gerhana kelompok ku
TRANSCRIPT
MAKALAH
PERISTIWA GERHANA
DALAM PERPEKTIF ISLAM DAN SAINSDosen Pengampu: Didik Krisdiyanto, M.Sc.
Disusun oleh:
1. Indah Setia Lestari 10670055
2. Miftakhur Rosyadi 10670056
3. Khairul Ummah 10670057
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya ucapkan atas rahmat Allah SWT saya telah menyelesaikan makalah
yang berjudul Peristiwa Gerhana Dalam Perspektif Sains dan Islam. Sesuai dengan judulnya
makalah ini membahas fenomena gerhana baik gerhana matahari maupun gerhana bulan dari dua
pandangan yang berbeda. Pembahasan mengenai gerhana saya dasarkan pada pandangan islam
terhadap fenomena tersebut dan disiplin ilmu fisika digunakan sebagai rujukan selanjutnya.
Meskipun menggunakan dua perspektif yang berbeda, bahasan mengenai gerhana pada akhirnya
merujuk pada satu titik temu.
Pada zaman dahulu muncul kepercayaan bahwa gerhana merupakan salah satu dari
fenomena alam semesta yang menyimpan tabir misterius. Sehingga berbagai macam mitos dan
tahayyul berkembang di masyarakat. Bahkan kepercayaan tersebut masih berkembang
dimasyarakat hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat
khususnya masyarkat tradisional tentang gerhana bulan dan matahari. Padahal peristiwa gerhana
dapat dijelaskan secara ilmiah dan sejalan dengan pemikiran rasional yang masuk akal.
Saya mengucapakan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dosen Pengajar
Pendidikan Agama Islam atas penugasan yang diberikan kepada saya. Tak lupa juga saya
menghaturkan terima kasih kepada penulis referensi baik berupa buku atau situs website
sehingga sangat membantu saya dalam mencari bahan dan menyusun makalah ini hingga
akhirnya terselesaikan.
Tentu saja, kritik dan saran dari berbagai pihak tetap saya nantikan untuk bahan
pertimbangan dan perbaikan pada penyusunan makalah berikutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 11 Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerhana merupakan fenomena alam yang sering terjadi di bumi hampir setiap tahun, baik
gerhana bulan maupun gerhana matahari. Gerhana bulan memiliki frekuensi lebih tinggi untuk
terjadi dari pada gerhana matahari.Kejadian gerhana matahari maupun bulan telah sering dialami
oleh manusia sejak jaman dahulu kala. Pada jaman dahulu, karena keterbatasan intelektual dan
ilmu pengetahuan dan sejalan dengan keyakinan primitif manusia yang mengkaitkan setiap
gejala alam dengan kekuatan-kekuatan supranatural, mitos-mitos dan
keyakinan khurofat [1] seputar gerhana pun muncul, yang tentu saja dengan timbangan syariat
dan keyakinan agama hal ini bertentangan dengan aqidah yang benar.
Bahkan hingga sekarang anggapan-anggapan irrasional atau mitos-mitos tertentu masih
tersimpan rapi dalam fikiran orang-orang khususnya mereka dengan latar pendidikan yang masih
rendah. Mitos-mitos tersebut tidak hanya muncul di Indonesia bahkan mitos mengernai gerhana
juga muncul di luar negeri. Bahkan di zaman Rasulullah, kaum Quraisy mengaggap bahwa
gerhana terjadi karena anak Rasul telah meninggal.[2]. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan
masyarakat yang masih tinggi dengan mitos.
Tentu saja, sejalan dengan perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia, menyikapi terjadinya gerhana pun beragam. Ada yang sudah mengerti proses terjadinya
gerhana secara ilmiah, namun tidak sedikit yang masih memegang teguh mitos-mitos atau
tahyyul mengenai gerhana.
Fenomena gerhana merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari proses terjadinya
baik secara ilmiah maupun berdasarkan hukum yang bersandarkan pada kaidah-kaidah islam.
Dengan menggunakan dua disiplin ilmu yang berbeda diharapkan akan mendapatkan pengertian
atau pemahaman secara mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gerhana secara umum?
2. Bagaimana pandangan sains mengenai peristiwa gerhana yang terjadi di bumi?
3. Bagaimana pandangan islam mengenai peristiwa gerhana berdasarkan hukum-hukum
islam yang ada?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gerhana Secara Umum
Gerhana atau eclipse (inggris) berasal dari kata bahasa yunani Ekleipsis, yang berarti
peninggalan atau pelalaian[3], yang menunjukkan betapa orang-orang zaman dahulu takut
terhadap fenomena ini. Sewaktu matahari ataupun bulan lenyap dari pemandangan, hal ini
tampak benda langit itu sungguh-sungguh meninggalkan umat manusia. Gerhana, seperti komet,
disangka merupakan tanda-tanda kurang baik atau bencana.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah eclipse.[4] Gerhana bulan atau dalam bahasa
Inggrisnya adalah Moon eclipse sedangkan gerhana matahari dalam bahasa Inggrisnya adalah
Solar Eclipse atau sun eclipse.Gerhana matahari adalah peristiwa tertutupnya sinar matahari oleh
bulan sebagian atau seluruhnya sehingga matahari tidak tampak dari bumi secara keseluruhan
pada saat gerhana matahari total dan sebagiannya pada saat gerhana sebagian. Terjadi pada saat
siang hari pada saat konjungsi/ijtima’, yaitu pada saat matahari, bulan dan bumi berada pada
bujur astronomi yang sama serta bayangan bulan akan mengenai bumi.
Gerhana menurut istilah Ensiklopedi Hisab Rukyah[5] adalah peristiwa yang terjadi
akibat terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda lain. Contoh yang umum dilihat ialah
gerhana Matahari yang terjadi akibat terhalangnya cahaya matahari oleh permukaan bulan,
sedangkan gerhana Bulan terjadi akibat terhalangnya cahaya bulan oleh matahari.
Gerhana dalam bahasa arab dikenal dengan istilah kusuf dan khusuf[6] yang maknanya
adalah hilangya sebagian cahaya matahari dan bulan hilangnya secara keseluruhan dikarenakan
proses alam yang menyebabkan kondisi pada saat itu mengarah pada warna gelap atau hitam.
Pada dasarnya istilah kusuf dan khusuf digunakan untuk menyebut gerhana matahari maupun
gerhana bulan. Kata kusuf lebih dikenal untuk menyatakan gerhana matahari sedangkan kata
khusuf untuk gerhana bulan. Kusuf artinya menutupi; menggambarkan adanya fenomena alam
bahwa (dilihat dari bumi) bulan menutupi matahari, sehingga terjadi gerhana matahari. Adapun
khusuf berarti memasuki; menggambarkan adanya fenomena alam bahwa bulan memasuki
bayangan bumi, sehingga terjadi gerhana bulan. Sering juga digunakan bentuk ganda kusufain
dan khusufani untuk menyebut gerhana matahari dan gerhana bulan sekaligus. Dalam astronomi
fenomena gerhana diartikan tertutupnya arah pandang pengamat ke benda langit oleh benda
langit lainnya yang lebih dekat dengan pengamat.
Gerhana bulan adalah peristiwa saat sebagian atau keseluruhan wajah bulan yang dalam
fase purnama tertutup oleh bayangan bumi. Sehingga bulan menjadi tampak gelap; ada kalanya
sebagian pada saat gerhana sebagian ataupun seluruhnya pada saat gerhana bulan total. Itu terjadi
bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu bujur astronomi yang sama, sehingga
sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Konjungsi suatu objek benda langit–dalam hal ini adalah bulan dengan matahari- seperti
yang terlihat dari bumi, terjadi jika perbedaan bujur dengan matahari berharga nol. Konjungsi
bulan ini menjadi acuan untuk menentukan awal bulan dalam sistem penanggalan
Kamariah/Hijriah.
Kedudukan bidang orbit bulan mengelilingi bumi membentuk sudut 5,1° terhadap bidang
orbit bumi mengelilingi matahari (bidang ekliptika). Atau sering dikatakan pula bidang orbit
bulan mempunyai inklinasi 5,1° dari bidang ekliptika. Hal inilah yang menyebabkan tidak
terjadinya gerhana bulan setiap konjungsi maupun gerhana matahari setiap fullmoon (bulan
purnama).
Mitos-mitos Keliru Seputar Gerhana [7]
Bagi orang Arab Quraisy maupun orang Indonesia gerhana bulan dan gerhana matahari
sering dikaitkan dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan
kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat.
Di zaman Rasulullah, misalnya, pernah terjadi gerhana matahari yang bersamaan dengan
kematian putra Rasul SAW yang bernama Ibrahim. Orang-orang pada saat itu menganggap
bahwa terjadinya gerhana karena kematian putra Nabi.
Pemahaman yang salah ini diluruskan oleh Rasulullah. Dalam Islam, gerhana bulan dan
gerhan matahri adalah bentuk keagungan Allah sebagai Maha Pencipta. Sebagaimana sabda
Rasullah SAW dalam Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1.044, “Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena
kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah
kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”[8]
Hadits yang menyebutkan tentang hal tersebut yang bersumber dari ‘Aisyah r.a dan Abu Musa
r.a berikut ini ;
�ه� �ات ي �ح� ل و�ال� �ح�د� أ �م�و�ت� ل ف�ان� �خ�س� ي ال� �ه� الل �ات� آي م�ن� �ان� �ت آي �ق�م�ر� و�ال م�س� الش� �ن� إ
: : ) كتاب البجاري رواه �ص�د�ق+وا و�ت .وا و�ص�ل وا 0ر+ �ب و�ك �ه� الل ف�اد�ع+وا �ك� ذ�ل +م� �ت ي� أ ر� �ذ�ا ف�إ
الكسف: : : في الصدقة الباب )991الكسوف
" Sesungguhnya (gerhana) matahari serta (gerhana) bulan, merupakan dua "tanda" dari
berbagai "tanda" dari Allah. Gerhana matahari atau bulan (kejadiannya) bukan diakibatkan
meninggalnya seseorang atau kelahiran seseorang, kalaulah kalian mendapatkan gerhana,
maka segeralah berdo'a kepada Allah, agungkanlah Dia (takbir), shalat, kemudian
bersedekahlah. ( H.R. Bukhari, Kitab kusuf, bab sedekah ketika gerhana ,no. hadist 991)[9]
Sesuai dalil diatas dapat dikatakan bahwa munculnya gerhana baik gerhana bulan
maupun gerhana matahari bukan karena ada kematian, bencana atau kelahiran seseorang.
Dikatakan bahwa munculnya gerhana merupakan tanda-tanda keagungan Allah sebagai sang
kholiq. Hadist diatas juga menyebutkan bahwa apa-apa saja yang harus dilakukan seorang
muslim ketika melihat gerhana berlangsung yakni segera berdo’a kepada Allah, bertakbir kepada
Allah untuk mengagungkan-Nya, mendirikan Shalat gerhana dan bersedekah.
Tidak jauh berbeda bagi sekelompok masyarakat yang lain, gerhana bulan sering
dikaitkan dengan berbagai mitos dan tahayul. Di negeri China, orang percaya bahwa seekor naga
langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina menyebut
gerhana sebagai “chih” yang artinya memakan. Sampai abad ke 19 mereka memilki tradisi
membunyikan petasan untuk menakut-nakuti sang naga. Bukan hanya orang cina, orang Indian
juga percaya bahwa seekor nagalah yang membuat gerhana bulan. Mereka lalu menyembah sang
naga dengan berendam sampai sebatas leher.
Sementara di Jepang, orang percaya bahwa ketika terjadi gerhana ada racun yang
disebarkan ke bumi.Untuk menghindari air di bumi terkontaminasi oleh racun, mereka menutupi
sumur-sumur mereka. Sedangkan Kaisar Louis dari Perancis wafat setelah mengamati gerhana di
tahun 840. Konon ia begitu bingung saat kegelapan selama 5 menit dan meninggal karena begitu
takut.
Adapun di Indonesia, khususnya Jawa menganggap bahwa Batara Kala alias raksasa
jahat, memakan bulan sehingga terjadi gerhana bulan. Maka masyarakat Jawa khususnya anak-
anak ramai memukul kentongan pada saat gerhana untuk menakut-nakuti dan mengusir Batara
Kala. Namun ada juga yang meyakini bahwa matahari itu beredar seperti dibawa oleh sebuah
gerobak besar. Gerhana itu terjadi karena gerobak tersebut memasuki sebuah terowongan dan
kemudian keluar lagi.Sebagian juga meyakini bahwa bulan dan matahari adalah sepasang
kekasih, sehingga apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga terjadi
gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.
Bahkan, masih ada hingga kini yang meyakini bahwa bagi wanita yang sedang hamil
diharuskan bersembunyi di bawah tempat tidur atau bangku, agar bayi yang dilahirkannya nanti
tidak cacat (wajahnya hitam sebelah). Selain itu masyarakat juga meyakini bahwa ketika terjadi
gerhana para orang tua akan menenpuk perut anak mereka dalam istilah jawa “dikebuk”agar
tidak kaget. Bahkan binatang peliharaan juga “dikebuk” seperti halnya dengan anak-anak
mereka.
B. Gerhana Dalam Perspektif Sains
1. Proses Terjadinya Gerhana
Terjadinya gerhana adalah karena sifat dari pergerakan benda langit berupa bumi
dan bulan dalam posisinya terhadap matahari. Kita mengetahui bahwa bumi ini bulat dan
berada di angkasa. Ia beredar mengelilingi matahari sambil berputar pada sumbunya.
Lama bumi mengelilingi matahari adalah satu tahun atau tepatnya 365 hari 5 jam 48
menit 46 detik (356,24220 hari). Lama bumi berputar pada sumbunya rata-rata 24 jam
(sehari semalam). Perjalanan keliling bumi mengitari matahari itu bentuknya
elips.Lingkaran lintasan keliling bumi mengitari matahari itu disebut ekliptika Bersamaan
dengan bumi beredar mengelilingi matahari, bulan beredar mengelilingi matahari. Lama
perjalanan bulan mengelilingi bumi dalam satu putaran sinodis adalah satu bulan atau
rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik (29,530588 hari). Jadi dalam satu kali bumi
mengelilingi matahari, terjadi 12 kali bulan mengelilingi bumi. Saat ketika bulan dalam
perjalanan kelilingnya berada di antara matahari dan bumi disebut konjungsi (ijtimak)
yang dalam astronomi disebut sebagai kelahiran bulan (new moon).[10]
2. Macam-macam Gerhana
a. Gerhana Matahari
Gerhana matarhari merupakan fenomena alam, yaitu bulan menutupi matahari,
karena bulan ada di antara bumi dan matahari. Hanya saja, karena bulan lebih kecil
daripada bumi sehingga kerucut bayang-bayang inti bulan tidak dapat menutupi
seluruh permukaan bumi yang saat itu menghadap matahari. Oleh karena itu, ketika
terjadi gerhana matahari hanya sebagian permukaan bumi saja yang dapat
menyaksikannya, yaitu daerah-daerah yang dilewati oleh kerucut bayangan inti
bulan.
Gerhana matahari dapat terjadi pada waktu bulan berkonjungsi tepat pada saat
sekurang-kurangnya dekat simpul dan kejadiannya siang hari. Konjungsi, yaitu
kedudukan bulan searah dengan matahari. Pada saat itu bagian bulan yang
menghadap ke bumi ialah bagian yang sedang malam (gelap), sehingga kita tidak
akan melihat bulan bercahaya, apalagi kedudukan bulan bersama-sama dengan
matahari sehingga langit terlalu terang bagi kita untuk dapat melihat benda langit
yang tidak mempunyai cahaya sendiri. Bagian permukaan bumi yang dijatuhi umbara
(kerucut bayangan yang gelap) bulan berarti daerah tersebut sedang mengalami
gerhana matahari total. Bagian ini berbentuk lingkaran dengan diameter terbesar 270
km.
Gerhana matahari dapat terjadi 2 sampai 3 kali dalam satu tahun, tetapi hanya
dapat disaksikan dari beberapa tempat di permukaan bumi saja. Sedangkan gerhana
bulan dapat terjadi 2 sampai 3 kali dalam setahun dan dapat disaksikan oleh seluruh
penduduk bumi yang menghadap bulan. Sekalipun demikian, bisa saja tidak pernah
terjadi gerhana bulan sama sekali dalam satu tahun. Sehingga tidak semua orang
dapat melihat fenomena gerhana matahari berlangsung.
Lintasan bumi maupun lintasan bulan berbentuk elips. Oleh karena itu, ada
kemungkinan pada saat terjadi gerhana letak bumi dan bulan sedemikian rupa
sehingga kerucut bayang-bayang inti bulan tidak mengenai bumi, kerucut bayang-
bayang inti bulan lebih pendek dari pada jarak bumi-bulan.
Berdasarkan piringan matahari yang tertutupi oleh bulan pada gerhana matahari,
maka gerhana matahari terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.) Gerhana Matahari Total (Sempurna)
Gerhana ini manakala antara posisi bulan dengan bumi pada jarak yang
dekat, sehingga bayangan kerucut (umbra) bulan menjadi panjang dan dan dapat
menyentuh permukaan bumi, serta bumi, bulan dan matahari berada pada satu
garis lurus.
2.) Gerhana Matahari Cincin
Terjadi manakala posisi bulan dan bumi pada jarak yang jauh, sehingga
bayangan kerucut (umbra) bulan menjadi pendek dan tidak dapat menyentuh
permukaan bumi, serta bumi, bulan dan ma tahari berada dalam satu garis
lurus. Ketika itu diameter bulan lebih kecil daripada diameter matahari, sehingga
ada bagian tepi piringan matahari yang masih terlihat dari bumi.
3.) Gerhana Matahari Sebagian
Terjadi manakala posisi bulan dengan bumi pada jarak yang dekat,
sehingga bayangan kerucut (umbra) bulan menjadi panjang dan dapat
menyentuh permukaan bumi,tetapi bumi, bulan dan matahri tidak berada pada
satu garis lurus.
b. Gerhana Bulan
Bulan adalah benda langit yang tidak mempunyai sinar. Cahayanya yang
tampak dari bumi sebenarnya merupakan sinar matahari yang dipantulkan olehnya.
Dari hari ke hari bentuk dan ukuran cahaya bulan itu berubah-ubah sesuai dengan
posisi bulan terhadap matahari dan bumi.
Gerhana bulan terjadi ketika bulan melewati belakang bumi sehingga bumi
menghalangi sinar matahari yang mengenai bulan. Ini dapat menyebabkan matahari,
bumi, dan bulan menjadi lurus tepat, atau berhadap-hadapan, dengan bumi yang
berada di tengah. Oleh karena itu, hal ini mengakibatkan terjadinya gerhana bulan
total. Nampak seperti pada gambar.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi
dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang
ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan
terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika
akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik dimana bulan
memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi
pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu
titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan
akan diikuti dengan gerhana matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis
yang menghubungkan antara matahari dan bumi.
Gerhana bulan terjadi hanya pada saat istiqbal[11], yaitu bujur astronominya
berbeda 180° dengan bujur astronomi matahari. Sedangkan deklinasinya [12]sama-
sama 0°, atau mempunyai deklinasi yang hampir sama harga mutlaknya walaupun
berlawanan tandanya. Didalam astronomi terjadinya gerhana bulan ini ditentukan
bahwa jika bulan purnama ada dalam jarak 12° dari titik simpul, gerhana bulan pasti
terjadi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan masih dapat terlihat. Ini
dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh
atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya
merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap,
bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Gerhana bulan ini dapat
diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
Bayangan yang dibentuk oleh bumi mempunyai dua bagian, yaitu : pertama
bagian yang paling luar yang disebut dengan bayangan penumbra atau bayangan
semu (bayangan ini tidak perlu gelap) dan bagian dalam yang disebut dengan
bayangan umbra atau bayangan inti. Oleh karena itu bentuk lingkaran matahari lebih
besar daripada lingkaran bumi sehingga bayangan umbra bumi membentuk kerucut
sedangkan bentuk dari bayangan penumbra bumi berbentuk kerucut terpancung
dengan puncaknya di bumi yang semakin jauh bayangan ini, semakin membesar
sampai menghilang di luar angkasa.
Dengan memperhatikan piringan bulan yang memasuki bayangan inti bumi,
maka gerhana bulan ada dua macam, yaitu :
1.) Gerhana Bulan Total atau Total Lunar Eclipse
Gerhana bulan total atau sempurna atau kully terjadi manakala posisi
bumi, bulan, dan matahari pada satu garis lurus, sehingga seluruh piringan bulan
berada di dalam bayangan inti bumi.
2.) Gerhana Bulan Sebagian atau Partial Lunar Eclipse
Sedangkan gerhana bulan sebagian terjadi manakala posisi bumi, bulan,
dan matahari tidak pada satu garis lurus, sehingga hanya sebagian piringan bulan
saja yang memasuki bayangan inti bumi.
C. Gerhana Dalam Perspektif Islam
Sesuai Firman Allah dibawah ini.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi
merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal. Hal ini sesuai dengan
fenomena gerhana matahari dan gerhana bulan yang merupakan tanda keagungan Allah.
Berikutnya akan dijelaskan lebih rinci mengenai fenomena gerhana dalam perspektif
islam.
Adapun sebab-sebab fisik, Imam Ibnul Qayyim berkata, “ dalam sabda nabi, keduanya
tidak mengalami gerhana karena kematian dan hidupnya seseorang, terdapat dua pendapat
yaitu
Pertama, kematian dan kelahiran seseorang bukanlah penyebab terjadinya gerhana
matahari dan gerhana bulan seperti halnya yang dikatakan oleh kebanyakan kaum jahiliyah
arab dan kaum yang lain ketika terjadi dua gerhana yaitu peristiwa gerhana terjadi karena
kelahiran atau kematian kaum pembesar. Nabi muhammadpun menghapuskan anggapan
tersebut. Beliau mengabarkan bahwa kelahiran dan kematian seseorang tidak ada kaitannya
sama sekali dengan terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan.
Kedua, kelahiran dan kematian bukanlah penyebab terjadinya gerhana bulan dan
matahari sehingga keduanya bukan penyebab kematian atau kelahiran seseorang. Akan tetapi
sebenarnya peristiwa gerhana bulan dan matahari merupakan peristiwa yang digunakan Allah
untuk menakut-nakuti hamba-Nya.
Seperti sabda Nabi Muhammad SAW
) : �ان� �ت آي �ق�م�ر� و�ال م�س� الش� �ن� إ وسلم عليه الله صلى الله رسول قال
, +ه+م�ا ل س� +ر� ي الله� و�لك�ن� �ه� �ات ي �ح� ل � و�ال ح�د�� أ �م�و�ت� ل ف�ان� �خ�س� �ن �ي ال Bه� الل �ات� آي م�ن�
, م�ا ف� �ش� +ك ي �ى ت ح� و�اد�ع+و�ا .و�ا ف�ص�ل ذل�ك� +م� �ت ي� أ ر� �ذ�ا ف�إ �اد�ه+ ب ع� �ه�م�ا ب +خ�و0ف+ ي
( +م� ومسلم �بك البخاري رواهRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda dan tanda-tanda (kekuasaan) Allah Shubhanahu wa ta’alla, kedua gerhana
tidak terjadi karena kematian seseorang dan tidak karena kematiannya. Akan
tetapi Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutusnya untuk menakuti hamba-hamba -Nya. Apabila
kamu melihat hal itu maka shalatlah dan berdoa hingga terbuka sesuatu yang ada padamu. [13]
Gerhana terjadi secara periodik pada waktu atau masa tertentu, yang dapat diketahui
dengan perhitungan (hisab) sama seperti halnya mengetahui munculnya hilal atau timbul dan
tenggelamnya bulan purnama.
Penyebab gerhana matahari adalah posisi bulan yang berada diantara bumi (pandangan
kita) dan matahari. Sehingga cahaya matahari yang menuju ke bumi terhalang oleh bulan.
Sedangkan penyebab gerhana bulan adalah posisi bumi yang berada diantara matahari dan bulan
sehingga bulan terhalang I oleh bumi untuk memperoleh cahaya matahari hingga yang tertinggal
hanyalah gelapnya bayangan bumi pada orbit (jalur peredaran)nya. Bulan tidak pernah
memancarkan cahaya sendiri, melainkan ia memperoleh cahaya dari matahari.
Mengetahui waktu terjadinya gerhana bukanlah termasuk hal yang ghaib. Syaikhul islam
ibnu taimiyyah berkata,”gerhana matahari dan gerhana bulan memiliki waktu-waktu yang telah
ditentukan, sebagaimana munculnya hilal. Hal itu seperti halnya ketetapan allah terhadap malam
dan siang, musim panas dan musim dingin, serta semua hal yang mengikuti peredaran matahari
dan bulan. Fenomena alam tersebut termasuk diantara tanda-tanda kebesaran allah, sebagaimana
ketetapan Allah bahwa hilal tidak akan muncul selain malam ke-30 atau ke-31pada setiap
bulannya dan ketentuan-Nya bahwa satu bulan hanya terdiri dari 30 hari atau 29 hari . Siapa
yang mengira satu bulan itu terdiri dari lebih atau kurang dari jumlah hari tersebut maka dia
telah melakukan kesalahan.”[14]
Gerhana bulan atau Khusuf al-Qamar yaitu bulan sebagian atau seluruhnya memasuki
kerucut bayangan bumi dan tidak dikenai sinar matahari sehingga bulan menjadi gelap. Dalam
astronomi khusuf al-qamar biasa disebut Lunar eclipse atau eclipse of the moon dan
dimungkinkan terjadi bila bulan pada saat purnama berada pada posisi 12 derajat atau kurang
dari titik simpul. Kusuf asy-Syams adalah bulan menutupi matahari. Dalam ilmu falak kusuf ini
dikhususkan pengertiannya pada gerhana matahari. Adapun yang dimaksud dengan gerhana
matahari adalah saat piringan bulan menutupi piringan matahari sebagian atau seluruhnya.
Dalam astronomi kusuf asy-syams biasa dikenal dengan istilah eclipse of the sun atau solar
eclipse.[15]
Allah juga menetapan bahwa matahari tidak akan mengalami gerhana melainkan pada saat
tersembunyinya hilal dan bulan tidak akan mengalami gerhan kecuali pada waktu purnama.
Waktu munculnya bulan purnama adalah pada malam biidh (bulan purnama), yang disunahkan
untuk berpuasa pada siang harinya yaitu pada malam ke-13,ke-14 danke- 15. Jadi bulan tidak
mengalami gerhana selain pada malam-malam tersebut. Matahari tidak akan mengalami gerhana
kecuali pada waktu tersembunyinya hilal tersebut. Bulan dan matahari memiliki waktu-waktu
tertentu yang teratur.[16]
Hikmah Fenomena Gerhana Matahari Dan Bulan
. 1. Keduanya merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. (QS. Fushilat: 37)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam dan siang, serta matahari dan
bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan janganlah pula sujud kepada bulan, dan
sebaliknya hendaklah kamu sujud kepada Allah yang menciptakannya, kalau betulah kamu
hanya beribadat kepada Allah.
2. Perhitungan waktu di bumi mengikuti perputaran matahari atau kita sebut kalender Masehi
dan perhitungan waktu mengikuti perputaran bulan yang kita kenal dengan kalender
Hijriyah. (QS. Yunus: 5)
�م+وا �ع�ل �ت ل �از�ل� م�ن ه+ و�ق�د�ر� ا Fور+ ن �ق�م�ر� و�ال Fاء� ض�ي م�س� الش� ج�ع�ل� �ذ�ي ال ه+و�
�ين� ن الس0 ع�د�د�
اب� �ح�س� �ق� م�ا و�ال ل �ه+ خ� �ك� الل �ال� ذ�Pل �ح�ق0 إ �ال +ف�ص0ل+ ب �ات� ي ي �م+ون� اآل� �ع�ل ي � �ق�و�م لDialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-
manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.[17]
3. Memberi peringatan kepada manusia yang telah berbuat kerusakan.
4. Kejadian Alam tidak ada hubungannya dengan kematian atau kelahiran seseorang. Seperti
sangkaan orang jahiliyah saat itu, mereka mengira bahwa terjadinya gerhana karena
meninggalnya Ibrahim, anak Rasullah Saw.[18]
5. Perintah shalat, seperti dijelaskan dalam hadits Abbas diatas bahwa Rasulullah melakukan
shalat gerhana dengan panjang, satu rakaat lamanya setara dengan surat al Baqarah. Adapun
tata cara shalat gerhana adalah dua rakaat dengan empat rukuk dan empat sujud
sebagaimana dijelaskan dalam hadits Aisyah dan Ibnu Abbas.
6. Perintah bersedekah sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah
7. Hikmah pendidikan. Bahwa proses terjadinya gerhana bisa dibuktikan secara ilmiah. Bukan
dogeng orang jahiliyah, seperti bulan dimakan naga dan yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerhana merupakan fenomena alam yang sudah dikenal umum di kalangan masyarakat.
Secara umum gerhana dibagi menjadi dua macam yakni gerhana matahari dan gerhana bulan.
Gerhana matahari terjadi karena kedudukan bulan di antara matahri dan bumi sehingga
menghalangi sinar matahari menuju ke bumi. Gerhana matahari hanya dapat disaksikan oleh
sebagian penduduk di bumi karena bulan hanya mampu menutupi permukaan bumi hanya
sebagian. Sednagkan gerhana bulan terjadi disebabkan posisi bumi menghalangi menutupi
permukaan bulan dari sinar matahari yang menuju ke bulan.
Sempat muncul mitos-mitos dikalangan masyarat yang berhubungan dengan gerhana.
Seperti di zaman Rasulullah peristiwa gerhana yang dikaitkan dengan kematian anak beliau.
Bukan hanya itu, mitos mengenai gerhana juga berkembang dinegara lain seperti cina, india,
jepang termasuk Indonesia. Namun, mitos tersebut tidak benar. Proses terjadinya gerhana baik
gerhana matahari maupun gerhana bulan dapat dijelaskan secara ilmiah dalam hal ini adalah
disiplin ilmu fisika. Serta tetap berlandaskan kaidah-kaidah hukum islam. Secara islam
fenomena gerhana tidak ada kaitannya dengan kelahiran maupun kematian seseorang namun itu
adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang dapat di jelaskan secara ilmiah.
B. Saran
Para pembaca makalah dan pihak-pihak lain dalam menyikapi fenomena alam termasuk
peristiwa gerhana sebaiknya tidak serta merta mengaitkan dengan mitos dan tahayyul. Hal ini
akan membawa kerugian tersendiri bagi masyarakat, mereka akan melakukan hal yang tidak
berguna.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qahtani, Sa’id bin Ali bin Wahf. (2006). Ensiklopedi Shalat Menurut Al-Qur’an dan As
Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I
Azhari, Susiknan. (2005). Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pringgodigdo, A.H. (1991). Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Thalbah, Hisham. (2010). Ensiklopedia Mukjizat Al Qur’an dan Hadis. PT Sapta Santosa
Zainudin Ahmad, Al-Imam bin Abdul-Lathif Az-Zabidi, t.t. (2008). Ringkasan Shahih Al
Bukhari. Bandung: PT Mizan Pustaka
http://ladydeeana91.blogspot.com/2012/04/macam-macam-gerhana.html /diakses pada 9 mei
2013 pukul 7.57
http://muhammadirfani.wordpress.com/2009/01/25/menyikapi-gerhana-matahari-sesuai-syariat-
islam/ diakses pada 9 mei 2013 pukul 7.55
http:// geo.fis.unesa.ac.id/berkas/kuliah/ Gerhana 1.pdf. /diakses pada 9 mei 2013 pukul 07.33
[1] Bersumber dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Khu . Khurafat (Bahasa Arab: خرافة)
ialah kepercayaan karut atau tahyul yang diada-adakan berpandukan kepada perbuatan-perbuatan dan
kejadian-kejadian alam yang berlaku.
[2] Berdasarkan HR. Bukhari no. 1044.
[3] Sumber dari situs geo.fis.unesa.ac.id/berkas/kuliah/ Gerhana 1.pdf.
[4] Ensikloedi Umum halaman 370
[5] Ensiklopedi Hisab Rukyah halaman 125 dan 128
[6] Ensiklopedi Shalat Jilid 3 Menurut Al-Qur’an dan Assunah – Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani
[7] http://muhammadirfani.wordpress.com/2009/01/25/menyikapi-gerhana-matahari-sesuai-
syariat-islam/
[8] Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1.044
[9] H.R. Bukhari, Kitab kusuf, bab sedekah ketika gerhana ,no. hadist 991
[10] http://ladydeeana91.blogspot.com/2012/04/macam-macam-gerhana.html
[11] Ensiklopedi Hisab Rukyah halaman 104 : Suatu fenomena saat matahari dan bulan sedang
bertentangan, yaitu apabila keduanya mempunyai selisih bujur astronomi sebesar 180 derajat dalam dunia
astronomi dikenal dengan Opposition.
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Deklinasi : Deklinasi (bahasa Inggris: Declination (Dec), dengan
simbol δ) adalah istilah astronomi yang dikaitkan dengan sistem koordinat ekuator. Deklinasi merupalam
salah satu dari dua koordinat bola langit pada sistem koordinat ekuator. Koordinat lainnya adalah Asensio
rekta.
[13] Al Bukhari no 1048
[14] Ensiklopedi Shalat Jilid 3 Menurut Al-Qur’an dan Assunah – Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani
[15] Ensiklopedia Hisab Rukyat – DR. Susiknan Azhari, M.A. Halaman 125 dan 128.
[16] Ensiklopedi Shalat Jilid 3 Menurut Al-Qur’an dan Assunah – Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani
[17] Al qur’an Surat Yunus ayat 5 :” Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
[18] HR. Bukhari no. 1060 dan Muslim no. 904 Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak
terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu
shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”