus mukosa yang sudah menua dan mudah luka

DHE

·         Gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi dan pembersih khusus, macam pembersihnya yaitu :

Ø  Pembersih yang dapat beroksidasi ( mengandung alkali perkarbonat), Larutan hipoklorida, Pembersih asam mineral, Bubuk dan pasta yang mengandung bahan abrasif ringan

·         Gigi tiruan hendaknya dibersihkan setelah selesai makan dan direndam dengan air untuk mencegah pengeringan

·         Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang lembut dan perlahan untuk menghindari kerusakan mukosa selama 1-2 menit tiap pagi dan malam hari.